bab iii metode penelitian - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/794/7/bab 3.pdf · c. teknik...
TRANSCRIPT
109
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah merupakan suatu rangkaian langkah yang
dilakukan secara terencana dan sitematis bedasarkan pedoman, untuk medapatkan
pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan langkah-langkah yang serasi, dan
saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan mempunyai
bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak
meragukan.1
Dalam penulisan disertasi guna memperoleh data dan informasi yang
objektif dibutuhkan data-data dan informasi yang aktual dan relevan. Seorang
peneliti yang akan melakukan penelitian, sebelumnya dituntut untuk mengetahui
dan memahami metode serta sistematika penelitian, jika hendak mengungkapkan
kebenaran melalui suatu kegiatan ilmiah. Penelitian ini menggunakan beberapa
teknik atau metode penelitian di antaranya yaitu paradigma penelitian, sumber
data, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
dan teknik keabsahan data.
A. Paradigma Penelitian
Istilah paradigma pertama kali dikemukakan oleh Thomas S. Khun dalam
The Structure of Scientific Revolutions yang mendefinisikan paradigma sebagai
pandangan hidup (world view atau weltanschuung) yang dimiliki oleh ilmuwan
1Saifullah, Buku Panduan Metodologi Penelitian (Malang: Fakultas Syari’ah UIN, 2006), 21.
110
dalam suatu disiplin ilmu.2 Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikemukakan Anderson,
paradigma merupakan suatu ideologi dan praktek suatu komunitas ilmuwan yang
menganut suatu pandangan yang sama untuk menilai aktifitas penelitian, dan
menggunakan metode serupa.3 Selain itu, istilah paradigma adalah sebuah
framework tak tertulis, berupa lensa mental atau peta kognitif dalam mengamati
dan memahami sesuatu yang dapat mempertajam pandangan terhadap dan
bagaimana memahami data.4 Dengan demikian, maka penelitian ini menggunakan
paradigma naturalistik, atau disebut juga paradigma definisi sosial yang bertujuan
untuk memahami (understanding) makna perilaku, simbol-simbol dan fenomena-
fenomena.5
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat naturalistik tersebut, fungsi
paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk fakta, melakukan prediksi,
menunjukkan hubungan dua variabel sebagaimana penelitian kualitatif, melainkan
lebih banyak untuk mengembangkan konsep dan untuk mengembangkan
pemahaman serta kepekaan peneliti,6 sehingga arahnya dapat dihasilkan
pemaparan yang jelas dalam penelitian tentang tradisi perkawinan loro pangkon.
Adapun penelitian ini dilihat dari jenisnya termasuk field research
(penelitian lapangan), yang menitik beratkan pada hasil pengumpulan data dari
2Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 91. 3Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 9. 4Lihat Fakultas Syaria’ah Universitas Islam Negeri Malang, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Cet. I (Malang: Fakultas Syari’ah, 2005),10. 5Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 93. 6Ibid.
111
informan atau nara sumber yang telah ditentukan.7 Penelitian ini dilaksanakan di
Dusun Mendek Desa Kutogirang Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Kajian
penelitian ini tentang “Tradisi Perkawinan Loro Pangkon (Studi Budaya
Masyarakat Muslim Jawa di Mojokerto Jawa Timur)” menggunakan pendekatan
kualitatif, karena proses penelitian ini mengacu kepada proses penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang dapat diamati. Maksudnya data tertulis atau lisan itu diperoleh
dari orang-orang yang sedang diwawancarai atau diamati dalam memberikan
penjelasannya tentang pandangan tradisi perkawinan loro pangkon dan nilai-nilai
spiritual di dalamnya.
Sebagaimana yang didapati dalam pendapat Taylor dan Bogdan bahwa,
qualitative methodologies refer to research procedures which produce descriptive
data: people’s own written or spoken words and observable behavior (metodologi
kualitatif mengacu kepada prosedur penelitian yang menghasilkan data tertulis
atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati).8 Dengan kata lain bahwa
penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya, sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan sebagainya secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
7Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 135. 8J. Taylor dan Steven Bogdan, Introduction to Qualitative Research Methods: The Search for Meanings (New York: John Wiley dan Son Inc., 1984), 5.
