bab iii metode penelitian 3.1 desain penelitian...
TRANSCRIPT
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen
yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat, dengan cara
mengidentifkasi dan mengamati satu atau lebih kelompok eksperimental dan
satu atau lebih kondisi eksperimen. Penelitian eksperimen pada prinsipnya
didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi,
2011:179). Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011:72). Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian eksperimen bertujuan
untuk membandingkan hasil yang telah didentifikasi dengan satu atau lebih
kelompok yang dikenai dengan perlakuan lain.
3.1.2 Desain Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain
eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental (nondesign), yang meliputi: one-
shot case studi, one group pretest-posttest, intec-group comparison; (2)
true-experimental, meliputi: posttest only control design, pretest-control
group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental,
meliputi: time series design dan nonequivalent control group design. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen
dengan jenis intec-group comparison. Menurut Sugiyono (2011:75) desain
jenis intec-group comparison terdapat satu kelompok yang digunakan untuk
penelitian, tetapi dibagi menjadi dua, yaitu setengah untuk kelompok
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol
25
(yang tidak diberi perlakuan). Sehingga dalam menentukan kedua group/
kelompok harus dibagi secara acak/ heterogen.
Desain penelitian pre experimental dengan rancangan intec-group
comparison dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3 Pre-experimental intec-group comparison
Keterangan:
O1 : hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan.
O2 : hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi
perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
3.2 Subjek Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SDN Ledok 05 Salatiga
yang beralamat di Jalan Argobudoyo 14 Ledok Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN Ledok
05 Salatiga yang berjumlah 44 siswa, terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 18
siswa perempuan. Seluruh siswa kelas IV tersebut nantinya dibagi menjadi
2 sama banyak, yaitu 22 siswa untuk kelompok eksperimen, dan 22 siswa
untuk kelompok kontrol.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011:2).
Penelitian ini terdapat tiga macam variabel, yaitu satu variabel bebas
(variabel pengaruh) dan dua variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
X O1
O2
26
2011:4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
X : Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar IPA.
Y1 : Keaktifan
Y2 : Hasil belajar IPA
3.3.2 Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2011:31), “definisi operasional adalah penentuan
konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang
dapat diukur”. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang
digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga
memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran
konstrak yang lebih baik. Dalam penelitian ini, definisi operasional yaitu
model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, keaktifan, dan hasil
belajar.
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (murid
sebagai fasilitas dan penjelas) yang didefinisikan sebagai model
pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil berjumlah anggota
tiap kelompok 4-5 siswa untuk dapat memberikan kesempatan kepada
siswa/ peserta dalam mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta
lainnya dengan menekankan pembelajaran yang mengaktifkan siswa melalui
penyajian materi yang dilakukan, sehingga siswa dapat menghubungkan
materi dengan kegiatan sehari-hari di lingkungan siswa.
Keaktifan adalah siswa yang terlibat secara fisik, psikis, intelektual,
dan emosional secara terus menerus untuk memproses dan mengolah
perolehan belajarnya dengan harapan mampu menjalankan kegiatan dengan
maksimal sehingga hasil yang diperoleh mempunyai manfaat yang lebih
27
baik dibandingkan dengan siswa yang hanya rutin mengikuti kegiatan
sekolah.
Hasil belajar adalah bukti usaha yang dicapai siswa berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dalam memahami serta menyelesaikan
permasalahan dan juga kemampuan yang dimiliki seseorang setelah
menerima pengalaman belajaranya, dengan ketentuan harus valid (sahih),
objektif, transparan. Hasil belajar ini didapat dari skor perolehan siswa
setelah melaksanakan evaluasi pembelajaran melalui tes hasil belajar IPA
yang dilaksanakan setelah siswa diberikan treatment berupa pembelajaran
dengan model Student Facilitator and Explaining dan pembelajaran
konvensional.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan alat
pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah teknik observasi dan tes.
