bab iii metode penelitian 3.1 desain...

30
Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2007, hlm. 160) adalah “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Selain itu, Sugiyono (2013, hlm. 6) mendefinisikan metode penelitian pendidikan sebagai: Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Dari dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang valid. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey deskriptif dan verifikatif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Oleh karenanya, penelitian ini menggunakan metode survey sebagai metode penelitian untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2010, hlm. 29) menjelaskan bahwa “metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.” Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang diambil dari masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Data yang digunakan pun merupakan data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian. Data-data tersebut dikumpulkan, untuk dianalisis dan diproses sesuai dengan teori-teori yang dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulan. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran tanggapan pendidik di SMKN 11 Bandung atas Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel X) dan Pendekatan Saintifik (Variabel Y) dengan menyajikan data secara terstruktur, faktual dan akurat.

Upload: vuongxuyen

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2007, hlm. 160) adalah

“metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya.” Selain itu, Sugiyono (2013, hlm. 6)

mendefinisikan metode penelitian pendidikan sebagai:

Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu

sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,

dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Dari dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian

adalah cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang

valid. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey deskriptif dan

verifikatif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan

kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Oleh karenanya, penelitian ini

menggunakan metode survey sebagai metode penelitian untuk mengumpulkan

data.

Sugiyono (2010, hlm. 29) menjelaskan bahwa “metode deskriptif adalah

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang diambil dari masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian

dilaksanakan. Data yang digunakan pun merupakan data yang sesuai dengan

masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian. Data-data tersebut

dikumpulkan, untuk dianalisis dan diproses sesuai dengan teori-teori yang

dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan

gambaran tanggapan pendidik di SMKN 11 Bandung atas Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa (Variabel X) dan Pendekatan Saintifik (Variabel Y) dengan

menyajikan data secara terstruktur, faktual dan akurat.

36

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selain menggunakan metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan

metode verifikatif. Masyhuri (2010, hlm. 45) menjelaskan bahwa “metode

verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu

cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan

mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dengan perhitungan statistik.

Penelitian ini menguji pengaruh variabel x terhadap variabel y yang diteliti.

Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima

atau ditolak.

3.2 Populasi dan Sampel

Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 1) menyatakan bahwa “populasi adalah

keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki

ciri/karakterikstik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi

perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan)”. Dengan demikian, populasi tidak

terbatas pada sekelompok orang, tetapi apa saja yang menjadi perhatian kita.

Selain itu menurut Sugiyono (2013, hlm. 90), bahwa “populasi adalah wilayah

generalisasi yang obyek atau subyeknya mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya.” Sementara itu Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 2) juga

menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga daat mewakili populasinya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru di SMK Negeri 11 Bandung

yang berjumlah 114 orang. Penarikan sampel menggunakan teknik purposive

sampling. Sebagaimana dijelaskan Kun Maryati dan Juju Suryawati (2001, hlm

118), teknik purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel

yang dilakukan dengan cara pengambilan subyek bukan didasarkan pada strata,

random, atau wilayah tetapi pada tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini dibutuhkan responden yang benar-benar memahami dan

sekaligus menjadi praktikan dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik. Selain itu, responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

37

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mereka yang mampu memberikan penilaian secara obyektif terkait dengan tingkat

kemampuan berpikir kritis siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran

di SMK Negeri 11 Bandung. Oleh karenanya, yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah guru normatif, guru adaptif dan produktif yang mengajar di

Kelas X, XI, dan XII Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran yakni

sebanyak 46 orang. Berikut ini merupakan data karakteristik responden

berdasarkan mata pelajaran yang diajar di Kompetensi Keahlian Administrasi

Perkantoran:

Tabel 1.1

Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Mata Pelajaran

di Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2014/2015

No. Nama Mata Pelajaran Jumlah Responden Persentase

1. Normatif

Pendidikan Agama

Pendidikan Kewarganegaraan

Bahasa Indonesia

Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan

Seni dan Budaya

17 37%

2. Adaptif

Bahasa Inggris

Matematika

IPA

IPS

Kewirausahaan

16 35%

3 Produktif

Pengantar Akuntasi

Sistem Digital

Pengantar AP

Otomatisasi Perkantoran

Korespondensi

Administrasi Pegawai

Administrasi Humas

Administrasi Keuangan

Administrasi Sarana Prasarana

13 28%

Jumlah 46 100%

38

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sumber: Data responden angket 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 46 responden guru di SMK Negeri 11

Bandung, terdapat 17 orang guru Normatif atau sebesar 37% dari jumlah seluruh

responden penelitian, 16 orang guru Adaptif atau 35% dari jumlah seluruh

responden penelitian, dan 13 orang guru Produktif atau 28% dari jumlah seluruh

responden penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan data yang diperlukan dalam membahas

permasalahan penelitian ini, penulis menggunakan teknik serta alat yang dapat

digunakan sebagai pengumpul data yang tepat, sebagai berikut:

1. Observasi, sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati langsung ke tempat penelitian berlangsung yaitu di SMK

Negeri 11 Bandung. Selama observasi, penulis mencatat hal-hal penting

yang dapat dijadikan bahan untuk mendukung penelitian ini. Observasi

dilakukan dua kali yaitu saat penulis melakukan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMK Negeri 11 Bandung selama periode bulan

September hingga Desember Tahun 2014, dan saat penyusunan skripsi

ini.

