bab iii metode penelitian a. desain...

33
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian eksperimen, karena mengujicobakan perlakuan pendekatan dalam pembelajaran matematika di dalam kelas. Dalam penelitian ini unsur manipulasi perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh hubungan sebab akibat pendekatan pemecahan masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik. Dalam penelitian ini diambil dua kelompok peserta didik dengan pembelajaran yang berbeda. Kelompok yang satu merupakan kelompok eksperimen, yaitu kelompok peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Sedangkan kelompok lain adalah kelompok kontrol, yaitu kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Pengelompokkan subjek dilakukan secara acak. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitian tersebut berbentuk: (Sugiyono, 2009) Keterangan: R = pemilihan sampel secara random ( acak ) R O 1 X O 2 R O 1 O 2

Upload: tranhanh

Post on 11-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

eksperimen, karena mengujicobakan perlakuan pendekatan dalam pembelajaran

matematika di dalam kelas. Dalam penelitian ini unsur manipulasi perlakuan yaitu

pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan

peneliti untuk mengetahui seberapa jauh hubungan sebab akibat pendekatan

pemecahan masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif peserta didik.

Dalam penelitian ini diambil dua kelompok peserta didik dengan

pembelajaran yang berbeda. Kelompok yang satu merupakan kelompok

eksperimen, yaitu kelompok peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan pemecahan masalah. Sedangkan kelompok lain adalah kelompok

kontrol, yaitu kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional

dengan metode ekspositori. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan

menggunakan instrumen tes yang sama. Pengelompokkan subjek dilakukan secara

acak. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitian tersebut berbentuk:

(Sugiyono, 2009)

Keterangan:

R = pemilihan sampel secara random ( acak )

R O1 X O2

R O1 O2

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

40

X = perlakuan pembelajaran pemecahan masalah

O1 = pengukuran ( pretes pada kelompok eksperimen dan kontrol)

O2 = pengukuran ( postes pada kelompok eksperimen dan kontrol)

Pada desain ini setiap kelompok diberi tes awal (O1), dan setelah diberi

perlakuan diukur dengan tes akhir (O2). Hal ini dilakukan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik sebelum

dan sesudah pembelajaran.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik sekolah dasar di

Kabupaten Garut Kecamatan Cigedug. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

dilakukan secara acak berstrata (stratifikasi random) (Sudjana:2007), yaitu

sekolah yang memiliki perbedaan-perbedaan atau karakteristik yang tidak sama.

Dalam penelitian ini dipilih sekolah yang memiliki perbedaan dalam katagori

sebagai sekolah berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dilihat dari

kemampuan akademik peserta didiknyanya. Dari data yang tersedia di Kantor

UPTD Pendidikan Dasar Kecamatan Cigedug memiliki 17 Sekolah Dasar. Untuk

menentukan seberapa besar jumlah sekolah yang berada pada kelompok atas,

berapa besar sekolah yang berada pada kelompok sedang dan rendah, maka dapat

kita pedomani Arikunto (2007), yang membuat besarnya kelompok atas adalah

27% dari urutan peringkat sekolah teratas disebut kelompok baik, sedangkan

besarnya kelompok bawah 27% dari urutan peringkat sekolah terbawah disebut

kelompok kurang, dan sisanya merupakan kelompok cukup. Sehingga diperoleh

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

41

sekolah dengan peringkat baik sebanyak 5 sekolah, peringkat sedang 7 sekolah

dan kelompok dengan peringkat rendah sebanyak 5 sekolah. Sedangkan

pertimbangan urutan peringkat sekolah berdasarkan hasil UASBN dan UKK

Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Kecamatan Cigedug.

Alasan dipilihnya sekolah pada strata-strata ini dikarenakan pada level ini

kemampuan akademik peserta didiknya relatif seimbang untuk masing-masing

level. Menurut Darhim ( 2004 ) sekolah yang berasal dari level tinggi (baik)

cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik tetapi baiknya itu bisa

disebabkan oleh faktor lain diluar faktor edukatif, bukan akibat baiknya

pembelajaran yang dilakukan. Demikian juga halnya dengan sekolah pada level

rendah, cenderung hasil belajarnya akan kurang dan itu bisa terjadi bukan akibat

kurang baiknya pembelajaran yang dilakukan.

Sekolah dengan level baik terpilih kelas V SDN Sukahurip 01 sebagai

kelas eksperimen dan kelas V SDN Cintanagara 01 sebagai kelas kontrol. Sekolah

dengan level cukup terpilih kelas V SDN Cintanagara 02 sebagai kelas

eksperimen dan kelas V SDN Sindangsari 01 sebagai kelas kontrol. Sedangkan

sekolah dengan level kurang terpilih kelas V SDN Cigedug 03 sebagai kelas

eksperimen dan kelas V SDN Sindangsari 04 sebagai kelas kontrol, karena hanya

terdapat masing-masing satu rombongan belajar.

