bab iii kondisi lingkungan

20
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-1 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK 3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA 1. Tipe Iklim Tipe iklim di areal Koptam Rukun Sentosa sejenis dengan tipe iklim di daerah Samboja dan sekitarnya yang dipengaruhi oleh iklim tropis basah. Menurut klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson. Tipe iklim di daerah studi termasuk dalam tipe iklim B (Basah) dengan nilai Q berkisar antara 0,143 ≥ Q < 0,333 dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1921,3 mm (periode 20002009). 2. Curah Hujan Berdasarkan hasil pencatatan curah hujan Stasiun Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Sepinggan Balikpapan periode 2001-2009, diketahui bahwa curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 236,9 mm, dikarenakan pada bulan tersebut frekuensi hari hujan dan volume hujan sangat tinggi, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan September sebesar 54,3 mm. Untuk lebih jelasnya mengenai data curah hujan dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) periode 2001-2009 di Wilayah Studi dan Sekitarnya Thn BULAN (MM) TOTAL (MM) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2001 258 220 236 271 125 157 115 9 101 214 200 205 2.011,00 2002 171 165 274 170 149 177 80 - 46 84 - 214 1.530,00 2003 213 201 226 197 87 104 109 80 161 144 181 225 1.925,00 2004 235 229 164 166 195 173 154 13 53 65 131 272 1.750,00 2005 289 278 404 227 282 146 89 145 - 284 261 218 2.623,00 2006 304 266 211 166 133 274 35 35 19 14 187 205 1.846,00 2007 264 371 158 318 77 151 136 69 28 56 282 198 2.108,00 2008 129 160 217 322 93 243 93 142 56 178 239 114 1.986,00 2009 186 216 242 136 178 29 118 12 25 125 124 122 1.513,00 Rata- rata 227,7 234 236,9 219,2 134,7 161,6 103,2 56,1 54,3 125,3 178,3 197,1 1921,3 Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010 .

Upload: akhmadfauzie

Post on 22-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kondisi Lingkungan Rencana Kegiatan

TRANSCRIPT

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-1

    BAB III

    KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK

    3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA

    1. Tipe Iklim

    Tipe iklim di areal Koptam Rukun Sentosa sejenis dengan tipe iklim di

    daerah Samboja dan sekitarnya yang dipengaruhi oleh iklim tropis basah.

    Menurut klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson. Tipe iklim di daerah studi

    termasuk dalam tipe iklim B (Basah) dengan nilai Q berkisar antara 0,143 Q < 0,333 dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1921,3 mm

    (periode 20002009).

    2. Curah Hujan

    Berdasarkan hasil pencatatan curah hujan Stasiun Meteorologi dan Geofisika

    (BMG) Bandara Sepinggan Balikpapan periode 2001-2009, diketahui bahwa

    curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar

    236,9 mm, dikarenakan pada bulan tersebut frekuensi hari hujan dan volume

    hujan sangat tinggi, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada

    bulan September sebesar 54,3 mm. Untuk lebih jelasnya mengenai data

    curah hujan dapat dilihat pada Tabel 3.1

    Tabel 3.1. Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) periode 2001-2009 di

    Wilayah Studi dan Sekitarnya

    Thn BULAN (MM) TOTAL

    (MM) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

    2001 258 220 236 271 125 157 115 9 101 214 200 205 2.011,00

    2002 171 165 274 170 149 177 80 - 46 84 - 214 1.530,00

    2003 213 201 226 197 87 104 109 80 161 144 181 225 1.925,00

    2004 235 229 164 166 195 173 154 13 53 65 131 272 1.750,00

    2005 289 278 404 227 282 146 89 145 - 284 261 218 2.623,00

    2006 304 266 211 166 133 274 35 35 19 14 187 205 1.846,00

    2007 264 371 158 318 77 151 136 69 28 56 282 198 2.108,00

    2008 129 160 217 322 93 243 93 142 56 178 239 114 1.986,00

    2009 186 216 242 136 178 29 118 12 25 125 124 122 1.513,00

    Rata-

    rata 227,7 234 236,9 219,2 134,7 161,6 103,2 56,1 54,3 125,3 178,3 197,1 1921,3

    Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010

    .

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-2

    Tabel 3.2. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 2001-2009 di

    Wilayah Studi dan Sekitarnya.

    Tahun Hari Hujan (hari)

    Jumlah

    (hari)

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

    2001 10 16 19 19 20 24 24 27 19 23 27 27 255

    2002 27 25 13 19 21 25 17 24 18 22 24 24 259

    2003 18 24 2 19 16 9 10 1 3 13 15 15 163

    2004 4 2 1 6 18 17 23 26 22 24 20 28 191

    2005 17 17 28 21 24 20 19 19 21 27 19 21 253

    2006 21 21 21 24 21 26 18 21 24 24 21 18 260

    2007 24 22 22 24 20 16 17 4 23 20 19 15 226

    2008 16 14 22 19 18 20 10 6 10 11 24 17 187

    2009 18 14 20 23 18 17 18 16 20 20 20 20 226

    Rata-rata 17 16 18 19 20 19 16 15 16 19 21 20 218

    Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010

    3. Suhu Udara

    Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara pada areal studi mempunyai

    suhu bulanan berkisar antara 26,91 oC 27,83 oC. Keadaan suhu udara rata-

    rata bulanan secara lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3. Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan Periode 2000-2009 di

    Wilayah Studi dan Sekitarnya

    Tahun Temperatur Udara (oC)