112
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.9 Peneliti sebagai instrumen
penelitian mengadakan pengamatan, wawancara dan pencatatan langsung di
lapangan, data-data yang akan dikumpulkan mayoritas data deskriptif, tidak
mengutamakan angka-angka atau statistik, tetapi tidak menolak data kuantitatif.
Penelitian ini mengutamakan proses dari pada produk. Penelitian ini untuk
mencoba mendeskripsikan dan memahami tradisi perkawinan loro pangkon dan
nilai-nilai spiritual di dalamnya. Di samping itu, penelitian ini mengutamakan data
langsung dari lapangan yang diperoleh oleh penulis sendiri. Penelitian ini
menggunakan pandangan emic, yaitu mementingkan pandangan informan dalam
memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. Penelitian ini
melakukan analisis data sejak awal penelitian sampai akhir penelitian, atau selama
penelitian berlangsung, dan penelitian ini bukan menguji hipotesis yang
berdasarkan teori-teori tertentu, tetapi untuk membangun atau untuk menemukan
teori yang berdasarkan pada data.10
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh penulis melalui wawancara
secara mendalam dengan berbagai pihak yang menjadi obyek dari penelitian,
menelaah kegiatan-kegiatannya yang berhubungan dengan kegiatan tradisi
9Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 6. 10Lihat S. Nasution dan Thomas, Buku Penuntun Membuat Tesis, Disertsi, Skripsi, dan Makalah (Bandung: Jemmars, 1989), 9-11, Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 4-7. Haris Supratno, “Wayang Sasak Lakon Dewi Rengganis dalam Konteks Perubahan Masyarakat di Lombok: Kajian Sosiologi Kesenian” (Disertasi Universitas Airlangga, Surabaya, 1996), 102-103, dan Sunarto, Dasar-dasar dan Konsep Penelitian (Surabaya: Program Pascasarjana IKIP Surabaya, 1997), 36-39.
113
perkawinan loro pangkon, dan sebagainya. Di samping itu, pemerolehan data
sangat penting artinya bagi penulis melalui data-data wawancara mendalam yang
dilakukan kepada para informan, data-data yang bersumber dari tulisan-tulisan
atau karangan orang lain, dan sebagainya, serta berkaitan erat dengan tradisi
perkawinan loro pangkon dan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
Sumber di atas diperoleh dengan menggunakan studi lapangan (field research)
yang terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung mengenai
orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam tradisi
perkawinan loro pangkon, yaitu dari sumber utama yakni para pihak
yang menjadi obyek dari penelitian ini. Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang dihasilkan melalui wawancara secara langsung dan
mendalam dengan subjek penelitian dan informan yang telah memahami
keberadaan tradisi perkawinan loro pangkon. Para tokoh masyarakat
yang diwawancarai adalah:
Tabel 3.1
No Golongan Nama Umur Desa/ Dusun Ket.
1 Tokoh Adat Mbah Wakim 67 th Ds. Kutogirang
2 Mas’ud 55 th Ds. Kutogirang
3 Mansur 60 th Ds. Kutogirang
4 Abd. Rahman 62 th Ds. Kutogirang
5 Tokoh Agama H. Nur Hasan 43 th Ds. Seloliman
Kec Trawas
114
6 Nur Abu Jamil 45 th Ds. Wiyu Kec.
Kutorejo
7 Moh. Anas 45 th Ds. Ngoro Kec.
Ngoro
8 Perangkat
tingkat Desa/
Kecamatan/
Kabupaten
Riduwan (Bapak
Camat Kec. Ngoro)
42 th Ds. Pugeran
9 Suwartining 39 th Ds. Kutogirang
10 Abd. Rahim
(Kepala Desa
Kutogirang)
Ds. Kutogirang
Kec. Ngoro
11 Suparto
(Kaur Umum)
54 th Ds. Kutogirang
Kec. Ngoro
12 Suwartining
(Kasun Ds. Gadon)
37 th Ds. Kutogirang
13 Baidowik
(Pegawai Pemda)
43 th Perum.