2. Wawancara, sebagai teknik komunikasi langsung tanpa perantara dengan

pendidik di SMK Negeri 11 Bandung. Sebelumnya peneliti menyiapkan

daftar pertanyaan kemudian wawancara dilakukan dengan cara terbuka.

Wawancara dilakukan dengan empat guru salah satunya Dra. Tati Sutarni

yang sekaligus menjabat sebaga Kepala Program Studi Administrasi

Perkantoran SMK Negeri 11 Bandung, dan 5 siswa. Berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa Kompetensi

Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung dirasa

belum optimal.

3. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

menyebarkan seperangkat daftar pernyataan tertulis kepada responden

yaitu guru SMK Negeri 11 Bandung. Dalam kuesioner ini penulis

39

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengemukakan 44 pernyataan yang mencerminkan pengukuran indikator

dari Pendekatan Saintifik (Variabel X) dan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa (variabel Y). Responden kemudian memilih alternatif jawaban

yang telah disediakan yang dianggap paling tepat.

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:

1) Menyusun kisi-kisi daftar pernyataan, yaitu merumuskan item-item

pernyataan dan alternatif jawaban. Terdapat alternatif jawaban, yaitu:

a. Pendekatan Saintifik (Variabel X)

Efektif, Cukup Efektif, Kurang Efektif, Tidak Efektif

b. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)

Tinggi, Sedang, Rendah

2) Menetapkan skala penilaian angket

Alat ukur yang digunakan mengadaptasi skala Likert dengan alternatif

jawaban yang menggunakan ukuran ordinal.

3.3.1 Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum mengumpulkan data yang sebenarnya dilakukan uji coba angket

terlebih dahulu. Dilakukan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui

kekurangan item angket.

Kegiatan pengujian instrumen penelitian meliputi dua hal, yaitu pengujian

validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas ini sangat penting

untuk memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kekeliruan dapat diminimalkan.

Pengujian kelayakan instrument ini dilakukan melalui analisis validitas dan

reliabilitas. Instrument pengumpul data dikatakan layak jika telah memenuhi

syarat valid dan reliabel.

3.3.1.1 Uji Validitas

Suatu alat pengukur (instrumen) yang digunakan dalam penelitian harus

valid. Pengujian instrumen digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur di dalam melakukan fungsinya.

40

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pengujian validitas instrumen menggunakan rumus korelasi Product

Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson (dalam Sambas Ali, 2010, hlm.

26), seperti berikut:

r𝑥𝑦 =𝑁 𝑋𝑌− 𝑋 . 𝑌

𝑁 𝑋2− ( 𝑋)2 . 𝑁 𝑌2− 𝑌 2

Keterangan:

r𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah responden

X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total (seluruh item)

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas

instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 26-30), adalah

sebagai berikut:

1. Menyebar instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang

bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya

lembaran data yang terkumpul, termasuk di dalamnya memeriksa

kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang

diperoleh. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau

pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi

pada tabel pembantu .

6. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap

bulir/item angket dari skor-skor yang diperoleh.

41

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2,

dimana n merupakan jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas,

yaitu 20 orang. Sehingga diperoleh db = 20 – 2 = 18, dan ∝ = 5%.

8. Membuat kesimpulan, yaitu dengan cara membandingkan nilai hitung r

dan nilai tabel r. Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika rhitung>rtabel , maka instrumen dinyatakan valid.

b. Jika rhitung<rtabel , maka instrumen dinyatakan tidak valid.

3.3.1.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Pendekatan Saintifik

Teknik uji validitas yang digunakan ialah Korelasi Product Moment dan

perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel 2010. Dari 5 indikator

yang terdapat dalam Pendekatan Saintifik diuraikan menjadi 20 butir pernyataan

angket yang disebar kepada 21 orang responden. Berikut hasil uji validitas untuk

variabel Pendekatan Saintifik:

Tabel 23.3

Hasil Uji Validitas Pendekatan Saintifik (Variabel X)

No. Item r hitung r tabel Ket

1 0.454 0.413 Valid

2 0.454 0.413 Valid

3 0.684 0.413 Valid

4 0.507 0.413 Valid

5 0.522 0.413 Valid

6 0.562 0.413 Valid

7 0.475 0.413 Valid

8 0.501 0.413 Valid

9 0.431 0.413 Valid

10 0.604 0.413 Valid

11 0.604 0.413 Valid

12 0.599 0.413 Valid

13 0.456 0.413 Valid

14 0.440 0.413 Valid

15 0.466 0.413 Valid

16 0.526 0.413 Valid

17 0.529 0.413 Valid

18 0.499 0.413 Valid

42

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Item r hitung r tabel Ket

19 0.480 0.413 Valid

20 0.422 0.413 Valid

Sumber: hasil data pengolahan responden

Berdasarkan hasil analisis data pada 20 butir pernyataan, dinyatakan

semua pernyataan valid, karena pernyataan kuesioner tersebut memiliki koefisien

korelasi butir total rhitung yang lebih besar dari rtabel.