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

    2001 27.3 26.5 27.1 27.1 27.2 26.8 26.2 26.5 26.7 27.2 26.9 26.7

    2002 26.0 26.3 27.6 27.3 27.1 26.7 26.6 26.3 26.9 26.7 27.4 27.1

    2003 26.5 26.4 27.0 27.2 27.6 27.3 27.2 27.3 27.4 27.6 27.5 28.1

    2004 28.8 29.8 29.8 30.3 28.9 27.6 27.3 27.1 27.7 27.6 27.4 26.8

    2005 27.2 27.0 27.1 27.3 26.7 26.5 26.4 26.7 26.6 26.9 27.0 27.4

    2006 26.8 26.6 26.9 26.9 27.2 26.4 26.5 26.5 26.9 27.0 27.6 26.6

    2007 26.7 27.1 26.9 27.5 27.5 27.1 26.8 27.4 27.0 27.5 27.4 27.3

    2008 27.5 27.5 27.1 27.7 27.6 27.2 27.2 27.3 27.4 27.9 27.6 27.8

    2009 27.4 27.9 27.2 27.8 27.8 27.5 26.9 27.1 26.9 27.4 27.6 27.3

    Jumlah 376.7 378.6 379.5 383.6 380.7 375.6 371.7 374.0 375.3 378.2 379.1 378.1

    Rata-rata 26.9 27.0 27.1 27.4 27.2 26.8 26.5 26.7 26.8 27.0 27.1 27.0

    Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010

    4. Kelembaban Udara

    Kelembaban nisbi (Relative Humidity) merupakan perbandingan antara

    kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air.

    Kelembapan nisbi (RH) akan semakin kecil bila suhu udara meningkat, dan

    sebaliknya akan meningkat bila suhu udara menurun. Berdasarkan data

    Stasiun Badan Metereologi dan Geofisika Bandara Sepinggan Balikpapan

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-3

    kelembaban udara di lokasi studi selama periode 2001-2009, bahwa

    kelembaban udara rata-rata bulannya berkisar antara 81,17 %-85,80%.

    5. Intensitas Penyinaran Matahari

    Intensitas penyinaran matahari menggambarkan tentang lamanya tingkat

    penyinaran yang menerpa permukaan bumi dengan satuan persen (%) per

    hari (dari pukul 08.0016.00). Intensitas matahari ini berkaitan erat dengan peristiwa evapotranspirasi dan evaporasi, karena dengan semakin tinggi

    tingkat intensitas penyinaran matahari, maka laju evapotranspirasi dan

    evaporasi akan semakin meningkat pula. Berdasarkan data Stasiun Badan

    Metereologi dan Geofisika Bandara Sepinggan Balikpapan besaran

    intensitas penyinaran matahari rata-rata perbulan adalah 38 %- 49 %.

    6. .Arah dan Kecepatan Angin

    Arah angin dilokasi studi berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun

    Badan Metereologi dan Geofisika Sepinggan Balikpapan (2001-2009), pada

    bulan Januari hingga April bertiup ke arah Timur Laut, pada bulan Mei

    hingga Oktober angin bertiup ke arah Selatan, dan pada bulan Nopember

    hingga Desember angin bertiup ke arah Barat. Data kecepatan angin rata-rata

    bulanan di wilayah studi berkisar antara 5 7 knot.

    7. Kualitas Udara Ambien

    Berdasarkan hasil pengamatan lapangan memperlihatkan bahwa kualitas

    udara dan kebisingan di daerah studi berada pada kondisi baik yakni masih

    dalam batas toleransi atau baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan yaitu

    PP No. 41 Tahun 1999. Untuk parameter kualitas udara seperti debu, setelah

    dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan dust collector yang

    dipasang di dua titik sampel yaitu areal tambang Koptam Rukun Sentosa

    dan pemukiman Kelurahan Amborawang Darat Kecamatan Samboja.

    Hasil analisis secara gravimetri kandungan debu di dua titik pengamatan

    berada dibawah ambang batas baku mutu lingkungan seperti tertera pada

    Tabel berikut 3.4.

    Demikian pula hasil pengukuran kebisingan di areal lingkungan kerja

    dibawah baku mutu lingkungan untuk kebisingan di lingkungan kerja

    berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja No.Kep-51/MEN/1999 yaitu 56,0 dB,

    untuk kebisingan di areal mess karyawan juga berada di bawah baku mutu

    lingkungan untuk kebisingan areal pemukiman berdasarkan SK. Menteri

    Negara Lingkungan Hidup Nomor. Kep-48/MENLH/1996, untuk lokasi

    rencana pertambangan batubara yaitu 50,6 dB.

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-4

    Tabel. 3.4. Hasil Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan di Wilayah

    Studi.

    Parameter Baku Mutu Satuan Hasil Pengamatan

    1 2

    Suhu Udara - oC 32 32

    Kelembaban - % 80 79

    Kecapatan Angin rata-rata - m/s 3,4 2,7

    Arah Angin - o 260 310

    Kebisingan Sesaat - dB(A) 50,3 50,9

    NO2 0,4 mg/Nm3 0,1637 0,1722

    CO 30 mg/Nm3 1,7033 1,8464

    Sulfur Dioksida (SO2) 0,9 mg/Nm3

    0,0581 0,0785

    Debu, TSP 0,23 mg/Nm3 0,0576 0,0636

    Sumber : Laboratorium PPLH Universitas Mulawarman, Samarinda 2012.

    8. Hidrologi

    Sub DAS yang terdekat dari lokasi kegiatan penambangan berada sejauh 7

    km di sebelah utara rencana kegiatan serta tidak terhubung langsung melalui

    cabang anak sungai, sehingga diperkirakan kegiatan pertambangan Koptam

    Rukun Sentosa tidak berdampak langsung terhadap kualitas air di badan air

    permukaan. Oleh karenanya maka rona lingkungan hidup yang berkaitan

    dengan parameter kualitas air sungai, pola aliran air dan debit air sungai dan

    beban sedimentasi tidak di informasikan sebagai kondisi umum lokasi

    rencana kegiatan.

    Pengambilan sampel air untuk mengetahui kualitas air permukaan di daerah

    studi dilakukan pada sumur penduduk untuk mengantisipasi kemungkinan

    adanya dampak terhadap kualitas air. Baku mutu kualitas air mengacu pada

    Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001.

    Hasil analisis kualitas air permukaan di sajikan pada Tabel berikut ini.

