bab iii metode penelitian 3.1. desain...

21
29 Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitan yang digunakan yaitu kuantitatif karena penelitian ini bermaksud untuk dapat menguji hipotesis, mengetahui pengaruh perlakuan tertentu, dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Sugiyono, 2017). Kemudian rancangan penelitian kuantitatif yang digunakan adalah rancangan penelitian kuasi eksperimen. Penelitian dengan rancangan ini menurut Yusuf (2014, hlm. 183) “bukanlah eksperimen murni karena rancangan ini tidak menggunakan randominasi dalam menentukan kelompok, dan kelompok juga sering dipengaruhi oleh variabel lainnya”. Rancangan kuasi eksperimen yang digunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan yaitu adanya pretes, perlakuan berbeda terhadap dua kelas penelitian, dan adanya postes di akhir penelitian (Ruseffendi, 1994, hlm. 47). Dari beberapa pendapat, tipe Non-Ekivalen ini hampir sama dengan tipe Pretest-Posttest Control Group Design pada rancangan penelitian eksperimen murni, namun perbedaannya pada desain tipe ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Yusuf, 2014; Sugiono, 2017). Berikut gambaran dari metode dan desain yang digunakan dalam penelitian menurut Ruseffendi, E.T. (1994, hlm. 47) : Pendekatan Penelitian : Kuantitatif Metode Penelitian : Kuasi Eksperimen Desain Penelitian : Non Ekivalen O X O Kelas Eksperimen O O Kelas Kontrol Keterangan : O = Pretest Posttest X = Treatment ( Pendekatan/Model Pembelajaran) - - - = subjek tidak dipilih secara acak Berdasarkan gambaran diatas peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pertama-tama kedua kelas tersebut diberikan soal pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

29 Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitan yang digunakan yaitu kuantitatif karena penelitian ini

bermaksud untuk dapat menguji hipotesis, mengetahui pengaruh perlakuan

tertentu, dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Sugiyono, 2017).

Kemudian rancangan penelitian kuantitatif yang digunakan adalah rancangan

penelitian kuasi eksperimen. Penelitian dengan rancangan ini menurut Yusuf

(2014, hlm. 183) “bukanlah eksperimen murni karena rancangan ini tidak

menggunakan randominasi dalam menentukan kelompok, dan kelompok juga

sering dipengaruhi oleh variabel lainnya”. Rancangan kuasi eksperimen yang

digunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3

tahapan yaitu adanya pretes, perlakuan berbeda terhadap dua kelas penelitian, dan

adanya postes di akhir penelitian (Ruseffendi, 1994, hlm. 47). Dari beberapa

pendapat, tipe Non-Ekivalen ini hampir sama dengan tipe Pretest-Posttest Control

Group Design pada rancangan penelitian eksperimen murni, namun perbedaannya

pada desain tipe ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih

secara random (Yusuf, 2014; Sugiono, 2017).

Berikut gambaran dari metode dan desain yang digunakan dalam penelitian

menurut Ruseffendi, E.T. (1994, hlm. 47) :

Pendekatan Penelitian : Kuantitatif

Metode Penelitian : Kuasi Eksperimen

Desain Penelitian : Non Ekivalen

O X O Kelas Eksperimen

O O Kelas Kontrol

Keterangan : O = Pretest – Posttest

X = Treatment ( Pendekatan/Model Pembelajaran)

- - - = subjek tidak dipilih secara acak

Berdasarkan gambaran diatas peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan

sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pertama-tama kedua kelas tersebut

diberikan soal pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

30

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, kelas eksperimen diberikan sebuah treatment/perlakuan khusus

dengan menerapkan pendekatan Concrete Pictorial Abstract sedangkan pada

kelas kontrol peneliti menerapkan pendekatan konvensional. Dalam proses

pembelajaran siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol akan

mendapatkan materi, soal evaluasi dan soal pretes-postes yang sama untuk dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.

Setelah melalui proses pembelajaran yang menjadi target peneliti, siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal postes untuk mengetahui

kemampuan akhir siswa. Dari hasil pretes dan postes inilah peneliti dapat

mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara kelas

eksperimen yang menerapkan pendekatan Concrete Pictorial Abstract dengan

kelas kontrol yang menerapkan pendekatan konvensional. Di dalam penelitian ini

terdapat 2 variabel yang telah ditentukan yakni variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel bebas yang akan diteliti yaitu pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract

sedangkan variabel terikat yang akan diteliti yaitu kemampuan komunikasi

matematis.