Japanraya
14 Buaji
(Pegawai Pemda)
53 th Ds.
Sumberpandan
Kec. Bangsal
15 Rohim
(Pegawai BPS)
43 th Ds. Sooko
16 Masyarakat Arifin 60 th Ds. Pugeran
Kec. Gondang
17 Muntoifah 35 th Ds. Kutogirang
18 Muhammad Farida 25 th Ds. Sajen Kec.
Pacet
115
19 Rodiyah Anggraini
Wilujeng
23 th Ds. Padi Kec.
Gondang
20 Kasir Santoso 48 th Ds. Padi Kec.
Gondang
21 Rusminingsih 47 th Ds. Padi Kec.
Gondang
22 Neo Adi
Kurniawan
27 th Ds. Ngoro Kec.
Ngoro
23 Nurul Farida 25 th Ds. Kutogirang
Kec. Ngoro
24 Tisno 57 th Ds. Kutogirang
Kec. Ngoro
25 Damiati 48 th Ds. Kutogirang
Kec. Ngoro
26 Jupri 69 th Dusun Krapyak
Ds. Kutogirang
27 Seniman
(Budayawan)
Pak Sabrot 56 th DKS Surabaya
28 Hengky Kusuma 52 th Jl. Ngaglik No.47
Surabaya
29 Dadang 65 th Ds. Ndelik Sumber Kec.
Benjeng- Gresik
30 Agus Kupris 59 th Ds. Kenongo Kec. Tulangan-
Sidoarjo
31 Pakde Kuntet 59 th Dusun Mendek Ds. Kutogirang
32 Bapak Denan 65 th Dusun Treceh Ds. Sajen Kec.
Pacet
116
33 Naryo 59 th Ds. Centong
34 Ahli Rias Hj. Ninik Arifin 63 th Ds. Pugeran Kec. Gondang
35 Ibu Jamil 45 th Ds. Wiyu Kec. Kutorejo
36 Etik 48 th Ds. Ngoro Kec. Ngoro
37 Ahli Dekorasi Munadi 50 th Ds. Ngimbangan
Kec. Mojosari
38 Ahli Pranata
Adicara
Puji 45 th Dusun Gampang Ds. Sumbertebu
Kec. Bangsal
36 KUA
(Penghulu)
Dr. Kasiru 46 th Ds. Balong Mojo Kec. Puri
37 Mujid Ridwan 42 th Ds. Jatirejo
b. Sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari sumber kedua
yang merupakan pelengkap, meliputi buku-buku yang menjadi referensi
terhadap tema yang diangkat.
C. Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, besarnya jumlah informan tidak menjadi keharusan
karena dalam studi kualitatif, besar kecilnya (jumlah) informan tidak dapat
dijadikan ukuran utama, yang penting dalam penelitian ini adalah kedalaman,
kompleksitas dan kekayaan atau kelengkapan data. Maka jumlah informan
ditentukan berdasarkan kecukupan data. Salah satu ukuranya adalah kejenuhan
data. Kejenuhan data diukur berdasarkan pertimbangan informasi yang
117
diperlukan. Jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, dan sudah mulai
terjadi pengulangan informasi, kegiatan koleksi data dapat diakhiri.11
Teknik penentuan informan dalam penelitian kualitatif sangat erat
kaitannya dengan faktor-faktor tekstual dan kontekstual. Teknik ini berbeda
dengan teknik sampling dalam penelitian kuantitatif yang respondennya dipilih
dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi
yang akhirnya responden dapat mewakili ciri-ciri suatu populasi. Dalam teknik
penentuan informan pada penelitian ini digunakan snawball sampling, yakni
responden diminta untuk menunjuk orang lain, dan selanjutnya proses ini
dilakukan secara berurutan.12
Objek yang dipilih untuk dijadikan sebagai penelitian kualitatif adalah
tidak didasari teknik probabilistic sampling melainkan disesuaikan dengan
harapan yang paling mungkin informasi yang diinginkan itu dapat diperoleh
(purposive sampling), yakni didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan
tujuan penelitian.13 Sementara itu dalam menentukan informan dalam penelitian
ini diperlukan persyaratan tersendiri yaitu, ia harus jujur, taat pada janji, patuh
pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk dalam anggota salah satu
kelompok yang bertentangan dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan
tertentu tentang sesuatu hal atau tentang peristiwa yang terjadi.14 Lebih jauh
penulis jelaskan bahwa dalam hal-hal tertentu informan perlu direkrut seperlunya,
dan diberi tahu maksud dan tujuan penelitian ini jika diperlukan, sehingga penulis
11Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 166. 12Lihat S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1996), 32. 13Lihat Sunarto, Dasar-dasar dan Konsep Penelitian, 46. 14Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 90.