    Tabel. 3.5. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Di Wilayah Studi

    No Parameter Satuan Baku

    Mutu*)

    Lokasi

    Pengamatan 1 2

    A. Fisika

    1 Suhu 0C Deviasi 3 2 TSS mg/l 50 3 TDS mg/l 1000 5 Salinitas - 4 Konduktifitas S/cm - 6 Kekeruhan NTU - 7 Warna Pt-Co - 8 Bau - - 9 Rasa - -

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-5

    Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Terpadu F-MIPA Unmul, 2012.

    * Baku Mutu Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001Tanggal 14 Desember 2001

    Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas IV

    9. Ruang, Lahan dan Tanah

    a. Tata Ruang Wilayah

    Lokasi rencana pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa secara

    administratif berada di wilayah Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai

    Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Timur, areal rencana

    pertambangan termasuk ke dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan

    (KBNK). dan Kawasan Lindung (Tahura Bukit Suharto).

    b. Tanah

    Kondisi tanah wilayah studi umumnya berwarna coklat kehitaman

    tersusun oleh material lepas berukuran pasir-lempung pasir dengan

    ketebalan bervariasi antara 0,5 5,0 meter

    B. Kimia

    10 pH - 6-9 11 Oksigen Terlarut (DO) mg/l 4 12 Kebutuhan Oksigen Biologi

    (BOD) mg/l

    3

    13 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

    mg/l 25

    14 Klorida (Cl-) mg/l - 15 Kalsium (Ca) mg/l - 16 Magnesium (Mg) mg/l - 17 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,06 18 Nitrat (NO3-N) mg/l 10 19 Ammonia (NH3-N) mg/l - 20 Sulfat (SO4

    2-) mg/l -

    21 Fosfat Total (PO4-P) mg/l 0,2 22 Flourida mg/l 1,5 23 Minyak & Lemak mg/l 1 24 Besi (Fe) mg/l - 25 Mangan (Mn) mg/l - 26 Timbal (Pb) mg/l 0,03 27 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 28 Seng (Zn) mg/l 0,05 29 Tembaga (Cu) mg/l 0,02 30 Arsen (As) mg/l 1 31 Air Raksa mg/l 0,002 32 Phenol mg/l 0,001

    C. BIOLOGI 33 Total Coli MPN 5.000 34 E. Coli MPN 1.000

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-6

    1) Sifat Fisik Tanah

    Dari hasil analisa fisika tanah terhadap contoh tanah yang diambil

    dari areal rencana pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa

    dapat diketahui bahwa fraksi butiran tanah yang mendominasi tekstur

    tanah adalah fraksi pasir yaitu sebesar 9,50 % hingga 20,70 %,

    Fraksi debu 18,80 % hingga 56,20 % dan fraksi liat berkisar 34,30 %

    hingga 60,50 %. Tekstur tanah dari areal studi termasuk dalam kelas

    tekstur liat berpasir (silt clay) hingga lempung berpasir (silt loam).

    Hasil analisa tekstur tanah dari areal studi disajikan pada Tabel 3.10.

    Tabel 3.6. Analisa Tekstur Tanah di Wilayah Studi

    Sampel Kedalaman

    (cm)

    Pasir

    (%)

    Debu

    (%)

    Liat

    (%) Tekstur

    P1 0-30 9,50 56,20 34,30 SC

    30-60 20,70 18,80 60,50 SL Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    2) Sifat Kimia Tanah

    pH Tanah

    pH tanah menunjukan perimbangan konsentrasi kation hidrogen

    (H+) dan anion hidroksida (OH

    -) dalam tanah. Tanah yang tinggi

    kandungan kation H+ maka dikatagorikan sebagai tanah masam.

    Sedangkan tanah yang tinggi kandungan anion OH-, maka

    dikatagorikan sebagai tanah basa. Tanah dengan pH < 5,5 atau > 7,

    unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, Na, dan S) dan mikro (Cu, Zn,

    Mn, B, Fe. dll.) tidak tersedia secara optimal, karena sebagian unsur

    hara ada yang mengalami fiksasi (terikat).

    Mengingat pH tanah ini sangat besar peranannya dalam menentukan

    status kesuburan tanah, maka dalam kaitannya dengan studi ini

    bahwa pH tanah di daerah studi termasuk dalam katagori masam

    (Tabel 3.6). Rendahnya nilai pH ini dapat diperbaiki melalui

    pemberian bahan organik dan pengapuran.

    Tabel 3. 7. pH Tanah di Wilayah Studi

    No. Sampel

    pH Tanah

    Nilai Status

    0-30 cm 30-60 cm

    1 P1 4,60 4,57 Masam Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    Kapasitas Tukar Kation (KTK)

    Kapasitas Tukar Kation merupakan gambaran umum mengenai

    kemampuan misel tanah dalam mempertukarkan kation dalam tanah,

    baik kation basa maupun kation asam. Tanah yang mempunyai KTK

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-7

    tinggi berarti tanah tersebut mempunyai kemampuan dalam

    mempertahankan terjadinya pencucian unsur hara. Sedangkan

    apabila KTK tanahnya rendah maka akan bersifat sebaliknya.

    Seperti halnya tanah di daerah studi memperlihatkan bahwa KTK

    tanahnya termasuk dalam katagori rendah (Tabel 3.7).

    Tabel 3. 8. KTK Tanah di Wilayah Studi

    No. Sampel

    Kapasitas Tukar Kation (me/100gr)

    Nilai Status

    0-30 cm 30-60 cm

    1 P1 8,12 6,87 Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    Kejenuhan Basa (KB)

    Kejenuhan Basa menggambarkan tentang tinggi rendahnya jumlah

    kation yang terdapat pada kompleks pertukaran. Kejenuhan Basa

    yang tinggi menggambarkan bahwa tanah tersebut didominasi oleh

    kation-kation yang bersifat basa. Sedangkan kejenuhan basa rendah

    sebaliknya.