3.2. Partisipan

Penelitian ini melibatkan 52 orang siswa dari dua sekolah yang berbeda

dengan masing-masing jumlah siswa sebanyak 26 orang, 2 orang guru kelas

sebagai observer, dan 2 orang kepala sekolah. Pemilihan sekolah didasarkan atas

adanya kesamaan karakteristik dari kedua sekolah yaitu kedua sekolah memiliki

akreditasi A, memiliki lingkungan masyarakat yang sama karena berlokasi di

daerah padat penduduk, siswa memiliki kemampuan yang setara, dan kedua

sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran yang sama yaitu saintifik. Atas

dasar pertimbangan tersebut maka peneliti memilih kedua sekolah sebagai kelas

penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sekelompok orang, objek, atau peristiwa yang menjadi

fokus perhatian dalam penelitian dan kemudian dapat digeneralisasikan hasil

penelitiannya (Ary, dkk., 2010; Fraenkle, dkk., 2012 dalam Setyosari, P., 2013,

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

31

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hlm. 196). Sedangkan, sampel adalah sesuatu yang lebih kecil atau merupakan

bagian dari populasi secara keseluruhan (Setyosari, 2013, hlm. 197). Dari

pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa populasi memiliki ruang lingkup yang

lebih luas dibandingkan dengan sampel atau dengan kata lain sampel merupakan

contoh kecil yang diambil dari sebuah populasi.

Pada penelitian ini, populasi yang akan di ambil adalah seluruh siswa kelas

V yang ada di Kota Bandung sedangkan sampelnya adalah siswa kelas V dari

SDN 250 Jakapurwa dan SDN 222 Pasirpogor. Dimana SDN 250 Jakapurwa

merupakan kelas eksperimen yang akan diberikan treatment dengan menerapkan

pendekatan Concrete Pictorial Abstract dan SDN 222 Pasirpogor merupakan

kelas kontrol sebagai pembanding hasil penelitian yang akan diberikan

pembelajaran konvensional. Dengan kata lain SDN 250 Jakapurwa sebagai kelas

eksperimen dan SDN 222 Pasirpogor sebagai kelas kontrol.

Peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling tipe purposive

sample karena sampel tidak dipilih secara random dan ditentukan berdasarkan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017, hlm. 67). Sampel yang diambil

merupakan siswa yang ada di kelas V dari sekolah yang bersangkutan tanpa

adanya pemilihan secara acak terhadap siswa yang akan diteliti atau dengan kata

lain peneliti mengambil sampel yang telah tersedia di sekolah yang bersangkutan.

Selain itu, pemilihan kedua sekolah tersebut melalui beberapa pertimbangan

bahwa terdapat kesamaan karakteristik siswa dan kemampuan yang setara.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

variabel dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2017, hlm. 102). Sehingga penelitian

dapat diartikan sebagai pengaplikasian teori terhadap kehidupan dunia nyata,

dimana dalam melakukan penelitian harus memiliki alat ukur yang baik dan

relevan dengan apa yang akan diukur. Sejalan dengan itu, Lestari & Yudhanegara

(2017, hlm. 163) menyatakan bahwa “instrumen penelitian digunakan untuk

mengumpulkan sebuah data dalam suatu penelitian yang nantinya dibutuhkan

peneliti untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian”. Dapat

disimpulkan bahwa instrumen penelitian sangat dibutuhkan di dalam sebuah

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

32

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian untuk dapat mengetahui peningkatan serta perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis yang terjadi di kelas eksperimen maupun

kelas kontrol.

3.4.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Tes merupakan alat pengumpul data dalam rangka mengukur dan menilai

prestasi berupa pertanyaan yang diberikan dan dijawab oleh subyek (siswa) yang

sedang diteliti (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 164). Instrumen tes ini berupa

soal uraian dengan jumlah soal sebanyak 6 butir. Soal tes yang dijadikan

instrumen penelitian, nantinya akan dijadikan sebagai soal pretes dan postes.

Soal ini akan digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi

matematis sebelum dan setelah siswa diberikan treatment di kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Soal pretes dan postes yang diberikan kepada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol merupakan soal yang sama. Soal pretes

diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum kedua kelas

tersebut diberikan perlakuan. Sedangkan soal postes diberikan setelah kedua kelas

tersebut diberikan perlakuan.

Soal yang dipilih peneliti sebagai instrumen penelitian merupakan soal yang

didalamnya mencakup beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis

yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dapat mengetahui peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa. Sebelum dapat menetapkan soal yang

akan digunakan sebagai intrumen penelitian, peneliti merancang kisi-kisi soal

sebanyak 15 butir yang mencakup 3 indikator kemampuan komunikasi matematis,

yaitu (1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram atau benda nyata dalam

bahasa, simbol, idea, atau model matematik; (2) menjelaskan idea, situasi, dan

relasi matematik, secara lisan atau tulisan; dan (3) mengungkapkan kembali suatu

uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri. Berikut ini adalah kisi-kisi

instrumen soal uji coba kemampuan komunikasi matematis.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Penyebaran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

Kompetensi Dasar Indikator TK Nomor

soal

3.7. menjelaskan data yang Menyatakan suatu situasi, SD 1

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

33

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kompetensi Dasar Indikator TK Nomor

soal

berkaitan dengan diri peserta

didik atau lingkungan sekitar

serta cara pengumpulannya

3.8. Menjelaskan penyajian

data yang berkaitan dengan

diri peserta didik dan

membandingkannya dengan

data dari lingkungan sekitar

dalam bentuk daftar, tabel,

diagram gambar (piktogram),

diagram batang, atau diagram

garis.