3.3.1.1.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Variabel Y mengenai kemampuan berpikir kritis siswa diukur oleh 5

indikator yang diuraikan menjadi 24 butir pernyataan, kemudian disebarkan

kepada 21 orang responden. Rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas variabel Y

(kemampuan berpikir kritis siswa) dalam penelitian ini dibantu dengan

menggunakan program Microsoft Excel 2010, dengan hasil seperti berikut ini:

Tabel 33.3

Hasil Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)

No Item r hitung r tabel Ket

1 0.445 0.413 Valid

2 0.516 0.413 Valid

3 0.457 0.413 Valid

4 0.646 0.413 Valid

5 0.945 0.413 Valid

6 0.945 0.413 Valid

7 0.826 0.413 Valid

8 0.945 0.413 Valid

9 0.826 0.413 Valid

10 0.727 0.413 Valid

11 0.748 0.413 Valid

12 0.539 0.413 Valid

13 0.748 0.413 Valid

14 0.748 0.413 Valid

15 0.945 0.413 Valid

16 0.826 0.413 Valid

17 0.748 0.413 Valid

18 0.945 0.413 Valid

19 0.673 0.413 Valid

43

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No Item r hitung r tabel Ket

20 0.748 0.413 Valid

21 0.945 0.413 Valid

22 0.748 0.413 Valid

23 0.445 0.413 Valid

24 0.470 0.413 Valid

Sumber: hasil data pengolahan responden

Selanjutnya, pengujian validitas terhadap 24 item untuk variabel

kemampuan berpikir kritis siswa (variabel x), menunjukkan 24 item valid. Dengan

demikian, item yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data

variabel kemampuan berpikir kritis berjumlah 24 item.

Dengan demikian, secara keseluruhan rekapitulasi jumlah angket hasil uji

coba dapat ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 43.4

Jumlah Item Angket Hasil Uji Coba

No. Variabel

Jumlah Item Angket

Sebelum

Uji Coba

Setelah Uji Coba

Valid Tidak Valid

1. Pendekatan Saintifik (X) 20 20 0

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa (Y) 24 24 0

Total 44 44 0

3.3.1.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas instrumen, selanjutnya adalah melakukan uji

reliabilitas instrumen. Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 31), menyatakan bahwa:

Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten

dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas istrumen dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat

dipercaya, jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama (homogen)diperoleh hasil yang relatif sama,

selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap

perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Sugiyono (2011, hlm. 137), juga menyatakan bahwa: “Instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

44

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dengan melakukan uji reliabilitas instrumen, maka akan diketahui konsistensi

dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran tersebut dapat

dipercaya. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus Koefisien Alfa (𝛼) dari Cronbach (dalam Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm.

31), yaitu:

𝑟11 = 𝑘

𝑘−1 . 1 −

𝜎𝑖2

𝜎𝑡2

Dimana sebelum menentukan nilai reliabilitas, maka terlebih dahulu

mencari nilai varians dengan rumus sebagai berikut:

𝜎 = 𝑥2 −

𝑥 2

𝑁

𝑁

Keterangan:

𝑟11 = Reliabilitas instrumen/koefisien korelasi/korelasi alpha

K = Banyaknya bulir soal

𝜎𝑖2 = Jumlah varians bulir

𝜎𝑡2 = Varians total

N = Jumlah responden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas

instrumen penelitian seperti yang dijabarkan oleh Sambas Ali Muhidin (2010,

hlm. 31-35), adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada responden

yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya

lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa

kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang

diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan

data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah

diisi responden pada tabel pembantu.

6. Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total.

45

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7. Menghitung nilai koefisien alfa.

8. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n–2.

9. Selanjutnya nilai rhitung diatas dibandingkan dengan rtabel pada

tingkatkepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk=n-2)

10. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai

tabel r. Kriterianya:

a. Jika nilai rhitung> nilai rtabel, maka instrumen dinyatakan reliabel.

b. Jika nilai rhitung< nilai rtabel , maka instrumen dinyatakan tidak

reliabel.