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan yang dilakukan
guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas sesuai sintak pembelajaran
dan mengamati keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Pengamatan dilakukan dengan membuat lembar pengamatan/ lembar
observasi. Dalam lembar pengamatan ini dicantumkan indikator-indikator
yang dapat dijadikan acuan untuk mengamati kemampuan guru dalam
mengajar dan keaktifan siswa selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung. Selain itu lembar observasi juga digunakan untuk mengamati
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, apakah sesuai dengan
langkah-langkah RPP yang telah ditulis atau tidak. Sehingga dapat diketahui
bahwa observasi ini bertujuan untuk mengamati tindakan guru dan respon
keaktifan siswa pada waktu kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Tes digunakan
untuk memperoleh data hasil belajar (aspek kognitif) yang dilakukan
28
sesudah tindakan dengan menggunakan model Student Facilitator and
Explaining dan pembelajaran konvensional. Tes ini diberikan pada kedua
kelompok yang akan digunakan untuk penelitian. Soal yang diberikan
terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Bentuk soal tes yang
diberikan berupa soal pilihan ganda berjumlah 25 soal. Instrumen yang
digunakan adalah soal tes yang telah diuji validitas di kelas V SDN Ledok
05 Salatiga. Tes ini dipergunakan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa
baik kelompok yang diajar dengan menggunakan model Student Facilitator
and Explaining maupun kelompok yang diajar dengan pembelajaran
konvensional.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan lembar observasi yang berisi kisi-kisi tindakan guru dan
indikator keaktifan siswa. Lembar observasi ini tujuannya untuk mengamati
tindakan guru dan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Selain lembar observasi, instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
juga menggunakan soal tes evaluasi berbentuk pilihan ganda. Soal tes
evaluasi digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA.
1. Lembar Observasi
Lembar obeservasi digunakan untuk mengamati tindakan guru dan
keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
dengan pembuatan lembar observasi berdasarkan kisi-kisi tindakan guru
dalam melaksanakan sintak pembelajaran dan respon keaktifan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Berikut adalah kisi-kisi lembar
pengamatan tindakan guru pada kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang dapat dilihat pada
Tabel 2, kisi-kisi lembar pengamatan tindakan guru pada kelompok kontrol
29
dengan menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Tabel
3, dan kisi-kisi lembar keaktifan siswa pada Tabel 4.
Tabel 2
Kisi-kisi Tindakan Guru dengan Model Student Facilitator and
Explaining untuk Kelompok Eksperimen
No Tahap
Pembelajaran
Fase
Pembelajaran
Aspek yang
Diamati
Ya Tdk
1. Kegiatan
Awal
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang ingin
dicapai.
1. Guru memberi
salam, dan
meninjau
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan
apersepsi.
3. Guru
menyampaikan
judul dan tujuan
pembelajaran
yang akan dicapai
siswa.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Guru
mendemonstra
sikan/
menyajikan
materi.
1. Guru
menyajikan/
mendemonstrasik
an gambar dan
video tentang
bencana alam di
Indonesia kepada
siswa.
2. Guru dan siswa
melakukan
Tanya jawab
mengenai video
dan gambar
bencana alam.
30
Elaborasi
Memberikan
kesempatan
siswa/ peserta
untuk
menjelaskan
kepada peserta
lainnya baik
melalui bagan/
peta konsep
maupun
lainnya.
Guru
menyimpulkan
ide/ pendapat
dari siswa
3. Guru dan siswa
mengaitkan
peristiwa
perubahan
kenampakan
permukaan bumi
dengan
kehidupan sehari-
hari.
4. Guru membentuk
kelompok dan
menjelaskan
langkah-langkah
diskusi.
5. Guru
membimbing
siswa dalam
melakukan
diskusi dan
presentasilaporan
hasil diskusi.
6. Guru memberi
kesempatan
kepada siswa
untuk bertanya,
menanggapi,
menyanggah, dan
menambah
pendapat dari
kelompok lain.
7. Guru
menyampaikan
kesimpulan
pendapat atau ide
yang
disampaikan
siswa selama
presentasi.
31
Konfirmasi
8. Guru memberi
kesempatan pada
siswa untuk
bertanya
mengenai hal-hal
yang belum
dipahami.
9. Guru
menanyakan
teknik mengajar
dan perasaan
siswa selama
mengikuti
pembelajaran.
3. Penutup Guru
menerangkan
semua materi
yang disajikan
saat itu.
Penutup
1. Guru membuat
kesimpulan
mengenai materi
yang telah
dipelajari tentang
perubahan
kenampakkan
permukaan bumi
dan meminta
siswa untuk
mencatat
kesimpulan.
2. guru memberikan
ungkapan
motivasi kepada
siswa.
3. Guru mengakhiri
pembelajaran dan
mengucapkan
salam.
32
Tabel 3
Kisi-kisi Tindakan Guru dengan Pembelajaran Konvensional untuk
Kelompok Kontrol
No Tahap
Pembelajaran
Fase
Pembelajaran
Rumusan Ya Tdk
1. Kegiatan
Awal
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
1. Guru
mengucapkan
salam, dan
meninjau
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan
apersepsi.