gambar, diagram, atau benda

nyata ke dalam bahasa, simbol,

idea, atau model matematik

SD 2

SD 3

SD 4

SD 5

Menjelaskan idea, situasi, dan

relasi matematika secara

tulisan

SD 6

MD 7

SD 8

SD 9

SD 10

Mengungkapkan kembali suatu

uraian atau paragrap

matematika dalam bahasa

sendiri

SD 11

SD 12

SD 13

MD 14

SD 15

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 15 butir soal yang disajikan

sebagai instrumen penelitian yang memiliki tingkat kesukaran berbeda. Sebanyak

13 butir soal termasuk kepada kriteria sedang dan sisanya sebanyak 2 butir soal

termasuk kepada kriteria mudah. Selain membuat kisi-kisi instrumen kemampuan

komunikasi matematis, peneliti juga menentukan kriteria penilaian yang sesuai

dengan soal yang telah di tentukan. Berikut ini pedoman penskoran kemampuan

komunikasi matematis siswa yang diadaptasi dari Holistic Scoring Rubrics yang

dibuat oleh Cai, dkk., 1996 (dalam Verina,T., 2016).

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Indikator Kriteria Penilaian Skor

Menyatakan

suatu situasi,

gambar, diagram,

atau benda nyata

ke dalam bahasa,

simbol, idea, atau

model matematik

Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,

atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau

model matematik dengan lengkap dan tepat

4

Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,

atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau

model matematik dengan lengkap, namun kurang

tepat.

3

Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,

atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau

model matematik dengan cukup lengkap, namun

kurang tepat

2

Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,

atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau 1

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

34

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator Kriteria Penilaian Skor

model matematik dengan kurang lengkap dan kurang

tepat.

Tidak ada jawaban 0

Menjelaskan

idea, situasi, dan

relasi matematika

secara lisan atau

tulisan

Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi

matematika secara lisan atau tulisan secara rinci, jelas,

dan tepat.

4

Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi

matematika secara lisan atau tulisan secara rinci, jelas,

dan kurang tepat.

3

Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi

matematika secara lisan atau tulisan secara rinci,

kurang jelas, dan kurang tepat.

2

Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi

matematika secara lisan atau tulisan secara namun

kurang rinci, jelas, dan tepat.

1

Tidak ada jawaban 0

Mengungkapkan

kembali suatu

uraian atau

paragrap

matematika

dalam bahasa

sendiri

Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian

atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri

dengan lengkap dan tepat.

4

Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian

atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri

dengan lengkap dan kurang tepat.

3

Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian

atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri

dengan cukup lengkap dan kurang tepat.

2

Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian

atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri

dengan kurang lengkap dan tepat.

1

Tidak ada jawaban 0

Pada tabel di atas diketahui bahwa siswa yang menjawab dengan tepat akan

mendapatkan skor sebanyak 4, siswa yang jawabannya kurang tepat mendapat

nilai dari 1 sampai 3 sedangkan siswa yang tidak menjawab soal mendapatkan

skor 0. Selanjutnya, setelah membuat kisi-kisi instrumen beserta kunci

jawabannya dan menentukan pendoman penskoran seperti pada tabel di atas, soal

tersebut harus melalui 4 tahapan pengujian yakni, uji validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan tingkat kesukaran untuk dapat memastikan bahwa soal layak untuk

digunakan sebagai alat ukur kemampuan komunikasi matematis siswa.

3.4.1.1. Uji Validitas

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

35

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang diberikan

mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (Creswell, J., 2015, hlm. 320).

Misalnya dalam penelitian ini yang akan diukur yakni kemampuan komunikasi

matematis, maka soal yang dibuat pun harus dapat membuktikan bahwa dengan

adanya soal tersebut maka peneliti dapat mengukur peningkatan kemampuan

komunikasi matematis terhadap siswa. Instrumen tes ini telah juga telah melalui

uji validitas muka dan validitas isi oleh expert judgment yaitu dosen ahli. Peneliti

melakukan judgment kepada dosen ahli matematika. Selanjutnya setelah

mendapatkan judgment, maka soal tersebut diujicobakan kepada siswa kelas VI

SDN Cibiru 06 yang sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran mengenai

materi yang telah ditentukan oleh peneliti yakni pengumpulan dan pengolahan

data.