    Berkenaan dengan hal tersebut dalam kaitannya dengan kondisi

    kejenuhan basa di daerah studi memperlihatkan bahwa kejenuhan

    basanya termasuk dalam katagori rendah (Tabel 3.8).

    Tabel 3. 9. Kejenuhan Basa (KB) di Wilayah Studi

    No. Sampel

    Kejenuhan Basa (KB) (%)

    Nilai Status

    0-30 cm 30-60 cm

    1 P1 8,12 6,87 Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    Bahan Organik (Carbon Organik)

    Bahan organik merupakan bahan-bahan yang berasal dari sisa-sisa

    pelapukan jasad hidup baik hewan maupun tumbuhan yang terdapat

    pada penampang tanah. Dalam tanah bahan organik ini sangat

    berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

    Karena tanah yang banyak mengandung bahan organik, struktur

    tanahnya gembur, mudah diolah, tata udara dan tata air tanah berada

    dalam kondisi seimbang dan dapat mengurangi terjadinya erosi.

    Selain itu bahan organik dapat menyediakan unsur hara secara

    bertahap dan mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam

    tanah. Sifat fisik lain dari bahan organik tersebut adalah mempunyai

    kemampuan menekan kelarutan bahan meracun dan berfungsi pula

    sebagai stimulasi perubahan ekstrim suhu tanah.

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-8

    Dari hasil analisa beberapa sampel tanah dari areal studi

    memperlihatkan bahwa kandungan bahan organik tanah termasuk

    dalam katagori rendah (Tabel 3.9).

    Tabel 3.10. Bahan Organik di Wilayah Studi

    No. Sampel

    Bahan Organik (%)

    Nilai Status

    0-30 cm 30-60 cm

    1 P1 0,11 0,13 Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    Nitrogen, Fosfor, dan Kalium

    Unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah

    besar adalah nitrogen, fosfor dan kalium. Ketiga unsur ini merupakan

    pendukung utama dalam mempengaruhi tinggi rendahnya produksi

    tanaman. Apabila salah satu dari ketiga unsur hara ini berada pada

    kondisi minimal, maka akan menjadi faktor pembatas bagi

    pertumbuhan tanaman.

    Dalam tubuh tanaman unsur hara nitrogen berfungsi untuk

    mendukung pertumbuhan vegetatif, kemudian fosfor untuk

    mendukung pertumbuhan generatif, sedangkan kalium lebih dominan

    untuk mendukung penguatan perakaran tanaman dan pencegahan

    terhadap serangan hama dan penyakit serta meningkatkan kandungan

    pati dalam buah. Berdasarkan hasil analisis contoh tanah pada

    wilayah studi, memperlihatkan bahwa kandungan Nitrogen dan

    Fosfor dan Kalium di daerah studi termasuk dalam katagori Sangat

    Rendah sampai Rendah.

    Tabel 3.11. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di

    Wilayah Studi.

    Kedalaman (cm) Status

    Sample Parameter 0-30 30-60

    P1 Nitrogen (%) 0,05 0,05 Rendah

    Fosfor (ppm) 0,30 0,35 S.Rendah

    Kalium (ppm) 0,19 0,16 S.Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    Kejenuhan Aluminium (Al)

    Tinggi rendahnya kemasaman tanah potensial ditunjukkan dengan

    tingkat kelarutan ion Al di dalam tanah. Kejenuhan Al merupakan

    indikator dalam menentukan potensi kemasaman suatu tanah.

    Kejenuhan Al tinggi maka tanah tersebut akan berpotensi besar untuk

    memiliki pH rendah, karena pada proses disosiasi keberadaan Al

    yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya sumbangan kelarutan

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-9

    ion H+ sebagai penyebab utama meningkatnya kemasaman tanah.

    Kejenuhan Al yang tinggi di dalam tanah juga dapat menjadi racun

    bagi tanaman, sehingga umumnya pada tanah-tanah yang memiliki

    kejenuhan Al tinggi, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

    Berdasarkan hasil analisis contoh tanah lokasi studi, memperlihatkan

    bahwa kejenuhan Al tanahnya termasuk dalam katagori Tinggi

    (Tabel 3.12).

    Tabel 3. 12. Kejenuhan Al di Wilayah Studi

    No. Sampel

    Kejenuhan Al (%)

    Nilai Status

    0-30 cm 30-60 cm

    1 P1 68,44 53,35 Tinggi Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.

    3) Erosi Tanah

    Erosi tanah dipengaruhi oleh faktor iklim (jumlah dan intensitas

    hujan), faktor tanah (erodibilitas tanah yang dipengaruhi oleh sifat

    fisik tanah), panjang dan kemiringan lereng serta pengelolaan tanah

    dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Kehidupan perairan dapat

    terganggu oleh adanya erosi, yang selain membawa butiran tanah

    juga dapat meningkatkan kekeruhan serta membawa unsur-unsur

    yang membahayakan biota perairan. Selain itu di lokasi terjadinya

    erosi akan menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah yang

    ditimbulkan oleh terangkatnya lapisan permukaan tanah yang relatif

    subur. Hasil perhitungan tingkat bahaya erosi pada rona lingkungan

    hidup awal secara rinci dapat dihitung berdasarkan rumus :

    A = R. K. LS. C. P

    Dimana :

    A = Nilai duga besarnya erosi tanah (ton/ha/th)

    R = Indeks erosivitas hujan

    K = Indeks erodibilitas tanah

    L = Indeks panjang

    S = dan kemiringan lereng

    CP = Indeks vegetasi dan konservasi tanah

    Rata-rata curah hujan yang mewakili wilayah studi serta nilai hasil

    perhitungan nilai indeks erosivitas hujan (R), Indeks erodibilitas

    tanah (K) dihitung berdasarkan perbandingan fraksi tanah (pasir

    kasar dan pasir halus), kadar bahan organik, kode struktur dan

    permeabilitas tanah, yang selanjutnya dianalisis dengan nomograf.