3.3.1.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Pendekatan Saintifik dan Kemampuan

Berpikir Kritis

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas angket pendekatan saintifik

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dengan bantuan Microsoft Office Excel

2010, rekapitulasi perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 53.5

Hasil Uji Reliabilitas Pendekatan Saintifik dan Kemampuan Berpikir Kritis

No. Variabel Hasil

Ket 𝐫𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 𝐫𝐭𝐚𝐛𝐞𝐥

1. Pendekatan Saintifik (X) 0,538 0,413 Reliabel

2. Kemampuan Berpikir Kritis (Y) 0,955 0,413 Reliabel

Sumber: hasil uji coba angket

Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan dari kuesioner Pendekatan

Saintifik (variabel X) dinyatakan reliabel, karena Pendekatan Saintifik

mempunyai angka rhitung sebesar 0.538 yang berarti rhitung>tabel (0.538>0.413).

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y) dinyatakan reliabel, karena

mempunyai angka rhitung sebesar 0.955 yang berarti rhitung>rtabel (0.955>0.413).

Dengan demikian seluruh instrumen dalam penelitian baik variabel

pendekatan saintifik maupun variabel kemampuan berpikir kritis siswa merupakan

instrumen yang dapat dipercaya.

46

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.4 Prosedur Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen

yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel dependen

yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel independen (X)

yaitu Pendekatan Saintifik, dan variabel dependen (Y) yaitu Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa. Penulis merumuskan definisi-definisi variabel tersebut sebagai

berikut:

3.4.1 Operasional Variabel Pendekatan Saintifik

Definisi dari M. Hosnan (2014, hlm. 34) berpendapat bahwa pendekatan

saintifik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

agar siswa secara aktif mengkonstruk materi ajar melalui tahapan-tahapan metode

ilmiah seperti mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep yang „ditemukan‟.

Menurut M. Hosnan (2014, hlm. 39) terdapat lima dimensi dari pendekatan

saintifik yang bisa dijadikan sebagai tolak ukurnya yaitu:

1) Mengamati (observing). Kegiatan mengamati adalah kegiatan pertama

pada pendekatan saintifik, yang berhubungan dengan panca indera

manusia dengan atau tanpa alat. Kegiatan ini juga mengedepankan

pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa

mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis

sesuai tingkat perkembangan siswa. dalam proses pembelajarannya, guru

menyajikan perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran. Siska

bisa diajak untuk bereksplorasi mengenai objek yang akan dipelajari.

Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat,

menonton, dan sebagainya.

2) Menanya (questioning). Kegiatan menanya adalah kegiatan kedua setelah

mengamati pada pendekatan saintifik. Peserta didik membuat dan

mengajukan pertanyaan seputar materi yang belum dipahami atau

membutuhkan informasi tambahan yang ingin diketahui. Proses bertanya

47

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dapat dilakukan dalam kegiatan diskusi dan kerja kelompok bersama

teman sekelasnya. Adapun kriteria pertanyaan yang baik yaitu: (a) singkat

dan jelas, (b) menginspirasi jawaban, (c) memiliki fokus, (d) bersifat

probing atau divergen, (e) bersifat validatif atau penguatan, (f) memberi

kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, (g) merangsang

peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, (h) merangsang proses

interaksi.

3) Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting). Kegiatan

experimenting adalah kegiatan ketiga pada pendekatan saintifik. Kegiatan

yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi/eksperimen. Kegiatan ini

dilakukan dengan cara menggali dan mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber melalui berbagai cara seperti membaca sumber lain selain

buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan

narasumber, dan sebagainya.

4) Menalar/mengasosiasi (associating). Pada kegiatan ini, siswa akan

menalar, yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa

yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajarnya adalah;

pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari

hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan

informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan

kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari

solusi dari berbagai sumber, yang memiliki pendapat berbeda sampai

kepada yang bertentangan. Jadi, siswa mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,

mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait

dalam rangka menemukan suatu pola kemudian menyimpulkan.

5) Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking)

Langkah kelima pada pendekatan saintifik adalah networking atau

membentuk jejaring. Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk

jejaring pada kelas. Kegiatan belajar adalah menyampaikan hasil

48

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,

atau media lainnya. Karena itu membentuk jejaring (networking) berkaitan

dengan kegiatan mengkomunikasikan. Kegiatan mengkomunikasikan ini

dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui

secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada

yang harus diperbaiki.

3.4.2 Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut S. Eko Putro W. (2012, hlm. 29), kemampuan berpikir kritis

merupakan hasil belajar yang termasuk ke dalam kategori output dan

diklasifikasikan dalam ranah soft skills, lebih tepatnya dalam kecakapan personal

atau personal skills. Kemampuan berpikir kritis termasuk dalam kemampuan

berpikir tingkat tinggi selain berpikir kreatif, pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah.

Definisi dari Ennis (dalam Lambertus, 2009, hlm. 137), berpikir kritis adalah

berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan

dikerjakan. Rasional berarti memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung

oleh bukti standar, actual, cukup dan relevan. Sedangkan reflektif berarti

mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati akan segala alternative

sebelum mengambil keputusan.