Soal yang diujicobakan sebanyak 15 butir soal berbentuk uraian yang

dilakukan dalam satu waktu. Untuk dapat mengetahui tingkat kelayakan pada

soal, maka peneliti melakukan penilaian sesuai pedoman penskoran pada

kemampuan komunikasi matematis yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan

hasil skor, kemudian data nilai uji coba tersebut harus melalui uji validitas terlebih

dahulu sebelum dinyatakan sebagai soal yang layak untuk digunakan pada pretes

maupun postes. Jika hasil pengujian menyatakan valid, maka soal tersebut dapat

digunakan. Namun sebaliknya jika pengujian menyatakan tidak valid, maka soal

tersebut tidak layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Rumus yang

digunakan untuk pengujian validitas yaitu rumus korelasi product moment sebagai

berikut (Arikunto dalam Hendriana dan Soemarmo, 2017, hlm. 62).

r

Keterangan :

r : koefisien korelasi antar x dan y

∑x : jumlah skor siswa pada suatu butir soal

∑y : jumlah skor siswa pada seluruh butir tes

∑xy : jumlah skor perkalian nilai x dan y

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

36

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n : jumlah seluruh siswa

Selanjutnya, untuk dapat mengetahui tingkat kevaliditasan soal, maka kita

dapat menggunakan kriteria klasifikasi validasi menurut Arikunto, 2007 (dalam

Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 63) sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Klasifikasi Validasi

Interval Koefisien Interpretasi

0,00 - 0,20 Validitas butir tes sangat rendah

0,20 - 0,40 Validitas butir tes rendah

0,40 - 0,60 Validitas butir tes cukup

0,60 - 0,80 Validutas butir tes tinggi

0,80 - 1,00 Validitas butir tes sangat tinggi

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jika nilai koefisien berkisar antara

0,00 hingga 0,20 maka soal memiliki kriteria validitas sangat rendah. Jika nilai

koefisien berkisar antara 0,20 hingga 0,40 maka memiliki kriteria validitas

rendah, jika nilai koefisien berkisar 0,40 hingga 0,60 maka memiliki kriteria

cukup. Selanjutnya jika memiliki nilai koefisien berkisar 0,60 hingga 0,80 maka

memiliki kriteria tinggi, sedangkan jika memiliki nilai koefisien antara 0,80

hingga 1,00 maka memiliki kriteria validitas yang sangat tinggi.

Pada pengujian validitas ini, peneliti menggunakan bantuan Software

Microsoft Excel 2013 dan software SPSS Versi 20.0 for windows. Dengan kriteria,

taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2). Jumlah siswa kelas

VI SDN Cibiru 06 adalah 44 sehingga derajat kebebasannya adalah 42, maka jika

dilihat dalam tabel distribusi diperoleh nilai rtabel sebesar 0,297. Jika rhitung ≥ rtabel

maka soal dinyatakan valid, sedangkan jika rhitung < rtabel maka soal dinyatakan

tidak valid. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil uji validitas pada soal uji

coba instrumen.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Uji Validitas Uji Coba Instrumen

Interpretasi Uji Validitas Soal Komunikasi Matematis

Variabel r hitung r Tabel Validitas Kriteria

Soal Nomor 1 0,493 0,297

Valid Cukup

Soal Nomor 2 0,462 Valid Cukup

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

37

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Interpretasi Uji Validitas Soal Komunikasi Matematis

Variabel r hitung r Tabel Validitas Kriteria

Soal Nomor 3 0,484 Valid Cukup

Soal Nomor 4 0,368 Valid Rendah

Soal Nomor 5 0,660 Valid Tinggi

Soal Nomor 6 0,751 Valid Tinggi

Soal Nomor 7 0,592 Valid Cukup

Soal Nomor 8 0,414 Valid Cukup

Soal Nomor 9 0,375 Valid Rendah

Soal Nomor 10 0,622 Valid Tinggi

Soal Nomor 11 0,599 Valid Cukup

Soal Nomor 12 0,683 Valid Tinggi

Soal Nomor 13 0,320 Valid Rendah

Soal Nomor 14 0,620 Valid Tinggi

Soal Nomor 15 0,625 Valid Tinggi

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 15 butir soal dinyatakan

valid dengan 3 soal berkriteria rendah, 6 soal berkriteria sedang, dan 6 soal

berkriteria tinggi. Sehingga dengan hasil tersebut seluruh soal instrumen

penelitian dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi

matematis siswa.

3.4.1.2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen bersifat konsisten dan

stabil (Creswell, 2015, hlm. 320). Instrumen yang diberikan kepada subyek harus

memberikan hasil yang relatif sama walaupun diberikan kepada orang, waktu,

atau di tempat yang berbeda. Tinggi atau rendahnya soal terhadap derajat

reliabilitas ditentukan oleh koefisien kolerasi diantara soal satu dengan yang

lainnya. Untuk mengukur reliabilitas suatu tes dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach (Lestari & Yudanegara, 2017, hlm. 206)

sebagai berikut :

Keterangan :

r : koefisien reliabilitas

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

38

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n : banyak butir soal

si2 : variansi skor setiap item

st2 : variansi total

Setelah menghitung koefisien reliabilitas menggunakan rumus Alpha, maka

peneliti dapat mengintepretasikannya ke dalam kriteria klasifikasi reliabilitas

menurut Guilford, 1956 (dalam Ruseffendi, E.T., 1994, hlm. 144) sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Klasifikasi Reliabilitas

Besar r Interpretasi

0,00 - 0,20 Reliabilitas kecil/sangat rendah

0,20 - 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 - 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 - 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan software

Microsoft Excel 2013 dan Software SPSS versi 20.0 for Windows sehingga

diperoleh nilai koefisien sebesar 0,74. Berdasarkan tabel di atas maka nilai

tersebut lebih besar dari 0,70 dan dapat diartikan bahwa reliabilitas intrumen tes

tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Berikut ini merupakan rekapitulasi

hasil uji reliabilitas pada uji coba instrumen.