    Nilai indeks kelerengan L dan S di wilayah ini ditentukan melalui

    hasil pengamatan lapangan dan didukung peta topografi. Nilai CP

    ditentukan berdasarkan pada peta penggunaan lahan dan didukung

    oleh hasil pengamatan lapangan. Berdasarkan tingkat bahaya erosi

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-10

    (TBE) tanah pada areal tapak proyek tergolong sangat ringan yaitu

    sebesar 9,54 ton/Ha/Thn.

    3.2. KOMPONEN BIOLOGI

    1. Flora Darat

    Secara makro kondisi vegetasi di wilayah studi rencana pertambangan batubara

    Koptam Rukun Sentosa merupakan kawasan budidaya non kehutanan dan

    budidaya kehutanan yang didominasi jenis tanaman hortikultura dan perkebunan

    seperti jambu-jambuan, bambu (Bambusa sp) dan Tanaman Karet (Hibiscus,

    sp).

    Sedangkan tumbuhan bawah berupa pakis (Acrosticum sp), Karamunting

    (Melastoma sp), Rumput (Paspalus conjugatum), Predang (Cyperus sp).

    Tanaman yang dibudidayakan berupa Durian (Durio zibethinus), Pisang (Musa

    sp), Kelapa (Cocos nucifera), Nangka (Arthocarpus sp) dan Rambutan

    (Nephelium sp).

    2. Satwa Liar

    Hutan tropis Kalimantan adalah sangat kaya akan keanekaragaman jenis satwa

    liar, dari mulai kelompok Arthropoda/serangga sampai kepada mammalia besar

    dan banyak jenis burung. Jenis-jenis ini menempati tempat hidup yang sangat

    spesifik di dalam hutan tropis yang menyebar baik secara horisontal maupun

    vertikal. Habitat diterjemahkan sebagai tempat hidup dimana satwa liar dapat

    tumbuh dan berkembang sedemikian rupa tanpa adanya gangguan yang berarti.

    Ada beberapa definisi tentang habitat, tapi pada prinsipnya memberikan kesan

    kepentingan bahwa habitat harus memiliki tiga unsur pokok, yaitu ketersediaan

    makanan, air dan tempat untuk berkembang-biak.

    Berdasarkan hasil survei dan informasi masyarakat di wilayah studi relative

    miskin akan satwa liar. Hanya jenis insekta yang masih hidup seperti kupu-

    kupu, jangkrik, kumbang, lebah, belalang.

    Sedangkan jenis aves yang masih terlihat adalah pipit, Punai, Cerucuk dan

    Burung Madu.

    Jenis Reptilia kerap ditemui adalah ulah sawah, Biawak dan Kadal, sedangkan

    jenis mamalia berupa landak, babi hutan, tupai, monyet dan tikus.

    Selain itu kondisi vegetasi di wilayah studi kurang mendukung untuk kehidupan

    satwa liar, karena keberadaan fauna pada suatu daerah ditentukan oleh kondisi

    vegetasi yang merupakan habitatnya, baik sebagai tempat untuk mencari makan,

    berlindung dan berkembang biak.

    3.3. KOMPONEN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA DAN KESEHATAN

    MASYARAKAT

    Pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa secara ekologis akan berdampak

    langsung terhadap kondisi lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan

    masyarakat di lokasi studi, baik positif maupun negatif. Dampak positif perlu

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-11

    ditumbuh kembangkan dalam rangka percepatan pembangunan dan pengembangan

    daerah yang bersangkutan. Sedangkan dampak negatif sedapat mungkin

    diminimalisir agar tidak merugikan berbagai pihak, terutama lingkungan sebagai

    media. Dengan kata lain agar kedua dampak tersebut dapat berimplikasi positif bagi

    semua pihak terkait serta semua aspek kehidupan maka pertambangan Batubara

    Koptam Rukun Sentosa ini harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga fungsi

    dan daya dukung lingkungan setelahnya dapat tetap difungsikan sesuai dengan

    peruntukan selanjutnya.

    Dalam kaitannya dengan dampak-dampak terhadap komponen sosekbudkesmas

    yang akan terjadi, maka dalam studi ini akan dikaji rona awal komponen sosial,

    ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dalam rangka memudahkan dalam

    menganalisis perubahan sosial, ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dimasa

    yang akan datang. Adapun uraian mengenai kondisi tersebut dapat dilihat berikut

    ini.

    1. Demografi

    Lokasi pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa meliputi daerah seluas

    85,84 Ha. Secara administratif lokasi studi terletak pada Kelurahan

    Amborawang Darat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.

    Jumlah maupun pertumbuhan penduduk di suatu daerah merupakan faktor

    penting dan menjadi patokan dalam memprediksi banyak hal termasuk

    diantaranya adalah ketersediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan

    percepatan pembangunan yang dilaksanakannya dan jumlah pekerja dalam

    kaitannya dengan tingkat kesejahteraan. Berdasarkan data Monografi Kelurahan

    Amborawang Darat tahun 2009, jumlah penduduk Kelurahan Amborawang

    Darat berjumlah 5.247 jiwa. Berdasarkan tingkat kepadatannya dapat

    disimpulkan bahwa Kelurahan Amborawang Darat termasuk dalam kategori

    tidak padat karena tiap Km2

    nya dihuni oleh 110,46 jiwa. Gambaran keadaan

    penduduk dapat dilihat pada uraian tabel berikut.

    Tabel 3.13. Keadaan Penduduk di Lokasi Studi

    Lokasi

    Kelurahan

    Jumlah Penduduk

    (jiwa) Total

    (jiwa)

    Jumlah

    KK LK PR

    Amborawang Darat 1.729 1.518 3.247 624

    Sumber : Monografi Kelurahan Amborawang Darat , 2010

    Keterangan : LK (laki-laki) PR (perempuan)

    Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui dominasi penduduk laki-laki terhadap

    penduduk perempuan dan sebaliknya. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa

    di Kelurahan Amborawang Darat sex ratio bernilai banyak penduduk laki-laki

    (telah bekerja), diasumsikan tingkat pendapatan juga akan semakin meningkat.

