bab iii metode penelitian 3.1 3.1 -...
TRANSCRIPT
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Jenis Penelitian
3.1.1 Setting Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe
Kabupaten Kudus pada peserta didik kelas V semester genap tahun
ajaran 2011/2012.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2011/2012
di SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus mulai bulan
Februari sampai bulan Maret.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian PTK
kolaborasi, dimana peneliti melakukan penelitian melalui kerja sama antara
peneliti dengan guru kelas V di SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus. Sebagai tahap awal peneliti menyiapkan materi, menyusun RPP,
menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengajar, kemudian
guru kelas yang mengajarkan pada saat pelaksanaan penelitian. Untuk
observer, dapat dilakukan oleh guru yang lain/ teman sejawat.
Proses penelitian PTK berbentuk siklus yang akan dilakukan dalam 2
siklus. Tiap siklus terdiri dari tiga kali tatap muka atau tiga kali pertemuan dan
tiap kali tatap muka masing-masing 70 menit. Setiap siklus memuat satu
Kompetensi Dasar ( KD ) dan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Oleh
karena itu, siklus II materi ajarnya berbeda dari materi ajar siklus I.
20
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Colo
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap Tahun Ajaran 2011 /
2012. Jumlah siswa kelas V adalah 12 siswa, terdiri dari 8 siswa perempuan
dan 4 siswa laki – laki yang memiliki karakteristik seperti suka berbicara
sendiri saat diterangkan guru, suka bermain, siswa butuh waktu untuk
memahami materi yang diajarkan guru, dan siswa kurang bersemangat saat
menerima pelajaran. Rata – rata orang tua mereka ádalah wiraswasta sehingga
orang tua siswa kurang memperhatikan anaknya dalam belajar.
Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA kelas V pada materi sifat-
sifat cahaya dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match tahun ajaran 2011/2012.
3.3 Variabel Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu harus menentukan
variabel yang akan diteliti. Variabel penelitian berfungsi untuk pembeda dalam
hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu :
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Variabel bebas kedudukannya tidak tergantung oleh
variabel yang lain dan sebagai penyebab variabel yang lain. Yang menjadi
variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match.
b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah unsur yang keberadaanya dipengaruhi oleh variabel
bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil
belajar IPA.
Variabel yang digunakan, mengandung arti bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mempengaruhi hasil belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri 1 Colo.
21
3.4 Rencana Tindakan
3.4.1 Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), meliputi :
a) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan
dilakukan penelitian
b) Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
indikator
c) Indikator kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran
d) Merumuskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
e) Menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan materi
2) Membuat kartu berupa pertanyaan dan jawaban sesuai materi yang akan
diajarkan kepada siswa
3) Membuat evaluasi
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan 3 kali pertemuan.
Masing-masing pertemuan akan dilaksanakan tiga kegiatan, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan penutup/akhir sebagai berikut :
Pertemuan pertama
1) Kegiatan Awal
a) Pada apersepsi, peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan
guru mengenai sumber cahaya seperti “Apabila lampu mati pada
malam hari, apakah kalian bisa melihat benda-benda di sekitar
kalian? Mengapa kalian tidak dapat melihatnya?”
b) Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran yaitu sumber cahaya
dan sifat cahaya merambat lurus
22
2) Kegiatan Inti
a) Siswa menyebutkan pengertian cahaya, sumber cahaya, macam-
macam sumber cahaya, dan sifat-sifat cahaya
b) Siswa maju ke depan kelas untuk melakukan kegiatan yang
menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus dengan melihat cahaya
lilin yang ditutupi oleh kardus yang sudah dilubangi
c) Siswa dibagi dalam kelompok besar
d) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model
pembelajaran Make A Match
e) Masing-masing siswa menerima kartu baik berupa kartu soal atau
kartu jawaban
f) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai dengan kartu yang
diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik (model Make A Match)
g) Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas
waktu maju ke depan dan menempelkan kartunya, jika benar akan
diberi poin
h) Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat
antara kartu soal dan kartu jawaban
i) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan benar jawabannya
maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan
j) Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman materi
b) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami
c) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
Pertemuan kedua
1) Kegiatan Awal
a) Pada apersepsi, peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan
guru mengenai sifat cahaya dapat menembus benda bening seperti
siapa yang di rumah mempunyai kaca? Bagaimana jika kaca jendela
23
yang ada di rumah kalian ditutup dengan triplek atau kertas karton?