Tabel 3.6.

Rekapitulasi Uji Reliabilitas

No. Butir

Soal

Indikator Komunikasi Matematis Reliabilitas

r Hitung Intepretasi

1 Menyatakan Suatu Situasi, gambar,

diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, idea, atau model

matematik.

0,74 Tinggi

2

3

4

5

6 Menjelaskan Idea, situasi, dan

relasi matematika secara tulisan. 7

8

9

10

11 Mengungkapkan kembali suatu

uraian atau paragrap matematika

dalam bahasa sendiri 12

13

14

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

39

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Butir

Soal

Indikator Komunikasi Matematis Reliabilitas

r Hitung Intepretasi

15

3.4.1.3. Daya Pembeda

Daya pembeda berfungsi untuk membuktikan tingkat kemampuan soal

dalam membedakan siswa yang dapat menjawab, siswa yang tidak bisa menjawab

dan siswa yang ragu menjawab soal sehingga kurang dapat menjawab soal dengan

benar (dalam Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 217). Dengan begitu, peneliti

dapat langsung menentukan kemampuan siswa tinggi, sedang maupun rendah.

Daya pembeda ini harus dinyatakan sebagai pembeda yang baik untuk dapat

diujicobakan kepada subjek penelitian. adapun rumus yang digunakan untuk

menguji daya pembeda ini adalah sebagai berikut (Arikunto, 2007 dalam

Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 64).

Keterangan:

SA : jumlah skor kelompok atas suatu butir

SB : jumlah skor kelompok bawah suatu butir

JA : jumlah skor ideal suatu butir

Setelah menghitung daya pembeda soal dengan menggunakan rumus

tersebut, maka peneliti dapat mengintepretasikannya ke dalam kriteria daya beda

menurut Arikunto, 2007 (dalam Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 64) sebagai

berikut.

Tabel 3.7

Kriteria Daya Beda

Besar r Interpretasi

0,00 < DB ≤ 0,20 Daya beda butir tes jelek

0,20 < DB ≤ 0,40 Daya beda butir tes cukup

0,40 < DB ≤ 0,70 Daya beda butir tes baik

0,70 < DB ≤ 1,00 Daya beda butir tes baik sekali

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

40

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan software

Microsoft Excel 2013 dan Software SPSS versi 20.0 for Windows. Berikut ini

merupakan rekapitulasi daya pembeda pada soal instrument penelitian.

Tabel 3.8.

Rekapitulasi Daya Pembeda

No. Butir

Soal

Indikator Komunikasi

Matematis

Daya Pembeda

DB Interpretasi

1 Menyatakan Suatu Situasi,

gambar, diagram, atau benda

nyata ke dalam bahasa, simbol,

idea, atau model matematik.

0,35 Cukup

2 0,38 Cukup

3 0,29 Cukup

4 0,17 Jelek

5 0,60 Baik

6 Menjelaskan Idea, situasi, dan

relasi matematika secara tulisan.

0,50 Baik

7 0,25 Cukup

8 0,23 Cukup

9 0,27 Cukup

10 0,42 Baik

11 Mengungkapkan kembali suatu

uraian atau paragrap matematika

dalam bahasa sendiri

0,44 Baik

12 0,73 Baik Sekali

13 0,33 Cukup

14 0,63 Baik

15 0,54 Baik

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 1 soal memiliki kriteria daya beda

jelek, 7 soal memiliki kriteria daya beda cukup, 6 soal memiliki kriteria daya beda

baik, dan 1 soal memiliki kriteria daya beda baik sekali. Sehingga dengan hasil

tersebut soal instrumen penelitian yang memiliki kriteria kriteria cukup, baik dan

baik sekali dapat dipilih sebagai soal pretes dan postes.

3.4.1.4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran menggambarkan perbandingan jumlah skor benar pada

tes terhadap jumlah skor idealnya (Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 63).

