bab iii marhaenisme dalam pemikiran soekarno · pdf filepada tanggal 31 desember dibebaskan...
TRANSCRIPT
36
BAB III
MARHAENISME DALAM PEMIKIRAN SOEKARNO
A. Biografi Soekarno
1. Riwayat Hidup dan Masa Perjuangan
Ir.Soekarno adalah pribadi yang komplek, berasal dari keluarga
priyayi rendahan. Kedudukan sosial ekonomi keluarganya hanya agak
sedikit lebih baik dari pada golongan Marhaen yang nanti akan
diperjuangkan Soekarno.1
Pada tanggal 6 juni 1901 Soekarno lahir di Surabaya Jawa Timur.
Ayahnya bernama Sukemi Sosrodirharjo, seorang guru Sekolah Rakyat di
Blitar. Ibunya seorang wanita Bali yang bernama Idayu Nyoman Rai.2
Pendidikan Soekarno menempatkannya dalam kalangan atas
masyarakat Indonesia, ELS (Sekolah Menengah Belanda) tamat tahun,
1921.3 Setelah tamat sekolah rakyat (SR) kelas VI di Tulung Agung.
Kemudian Soekarno memasuki HBS (Hogore Burger School) setingkat
SMA sekarang di Surabaya. Selanjutnya ia melanjutkan pelajarannya di
THS (Tehnische Hoges School) ITB sekarang dan memperoleh gelar
Insiyur sipil tahun 1926.4
Selama masa di HBS-nya dia tinggal di rumah HOS
Tjokroaminoto, pemimpin sarekat Islam (SI), menyebabkan Soekarno
selain belajar di HBS juga mendapat didikan kejiwaan dan belajar
berjuang di lapangan politik dari Tjokroaminoto.5
Ketika Soekarno mulai karir politiknya yang sesunguhnya tidak
lebih dari 78 orang Indonesia yang mempunyai ijazah HBS. Ini berarti satu
1. Onghokham, Manusia Dalam Kemelut Sejarah, ed, Taufik Abdulah (Jakarta: LP3ES,
1988) cet, IV, hlm. 20 2. H. J.S Giovani Sitohang, Gaya Kepemimpinan Soekarno-Suharto (Jakarta: Pustaka
Aksara, 1989 ), hlm. 93 3. Onghokham op. cit, hlm. 22 4. Ibid, hlm. 24 5. Ibid., hlm. 25
37
dari tujuh juta orang yang mempunyai ijazah tersebut.6 Sejak 1911
Soekarno telah menerbitkan tulisan-tulisan pertamanya dalam penerbitan
nasionalis Oetoesan Hindia. Di sana ditulisnya "hancurkan segera
kapitalisme yang dibantu oleh budaknya imperialisme dengan kekuatan
Islam insya Allah itu segera akan dilaksanakan".7
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika ia menjadi
anggota "Jong Java" cabang Surabaya. Sebuah perhimpunan yang
didirikan pada 1915 dengan nama Trikoro Darmo (tiga kewajiban mulia)
dan sesungguhnya dimaksudkan sebagai organisasi pemuda dari Budi
Utomo.8
Setelah lulus dari HBS Soekarno melanjutkan pelajarannya sekolah
di THS yang dibuka tanggal 3 Juli 1920 di Bandung. Bandung benar-benar
merupakan kota perjuangan. Oleh karena di sanalah Bung Karno mulai
memimpin pergerakan politiknya yang berasaskan "nasionalisme" untuk
memperjuangankan kemerdekaan Indonesia. Di kota Bandung jugalah ia,
lahirkan ide-ide persatuan dalam bentuk tulisan yang berjudul
Nasionalisme, Islamisme Dan Marxisme (1926). Ide ini dilahirkan oleh
HOS Tjokroaminoto sewaktu Bung Karno masih berada di Surabaya.9
Bung Karno yang waktu mudanya mulai berjuang dalam gerakan
politik dan pernah mendapat asuhan/didikan seorang tokoh politik dan
pemimpin besar yang terkemuka HOS Tjokroamonoto. Di sinilah mulai
tumbuh berkembang pemikiran dan ide-ide cermerlang dari diri seorang
Soekarno.
Hati nurani Soekarno yang sebenarnya "pikirkanlah nasib rakyat".
Rakyatlah yang selalu menjadi perhatianya selama ini baik dalam
kerangka pikirannya. Pokok pikirannya ini dituangkan dalam pidato-
6 . Onghokham op. cit, hlm. 22 7. Ibid, hlm. 22 8 . Bernhard Dahm, Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta: LP3ES, 1987),
hlm. 47 9. Ibid, hlm. 47
38
pidato, maupun pada tulisan-tulisan yang di terbitkan oleh media masa
pada waktu itu.
Pada tanggal 4 juli 1927 Soekarno bersama Sartono, Anwari,
Sunario, dan beberapa tokoh nasionalis lainya mendirikan Perserikatan
Nasional Indonesia (PNI). Yang pada tahun 1928 diganti namanya
menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).10
Soekarno dipilih sebagai ketua PNI yang pertama kali, di bawah
pimpinannya PNI semakin maju pasat. Perjuangan yang tegas membela
nasib kaum Marhaen dan berjuang untuk mencapai Indonesia
kemerdekaan Indonesia serta sikapnya yang "ogah" berkerja sama dengan
kaum imperialisme. Sikap itu telah banyak menarik perhatian dan simpati
rakyat Indonesia. Sehingga PNI pada waktu itu benar-benar telah menjadi
partai politik yang mendapat tempat di lubuk hati rakyat.11
Berkat kegiatan dan kegigihan para pemimpin PNI dalam usahanya
membangkitkan jiwa dan semangat patriotisme di kalangan rakyat. Maka
keinsyafan dan semangat rakyat makin lama makin luas. Sehingga PNI
mampu dan mempunyai cabang-cabang hampir di seluruh tanah Jawa.
Makin lama makin pesat perkembangan PNI, sehingga pemerintah
Kolonial Belanda menaruh kecurigaan yang besar terhadap PNI pimpinan
Soekarno.
Soekarno ingin menekankan ironi proses pengadilan yang terjadi
selama ini di Indonesia. Apa yang diperbolehkan orang-orang Belanda di
Nederland tidak diperbolehkan oleh orang-orang Belanda yang sama
Koloninya.12 Tidak lama sesudah Bung Karno bergerak berjuang dalam
PNI kemudian ditangkap dan di jebloskan ke penjara Banceuy Bandung.13
Karena Soekarno dianggap organisasi yang dipimpinnya mengacam
ketentraman pemerintah Belanda pada masa itu.
10. H.J.S. Giovani Sitohang. loc.cit. hlm. 94 11. Onghokham loc. cit, hlm. 24 12. Ibid, hlm. 25 13. Ibid, hlm. 58
39
Soekarno dimasukan ke penjara selama kurang lebih delapan
bulan. Sementara itu dari hari ke hari Soekarno memanfaatkan waktu
luangnya untuk menyusun pembelaannya di pengadilan nanti.
Pada tahun 1930 diadakanlah sidang pemeriksaan atas diri
Soekarno. Bersamaan dengan itu Soekarno menyampaikan pidato
pembelaannya atas diri dan perjuangannya dengan judul yang terkenal
"Indonesia mengugat."14 Pengetahuanya mengenai Indonesia terlihat
dalam kutipan-kutipan para sarjana kenamaan pada zamanya. Dan dia
menyandarkan diri sepenuhnya pada tingkat kesarjanaan Belanda pada
waktu itu.
Namun kesadaran akan nasib Indonesia diperoleh melalui
pemikiran–pemikiran Marxis Barat yang tergolong dalam sosial
demokrasi.15 Dalam persidangannya akhirnya Soekarno dijatuhi hukuman
4 tahun penjara oleh pengadilan Belanda. Dan dipenjara di Suka Miskin
yang terletak di pinggiran kota Bandung. Termasuk wilayah kecamatan
Cicadas. Selama di dalam penjara Soekarno mengirim surat pada kawan-
kawanya. Pada tanggal 31 Desember dibebaskan sebelum masa hukumnya
selesai oleh Gubernur Jendral De Graff.16 Sehari setelah keluar dari
penjara Suka Miskin, Bung Karno dengan diiringi Inggit pada tanggal 1
januari 1932 berhasil meningalkan kota Bandung, pergi ke Surabaya untuk
menghadiri kongres Indonesia raya yang dipimpin oleh Dr. Soetomo.17
Tekad dan janjinya sewaktu di penjara Suka Miskin yang dulu di
tempatinya. Bung Karno sesudah keluar dari penjara tidak semakin kendor
semangat perjuangannya melainkan tambah berkobar-kobar. Akhirnya
Bung Karno menceburkan diri ke dalam Partai Indonesia di bawah
pimpinan Mr. Sartono, karena PNI yang didirikan dilarang oleh
pemerintah Belanda.
14. Ibid, hlm. 25 15. Ibid 16 .H.J.S. Giovani Sitohang. loc. cit, hlm. 94 17. Onghokham loc. cit, hlm. 69
40
Dalam perjuangannya dengan Partai Indonesia inilah Bung Karno
sempat memimpin majalah pikiran Rakyat. Suatu majalah politik populer.
Di samping itu sempat pula dalam bulan Maret tahun 1932 menulis risalah
mencapai Indonesia merdeka.18
Pada tahun 1933 Soekarno kembali ditahan karena dituduh
melakukan agitasi melawan pemerintah Belanda kemudian Soekarno di
asingkan ke Endeh, Flores.19 Selama ada di tanah pembuangan di Endeh,
Flores Bung Karno tidak tinggal diam. Meskipun dilarang dalam kegiatan
politik namun berhubungan dan bergaul rapat, dengan rakyat dan keluar
masuk kampung.20
Selain itu di Endeh inilah Bung Karno secara tekun mulai belajar
agama Islam dengan jalan membaca buku-buku tentang Islam dan
keislaman dalam berbagai bahasa. Dari Endehlah Bung Karno banyak
menulis tentang permasalahan ke-Islaman. Sebagaimana dapat diketahui
dari surat-surat yang dikirimnya pada ulama A. Hassan di Bandung.21
Pada permulaan tahun 1938. setelah Bung Karno diserang penyakit
malaria yang berat, diputuskan untuk memindahkan ke tempat
pengasingan yang lebih sehat. Ia dipindah dari Flores ke Surabaya. Tidak
ada sambutan meriah untuk dirinya.22
Dari tempat yang baru ini Bung Karno melanjutkan pemikiran dan
kritiknya tentang Islam. Kali ini bukan lagi dalam bentuk surat-surat
kepada seseorang, melainkan lewat artikel-artikel yang cukup panjang
yang ditulis pada majalah Panji Islam Medan dan majalah Adil di Solo
antara tahun 1938-1940. Artikel-artikel tersebut antara lain berjudul;
memudakan pengertian Islam, apa sebuah Turki memisahkan agama dari
18. Ibid, hlm. 77 19. H.J.S. Giovani Sitohang. op. cit, hlm. 94 20. Jhon. D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hlm.