Apakah cahaya matahari akan masuk?
b) Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran yaitu sifat cahaya
dapat menembus benda bening dan cahaya dapat dipantulkan
2) Kegiatan Inti
a) Siswa menyebutkan macam-macam benda yang dapat menerima
cahaya, pengertian benda gelap dan bening
b) Siswa memberikan contoh benda gelap dan benda bening
c) Siswa maju ke depan kelas untuk melakukan kegiatan yang
menunjukkan bahwa cahaya dapat menembus benda bening dengan
menyalakan senter ke benda-benda seperti kertas, botol bening,
buku, plastik, gelas plastik
d) Siswa menyebutkan macam-macam pemantulan cahaya dan jenis-
jenis cermin
e) Siswa maju ke depan melakukan kegiatan untuk mengetahui sifat
bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung
dengan berkaca di cermin datar, sendok yang melengkung ke
dalam/cekung, dan berkaca di sendok yang melengkung ke
luar/cembung
f) Siswa dibagi dalam kelompok besar
g) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model
pembelajaran Make A Match
h) Masing-masing siswa menerima kartu baik berupa kartu soal atau
kartu jawaban
i) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai dengan kartu yang
diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik (model Make A Match)
j) Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas
waktu maju ke depan dan menempelkan kartunya, jika benar akan
diberi poin
k) Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat
antara kartu soal dan kartu jawaban
24
l) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan benar jawabannya
maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan
m) Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya
3) Kegiatan Akhir
d) Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman materi
e) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami
f) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
Pertemuan ketiga
1) Kegiatan Awal
a) Pada apersepsi, peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan
guru mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan seperti siapa yang
pernah ke kolam renang? Apa yang kalian lihat jika kolam itu
terkena sinar matahari?
b) Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran yaitu sifat cahaya
dapat dibiaskan dan penguraian cahaya
2) Kegiatan Inti
a) Siswa mendengarkan materi tentang cahaya dapat dibiaskan atau
pembiasan cahaya
b) Siswa maju ke depan kelas untuk melakukan kegiatan yang
menunjukkan bahwa cahaya dapat dibiaskan dengan memasukkan
bolpoin ke dalam gelas yang berisi air
c) Siswa memberikan contoh peristiwa lain tentang pembiasan cahaya
d) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai sinar bias yang
mendekati garis normal dan menjauhi garis normal
e) Siswa mendengarkan materi tentang penguraian cahaya dan
menyebutkan contoh peristiwa tentang penguraian cahaya
f) Siswa dibagi dalam kelompok besar
g) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model
pembelajaran Make A Match
25
h) Masing-masing siswa menerima kartu baik berupa kartu soal atau
kartu jawaban
i) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai dengan kartu yang
diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik (model Make A Match)
j) Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas
waktu maju ke depan dan menempelkan kartunya, jika benar akan
diberi poin
k) Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat
antara kartu soal dan kartu jawaban
l) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan benar jawabannya
maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan
m) Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman materi
b) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami
c) Siswa mengerjakan soal evaluasi / siklus I
d) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
c. Observasi
Pada kegiatan ini peneliti melakukan observasi terhadap:
1) Kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
2) Kemampuan guru dalam mengelola kelas
3) Kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran
4) Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match
5) Hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis akan
digunakan sebagai bahan refleksi untuk melihat keberhasilan maupun
kekurangan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Untuk mengetahui perubahan
26
atas tindakan yang telah diberikan, diadakan perbandingan antara hasil
belajar IPA setelah diberi tindakan dengan hasil belajar IPA pada tindakan
sebelumnya. Dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan
yang telah dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat
meningkatkan hasil belajar IPA. Kelebihan akan tetap dipertahankan,
sedangkan kekurangan akan diperbaiki pada tindakan berikutnya yang
didiskusikan dengan guru kelas V.