Dengan adanya uji tingkat kesukaran ini maka soal yang dibuat harusnya tidak

terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Hal ini untuk memudahkan peneliti

membedakan siswa berdasarkan kemampuannya. Adapun secara manual maka

rumus untuk mengukur tingkat kesukaran soal menurut Arikunto, 2007 (dalam

Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 64) adalah sebagai berikut.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

41

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

SA : jumlah skor kelompok atas suatu butir

SB : jumlah skor kelompok bawah suatu butir

JA : jumlah skor ideal suatu butir

Setelah menghitung tingkat kesukaran soal dengan menggunakan rumus

tersebut, maka peneliti dapat mengintepretasikannya ke dalam kriteria tingkat

kesukaran menurut Lestari & Yudhanegara (2017, hlm. 224) sebagai berikut.

Tabel 3.9

Kriteria Tingkat Kesukaran

IK Interpretasi

IK = 0,00 Butir tes sangat sukar

0,00 < r ≤ 0,30 Butir tes sukar

0,30 < r ≤ 0,70 Butir tes sedang

0,70 < r < 1,00 Butir tes mudah

IK = 1,00 Butir tes sangat mudah

Selanjutnya untuk menentukan tingkat kesukaran ini peneliti menggunakan

bantuan software Microsoft Excel 2013. Berikut ini merupakan rekapitulasi

tingkat kesukaran soal instrumen penelitian.

Tabel 3.10.

Rekapitulasi Indeks Kesukaran

No.

Butir

Soal

Indikator Komunikasi Matematis Indeks Kesukaran

IK Interpretasi

1 Menyatakan Suatu Situasi, gambar,

diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, idea, atau model

matematik.

0,55 Sedang

2 0,49 Sedang

3 0,45 Sedang

4 0,69 Sedang

5 0,38 Sedang

6 Menjelaskan Idea, situasi, dan relasi

matematika secara tulisan.

0,45 Sedang

7 0,81 Mudah

8 0,69 Sedang

9 0,31 Sedang

10 0,43 Sedang

11 Mengungkapkan kembali suatu uraian

atau paragrap matematika dalam bahasa

0,66 Sedang

12 0,53 Sedang

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

42

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No.

Butir

Soal

Indikator Komunikasi Matematis Indeks Kesukaran

IK Interpretasi

13 sendiri 0,54 Sedang

14 0,73 Mudah

15 0,52 Sedang

Dari tabel di atas, dapat diketahui tingkat kesukaran soal instrumen

penelitian yang telah diujicobakan. Terdapat 13 soal dengan kriteria sedang dan 2

soal dengan kriteria mudah. Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda instrumen penelitian, maka didapatkan hasil

rekapitulasi sebagai berikut ini.

Tabel 3.11.

Rekapitulasi Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya

Pembeda

No

Soal

Daya

pembeda

Indeks

Kesukaran

Reliabilitas Validitas Terpakau/tidak

terpakai

1 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

2 Cukup Sedang Tinggi Valid Terpakai

3 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

4 Jelek Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

5 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai

6 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai

7 Cukup Mudah Tinggi Valid Tidak Terpakai

8 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

9 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

10 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai

11 Baik Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

12 Baik Sekali Sedang Tinggi Valid Terpakai

13 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai

14 Baik Mudah Tinggi Valid Tidak Terpakai

15 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai

Berdasarkan hasil pengujian di atas, peneliti memilih 6 soal yang mencakup

ketiga indikator yang telah ditentukan sebelumnya dengan pertimbangan bahwa

semua soal merupakan soal yang valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi.

Selain pertimbangan tersebut, peneliti juga memilih soal berdasarkan tingkat

kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Soal nomer 2 dan 5 mewakili

indikator pertama yaitu menyatakan suatu situasi gambar, diagram, atau benda

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

43

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nyata ke dalam bahasa simbol, idea, atau model matematik dengan pertimbangan

bahwa kedua soal memiliki tingkat kesukaran sedang serta memiliki daya

pembeda cukup untuk nomer 2 dan baik pada nomer 5. Soal nomer 6 dan 10

mewakili indikator kedua yaitu menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika

secara lisan atau tulisan dengan pertimbangan bahwa kedua soal tersebut memiliki

tingkat kesukaran sedang serta memiliki daya pembeda pada kriteria baik. Soal

nomer 12 dan 15 mewakili indikator ketiga yaitu mengungkapkan kembali suatu

uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri dengan pertimbangan

bahwa kedua soal tersebut memiliki tingkat kesukaran sedang serta memiliki daya

pembeda baik sekali untuk nomer 12 dan baik pada nomer 15. Atas dasar

pertimbangan tersebut, peneliti memilih 6 soal yang dijadikan sebagai soal pretes

dan postes untuk dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen maupun kelas kontrol.