Alasan peneliti menentukan kelas V sebagai subjek dalam penelitian ini

karena dengan asumsi bahwa pada tingkat ini, kondisi aktivitas peserta didik

masih cukup stabil dan tidak terganggu oleh aktivitas ujian sekolah. Serta pada

kelas ini peserta didik sudah memiliki prasyarat dalam melakukan pembelajaran.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

42

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dan variabel

terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif.

D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Untuk memperoleh data yang representatif digunakan dua jenis instrumen,

yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah soal-soal kemampuan

berpikir kritis dan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non tes yaitu lembar

observasi selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan

peserta didik, angket skala sikap, wawancara, kuesioner, dan jurnal untuk

mengetahui respon guru dan peserta didik terhadap pembelajaran pemecahan

masalah.

Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap

pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba instrumen (untuk tes

kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dan skala sikap). Sebelum soal

diujicobakan, peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan rekan-rekan S2

angkatan 2008, guru kelas V SD Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Untuk mengetahui

keterbacaan instrumen diujicobakan kepada peserta didik SDN Sukarasa 3 dan 4

Bandung. Tahap berikutnya dikonsultasikan kepada pembimbing. Setelah itu

instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta skala sikap

diujicobakan di SD Percontohan UPI Bandung.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

43

Uji coba intrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas

tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil

uji coba instrumen kemudian dianalisis dengan menggunakan program excel.

Masing-masing jenis instrumen tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, pada awal

pembelajaran dilakukan pretes kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik

yang terkait dengan bahan ajar. Materi yang dipakai dalam tes kemampuan

berpikir kritis dan kreatif berdasar kepada KTSP untuk kelas V pada semester I

yaitu luas bangun datar dan volume bangun ruang.

Pada akhir pembelajaran dilakukan postes, dengan soal yang diujikan

setara (memiliki kisi-kisi, jumlah soal, nomor soal, dan tingkat kesukaran yang

sama) dengan soal pretes. Dalam hal ini, jika soalnya sama antara pretes dan

postes dikhawatirkan peserta didik menjawab soal dengan benar disebabkan

soalnya sudah hapal.

a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam bentuk tes uraian dengan

maksud untuk mengukur kemampuan menganalisis argumen serta kemampuan

melakukan dan mempertimbangkan induksi. Soal tes ini diberikan secara tertulis

dalam bentuk uraian karena berkaitan juga dengan hasil belajar kategori tingkat

tinggi yaitu kemampun berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam matematika

(Ibrahim:2007).

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

44

Tes kemampuan berpikir kritis ini disusun oleh penulis dengan langkah-

langkah pengembangan sebagai berikut: Menyusun kisi-kisi yang sesuai dengan

bahan ajar kemampuan berpikir kritis, standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, nomor soal. Langkah kedua menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi

serta membuat alternatif kunci jawabannya. Langkah ketiga yaitu menilai validitas

isi soal, validitas konstruk, dan kebenaran kunci jawaban. Langkah keempat

mempertimbangkan keterbacaan soal, apakah soal-soal tersebut dapat dipahami

atau tidak. Dan langkah terakhir mengujicobakan soal tes yang dilanjutkan dengan

menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Untuk memperoleh data yang autentik, maka diperlukan sistem penskoran

yang proporsional untuk tiap item soal dari kedua tes. Soal yang diberikan

berbentuk soal pemecahan masalah dan skor jawaban peserta didik disusun

berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis sebagaimana disajikan dalam

Tabel 3.1 yang merupakan pengembangan dari Enis (1981) hasil modifikasi dari

Mathematics General Rubric (Hudiono, 2007:38). Penjabaran kemampuan

berpikir kritis didasarkan pada empat indikator yaitu: 1) Mengidentifikasi dan

menjastifikasi konsep, 2) Menggeneralisasi 3) Menganalisis algoritma, 4)

Memecahkan masalah,

Tabel 3.1

Rubrik Peskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan Kritis yang

Dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor

Mengidentifikasi dan

menjastifikasi konsep

Tidak memberikan konsep yang

diharapkan untuk memecahkan

masalah

1

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

45

Memberi konsep yang tidak

relevan dengan pemecahan

masalah

Memberi konsep tetapi

penyelesaian salah

Memberi konsep dan penyelesaian

benar

2

3

4

Menggeneralisasi Tidak memberi jawaban

Memberi jawaban yang tidak rinci

dan salah

Memberi jawaban yang tidak rinci

tetapi hasil benar

Memberi jawaban yang rinci tetapi

hasil salah

Memberi jawaban yang rinci dan

hasil benar

0

1

2

3

4

Menganalisis Algoritma Tidak ada penyelesaian

Ada penyelesaian tetapi prosedur

tidak jelas

Menggunakan satu prosedur dan

mengarah pada jawaban benar

Menggunakan satu prosedur yang

benar tetapi salah menghitung

Menggunakan satu prosedur dan

jawaban benar

0

1

2

3

4

Memecahkan Masalah Tidak memahami masalah/tidak

ada jawab

Tidak memperhatikan syarat-

syarat soal/interpretasi soal kurang

tepat

Merencanakan penyelesaian tetapi

konsep tidak tepat

Memberi konsep tetapi

0

1

2

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

46

penyelesaian salah

Merumuskan masalah/menyususn

model matematika dengan baik

3

4

b. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes kemampuan berpikir kreatif berupa tes uraian yang dikembangkan

berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif: kelancaran (fluency); elaborasi

(elaboration); keaslian (originality); dan keluwesan (flexibility).