    Hal tersebut berarti bahwa terdapat 1.729 penduduk laki-laki dalam tiap 1.518

    penduduk perempuan. Umumnya penduduk laki-laki merupakan pekerja. Oleh

    karena itu semakin banyaknya penduduk laki-laki maka jumlah pekerja yang

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-12

    berada di lokasi studi cukup memadai dan ekonomi masyarakat dapat

    meningkat.

    2. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama

    Kehidupan beragama di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 29 serta sila

    pertama pada Pancasila. Kehidupan beragama harus senantiasa dibina dalam

    rangka menciptakan kehidupan masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang,

    sehingga diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial sebagai

    dampak globalisasi dewasa ini. Dari data monografi diketahui bahwa Kelurahan

    Amborawang Darat didominasi oleh pemeluk agama islam, dengan jumlah

    pemeluk 4.307 orang atau sekitar 82,09 % dari total jumlah penduduk yang

    berada di Kelurahan Amborawang Darat .

    Tabel 3.14. Penduduk Berdasarkan Agama

    Agama Jumlah

    (jiwa)

    Persentase

    (%)

    Islam 3.167 97,53

    Kristen 80 2,47

    Hindu 0 0

    Budha 0 0

    Jumlah 5247 100 Sumber : Monografi Kelurahan Amborawang Darat , 2010

    3. Aksesibilitas

    Kelurahan Amborawang Darat merupakan Kelurahan yang terdapat di antara

    Kecamatan Samboja dan Kota Balikpapan. Lokasinya yang demikian

    menjadikan kelurahan ini dapat diakses melalui darat..

    4. Perekonomian

    Secara umum daerah studi memiliki letak yang cukup strategis karena

    berdekatan dengan perusahaan-perusahaan seperti PT Alam Jaya Persada dan

    PT Kutai Inti Utama serta wilayahnya yang juga berada dekat dengan jalan

    poros Samarinda-Balikpapan. Kondisi tersebut memberikan kontribusi yang

    cukup besar dalam mendukung interaksi daerah studi. Hal ini tentunya akan

    berimplikasi positif terhadap pertumbuhan perekonomian makro dan mikro

    daerah studi melalui berbagai bidang misalnya jasa dan perdagangan.

    Sebagai daerah yang sedang berkembang, keberadaan usaha masyarakat seperti

    pertanian, perkebunan dan jasa transportasi sangat penting dalam mendorong

    laju pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Selain itu sektor lain

    yang mulai berkembang adalah sektor swasta. Diprakirakan laju pertumbuhan

    sektor-sektor tersebut akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

    kualitas SDM, keterbukaan dan interaksi Kelurahan Amborawang Darat

    terhadap daerah lainnya.

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-13

    5. Tingkat Pendapatan

    Salah satu indikator tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari seberapa besar

    kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar

    tingkat pendapatan, secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan

    penduduk tersebut semakin meningkat. Berikut hasil rekapitulasi tingkat

    pendapatan responden.

    Tabel 3.15. Tingkat Pendapatan Responden

    Kelompok Pendapatan

    (Rp)

    Jumlah

    (jiwa)

    Persentase

    (%)

    < Rp 500.000,- 0 0

    Rp 500.000,- dan < Rp 1.000.000,- 3 13,64

    > Rp 1.000.000,- dan < Rp 2.000.000,- 9 40,91

    > Rp 2.000.000,- 10 45,45

    Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

    Dari data di atas, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendapatan > Rp

    2.000.000,- merupakan yang paling banyak yakni mencapai 45,45% dari

    keseluruhan responden, kelompok ini pada umumnya merupakan penduduk

    yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan perusahaan.

    Kelompok responden dengan tingkat pendapatan > Rp 1.000.000,- dan < Rp

    2.000.000,- merupakan tertinggi ke dua setelah responden yang bermata

    pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan perusahaan

    dengan persentase sebesar 40,91%. Responden yang masuk dalam kelompok ini

    antara lain pedagang/warungan, nelayan dan petani sedangkan kelompok

    responden yang berpendapatan Rp 500.000,- dan < Rp 1.000.000,- adalah

    penduduk yang bermata pencaharian pada bidang jasa. Tingginya pendapatan

    warga sekitar tidak terlepas dari usaha dan kerja keras panduduk sekitar yang

    sebagian besar memiliki pekerjaan sampingan.

    6. Sarana Umum

    Sarana umum merupakan sarana yang dapat digunakan oleh setiap penduduk.

    Dengan sarana ini penduduk dapat berolah raga, rapat dan menggelar acara

    kesenian sehingga kedekatan antar warga terjalin harmonis. Saat ini sarana

    umum yang tersedia di lokasi studi dapat dikatakan cukup memadai. Untuk

    kantor BPD, LPM dan gedung PKK masih satu lokasi dengan kantor kelurahan.

    Berikut ini data sarana umum yang terdapat di lokasi studi.

    Tabel 3.16. Sarana Umum

    No. Jenis Sarana Jumlah (unit)

    1. Lapangan Sepak Bola 1

    2. Lapangan Bola Volly 4

    3. Lapangan Bulu Tangkis 1

    4. Kantor Desa/Kelurahan 1

    5. Balai Desa/Balai Pertemuan 1

    6. Kantor LPM 1

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-14

    Sumber : Monografi Kelurahan Amborawang Darat , 2010

    7. Proses Sosial

    a. Proses Asosiatif

    Proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu

    dengan individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok

    dengan kelompok, berdasarkan potensi dan kekuasaan masing-masing. Proses

    sosial atau hubungan timbal balik dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu

    kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian atau

    pertentangan (conflict) dan akomodasi (acomodation).

    Lokasi studi dihuni oleh penduduk yang terdiri dari suku dan agama yang

    berbeda-beda namun diantara mereka telah terjalin interaksi yang harmonis.