3. Guru
menyampaikan
judul dan tujuan
pembelajaran
yang akan dicapai
siswa.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
Guru
menyajikan
materi.
Guru
membimbing
diskusi
kelompok
1. Guru menyajikan
gambar macam-
macam bencana
alam.
2. Guru
menjelaskan
gambar bencana
alam dan
penyebabnya
serta mengaitkan
dengan
kehidupan sehari-
hari.
3. Guru membagi
siswa ke dalam
beberapa
kelompok,
kemudian
menjelaskan
langkah-langkah
diskusi.
4. Guru
mengumpulkan
hasil diskusi
siswa.
33
Konfirmasi Guru dan
siswa
melakukan
tanya jawab
5. Guru memberi
kesempatan pada
siswa untuk
bertanya
mengenai hal-hal
yang belum
dipahami.
3. Penutup Menerangkan
semua materi
dalam
kesimpulan
Penutup
1. Guru membuat
kesimpulan
mengenai materi
yang telah
dipelajari tentang
perubahan
kenampakkan
permukaan bumi.
2. guru memberikan
ungkapan
motivasi kepada
siswa.
3. Guru mengakhiri
pembelajaran dan
mengucapkan
salam.
Tabel 4
Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa
No Aspek yang Diamati Indikator Banyak Siswa
4 3 2 1
1. Turut serta dalam
melaksanakan tugas
belajarnya.
Siswa ikut serta dalam
proses pembelajaran
seperti mendengarkan,
memperhatikan, mencatat
hal-hal penting,
mengutarakan pendapat.
2. Terlibat dalam
pemecahan masalah
Semua siswa turut aktif
dalam menyelesaikan
masalah pada saat guru
dan siswa melakukan
tanya jawab mengenai
materi.
3. Bertanya kepada siswa
lain/ kepada guru
apabila tidak
Siswa bertanya kepada
teman atau guru jika
belum memahami apa
34
memahami persoalan
yang dihadapinya.
yang harus dilakukan/
belum memahami maksud
permasalahan yang
hendak dipecahkan
bersama kelompok.
4. Berusaha mencari
berbagai informasi
yang diperoleh untuk
pemecahan masalah.
Siswa berusaha mencari
informasi/cara yang bisa
digunakan dalam
menyelesaikan
permasalahan dalam teks
berita/soal melalui
membaca teks berita,
menyusun puzzle, dan
membaca informasi dari
buku.
5. Melaksanakan diskusi
kelompok.
Siswa bersama kelompok
bekerjasama untuk
menyusun puzzle dan
menyelesaikan masalah
yang disajikan.
6. Menilai kemampuan
dirinya dan hasil yang
diperolehnya.
Siswa menilai
kemampuan dirinya yaitu
dengan mencoba
mendiskusikan
permasalahan yang
disajikan.
7. Melatih diri dalam
memecahkan soal.
Siswa dapat memecahkan
masalah yang telah
didiskusikan bersama
kelompok.
8 Kesempatan
menggunakan/menerap
kan apa yang
diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas /
persoalan yang
dihadapinya.
Siswa menerapkan apa
yang telah diperoleh
dalam pembelajaran dan
diskusi melalui dengan
cara bertanya,
menanggapi, menyanggah,
menambahkan pendapat
pada saat ada teman yang
presentasi.
35
Jumlah Item : 8 Item
Skor/Item : 4
Skor Maksimal : 32
Skor Minimal : 8
Jarak interval : skor tertingi − skor terendah
jumlah kelas interval
32−8
4=
24
4= 6
Interpretasi mengenai kriteria keaktifan siswa dalam penelitian ini
mengacu pada skala likert dengan respon skala 4 yaitu sangat aktif, aktif,
tidak aktif, dan sangat tidak aktif. Menurut Widoyoko (2012:106) pilihan
respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik atau lebih
lengkap dibandingkan dengan skala tiga, sehingga mampu mengungkap
lebih maksimal perbedaan sikap responden. Kriteria keaktifan siswa dapat
dilihat berdasarkan jumlah skor keaktifan yang disesuaikan dengan keriteria
keaktifan yang telah ditetapkan. Jumlah skor dan kriteria tersebut dapat
dilihat melalui Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5
Kriteria Keaktifan Siswa
Jumlah Skor Keaktifan Kriteria Keaktifan
27 – 32 Sangat Aktif
21 – 26 Aktif
15 – 20 Kurang Aktif
8 – 14 Sangat Tidak Aktif
2. Lembar Soal Tes
Tes yang dilakukan digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA
siswa. Bentuk soal tes yang digunakan berupa pilihan ganda dengan jumlah
25 soal. Untuk menjamin bahwa instrumen tes yang akan digunakan
merupakan instrumen yang baik, maka instrumen tes disusun mengikuti
langkah-langkah penyusunan soal. Langkah-langkah dalam pembuatan soal
36
tersebut yaitu: menyusun kisi-kisi soal, uji coba instrumen, uji validitas dan
reliabilitas. Berikut adalah kisi-kisi soal tes evaluasi yang dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6
Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validitas
SK :10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan.