Banyaknya soal untuk tes kemampuan berpikir kreatif ini tujuh item soal

yang terdiri dari dua soal untuk mengukur kemampuan berpikir keaslian, dua

item soal untuk mengukur berpikir kelancaran, dua item untuk mengukur

kemampuan berpikir kelenturan, dan satu soal untuk mengkur kemampuan

berpikir keterperincian. Tes kemampuan berpikir kreatif ini penulis susun dengan

langkah-langkah pengembangannya sama seperti yang dilakukan pada

penyusunan tes kemampuan berpikir kritis.

Soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif disusun dalam bentuk

tes uraian. Soal yang diberikan berbentuk soal pemecahan masalah dan skor

jawaban peserta didik disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif

sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.2 yang merupakan pengembangan dari Enis

(1981) hasil modifikasi dari Mathematics General Rubric (Hudiono, 2007:38).

Penjabaran kemampuan berpikir kreatif didasarkan pada empat indikator yaitu : 1)

Originality (keaslian), 2) Fluency (kelancaran), 3) Flexibility (kelenturan). 4)

Keterperincian.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

47

Tabel 3.2

Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan

Kreatif yang Dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor

Originality (Keaslian) Tidak menjawab

Tidak menggambarkan gagasan/ide dalam

memberikan jawaban dan mengarah pada

jawaban salah

Tidak menggambarkan gagasan/ide dalam

memberikan jawaban tetapi mengarah

pada jawaban benar

Menggambarkan gagasan/ide dalam

memberikan jawaban tetapi mengarah

pada jawaban salah

Menggambarkan gagasan/ide dalam

memberikan jawaban dan jawaban benar

0

1

2

3

4

Fluency (Kelancaran) Tidak memberikan ide yang diharapkan

untuk memecahkan masalah

Memberi ide yang tidak relevan dengan

pemecahan masalah

Memberi ide tetapi penyelesaian salah

Memberi ide dan penyelesaian benar

1

2

3

4

Flexibility (Kelenturan) Tidak menjawab

Memberi jawaban yang tidak beragam

dan salah

Memberi jawaban yang tidak beragam

tetapi benar

Memberi jawaban yang beragam tetapi

salah

Memberi jawaban yang beragam dan

benar

0

1

2

3

4

Keterperincian Tidak memberi jawaban

Memberi jawaban yang tidak rinci dan

0

1

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

48

salah

Memberi jawaban yang tidak rinci tetapi

hasil benar

Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil

salah

Memberi jawaban yang rinci dan hasil

benar

2

3

4

c. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen tes yang disusun untuk tes kemampuan berpikir kritis dan tes

kemampuan berpikir kreatif masing-masing terdiri dari dua set soal, satu set untuk

pretes dan satu set untuk postes. Setelah mendapatkan persetujuan dari

pembimbing kemudian diujicobakan kepada peserta didik kelas VI di Sekolah

Dasar Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Selanjutnya penulis menganalisis

hasil uji coba tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,

dan daya pembeda soal tersebut.

1. Uji Validitas

Untuk menentukan validitas isi soal tes kemampauan berpikir kritis dan

kreatif yang dipakai pada penelitian ini, dilakukan atas pertimbangan dari ahli

atau orang yang dianggap ahli dalam hal tersebut (Sugiyono, 2009). Untuk

memperoleh item soal atau set soal yang memiliki validitas banding yang handal,

digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson

(Arikunto, 2007:72). Koefisien korelasi hasil perhitungan kemudian

diinterpretasikan, dengan klasifikasi menurut Arikunto (2007:75) adalah sebagai

berikut : 0,00 < rxy ≤ 0,20 (validitas sangat rendah), 0,20 < rxy ≤ 0,40

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

49

(validitas rendah), 0,40 < rxy ≤ 0,60 (validitas sedang), 0,60 < rxy ≤ 0,80

(validitas tinggi), 0,80 < rxy ≤ 1,00 (validitas sangat tinggi).

Hasil perhitungan rxy di atas dibandingkan dengan rxy tabel dengan derajat

kebebasan (df) = (n-2) dan menggunakan taraf signifikansi 5 %. Perhitungan

korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan bantuan program Excel. Untuk

hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.1 halaman 266 dan B.4

halaman 277.