Ennis (dalam Amri Gunawan Wibisono, 2014, hlm. 13) berpendapat bahwa

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis terdapat lima dimensi yang

diperlukan sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan

pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab

pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas: mempertimbangkan

apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, dan mengamati, serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan: mendeduksi, atau

mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau

49

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai

pertimbangan.

4. Memberikan penjelasan lebih lanjut, yang terdiri atas: mengidentifikasi

istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta

mengidentifikasi asumsi.

5. Mengatur strategi dan taktik, yang terdiri atas: menentukan tindakan,

dan berinteraksi dengan orang lain.

50

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 63.6

Operasional Variabel Pendekatan Saintifik (Variabel X)

Variabel Dimensi Ukuran Skala

Pendekatan Saintifik (X)

Pendekatan saintifik adalah

suatu pendekatan

pembelajaran yang

dirancang sedemikian rupa

agar siswa secara aktif

mengkonstruk materi ajar

melalui tahapan-tahapan

metode ilmiah seperti

mengamati, merumuskan

masalah, mengajukan atau

merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data,

menganalisis data, menarik

kesimpulan dan

mengkomunikasikan

konsep yang „ditemukan‟.

(M. Hosnan, 2014, hlm.

39)

1) Mengamati

(observing)

1. Memberikan kesempatan pada

siswa untuk melakukan

pengamatan melalui kegiatan:

melihat, menyimak, mendengar,

dan membaca

2. Memfasiliasi siswa untuk

melakukan pengamatan

3. Melatih siswa untuk

memperhatikan (melihat,

membaca, mendengar) hal yang

penting dari suatu benda atau

objek

4. Menyediakan perangkat

pembelajaran berupa media

pembelajaran tentang suatu objek

yang akan diamati siswa

5. Mengajak siswa untuk

bereksplorasi mengenai objek

yang akan dipelajari

Ordinal

2) Menanya

(questioning)

1. Membimbing siswa untuk dapat

mengajukan pertanyaan tentang

objek yang diamati atau materi

ajar yang belum dipahami

2. Mendorong proses interaksi dari

kegiatan bertanya dalam diskusi

dan kerja kelompok antar siswa

3. Menginspirasi siswa untuk

mengajukan pertanyaan dalam

51

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rangka menambah informasi

tentang apa yang diamati

4. Mengaktifkan proses kegiatan

belajar mengajar dengan saling

tanya jawab antara siswa dan guru

3) Mengumpulkan

informasi/

mencoba

(experimenting)

1. Mengarahkan siswa untuk

mengadakan percobaan dari

materi yang telah disampaikan

2. Mengarahkan siswa membaca

sumber lain selain buku teks

3. Mengarahkan siswa untuk

mengumpulkan informasi dengan

cara mengamati

objek/kejadian/aktivitas

wawancara dengan narasumber

4. Mengarahkan siswa untuk

membandingkan hasil eks-

perimennya dengan siswa lain

4) Menalar/

mengasosiasi

(associating)

1. Mengarahkan siswa untuk

mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan

2. Mengarahkan siswa untuk

menemukan keterkaitan suatu

informasi dengan informasi

lainnya.

3. Mengarahkan siswa untuk

menghubungkan apa yang sedang

dipelajari dengan apa yang ada

dalam kehidupan sehari-hari.

5) Mengkomunika-

sikan/

1. Mengarahkan siswa untuk

menyampaikan hasil pengamatan,

52

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membentuk

jejaring

(networking)

kesimpulan berdasarkan hasil

analisis secara lisan, tertulis atau

media lainnya

2. Mengajak siswa untuk

memberikan komentar, saran, atau

perbaikan mengenai apa yang

dipresentasikan siswa lain

3. Menginspirasi siswa untuk

membuat jejaring dengan orang

lain baik dalam bidang yang

mereka tekuni maupun di luar

bidang tersebut

4. Melatih siswa untuk memiliki

kemampuan membuat hubungan

internal dan mampu memandu ke

jaringan kerja eksternal

Sumber: M. Hosnan (2014, hlm. 39)

53

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 73.7

Operasional Variabel Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Variabel Y)

Variabel Dimensi Ukuran Skala

Kemampuan Berpikir

Kritis (Y)

Kemampuan berpikir

kritis adalah berpikir

rasional dan reflektif yang

difokuskan pada apa yang

diyakini dan dikerjakan.