79 21. Ibid, hlm. 80 22. Ibid, hlm. 170
41
negara, masyarakat onta dan masyarakat kapal udara. Islam sontoloyo.23
dan lain-lain.
Tulisan-tulisan yang terakhir inilah yang menimbulkan polemik
antara Bung Karno dengan beberapa ulama misalnya dengan A. Hassan
yang selama di Endeh dikirimi surat-surat oleh Bung Karno.
Setelah ada tanda-tanda bahwa tentara Jepang akan mendarat di
Hindia, Bung Karno dilarikan Belanda ke Padang. Dengan maksud hendak
dibawa ke Australia. Akan tetapi sebelum meningalkan Padang, Jepang
sudah mendarat, maka Bung Karno dibawa lagi ke Jawa. Pada tanggal 9
Juli 1942 mendarat di pasar ikan Jakarta dari pembuangan Bengkulu.
Dengan ini berakhirlah masa pembuangan Bung Karno pada masa
penjajah Belanda.24
Keluar dan masuk tahanan itulah nasib kehidupan seorang
pemimpin yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk kepentingan dan
perjuangan bangsa. Kebencian terhadap penjajah Belanda menimbulkan
dorongan bagi Soekarno untuk bekerjasama dengan Jepang, bukan sebagai
kesenangan, atau tujuan hidupnya, melainkan sebagai taktik politik belaka.
Ia akan mempergunakan kekuatan Jepang sebagai kepentingan
kemerdekaan Indonesia di masa yang akan datang.25
Pada masa pendudukan Jepang Bung Karno tiada henti-hentinya
menganjurkan akan persatuan dan percaya pada kekuatan sendiri dan
melanjutkan sampai cita-cita kemerdekaan Indonesia tercapai. Dan
menjelang tekuk lututnya tentara Jepang Bung Karno yang duduk dalam
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Dalam badan inilah Bung Karno pada waktu dimintai sumbangan pikiran
mengenai dasar negara bagi bangsa Indonesia, berupa "Pancasila" yang
dikemukakan pada tanggal 1 juni 1945 di gedung Pejambon Jakarta.26
23. Syahbuddin Mangadaralam, Apa Dan Siapa Bung Karno (Jakarta: Rosda Jaya
Pura,1986), hlm. 82 24. Ibid 25. Onghokham loc. cit, hlm. 46 26. Syahbuddin. Ibid, hlm. 84
42
Mejelang hari-hari terakhir kekuasaan Jepang, pada tanggal 8
Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta dipanggil oleh Jenderal
Terauchi. Panglima tertinggi pasukan Jepang di Asia Tenggara, yang
bermarkas di Saigon. Sehari sebelumnya pada tanggal 7 Agustus 1945, di
Jakarta dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).27
Belum lama Indonesia menikmati proklamasi kemerdekaan,
Republik Indonesia mendapat ujian dan cobaan baik itu rongrongan dari
luar maupun dari dalam negeri. Di mana kelompok komunis Indonesia
mulai melakukan aksi untuk merubah dasar bangsa Indonesia. Akan tetapi
berkat kelihaian dan kemampuan kepemimpinan Soekarno Hatta segala
cobaan dapat segera di atasi.
Bung Karno adalah seorang tokoh pemersatu bangsa Indonesia, ia
telah menyumbangkan pikirannya dan tenaganya dalam membentuk
bangsa Indonesia. Peran yang sangat menonjol dan kemampuannya dalam
bidang politik ini membuat kawan-kawannya mengakui akan kemampuan
Bung Karno. Sejak itulah Bung Karno menjadi tokoh sentral dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia sampai tahun 1966. Situasi politik
telah memaksakan ia harus turun panggung dari kekuasaan sebagai
presiden Republik Indonesia.
Tepat pada tanggal 21 Juni 1970 Soekarno wafat di rumah sakit
angkatan darat Jakarta dan dimakamkan di Blitar Jawa Timur.28
2. Karya-Karya Soekarno
Sejak mudanya Bung Karno sering menulis artikel-artikel yang
dimuat di surat-surat kabar maupun majalah-majalah yang terbit di Hindia
(Indonesia), Adapun tulisan-tulisanya umumnya berisi uraian-uraian soal
politik sosial, pendidikan, agama dan masyarakat Indonesia.
27. Syahbuddin, op.cit hlm. 54 28. H.J.S. Giovani Sitohang, loc. cit, hlm. 98
43
Beberapa buku-buku karangan beliau antara lain :
a. Di bawah Bendera Revolusi jilid I
Buku ini merupakan kumpulan artikel-artikel yang pernah
dimuat/ditulis di surat kabar maupun majalah. Oleh panitia penerbitan
karya-karya Presiden Indonesia ini dikumpulkan menjadi sebuah buku.
Dalam buku ini berisi tentang Nasionalisme, Islamisme, Marxisme,
juga tentang memudakan pengertian Islam, apa sebab Turki
memisahkan agama dari Negara, Islam Sontoloyo, dan lain-lain.
b. Di bawah Bendera Revolusi jilid II
Buku ini merupakan kumpulan pidato-pidato presiden dan
tulisan-tulisan lain yang belum di publikasikan. Oleh panitia penerbit
Dibawah Bendera Revolusi kumpulan pidato dan artikel yang belum
sempat dipublikasikan, dibukukan menjadi Dibawah Bendera Revolusi
jilid II
c. Sarinah
Buku ini ditulis sebagai rasa terimakasih pada pengasuhnya
(emban) yang telah mengasuh dan membentuk jiwanya sehinga
menjadi besar dan dewasa. Dalam buku ini ditulis kewajiban-
kewajiban wanita dalam memperjuangkan Republik Indonesia.
d. Ilmu perjuangan
Buku ini merupakan kumplan pidato sewaktu menerima gelar
Doctor Honoris Caausa dari THS (Tehnische Hoges School) ITB
sekarang. Buku- ini berisi tentang amal dan ilmu.
e. Mencapai Indonesia Merdeka
Dalam risalah ini Bung Karno menjelaskan bahwa
kemerdekaan Indonesia itu tidak mungkin diperoleh melalui
perundingan dengan pihak imperialisme. Tetapi harus dengan
perjuangan dan kekuatan kita sendiri.
f. Indonesia Mengugat
Buku ini merupakan kumpulan pidato pembelaan Bung Karno
di depan pengadilan kolonial Bandung tahun 1930, isinya
44
menggambarkan Bung Karno sebagai pimpinan rakyat Indonesia dan
juga hasil pemikiran dan semangat tentang nasib bangsanya yang
menjadi korban kekerasan dan penindasan penjajah.
g. Pantja Azimat Revolusi
Buku ini berisi tentang pikiran-pikiran Soekarno tentang
Nasakom (Nasionalis, Islamisme, Komunisme), Pancasila, tri sakti
tavif (berdikari dalam bidang ekonomi, berdikari dalam bidang politik,
berkepribadian dalam kebidayaan) dan berdikari (berdiri diatas kaki
sendiri), yang semuanya itu bertujuan untuk revolusi Indonesia.
B. Pemikiran Soekarno Tentang Marhaenisme
1. Nasionalisme, Marxisme dan islamisme
Kesengsaraan rakyat Indonesia yang hidup di bawah penjajahan
kolonial Belanda merupakan obyek pemikiran Soekarno.29 Seorang yang
sangat peduli terhadap keberadaan bangsanya, sekaligus berupaya untuk
mencarikan jalan keluar. Cita-cita yang demikian kuat karena
keyakinannya bahwa kaum Marhaen harus selamat dari belenggu
kapitalisme.
Kerja keras Soekarno ini dimulai dari upaya untuk menggalang
rasa sentimen kebangsaan rakyat Indonesia dengan melontarkan
nasionalisme.30 Model nasionalisme semacam apa yang "pas" bagi rakyat
Indonesia? Dengan kondisi rakyat yang lemah dan tak berdaya.
Menciptakan rakyat yang kokoh dan mampu berdiri di atas kakinya
sendiri, serta memiliki loyalitas terhadap bangsa dan negara. Karena
individu tersebut terkumpul menjadi satu dan memiliki kesepahaman dan
keserasian yang disebut masyarakat.
Sementara itu nasionalisme dalam pemikiran Soekarno dipengaruhi
oleh pemikir-pemikir Barat seperti Ivan Illich, Machavelli, Marx, Hegel,
Ernest Renan dan lain-lain. Yang menyatakan, bahwa bangsa itu suatu
29. Yulianto Sigit Wibowo, Marhaenisme Ideologi Perjuangan Soekarno (Yogyakarta,
Buana Pustaka, 2005), hlm. 35 30. Ibid.
45
persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal-ichwal yang telah
dijalani oleh rakyat itu.31
Nasionalisme dalam pemikiran Soekarno bukan nasionalisme yang
sempit, yang hanya mendasarkan pada batas-batas pengertian suatu
bangsa. Akan tetapi lebih dari itu, nasionalisme Soekarno secara subtansial
berangkat dari suatu bangsa, yaitu rakyat. Dengan demikian penekanan
yang lebih menonjol dari nasionalisme Soekarno adalah kesadaran akan
nasib rakyat.
Dan apa yang dicita-citakan oleh Soekarno adalah "adanya
perubahan nasib rakyat dan bangsanya dari ketertindasan, serta
kemerdekaan yang abadi dan memiliki harga diri.
Nasionalisme itu ialah suatu iktikat; suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu adalah satu golongan satu bangsa.--rasa nasionalisme itu menimbulkan suatu rasa percaya akan diri sendiri, rasa yang mana adalah perlu sekali untuk mempertahankan diri dalam perjuangan menempuh keadaan-keadaan yang mau mengalahkan kita."32 Dari kutipan di atas, kelihatannya Soekarno mendasarkan konsep
nasionalismenya dalam aspek psikologi. Tentang keinsyafan, iktikad,
kepercayaan dan kepercayan diri. Yang keseluruhannya diarahkan untuk
menciptakan kesadaran tentang apa yang hendak dilakukan oleh bangsa
Indonesia.
Entah bagaimana tercapainya persatuan itu, entah pula bagaimana
rupanya persatuan itu; akan tetapi tetaplah bahwa kapal yang membawa
kita ke Indonesia merdeka itu ialah kapal persatuan.33 Rupanya
nasionalisme dijadikan oleh Soekarno sebagai rantai pengikat persatuan
bangsa Indonesia. Dalam rangka menyadarkan rakyat Indonesia secara
keseluruhan akan posisinya.
Konsep nasionalisme Soekarno yang berangkat dari aspek terkecil
suatu bangsa yaitu kesadaran rakyat untuk bersatu menjadikan konsep
31. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi (Jakarta: Panitia Penerbit, 1964 ), hlm.3 32. Ibid, hlm 3-4 33. Bung Karno, Panca Azimat Revolusi (Ciputat: Totalitas, 2002), hlm 11
46
nasionalisme ini bersifat populis.34 Berangkat dari gagasan tentang
persatuan itu Bung Karno berusaha mentransformasikan dalam Negara
Indonesia merdeka.35
Berangkat dari pemahaman inilah Soekarno merasa penting untuk
segera melakukan perorganisiran rakyat. Sebab persatuan hanya akan kuat
jika di wujudkan dalam suatu kerja-kerja yang terorganisisr, bukan yang
hanya termobilisir.36 Dengan demikian satu kesatuan itu adalah tidak dapat
dipisahkan rakyat dari bumi tempatnya berpijak.
"Maka, manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita. Maka Indonesia tanah air kita, Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, Sumatera saja, Maluku saja, akan tetapi segenap kepulauan yang di tunjuk oleh Allah menjadi satu kesatuan antara dua benua dua samudara, itulah tanah air kita."37 Jelasnya.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman baru dari konsep
nasionalisme, yaitu perjuangan merebut kemerdekaan. Kemerdekaan
adalah modal utama untuk menghapuskan kesengsaraan yang timbul oleh
penjajah imperialisme Belanda dari tanah air Indonesia.
Manusia tak dapat menyangkal beberapa aspek kebenaran Marx.
Bahwa dalam suasana tertentu pemberontakan dan revolusi berdarah
mungkin turut menentukan jalan ke arah sosialisme. Yang bebas dari
penindasan dan ekpolitasi.38 Pengertian Marxisme, seperti yang
disebutkan, telah disempitkan maksudnya menjadi interpretasi doktrin
Marxis oleh Lenin tatkala menguasai Rusia setelah November 1917.
tatkala Marx mengatakan "agama adalah candu rakyat" maka secara
dogmatik Lenin memperuncingnya. Lenin mengatakan "kita harus
memerangi agama". Hal inilah yang sebenarnya membuat Marxisme
menjadi suatu gerakan dunia.
34. Yulianto Sigit Wibowo, op. cit, hlm. 38 35. Wawan Tunggal Alam, Demi Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs Hatta (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 445 36. Yulianto Sigit Wibowo, loc. cit, hlm. 38 37. Wawan Tunggal Alam, op. cit, hlm. 446 38. O. Hashem. op. cit, hlm.87
47
Pemikiran tersebutlah yang banyak mempengaruhi ideologi-
ideologi dunia yang rasionalis. setidaknya dalam pemikiran Soekarno
dengan nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM).
Sebagaimana firman Allah:
وتعاونوا على الرب والتقوى وال تعاونوا على اإلثم والعدوان واتقوا الله إن … )2: املائدة ( الله شديد العقاب
Artinya :"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelangaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksanya.39 (QS. Al-Maaidah : 5 : 2 )
Islam senantiasa menyeru kepada manusia untuk bekerjasama atau
tolong menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran yang dapat menjamin
terciptanya suasana harmonis dan dapat diterima oleh semua pihak.40
Islam tidak hanya sebagai agama tetapi juga sebagai jalan kehidupan.
Ajaran dan praktek dalam kehidupan Islam adalah didasarkan pada firman
Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi di dalam Al-Quran dan Al-Hadits.
Orang-orang Islam memang tidak dijadikan pesakitan berkat
propaganda "toleransi" komunis terhadap yang beragama.41 Dalam rangka
mencapai kebahagiaan Islam senantiasa meletakkan nilai-nilai keselarasan
dan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan manusia.
"Keyakinan terhadap Tuhan dan agama telah ada sejak lama. Orang-orang shaleh menempati posisi dominan dari waktu kewaktu dalam dunia spiritual mereka. Mereka memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat dan sangat berakar dalam bangsa-bangsa tertentu. Karena itu memberikan pendidikan komunis kepada masyarakat merupakan sebuah tugas sejarah yang sangat serius, tugas ini perlu dilakukan secara
39. Yayasan Penyelengara Penterjemah/Penafsir al-Qur'an, Al-Qur'an dan terjemahnya
Departemen Agama 1992, hlm. 156 40. Adnan, Islam Sosialisme (Yogyakarta: Menara Kudus Jogja, 2003), hlm. 40 41. Jeane S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),
hlm. ix
48
berulang-ulang dalam waktu yang lama, masalah ini sama sekali tak mudah diatasi."42
Jika sekiranya bangsa Indonesia tidak dirampok, dan mempunyai
kepandaian teknik, serta terpengaruh oleh orang lain, tentulah orang
Indonesia ada kesempatan untuk memenuhi kemauan alam.43 Seperti telah
disebutkan bahwa sebelum Belanda menduduki Indonesia, masalah ras
telah disikapi dengan lunak dan bijak oleh masyarakat pribumi.
Karena itu Soekarno mengajak pada rakyat-rakyatnya, untuk
bersama-sama menyelamatkan bangsa Indonesia. "marilah jangan
membakar rumah kita, wajarnya kita bersama-sama menyelamatkan
Negara kita ini, dan marilah kita bersama-sama menyelamatkan revolusi
kita ini".44
Pemikiran tersebut menjadi keprihatinan Bung Karno. Karena di
kalangan rakyat banyak sekali orang-orang yang nelangsa, tertindas.
Sementara sedikit sekali orang-orang yang peduli terhadap rumahnya
sendiri "bangsa Indonesia."
Dengan bercermin pada revolusi Perancis, Soekarno selanjutnya
menyebut bahwa sosio-nasionalisme adalah nasionalisme politik dan
ekonomi suatu nasionalisme. Yang di maskudkan nasionalisme untuk
mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri dan
keberesan rezeki.45
Bung Karno tidak bisa memungkiri bahwa konsep sosio
nasionalismenya diilhami oleh Karl Marx, Lenin, Vladimir Illich. Namun
demikian penerapan metode materialis dialektika histories yang di
lakukan, mau tidak mau menghasilkan sebuah revisi terhadap pemikiran
Marxisme-Leninisme secara umum.
42. Ibid 43. Tan Malaka, op .cit, hlm. 42 44. Budi Setiyono dan Bonnie Triyono, ed, Revolusi Belum Selesai (Semarang, Mesiass,
2003), hlm. 62 45. Soekarno, Dibawah Bendera Revolus, loc. cit, hlm 175
49
Eksitensi kaum buruh (proletar) dalam pemikiran Marx-Lenin
kemudian digantikan oleh kelompok kaum tani yang selanjutnya oleh
Soekarno di sebut kaum Marhaen. Meski di dalam Marhaen terdapat unsur
buruhnya namun Marhaen dalam pandangan Soekarno adalah sesuai
dengan sosio-nasional Indonesia.
Nasionalisme pada hakekatnya mengecualikan segala fihak yang
tak ikut mempunyai "keinginan hidup menjadi satu" dengan rakyat itu.
Walaupun nasionalisme itu mengecilkan segala golongan yang tak merasa
"satu golongan, satu bangsa" dengan rakyat itu.46 Selain itu tumbuh
perasaan harga diri yang sepadan dengan bangsa lain. Khususnya bangsa
Barat, dalam kesempatan ini harus direalisasikan dalam bentuk solidaritas
guna menciptakan diri bangsa yang merdeka.
Islam bukan agama yang hanya bicara masalah spiritual semata.
Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan, tetapi juga
meletakkan peraturan-peraturan dasar mengenai hubungan antara manusia
dan kepentingan-kepentingan mereka secara umum. Dengan tujuan
menciptakan kesejahteraan masyarakat.
2. Marhaenisme, Sosialisme dan Komunis
Dalam sejarah senantiasa ada orang-orang yang bermimpi tentang
dunia yang lebih baik. Misalnya (Musa, Budha, Plato, Jesus, Aquinas Dan
Maemonedes), maka menurut Milton spencer, tidak salah apabila orang-
orang demikian dinamakan kaum sosialis.47 Jika dalam sejarah peradaban ,
unsur-unsur kesadaran memainkan peranan yang subordinate. Maka
peneliti kritis yang subyeknya peradaban akan terbukti kurang memilki
bentuk, atau hasil dari kesadaran sebagai basisnya.
Aktor yang mempelopori ajaran sosialis adalah Karl Marx (1818-
1883). Ia menegaskan bahwa sosialisme, penghapusan hak milik pribadi,
bukan sekedar tuntutan etis melainkan keniscayaan obyektif. 48 Marx
menggangap dinamika sosial sebagai proses sejarah alami dan di atur oleh
46.Ibid, hlm. 4 47. Adnan, loc. cit, hlm. 55. 48. Ibid, hlm. 56
50
hukum yang tidak saja di luar kehendak , keasadaran dan kecwerdasan
manusia. Namun juga menetukan kehendak, kesadaran dan kecerdasan
manusia itu sendiri.
Bersimpati kepada program sosialis tidak berarti melibatkan diri
dalam kehidupan Marxisme. Baik terhadap konsepsinya yang ataeistik
mengenai kenyataan azasi dan pandangannya terhadap manusia sebagai
materi semata yang musti dibebaskan dari agama.
Pergerakan marxisme di Indonesia dalam pemikiran Soekarno ini
adalah ingkarlah sifatnya kepada pergerakan yang berhaluan nasionalis,
serta ingkarlah pada pergerakan yang berasaskan ke Islaman.49 Tiga aras
pemikiran tersebut mendominasi hampir semua pemikiran dan
ideologinya.50 Hal ini disebabkan kedekatan dengfan H.O.S.
Tjokroaminoto seoarang tokoh syarikat iswlam surabaya. Semanat anti
kolonialisme yang melahirkan semangat nasionalisme serta kegandrungan
pada teori, Marxisme.
"…disini dibikin perbedaan faham yang tajam sekali antara Marhaen dan proletar,… bahwa Marhaen bukanlah kaum proletar (kaum buruh) saja. Tetapi ialah kaum prioletar dan kaum tani melarat dan kaum melarat Indonesia lainnya… di dalam perjuangan bersama dari pada kaum proletar dan kaum melarat lainnya. Itu kaum proletra yang mengambil bagian yang besar sekali".51 Marhenisme yang di kembangkan Soekarno sebagai alternatif
terhadap konsep ploretariatnya Marxis. Soekarno antara lain menuliskan :
Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat dan
susunan negeri yang di dalam segala halnya menyelamatkan Marhaen.52
Karena setiap orang memiliki kebebasan untuk menerima dan menolak
serta berhak menentukan pilihannya sendiri.
49. Soekarno, Panca Azimat Revolusi, hlm 26. 50. Yulianto Sigit Wibowo, op. cit, hlm. 15 51. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, hlm. 254 52. Soekarno, Dasar-Dasar Pokok Marhaen, loc. cit, hlm. 5
51
Istilah sosialisme mulai digunakan pada awal abad ke-19-an, yang
mencangkup berbagai jenis teori ekonomi dan sosial mulai dari teori yang
menyerukan kepemilikan dari monopoli kekayaan alam tertentu sampai
teori yang sepenuhnya Marxis. Menjadi suatu yang utopis ketika
menerima Marxis sebagai ideologi yang tak sesuai dengan cultur bangsa
Indonesia. Maka haruslah diingat "kekalng-kabutan" bangsa Indonesia
disebabkan pertengkaran, perbedaan ideologi. Yang mana kesemua faham
tersebut tak lain adalah untuk mencapai cita-cita besar yaitu Indonesia
merdeka.
Sebab taktik Marxisme yang baru, tidak menolak pekerjaan
bersama-sama dengan nasionalisme dan Islamisme di Asia. Taktik
Masrxisme yang baru malahan menyokong dengan pergerakan-pergerakan
nasionalis dan islamisme yang keras di Asia. Marxisme yang demikian itu
tak mengikuti aliran zaman. Dan tak mengerti taktik Marxisme yang sudah
berubah.53
Kekacauan sosial politik dalam fase transisi bukanlah pengalaman
khas Indonesia, tetapi lazim di alami masyarakat manapun. Di dalam kabut
kebencian apatisme dan pesimisme orang sulit membayangkan terusan di
ujung terowongan transisi, dari kolonialisme penjajah Belanda menuju
rakyat Indonesia merdeka.
Kondisi obyektif pada waktu itu bahwa ideologi komunis
merupakan ideologi yang memiliki kekuatan paling nyata di dunia dalam
merombak belenggu aristokrasi. Merupakan lawan paling ampuh dalam
menumbangkan regim kapitalisme dunia. Dengan menengok revolusi
Bolshevik 1917 di Rusia yang menghantarkan kemenganan Bolshevik di
bawah pimpinan Vladimir Illich Lenin.
Peristiwa tersebut mengilhami Soekarno bahwa persatuan rakyat,
terutama rakyat yang tertindas dan melarat merupakan senjata paling
ampuh untuk melawan regim yang menindas hak-hak rakyat. Termasuk di
53. Soekarno, Panca Azimat Revolusi, loc. cit, hlm. 27
52
dalamnya kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme Belanda di
Indonesia.
Kesatuan teori dan praktek merupakan ungkapan marxis yang
mendikte semua teoritis dan praksisnya. Terlepas dari motif dan
penggunaannya ide ini penting bagi kaum Marxis. Ide ini memang kurang
diminati sebagian besar masyarakat yang tinggal di negara kapitalis maju
dan cenderung tidak pernah mengalami kelaparan dan penderitaan. Akibat
kondisi kemiskinan dan kebodohan tetapi umat manusia sebagian besar
masih belum lepas dari kondisi kehidupan seperti itu.
Pengupasan yang cocok betul atas masyarakat Indonesia
merupakan syarat terutama untuk mendapatkan perkakas revolusi.54 Akan
tetapi perbenturan antar kelas dan bangsa yang dasyat. Masyarakat pecah
semata-mata karena pertentangan itu sendiri, yaitu berupa "revolusi" yang
belum terjadi di Indonesia.
"dan jikalau kita bergerak, maka haruslah kita selamanya ingat bahwa cita-cita kita tak dapat terkabul, selama kita belum mempunyai kekuasaan yang perlu untuk mendesakkan terkabulnya cita-cita itu. Sebab kita berhadap-hadapan dengan musuh yang tak sudi menuruti tuntutan-tuntutan kita, walaupun yang sekecil-kecilnya.55
Demikian makin jauh dan makin mendalam perhatian kita arahkan
kekehidupan ekonomi rakyat. Makin besar keyakinan akan kekuatan
keswadayaan dan kemandirian ekonomi, serta ketahanan masyarakat
dalam menghadapi segala cobaan. Agar rakyat tidak benar-benar hancur
maka harus ada aturan tentang penggaturan antara pemerintah dan rakyat.
Atas dasar itulah maka berdirilah perkumpulan-perkumpulan
politik, ISDV, PSI, PNI, dan sebagainya. Perkumpulan politik tersebut
berniat untuk menyusun kekuatan dengan kelompok-kelompok lain agar
dapat membangkitkan rakyat dan penduduk Indonesia. Supaya mereka
turut memikirkan dan ber-ihtiyar mewujudkan pemerintah dan aturan
54. Ibid 55. Sokarno, Dibawah Bendera Revolusi, op . cit, hlm. 169
53
kenegaraan yang adil serta dapat memenuhi kebutuhan semua orang,
bukan kepentingan sepihak saja.56
Sebelum 1917 semua partai memakai kata sosialis dalam nama-
nama mereka tanpa kecuali partai-partai tersebut mengakui Marxisme-
Leninisme sebagai ideologi panutan. Kata komunisme memperoleh
pengertian dalam konteks yang sama seperti sosialis. Hal ini didasarkan
atas kemenangan revolusioner atas kapitalisme yang mengantarkan
sosialisme.
Pada abad 19 akhir dan memasuki abad 20-an memang terjadi
suatu perubahan radikal dalam tatanan ideologi politik dunia yang banyak
di warnai dengan menonjolnya kekuatan ideologi komunis. Di Indonesia
(masih Hindia Belanda) waktu itu, ajaran komunis masuk sekitar tahun
1913, atau sekitar terjadinya peristiwa perang dunia I.
Hampir dalam waktu yang bersamaan Sneevliet, seorang Belanda
yang sebelumnya adalah pimpinan organisasai buruh angkutan dan
anggota Social Democrartische Arbeiders (SDAP), yang berhaluan
Marxis.57 Sneevliet datang ke-Jawa sekitar tahun 1913 sebagai sekretaris
dari suatu perkumpulan pedagang.58 Baru saja sampai di tanah Jawa cita-
cita dan paham sosialisme tersebut terus dipropagandakan, berawal dari
kalangan serikat pekerja V.S.T.P (Vereeniging Van Spoor En Traweg
Personeel), yang didirikan di Belanda bersama teman-temanya.
Sekitar bulan Mei 1914 di Semarang mendirikan De Indische
social Demokratische Vereeniging (I.S.D.V) yang pertujuan menyebarkan
paham Marxis.59 Sekaligus menjadi sekretaris mengatikan pejabat lama
D.M.G. Kock. Pada saat itu di Semarang telah terdapat organisasi buruh
kereta api. Vereniging Van Spoor En Tramsweg Personel (VSTP).60
56 . Semaoun, Penuntun Kaum Buruh (Yogyakarta: Jendela, 2000), hlm. 25 57. Yulianto Sigit Wibowo, loc. cit, hlm. 17 58. A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Jakarta: Dian Rakyat,
1994), hlm. 14 59 . Ibid 60. Yulianto Sigit Wibowo, op. cit, hlm 17
54
Akhirnya pengaruh paham Marxisme yang disebarluaskan oleh
Sneevliet semakin kuat di VSTP dan membawa ke arah gerakan-gerakan
yang radikal, atau setidaknya digunakan sebagai media penyebarluasan
faham Marxis tersebut. Oleh karena rakyat jelata tidak dibawanya kedalam
organisasinya I.S.D.V. Sneevliet terus mengambil jalan sedapat-dapatnya
mempengaruhi partai-partai yang ada di Indonesia dan serikat-serikat
sekerja.61 Dengan mempergunakan anggota-anggota Indonesia yang telah
terdidik dan yang diminta memasuki bermacam-macam perkumpulan,
akhirnya ISDV memperoleh keberhasilan.
"Oleh karena itu "teori" dan "prinsip" saja buta saya belum cukup, tiap orang bisa menutup dirinya di dalam kamar, dan mengerutu "ini tidak menurut teori" dan "itu tidak menurut prinsip, saya tidak banyak mengharapakan pada orang yang demikian itu. Tetapi yang paling sukar ialah di muka musuh yang kuat dan membuta tuli, menyusun suatu mach yang terpikul suatu prinsip.--wajib mencoba apa yang boleh docoba dengan menyerahkan hasil atau tidaknya kedalam tangan Allah."62
Tujuan seseorang dalam menjalankan kehidupannya tidak sekedar
mengejar kekayaan materi semata melainkan juga mencari ridla-Nya.
Berbakti pada Tuhan dan menolong sesama. Juga kita menjelmakan asas
atau prinsip kita kedalam machtsvorming yang maha kuasa.63
Sebagaimana yang dikatakan Soekarno:
"bu kanya kita mengharap yang nasionalis itu berubah menjadi Islamis atau Marxis, bukan kita menyuruh Marxis menjadi Islamis itu berbalik menjadi nasionalis, akan tetapi impian kita ialah kerukunan, persatuan antara tiga golongan tersebut." 64
Inilah kiranya yang menjadi pandangan sosialisme dan komunisme
ala Soekarno, yang telah memberikan berbagai pandangan dan pikiran
mengenai Indonesia merdeka. Dalam kerangka itulah maka cita-cita
Soekarno mengenai Indonesia merdeka harus juga ditempatkan dalam
61. A.K. Pringgodigdo, loc. cit, hlm 15 62 . Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, op. cit, hlm. 160 63 . Ibid 64 . Ibid,
55
kerangka perjuangan untuk melawan imperialisme dan kapitalisme di
seluruh dunia. Dalam kerangka ini pula kita dapat memahami pandangan
dan sikap Soekarno terhadap komunisme.
Dengan menolak filosofis materialisme, Soekarno tidak melihat
pertentangan antara Marxisme yang dibanggakan dengan gama yang di
anutnya. Bahkan ia menganjurkan untuk menyempurnakan ajaran
Marxisme dengang memasukkan unsur ketuhanan ke dalamnya.
Demikian gandrungya kepada ajaran marxis sehingga soekarno pun
menulis "Alhamdulillah saya ucapkan bahwa allah ta'ala siang-siang telah
menanamkan faham marxis di dada dan otak saya."65
C. Ajaran Marhaenisme
1. Marhenisme Sebagai Kategori Kelas
Berapa ribu tahun, bahkan ratusan tahun rakyat Indonesia yang
meringkuk dengan perut kosong di atas balai-balai setiap hari saat melepas
lelahnya, tak terjelaskan dengan tepat.66 Menjadi budak belian kolonial
dengan rakyat kelaparan terjadi di Indonesia. Sebab sebagaian besar
buruh perusahaan, tani dan sebagainya menjual tenaganya dan pada
akhirnya telah kehilangan tanah bahkan mata pencaharian. Kesemuanya
itu adalah ulah dan keserakahan imperialimse, kolonialisme Belanda.
Istilah kelas memiliki pengertian yang secara politis saat ini
bermula pada pokok analisa Marx tentang struktur masyarakat.67 Bung
Karno dengan visi Marhenisme yang berpihak pada rakyat. Soekarno
mencoba menganalisa masyarakat hasilnya adalah mengetahui
kesengsaraan rakyat yang di sebabkan oleh suatu sistem/stesel.
Sejarah semua masyarakat manusia, dahulu dan kini, merupakan
sejarah pertentangan kelas. Tuan dengan budak, bangsawan dengan awam,
65. Nazaruddin Sjamsuddin, hlm 146 66 . Tan Malaka, Massa Aksi, op. cit, hlm. 48 67 . Yulianto Sigit Wibowo, loc. cit, hlm. 53
56
mandor dengan buruh. Pendek kata sipenindas dan tertindas sama-sama
berdiri untuk saling menantang.
Peranan kelas-kelas tertentu dalam masa sejarah silih berganti,
setiap preode menampilkan suatu kelas progresif dengan kepentingan dan
tindakan tersendiri. Pertentangan tersebut akan memajukan perkembangan
sosial, sementara kelas yang lain, kelas reaksioner akan melancarkan
perlawanan sesuai dengan tarap tuntutan dan perkembanganya.
Memang menurut Karl Marx, mungkin sosialisme dijalankan di
Inggris, dengan jalan parlemen, tetapi masa Marx birokrasi di Inggris
belum begitu kuat, licik, dan ganas seperti yang terjadi di abad 20 ini.68
Hasil analisa Marx yang difokuskan pada pengkajian terhadap
masyarakat industri di Barat telah menghasilkan dua kategori kelas yang
saling bertentangan yaitu kelas progresif dan kelas reaksioner.69 Kaum
buruh (proletar) dalam anasilisa Marx di kategorikan sebagai kelompok
progresif yang rindu akan kebebasan dan perubahan, sedangkan kelompok
reaksioner (borjuis) yang senantiasa mempertahankan kekuasaan dan
mengharamkan perubahan.
"Disini dibikin perbedaan faham yang tajam sekali antara Marhaen dan proletar. Dari kemoderannya dan kerasionalnya, bahwa di dalam perjuangan bersama kaum proletar mengambil bagian yang besar 'sekali, Marhaen umumnya semua berjuangan, Marhaen semuanya sama merebut hidup, Marhaen semuanya sama berikhtiyar mendatangkan masyarakat yang menyelamatkan Marhaen, seumumnya pula, namun kaum ploretar yang mengambil bagian yang lebih besar sekali".70
Namun demikian ini tidak berarti bahwa kelas progresif Indonesia
selalu melakukan perlawanan terhadap kelas reaksioner imperialisme
Belanda tersebut. Secara kondisi obyektif Indonesia berbeda dengan
kondisi sosial masyarakat barat. Disamping itu pemerintah Belanda yang
tergolong reaksioner tak henti-henti menahan dan menggebuk setiap
68. Tan Malaka, merdeka 100% (Tanggerang, Marjin Kiri, 2005), hlm. 24 69. Yulianto Sigit Wibowo, op. cit, hlm 54 70. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, loc. cit, hlm 554
57
langkah-langkah progresif yang di lancarkan oleh bangsa Indonesia.
Seperti halnya Soekarno yang keluar masuk penjara karena gerakan
progresifnya dianggap menganggu dan mengancam pemerintah Belanda.
Kaum marhen bukanlah kaum proletar (kaum buruh) saja, tetapi
ialah kaum proletar dan kaum tani melarat dan kaum melarat yang lain.
misalnya kaum dagang kecil, kaum ngarit, kaum tukang kaleng, kaum
grobak, kaum nelayan dan kaum lain-lain.71
Sedangkan marheanisme adalah setiap pejuang dan setiap patriot
bangsa, yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen itu, dan bersama-
sama dengan tenaga massa Marhaen itu hendak menumbangkan sistem
kapitalisme, imperilaisme dan kolonialisme serta bersama-sama dengan
masa Marhaen itu membanting tulang untuk membangun Negara dan
masyarakat yang kuat, bahagia, sentausa, adil dan makmur.72
Istilah melarat menunjukan bahwa posisi marhen adalah pada level
paling bawah dalam stratifikasi sosial masyarakat. Namun ketika di
kembangkan siapa Marhaenisme, dengan tegas Soekarno mengembangkan
dan memasukkan unsur yang lainnya. Dengan demikian secara subtansial,
Marhaenisme sebenarnya merupakan kelas menengah progresif Indonesia
yang berjuang menghapus segala kesengsaaan dan penderitaan yang
diakibatkan oleh adanya sistem kapitalis. Konsep Marhaenisme ini sangat
bersandar pada kontradiksi antara cara-cara produksi dan hubungan
produksi.
2. Marhaenisme Sebagai Ideologi
Kesamaan apakah yang dimiliki oleh orang-orang ini? Yang jelas
bukan "posisi kelas": posisi kelas mereka berbeda-beda, kendati sama-
sama mengidentikan diri dengan kelas "pekerja,"73 kecerdasan dan
kemampuan individu jelas berbeda-beda, namun demikian mereka sama-
sama setia terhadap ide-ide perubahan tersebut.
71. Ibid 72. Bung Karno, Dasar Pokok Marhaen. op. cit hlm 6 73. C. Wright Mills, Kaum Marxis, terj, Imam Muttaqien (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm. 24
58
Bangunkan barisan "buruh dan sekerja", bangkitkanlah semangat
dan keinsyafan, susunkalah semua tenaganya.74 Usaha untuk
membangkitkan semangat dan perjuangan Marhaen terus dilakukan oleh
Soekarno, baik lewat pidato-pidato, tulisan artikel, diskusi maupun dengan
catatan-catatan lainya. Hal ini dimaskudkan untuk mengugah kesadaran
masyarakat, pentingnya akan persatuan dan kemerdekaan yang selama ini
kita impikan.
Bagaimana selera dan kepentingan golongan dominan ini bisa
beroperasi secara wajar. Gagasan-gagasan yang menurutnya tak lepas dari
adanya gagasan tentang cita cita luhur yang sangat manipulatif. Gagasan
yang diterbitkan oleh selera dan kepentingan kelompok ini dengan
sedirinya merasuk menjadi semacam kesadaran-kesadaran.75
Marx menyatakan bahwa cara manusia berpikir dan menilai
terhadap agama, moral, dunia, budaya, dan sebagainya mempunyai fungsi
mendukung struktur-struktur kekuasaan dalam masyarakat.76 Manusia
tidak dapat menyangkal beberapa aspek kebenaran dalam dialektikanya
pemikiran Marx. Namun kita harus menolak pernyataan, bahwa
perubahan/revolusi harus berdarah dan menabur kebencian terhadapan
kelas pendorong agar tujuan itu tercapai.
Sebagai sebuah konsep gerakan politik, Marhaenisme yang
memuat dan mendasarkan masyarakat yang dikehendaki maka
Marhaenisme sudah memenuhi syarat untuk disamakan sebagai sebuah
ideologi.77
Indonesia merdeka hanya tercapai dengan perjuangan-tetapi zonder
azas-perjuangan kita tak mengetahui bagaimana harusnya perjuangan itu.
Oleh karena itu, azas perjuangan sama perlunya bagi Marhaen dengan
azas.78
74 . Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, op, cit, hlm. 256 75. Yulianto Sigit Wibowo, loc. cit, hlm 58 76. Ibid 77. Ibid 78. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, loc. cit hlam 250
59
Pikiran tersebut yang kemudian menghantarkan Marhaenisme
membentuk wadah perjuangan dengan PNI-nya. Sejak awal, di akhir abad
ke kedelapan belas, perbedaan antara kiri dan kanan bersifat ambigu dan
sulit diuraikan, namun tak kunjung lenyap.79 Misalnya pada era itu para
filosofis pendukung pasar bebas dianggap kiri tetapi sekarang mereka di
tempatkan di kanan. Dalam pada itu perubahan-perubahan ekonomi tidak
hanya menjadi factor utama karena ada faktor lain yang menyebabkan
perubahan tersebut yaitu faktor politik.
"Rakyat yang di jajah hanya bisa mematahkan perlawanan kaum imperialisme terhadap pekerjaan, memperbaiki semua susunan pergaulan hidup nasionalnya, dengan mengambil kekuasaan pemerintahan yakni dengan mengambil kekuasaan politik".80
Sekalipun demikian ungkapan di atas sangat sederhana akan tetapi
menerangkan masalah ideologi ini sebenarnya memerlukan uraian
panjang.
Memang yang sebenar-benarnya di sebutkan politik itu bukanlah kepandaian putar lidah, bukan kepandaian menggerutu dengan hati dendam terhadap pada kaum sana, bukan kepandaian tawar menawar, tetapi politik buat kaum Marhaen, hanyalah menyusun matchtsvorming dan memperusahakan matchtsvorming-matchtsvorming yang terpikul dengan asas radikal.81
Kalau ingin konsisten mengikuti dialektika materialis dan
dialektika histories, maka kesimpulannya yang didapat oleh Marx, Engels
adalah benar bahwa revolusi proletar hanya bisa dilakukan di negara-
negara yang sudah mencapai tingkat kemajuan ekonomi politik yang
tinggi. Karena sampai kini yang tampak jelas adalah bahwa rakyat masih
tetap lemah tetap berdiri pada posisi yang pasif, lemah tak berkesempaatan
berimbang untuk mempertahankan apa yang mejadi hak-haknya.
79. Anthony Gidden, Jalan Ketiga Pembaharuan Demokrasi Soial (Jakarta: Garmedia
Pustaka Utama, 2000), hlm. 43 80. Soekarno, Indonesia Menggugat (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001), hlm.
105 81. Sokerno, Dibawah Bendera Revolusi. op. cit, hlm, 298
60
Pendek kata "Marhaenisme adalah dus azas dan cara perjuangan
"tergelijk" menuju kepada hilangnya kapitalis, imperialisme, dan
kolonialisme.82
D. Dasar Filosofis Marhaenisme
1. Marhenisme dan Pancasila
Selintas tetang tafsir Pancasila, Pancasila yang berasal dari bahasa
Sansekerta yang berari lima batu karang atau lima prinsip moral.83
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, lahir pada tanggal 1 juni 1945,
ketika Bung Karno menguraikan kepada rakyat Indonesia tentang pokok
dasar filsafat Negara republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat.84
Sila kebangsaan Indonesia berarti suatu kebangsaan yang luas,
bukan berfaham "Indonesia Uber Alles", tetapi suatu kebangsaan peri
kemanusaiaan yang dalam istilah Mahatma Gandhi di katakan "my nation
is humanity" (kebangsaan saya adalah perikemanusiaan).85 Tema-tema
sentral yang membentuk pandangan Soekarno dan kawan-kawanya
mengenai dunia sekitar mereka. Masalah sosial dan ekonomi di dalam
maupun luar dan mengenai tujuan perjuangan politik sesungguhnya telah
ada sejak awal dasa warsa 1930 semasa giat-giatnya di Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI).
Peranan kelompok intelektual dalam berbagai pergerakan
kebangsaan di Asia.86 Memiliki konstribusi yang besar terhadap landasan
dan pondasi-pondasi Negara Indonesia, di antaranya; Soekarno, Hatta,
Syahrir, Agus Salim, Murtopo, Hasyim As'ari, Ahmad Dahlan dan lain
sebagainya. Masing-masing merepresentasikan kelompoknya masing-
masing nasionalis, Islam, dan sosialis.
82. Soekarno, Dasar Pokok Marhein, loc. cit, hlm. 66 83. M. Abdul Karim, Menggali Muatan Pancasila Dalam Prepektif Islam (Yogyakarta:
Surya Raya, 2004), hlm. 9 84. Soekarno, Dasar Pokok Marhein,op. cit, hlm. 75 85. Ibid 86. Jhon.D. Legge, Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan, terj, Hasan Basri
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm. 24
61
Para intelektual yang kebanyakan pendidikan Barat, yang sangat
kompeten tingkat kesadaran politik yang tinggi serhingga mampu
memberikan bentuk ideologi kepada beraneka ragam aspirasi yang sering
kali baru tumbuh di kalangan massa.87 Tentang pembangunan mental
berdasarkan Pancasila yang menghendaki pola secara abstrak, jadi secara
ilmiah dan secara filsafat juga terhadap Pancasila.88
Perkembangan Pancasila mencakup tiga hal:
a. Kebangsaan yang selanjutnya menjadi dasar Negara dan sumber
hukum dan ideologi nasional.
b. Wadah (fungsi) dan isi (substansi)
c. Perkembangan pemikiran tentang Pancasila di bentuk dengan
pertemuan interaksi antara berbagai aliran dan ideologi yang ada di
Indonesia.89
Snouck Hurgronje mengatakan "selama intelek bumi putra belum
bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya. Maka perbuatan
yang dasyat itu adalah peledakan yang sewajarnya dari kemarahan yang
tersimpan dan perlawanan yang ditekan-tekan terhadap usaha bodoh."90
Atas itulah setidak-tidaknya menjadi cambuk bagi para intelaktual pribumi
untuk mengasah ketajaman akal pikiranya untuk membawa keluar
Indonesia dari cengkraman imperialisme, kolonialisme belanda menuju
kemerdekaan yang abadi.
Keberadaan Pancasila sebagai dasar Negara republik Indonesia
yang telah menempuh perjalanan melebihi tengah abad dan telah
mengalami pasang surutnya perjalanan RI.91 Bukan berarti Pancasila lahir
tanpa perdebatan, dan landasan teoritis yang mendalam dalam
merumuskanya. Harus diakui bahwa pada masa lampau ada mutual
misunder standing antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai
87. Ibid 88. M. Abdul Karim, loc. cit hlm. 11 89. Ibid 90. Soekarno, Indonesia Menggugat, loc. cit, hlm 100 91. M. Abdul Karim, op. cit hlm. 12
62
ideologi Negara.92 Kesalahpahaman itu lebih banyak pada kepentingan
politik daripada subtansi Pancasila. Esensinya ajaran Islam dengan
Pancasila tidak bertentangan, namun kenyataan sejarah semua itu dapat
dipertentangkan.
Dari yang tersebut di atas itu kelihatan bahwa kembalinya
Soekarno ke dalam pergerakan dan datangnya Moh Hatta dalam lapangan
politik yang kritis, menyebabkan politik langsung menuju Indonesia
merdeka.93 Menurut Moh Yamin; ajaran Pancasila adalah tersusun secara
harmonis dalam suatu sistem filsafat.94 Disebut harmonis karena dalam
masing-masing sila telah tersusun selaras, seimbang, sehinga tidak
ditemukan ketimpangan antara sila pertama dengan sila-sila yang lain.
Muh Yamin mencangkokan filsafat Pancasila pada Hegel: menurut
Hegel; "Bahwa hakikat filsafat adalah sebagai sintesis pikiran yang lahir
pada antitesis pikiran. Pertentangan pikiran lahirlah perpaduan pendapat
yang hamonis dan inilah adalah tepat. Begitu pulalah dengan ajaran
Pancasila yaitu sintesis Negara yang lahir dari satu antitesis."95
Maka kalau kita bandingkan dengan keterangan Soekarno tentang
isi dan arti kelima sila daripada dasar filsafat Negara. Dengan dasar-dasar
pokok Marhaen yang telah di uraikan oleh Bung Karno. Sila ketuhanan
berarti bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan akan tetapi masing-masing
orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan, Tuhanya sendiri.96 Sila pertama ini
mempunyai prinsip teologi yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
bangsa yang beragama.
Sila kedua juga tercetus dalam podato-pidato Bung Karno, antara
lain meyebutkan: "Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia
merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada keluarga bangsa-bangsa.
Inilah filosofis prinsip yang nomor dua."97 Perikemanusiaan itu
92. Ibid 93. A.K. Pringgodigdo. Loc. cit, hlm. 162 94. M. Abdul Karim, loc. cit, hlm. 13 95. Ibid 96. Soekarno, Dasar Pokok Marhein,loc, cit, hlm. 76 97. M. Abdul Karim, op. cit hlm. 55
63
mengandung arti bahwa bangsa Indonesia hendak hidup persahabatan
dengan seluruh bangsa-bangsa lain.98
Dan sila yang kedua inilah yang disebut oleh Bung Karno dengan
Internasionalisme yang berasaskan perikemanusiaan. Dengan membangun
kekeluargaan dengan negara-negara yang ada di dunia ini menjadi sebuah
impian dan dambaan akan kemerdekaan bangsa Indonesia yang berdaulat
dan bermartabat sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan, dan peri-kemanusiaan, yang saya peras menjadi satu, itulah yang dahulu saya namakan sosio-nasionalisme. Dan demokrasi bukan demokrasi barat. Tetapi politik ekonom demokrasi, yaitu politik demokrasi dengan sosial rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan, yang saya peras pula menjadi satu: inilah yang dulu saya namakan sosio-demokrasi.99
Dari lima prinsip yang ada memberikan keyakinan bahwa ajaran
Islam betul-betul meresap dalam hati Soekarno. Tidak mengherankan
jikalau beliau tampil sebagai politikus yang mampu mengemukakan
prinsip-prinsip ke-Islaman dan mendudukan perkara dengan bahasa dan
sesuai dengan tuntutan perkembangan politik yang ada pada saat itu.
2. Marhaenisme dan sosialisme demokrasi
Sosialisme adalah tata kemasyarakatan dimana rakyat hidup sama
rata sama rasa di dalam segala bidang kehidupanya baik secara ekonomi,
politik dan sosial.100 Di dalam masyarakat yang demikian itu terjaminlah
keadilan bagi semua rakyat. Komunis mencapai sukses pertamanya di
Negara yang praktis tidak mempunyai karakter politik sebagaimana yang
dikemukakan Marx sebagai prakondisi bagi pembentukkannya.
Menurut Marx sosialis lahir sebagai akibat kontradiksi-kontradiksi
yang inheren dalam masyarakat kapitalis. Karena revolusi sosialis akan
terjadi pertama kali di Negara-negara industri maju.101 Tidak akan ada
98. Soekarno, Dasar Pokok Marhaen, op. cit hlm 75 99. Ibid, hlm. 77 100. Ibid, 101. Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, terj, Ahmad Baidlowi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), hlm. 552
64
tatanan sosial yang akan hancur sebelum semua kekuatan produksi yang
menyediakan ruang di dalamnya berkembang.
Menurut perumusan Soekarno "secara negative" tidak ada
kemiskinan, tidak ada I'exploitation de'homme par I'homme (penghisapan
manusia oleh manusia). Sebaliknya yang terjadi adalah secara positif
kekejaman umum yang sangat melimpah. Di dalam masyarakat sosialis
yang demikian tersebut menurut Soekarno kehidupan rohaniah pun tak
dimiliki setiap individu-individu melainkan juga semua orang.
"Revolusi kita adalah revolusi rakyat yang perutnya tertindas,
revolusi rakyat yang materiil-nya tertindas. Rakyat yang perutnya tertindas
tidak bisa lain dari pada mempunyai angan-angan sosialisme."102 Revolusi
sosial yang berhasil nampaknya akan berlangsung di wilayah-wilayah
dimana kapitalisme lemah belum tertanam kuat daripada Negara-negara
industri maju.
Cita-cita tatanan masyarakat sosialisme adalah terciptanya
partisipasi masyarakat." Sosialisme Indonesia adalah suatu ajaran dan
gerakan tentang tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Tata masyarakat adil dan makmuar adalah tuntutan amanat penderitaan
rakyat.
Dalam pidato amanat PJM (1965) Bung Karno mengatakan;
"gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerta raharjo, subur kang sarwo
tinandur, murak kang sarwo tinuku". Kehidupan masyarakat yang selalu
kekurangan dan kecingkrangan. Soekarno mengajak pada kaum Marhaen
untuk selalu bangkit dan menatap masa depan yang lebih baik dari kondisi
sekarang yang sedang dialaminya.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Marhaenisme yang di
rusmuskan Soekarno adalah karena adanya penindasan imperialisme.
Maka Marhaenisme adalah ajaran tentang azas dan cara perjuangan rakyat
kaum Marhaen. Untuk mewarnai aktivitas ini dengan dipengaruhi ajaran
102. Budi Setiyono, ed, Revolusi Belum Selesai (Semarang: Mesiass, 2003), hlm. 68
65
Marxis, Soekarno tidak bisa menyembunyikan penolakannya terhadap
aspek deterministic teori komunis.
Perjalanan pahit ini kiranya mempunyai relevansi bagi strategi
tentang pembangunan di Indonesia seperti teorinya pembangunan
Roustow. Apabila kita sekarang sebentar melihat Negara-negara maju,
gejala yang jutru dalam tahun terakhir ini mencapai puncak dan pemastian
definif adalah sangat sederhana. Keberhasilannya negara-negara dengan
pola ekonomi non sosialis dan kebangkrutan semua bentuk sosialime
Negara.103
Pedek kata, apabila hendak menghindari suatu pendekatan
ahistoris, dalam pewujudan demokrasi ekonomi, harus memperhitungkan
pengalaman-pengalamn sejarah selama ini. Dalam UUD 1945 dijelaskan
agar perekonomian bangsa menguntungkan seluruh masyarakat, dimiliki,
oleh serta melibatkan seluruh masyarakat. Agar kita sama-sama
mengambil tindakan nyata untuk menjamin bahwa jangan sampai ada
golongan yang memonopolikan hasil pembangunan dan jangan ada
masyarakat yang tidak di ikutsertakan atau dijadikan korban belaka.104
Secara tersirat bahwa orang-orang miskin, lemah terlantar
tanggungjawab negara. Hal ini berarti sosialisme demokrasi, yang
menekankan pada ekonomi kekeluargaan. Secara positif adalah sistem
ekonomi yang membebaskan kekuatan, cita-cita dan ketrampilan-
ketrampilan yang ada dalam masyarakat bukan membelengunya atau
memberangus. Ini adalah menjadi tanggung jawab negara dalam campur
tangan melindungi rakyat.
"Kaum sosialis dalah revolusioner, bukan karena mereka bertingkah laku keras, tapi karena anggapan mereka tentang tumbuhnya cara produksi, yakni: dalam pertumbuhan itu di timbulkan pengertian-pengertian, bentuk-bentuk baru tentang milik dan produksi, sebaliknya dari anggapan orang sekarang; mereka itu revolusioner karena cita-cita dan usahanya menyusun dan
103. Fran Magnis Suseno, Fisafat Kebudayaan Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), hlm.180 104 . Ibid
66
membuat matang untuk itu, kelaslah yang harus melaksanakan sistem baru itu."105
Proses perubahan sosial dalam masyarakat dan Negara tak pernah
berhenti karena keduanya saling berkaitan dan berhubungan erat.
Maksudnya antara masyarakat dan Negara tidak ada lagi rintangan-
rintangan yang menghalangi hubungan mereka, karena sifatnya Negara
dan masyarakat adalah hidup.
3. Marhaenisme dan manifesto politik
Di muka sudah diutarakan Marhaenisme bukan saja sebagai azas
akan tetapi sekaligus sebagai cara perjuangan. Itu sebabnya dengan
lahirnya Marhaenisme, lahir pula pergerakan rakyat Marhaen dan kaum
Marhaenisme pada 4 Juli 1927 dalam bentuk organisasi partai ialah Partai
Nasional Indonesia (PNI).106 Maksud dari mendirikan PNI pada waktu itu
ialah untuk membentuk kekuatan rakyat kaum Marhaenis sebagai alat
guna meruntuhkan imperialisme di Indonesia.
Lahirnya PNI dilatar belakangi oleh situasi sosio-politik yang
komplek. Mau tidak mau organisasi baru itu (PNI) harus menyesuaikan
dengan situasi politik yang ada.107 Peristiwa pemberontakan PKI tahun
1926 itu membangkitkan semangat baru untuk menyusun dan mengalang
kekuatan dalam menghadapi pemerintah Belanda.
Penyelesaian masalah pada masa itu yang dilakukan oleh PKI
dengan jalur kekerasan ternyata tidak membuahkan hasil. Yang akhirnya
PKI dibubarkan dan pimpinanya di buang ke Boven Digul. Dengan
momentum yang tepat pada awal tahun 1927, setelah pengmuman
pembetukan partai baru yang dilakukan bulan Juli. Pembetukan partai itu
berpindah dari Hatta di Belanda pada Soekarno yang mewakili kelompok
nasionalis Indonesia.108
105. Soekarno, Indonesia mengugat, op.cit, hlm.152 106. Soekarno , Dasar Pokok Marhaen, loc. cit, hlm.61 107. Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm.
69 108. Ibid
67
Untuk memperkuat ini seluruh lapisan pergerakan dan semuanya
mendapat persatuan yang lebih besar pada beberapa jenis aliran itu. Maka
segala studi club itu membentuk bersama-sama dengan SI,
Muhammadiyah, Jong Islamieten Bond, Pasundan, Persatuan Minahasa,
Sarekat Ambon, dan Sarekat Madura suatu "Komite Persatuan
Indonesia"109 Club-club itu terlihat kesamaannya yaitu kesadaran atas
persatuan dan tujuan pada kemerdekaan.
PNI (4 juli 1927-17 April 1939) adalah sesudah organisasi-
organisasi komunis dilarang oleh pemerintah.110 Terhadap partai baru
itulah Hatta tetap menekankan pada peranan pendidikan. Dengan
pendidikan inilah menyiapkan rakyat mendapatkan kemerdekan secara
pelan-pelan. Sementara Soekarno menekankan pada nonkooperasi dan
Marhaenis yang bersifat radikal.
Dari sinilah benih-benih perselisihan timbul yang pada tahun 1929
dilancarkan oleh Hatta terhadap PNI dan pada tahun 1931 setelah partai itu
bubar. Hatta mendirikan Partai Pendidikan yang juga kooperasi.111
Anggaran dasar organisasi tersebut diambil dari cita-cita PI. Ketuanya
dipercayakan pada Soekarno.112
Sudah menjadi hukum dialektika pula bahwa partai yang
revolusioner seperti PNI itu, harus menjalankan pertentangan terhadap
imperialsime seperti yang sudah diterangkan di atas. Sistem imperialisme
yang hedak menetapkan rakyat Indonesia di dalam kemunduran baik
jasmaniah maupun rohaniah dijawab oleh PNI dengan kotra politik.113
Pemerintah Hindia Belanda mengawasi dengan ketat
perkembangan PNI. Meskipun pada masa itu gerakannya masih taraf
kewajaran. Akan tetapi propaganda Soekarno yang menarik, mendapat
109. A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat, op. cit hlm. 65 110 . Ibid 111. Suhartono, loc. cit, hlm. 70 112 . Ibid 113 . Soekarno, Dasar-Dasar Pokok Marhaen, loc. cit, hlm.62
68
dukungan masyarakat dan inilah yang menyebabkan PNI berkembang
cepat.
Pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi bahwa
PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun 1930.114
Berdasarkan kabar berita provokasi tersebut pemerintah melakukan
pengeledahan dan menangkap pemimpin-pemimpin PNI. Yaitu Soekarno,
Maskun, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata pada tanggal 24 Desember
1929. Soekarno sendiri ditangkap sepulang menghadiri kongres PPPKI di
Surakarta yang pada waktu itu masih ada di Jogja.115
Keadaan tidak normal yang berlarut-larut itu dipengaruhi oleh
terjadinya perubahan besar dalam politik kepartaian tanah air. Pernyataan
tegas PNI untuk mengambil garis politik kiri, memasukkan unsur ideologis
pada persaingan PNI-Masyumi dalam merebut kekuasaan di
pemerintah.116 Suatu hal yang semakin pahit hubungan antara PNI-
Masyumi setelah PKI tersingkir dari percaturan politik.
Perlahan tapi pasti, PNI mulai bergeser ke kiri. Pergeseran tersebut
itulah yang kemudian memunculkan ketidakpuasan dikalangan faksi sayap
kanan PNI. Dan berakibat perpecahan partai dan pembentukan PNI
merdeka yang kemudian dikenal dengan partai rakyat merdeka.117
Pada dasarnya lahirnya PNI baru adalah usaha untuk
menghilangkan ketidakpuasan atas pembubaran PNI dan berdirinya
Partindo. Golongan ketidakpuasan itu terhimpun dalam kelompok
golongan merdeka yang ada di kota besar Jawa dan Sumatera. Kelompok
tersebut menyebut dirinya club pendidikan Nasional Indonesia yang
menekankan pada pembinaan anggota-anggotanya yang terdidik baik dan
kesadaran politik yang tinggi.118
114 . Suhartono, op. cit, hlm. 71 115 . Ibid 116 . Anwar Harjono, Perjalananan Politik Bangsa (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
hlm. 99 117 . Ibid 118. Suhartono, loc. cit, hlm. 82
69
Disamping itu PNI baru juga didasarkan atas ketidaksetujuanya
terhadap: (1) Kebijakan PNI yang medukung gerakan untuk mengantikan
pemerintah serikat dan pemerintah kesatuan. (2) Dukungan PKI kepada
prakarsa PKI untuk membuka hubungan diplomatik dengan republik
demokrasi Vietnam dan (3) memburuknya hubungan PNI-Masyumi.119
Pada bulan Agustus 1932 Hatta pulang ke-Tanah Air setelah
sebelas tahun lamanya belajar di Belanda. Ia mencoba mempengaruhi
gerakan nasionalis dari jauh yang akhirnya ia terjun sendiri dalam gerakan
yang diinginkan Hatta kemudian memegang pimpinan PNI baru.120 Tepat
pada 17 April 1931 PNI membubarkan diri.
Meski pemerintah secara langsung menyatakan PNI sebagai partai
terlarang dan membubarkanya. Tetapi jelas bahwa ia akan menghadapi
kesulitan bagi eksistesi PNI sendiri. Akhirnya di bawah pimpinan Sartono
membentuk panitiia baru dengan Mahdi, Sukemi, Suwiryo, dan
Agrosudirjo pada tanggal 1 Mei di umumkanya Partindo di bawah
pimpinan Sartono.121
Tujuan Partindo adalah mencapai suatu Negara Republik Indonesia
merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jika persatuan seluruh bangsa
Indonesia. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dari Soekarno
diterima sebagai cita-cita yang akan dituju oleh Partindo. Realisasinya
perjuangan Partindo dengan cara kooperasi.122
Orang sering menyebut bahwa Partindo adalah "partinya" Bung
Karno, dan PNI baru adalah partainya Hatta dan Syahrir. Agaknya ini bisa
di benarkan menggingat orang-orang itu yang mendominasi dalam
partainya masing-masing.
Pada tahun 1934 Partindo, PNI baru, dan PSII mendapat pukulan
berat dari pemerintah, organisasi itu dilarang melakukan rapat-rapat partai.
119. Anwar Harjono, loc. cit, hlm 100 120. Suhartono, op. cit, 83 121 .Ibid 122. Ibid
70
Surat kabar mereka yaitu persatuan Indonesia dan pikiran rakyat di
bredel.123
"Dengan masyarakat yang 95% terdiri dari kaum yang segala-galanya kecil, Dengan masyarakat yang demikian itu tenaga yang bisa mendatangkan Indonesia merdeka terutama sekali ada organisasinya yang Marhaen yang melenium itu di dalam polieteke massa-actie yang nasional, radikal, dan Marhaenitis di dalam segala-galanya. Dengan masyarakat yang imperialisme yang demikian itu zwaartempurnya kita punya aksi haruslah terletak pada politiek bewusmaking dan politieke actie, yakni di dalam menggugah keinsyafan politik daripada rakyat dan di dalam perjuangan politik dari pada rakyat."124
Pendek kata krisis pergerakan pada tahun 1929-1935-an yang
berlangsung beberapa tahun tersebut meyebabkan Indonesia juga
berpengaruh, mengalami depresi. Baik kehidupan ekonomi kerakyatan
maupun kehidupan politik. Karena pemimpin pergerakan dijauhkan dari
pendukungnya, mereka dikenakan larangan bicara, di buang keluar Jawa,
atau kepengasingan yang sulit memimpin kembali masanya.
E. Pemberdayaan Masyarakat Marhaen
Masalah kemiskinan dan kelaparan dan manifestasinya yang ektrim
merupakan masalah bagi manusia sejak zaman dulu kala. Oleh karena itu
penanggulangan bahaya kelaparan dan peningkatan kesejahteraan rakyat
merupakan salah satu program peting bagi setiap bangsa dan Negara di
dunia.125
Secara umum revolusi pertanian, revolusi industri, perbankan,
komunikasi, keamanan serta kebijakan-kebijakan yang khusus. Membuat
perubahan yang besar, sehingga efek negative misalnya penaggulangan
paceklik, penganguran dan masalah sosial lainya dapat dikurangi.
123. Ibid 124. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, loc. cit. hlm 154
125. Masri Singaribun, Penduduk dan Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 149
71
Riwayat kemiskinan yang dialami bangsa Indonesia begitu tragis,
selama beberapa dekade. Meski ada garis-garis kesalahan, manusia harus
membangun jembatan-jembatan penghubung, bukan peperangan diantara
perbedaan, kultur, ras, agama, bahkan perbedaan budaya itu sendiri. Akan
tetapi bagaimana bisa melihat di luar jauh dan luas, untuk memahami
bagaimana peradaban itu berfungsi dan berinteraksi.
Mengurangi ketidakmerataan pembagian pendapatan dan membasmi
kemiskinan, menuntut perubahan besar dalam pembangunan dengan berusaha
juga menghapuskan kemiskinan, kekurangan lapangan pekerjaan dan ketidak
merataan pembangunan.126 Pada dasarnya ini mencerminkan perubahan yang
mengarah pada pembangunan. Bung Karno dalam musyawarah kerja nasional
pertanian rakyat mengatakan:
"Nah, kita saudara-saudara di dalam revolusi kita telah berlangsung, telah mencapai nog al wat, lumayan di dalam hal ini. Karena itu saya selalu mengajak orang-orang yang demikian itu membandingkan keadaan kita sekarang ini dengan kaeadaan kita zaman kita belum merdeka, tatkala kita hidup sebenggol sehari".127
Salah satu tujuan yang penting dari kemerdekaan adalah kebebasan
dari kemiskinan yang sudah didera sejak lama. Ini jelas tercantum dalam bab
XIV, yang menyangkut kesejahteraan sosial. Pasal 27 ayat (2) menyatakan
bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan128
Selanjutnya dalam pasal 33 tercantum (1) perekonomian disusun
sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. (2) cabang-cabang produksi
yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak di
kuasai Negara. (3) bumi dan air serta kekayaan yang terkandung di dalamnya
di kuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk kemakmuran rakyat.129
126. Mulyanto Sumardi, Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok (Jakarta: Rajawali, 1982),
hlm. 4 127. Budi Setiyono,ed, loc. cit, hlm179 128. Masri Singaribun, op. cit, hlm. 150 129. Ibid
72
Sejalan dengan UUD 1945 dalam pasal 27 dan 33 merupkan bentuk
jaminan hak setiap warga Negara Indonesia untuk mendapatkan jaminan
kesejateraan, dan keadilan. Selain itu UUD tersebut mengamanatkan agar
pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh Tanah Air dan
tidak untuk satu golongan atau kelompok.
Masalah yang terpenting ialah bahwa sektor-sektor utama penduduk
bukan saja menerima pertumbuhan ekonomi. Tetapi juga terlibat dalam
pelaksanaan praktis program-program dan perencanan, mengidentifikasikan
teknik-teknik yang akan dipinjam atau disesuaikan.
Di dalam pidato pembukaan untuk anggota-anggota parlemen baru
pada tahun 1902, Ratu Wihellmina menggatakan: antara lain tugas moral
pemerintah Belanda terhadap negeri jajahan yang menekankan bahwa
kepentingan pribumi harus diutamakan. Yang akhirnya melahirkan politik etik
(politik balas budi). Karena pokok bahaya kelaparan-kelaparan yang melanda
rakyat pada masa Belanda.
Pemerintah Belanda melakukan tindakan khusus untuk selanjutnya dil
aksanakan trilogy pembangunan. Trilogy tersebut adalah memajukan
pendidikan, irigasi dan emigrasi (transmigrasi) untuk meningkatkan
kesejahteraan pribumi.130 Tetapi pada waktu itu Mr C. Van Deventer
mengatakan karena kita yaitu pemerintah Belanda, kurang memenuhi kepada
tuntutan emigrasi, irigasi, educatie, oleh Mr. Van Deventer manjadi trilogi.
Model serta teori yang mendasari pembangunann suatu negara sangat
menentukan bagi kesejateraan rakyat dan usaha pelestaraian sumber-sumber
alamnya. Oleh Soekarno pembangunan Indonesia harus didasarkan pada suatu
model pembangunan yang bersifat sosialis. Atau suatu perubahan struktural
dalam sistem perekonomian kesuatu teori yang menekankan pentingnya asas
"berdikari".
Banyaknya daerah atau golongan masyarakat yang masih melarat
masih mengalami kesulitan yang paling minim sekalipun. Pemerintahan orde
lama (Bung Karno) melihat hambatan utama dalam memodernisasikan
130. Ibid
73
pertanian Indonesia terletak pada kesenjangan pemilikan tanah yang ada
dalam masyarakat desa.131 Oleh karenanya perencanaan pertanian di fokuskan
pada penataan kepemilikan tanah di daerah dan pedesaan dengan cara land
reform, dari pada menekankan pada teknologi pertanian modern.
Ciri lain strategi pembangunan pertanian Indonesia pada masa Soekarno ialah toleransi pemerintah terhadap organisasi tani. Organisasi dianggap sebagai "patner" dalam pembangunan pertanian yang berfungsi sebagai sarana penyalur aspirasi para petani dalam rangka pembanguanan pertanian.132 Sayangnya usaha-usaha ini belum sampai pada kenyataan praktek dan hasilnya di rasakan oleh petani terjadi pemberontakan PKI.
Semua itu adalah upaya pemerintah dalam mencoba melaksanakan pemerataan dalam mencoba melaksanakan pemerataan pendapatan. Dengan demikian mencoba memerangi kemiskinan. Hal ini berarti pula pemerintah telah berusaha memikirkan perubahan strategi pembangunan dengan mengunakan model kebutuhan pokok.
Kembali pada masalah trilogi; emigratie, sebanyak mungkin orang Jawa keluar Jawa, jawa dianggap sudah sempit. Kurangnya tanah untuk dijadikan lahan garapan, educatie, rakyat diharapkan mampu memahami bagaimana menjalankan pertanian dengan baik, sedangkan irigasi adalah bagian dari bentuk pengolahan tanah yang kurang baik menjadi tanah yang menghasilkan.
Perkembangan ekonomi yang cepat dalam abad kesembilan belas itu, menimbulkan suatu persaingan hebat di lapangan pertanian dan idustri. Salah satu akibat persaingan ini ialah bahwa pada penghabisan abad politik proteksi (melindungi negara sendiri) dengan cepat menjadi pegangan.133
Maka kami memberikan pada rakyat itu bermacam-macam teori serta pengajaran-pengajaran dan pergerakan di negeri-negeri lain. Supaya rakyat itu mengetahui seluk beluk perjuangan, mengetahui apa sebabnya ia harus berjuang, buat apa berjuang dan dengan apa kita berjuang.134
131. Loekman Soetrisno, Demokrasi Ekonomi dan Pertumbuhan Politik (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), hlm. 98 132. Ibid 133. Soekarno, Indonesia Menggugat, loc. cit, hlm. 14 134. Ibid