    Sesuai dengan hasil analisis studi lapangan dimana diketahui (68,18 %)

    responden menyatakan telah tinggal di lokasi studi lebih dari 5 tahun dengan

    lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan karena selain dekat dengan

    tempat kerja, hubungan antar tetangga terjalin dengan baik juga dekat dengan

    keluarga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial tersebut

    sudah berlangsung cukup lama sehingga proses kerjasama dan tolong

    menolong mewarnai hubungan sosial penduduk.

    Kondisi tersebut didukung oleh seringnya mereka mengadakan kegiatan

    bersama-sama seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, membangun dan

    memperbaiki fasilitas umum serta perhelatan kematian.

    b. Proses Disosiatif

    Munculnya permasalahan sosiologis (sosiological problem) akibat kurangnya

    komunikasi antara penduduk setempat dengan pendatang atau adanya

    permasalahan yang mendasar perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan

    dampak negatif dalam jangka panjang.

    Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui menurut responden cara

    penyelesaian yang terbaik bila terjadi konflik antara masyarakat dengan

    pemrakarsa, masyarakat memilih musyawarah secara kekeluargaan dan damai

    untuk mencapai mufakat atau melibatkan pemerintah Kelurahan dan atau

    kecamatan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    Gangguan keamanan di lokasi studi selama kurun waktu satu tahun terakhir

    relatif sangat kecil. Apabila terjadi perselisihan, pada umumnya dapat

    diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan.

    c. Pranata Sosial/Lembaga Kemasyarakatan

    Dalam bidang pemerintahan kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh

    mendukung kegiatan pemerintahan adalah BPD, LPM, PKK dan karang

    taruna.

    7. Kantor BPD 1

    8. Gedung PKK 1

    9. Pos Kamling 18

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-15

    8. Persepsi Masyarakat Atas Pertambangan Batubara Koptam Rukun Sentosa

    Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diketahui bahwa sebagian

    responden mengetahui akan dilaksanakannya kegiatan Pertambangan Batubara

    (65,71%) sedangkan sisanya mengaku tidak mengetahui akan adanya rencana

    kegiatan tersebut di daerah mereka (34,29%). Mereka baru mengetahui hal itu

    pada saat pengisian kuisioner. Sebagian responden (77,14%) menyatakan setuju

    dengan rencana tersebut, adapun sisanya (22,86%) menyerahkannya kepada

    pemerintah saja, karena menganggap hal ini merupakan program pemerintah dan

    menganggap hal tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan

    daerah selain itu juga Alasan ketidak setujuan responden terhadap rencana

    Pertambangan Batubara Koptam Rukun Sentosa dan sikap responden yang

    ragu-ragu dengan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah adalah karena

    warga takut akan menimbulkan dampak lingkungan yang negatif akan

    mengganggu kenyaman Karena bising dan lingkungan sekitar akan menjadi

    tercemar.

    9. Kesehatan Masyarakat

    Kesehatan merupakan kebutuhan pokok sekaligus modal bagi setiap individu.

    Kesehatan merupakan kebutuhan yang dalam waktu segera harus dipenuhi. Selain

    itu, sehat sebagai modal mempunyai arti dengan kesehatan individu dapat

    melakukan aktifitas sehingga individu dapat hidup produktif baik secara ekonomi

    maupun sosial. Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal harus

    didukung beberapa aspek diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana

    kesehatan, kondisi lingkungan tempat tinggal dan pola makan.

    Menurut teori H.L. Blum, faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan

    masyarakat diantaranya adalah lingkungan fisik yang meliputi sumber air bersih,

    tempat berhajat besar, kondisi rumah, lokasi pembuangan dan pengolahan sampah.

    a. Sumber Air Bersih

    Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi setiap penduduk. Air yang

    dimanfaatkan oleh penduduk hendaknya yang memenuhi syarat kesehatan

    sehingga dapat mendukung tercapainya derajat kesehatan yang optimal.

    Keadaan rumah tangga menurut sumber air bersih masyarakat dapat dilihat pada

    tabel di bawah ini :

    Tabel 3.17. Sumber Air Bersih Untuk Keperluan Memasak dan Minum

    Sumber Air Jumlah

    (jiwa)

    Persentase

    (%)

    Sumur gali 5 22,73

    Sumur Bor 3 13,64

    Air isi ulang (gallon) 13 59,09

    PAM / Ledeng 0 0

    Tadah Air Hujan 1 4,54

    Jumlah 22 100

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-16

    Sumber : Data Primer, 2011

    Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sumber air untuk kebutuhan memasak

    dan minum responden di lokasi studi menggunakan air tadah hujan, air sumur

    baik sumur bor maupun sumur gali serta air isi ulang (gallon) yang pada

    prinsipnya kondisi air yang digunakan masih baik (layak konsumsi). Hal

    tersebut diketahui dari ciri fisiknya yakni jernih, tidak berbau dan tidak berasa.

    Untuk kebutuhan lainnya yakni mandi, cuci dan kakus responden memanfaatkan

    air sumur baik sumur bor maupun sumur gali dan sebagian lagi menggunakan

    air tadah hujan.

    Tabel 3.18. Sumber Air Bersih Untuk Keperluan MCK

    Sumber Air Jumlah

    (KK)

    Persentase

    (%)

    Sumur gali 10 45,45

    Sumur Bor 5 22,73

    Mata air terlindung 0 0

    Hidrant Umum 0 0

    PAM / Ledeng 0 0

    Tadah Air Hujan 7 31,82

    Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

    b. Tempat Buang Air

    Salah satu kebutuhan sehari-hari manusia adalah membuang hajat/buang air.

    Oleh karena itu, sarana tempat buang air juga menjadi kebutuhan pokok. Sekret

    manusia merupakan limbah yang banyak mengandung mikro-organisme patogen

    sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak menyebarkan penyakit.