Hasil analisis validitas item soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis untuk

Pretes dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3

Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)

Nomor soal rxy hitung Validitas Keterangan

1 0,741 tinggi dipakai

2 0,753 tinggi dipakai

3 0,753 tinggi dipakai

4 0,642 tinggi dipakai

5 0,846 sangat tinggi dipakai

6 0,910 sangat tinggi dipakai

7 0,906 sangat tinggi dipakai

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui bahwa item soal untuk

Pretes pada Tes Kemampuan Berpikir Kritis memiliki derajat validitas tinggi

untuk soal nomor 1, 2, 3, 4, dan validitas sangat tinggi untuk soal nomor 5, 6, dan

7. Dengan demikian seluruh item soal tersebut dipakai dalam penelitian.

Sedangkan hasil analisis untuk item soal Postes pada Tes Kemampuan

Berpikir Kritis dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

50

Tabel 3.4

Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)

Nomor soal rxy hitung Validitas Keterangan

1 0,756 tinggi dipakai

2 0,767 tinggi dipakai

3 0,718 tinggi dipakai

4 0,597 sedang dipakai

5 0,828 sangat tinggi dipakai

6 0,870 sangat tinggi dipakai

7 0,913 sangat tinggi dipakai

Dari Tabel 3.4 di atas, diketahui bahwa item soal untuk Postes pada Tes

Kemampuan Berpikir Kritis memiliki derajat validitas tinggi untuk soal nomor 1,

2, dan 3, validitas sedang untuk soal nomor 4, dan validitas sangat tinggi untuk

soal nomor 5, 6, dan 7. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh soal dapat dipakai

dalam penelitian ini.

Sementara itu analisis uji validitas item soal untuk Pretes dan Postes pada

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif hasil perhitungannya secara lengkap dapat

dilihat pada Lampiran B.7 halaman 288 dan B.10 halaman 299, dengan r tabel

untuk n = 30 dengan taraf signifikansi 5 % dengan derajat kebebasan (df) =

(n-2) adalah 0, 361.

Hasil perhitungan validitas untuk item soal Pretes pada Kemampuan

Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

51

Tabel 3.5

Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)

Nomor Soal rxy hitung Validitas Keterangan

1 0,835 sangat tinggi dipakai

2 0,861 sangat tinggi dipakai

3 0,746 tinggi dipakai

4 0,727 tinggi dipakai

5 0,809 sangat tinggi dipakai

6 0,903 sangat tinggi dipakai

7 0,919 sangat tinggi dipakai

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, diketahui bahwa soal nomor 3 dan 4

memiliki validitas tinggi, dan soal nomor 1, 2, 5, 6, dan 7 memiliki validitas

sangat tinggi. Dengan demikian keseluruhan soal tersebut bisa dipakai dalam

penelitian.

Selanjutnya hasil perhitungan uji validitas soal Postes pada Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6

Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)

Nomor Soal rxy hitung Validitas Keterangan

1 0,817 sangat tinggi dipakai

2 0,849 sangat tinggi dipakai

3 0,728 tinggi dipakai

4 0,470 sedang dipakai

5 0,825 sangat tinggi dipakai

6 0,892 sangat tinggi dipakai

7 0,865 sangat tinggi dipakai

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

52

Dari Tabel 3.6 di atas, nampak bahwa soal nomor 1, 2, 5, 6, dan 7

memiliki validitas sangat tinggi. Sedangkan soal nomor 3 validitasnya tinggi dan

nomor 4 validitasnya sedang. Berdasarkan hal tersebut, seluruh soal dapat dipakai

pada penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan hasil tes. Suatu tes

dinyatakan mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2007:86)

Adapun cara menghitung koefisien reliabilitas yang digunakan adalah cara

Cronbach Alpha. Hal ini berdasar pendapat Arikunto (2007:109) bahwa untuk

menghitung koefisien reliabilitas pada bentuk soal yang memiliki jawaban

beraneka ragam, seperti skala likert atau soal uraian menggunakan cara Cronbach

Alpa.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan di

interpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P Guilford (Suherman dan

Sukjaya, 1990: 177), yaitu r ≤ 0,20 (sangat rendah ), 0,20 < r ≤ 0,40 (rendah ),

0,40 < r ≤ 0,60 (sedang), 0,60 < r ≤ 0,80 (tinggi), 0,80 < r ≤ 1,00 (sangat

tinggi).

Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan bantuan program

excel. Perhitungan lengkap untuk tes kemampuan berpikir kritis ini disajikan

dalam Lampiran B.2 halaman 268 dan B.5 halaman 279. Sedangkan perhitungan

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

53

koefisien reliabilitas untuk tes kemampuan berpikir kreatif disajikan pada

Lampiran B.8 halaman 290 dan B.11 halaman 301.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas set soal untuk Pretes dan Postes

pada Tes Kemampuan Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas

Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis untuk Pretes dan Postes

Set Soal r11 rtabel Interpretasi

Pretes Kemampuan Berpikir Kritis 0,89 0,367 sangat tinggi

Postes Kemampuan Berpikir Kritis 0,883 0,367 sangat tinggi

Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, seluruh soal untuk pretes dan postes pada

Tes Kemampuan Berpikir Kritis memiliki koefisien yang sangat tinggi, dengan

demikian soal ini dipakai pada penelitian.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas set soal untuk Pretes dan Postes

pada Tes Kemampuan berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas

Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Pretes dan Postes

Set Soal r11 rtabel Interpretasi

Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,91 0,367 sangat tinggi

Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,879 0,367 sangat tinggi

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

54

Pada Tabel 3.8 di atas tampak bahwa set soal untuk Pretes dan Postes pada

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dengan

demikian set soal ini dipakai pada penelitian.