118
memperoleh informan yang benar-benar mempunyai persyaratan. Oleh karena itu
sebaiknya penulis menyelidiki motivasinya, dan bila perlu mengetes informasinya
yang telah diberikan, apakah benar atau tidak.
Selain itu, untuk memilih informan, penulis juga memberikan beberapa
pertimbangan di antaranya: (1) mereka yang memiliki pengalaman tentang tradisi
perkawinan loro pangkon, (2) dewasa, (3) sehat jasmani dan rohani, (4) bersifat
netral, (5) tokoh masyarakat (orang-orang penting), (6) memiliki pengetahuan
sesuai dengan fokus penelitian.15 Pertimbangan utama dalam penentuan informan
pada penelitian ini diperlukan untuk menjaring informasi dan data, sehingga
temuannya dapat dijadikan analisis.
Jumlah informan dalam penelitian ini tidak dibatasi, karena sedikit
banyaknya informan tidak mempengaruhi penentuan penguasaan informasi dan
data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih itu atas dasar
betul-betul memiliki wawasan pengetahuan yang terkait dengan permasalahan
yang diajukan dalam penelitian ini. Dengan demikian pengumpulan data ini akan
berakhir atau selesai apabila sasaran yang dicapai telah terpenuhi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengamatan, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Ketiga teknik tersebut
dibahas satu persatu sebagai berikut.
15Lihat Setya Yuwana Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan (Surabaya: Unesa Unipress dan Citra Wacana, 2001), 91.
119
1. Pengamatan atau Observasi Partisipatif (Participant Observation)
Pengamatan merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data
dalam penelitian ilmiah. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara partisipasi
atau pengamatan terlibat dan tanpa partisipasi. Teknik pengamatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan partisipasi atau
pengamatan terlibat, bahwa pengamat harus berhasil memantapkan statusnya
sebagai teman,16 sehingga pengamatan ini akan lebih akrab dan mudah dalam
menggali data-data di lapangan. Di samping itu, ada beberapa hal yang harus
penulis perhatikan dalam melakukan pengamatan ini di antaranya: (1) ruang
dan waktu; (2) pelaku; (3) kegiatan; (4) benda-benda atau alat-alat; (5) waktu;
(6) peristiwa; (7) tujuan; (8) perasaan.17 Kedelapan hal tersebut saling
berkaitan, sehingga perhatian peneliti harus total pada apa yang sedang
diamati. Pengamatan terlibat kemungkinan tidak hanya dilakukan sekali atau
dua kali dalam waktu satu jam atau dua jam, melainkan dilakukan secara
intensif dalam waktu yang tidak terbatas; bisa dua bulan; enam bulan, bahkan
bertahun-tahun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan yang diperlukan.
Teknik observasi partisipatif akan menghasilkan data maksimal
karena berlangsung dalam interaksi sosial intensif antara peneliti dengan
informan penelitian, sehingga peneliti harus menenggelamkan diri dalam 16Lihat Setya Yuwana Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan 175. 17LihatSetya Yuwana Sudikan, “Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore”, dalam Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) 95-96.
120
kehidupan informan penelitian, misalnya, berbicara, bergurau, bersatu rasa
serta ikut menghayati kehidupan dan pengalaman mereka. Disebut observasi
partisipan karena peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, tapi juga
mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam
peristiwa-peristiwa yang diteliti. Sesuai pendapat Babbie,18 penelitian yang
dilakukan dengan keterlibatan langsung dengan yang diteliti, sehingga lebih
memahami gejala yang tidak diprediksi sebelumnya, serta mengembangkan
kesimpulan umum sementara untuk pengamatan selanjutnya.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini, di antaranya adalahyang
berkaitan dengan tradisi perkawinan loro pangkon dan nilai-nilai spiritual di
dalamnya.
2. Wawancara Mendalam (In dept Interviewing)
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan terkait.19 Secara garis besar teknik wawancara
ada dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dipersiapkan oleh penulis dan
sudah mengarah pada fokus penelitian, sedangkan wawancara tidak
18E. Babbie, The Practice of Social Research (California: Wads Worth Publishing Company, 1983), 30. 19M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 193-194.
121
terstruktur adalah wawancara yang bersifat bebas dan tidak direncanakan
tetapi penulis dituntut memiliki pengetahuan cara atau aturan wawancara.20
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, tetapi
tidak menutup kemungkinan digunakan juga teknik wawancara tidak
terstruktur. Dengan kata lain bahwa peneliti juga menggunakan wawancara
bebas terpimpin atau bebas terstruktur dengan menggunakan panduan
pertanyaan yang berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak
kehilangan arah.21 Di samping itu, dengan teknik ini penulis berperan
sekaligus sebagai piranti pengumpul data. Dalam wawancara penulis juga
mencermati perilaku gestural informan dalam menjawab pertanyaan,
sehingga data-data yang diperoleh dari hasil wawancara nanti dapat relevan
dan signifikan sesuai dengan penelitian ini.
Dalam pemanfaatan teknik wawancara, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh penulis, di antaranya: (1) waktu untuk wawancara,
diusahakan pada saat informan istirahat; (2) jangan terlalu lama dalam
mewawancarai (lebih baik datang secara berulang-ulang); (3) jangan
menanyakan hal-hal yang bersifat sensitif; (4) jangan ‘menggurui’ informan;
20Lihat Jacob Vredenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1983), 92. 21Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005),85.
122
5) jangan membantah jawaban informan; dan (6) jangan menyelah
pembicaraan informan.22
Masalah pencatatan data wawancara merupakan suatu aspek utama
yang amat penting dalam wawancara karena kalau pencatatan itu tidak
dilakukan dengan semestinya; sebagian dari kata akan hilang, dan banyak
usaha wawancara akan sia-sia belaka. Pencatatan dari data wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini bisa dilakukan dengan tiga cara tergantung
situasi dan kondisi yang ada, yaitu: (1) pencatatan langsung; (2) pencatatan
dari ingatan; dan (3) pencatatan dengan alat recording.23
Pemanfaatan cara-cara pencatatan tersebut dapat berfungsi yaitu:
pertama, pemanfaatan cara pencatatan langsung dapat dipergunakan penulis
untuk mengumpulkan data dari informan yang tidak berkeberatan
informasinya dicatat langsung oleh penulis. Data tersebut ditulis oleh penulis
secara tepat untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran data.
Kedua, pemanfaatan cara pencatatan dari ingatan dipergunakan untuk
mengumpulkan data mengenai gejala sosial budaya sesuai dengan penelitian
ini. Pemanfaatan cara ini dapat membantu untuk membina rapport dengan
informan. Penulis dapat terganggu oleh situasi yang menegangkan. Sepulang
dari wawancara, maka hasilnya segera dipindahkan ke dalam tulisan. Karena
22Lihat Setya Yuwana Sudikan, Metode Penelitian Sastra Lisan (Surabaya: Citra Wacana Press, 2002), 117. 23Lihat Setya Yuwana Sudikan, “Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore”, dalam Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian Kontemporer, 103.