Ennis (dalam Lambertus,

2009, hlm. 137)

1) Memberikan penjelasan

sederhana

1. Memfokuskan pertanyaan

2. Menganalisis pertanyaan

dan bertanya

3. Menjawab pertanyaan

tentang suatu penjelasan

atau pernyataan

4. Menganalisis argumen

5. Mengidentifikasi

ketidakrelevan dan

kerelevanan suatu

pernyataan

Ordinal

2) Membangun

keterampilan dasar

1. Mempertimbangkan

apakah sumber dapat

dipercaya atau tidak

2. Mengamati atau

mengobservasi

3. Mempertimbangkan suatu

laporan hasil observasi

4. Mencatat hal-hal yang

penting

5. Penggunaan teknologi

yang kompeten

3) Menyimpulkan 1. Membuat generalisasi

2. Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil

deduksi

3. Menginduksi atau

mempertimbangkan hasil

54

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

induksi

4. Membuat keputusan dan

mempertimbangkan

hasilnya

5. Memikirkan alternatif

4) Memberikan penjelasan

lebih lanjut

1. Mengidentifikasi istilah-

istilah dan definisi

pertimbangan dan juga

dimensi

2. Strategi definisi (tindakan

mengidentifikasi

persamaan)

3. Mengidentifikasi asumsi

4. Penalaran secara eksplisit

5) Mengatur strategi dan

taktik

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menyeleksi kriteria untuk

membuat solusi

3. Merumuskan tindakan

4. Menentukan tindakan

5. Berinteraksi dengan

orang lain

Sumber: Ennis (dalam Amri Gunawan Wibisono, 2014, hlm. 13)

3.5 Uji Asumsi

3.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data, untuk

masing-masing variabel penelitian. Penelitian ini harus membuktikan terlebih

dahulu, apakah data yang akan dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengujian normalitas dengan uji

Liliefors. Kelebihan Lilieforstest adalah penggunaan/perhitungannya yang

sederhana, serta cukup kuat sekalipun dengan ukuran sampel kecil, n=4 (Harun

55

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Rasyid,2004). Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut

(Sambas dan Maman 2009, hlm. 73) sebagai berikut:

a) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada

beberapa data.

b) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi

harus ditulis).

c) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

d) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).

e) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoritical Proportion pada tabel z.

f) Menghitung Theoritical Proportion.

g) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoritical Proportion,

kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua

proporsisi.

h) Buat kesimpulan dengan kriteria uji jika D hitung < D (n,α) dimana n

adalah jumlah sampel dan α=0,05, maka H0 diterima. Bentuk hipotesis

statistik yang akan diuji adalah (Harun Al Rasyid, 2004):

H0 : X mengikuti distribusi normal

H1: X tidak mengikut distribusi normal

Berikut adalah tabel pembantu untuk pengujian normalitas data:

Tabel 83.8

Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

X f Fk 𝑺𝒏 𝑿𝒊 Z 𝐅𝟎(𝐗𝐢) 𝑺𝒏 𝑿𝒊 −𝑭𝟎 𝑿𝒊 𝑺𝒏 𝑿𝒊 −𝑭𝟎 𝑿𝒊

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber : Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 94)

Keterangan :

Kolom 1 : Susunan data dari terkecil ke besar

Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fksebelumnya

Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, 𝑆𝑛(Xi) = fk/n

Kolom 5 : Nilai Z, formula, Z =𝑋𝑖−𝑋

S

56

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dimana: X = 𝑋𝑖

𝑛 dan S =

𝑋𝑖− 𝑋𝑖

2

𝑛

𝑛−1

Kolom 6 : Theoritical Proportion(tabel z) : Proporsi kumulatif Luas Kurva

Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada tabel distribusi

normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Propotion dengan Theoritical Propotion dengan

cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6).

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai

selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut adalah

Dhitung.

Selanjutnya menghitung Dtabel pada ∝ = 0,05 dengan cara 0,886

n . kemudian

membuat kesimpulan dengan kriteria :

a. Dhitung< Dtabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.

b. Dhitung≥ Dtabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.5.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas digunakan untuk kepentingan akurasi data dan

kepercayaan terhadap hasil penelitian. Pengujian homogenitas merupakan uji

perbedaan antara dua kelompok, yaitu dengan melihat perbedaan varians

kelompoknya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap

variabel memiliki varians yang homogen (Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 96).

Uji statistika yang akan digunakan adalah uji Barlett, dengan kriteria yang

digunakannya adalah apabila nilai hitung 𝜒2>nilai tabel𝜒2

, maka H0 menyatakan

varians skornya homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima. Nilai hitung

diperoleh dengan rumus :

𝜒2 = (ln10) 𝐵 − ( 𝑑𝑏. 𝑙𝑜𝑔𝑆𝑖2)

(Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 96)

Dimana :

Si2

= Varians tiap kelompok data

dbi= n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok

57

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

B= Nilai Barlett = (log𝑆𝑔𝑎𝑏2 ) ( 𝑑𝑏𝑖)

S2

gab =Varians gabungan= 𝑆𝑔𝑎𝑏2 =

𝑑𝑏 𝑆𝑖2

𝑑𝑏

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas

varians ini (Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 97), adalah:

a) Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk tiap

kelompok tersebut.

b) Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses penghitungan,

dengan model tabel sebagai berikut:

Tabel 93.9

Model Tabel Uji Barlett

Sampel db=n-1 𝐒𝒊𝟐 Log𝐒𝒊

𝟐 db. Log 𝐒𝒊

𝟐 db.𝐒𝒊

𝟐

1

2

3

Sumber : Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 97)

c) Menghitung varians gabungan dengan rumus: 𝑆2 = 𝑑𝑏.𝑆𝑖2

𝑑𝑏

d) Menghitung log dari varians gabungan.

e) Menghitung nilai Barlett.

f) Menghitung nilai 𝜒2.

g) Menentukan nilai dan titik kritis pada α = 0,05 dan db = k-1, dimana k

adalah banyaknya indikator.

h) Membuat kesimpulan, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai 𝜒2hitung<𝜒2

tabel, H0 diterima (variasi data dinyatakan

homogen).

2. Jika nilai 𝜒2hitung≥ 𝜒2

tebel, H0 diterima (variasi data dinyatakan tidak

homogen).

58

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.5.3 Uji Linieritas

Uji linieritas, dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas

dilakukan dengan uji kelinieran regresi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan

dalam pengujian linieritas regresi menurut (Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 99-

101) adalah:

a) Menyusun tabel kelompok data variabel X dan variabel Y

b) Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKreg(a)) dengan rumus:

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎) = 𝑌 2

𝑛

c) Menghitung jumlah kuadrat regresi b a (JKreg(b a)), dengan rumus:

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏 𝑎) = b. 𝑋𝑌− 𝑋. 𝑌

𝑛

d) Menghitung jumlah kuardat residu (JKres) dengan rumus:

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = 𝑌2 − 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔(𝑏/𝑎) − 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔(𝑎)

e) Menghitung rata-rata kuadrat regresi a (RJKreg (a)) dengan rumus:

𝑅𝐽𝐾reg (a) = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔(𝑎)

f) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg (b/a)) dengan

rumus:

𝑅𝐽𝐾reg (b/a) = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔(𝑏/𝑎)

g) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

𝑅𝐽𝐾res = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠

𝑛−2

h) Menghitung jumlah kuadrat error JKE dengan rumus:

𝐽𝐾𝐸 = 𝑌2 − 𝑌 2

𝑛 𝑘

Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling kecil

sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.

i) Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:

JKTC = JKRes − JKE

j) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:

𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑇𝐶

𝑘 − 2

59

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

k) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:

𝑅𝐽𝐾𝐸 = 𝐽𝐾𝐸

𝑛 − 𝑘

l) Mencari nilai uji F dengan rumus:

F = 𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶

𝑅𝐽𝐾𝐸

m) Menentukan kriteria pengukuran : Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka

distribusi berpola linier.

n) Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau ∝ = 5% menggunakan

rumus:

Ftabel = F 1−∝ (db TC,db E) dimana db TC = k-2 dan db E = n-k

o) Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F, kemudian membuat

kesimpulan.

1. Jika Fhitung<Ftabel , maka dinyatakan berpola linier.

2. Jika Fhitung ≥ Ftabel , maka dinyatakan tidak berpola linier.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin (2011, hlm. 158)

analisis data adalah “upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga

karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan

bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian”.

Tujuan dilakukannya analisis data adalah untuk mendeskripsikan data dan

membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

deskriptif, teknik analisis data inferensial dan uji hipotesis.

3.6.1 Teknik Analisis Data Deskriptif

Salah satu teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data deskriptif. Sugiyono (2011, hlm. 169), mengungkapkan bahwa

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

60

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dengan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

umum atau genaralisasi”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada

tujuan penelitian yang sudah di rumuskan, yaitu (1) untuk melihat bagaimana

gambaran variabel variabel yang diteliti (2) untuk melihat ada tidaknya pengaruh

terhadap variabel yang diteliti. Berdasarkan tujuan tersebut maka teknik analisis

data yang digunakan adalah dengan teknik analisis data deskriptif yaitu untuk

menganalisis gambaran variabel.

Secara khusus analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan

menghitung ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh,

kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Adapun langkah kerja analisis data deskriptif dalam penelitian ini yaitu:

a) Membuat tabel perhitungan dan menempatkan skor-skor pada item yang

diperoleh berdasarkan data yang telah dikonversikan melalui MSI pada

Software Microsoft office Excel 2010.

b) Tentukan ukuran variabel yang akan digambarkan. Menurut teori, ukuran

variabel pendekatan saintifik dan kemampuan berpikir kritis adalah

tingkatannya, yaitu pendekatan saintifik (tidak efektif, kurang efektif, cukup

efektif, efektif) dan kemampuan berpikir kritis (tinggi, sedang, rendah).

c) Membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan interval jumlah skor dengan cara menghitung selisih skor

tertinggi dan terendah, lalu dibagi banyaknya ukuran variabel penelitian.

2. Memasangkan ukuran variabel dengan kelompok interval yang sudah

ditentukan.