3.4.2. Observasi

Observasi yang dilakukan berupa lembar observasi, dimana lembar

observasi ini akan dijadikan sebagai salah satu cara bagi peneliti untuk dapat

mengetahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berjalan sesuai

perencanaan yang telah dibuat. Hal ini dilakukan untuk memastikan pendekatan

Concrete Pictorial Abstract tersampaikan sesuai dengan teori yang telah peneliti

paparkan pada bab 2. Observasi ini nantinya akan dijadikan sebuah bukti

pelaksanaan pembelajaran untuk siswa maupun guru. Selain itu, observasi ini juga

dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah melakukan aktivitas yang

diharapkan dalam proses pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun kelas

kontrol (Sugiyono, 2017, hlm. 145). Adapun kelebihan atau kekurangan dari

pelaksanaan pembelajaran di kelas, akan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

peneliti agar dalam dapat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan dilakukan sebanyak dua kali yakni

sebelum peneliti melakukan treatment (pretes) dan setelah peneliti melakukan

treatment (postes) kepada subjek. Subjek pada penelitian ini meliputi kelas

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

44

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Instrumen tes berisi 6 buah soal uraian

yang akan dikerjakan siswa pada saat pretes dan postes. Tes ini akan dikerjakan

oleh kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan soal yang sama untuk

mendapatkan data nilai mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa.

Setelah mendapatkan data nilai pretes dan postes kemampuan komunikasi

matematis siswa, maka peneliti dapat mengolah data tersebut untuk dapat

menjawab rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya.

3.6. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2017, hlm 147) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan

kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”.

Selanjutnya Sugiyono (2017) menguraikan kegiatan yang dilakukan saat

melakukan analisis data yakni mengelompokkan data berdasarkan variabel dari

seluruh reponden, mentabulasi data berdasarkan variabel, menyajikan data tiap

variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,

dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis. Dari penjelasan diatas maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menganalisis data, maka peneliti harus

sudah memiliki data yang diperlukan dan kemudian data tersebut diuji

menggunakan statistika yang meliputi; uji normalitas, uji homogenitas dan uji

perbedaan rerata (uji t).

3.6.1. Indeks Gain (N-Gain)

Indeks gain digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

komunikasi matematis. N-gain atau gain ternormalisasi adalah data yang

membandingkan selisih nilai postes dan pretes dengan selisih nilai SMI (Skor

Maksimum Ideal) dan nilai pretes. Data gain ternormalisasi ini digunakan peneliti

untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dan perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa baik itu dikelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Lestari &

Yudhanegara, 2017, hlm. 235).

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

45

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah melakukan perhitungan menggunakan rumus tersebut, selanjutnya

pebeliti dapat mengintepretasikan tinggi rendahnya nilai n-gain berdasarkan

kriteria menurut Lestari & Yudhanegara (2017, hlm. 235) sebagai berikut.

Tabel 3.12.

Kriteria Nilai N-Gain

Nilai N-Gain Kriteria

N-Gain ≥ 0,70 Tinggi

0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang

N-Gain ≤ 0,30 Rendah

3.6.2. Uji Normalitas Data

Uji statistik yang digunakan peneliti yaitu uji Shapiro Wilk dengan α = 0,05.

Pada saat menggunakan SPSS maka uji Shapiro Wilk lebih akurat dengan syarat

data kurang dari 50, namun jika data melebihi 50 disarankan menggunakan

pengujian Kolmogorov Smirnov (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 243).

Berikut adalah hipotesis statistik :

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria : H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α = 0,05. Maka dalam keadaan ini

H1 ditolak

Jika data berdistribusi normal maka kemudian dapat dilakukan uji

homogenitas. Namun pengujian juga bisa dilakukan dengan menggunakan

aplikasi berbasis komputer yakni SPSS Versi 20.0 for windows untuk

memudahkan peneliti dalam menguji normalitas data. Data yang digunakan dalam

pengujian ini merupakan data dari indeks gain ternormalisasi (n-gain).

3.6.3. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui variansi atau keragaman

nilai pada sebuah data yang diperoleh (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 248).

Hipotesis statistika untuk uji homogenitas dapat dirumuskan sebagai berikut :

H0 : σ1 = σ2 ; Data homogen

H1 : σ1 ≠ σ2 ; Data tidak homogen

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

46

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria : H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α = 0,05. Maka dalam keadaan ini

H1 ditolak

Jika data homogen maka selanjutnya data dapat dilakukan uji perbedaan

rerata (uji-t). Sama halnya seperti uji normalitas ini juga akan lebih mudah jika

menggunakan aplikasi berbasis komputer yakni SPSS Versi 20.0 for windows.

Data yang digunakan dalam pengujian ini merupakan data dari indeks gain

ternormalisasi (n-gain).

3.6.4. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat analisis dilakukan melalui uji normalitas dan uji

homogenitas, maka peneliti dapat melanjutkan perhitungan statistik parametrik

maupun nonparametrik. Jika data berdistribusi normal dan kedua data homogen,

maka peneliti dapat melanjutkan pengujian menggunakan uji statistik parametrik

yaitu uji-t. Jika data berdistribusi normal namun kedua data tidak homogen, maka

perhitungan dilanjutkan menggunakan uji-t’. Selanjutnya, jika data dinyatakan

tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian menggunakan uji statistik

non parametrik. Uji-t ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa dan untuk mengetahui perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa baik siswa pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Sehingga kegunaan pengujian ini adalah untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam tabel

sebagai berikut.