3. Analisis Tingkat Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir soal pada instrumen dapat diketahui dari

derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir soal

tersebut. Soal tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik,

apabila soal-soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang

terlalu mudah tidak dapat merangsang peserta didik untuk berusaha

memecahkannya, dan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik

putus asa dan tidak bersemangat lagi untuk mencoba karena diluar jangkauannya

(Arikunto, 2007:207).

Setelah diperoleh nilai tingkat kesukaran atau indeks kesukaran soal,

selanjutnya diinterpretasikan dengan mengacu pada ketentuan yang diajukan

Suherman dan Sukjaya (1990:213)

Perhitungan indeks kesukaran dilakukan dengan menggunakan program

Excel. Perhitungan lengkap untuk tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam

Lampiran B.3 halaman 271 dan Lampiran B.6 halaman 282. Sedangkan

perhitungan lengkap indeks kesukaran untuk tes kemampuan berpikir kreatif

disajikan dalam Lampiran B.9 halaman 293 dan Lampiran B.12 halaman 304.

Hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Pretes pada Tes Kemampuan

Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.9 berikut ini:

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

55

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen

Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,313 sedang

2 0,359 sedang

3 0,281 sukar

4 0,328 sedang

5 0,422 sedang

6 0,563 sedang

7 0,453 sedang

Dari Tabel 3.9 di atas diperoleh tingkat kesukaran untuk soal nomor 3

tergolong sukar, sedangkan soal lainnya tingkat kesukarannya sedang. Dengan

demikian seluruh soal ini dapat dipakai dalam penelitian.

Hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Postes pada Tes Kemampuan

Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.10 berikut ini:

Tabel 3.10

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen

Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,484 sedang

2 0,406 sedang

3 0,250 sukar

4 0,343 sedang

5 0,359 sedang

6 0,453 sedang

7 0,469 sedang

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diperoleh tingkat kesukarannya soal-soal

tersebut berderajat sedang, kecuali untuk soal nomor 3 tergolong sukar. Dengan

demikian seluruh soal ini dapat dipakai dalam penelitian.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

56

Selanjutnya hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Pretes pada

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.11 berikut ini:

Tabel 3.11

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)

Nomor

Soal

Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,359 sedang

2 0,328 sedang

3 0,359 sedang

4 0,234 sukar

5 0,422 sedang

6 0,531 sedang

7 0,500 sedang

Dari data pada Tabel 3.11 di atas, diperoleh informasi bahwa enam soal

tingkat kesukarannya sedang, satu soal tingkat kesukarannya berderajat sukar.

Dengan demikian dalam penelitian ini seluruh soal dapat dipakai.

Berikutnya hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Postes pada

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)

Nomor

Soal

Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,391 sedang

2 0,391 sedang

3 0,391 sedang

4 0,297 sukar

5 0,434 sedang

6 0,500 sedang

7 0,484 sedang

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

57

Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, diperoleh informasi bahwa hanya soal

nomor 4 yang sukar, sedangkan yang lainnya tingkat kesukarannya sedang. Oleh

karena itu soal-soal ini dipakai pada penelitian.

4. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara peserta didik berkemampuan tinggi dengan peserta didik berkemampuan

rendah (Arikunto, 2007:211). Perhitungan daya pembeda dilakukan dengan

menggunakan program Excel. Perhitungan lengkap Daya Pembeda ini disajikan

dalam Lampiran B.3 halaman 271 , B.6 halaman 282, B.9 halaman 293, dan B.12

halaman 304.

Hasil perhitungan Daya Pembeda untuk soal Pretes pada Tes Kemampuan

Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.13 berikut ini.

Tabel 3.13

Perhitungan Daya Pembeda Item Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,500 baik

2 0,531 baik

3 0,313 cukup

4 0,406 cukup

5 0,500 baik

6 0,750 baik

7 0,719 baik

Dengan memperhatikan Tabel 3.13 di atas, soal-soal untuk Pretes pada Tes

Kemampuan Berpikir Kritis memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada

kategori baik.

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

58

Hasil perhitungan Daya Pembeda item soal Postes untuk Tes Kemampuan

Berpikir Kritis dapat dilihat pada Tabel 3.14 di bawah ini.