123
bagaimana pun kuatnya ingatan penulis, maka tidak akan mampu merekam
informasi sebanyak-banyaknya untuk waktu yang lama. Oleh sebab itu, hasil
wawancara segera dipindahkan oleh penulis ke dalam catatan. Hal itu untuk
menghindari tidak tercatatnya informasi yang diperlukan.
Ketiga, bahwa alat-alat perekam sangat membantu penulis untuk
merekam informasi yang disampaikan informan saat wawancara sampai ke
hal-hal detil. Selain itu, informasi-informasi lainnya dapat disampaikan oleh
informan setelah mendengarkan rekaman sebelumnya. Penulis juga dengan
mudah menstranskripsikan hasil rekaman karena dapat diulang-ulang. Dalam
kaitannya dengan perekaman ini penulis menggunakan video record dan tape
recorder.
3. Dokumentasi (Documentation)
Dalam penelitian ini, di antara bagian yang dianggap penting dalam
pengumpulan data adalah teknik dokumentasi. Dokumen adalah setiap bahan
tertulis, film ataupun rekaman yang digunakan untuk mendukung
pengumpulan data dalam suatu penelitian.24 Teknik dokumentasi ini
digunakan karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan di
antaranya: (1) dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil;
kaya, dan mendorong; (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian; (3)
berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah,
24Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 216.
124
sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks; (4) relatif murah dan
tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan harus ditemukan; (5)
hasil kajian isi akan membuka kesempatan untuk memperluas tubuh
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.25 Dengan demikian pada
bagian pengumpulan data melalui teknik dokumentasi dalam penelitian ini,
penulis dapat menemukan dokumen-dokumen yang berupa bahan tertulis,
film ataupun rekaman tradisi perkawinan loro pangkon, serta tulisan-tulisan
dari berbagai sumber lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan Data
Untuk mempermudah memahami data yang diperoleh dan data terstruktur
secara baik, rapi dan sistematis, maka pengolahan data dengan beberapa tahapan
menjadi sangat urgent dan signifikan. Tahapan-tahapan pengolahan data adalah:
a. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah selesai
menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadangkala belum memenuhi
harapan peneliti, ada di antaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih,
berlebihan bahkan terlupakan.26 Oleh karena itu, untuk menentukan tahap
pertama, peneliti melakukan penelitian kembali data-data yang telah 25Lihat Egon G. Guba & Yvona S. Lincoln, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1981), 235. 26Burhan Bugi, Metodelogi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 182.
125
diperoleh dari lapangan berupa data primer maupun data sekunder. Terutama
dari aspek kelengkapan data, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya
dengan kelompok data yang lain, dengan tujuan apakah data-data tersebut
sudah mencukupi untuk memecahkan permasalahan yang diteliti atau belum.
Langkah ini dilakukan peneliti dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan
serta kekurangan data dalam penelitian, dan berusaha meningkatkan kualitas
data penelitian.
b. Classifaying
Penelitian ini agar lebih sistematis dan untuk menghindari
pengulangan pembahasan terkait dengan data yang diperoleh, maka
klasifikasi atau kategori ini memberikan kemudahan dari banyaknya bahan
yang didapatkan dari lapangan sehinggga isi penelitian mudah dipahami oleh
pembaca. Dalam hal ini merupakan langkah kedua, peneliti melakukan
pengklasifikasian (pengelompokan) terhadap seluruh data-data penelitian,
berupa data yang diperoleh dari hasil observasi maupun hasil wawancara
(interview) yang berkaitan dengan tradisi perkawinan loro pangkon, agar
lebih mudah dalam melakukan pembacaan dan penelaahan data sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan. Hal ini dilakukan karena para informan
penelitian sangat beragam (berbeda-beda) dalam memberikan informasi. Oleh
karena itu kemudian peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh
tersebut dan selanjutnya memilih mana data yang akan dipakai sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
126
c. Verifying
Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin
validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara
menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil wawancara
dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan yang
dinformasikan olehnya atau tidak. Di samping itu, untuk sebagian data
peneliti memverifikasinya dengan cara trianggulasi, yaitu mencocokkan
(cross-check) antara hasil wawancara dengan informan yang satu dengan
pendapat informan lainnya, sehingga dapat disimpulkan secara
proporsional.27
F. Teknik Analisis Data
Selanjutnya peneliti melakukan analysing (analisis) terhadap data-data
penelitian dengan tujuan agar data mentah yang telah diperoleh tersebut bisa lebih
mudah untuk dipahami. Analisis ini menggunakan teori-teori yang relevan yang
berkaitan (sangkut paut) dengan masalah yang dibahas. Teori yang digunakan
adalah cognitif antropology theory, atau ethnoscience atau etnografi baru,28 yaitu
dengan usaha mengamati untuk menemukan bagaimana masyarakat
mengorganisasi budaya mereka dalam pikiran mereka kemudian menggunakan
kebudayaan tersebut dalam kehidupan, sehingga tampak bahwa antropologi
kognitif dalam konsepsi Geertz disebut sebagai model for atau pattern for atau
27M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2006), 223. 28Amirudin, Metode Etnografi Pengantar; DR. Amri Marzali MA. Judul asli; The Etnopgraphic Interview oleh James P. Spradley, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997), 11.