Tabel 3.13.

Pengujian Data

Rumusan

Masalah Hipotesis Jenis Data Pengujian

Apakah terdapat

pengaruh

penggunaan

Pendekatan

Concrete

Pictorial

Abstract

terhadap

peningkatan

kemampuan

Terdapat pengaruh

penggunaan Pendekatan

Concrete Pictorial

Abstract terhadap

peningkatan kemampuan

komunikasi matematis

siswa.

Hipotesis Statistika:

Data Nilai

Pretes dan

Postes Kelas

Eksperimen

Prasyarat :

Data berdistribusi

normal (uji

normalitas)

Kriteria : jika data

berdistribusi

normal maka

pengujian

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

47

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan

Masalah Hipotesis Jenis Data Pengujian

komunikasi

matematis

siswa?

H0 : µ1 ≤ µ2

H1 : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 =Nilai rata-rata postes

kemampuan

komunikasi

matematis siswa

yang memperoleh

Pendekatan

Concrete Pictorial

Abstract

µ2 =Nilai rata-rata pretes

kemampuan

komunikasi

matematis siswa

yang memperoleh

Pendekatan

Concrete Pictorial

Abstract

menggunakan uji

dependen sample

t-test, namun jika

data tidak

berdistribusi

normal maka

digunakan

Wilcoxon

Apakah terdapat

perbedaan

peningkatan

kemampuan

komunikasi

matematis

antara siswa

yang

memperoleh

Pendekatan

Concrete

Pictorial

Abstract dengan

siswa yang

memperoleh

pembelajaran

Konvensional?

Terdapat perbedaan

peningkatan kemampuan

komunikasi matematis

antara siswa yang

memperoleh pendekatan

Concrete Pictorial

Abstract dengan siswa

yang memperoleh model

Konvensional.

Hipotesis Statistika :

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan :

µ1 =nilai rata-rata gain

kemampuan

komunikasi

matematis siswa

yang memperoleh

Pendekatan

Concrete Pictorial

Abstract

µ2 = nilai rata-rata gain

Gain

Ternormalisasi

(N-gain)

Prasyarat :

Data berdistribusi

normal (uji

normalitas)

Data homogen (uji

homogenitas)

Kriteria : jika data

berdistribusi

normal dan

homogen maka

menggunakan

pengujian uji t,

namun jika data

tidak berdistribusi

normal maka

menggunakan

pengujian Mann-

Whitney.

Sedangkan jika

data berdistribusi

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

48

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan

Masalah Hipotesis Jenis Data Pengujian

siswa yang

memperoleh

pembelajaran

konvensional

normal tetapi tidak

homogen

dilakukan uji t’.

3.7. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh

peneliti selama melakukan proses penelitian. Tahapan ini meliputi tahapan

persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini akan diuraikan ketiga tahapan

dalam melaksanakan penelitian.

3.7.1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan

sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan berbagai pertimbangan yang

telah ditentukan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan sekolah yaitu

kemampuan siswa kedua sekolah setara, memiliki lingkungan masyarakat yang

relatif sama, dan kedua sekolah memiiliki akreditasi A. Kemudian peneliti

memulai penelitian dengan memberikan soal pretes kepada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol untuk dapat menentukan bahwa kemampuan siswa tidak

memiliki perbedaan pada awal pembelajaran. Jika dinyatakan bahwa tidak ada

perbedaan kemampuan antara siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol maka

peneliti melanjutkan penelitian ke tahap selanjutnya yaitu melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang berbeda anatar kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

3.7.2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti memberikan 6 kali pembelajaran dengan

materi dan soal evaluasi yang sama. Perbedaannya terdapat pada pendekatan yang

digunakan peneliti dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada kelas

eksperimen peneliti menggunakan pendekatan Concrete Pictorial Abstract

sedangkan pada kelas kontrol peneliti menggunakan pendekatan konvensional.

Selain itu, pada kelas eksperimen peneliti menggunakan beberapa media

pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang disampaikan peneliti,

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/32222/6/S_PGSD_1406256_Chapter3.pdfdigunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3 tahapan

49

Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedangkan pada kelas kontrol peneliti hanya menggunakan papan tulis sebagai

media pembelajaran.

3.7.3. Tahapan Evaluasi

Setelah memberikan perlakuan pembelajaran selama 6 pertemuan, barulah

peneliti memberikan soal postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

dapat mengetahui peningkatan dan perbedaan peningkatan yang terjadi pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Kemudian setelah mendapatkan data nilai

pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol barulah peneliti dapat

mengolah data tersebut sehingga mendapatkan jawaban atas rumusan masalah

yang telah ditentukan sebelumnya yakni apakah terdapat peningkatan dan

perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang

siswa yang menggunakan pendekatan Concrete Pictorial Abstract dengan siswa

yang menggunakan pendekatan konvensional.