Tabel 3.14

Perhitungan Daya Pembeda Item Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,469 baik

2 0,563 baik

3 0,250 cukup

4 0,375 cukup

5 0,594 baik

6 0,906 sangat baik

7 0,938 sangat baik

Berdasarkan Tabel 3.14 di atas, soal-soal untuk Postes pada Tes

Kemampuan Berpikir Kritis memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada

kategori baik. Untuk soal nomor 6 dan 7 berkategori sangat baik.

Hasil perhitungan Daya Pembeda untuk item soal Pretes Kemampuan

Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.15 berikut ini.

Tabel 3.15

Perhitungan Daya Pembeda Item Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)

Nomor

Soal

Daya Pembeda Interpretasi

1 0,594 baik

2 0,469 baik

3 0,469 baik

4 0,406 baik

5 0,281 cukup

6 0,625 baik

7 0,813 sangat baik

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

59

Berdasarkan Tabel 3.15 di atas, soal-soal untuk Pretes pada Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada

kategori baik.

Untuk hasil perhitungan Daya Pembeda item soal Postes pada Tes

Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16

Perhitungan Daya Pembeda Item Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,594 baik

2 0,594 baik

3 0,531 baik

4 0,406 baik

5 0,563 baik

6 0,688 baik

7 0,719 sangat baik

Dari Tabel 3.16 di atas diketahui bahwa seluruh item soal memiliki daya

pembeda berkategori baik. Sedangkan untuk soal nomor 7 berkategori sangat

baik.

2. Skala Sikap Peserta Didik

Skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap sikap

peserta didik terhadap pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah.

Dalam hal ini peserta didik diminta kesediaannya untuk memberikan pendapat

atau sikap terhadap pernyataan-pernyataan baik itu positif ataupun negatif.

Skala sikap ini memiliki pilihan jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (SS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Instrumen skala sikap ini

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

60

diberikan kepada peserta didik setelah keseluruhan proses pembelajaran dan

postes selesai dan diberikan pada kelas eksperimen saja.

Pembuatan skala sikap ini mengacu kepada ciri-ciri kemampuan berpikir

kreatif peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif. Selanjutnya skala

sikap ini dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk meminta pertimbangan

mengenai validitas isi skala sikap tersebut. Skala sikap dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan jawaban responden (Mulyana, 2005)

Hasil ujicoba angket skala sikap dianalisis menggunakan program Excel

dengan uji Alpha-Cronbach. Dari 28 item pernyataan yang diberikan kepada 30

responden, didapatkan hasil bahwa ke 28 pernyataan tersebut valid dan reliabel

maka semuanya dapat dipakai dalam penelitian ini. Selanjutnya mengenai

pemberian skor dan perhitungan lengkap disajikan dalam Lampiran B.13 halaman

310.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas peserta didik dan

guru selama proses pembelajaran berlangsung, interaksi antara peserta didik dan

guru, serta interaksi peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran

pemecahan masalah. Lembar observasi terdiri dari dua bagian yaitu lembar

observasi aktivitas guru dan lembar observasi bagi peserta didik. Guru bertindak

sebagai pelaksana langsung model pembelajaran pemecahan masalah di kelas

Eksprimen. Sedangkan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dilakukan

oleh peneliti dan 1 orang guru di sekolah tersebut sebagai observer. Pengamatan

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

61

dilakukan selama tujuh kali pertemuan dan hasilnya dicatat dalam lembar

observasi yang telah disediakan. Sedangkan daftar isian adalah daftar pertanyaan

bagi guru pengamat yang telah mengamati proses pembelajaran. Lembar

observasi untuk peserta didik dan guru berturut-turut disajikan dalam Lampiran

A.12 halaman 173 dan Lampiran A.13 halaman 176 . Sementara itu hasil analisis

observasi peserta didik dan guru berturut-turut disajikan dalam Lampiran C.48-

C.50 halaman 376-378 dan Lampiran C. 51-C.53 halaman 379-383.

4. Kuesioner

Kuessioner ini diberikan kepada guru-guru di sekolah tempat penelitian.

Dalam kuessioner ini diberikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan

pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam hal ini

para guru diharapkan untuk melengkapi daftar isian sebagai informasi atau

pendapatnya. Lembar kuesioner untuk guru disajikan dalam Lampiran A.14

halaman 179.

5. Jurnal

Jurnal berisi kesan peserta didik selama dilaksanakan pembelajaran

matematika dengan pendekatan pemecahan masalah. Pengisian jurnal oleh peserta

didik untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan dan minat peserta didk

terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Menganalisis jurnal kesan peserta didik dengan mengelompokan kesan

atau komentar peserta didik dalam kelompok komentar positif, negatif, biasa, atau

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

62

tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Format Jurnal tercantum

dalam Lampiran A. 17 halaman 183.

6. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui sikap dan kesan peserta didik

secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah. Wawancara berisi tanggapan peserta didik

terhadap penyajian pembelajaran oleh guru, proses pembelajaran yang dialami,

penyajian masalah, serta soal-soal pemecahan masalah yang tergolong soal-soal

non rutin. Wawancara juga dilaksanakan dengan guru yang terlibat langsung

dalam proses pembelajaran. Wawancara dengan guru dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana sikap dan pendapatnya terhadap pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Pedoman wawancara termuat dalam Lampiran A.15 dan A.16 halaman

181 dan 182.