KD : 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap
daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).
No Indikator Jenis
soal
Nomor
Item
Soal
Jumlah
Soal
1 Mengidentifikasi macam-macam
perubahan fisik yang terjadi di
daratan (erosi, abrasi, banjir, dan
longsor).
Pilihan
Ganda
2, 12, 21,
23.
4
2 Menceritakan kembali perubahan
lingkungan fisik pada permukaan
bumi.
Pilihan
Ganda
1, 3, 6, 8,
10, 14,
15, 18,
19, 20,
21, 24,
25.
13
3 Menyebutkan akibat yang
ditimbulkan dari perubahan fisik
terhadap daratan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
Pilihan
Ganda
4, 5, 7, 9,
11, 13,
16, 17.
8
Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar IPA pada Tabel 6 merupakan
instrumen tes yang belum divalidasi. Untuk melakukan uji validasi
instrumen berdasarkan kisi-kisi tersebut, terlebih dahulu instrumen diuji
cobakan pada kelas atas yang telah menerima materi perubahan
kenampakkan permukaan bumi. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
dalam penelitian ini digunakan untuk menguji setiap item soal yang
nantinya akan diujikan pada kelas yang menjadi subjek penelitian. Uji
validitas dan reliabilitas instrumen yang telah disusun diujikan pada kelas
37
yang tidak menjadi subjek penelitian yaitu di kelas V SD N Ledok 05
Kota Salatiga.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu tes dikatakan
valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebuah
item (butir soal) dikatan valid apabila mempunyai dukungan yang besar
terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi
atau rendah.
Validasi butir soal dalam penelitian ini dilakukan dengan aplikasi
program SPSS for windows versi 22.0. Adapun langkah-langkah dalam
menghitung validasi butir soal dengan SPSS versi 22.0 yaitu: membuka
SPSS 22 – file new data – data view – memasukkan data pada tabel data
view – variable view - analyze – correlate - bivariate – bivarriate
correlation – memasukkan semua variabel ke dalam variables – ok. Hasil
validitas pada butir soal dapat dilihat pada output SPSS.
Kriteria kevalidan soal adalah jika rhitung > rtabel maka koefisien item
soal tersebut valid dan jika rhitung negatif dan rhitung ≤ rtabel maka koefisien
item soal tidak valid, rtabel diperoleh pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 0,05)
dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 (Sugiyono, 2011:373).
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang menunjukkan
validitas ditunjukkan oleh Tabel 7 sebagai berikut:
38
Tabel 7
Kriteria Validitas Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,800-1,00
0,600-0,800
0,400-0,600
0,200-0,400
0,00-0,200
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
(Arikunto, 2012:89)
Instrumen soal tes yang akan diberikan pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dilakukan uji coba terlebih dahulu. Instrumen
diujikan di kelas V SDN Ledok 05 Salatiga. Dalam uji coba soal tes ini,
jumlah data siswa kelas V sebanyak 23 siswa sehingga dapat diperoleh
(N=23). Untuk N=23 dan taraf signifikan 5%, nilai rtabel adalah 0,413.
Sehingga butir soal dapat dikatakan valid jika r hasil perhitungan > 0,413.
Instrumen soal tes yang dujikan dalam penelitian ini berjumlah 25 soal
pilihan ganda. Berdasarkan perhitungan validitas menggunakan bantuan
SPSS for windows versi 22.0 dari 25 soal yang diujikan 22 soal dinyatakan
valid karena rhitung > 0,413, dan 3 soal dinyatakan tidak valid, karena rhitung <
0,413.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
jika tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap. Maka pengertian
reliabilitas tes berhubungan dengan masalah hasil tes atau jika hasil tes
berubah-ubah, perubahan yang dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2012:100).