    Gambaran tentang sarana buang hajat responden dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini :

    Tabel 3.19. Tempat Buang Berhajat

    Jenis Jumlah

    (KK)

    Persentase

    (%)

    WC di dalam rumah 13 59,09

    WC di luar rumah 9 40,91

    Sembarang tempat 0 0

    WC umum 0 0

    Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2010

    c. Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah

    Aktifitas rumah tangga sehari-hari menghasilkan sisa buangan berupa limbah

    domestik (sampah). Sampah hendaknya dikelola dengan baik dan di

    kelompokkan menurut jenisnya. Sampah rumah tangga dikelompokkan menjadi

    organik dan anorganik karena sampah organik lebih mudah terurai sedangkan

    sampah anorganik tidak mudah terurai namun dapat dimanfaatkan kembali

    melalui proses daur ulang. Sampah harus dikelola dengan baik agar sampah

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-17

    tidak menjadi agent penularan penyakit, selain itu juga tidak menjadi tempat

    bersarangnya insekta dan rodensia. Karena kelompok tersebut bisa menjadi

    agent penyakit. Apabila sampah telah dikelola dengan baik, maka akan

    mendukung tercapainya kondisi lingkungan yang sehat. Berdasarkan hasil

    wawancara dengan responden diketahui bahwa kebiasaan responden dalam

    membuang sampah berbeda-beda dan yang terbanyak adalah (59,09%)

    responden yang membuang sampahnya di sembarang tempat, hal ini

    menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat setempat dalam

    menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan wawancara lebih lanjut

    terhadap responden yang membuang sampahnya di sembarang tempat pada

    umumnya tidak dikelola dengan baik. Berikut data selengkapnya

    Tabel 3.20. Tempat Pembuangan Sampah

    Lokasi Jumlah

    (KK)

    Persentase

    (%)

    Tong/Bak sampah 0 0

    Lubang sampah 0 0

    Sembarang tempat 13 59,09

    Sungai/kali 9 40,91

    Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

    10. Sarana dan Prasarana Kesehatan

    Sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu derajat

    kesehatan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang

    memadai akan berdampak positif terhadap tercapainya derajat kesehatan

    masyarakat yang optimal karena semakin banyak sarana dan prasarana, berarti

    semakin mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat dan biaya yang

    dikeluarkan relatif lebih murah. Sarana dan prasarana kesehatan yang mudah

    dijangkau memungkinkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat dapat

    lebih cepat teratasi. Saat ini prasarana pelayanan kesehatan yang tersedia di

    lokasi studi cukup memadai hal ini dikarenakan pada Kelurahan Amborawang

    Darat memiliki 1 (unit), 6 (unit) puskesmas pembantu, 24 (unit) posyandu, 6

    (unit) puskesmas pembantu, 1 (unit) praktek dokter dan 1 (unit) ambulance.

    Berikut disajikan jenis sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di lokasi

    studi.

    Tabel 3.21. Sarana dan Prasarana Kesehatan

    No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)

    1. Rumah Sakit

    2. Posyandu

    3. Klinik

    4. Puskesmas

    5. Puskesmas Pembantu

    6. Praktek Dokter

    7. Ambulance Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-18

    Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan di tengah-tengah masyarakat harus

    didukung dengan ketersediaan tenaga kesehatan. Berdasarkan perbandingan

    jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang ada yakni ..... Dapat

    disimpulkan bahwa tenaga kesehatan yang ada masih kurang. Hal ini tentunya

    akan berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan yang diberikan.

    Selengkapnya data tenaga kesehatan yang tersedia di lokasi studi dapat dilihat

    pada tabel di bawah ini.

    Tabel 3.22. Tenaga Kesehatan di Lokasi Studi

    No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)

    1. Dokter

    2. Perawat

    3. Bidan

    4. Mantri Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012

    11. Status Gizi Masyarakat

    Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang

    tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan

    fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas atau balita, bersifat

    irreversible (tidak dapat pulih). Kurang gizi pada balita dapat berdampak

    terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus

    dibandingkan teman-temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia

    sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu.

    Berdasarkan standar acuan status gizi balita kelurahan Amborawang Darat yaitu

    Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan

    (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Maka status gizi balita di

    Kelurahan Amborawang Darat Kecamatan Samboja dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini :

    Tabel 3.23. Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan/Umur (BB/U)

    No Status Gizi

    (BB/U)

    Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1 Gizi Buruk

    2 Gizi Kurang

    3 Kurang Gizi

    4 Gizi Baik

    Jumlah Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012

    Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa gambaran status gizi berdasarkan

    indeks Berat Badan/Umur (BB/U) menurut data Puskesmas Pembantu

    Kelurahan Amborawang Darat tahun 2011, untuk prevalensi balita gizi buruk

    sebanyak ..... orang dan prevalensi balita gizi kurang sebanyak ...... orang.

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-19

    12. Penyakit yang Diderita Masyarakat

    Status kesehatan masyarakat diantaranya dapat dinilai dari penyakit yang sering

    diderita oleh masyarakat. Penyakit yang diderita dipengaruhi oleh banyak faktor

    yang ada di sekitar masyarakat. Dari data Puskesmas Pembantu Kelurahan

    Amborawang Darat tahun 2012 diketahui bahwa penduduk lebih sering

    menderita penyakit ................................ sekunder dan lain-lain. Berikut data

    lengkapnya.

    Tabel 3.24. Data 10 Besar Penyakit di Lokasi Studi

    No. Jenis Penyakit Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10. Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012

    Berdasarkan wawancara penyakit yang biasa diderita oleh responden adalah

    Influenza, Diare, Penyakit Kulit dan Magh. Penyakit tersebut muncul

    diperkirakan akibat kondisi lingkungan, cuaca, kebiasaan masyarakat yang tidak

    sehat dan rumah penduduk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah rumah

    penduduk yang tidak sehat hingga mencapai 79,09 % dari jumlah seluruh rumah

    penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.25. Kondisi Rumah Penduduk

    No Kondisi Rumah Jumlah

    (unit)

    Persentase

    (%)

    1 Rumah Sehat

    2 Rumah Tidak Sehat

    Jumlah Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012

  • KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-20

    PETA 3.2. PETA PENGAMBILAN SAMPEL