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada enam cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu melalui tes, skala sikap, lembar observasi, kuesioner, jurnal dan wawancara.

Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran, sedangkan skala sikap, jurnal,

kuesioner, dan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran dan postes.

Lembar observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung untuk mengamati

kinerja guru dan aktivitas pembelajaran siswa.

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

63

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya diolah

melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Hasil Tes

a) Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan

sistem penskoran yang digunakan.

b) Membuat tabel yang berisikan skor tes hasil kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

c) Menghitung rerata skor tes setiap kelas

d) Menghitung deviasi standar untuk mengetahui penyebaran kelompok

e) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-

Smirnov.

f) Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui tingkat kehomogenan

distribusi populasi data tes dengan menggunakan uji Levene.

g. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus g factor (N-Gains) dengan rumus:

g = eMaks

ePost

SS

SS

Pr

Pr

(Hake dalam Nirmala, 2009)

h. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata ( uji-t) dengan

menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples Test.

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

64

2. Pengolahan data skala sikap

3. Pengolahan data lembar observasi

4. Pendeskripsian tanggapan guru tentang pembelajaran dan tes yang diberikan

yang diperoleh dari data kuesioner

5. Pendeskripsian tanggapan peserta didik tentang pembelajaran dan tes yang

diberikan yang diperoleh dari data jurnal dan wawancara.

G. Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan dalam studi ini dirancang sesuai dengan

pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan pemecahan masalah, dengan materi

beradasarkan kurikulum KTSP untuk kelas V semester I. Dengan materi bahasan

luas bangun datar dan volume bangun ruang. Selain itu, bahan ajar yang

digunakan pada kelas eksperimen didesain sesuai dengan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif peserta didik dalam matematika, seperti: kemampuan

menganalisis argumen, melakukan dan mempertimbangkan induksi, berpikir

lancar, luwes, orisinil, dan elaborasi, dapat berkembang dengan baik.

Secara umum bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran melalui

pendekatan pemecahan masalah memiliki dua bentuk, yaitu bahan ajar yang

dikemas dalam bentuk pemecahan masalah dan bahan ajar yang dikemas dalam

bentuk pengantar pada masalah. Bahan ajar yang dikemas dalam bentuk pengantar

kepada masalah disampaikan secara langsung tanpa melalui pengolahan dalam

aktivitas belajar. Dengan kata lain bahan ajar yang dikemas dalam bentuk

pengantar pada masalah ini mempunyai sifat informatif. Hal ini sesuai dengan

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

65

yang dikemukakan Suryadi (2005) bahwa bahan ajar yang disampaikan secara

langsung tanpa melalui pengolahan dalam aktivitas belajar disebut bahan ajar

yang bersifat informatif. Sedangkan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk sajian

masalah menuntut peserta didik untuk berpikir lebih dari biasa dan beraktivitas

mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan kreativitas peserta didik dalam

matematika yang diharapkan. Secara lengkap bahan ajar termuat dalam Lampiran

A.19 halaman 223.

H. Kegiatan Pembelajaran

Proses dan praktek pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar peserta didik. Kebanyakan proses dan praktek pembelajaran hanya

membuat peserta didik malas dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran,

penyebabnya adalah kurang berpartisipasinya peserta didik dalam pembelajaran di

kelas, yang merupakan akibat dari pendekatan yang kurang tepat dalam

mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Dengan dilakukannya penelitian ini

diharapkan dapat mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang

berhubungan dengan proses dan hasil belajar matematika peserta didik yang

diharapkan, termasuk diantaranya permasalahan kurang berpartisipasinya peserta

didik dalam pembelajaran tersebut.

Sesuai dengan desain penelitian yang dikemukakan di atas, di kelas

kontrol pembelajaran dilakukan melaui pendekatan konvensional (biasa),

sedangkan di kelas eksperimen pembelajaran dilakukan melalui pendekatan

pembelajaran pemecahan masalah matematika.

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

66

Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan sebagaimana

biasanya guru memulai pembelajarannya dengan membahas soal-soal yang

diberikan waktu yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan penjelasan

konsep yang baru secara informatif dilanjutkan dengan memberikan contoh soal,

dan berakhir dengan memberikan soal-soal rutin untuk latihan serta ditutup

dengan memberikan pekerjaan rumah.

Sedangakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen, aspek-aspek

pembelajaran yang menyangkut bahan ajar dan pola interaksi di dalam kelas yang

dijabarkan dalam bentuk skenario pembelajaran. Secara lengkap dapat dilihat

pada Lampiran A.18 halaman 184.

Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran

matematika dengan pendekatan pemecahan masalah pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal (± 10 menit)

a. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk menggali kemampuan

awal yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.

b. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen terdiri

dari 4-5 orang. Pengelompokan berdasarkan hasil pretes matematika peserta

didik.