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini
diukur dengan menggunakan aplikasi program SPSS for windows versi 22.0.
Langkah-langkah dalam menghitung/ mengetahui reliabilitas butir soal
yaitu: analyze - scale – reliability analysis - item soal yang valid dipindah
39
ke dalam items, item yang gugur diabaikan – statistics – scale if item
deleted – continue – ok.
Nilai r yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product moment
pada tabel dengan taraf signifikan 5% . Jika rhitung > rtabel maka item tes yang
diujicobakan tersebut adalah reliabel. Penelitian ini rtabel adalah 0,413,
dikarenakan jumlah N=23. Cronbach’s Alpha dalam penelitian ini sebesar
0, 956 (terlampir) dan dapat dikatakan bahwa reliabilitas untuk soal sangat
tinggi. Adapun interpretasi derajat reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh
Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8
Kriteria Reliabilitas Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,800-1,00
0,600-0,800
0,400-0,600
0,200-0,400
0,00-0,200
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
(Arikunto, 2012:89
3.4.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Suatu tes hasil belajar yang baik memiliki butir soal dengan tingkat
kesukaran yang seimbang, artinya berdistribusi secara normal. Menurut
Arikunto (2012:222) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Besarnya indeks kesukaran soal (difficulty index) pada soal evaluasi
berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0. Artinya soal dengan indeks
kesukaran 0,0 menujukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya jika
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Sehingga
40
semakin mudah soal evaluasi yang diberikan, maka semakin besar pula
indeksnya. Menurut Arikunto (2012:223) rumus untuk mencari tingkat
kesukaran soal/ indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan berdasarkan Tabel 9
sebagai berikut:
Tabel 9
Indeks Kesukaran Soal
P-P Klasifikasi
0,00 – 0,30 Soal Sukar
0,31 – 0,70 Soal Sedang
0,71 – 1,00 Soal Mudah
(Arikunto, 2012:225)
Berdasarkan instrumen soal yang telah dibuat, soal-soal tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan indeks kesukaran soal. Klasifikasi tingkat
kesukaran soal dapat dilihat padada Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
No P-P Klasifikasi Nomor Item Soal
1. 0,00 – 0,30 Soal Sukar -
2. 0,31 – 0,70 Soal Sedang 1, 2, 5, 6, 8, 9, 11,
12, 13, 15, 16, 19,
23.
3. 0,71 – 1,00 Soal Mudah 3, 4, 7, 10, 14, 17,
18, 20, 21, 22, 24,
25.
Pada Tabel 10 terlihat bahwa indeks kesukaran soal dengan jumlah
soal 25 butir untuk klasifikasi soal sedang dan mudah hanya selisih 1. Soal
41
dengan klasifikasi sedang berjumlah 13 butir, sedangkan soal dengan
klasifikasi mudah berjumlah 12 butir. Kemudian untuk klasifikasi soal sukar
tidak ada, artinya dari 25 item soal tersebut tidak terdapat soal yang sangat
sulit sehingga dapat dikerjakan oleh siswa.
3.4.5 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data
yang akan dianalisis homogen atau tidak. Pada pra penelitian data yang
diambil adalah data dari nilai tes mata pelajaran IPA siswa kelas IV
semester 1. Data nilai tes IPA siswa semester 1 ini selanjutnya di buat uji
kesetaraan/ uji homogenitas menggunakan bantuan aplikasi program SPSS
for windows versi 22.0 yaitu dengan tabel F test (Levenes Test) pada uji
komparasi independent t test. Langkah-langkah dalam menghitung yaitu:
memasukkan nilai tes IPA siswa kelas IV SDN Ledok 05 semester 1 pada
data view kolom variabel 2, sedangkan kelompok pada kolom variabel 1 –
variable view - analyze – compare means – independent sample t test –
memasukkan variabel 2 pada test variables – variabel 1 pada grouping
variables – define groups isi 1 dan 2 – continue - ok.