Tabel 103.10

Ukuran Variabel Penelitian

Ukuran Variabel Penelitian

X Y

Efektif Tinggi

Cukup Efektif

Kurang Efektif Sedang

61

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tidak Efektif Rendah

3. Menghitung banyaknya frekuensi masing-masing option yang dipilih oleh

responden, yaitu dengan melakukan tally terhadap data yang diperoleh

untuk dikelompokan pada kategori atau ukuran yang sudah ditentukan.

4. Menghitung persentase perolehan data untuk masing-masing kategori,

yaitu hasil bagi frekuensi pada masing-masing kategori dengan jumlah

responden, dikali seratus persen.

5. Memberikan penafsiran sesuai dengan hasil pada tabel distribusi frekuensi

pada point 4.

Tabel 113.11

Frekuensi Jawaban Responden

No Kategori Interval Jumlah Skor frekuensi Presentase

3.6.2 Teknik Analisis Data Inferensial

Selanjutnya dilakukan pengujian teknik analisis inferensial yaitu

digunakan sebagai alat untuk menarik kesimpulan terdapat pengaruh atau tidaknya

antar variabel yang diteliti.

Dalam penelitian ini analisis data inferensial yang digunakan adalah

analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana ini digunakan karena tujuan

penelitian hendak mengkaji ada atau tidaknya pengaruh antar variabel dan jenis

data yang diperoleh berbentuk ordinal.

Langkah kerja analisis data inferensial (analisis regresi) yaitu:

a) Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden,

meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner

sehingga data siap diproses.

b) Melakukan input data (tabulasi), berdasarkan skor yang diperoleh

responden.

c) Menghitung jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing responden.

62

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d) Menghitung nilai koefisien regresi.

e) Menghitung nilai uji statistik t.

f) Menentukan titik kritis atau nilai tabel r atau nilai tabel t, pada derajat

bebas (db=N- k -1) dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05.

g) Membandingkan nilai hitung r atau nilai hitung t dengan nilai r atau nilai t

yang terdapat dalam tabel.

h) Membuat kesimpulan, kriteria kesimpulan: jika nilai hitung r atau t lebih

besar dari nilai tabel r atau t, maka item angket dinyatakan signifikan.

3.7 Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan/jawaban yang masih perlu diuji

kebenarannya. Adapun tujuan dilakukannya uji hipotesis adalah untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan yang cukup jelas antar variabel independen dan

variabel dependen. Dengan dilakukannya pengujian hipotesis ini akan didapat

suatu keputusan menerima atau menolak hipotesis.

Adapun alat yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel

independen dan variabel dependen yaitu analisis regresi sederhana. Langkah

pengujian hipotesis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 50), langkah-langkah pengujian

hipotesis, adalah sebagai berikut:

1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1

𝐻0 : 𝛽 = 0 : Tidak terdapat pegaruh antara variabel X terhadap

variabel Y.

H1 : β ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y.

2. Menentukan taraf kemaknaan/nyata α (lefel of significant α).

3. Gunakan uji statistik yang tepat.

Dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dengan rumus sebagai

berikut:

𝑡 = 𝑟𝑠 𝑛 − 𝑘 − 1

1 − 𝑟𝑠2

(Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 50)

Dimana:

r = koefisien korelasi

63

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

k = banyaknya variabel bebas

n = ukuran sampe

t = mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1

Kriteria pengujian: ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai

tabel t. (t0> t tabel (n-k-1))

4. Menentukan nilai kritis dengan derajat kebebasan untuk:

dbreg = 1 dan dbreg = n – 2

5. Membandingkan nilai uji t terhadap nilai ttabel =

t(1−a) dbreg

b

a (dbres

Dengan kriteria pengujian: jika nilai uji t ≥ ttabel , maka tolak H0 yang

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara pendekatan saintifik

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

6. Membuat kesimpulan.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel X dengan variabel Y dicari

dengan menggunakan rumus koefisien korelasi. Koefisien korelasi dalam

penelitian ini menggunakan Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh

Karl Pearson dalam Sambas Ali Muhidin(2010, hlm. 26), seperti berikut:

r𝑥𝑦=𝑁 𝑋𝑌−( 𝑋). ( 𝑌)

𝑁 𝑋2− ( 𝑋)2 . 𝑁 𝑌2− 𝑌 2

(Sambas Ali Muhidin, 2010, hlm. 47)

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel X dan

variabel Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1.

Tanda positif menunjukkan adanya korelasi positif atau korelasi antara kedua

variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai variabel X maka akan diikuti dengan

penurunan nilai Y, dan berlaku sebaliknya.

1. Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua

variabel sangat kuat dan positif

2. Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel

sangat kuat dan negatif.

3. Jika nilai r = 0, maka korelasi variabel yang diteliti tidak ada sama

sekali atau sangat lemah.

64

Melly Anggun puspita, 2015 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap

variabel Y, maka digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus:

KD = r2 x 100%

dimana:

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi