bab iii laporan hasil penelitian di smlb negeri c...

35
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI SMLB NEGERI C KABUPATEN PEMALANG A. SITUASI UMUM SLMB NEGERI C KABUPATEN PEMALANG 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya. Sebelum menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang (lemah mental), sekolah ini dahulunya merupakan Sekolah Luar Biasa Bagian A. Sekolah ini didirikan oleh suatu yayasan Kesejahteraan Tunanetra Jawa Tengah yang bertempat di Pemalang, yaitu pada Tanggal 5 September 1961 dengan nama “Panti Guna Anak-anak Tunanetra”. Yayasan ini bertugas khusus menangani anak-anak tunanetra saja. Kemudian pada tanggal 1 Desember 1961 nama Panti Guna diganti menjadi Sekolah Luar Biasa (SLB) bagian A (untuk anak-anak Tunanetra). Karena perkembangan yang demikian cukup baik, dan SLB bagian A telah memenuhi syarat maka mulai tanggal 1 Agustus 1963 statusnya berubah menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri A. Keputusan ini berdasarkan atas Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pada tanggal 4 Juni tahun 1963 Nomor : 56 / SK / B /III. Dan pada tahun 1985, didirikanlah SLB / A Pembina tingkat propinsi yang berada di Pemalang, berdasarkan Surat Kanwil Depdikbud propinsi Jawa Tengah Nomor : 560 / 103. 7.1 / 1086, tertanggal 13 Mei 1986. Sehingga sejak tahun ajaran 1986 / 1987 SLB Negeri A tidak lagi menerima siswa Tunanetra, tetapi mulai menerima siswa non Tunanetra yaitu Tunagrahita dan Tunarunguwicara. Karena sudah berdiri adanya Sekolah Luar Biasa A Pembina Tingkat Propinsi di Pemalang yang khusus menerima anak Tunanetra. Sehingga Tahun ajaran pendidikan 1987 sampai sekarang siswa SLB Negeri Pemalang siswanya mutlak terdiri dari anak Tunagrahita dan Tunarunguwicara 37

Upload: trinhminh

Post on 01-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN DI SMLB NEGERI C KABUPATEN

PEMALANG

A. SITUASI UMUM SLMB NEGERI C KABUPATEN PEMALANG

1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya.

Sebelum menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang (lemah

mental), sekolah ini dahulunya merupakan Sekolah Luar Biasa Bagian A.

Sekolah ini didirikan oleh suatu yayasan Kesejahteraan Tunanetra Jawa

Tengah yang bertempat di Pemalang, yaitu pada Tanggal 5 September

1961 dengan nama “Panti Guna Anak-anak Tunanetra”. Yayasan ini

bertugas khusus menangani anak-anak tunanetra saja. Kemudian pada

tanggal 1 Desember 1961 nama Panti Guna diganti menjadi Sekolah Luar

Biasa (SLB) bagian A (untuk anak-anak Tunanetra).

Karena perkembangan yang demikian cukup baik, dan SLB bagian

A telah memenuhi syarat maka mulai tanggal 1 Agustus 1963 statusnya

berubah menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri A. Keputusan ini berdasarkan

atas Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pada

tanggal 4 Juni tahun 1963 Nomor : 56 / SK / B /III.

Dan pada tahun 1985, didirikanlah SLB / A Pembina tingkat propinsi

yang berada di Pemalang, berdasarkan Surat Kanwil Depdikbud propinsi

Jawa Tengah Nomor : 560 / 103. 7.1 / 1086, tertanggal 13 Mei 1986.

Sehingga sejak tahun ajaran 1986 / 1987 SLB Negeri A tidak lagi

menerima siswa Tunanetra, tetapi mulai menerima siswa non Tunanetra

yaitu Tunagrahita dan Tunarunguwicara. Karena sudah berdiri adanya

Sekolah Luar Biasa A Pembina Tingkat Propinsi di Pemalang yang khusus

menerima anak Tunanetra. Sehingga Tahun ajaran pendidikan 1987

sampai sekarang siswa SLB Negeri Pemalang siswanya mutlak terdiri dari

anak Tunagrahita dan Tunarunguwicara

37

38

Adapun susunan pejabat Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri

Pemalang dari tahun 1961 – sekarang.1

No. Nama Masa jabatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Ibu Roebiah Soenaryo

Bp. Hidayat

Bp. Sodari

RM. YBHS. Noto Atmojo

Sri Moelyani

Iskandar Hadipranoto, BA.

Isworo, BA

Suharno

Isworo, BA

Sri Wiyani, S.Pd

1961 – 1965

1965 – 1968

1968 – 1970

1970 – 1973

1973 – 1983

1983 – 1985

1985 – 1993

1993 – 1995

1995 – 1996

1996 - Sekarang.

2. Letak Geografis

Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang (cacat mental / lemah

mental) Kabupaten Pemalang berada didalam kesatuan bangunan dengan

bagian B (Tunarunguwicara) yang beralamatkan di Jl. Dr. Cipto

Mangunkusumo No. 3 Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang, Telp.

321190.

Lokasi gedung SLB Negeri Pemalang dibatasi oleh beberapa

lembaga, yaitu:

Sebelah Utara : Jl. Raya Pemalang – Tegal / (Panti Destarasta).

Sebalah Timur : KUA Kecamatan Pemalang.

Sebelah Selatan : SLB A/Pembina tingkat propinsi Jawa Tengah.

Sebelah Barat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemalang.

Adapun bangunan SLB Negeri C Pemalang terdiri dari 28 ruangan,

dimana 12 untuk belajar anak Tunagrahita, 6 ruang untuk belajar anak

1 Sumber Data SLB Negeri C Kabupaten Pemalang.

39

Tunarunguwicara, 3 ruang untuk ketrampilan, 3 ruang kamar mandi, 1

ruang untuk guru, 1 ruang untuk pertemuan para guru, 1 ruang untuk TU, 1

ruang untuk Kepala Sekolah. Serta 1 bangunan Mushala yang masih dalam

tahap pembangunan dan belum selesai.

Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang ini terletak pada posisi yang

cukup strategis, karena mudah dijangkau dengan kendaraan umum,

mengingat letak bangunannya yang berada di tepi jalan raya jurusan

Pemalang – Tegal, sehingga sangat memudahkan untuk bisa dijangkau

lebih-lebih anak yang berasal dari luar Kota Pemalang yang bersekolah di

SLB Negeri C Pemalang.

3. Struktur Organisasi

Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB) Negeri C Pemalang adalah

sebagai lembaga pendidikan formal yang sekaligus merupakan organisasi

yang bekerjasama secara dinamis untuk melaksanakan programnya dalam

rangka mencapai program tujuan pendidikan nasional. Hal tersebut

diharapkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada

semua orang sesuai dengan kecapan dan fungsi masing-masing.

Untuk lebih jelasnya tentang stuktur organisasi SLB Negeri C

Pemalang dapat dilihat pada lampiran.

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SLB Negeri Pemalang.

a. Keadaan Guru

Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan

apabila mempunyai unsur yang pokok dalam proses pendidikan dan

pengajaran yaitu pendidik dan anak didik. Di SLB Negeri C Pemalang

tenaga guru terdiri dari 21 orang guru pendidik, terdiri dari 12 orang

guru negeri, 1 orang guru bantuan, dan 1 orang lagi adalah guru Wiyata

Bakti. Sebagian besar tenaga pendidik di SLB Negeri C Pemalang

adalah lulusan dari SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa),

dengan demikian sangat menunjang sekali keberhasilan dalam proses

belajar mengajar karena para guru sudah mempunyai bekal yang cukup

40

dan sesuai dalam bidangnya, dimana mereka sudah menempuh

beberapa ilmu tentang pendidikan yang berkaitan dengan anak-anak

yang mempunyai kelaianan tersebut, adapun daftar guru terlampir.2

b. Keadaan Karyawan.

Karyawan di SMLB Negeri C Pemalang terdiri dari 2 orang, dan

dalam melaksanakan tugasnya para karyawan tidak terlepas dari

kerjasama dengan para guru, karena sistem yang sangat ditekankan

disana adalah sistem kekeluargaan, saling membantu antara yang satu

dengan lainnya.3

c. Keadaan siswa.

Jumlah siswa SLB Negeri C Pemalang, pada tahun pelajaran

2002 / 2003 seluruhnya ada 63 anak. Mereka terbagi atas beberapa

kelas yaitu; kelas Persiapan 1 dan 2 (TK), kelas Dasar 1 sampai 6

(SDLB), kelas Lanjutan 1 sampai 3 (SLTPLB) dan kelas Menengah 1

sampai 3 (SMLB).4 Penerimaan murid di SLB Negeri C Pemalang

sangat bergantung pada keadaan siswa, jadi terkadang ajaran baru sudah

berjalan agak lama, kemudian ada lagi siswa yang baru masuk,

sehingga dalam menerima anak SLB Negeri C Pemalang tidak terpaku

pada batas yang ada seperti sekolah pada umumnya, akan tetapi disini

sifatnya fleksibel atau dengan istilah kondisional. Dalam penempatan

perkelas masing-masing anak disesuaikan dengan tingkatan kecakapan

dalam belajar atau intelegensinya.

Anak-anak SLB Negeri C Pemalang, mereka mempunyai

kecakapan IQ dibawah rata-rata antara 50-70, sehingga di SLB ini anak

tersebut masih dikategorikan anak Tunagrahita ringan artinya masih

bisa dididik atau juga dikenal dengan mampu didik. Dan ditinjau dari

2 Ibid. 3 Ibid. 4 Ibid.

41

segi latar belakang kehidupan ekonomi keluargannya, mereka berasal

dari keluarga menengah.5

5. Fasilitas Pendidikan

Untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan dan peningkatan mutu

pendidikan bagi para anak didik SLB Negeri C Pemalang, maka perlu

adanya fasilitas pendidikan dalam proses belajar mengajar untuk

menambah ketrampilan para siswa khususnya pada tingkat SMLB.

Adapun fasilitas tersebut yang dimiliki oleh SMLB Negeri C

Pemalang yaitu:

a. Komputer yang jumlahnya ada 6 buah.

b. Mesin Jahit dan Alat Bordir

c. Alat Sablon

d. Alat Ketrampilan membuat tas, dan lain-lain.6

Dengan demikian pendidikan bagi anak yang memiliki kelainan

tersebut dapat terarah dan tercapai sesuai dengan landasan dan tujuan yang

telah ada. Sehingga anak-anak tersebut tidak perlu lagi memiliki perasaan

yang iri terhadap anak yang normal kalau dirinya tidak akan mendapatkan

pendidikan seperti yang lainnya.

B. SITUASI KHUSUS.

1. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa

Kurikulum pendidikan luar biasa SMLB Negeri C Pemalang

tercantum dalam “Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No. 0126/V /1994 yaitu pada tanggal 4 Mei 1994”.7

Pendidikan luar biasa yang diselenggarakan di SMLB bagi siswa

Tunagrahita ringan, sedang, dan kalainan ganda yang bertujuan

memberikan bekal kemampuan yang merupakan perluasan serta

5 Sri Wiyani, Kep. Sekolah SLB Negeri Pemalang, Wawancara tanggal 10 Juni 2003, Jam

08. 00 WIB. 6 Ibid. 7 Depdibud, Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, landasan, Program dan Pengembangan,

(Jakarta: Dep. Dikbud, 1994), hlm. 5.

42

peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperoleh di

SLTPLB yang bermanfaat bagi siswa untuk hidup mandiri sesuai dengan

kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya.8

Adapun isi kurikulum dari SMLB mencakup:

a. Program umum, yang terdiri atas mata pelajaran pendidikan pancasila

dan kewarganegaraan, pendidikan agama, bahasa Indonesia,

matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

pendidikan jasmani dan kesehatan, bahasa Inggris.

b. Program pilihan, yang berupa paket ketrampilan rekayasa, pertanian,

usaha, dan perkantoran, kerumahtanggaan, dan kesenian, yang dapat

dipilih siswa yang diarahkan pada penguasaan satu jenis ketrampilan

atau lebih yang dapat menjadi bekal hidup di masyarakat.9

Lama pendidikan SMLB berlangsung selama sekurang-kurangnya

tiga tahun. Dan memiliki beban belajar sekurang-kurangnya 42 jam

pelajaran setipa minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit. Jatah

waktu untuk program umum kurang lebih 38%; sedangkan jatah waktu

untuk program pilihan kurang lebih 62%.10

SMLB Negeri C Pemalang menjalankan beberapa jenis program

pendidikan yaitu:

1) Pendidikan Umum, yaitu mencakup pendidikan moral

2) Pendidikan Akademis, yaitu menjadi dasar dalam usaha meningkatkan

kemampuan intelek siswa.

3) Pendidikan Ketrampilan yang berfungsi untuk mengembangkan bakat

dan ketrampilan, pendidikan ketrampilan tersebut dimaksudkan agar

kelak nantinya siswa mempunyai ketrampilan ketika hidup

dimasyarakat.

8 Ibid., hlm. 8. 9 Ibid., hlm. 10. 10 Ibid., hlm. 10 – 11.

43

4) Pendidikan Kejuruan, dalam pengajaran disesuaikan dengan pilihan

anak, sehingga sebagai bekal pada diri siswa dalam bermasyarakat

mempunyai keahlian tertentu.

5) Pendidikan Binadiri, yaitu agar anak bisa mandiri dalam segala hal,

karena anak Tunagrahita / lemah mental perlu adanya bimbingan dan

arahan agar dia bisa melakukan sendiri, sehingga diharapkan nantinya

bisa hidup mandiri.11

Pendidikan bagi anak yang memiliki kelainan / cacat mental disebut

juga dengan istilah ortopedagogik, ini memiliki landasan sebagaimana

pendidikan pada umumnya, adapun landasan yang ada dalam ilmu

ortopedagogik sebagai berikut:

1) Landasan Idiil atau Filsafat

Yaitu dengan mencerminkan pandangan bahwa individu-individu yang

telah terbentuk dapat berguna bagi negara, dengan demikian potensi

yang dimiliki oleh anak atau siswa dapat teraktualisasikan dalam

masyarakat khsusnya dan negara umumnya.

2) Landasan Yuridis Formal

Landasan ini didasarkan pada sistem negara yang ada, sebagaimana

halnya yang tercantum dalam UUD 1945, yaitu pada Bab XIII Ayat

(1) dan Ayat (2). Dan juga terdapat di dalam Undang-Undang Nomor

2 tahun 1989 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

(UUSPN) pada Pasal 8 Ayat 1 dan Ayat 2. Demikian juga pada

Peraturan Pemerintah (PP Nomor 28 dan 29), yang menerangkan

tentang landasan pendidikan bagi anak luar biasa.

3) Landasan Religi

Landasan ini didasarkan pada dasar agama. Semua agama meskipun

berbeda, memiliki tujuan sama yakni agar segala potensi yang dimiliki

oleh anak dapat tersalurkan, baik yang normal maupun yang

11 Sri Wiyani, op.cit.

44

mengalami kelainan, dengan tujuan agar manusia mendapatkan derajat

yang tinggi dihadapan Tuhan Yang Maha Esa

4) Landasan Empirik

Dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak luar biasa atau

ortopedagogik ini tidak dapat lepas dari ilmu yang lain, seperti halnya

ilmu kedokteran, biologi, psikologi terhadap anak, dan ini digunakan

sebagai landasan tindakan-tindakan ortopedagogik terhadap anak

tersebut.12

2. Proses Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar di SMLB Negeri C Pemalang

berlangsung hari Senin sampai Sabtu yang dimulai pukul 07.30 WIB –

12.45 WIB. Pada sore harinya pukul 15.00 WIB – 16.30 WIB diberikan

pelajaran tambahan seperti ketrampilan, Komputer, Menjahit, Membordir,

dan Menyablon.13

Dalam proses belajar mengajar para siswa mendapat pelayanan dan

bantuan dari ahli kedokteran, ahli psikologi dan ahli biologi untuk

mengetahui kondisi dari anak-anak tersebut sebagai salah satu upaya

dalam mengatasi kesulitan belajar anak.14

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar melalui tiga tahap yaitu:

persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Persiapan

Sebelum pelaksanaan pengajaran dimulai guru harus

mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar

mengajar agar proses pelaksanaanya dapat mencapai tujuan. Adapun

persiapan tersebut meliputi pembuatan program tahunan (prota),

program semester dan satuan pelajaran (satpel).

12Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi, Pendidikan Luar Biasa Umum, (Jakarta: Depdikbud,

1996), hlm. 242-247. 13 Sri Wiyani , op.cit. 14 Hadi Santoso Wakil Kepala Sekolah Negeri C Pemalang, Wawamcara, tanggal 10 Juni

2003, Pukul 09.30. WIB.

45

b. Pelaksaan

Setelah semua persiapan dibuat maka tahap selanjutnya adalah

proses belajar mengajar. Dalam proses ini kemampuan yang dituntut

adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan

siswa belajar sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SMLB menempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tahap Prainstruksional

2) Mengadakan Pretest

3) Tahap Instruksional

4) Mengadakan Postest.

c. Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah diperoleh dalam

proses belajar mengajar maka diadakan suatu evaluasi. Hasil yang

diharapkan dari siswa SMLB bukanlah penilaian semata melainkan

berdasarkan perkembangan mereka masing-masing sesuai dengan

tingkat kelainannya.

Evaluasi yang digunakan untuk siswa SMLB Negeri C Pemalang

ada tiga macam, yaitu:

1) Evaluasi formatif, yang dilaksanakan setiap satuan pelajaran.

2) Evaluasi sumatif, dilaksanakan setiap semester.

3) Skala sikap, perubahan sikap siswa setelah proses belajar mengajar

untuk memberikan nilai tambahan raport pada siswa.15

Adapun metode yang dipakai oleh para guru dalam kegiatan

belajar mengajar di SLB Negeri C Pemalang antara lain :

a. Metode Ceramah yaitu guru memberikan materi tanpa ada feed

back dari siswa (satu arah).

b. Metode Tanya Jawab yaitu guru memberikan materi dengan

adanya feed back dari siswa (dua arah).

15 Siti Chodijah Ar, Guru Kesenian, Wawancara tanggal 11 Juni 2003, Pukul 08.45. WIB.

46

c. Metode Drill/Latihan yaitu guru memberikan ketrampilan (gerak

aktif) yang dilakukan oleh siswa.

d. Metode Demontrasi yaitu guru memperlihatkan suatu cara

(praktikum) di depan kelas.

e. Metode Resitasi yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk

dikerjakan di rumah.16

Media yang digunakan guru untuk memberikan pemahaman kepada

anak terhadap materi yang telah diberikan, harus bisa menghilangkan

verbalisme (perkataan), dan menambah hasil belajar. Disini digunakan

media Visual dan media Auditif. Media Visual ini merupakan sarana atau

alat yang dapat mempengaruhi daya pikir anak lewat panca indera dengan

cara memperlihatkan benda-benda tiruan, gambar atau sejenisnya.

Sedangkan alat bantu Auditif ini digunakan untuk mempengaruhi daya

pikir anak dengan cara menerangkan, memberikan persamaannya, contoh-

contoh kalimat, serta sejenisnya.17

Untuk dapat menambah ketrampilan dan agar nantinya siswa dapat

berkembang setelah terjun ke masyarakat, pada sore hari setiap Rabu dan

Sabtu diajarkan ketrampilan tambahan yaitu ketrampilan Menyablon dan

Ketrampilan Menjahit serta ketrampilan Membordir. Yang mengajar

memandu ketrampilan Menjahit dan Membordir adalah Ibu Riwi Indarti,

sedangkan ketrampilan Menyablon dipandu oleh Bp. Ing, Agus Prasmanto.

Anak-anak dipersilahkan untuk memilih sesuai dengan selera dan

kemampuan mereka masing-masing.18

Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SMLB Negeri C

Pemalang, pada prinsipnya sama dengan kegiatan belajar mengajar pada

anak normal atau umum, hanya saja yang menjadi perbedaan paling

mencolok adalah anak, dimana anak SMLB C adalah anak yang

16 Murdihanto, Guru PPKn dan Kelistrikan, Wawancara tanggal 18 Juni 2003, Pukul 08.00.

WIB. 17 Rijanto Eko Juli, Guru Matematika, Wawancara tanggal 18 Juni 2003, Pukul 10.00. WIB. 18 Hadi Santoso, op.cit.

47

mengalami kelainan mental, dan juga memiliki sifat hiperaktif (gerakan

pasif). Sehingga media belajar yang digunakan berbeda dengan sekolah

umum.

3. Keadaan anak yang mengalami kesulitan belajar di SMLB Negiri C

Kabupaten Pemalang.

Sebagaimana halnya pendidikan pada umunya dalam proses belajar

mengajar terkadang ada yang berlangsung cukup lancar atau sebaliknya

mengalami hambatan. Hambatan berasal dari dalam diri siswa atau dari

faktor luar, misalnya; guru, lingkungan, orang tua dan sebagainya. Faktor

ini sangat saling mempengaruhi di dalam proses belajar mengajar.

Pada tahun ajaran 2002/2003 jumlah siswa di SMLB Negeri C

Pemalang terdiri dari 7 siswa, ini hanya menempati Kelas I saja. Adapu

untuk kelas II, dan kelas III saat itu belum ada siswanya. Berikut tabel

daftar siswa SMLB Negeri C Pemalang, yaitu:19

No Nama L P Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kelas I

Heri Kusmoro

Luki Noviadi Murdiyatno

Ayu Sulis Wari

Agustina Kustanti

Amin Tri Sulistyo

Durotul Mukodah

Muslikah

-

-

-

-

-

-

-

Jumlah 3 4 7

Catatan : Kelas II dan Kelas III tidak ada siswanya.