Kriteria pengujian uji homogenitas untuk menentukan kedua
kelompok berasal dari kelompok yang homogen atau tidak adalah jika
signifikansi hasil perhitungan > 0,05 maka data kedua kelompok berasal
dari kelompok yang homogen sebaliknya jika signifikansi hasil perhitungan
< 0,05 maka data kedua kelompok berasal dari kelompok yang tidak
homogen. Berikut ini disajikan hasil uji homogenitas pra-penelitian
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Tabel 11 sebagai berikut:
42
Tabel 11
Hasil Uji Homogenitas Pra Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol SDN Ledok 05 Salatiga
Group Statistics
VAR00001 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VAR00002 K. eksperimen 22 74.5000 6.71707 1.43208
K. kontrol 22 77.4545 4.82777 1.02928
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
VAR00002 Equal
variances
assumed
2.915 .095 -1.675 42 .101 -2.95455 1.76360 -6.51364 .60455
Equal
variances not
assumed
-1.675 38.126 .102 -2.95455 1.76360 -6.52438 .61529
Berdasarkan tabel F test (Levenes Test) pada Tabel 11 dapat dilihat
bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari
kelompok yang homogen. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan kriteria
pengujian untuk nilai F sebesar 2,915 dengan nilai signifikansinya 0,095.
Karena sig > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua kelompok
berasal dari kelompok yang homogen.
3.4.6 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data yang akan dianalisis. Pada penelitian ini, uji normalitas
menggunakan aplikasi program SPSS for windows versi 22.0 yaitu
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Adapun langkah-langkah dalam
menghitung adalah: memasukkan nilai tes IPA siswa kelas IV SDN Ledok
05 Salatiga pada data view (kelompok eksperimen variabel 1 dan kelompok
kontrol pada variabel 2) – variable view- analyze – nonparametrc test – 1
43
sample K-S – memasukkan semua variabel ke kotak test variable list – ok.
Kriteria dari uji normalitas adalah jika signifikansi hasil perhitungan > 0,05
berarti data berdistribusi normal sebaliknya jika signifikansi hasil
perhitungan < 0,05 berarti data berdistribusi tidak normal. Hasil uji
normalitas pra penelitian ditunjukkan pada Tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Pra Penelitian SDN Ledok 05 Salatiga (Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
K. Eksperimen K. Kontrol
N 22 22 Normal Parameters
a,b Mean 74.5000 77.4545
Std. Deviation 6.71707 4.82777 Most Extreme Differences Absolute .166 .182
Positive .166 .182 Negative -.132 -.169
Test Statistic .166 .182 Asymp. Sig. (2-tailed) .118
c .055
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh hasil bahwa data normalitas
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang didapat berdistribusi
normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil signifikansi > 0,05 yaitu kelompok
eksperimen sebesar 0,118 dan kelompok kontrol sebesar 0,055. Jadi dari
output tabel hasil uji normalitas dapat diambil kesimpulan bahwa data
tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
3.5 Teknik Analisis Data
Menguji signifikansi perbedaan mean antar kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol analisis data yang digunakan adalah dengan
menggunakan uji t-test. Uji t-test digunakan untuk menguji signifikansi
perbedaan mean antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Data yang terkumpul dari hasil tes evaluasi pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya dilakukan pengujian
44
perbedaan rata-rata. Untuk menguji perbedaan rata-rata digunakan uji t (t-
test) yang dilakukan dengan bantuan SPSS for windows versi 22.0. Uji t (t-
test) digunakan untuk menguji perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining (kelompok eksperimen) dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Setelah mengetahui
perbedaan rata-rata siswa, selanjutnya mebuktikan hipotesis.
Menurut Riduwan dan Akdon (2010:222) untuk membuktikan
hipotesis dapat menggunakan dua cara. Cara 1 ada hubungannya dengan
thitung dan ttabel menggunakan tabel t dengan taraf signifikansi: = 0,05,
selanjutnya mencari nilai ttabel menggunakan tabel t untuk uji dua pihak
dengan rumus: df = N-1.
Kaidah keputusan sebagai berikut:
1. Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ha diterima Ho ditolak. Berarti model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining efektif meningkakan
keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV
SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun 2014/2015 dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.
2. Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining tidak efektif
meningkakan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA
siswa kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun 2014/2015
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Cara 2 ini lebih praktis dapat dilakukan dengan melihat
signifikansinya atau problabilitas Sig.(2-tailed) dengan = 0,05.
Kaidah keputusan sebagai berikut.
1. Jika = 0, 05 Sig.(2-tailed), maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berarti model pembelajaran Student Facilitator and Explaining tidak
efektif meningkakan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran
45
IPA siswa kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun
2014/2015 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional..
2. Jika = 0,05 ≥ Sig.(2-tailed), maka Ha diterima Ho ditolak. Berarti model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining efektif meningkakan
keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN
Ledok 05 Salatiga semester II tahun 2014/2015 dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.