3.4.2 Siklus II
Siklus II dirancang apabila siklus I belum berhasil. Kegiatan yang
dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau
kekurangan pada siklus I.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan hasil belajar IPA khususnya tentang pemahaman pada pokok
bahasan sifat–sifat cahaya peneliti menggunakan:
a. Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal tentang sifat-sifat
cahaya. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses
belajar mengajar yang dilakukan akhir kegiatan pada tiap siklus dengan
memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian.
b. Observasi atau Pengamatan
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
instrumen observasi terhadap kegiatan mengajar guru dan kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen–dokumen baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik metode ini peneliti menggunakan untuk
27
memperoleh data awal tentang nama siswa, nilai hasil ulangan siswa kelas
V di SD Negeri 1 Colo.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan hasil belajar IPA adalah :
a. Tes
Dalam pengumpulan data alat yang digunakan peneliti berupa tes tentang
sifat-sifat cahaya. Tes berbentuk pilihan ganda yang sudah diuji cobakan
dan dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas pada tiap butir soal. Setelah diuji coba dan dihitung,
hasil uji soal pada siklus I yang valid sebanyak 25 soal dan pada siklus II
yang valid sebanyak 26 soal (terlampir). Tes tersebut diberikan kepada
siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang
disesuaikan dengan indikator pada kisi-kisi tes siklus I dan siklus II
(terlampir).
b. Lembar Observasi atau Pengamatan
Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan mengajar guru dan
kegiatan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung sampai akhir
pembelajaran. Dalam lembar observasi guru dan siswa, hal yang diamati
pada intinya adalah kemampuan siswa dalam memahami materi yang
diajarkan guru dengan model pembelajaran Make A Match dan kemampuan
guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
sesuai dengan indikator dalam kisi-kisi lembar observasi (terlampir).
Lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru diambil dari panduan
pelaksanaan PPL tahun 2010/2011 (terlampir).
28
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Sebelum soal diberikan kepada siswa, maka untuk menguji valid dan
tidaknya suatu item maka menggunakan validitas instrumen berkaitan dengan
sejauh mana suatu instrumen sesuai atau tepat untuk mengukur tujuan. Untuk
menetukan suatu item tertentu valid atau tidak digunakan pedoman dari
Masrun. Menurut Masrun dalam Sugiyono (2010: 188) menyatakan suatu item
instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item to
total correlation ≥ 0,3. Validitas dihitung dengan menggunakan penghitungan
SPSS 16.0 for Windows.
Realibilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
keajegan instrumen dari variabel yang hendak diukur. Pengukuran reabilitas
instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan George dan Mallery
(2005: 62) sebagai berikut :
≤ 0,7 : tidak dapat diterima
0,7 < ≤ 0,8 : dapat diterima
0,8 < ≤ 0,9 : reliabilitas bagus
> 0,9 : reliabilitas memuaskan
Dari hasil penghitungan validitas item pada soal siklus I dengan
menggunakan SPSS 16.0 for Windows yang berdasarkan koefisien korelasi
yang dikemukakan oleh Masrun dalam Sugiyono (2010: 188), maka nomor
item 1, 9, 12, 25, 30 dinyatakan tidak valid karena hanya mempunyai koefisien
korelasi < 0,3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian
validitas dari 30 item yang diuji ada 25 item yang valid dan 5 item yang tidak
valid (terlampir). Instrumen soal setelah dikurangi item yang tidak valid diuji
tingkat reliabilitasnya. Adapun hasil uji tingkat reliabilitasnya dapat dilihat
bahwa Cronbach`s Alpha sebesar 0,908 dari 25 item yang diuji (terlampir).