Secara fisik anak-anak SMLB Negeri C Pemalang sama dengan

anak-anak normal pada umumnya. Dia tumbuh seperti layaknya anak

nomal, hanya saja ada sesuatu hal yang menghambat pada diri mereka

19 Sumber Data SMLB Negeri C Pemalang.

48

adalah tingkat intelegensi di bawah rata-rata dengan anak normal atau

anak seusianya yaitu antara 50 – 70, sehingga secara fisik kita sulit untuk

membedakan antara anak Tunagrahita dengan anak normal.20

Secara psikologis anak memiliki sifat minder, sehingga kurang bisa

bergaul dengan teman yang normal, siswa merasa malu, ini mengakibatkan

sebagian dari mereka ada yang tidak mau bergaul dengan teman-teman

yang normal. Karena anak merasa bahwa dirinya mempunyai kekurangan

bila dibandingkan dengannya. Oleh karena itu anak-anak SMLB Negeri C

Pemalang sangat senang apabila seorang guru mampu memperhatikan dan

memberikan kasih sayang dalam mendidiknya.21

Anak-anak SMLB Negeri C Pemalang sebelum dimasukan atau di

sekolahkan di SLB ini, terlebih dahulu dianjurkan untuk diperiksakan atau

dikonsultasikan dengan ahli medis (dokter psikologi), agar nantinya orang

tua bisa mengetahui mengapa anaknya harus masuk di SMLB Negeri C

Pemalang. Sehingga mengetahui bahwa anaknya mengalami kelainan

dalam proses berfikirnya, baik secara biologis (sistem neurologis-nya)

yang dimiliki mengalami kerusakan atau tidak, dan juga dapat mengetahui

sebab anak menjadi kelainan. Dengan ini orang tua akan menerima

kenyataan yang harus diterima kondisi anaknya.22

Kesulitan belajar yang dialami oleh anak-anak di SMLB Negeri C

Kabupaten Pemalang antara lain yaitu :

a). Kesulitan Belajar Menulis

Dari data yang penulis kumpulkan, bahwa dari 7 siswa yang

mengalami kesulitan belajar menulis yaitu 1 anak

b). Kesulitan Belajar Membaca

Kemudian siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca,

anak yang mengalami yaitu 3 anak.

c). Kesulitan Belajar Menghitung

20 Sumiyarsi, Guru Kesenian, Wawancara Tanggal 14 Juni 2003, Jam 09.00 WIB. 21 Ibid. 22 Sri Wiyani, Wawancara.

49

Sedangkan kesulitan belajar menghitung dari 7 anak yaitu 4 anak yang

mengalami kesulitan dalam belajar menghitung.

4. Penyebab Kesulitan Belajar

Proses belajar tidak senantiasa berhasil karena ada faktor yang

menghambat kemajuan belajar. Oleh sebab itu kita hendaknya mengetahui

penyebab dari permasalahan tersebut.

Anak Sekolah Menengah Luar Biasa Negeri C Pemalang dalam

belajar mengalami kesulitan yang membuat dirinya memerlukan

bimbingan dan pertolongan dari orang lain. Kesulitan belajar yang dialami

oleh anak-anak SMLB Negeri C Pemalang antara lain dalam hal kesulitan

belajar menulis, kesulitan belajar membaca secara lancar, serta kesulitan

belajar menghitung.23

a) Faktor Intrinsik

Penyebab kesulitan belajar pada anak disebabkan oleh faktor dari

kehidupan anak tersebut, mulai dari dalam kandungan, bagaimana anak

mendapatkan gizi, proses kelahirannya, bagaimana proses kehidupan

setelah lahir atau perkembangan anak, dan juga cara pendidikan yang

diberikan oleh keluarga terhadap anak tersebut.24

Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar secara fisik dia

normal bahkan sehat, hanya saja dia mengalami hambatan dalam

perkembangan intelegensi yang lamban. Hal ini biasanya pada waktu

perkembangan setelah kelahiran ia mengalami gejala panas atau disertai

dengan step pada diri anak yang kemudian akan mempengaruhi kondisi

mental pada diri anak tersebut.25

23 Murdihanto, Guru Bidang Studi Ppkn, dan Kelistrikan, Wawancara, Tanggal, 18 Juni

2003. Jam. 08.00.WIB. 24 Sumiyarsi, op.cit. 25 Sri Ningsih, Orang Tua Adi, Wawancara Tanggal 14 Juni 2003, Jam 11.15 WIB.

50

Anak SMLB Negeri C Kabupaten Pemalang yang mengalami

kesulitan dalam belajar yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik ini lebih

besar, daripada faktor ekstrinsik.26

b) Faktor ekstrinsik

Kesulitan belajar juga disebabkan oleh faktor luar, seperti kondisi

lingkungan belajar di sekolah, kondisi rumah tangga dan kondisi

lingkungan tempat tinggal anak tersebut.

Kondisi belajar di rumah, orang tua sangat menentukan dalam

perkembangan anak membantu, dan juga kondisi teman-teman bergaul

yang bisa mau menerima kondisi yang dimiliki anak tersebut.

Terkadang juga ada orang tua yang tidak perhatian terhadap anak ketika

belajar, jadi mereka betul-betul harus belajar sendiri dengan

kemampuan yang ia miliki atau belajar mandiri.27

5. Langkah – langkah Pemecahan Kesulitan Belajar Anak Di SMLB

Negeri C Kabupaten Pemalang.

Agar anak didik dapat menghadapi masalah-masalah yang

menghambat proses belajar, perlu adanya bimbingan dan bantuan. Akan

tetapi tidak semua bantuan dan tuntunan dapat diartikan sebagai

bimbingan, jadi bantuan yang diberikan juga harus memenuhi prosedur

dan syarat-syarat tertentu dan juga dengan sistematika tujuan tertentu.

Kecacatan yang dimiliki oleh anak-anak SMLB C adalah kecacatan

dalam segi mental, yaitu mereka mengalami keterlambatan dalam proses

berfikir, sehingga perkembangannya dibawah anak yang normal, apalagi

untuk memikirkan hal yang abstrak juga mengalami kesulitan. Upaya

pemecahan kesulitan belajar anak di SMLB Negeri C Pemalang, akan

penulis uraikan yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu:

1. Kesulitan Belajar Menulis

26 Hadi Santoso, Wk. Kepala Sekolah, op.cit. 27 Moh. Noviadi, Siswa Kelas M-1 SLB Negeri C Pemalang, Wawancara, Tanggal 13 Juni

2003, Jam 11.30 WIB.

51

Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan

pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan

kemampuan penulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat

dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki

kemampuan untuk menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan

dalam melaksanakan tugas tersebut.

Menulis merupakan aktifitas kompleks, yang mencakup gerakan

lengan, tangan, jari-jari dan mata secara terintegrasi, ini terkait juga

dengan pemahaman bahasa serta kemampuan berbicara. Anak yang

mengalami kesulitan belajar menulis dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti; motorik, prilaku, persepsi, memori, penggunaan tangan yang

dominan dan kemampuan memahami instruksi.28

Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak dalam

memegang pensil dalam menulis. Ada empat cara dalam memegang

pensil yang dapat dijadikan petunjuk bagi anak kesulitan belajar

menulis, diantaranya yaitu :

- Memegang pensil dengan sudutnya terlalu besar.

- Memegang pensil dengan sudut terlalu kecil.

- Memegang pensil dengan cara menggenggam (seperti mau tinju).

- Memegang pensil dengan cara menyeret.

Langkah yang ditempuh guru dalam membantu mengatasi anak

kesulitan belajar menulis adalah diajarkannya huruf cetak sebelum

diajarkan huruf sambung. Alasannya antara lain:

- Huruf cetak lebih mudah dipahami/dipelajari, karena bentuknya

sederhana.

- Huruf cetak diterapkan sehari-hari dalam kegiatan seperti latihan

membuat formulir (menulis huruf-huruf).

- Huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf tersebut berdiri

sendiri.

28 Hadi Santoso, op.cit.

52

- Menulis nama panggilan sendiri.29

2. Kesulitan Belajar Membaca

Anak kesulitan belajar membaca sering memperlihatkan

kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan

adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti

mengernyitkan kening, gelisah, menggigit bibir, dan mereka juga

memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan

prilaku menolak untuk membaca. Dalam memegang buku bacaan

kurang sempurna sebagaimana anak yang normal dalam cara membaca

buku tersebut.30

Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca dapat

disebabkan oleh faktor dalam diri yaitu tingkat kecerdasan yang

rendah. Karena didalam belajar membaca menggunakan beberapa

tehnik, maka anak yang mempunyai kecerdasan rendah akan sulit

memahami. Bisa juga dipengaruhi oleh faktor luar, seperti bimbingan

yang kurang, tidak ada minat dan motivasi, faktor fisik, dan lain-lain.31

Mengenai tehnik membaca, anak yang kurang cerdas sulit

mengadakan penganalisaan dari kalimat menjadi kata, kata menjadi

suku kata, dan suku kata menjadi huruf. Oleh karena itu ada beberapa

metode atau langkah mengatasi anak yang mengalami kesulitan belajar

membaca, yaitu :

a. Metode suara

Guru mengucapkan satu huruf, kemudian anak menirukan,

dilakukan berulang-ulang sampai anak dapat mengucapkan huruf

tersebut dengan baik dan benar. Dalam pengenalan huruf ini

hendaknya dimulai huruf-huruf hidup (a, i, u, e, o). Karena huruf

vokal ini serba guna dalam “menghidupkan” huruf-huruf mati

seperti (s, r) dan seterusnya. Untuk membangkitkan kegembiraan

29 Suwaryo, Guru Bahasa Indonesia, Wawancara tanggal, 20 Juni 2003, Jam 08.00. 30 Suwaryo, Ibid., 31 Murdihanto, op.cit.

53

anak guru membuat gambar-gambar Kepala anak yang dapat

ditempati huruf hidup, seperti dalam memperkenalkan huruf (O),

perlihatkan gambar mulut yang sedang terbuka bulat. Untuk

memperkenalkan huruf (A), ditunjukan gambar mulut yang terbuka

lebar, dan lain-lain.

b. Metode Sintesis

Metode ini tergolong dengan metode mengeja, yaitu mengajarkan

huruf-huruf dengan ucapan ejaan kemudian melakukan

penggabungan huruf. Misalnya huruf (S) ditambah (A) akan

menjadi “SA”.

c. Metode Analisis Data

Yaitu metode yang mulai dari pengenalan kalimat, lalu kata-kata,

kemudian huruf. Setelah itu digabung kembali dari huruf menjadi

kata-kata kemudian menjadi kalimat.32

3. Kesulitan Belajar Menghitung

Seperti halnya bahasa, membaca dan menulis, menghitung

merupakan hal yang penting. Karena menghitung merupakan sarana

untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Kekurangan

tersebut ada faktor penyebabnya, misalnya karena faktor verbal,

spatial, perseptual, atau mungkin karena memori. Berbagai

ketrampilan menghitung yang perlu mendapat perhatian pada awal

anak belajar, mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian, dan pecahan.

Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar menghitung,

guru perlu mengenal berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak,

yaitu kekurangan pemahaman tentang (1) simbol, (2) nilai tempat, (3)

perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, dan (5) tulisan yang

tidak terbaca.

32 Suwaryo, op.cit.

54

Solusi yang guru lakukan adalah pengenalan terhadap simbol-

simbol penting seperti “ +, =, - , dan : ”. Pengajarannya diawali

dengan menggunakan benda-benda kongkrit selanjutnya menggunakan

gambar-gambar, dan baru kemudian dengan angka. Penjumlahan harus

dimulai dengan yang sederhana, 3+2 =...., dan dari sini berkembang

menjadi 3 +.... = 5, dan ....+2 = 5. Ketrampilan untuk melakukan

pengurangan diajarkan setelah anak memahami penjumlahan.

Ketrampilan untuk melakukan perkalian terkait erat dengan

penjumlahan dan pembagian.33

4. Interaksi guru dengan siswa.

Guru SLB Negeri C Pemalang dalam proses belajar mengajar

selain sebagai pengelola kelas, juga sebagai pengamat dalam kelas.

Berdasarkan pengamatan, bahwa interaksi antara siswa dengan guru

cukup baik dan akrab serta penuh kekeluargaan, penampilan guru

cakap dan diselingi dengan humor dapat menghilangkan ketegangan

dalam suasana belajar mengajar. Cara ini anak-anak tidak cepat

merasa jenuh walaupun ia mempunyai daya tahan yang kurang atau

lemah.34

5. Orang tua dengan anak

Cara belajar anak di rumah merupakan tanggung jawab orang

tua. Oleh karena itu orang tua mencoba membantu anaknya dalam

belajar. Setiap anak sangat membutuhkan sekali perhatian dari orang

tua, tetapi jangan terlalu dimanjakan, sebab kalau terlalu dimanjakan

nantinya akan timbul rasa malas pada anak itu sendiri.

Sehingga dalam memperhatikan anak harus mempunyai batas

tertentu, misalnya dalam belajar, bermain dengan teman di rumah,

mengarahkan agar tempat waktu dalam belajar dan sebagainya.

Apalagi dalam situasi anak sedang belajar kita harus berada

33 Murdihanto, op.cit.,

55

disampingnya, sehingga orang tua dapat membantu dan mengarahkan

anaknya belajar secara efektif.35

Dengan demikian orang tua harus bisa menerima apa adanya

atas kekurangan yang dimiliki oleh anaknya. Ini dapat dilihat dari segi

peran orang tua yang selalu membantu dengan semangat agar anaknya

dapat berfikir dengan baik untuk mencapai kematangan intelegensi

yang dimilikinya, walaupun hanya dengan dorongan dan semangat

kelak nantinya anak bisa berfikir layaknya anak yang normal.

Begitu juga dengan kondisi lingkungan dalam belajar juga

mempengaruhi, situasi belajar dirumah atau disekolah. Dalam belajar

mereka sering dibantu oleh kakak dan orang tua yang mengarahkan

dalam belajar dirumah, sehingga dia merasa kalau ada kesulitan ia

mampu membantu mengatasinya.36

Dengan melihat berbagai kegiatan di atas, bahwa SMLB Negeri C

Kabupaten Pemalang juga tidak ingin kalah dalam hal berprestasi

walaupun melihat kondisi anak yang mempunyai daya kecakapan

intelegensi yang dibawah rata-rata, namun usaha keras yang dilakukan

guru tidaklah sia-sia, ini bisa dilihat dari lulusan SMLB yang bisa bekerja

di pabrik-pabrik atau juga di toko-toko dan sebagainya. Oleh karena itu

adanya konsep atau pelajaran binadiri, serta ketrampilan yang diberikan

seperti halnya Menjahit, Membordir dan Menyablon ini diharapkan agar

anak bisa mengaplikasikan nantinya dimasyarakat.37

Dengan demikian usaha untuk memecahkan kesulitan belajar anak

tidak dapat lepas dari peran orang tua dengan guru di dalam memantau

perkembangan dan juga memberikan bimbingan belajar, agar dia dapat

termotifasi untuk bisa berfikir maju. Pada dasarnya anak memiliki

34 Suwarno, Guru IPS, Wawancara tanggal, 20 Juni, Jam 11.00 WIB. 35 Sutaryo orang tua Heri Kusmoro, Wawancara tanggal 12 Juni 2003, Jam 14.30. WIB. 36 Heri Kusmoro, Siswa SMLB Negeri C Pemalang, Wawancara tanggal 11 Juni 2003. Jam

09.00 WIB. 37 Sumber Data SLB Negeri C Kabupaten Pemalang.

56

kemampuan beraneka ragam, ini akan kelihatan ketika mereka terjun atau

berbaur di tengah masyarakat.

C. Data Sampel SMLB Negeri C Kabupaten Pemalang

SAMPEL I I. Identifikasi Masalah

1. Identitas Sampel

a. Nama : Heri Kusmoro

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 20 – 02, 1986

d. Jenis kelamin : Laki – laki

e. Agama : Islam

f. Alamat : Pegantungan, Kec. Taman, Pemalang.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

1) Nama : Sutaryo

2) Alamat : Pegantungan, Kec. Taman, Pemalang

3) Pekerjaan : Dagang

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

b. Ibu

1) Nama : Alimah

2) Alamat : Pegantungan, Kec. Taman, Pemalang

3) Pekerjaan : Dagang

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

Heri adalah anak ke 4 (empat) dari 6 (enam) bersaudara. Diantara

saudara-saudara hanya sampel yang menderita cacat. Kakak sampel

yang nomor 1 dan 2 sudah berkeluarga, yang nomor 3 sudah bekerja

sebagai karyawan di perusahaan di Jakarta. Dan adik sampel yang

nomor 5 masih diduduk di bangku SD kelas VI, yang nomor 6 kelas 3

SD.

57

3. Latar Belakang Kecacatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu sampel diketahui bahwa Heri

Kusmoro menderita kelainan pada waktu sampel berusia 3 tahun.

Adapun penyebab kecacatan adalah panas yang disertai dengan kejang-

kejang diiringi (step). Setelah panasnya sembuh sampel mengalami

terbelakang mental.

4. Situasi Rumah

Rumah dimana sampel tinggal tergolong cukup bagus, suasana rumah

tampak nyaman dan tenang. Demikian juga ketika sampel belajar di

rumah.

5. Kegiatan Sehari-hari

Di rumah sampel tidak dibebani tugas oleh keluargannya, jadi waktu

sampel yang tersisa banyak digunakan untuk santai, dan belajar.

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial

Hubungan sampel dengan ayah dan ibu beserta saudara-saudara cukup

baik, di kampung sampel jarang bermain dengan teman-temannya,

karena itu ibu sampel mengkhawatirkan kalau keluar rumah. Ketika

belajar orang tua jarang sekali menemaninya.

7. Masalah yang dialami sampel

Sampel dalam belajar mudah putus asa kurang percaya diri serta minder

dalam bergaul dengan teman-teman yang normal. Sampel terkadang

malas untuk melakukan sesuatu walau telah diperintah.

II. Diagnosa

Dari data dan informasi yang penulis dapatkan, maka rumusan diagnosa

sebagai berikut :

1. Keluarga kurang memperhatikan proses belajar anak

2. Sampel ketakutan untuk bermain dengan anak-anak normal.

3. Sampel selalu bergantung pada orang lain.

III. Prognosa

Untuk mengatasi permasalahan sampel, maka penulis menggunakan

beberapa langkah yaitu:

58

1. Wawancara khusus dengan sampel

2. Memberikan bimbingan dan motivasi.

3. Mengadakan pendekatan dengan orang tua dengan cara home visit.

IV. Treatment

Berdasarkan langkah – langkah yang penulis rumuskan dalam prognosa,

maka mulai mengadakan wawancara khusus dengan sampel. Kemudian

sampel menceritakan permasalahan yang dihadapi serta faktor yang

menyebabkan. Setelah itu penulis memberikan bimbingan dan motivasi

pada sampel.

SAMPEL II

I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel

a. Nama : Luki Noviadi Murwidiyatmoko

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Pekalongan, 24 – 11, 1985

d. Jenis kelamin : Laki – laki

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Serayu No. 78, Pemalang.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

1) Nama : Moertejo Slamet

2) Alamat : Jl. Serayu No. 78, Pemalang

3) Pekerjaan : PNS

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

b. Ibu

1) Nama : Ruti’ah

2) Alamat : Jl. Serayu No. 78, Pemalang

3) Pekerjaan : Dagang / Wiraswasta

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

59

Sampel adalah ke 1 dari 3 bersaudara, adik-adik sampel masih duduk

di SD dan yang terkecil masih duduk di bangku TK.

3. Latar Belakang Kecacatan

Sampel mengalami kecacatan pada usia 5 tahun diawali dengan panas

yang disertai kejang-kejang (step). Kemudian orang tuanya berusaha

untuk mengobatkan putranya ke dokter maupun ke dukun pijat tetapi

belum juga mengalami kesembuhan sampai sekarang.

4. Situasi Rumah

Rumah dimana sampel tinggal tergolong sederhana. Bangunanya

terbuat dari batu – bata. Suasana rumah nampak nyaman dan tenang.

5. Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan sampel sehari-hari dihabiskan di rumah dan di sekolah. Ia

jarang sekali membantu ibunya. Waktunya banyak digunakan untuk

santai-santai saja.

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial

Hubungan sampel dengan orang tuan lebih dekat dengan bapaknya.

Hubungan sampel dengan temannya di sekolah cukup baik. Dia lebih

senang menyendiri dengan melihat lingkungan sekitarnya dan jarang

bermain dengan temannya.

7. Masalah yang dialami sampel

Berdasarkan data dan informasi yang penulis peroleh, sampel

mengalami masalah sebagai berikut:

1. Kesulitan belajar membaca secara lancar ini disebabkan kurang

normalnya (organ pencernaan dalam melafalkan huruf-huruf) dan

menghitung.

2. Memiliki perasaan rendah diri.

II. Diagnosa

Diagnosa yang dapat penulis simpulkan adalah:

1. Sampel belum bisa menerima kenyataan dirinya yang cacat dan putus

asa dalam mengerjakan sesuatu.

60

2. Perasaan rendah diri sampel disebabkan tidak pernah / jarang

mengadakan sosialisasi dengan teman-temannya yang tidak cacat.

3. Tidak sempurna organ pencernaan.

III. Prognosa

Prognosa yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh, sebagai

berikut:

1. Wawancara konseling dengan sampel.

2. Bimbingan motivasi

3. Pendekatan dengan orang tua

IV. Treatment

Penulis mencoba mendengarkan penjelasan dari sampel, kemudian

memberikan bimbingan motivasi kepada sampel. Ini dilakukan agar

sampel bisa menerima kenyataan yang ada dengan menghilangkan sifat

jelek yang dimilikinya. Serta membandingkan kelebihan-kelebihan yang

dimiliki oleh setiap orang.

SAMPEL III

I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel

a. Nama : Ayu Yuliswari

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Tegal, 27 – 07, 1983

d. Jenis kelamin : Perempuan

e. Agama : Islam

f. Alamat : Kaligelang 03/06, Kec. Taman, Pemalang.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

1) Nama : Mubi Prianto

2) Alamat : Kaligelang 03/06, Kec. Taman, Pemalang

3) Pekerjaan : Wiraswasta

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

61

b. Ibu

1) Nama : Ismawati

2) Alamat : Kaligelang 03/06, Kec. Taman, Pemalang

3) Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

Sampel adalah anak kedua dari 3 bersaudara yang semuannya masih

sekolah. Kakak sampel masih kuliah, dan adik sampel duduk di bangku

SD.

3. Latar Belakang Kecacatan

Sewaktu sampel berumur 1 tahun sampel menderita panas disertai step.

Setelah sampel sembuh dia mengalami keterbelakangan mental.

4. Situasi Rumah

Rumah tempat tinggal sampel kecil dan terletak di daerah yang

permanen. Kondisi rumah ramai.

5. Kegiatan Sehari-hari

Sepulang sekolah sampel diharuskan untuk tinggal dirumah membantu

ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Kegiatan rutin yang dilakukan

sampel adalah belajar, menyapu, dan mencuci piring.

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial.

Hubungan sampel dengan keluarganya cukup baik, di dalam keluarga

tampak terlihat hubungan yang sangat akrab antara ayah, ibu dan anak.

Kemudian pula hubungan sampel dan kawan-kawanya di sekolah

sampel bisa bergaul dengan siapa saja.

Di lingkungan kampung sampel tidak begitu akrab dengan kawan-

kawannya dan jarang sekali bergaul dengan tetangganya.

7. Masalah

Sampel memiliki perasaan rendah diri atas kecacatan yang dimilikinya.

Sampel mengalami masalah kesulitan belajar menulis, membaca serta

berhitung.

II. Diagnosa

62

Dari data dan informasi yang penulis peroleh, rumusan diagnosa sebagai

berikut:

1. Keluarga kurang memperhatikan kondisi kejiwaan anak

2. Ketakutan sampel terhadap orang tua membuat anak takut bergaul

dengan teman-temannya.

3. Sampel terlalu bergantung pada orang lain.

III. Prognosa

Tindakan atau bantuan untuk mengatasi perasalahan yang dialami sampel.

Penulis mengambil langkah-langkah yaitu:

1. Mengadakan pendekatan dengan orang tua dengan cara kujungan ke

rumah.

2. Memberikan bimbingan motivasi terhadap sampel agar rajin belajar.

IV. Treatment

Menjelaskan kepada orang tua mengenai keadaan sampel yang takut

karena tekanan dari orang tua dengan maksud agar lebih bijaksana dalam

memperlakukan anaknya, serta menganjurkan agar anakya selalu

diperhatikan dalam proses belajarnya.

Memberikan bimbingan konseling agar sampel tidak memiliki perasaan

minder, memotivasi sampel bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan

masing-masing.

SAMPEL IV

I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel

a. Nama : Agustina Kustanti

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 03 – 08, 1975

d. Jenis kelamin : Perempuan

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Sindoro, Gg I. No. 2, Pemalang.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

63

1) Nama : Suwignyo

2) Alamat : Jl. Sindoro, Gg I. No. 2, Pemalang.

3) Pekerjaan : Wiraswasta

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

b. Ibu

1) Nama : Junaedah

2) Alamat : Jl. Sindoro, Gg I. No. 2, Pemalang.

3) Pekerjaan : Buruh Cuci

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

Sampel mempunyai jumlah saudara 5 orang, tiga laki-laki dan dua

perempuan, sampel adalah anak nomor ke empat. Diantara kelima

orang anaknya hanya sampel yang mengalami kelainan.

3. Latar Belakang Kecacatan

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu sampel dikatakan

bahwa sampel mengalami kelainan sejak lahir, namun kelainan itu baru

diketahui setelah sampel berusia 11 bulan.

4. Situasi Rumah

Rumah sampel terlihat sederhana, tetapi kelihatan bersih sekali dan

situasi di rumah sangat tenang dan nyaman.

5. Kegiatan Sehari-hari

Setelah pulang sekolah sampel membantu pekerjaan ibunya

membersihkan rumah. Sehabis maghrib sampel belajar dan dibantu

oleh kakak-kakaknya.

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial

Hubungan sampel dengan keluarga cukup baik, begitu pula dengan

kakak-kakaknya. Sampel kurang bisa bergaul dengan teman-teman di

kampungnya, sampel merasa minder.

7. Masalah

64

Sampel merasa minder apabila bergaul dengan teman-teman yang

normal di kampungnya. Sampel kalau bergaul merasa dikucilkan oleh

teman-temannya yang normal.

II. Diagnosa

Setelah itu penulis mencoba menjelaskan bahwa perasaan minder tersebut

karena sampel merasa dirinya mempunyai banyak kekurangan yang

dimilikinya bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal.

III. Prognosa

Setelah penulis merumuskan diagnosa, maka penulis akan merencanakan

tindakan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya, yaitu:

1. Wawancara dengan sampel dan memberikan motivasi

2. Mengadakan pendekatan dengan orang tua sampel dengan cara

kunjugan rumah.

IV. Treatment

Tindakan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara dengan sampel, yaitu sampel memberikan keterangan-

keterangan mengenai permasalahan yang dihadapinya dan faktor-

faktor yang dihadapinya dan yang menjadi penyebabnya. Kemudian

penulis memberikan pengarahan-pengarahan dan pandangan-

pandangan kepada sampel bagaimana tugas anak kepada orang tua.

2. Dalam pendekatan dengan orang tua, penulis menceritakan tentang

kondisi sampel kepada orang tua, demikian juga orang tua

menceritakan tingkah laku anaknya di rumah. Kemudian penulis

memberikan tentang bagaimana kewajiban orang tua dalam mendidik

anaknya.

SAMPEL V

I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel

a. Nama : Amin Tri Sulistyo

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 22 – 02, 1983

65

d. Jenis kelamin : Laki – laki

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Gg. IV/05, Pemalang.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

1) Nama : Drs. H. Mudasir

2) Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Gg. IV/05, Pemalang.

3) Pekerjaan : PNS

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

b. Ibu

1) Nama : Nur Hidayah

2) Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Gg. IV/05, Pemalang.

3) Pekerjaan : PNS

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

Sampel adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, diantara saudaranya

hanya dia yang laki-laki, kakak masih kuliah dan hanya sampel yang

mengalami kelainan.

3. Latar Belakang Kecacatan

Sampel menderita kecacatan sejak umur 3 tahun, baru disadari oleh

orang tuannya setelah menginjak memasuki sekolah dasar, sampel

jarang naik kelas atau tinggal kelas. Akhirnya sampel dibawa orang

tuannya ke spesialis psikologi.

4. Situasi Rumah

Rumah sampel keadaannya cukup bagus, halamannya ditanami dengan

berbagai macam pohon-pohon, sehingga tampak asri dan nyaman

dibandingkan dengan rumah tetangganya.

5. Kegiatan Sehari-hari

66

Kegiatan rutin sampel hanyalah sekolah. Bila berada di rumah dia

membantu orang tuannya. Waktu-waktu senggang sampel digunakan

untuk santai dan nonton TV.

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial

Hubungan sampel dengan orang tuannya cukup baik begitu pula

dengan saudaranya. Hubungan dengan kawan-kawan disekolah cukup

baik, namun hubungan sampel dengan tetangganya atau kawan-

kawanya dirumah tidak begitu akrab. Sampel tidak mau bergaul

dengan teman-temannya dikarenakan hanya sampelah yang memiliki

kelainan.

7. Masalah

Masalah yang dimiliki sampel adalah rasa minder serta mudah

tersinggung perasaanya.

II. Diagnosa

Sampel hanya mengenal orang yang senasib dengannya, akibatnya sampel

minder dengan orang lain. Demikian juga orang tua kurang memberikan

motivasi yang tinggi pada sampel.

III. Prognosa

Langkah-langkah yang ditempuh penulis yaitu; melakukan pendekatan

terhadap orang tua, melakukan bimbingan motivasi terhadap sampel.

IV. Treatment

Pendekatan dengan orang tua, penulis mengajukan alternatif untuk

menanggulangi permasalahan anak tersebut. Dan orang tua sampel

menyatakan sanggup untuk menyelesaikan permasalahan anaknya.

SAMPEL VI

I. Identifikasi Masalah

1. Identitas Sampel

a. Nama : Durotul Mukodah

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 09 – 10, 1982

d. Jenis kelamin : Perempuan

67

e. Agama : Islam

f. Alamat : Perumnas, Bojongbata, Pemalang.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

1) Nama : Sakiyan

2) Alamat : Perumnas, Bojongbata, Pemalang

3) Pekerjaan : Litbang

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

b. Ibu

1) Nama : Khomisah

2) Alamat : Perumnas, Bojongbata, Pemalang

3) Pekerjaan : PNS

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

Sampel adalah anak ke tiga dari empat bersauara. Kakak sampel yang

pertama sudah menikah dan yang satu masih kuliah. Kemudian adik

sampel masih duduk dibangku SD. Diantara saudara-saudaranya hanya

sampel yang mengalami kelainan.

3. Latar Belakang Kecacatan

Kelainan yang diderita sampel dialami sejak anak itu lahir. Namun

oleh orang tuannya kelainan itu baru diketahui setelah sampel berusia 7

bulan.

4. Situasi Rumah

Rumah sampel sangat sederhana tapi terlihat nyaman, didingnya

sebagian terbuat dari batu bata dan sebagian terbuat dari papan.

Suasana rumah tampak tenang, tidak ada kebisingan sama sekali

walaupun adik sampel masih kecil.

5. Kegiatan Sehari-hari

Sampel tidak diberi tugas oleh orang tuannya. Jadi waktu sampel

dirumah hanya digunakan untuk santai-santai saja.

68

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial

Hubungan sampel dengan orang tuannya cukup baik begitupula

dengan kakak dan adik-adiknya, serta kawan-kawannya disekolah

sampel tidak pernah bermain dengan kawan-kawannya di rumah

sebabkan orang tuannya selalu melarang dia keluar rumah, dikarenakan

takut kalau anaknya menjadi bahan ejekan kawan-kawannya.

7. Masalah

Sampel merasa di kucilkan dari pergaulan dengan teman-teman yang

normal sehingga sampel memiliki perasaan minder. Sampel juga

mengalami kesulitan dalam belajar menghitung.

II. Diagnosa

Perasaan minder untuk bergaul dengan teman-temannya disebabkan

karena sampel belum bisa menerima kenyataan begitu pula dengan orang

tuanya. Kesulitan belajar berhitung sampel dia mudah putus asa dan cepat

lelah, terutama masalah berhitung perkalian.

III. Prognosa

Kemudian langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai

berikut :

1. Mengadakan wawancara dan konseling

2. Mengadakan bimbingan dan motivasi

3. Mengadakan pendekatan dengan orang tua.

IV. Treatment

Bantuan yang penulis berikan adalah memotivasi sampel dengan cara

menceritakan tokoh-tokoh cacat yang memiliki keberhasilan. Melakukan

pendekatan dengan orang tua serta menceritakan kondisi yang dimiliki

anaknya sebagai alternatif apabila ada permaslahan agar bisa

ditanggulangi.

SAMPEL VII

I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel

a. Nama : Muslikah

69

b. Kelas : M1- C

c. Tempat/tanggal lahir : Tegal, 20 – 03, 1982

d. Jenis kelamin : Perempuan

e. Agama : Islam

f. Alamat : Larangan, Kec. Suradadi, Kab. Tegal.

2. Latar Belakang Keluarga

a. Ayah

1) Nama : Sobirin

2) Alamat : Larangan, Kec. Suradadi, Kab. Tegal

3) Pekerjaan : Dagang

4) Agama : Islam

5) Status : Ayah Kandung

b. Ibu

1) Nama : Turiyah

2) Alamat : Larangan, Kec. Suradadi, Kab. Tegal

3) Pekerjaan : Dagang

4) Agama : Islam

5) Status : Ibu Kandung

Sampel adalah anak ke dua dari empat saudara yaitu laki-laki dan

perempuan. Diantara keempat saudaranya hanya sampel yang

menderita cacat.

3. Latar Belakang Kecacatan

Sampel mulai menderita cacat pada waktu usia 4 tahun. Waktu sampel

menderita sakit panas yang diiringi dengan step. Kemudian setelah

panasnya turun pada kaki sampel mulai mengalami perubahan. Kaki

kanannya kaku dan agak sukar untuk digerakkan.

4. Situasi Rumah

Suasana rumah tampak nyaman dan sepi karena hanya dihuni oleh

enam orang saja, yaitu ayah ibu dan dua anak.

5. Kegiatan Sehari-hari

70

Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh ibunya, jadi sampel tidak

memiliki tugas sama sekali selain sekolah. Kegiatan sampel selebihnya

digunakan untuk main-main atau nonton TV.

6. Latar Belakang Kehidupan Sosial

Hubungan sampel dengan orang tuannya cukup baik terlihat

bagaimana sampel dilayani oleh keluargannya, terutama ibunya, semua

permasalahan yang dihadapinya akan ditumpahkan pada ibunya bahkan

bisa dikatakan sampel terlalu dimanjakan. Sedangkan hubungan

sampel dengan kawan-kawannya di rumah maupun di sekolah tidak

begitu akrab ia tidak mau bergaul dengan kawan-kawannya sampel

lebih suka diam atau berjalan-jalan sendiri di halaman sekolah bila saat

istirahat tiba.

7. Masalah

Sampel mengalami kesulitan dalam belajar berhitung, serta orang tua

yang terlalu memanjakan anaknya.

II. Diagnosa

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh maka penulis merumuskan

bahwa perlakuan yang kurang baik oleh orang tuanya karena anak terlalu

dimanjakan, serta kurang respon orang tua dalam proses belajar anaknya.

III. Prognosa

Kemudian rencana yang penulis lakukan adalah dengan cara pendekatan

terhadap orang, memberikan bimbingan dan motivasi kepada sampel.

IV. Treatment

Memberikan motivasi bahwa sampel mempunyai kemampuan lebih yang

dimilikinya, agar tidak tergantung dengan orang lain. Pendekatan dengan

orang tua sampel, menjelaskan agar orang tua bisa menerima keadaan

anaknya dan bisa lebih bijaksana dalam memperlakukan anaknya. Serta

bisa membantu anaknya dalam proses belajar dirumah supaya segala

permasalahan yang dihadapi sampel bisa diatasi.

71

Dari beberapa hasil yang diuraikan di atas, merupakan langkah penulis

untuk membuat suatu analisa tentang problematika yang dialami oleh ketujuh

sampel. Pada dasarnya problematika yang dialami oleh anak cacat antara satu

dengan yang sampel lainnya memiliki kesamaan yaitu memiliki perasaan

yang minder untuk bergaul dengan anak-anak normal.

Selain hal tersebut diatas masih ada satu problematika lagi yang

dialami sampel II, III VI dan VII yaitu mengalami kesulitan dalam proses

belajar, sehingga perlu adanya perhatian dari para guru dan orang tua.

Adapun faktor yang menyebabkan problem bagi anak tersebut yaitu:

dari diri siswa, dan keluarga. Timbulnya problematika kesulitan belajar yang

datang dari diri sendiri dialami oleh sampel II, III, dan sampel VI, dan yang

datang dari keluarga yaitu pada sampel VII. Maka lebih jelasnya dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Anak

Sampel Diri Sendiri Keluarga Jumlah I. II. III. IV. V. VI. VII.

-

- -

-

- -

- - -

0 1 2 0 0 1 1

Jumlah 3 2 5

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa antara ketiga faktor penyebab

timbulnya kesulitan belajar pada anak SMLB Negeri C Pemalang yang paling

dominan adalah faktor dari diri siswa. Namun faktor dari keluarga juga

berperan dalam mengatasi kesulitan belajar anak. dan penulis beranggapan

bahwa kedua faktor tersebut saling mempengaruhi.