2. Kegiatan Inti (± 50 menit)

a. Peserta didik dihadapkan pada masalah:

Peserta didik duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing.

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

67

Guru membagikan bahan ajar pada setiap peserta didik, yang disajikan

dalam bentuk soal-soal pemecahan masalah yang harus didiskusikan pada

kelompok masing-masing.

Guru mempersilahkan peserta didik untuk membaca dan memahami

LKPD sebelum diskusi kelompok, kemudian memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bertanya, barangkali ada bagian-bagian yang

perlu dijelaskan.

b. Diskusi kelompok

Peserta didik berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan.

Pada saat peserta didik berdiskusi, guru berkeliling pada setiap kelompok

untuk memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan.

Guru membantu kelompok yang mengalami kesulitan dengan

menggunakan teknik scaffolding, artinya guru memberikan pertanyaan-

pertanyaan arahan secara lisan agar peserta didik sampai pada solusi.

Guru memberikan bantuan kepada peserta didik secukupnya hanya pada

saat peserta didik mengalami kesulitan saja.

c. Diskusi Kelas /menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas

Setelah diskusi kelompok, guru mempersilakan peserta didik untuk

menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Menyajikan hasil kelompok secara bergiliran. Kesempatan pertama

diberikan kepada kelompok yang siap menyajikan hasil pekerjaannya,

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

68

tetapi seandainya tidak ada kelompok yang siap maju, guru menunjuk

kelompok secara acak untuk menyajikannya di depan kelas.

Pada saat satu kelompok menyajikan pekerjaanya di depan kelas

(perwakilan), anggota kelompok lain mencermati, mengoreksi, terhadap

pekerjaan yang disajikan.

Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan.

Kelompok penyaji menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

peserta didik atau kelompok lain.

Selama diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan

moderator jalannya diskusi supaya peserta didik dapat mengkonstruksi

pengetahuannya.

Guru bersama-sama dengan peserta didik melakukan refleksi yaitu

menganalisis kembali proses pemecahan masalah yang telah disajikan.

Apabila proses pemecahan masalah sudah benar, maka guru bertanya

kepada peserta didik mengenai alternatif pengerjaan yang lain.

d. Guru meminta peserta didik untuk memahami setiap cara pengerjaan yang

disajikan oleh setiap kelompok dan bertanya apabila ada cara penyelesaian

masalah yang diberikan tidak dipahami.

3. Kegiatan Akhir (± 10 menit)

Guru mengulas kembali tentang konsep yang telah dipelajari, dan

membimbing peserta didik untuk membuat rangkuman materi

pembelajaran yang dianggap penting.

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

69

Peserta didik diberi soal latihan secara individu sebagai tahapan

mengaplikasikan konsep yang baru saja dipahami.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan

pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

Guru menginformasikan materi dan tujuan yang ingin dicapai dalam

pembelajaran serta melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab.

b. Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi pelajaran

Guru memberikan latihan-latihan soal, peserta didik diminta

menyelesaikan secara individu

Guru meminta salah seorang peserta didik untuk mengerjakan di depan

kelas

Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memberi respon

lanjutan dan meminta peserta didik lain untuk memberikan tanggapan

terhadap pekerjaan peserta didik yang maju ke depan kelas.

Guru memberikan kesempatan pada peserta didik yang belum memahami

konsep untuk bertanya.

c. Kegiatan Akhir

Guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

Guru memberikan soal untuk dikerjakan di rumah.

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

70

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah kegiatan berikut ini:

1. Sebagai langkah awal, peneliti berkonsultasi kepada Kepala UPTD

Pendidikan Dasar Kecamatan Cigedug Kabupten Garut untuk

mengumpulkan informasi mengenai keadaan Sekolah Dasar di wilayah

tersebut.

2. Menentukan sampel penelitian, yang selanjutnya sampel dibagi menjadi

dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kotrol dengan

kategori level sekolah tinggi, sedang dan kurang.

3. Mengadakan observasi terhadap sekolah yang akan dijadikan sebagai

lokasi penelitian

4. Membuat kesepahaman dengan guru kelas V dan memberikan pelatihan

penerapan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) agar

penelitian bisa berjalan sesuai rencana yang sudah disiapkan.

5. Mengadakan pretes kepada masing-masing kelompok untuk mengetahui

kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam matematika yang

terkait langsung dengan bahan ajar, yaitu konsep luas bangun datar dan

volume bangun ruang di kelas V.

6. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah pada kelompok eksperimen, dan pembelajaran konvensional pada

kelompok kontrol selama 14 jam (7 kali pertemuan).

7. Memberikan tes pada akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar

siswa (2 jam pelajaran).

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/9384/4/t_pd_0808120_chapter3.pdfHayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif

Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

71

8. Memberikan data angket, kuessioner, jurnal, dan wawancara kepada

peserta didik dan guru.

9. Mengolah dan menganalisis data.

10. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.