Menurut George dan Mallery, Cronbach`s Alpha 0,908 termasuk memiliki
tingkat reliabilitas yang memuaskan. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah
dapat digunakan untuk penelitian.
Sedangkan dari hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal
siklus II dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows yang berdasarkan
29
koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Masrun dalam Sugiyono (2010:
188), maka nomor item 11, 16, 18, 20 dinyatakan tidak valid karena hanya
mempunyai koefisien korelasi < 0,3. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil pengujian validitas dari 30 item yang diuji ada 26 item yang valid
dan 4 item yang tidak valid (terlampir). Instrumen soal setelah dikurangi item
yang tidak valid diuji tingkat reliabilitasnya. Adapun hasil uji tingkat
reliabilitasnya dapat dilihat bahwa Cronbach`s Alpha sebesar 0,910 dari 26
item yang diuji. Menurut George dan Mallery, Cronbach`s Alpha 0,910
termasuk memiliki tingkat reliabilitas yang memuaskan. Ini berarti bahwa
instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.
3.7 Tingkat Kesulitan Instrumen
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi
validitas dan reabilitas juga harus memperhatikan keseimbangan dari tingkat
kesulitan soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesangggupan
atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru
sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis
tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang
termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Sudjana (1989: 137) cara
melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
I =
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan
Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut :
0 – 0,30 = soal kategori sukar
0,31 – 0,70 = soal kategori sedang
0,71 – 1,00 = soal kategori mudah
30
Hasil penghitungan tingkat kesukaran pada soal siklus I dapat dilihat
pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Taraf Kesukaran Soal Siklus I
No. Indeks Kesukaran Jumlah Soal
1 Mudah 9
2 Sedang 15
3 Sukar 1
Jumlah 25
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus I
dari 25 soal yang termasuk kategori mudah sejumlah 9 soal, yang termasuk
kategori sedang sejumlah 15 soal, dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 1
soal. Soal pada siklus I yang termasuk dalam kategori mudah terdiri dari nomor
3, 6, 8, 11, 15, 26, 27, 28, 29 dan yang termasuk kategori sedang terdiri dari
nomor 2, 4, 5, 7, 10, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, sedangkan yang soal
yang termasuk kategori sukar terdiri dari nomor 18 (terlampir).
Pada soal siklus II hasil penghitungan tingkat kesukaran dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Taraf Kesukaran Soal Siklus II
No. Indeks Kesukaran Jumlah Soal
1 Mudah 6
2 Sedang 18
3 Sukar 2
Jumlah 26
Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus
II dari 26 soal yang termasuk kategori mudah sejumlah 6 soal, yang termasuk
kategori sedang sejumlah 18 soal, dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 2
soal. Soal pada siklus II yang termasuk dalam kategori mudah terdiri dari
nomor 2, 6, 14, 23, 25, 26, dan yang termasuk kategori sedang terdiri dari
nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 24, 28, 29, 30, sedangkan
yang soal yang termasuk kategori sukar terdiri dari nomor 15 dan nomor 27
(terlampir).
31
3.8 Indikator Kinerja
Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian
tindakan kelas ini, tolok ukurnya adalah ketuntasan belajar yaitu pencapaian
nilai KKM ≥ 70. Keberhasilan belajar diukur apabila setiap siswa telah
mencapai nilai ≥ 70 maka dikatakan berhasil atau tuntas dan apabila sebanyak
100% siswa telah mencapai nilai 70 maka dikatakan tuntas secara klasikal.
3.9 Analisis Data
Data-data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar pada
kondisi awal, siklus I, dan siklus II dianalisis menggunakan teknik deskriptif
komparatif dilanjutkan dengan refleksi. Analisis dengan teknik deskriptif
komparatif adalah dengan cara membandingkan data hasil belajar IPA pada
kondisi awal, data hasil belajar IPA pada siklus I, dan data hasil belajar IPA
pada siklus II. Dari perbandingan data tersebut, dapat dilihat perubahan pada
peningkatan hasil belajar IPA pada kondisi awal,siklus I, dan Siklus II dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.