127
dalam bahasa Indonesia disebut pada pola bagi tindakan.29 Langkah berikutnya
peneliti membangun dan mendeskripsikan melalui analisis dan nalar, sehingga
pada akhirnya dapat diperoleh gambaran yang jelas secara deskriptif kualitatif
mengenai tradisi perkawinan loro pangkon di Dusun Mendek Desa Kutogirang
Kec. Ngoro Kab. Mojokerto.
Demikian pula informasi dan data yang berhasil dikumpulkan dari
lapangan tadi, juga dianalisis melalui beberapa teknik analisis sesuai dengan jenis
data, di antaranya; (1) teknik kajian etnografi, (2) teknik analisis riwayat hidup
(life history), (3) dan teknik analisis isi (content analysis).
Teknik etnografi digunakan untuk memahami aktivitas kegiatan yang ada
di masyarakat Dusun Mendek Desa Kutogirang. Melalui teknik analisis etnografi
diperoleh temuan mengenai gambaran umum, karakteristik dan aktivitas
masyarakat Dusun Mendek Desa Kutogirang Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto Provinsi Jawa Timur sebagai tempat berlangsungnya tradisi
perkawinan loro pangkon.
Teknik analisis riwayat hidup (life history), penulis pergunakan untuk
menganalisis pengalaman hidup, pendidikan masyarakat, dan sebagainya. Teknik
analisis riwayat hidup30 ini juga menunjang teknik kajian etnografi tersebut, di
samping itu diharapkan untuk membantu dalam mengetahui masyarakat dalam
melestarikan tradisi loro pangkon dan nilai-nilai spiritual yang ada di dalamnya.
29Nur Syam,Madzhab-Madzhab Antropologi (Yogyakarta: LKis, 2007), 51-57. 30Analisis riwayat hidup seorang tokoh atau individu maupun riwayat kehidupan suatu masyarakat dalam bersosialisasi, hal ini untuk memperdalam pengertian terhadap kehidupan mereka berinteraksi di mana mereka itu hidup. Melalui pengakuan yang berupa riwayat hidup ini, seorang tokoh atau individu serta riwayat kehidupan masyarakat banyak mengungkapkan motivasinya, aspirasinya, ambisinya, mengenai pelestarian tradisi dan kehidupannya dalam masyarakat di mana ia tinggal.
128
Teknik analisis isi digunakan untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang dijawab dan ditemukan, yaitu tradisi perkawinan loro
pangkon dan nilai-nilai spiritual yang ada di dalamnya. Setelah metode ini
ditempuh, maka disimpulkan dengan pendekatan metode deduktif yaitu
menyimpulkan dari umum ke khusus.
Analisis data dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan
pengumpulan data sampai penelitian ini berakhir. Data dan informasi yang berasal
dari pengamatan, wawancara mendalam, catatan lapangan, dokumentasi, dan
sebagainya, terlebih dahulu dipilah dan dipilih berdasarkan kategori tertentu.
Kategori tersebut di antaranya: pandangan masyarakat terhadap tradisi
perkawinan loro pangkon dan nilai-nilai spiritual yang ada di dalamnya.
G. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dapat diketahui dengan menggunakan teknik
pemeriksaan. Lincoln dan Guba menyatakan bahwa pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan pada derajat kepercayaan (credibility), pemeriksaan
keteralihan (trans-ferability) dan kepastian (confir-mability).31
Untuk memeriksa keabsahan dan kebenaran data pada penelitian ini
dilakukan kegiatan yaitu (a) melakukan trianggulasi, (b) melakukan
peerdebriefing, (c) melakukan member-check dan audit trial.32 Adapun dalam
penelitian ini menggunakan langkah-langkah trianggulasi (1) trianggulasi sumber
data, yang dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan, 31Setya Yuwana Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan (Surabaya: Unesa Unipress dan Citra Wacana, 2001), 83. 32Ibid.
129
yaitu orang yang terlibat langsung dengan objek kajian, dan (2) trianggulasi
metode. Langkah pertama digunakan untuk menguji kelengkapan dan ketepatan
data, yaitu dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Langkah
yang kedua digunakan untuk pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan
cara menggunakan bermacam-macam metode pengumpulan data.
Teknik peerdebriefing dilakukan untuk memeriksa data dan menguji hasil
analisis data dengan pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Diskusi juga dilakukan
dengan pakar kebudayaan, budaya Jawa, pakar metode penelitian budaya, dan
pakar metode penelitian masyarakat, baik hasil analisis sementara atau hasil
analisis akhir. Untuk menguji kebenaran dan ketepatan penelitian ini, penulis
mengkonsultasikan kepada kedua promotor.
Teknik member ceck dilakukan dengan cara mengecek kepada informan
mengenai data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang sudah
diinterpretasi kemudian dikonfirmasikan kepada informan untuk mengetahui
keabsahan datanya. Begitu juga untuk teknik audit trial, data mentah, hasil
analisis data, hasil sintesis data dan catatan, proses yang digunakan kemudian
diperiksa untuk menguji keakuratan data.
130
Kerangka Berpikir Penelitian
TRADISI PERKAWINAN LORO PANGKON (Studi Budaya Masyarakat Muslim Jawa di Mojokerto Jawa Timur)
Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan tradisi perkawinan
loro pangkon dalam perspektif muslim Jawa.
2. Mendeskripsikan pola akulturasi masyarakat muslim Jawa dalam tradisi perkawinan loro pangkon.
Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data
1. In-dept Interviewing. 2. Participant
observation. 3. Field Notes. 4. Documentation.
Data dan Sumber Data/ Informan
Jenis Penelitian Kualitatif
Paparan dan Analisa Data 1. Konteks Penelitian. 2. Epistemologi Muslim
Jawa
Metode Analisis Data Deskriptif kualitatif
Temuan Penelitian 1. Tradisi perkawinan loro
pangkon dalam perspektif muslim Jawa.
2. Pola akulturasi muslim Jawa dalam tradisi perkawinan loro pangkon.
Implikasi Teoretik
Penelitian Proposisi Ilmiah
Kajian Pustaka tentang Budaya
1. Etnografi. 2. Epistemologi
Muslim Jawa. 3. Interpretasi
budaya
Pendekatan Penelitian dan Kerangka Teoretik
1. Islam 2. Antropologi 3. Sosiologi 4. Akulturasi Budaya 5. Pertunjukan Wayang 6. Konsep Budaya Jawa
--------------- Kerangka Teoretik
Latar Belakang Masalah
Fenomena yang terjadi pada tradisi perkawinan loro pangkon di masyarakat muslim Jawa di Mojokerto Jawa Timur memiliki pola bangunan epistemologi. Pemahaman dan pemaknaan budaya masyarakat muslim tersebut dibangun melalui bentuk-bentuk simbolik, di antaranya terdapat pada benda-benda yang dimanfaatkan dalam tradisi perkawinan loro pangkon.
131