kondisi lingkungan dalam implementasi kebijakan rusunawa …

14
Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah) SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013 70 KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA CINGISED KOTA BANDUNG Oleh: Diani Indah Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Langlangbuana Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Dengan semakin kompleksitasnya permasalahan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah maka pemerintah dengan berbagai kebijakan telah melakukan terobosan dengan segala upaya untuk memberdayakan masyarakat melalui penguatan kelembagaan Sosial, Ekonomi serta bantuan dalam berbagai aspek kehidupan. Program 1000 tower yang dilakukan oleh Pemerintah merupakan realisasi dari kebijakan pemerintah yang mempunyai tujuan untuk membantu keluarga yang mempunyai keterbatasan ekonomi dalam memperoleh tempat tinggal. Penelitian ini tentang pelaksanaan kebijakan rusunawa oleh Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dalam peningkatan program 1000 tower di Kota Bandung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya integrasi dan koordinasi dalam implementasi kebijakan desentralisasi pengelolaan rusunawa. Integrasi antara kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan pemerintah daerah saat ini, dan kebijakan pemerintah daerah di masa mendatang penting untuk mengurangi resiko tidak efektifnya pengelolaan rusunawa di daerah. Sedangkan integrasi antara kebijakan pembangunan rusunawa dengan kebijakan pengelolaannya sebelum pembangunan rusunawa penting untuk meningkatkan efektivitas pembangunan rusunawa. Kata kunci: pengelolaan, rumah susun sederhana sewa, implementasi kebijakan ABSTRACT With the growing complexity of management problems Simple Flats Rent particularly for low-income communities, the government and the various policies have made a breakthrough with every effort to empower communities through strengthening of social and economic institution, as well as providing assistance in various aspects of life. A 1000 tower program undertaken by the Government is the realization of government policy whose objective was to help families with economic limitations in obtaining residence. This study on the implementation of the policy on simple flats rent by the Head of Human Settlements and Spatial Planning in the 1000 tower program in the city of Bandung. Data collection techniques performed through qualitative method through in-depth interviews, observation and questionnaires. The results showed the importance of integration and coordination in the implementation of the decentralization policy on simple flat management. Integration between the

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

70

KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN RUSUNAWA CINGISED KOTA BANDUNG

Oleh:

Diani Indah

Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Langlangbuana Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dengan semakin kompleksitasnya permasalahan Pengelolaan Rumah Susun

Sederhana Sewa (rusunawa) khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah

maka pemerintah dengan berbagai kebijakan telah melakukan terobosan dengan

segala upaya untuk memberdayakan masyarakat melalui penguatan kelembagaan

Sosial, Ekonomi serta bantuan dalam berbagai aspek kehidupan. Program 1000 tower

yang dilakukan oleh Pemerintah merupakan realisasi dari kebijakan pemerintah yang

mempunyai tujuan untuk membantu keluarga yang mempunyai keterbatasan

ekonomi dalam memperoleh tempat tinggal. Penelitian ini tentang pelaksanaan

kebijakan rusunawa oleh Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dalam

peningkatan program 1000 tower di Kota Bandung. Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui metode kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi dan

kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya integrasi dan koordinasi dalam

implementasi kebijakan desentralisasi pengelolaan rusunawa. Integrasi antara

kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan pemerintah daerah saat ini, dan kebijakan

pemerintah daerah di masa mendatang penting untuk mengurangi resiko tidak

efektifnya pengelolaan rusunawa di daerah. Sedangkan integrasi antara kebijakan

pembangunan rusunawa dengan kebijakan pengelolaannya sebelum pembangunan

rusunawa penting untuk meningkatkan efektivitas pembangunan rusunawa.

Kata kunci: pengelolaan, rumah susun sederhana sewa, implementasi kebijakan

ABSTRACT

With the growing complexity of management problems Simple Flats Rent

particularly for low-income communities, the government and the various policies

have made a breakthrough with every effort to empower communities through

strengthening of social and economic institution, as well as providing assistance in

various aspects of life. A 1000 tower program undertaken by the Government is the

realization of government policy whose objective was to help families with economic

limitations in obtaining residence. This study on the implementation of the policy on

simple flats rent by the Head of Human Settlements and Spatial Planning in the 1000

tower program in the city of Bandung. Data collection techniques performed through

qualitative method through in-depth interviews, observation and questionnaires. The

results showed the importance of integration and coordination in the implementation

of the decentralization policy on simple flat management. Integration between the

Page 2: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

71

policies of the central government and local government policy at this time, and the

government policy in the future is important to reduce the risk of ineffective

management of public housing in the area. While the integration between

development policy on simple flat with management prior to the construction of

public housing policies important to improve the effectiveness of public housing

construction.

Keywords: management, modest apartment rental, policy implementation

PENDAHULUAN

Menurut Cheema and Rondinelli,

(1983), kondisi lingkungan

(environment conditions) meliputi:

Physical Infrastructure.

Spacial and Physical requirement.

Social, economic, and political

setting from which policies emerge;

A nation’s structure politic;

Characteristic of local power

structures; dominant position to the

rural elite/traditional local elites,

paternalisctic.

Social and cultural characteristic of

groups of involved in policymaking

and administration; Traditional

cultural and behavioral

characteristic.

Dalam pandangan Cheema dan

Rondinelli (1983) tersebut, kondisi

lingkungan yang dimaksudkan dapat

dilihat dari dua aspek yaitu fisik dan

non fisik. Dari aspek fisik meliputi

kondisi keberadaan infrastruktur atau

fasilitas publik dan keadaan geografis

kewilayahan, sedangkan aspek

nonfisik meliputi kondisi sosial,

ekonomi dan politik. Di dalam aspek

non fisik terdapat aspek struktur

politik dan supra struktur politik di

tingkat lokal yang meliputi antara lain,

sosial budaya, berbagai organisasi

kepentingan, dan partisipasi

masyarakat. Selanjutnya, struktur

politik nasional, ideologi, dan proses-

proses yang digunakan dalam

perumusan kebijakan, semuanya

mempengaruhi arah dan kecepatan

implementasi. Selain itu, karakteristik

struktur lokal, kelompok-kelompok

sosial budaya yang terlibat dalam

perumusan kebijakan, organisasi

kepentingan dan kondisi infrastruktur

juga berperan penting.

Kondisi lingkungan sosial-

ekonomi dan politik yang khusus dan

kompleks akan melahirkan suatu

Page 3: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

72

kebijakan yang tidak hanya akan

mewarnai substansi kebijakan itu

sendiri, melainkan juga pola-pola

hubungan inter-organisasi dan

karakteristik badan-badan pelaksana di

lapangan, serta berpengaruh terhadap

ketersediaan jumlah dan jenis sumber

daya yang diperlukan untuk

pelaksanaannya.

Lingkungan adalah segala

sesuatu yang berada di sekitar suatu

objek. Lingkungan terbagi menjadi

lingkungan internal dan lingkungan

eksternal. Lingkungan internal

misalnya, sumber daya manusia,

pendanaan, peraturan dalam

organisasi, infrastruktur organisasi,

struktur organisasi dan tugas pokok

dan fungsi setiap jabatan dalam

organisasi. Sedang lingkungan

eksternal adalah masyarakat umum,

keadaan politik, ekonomi, sosial,

budaya, pertahanan dan keamanan,

kompetitor dan bencana alam. Dengan

demikian, kondisi lingkungan internal

di rusunawa adalah para pengelola

rusunawa atau pegawai Dinas Tata

Ruang dan Cipta Karya Kota

Bandung, khususnya bidang

perumahan, penghuni rusunawa,

pendanaan rusunawa, peraturan

walikota tentang petunjuk teknis

pengelolaan rusunawa, struktur

organisasi dinas tata ruang dan cipta

karya Kota Bandung. Kemudian,

lingkungan eksternalnya adalah

kondisi politik yang berkaitan dengan

rusunawa di Cingised, kondisi

ekonomi masyarakat terutama

masyarakat berpenghasilan rendah,

kondisi sosial di sekitar rusunawa

Cingised, kondisi budaya masyarakat

disekitar rusunawa Cingised, kondisi

keamanan termasuk dari bencana alam

banjir yang sering terjadi di daerah

Cingised.

Kondisi Lingkungan yang

kondusif terhadap implementasi

kebijakan pengelolaan rusunawa sewa

di Kota Bandung, meliputi proses

pembuatan keputusan daerah, faktor-

faktor sosial budaya dan ketersediaan

infrastruktur fisik yang menunjang

program perumahan rusunawa.

Menurut hasil wawancara dengan

salah satu penghuni1, kondisi

lingkungan sesama penghuni dan

masyarakat cukup baik. Kondisi

1 Hasil wawancara dengan salah seorang

penghuni, tanggal 15 September 2013

Page 4: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

73

budaya masyarakat justru sangat

mendukung dengan keberadaan

rusunawa yang sudah terbangun.

Dengan terbangunnya rusunawa

diharapkan masyarakat dapat

menempati rusunawa.2 Tetapi dari

hasil pengamatan lapangan terlihat

bahwa bangunan rusunawa belum

seluruhnya bisa dimanfaatkan secara

maksimal bagi masyarakat/warga yang

berpenghasilan menengah kebawah

untuk menikmati hunian vertikal yang

terjangkau, Selain kultur warga yang

belum terbiasa dengan hunian vertikal.

Selain itu, kondisi ekonomi

masyarakat masih banyak yang belum

mampu untuk memiliki rumah.

Partisipasi Stakeholder di Kota

Bandung belum memahami

sesungguhnya apa yang diinginkan

oleh masyarakat terutama mereka

yang sudah tinggal di rusunawa.

Kondisi politik yang berlaku

belum mendukung sepenuhnya akan

keberadaan rusunawa. Kondisi politik

di sini adalah segala hal yang

berkaitan dengan proses pengambilan

keputusan oleh elite politik di Kota

2 Hasil wawancara dengan staf pengelola UPT

Pengelola rusunawa Cingised, tanggal 12

januari 2013

Bandung, dan struktur kekuasaan

daerah. Dari hasil wawancara dengan

kepala bidang perumahan Cingised3,

bahwa proses pembuatan keputusan

dalam mengimplementasikan

keberadaan rusunawa, hanya sepihak

di kalangan elite politik dengan tidak

berkoordinasi dengan pihak pengelola

ataupun masyarakat sebagai pelaksana

program. Struktur kekuasaan daerah

sebenarnya cukup baik hanya perlu

pembinaan dan pengimplementasian di

lapangan yang perlu tanggung jawab

dan konsisten dalam kerjanya.

Faktor lingkungan yang terdiri

atas struktur dan gaya politik,

karakteristik struktur kekuasaan

daerah, keterbatasan sumber daya, dan

akses pada infrastruktur fisik sangat

mempengaruhi suksesnya

implementasi kebijakan desentralisasi.

Implementasi kebijakan desentralisasi

mempunyai dua dimensi: administrasi

dan politik. Keduanya membentuk

sistem lingkungan yang kompleks dan

tali temali. Pembuatan keputusan,

proses dan prosedur kerja, teknik

melakukan kerja, dan manajemen

3 Hasil wawancara dengan ketua bidang

perumahan, tanggal 12 januari 2013

Page 5: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

74

pelaksanaan berpadu dengan budaya,

kepentingan politik aspirasi kelompok

dan komunikasi desa, lembaga politik,

dan lembaga swadaya masyarakat

(Cheema dan Rondinelli, 1983).

Dalam the enviromental context

tercakup berbagai faktor seperti

struktur politik nasional, proses

perumusan kebijakan, infrastruktur

politik, dan suprastruktur politik di

tingkat lokal, sosial budaya, berbagai

kelompok kepentingan serta

tersedianya sarana dan prasarana fisik.

Di banyak negara berkembang,

implementasi kebijakan desentralisasi

terhambat karena gaya dan struktur

politik lokal, karakteristik struktur

kekuasaan lokal, keterbatasan sumber

daya dan akses pada infrastruktur

fisik.

Dalam pengelolaan pelayanan

hunian bagi masyarakat perkotaan

melalui pemanfaatan rumah susun

sederhana sewa diperlukan pengaturan

dan perlindungan hukum bagi pihak-

pihak terkait. Penerbitan produk

hukum diperlukan untuk mendukung

terwujudnya tujuan pembangunan dan

pemanfaatan rumah susun sederhana

sewa.Berdasarkan kaidah penyediaan

produk hukum, pengelolaan rumah

susun sederhana sewa di Kota

Bandung masih terbatas berupa

Peraturan Walikota Bandung No. 413

Tahun 2010 tentang Pembentukan dan

Susunan Organisasi Unit Pelaksana

Teknis pada Lembaga Teknis Daerah

dan Dinas Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kota Bandung, yaitu Pasal

10, tentang UPT Pengelolaan Rumah

Susun Sederhana Sewa sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas

Tata Ruang dan Ciptakarya. Hal ini

diduga disesuaikan dengan jumlah aset

yang sudah diserahkan ke Pemda Kota

Bandung, yaitu 2 aset dari 5 aset

rumah susun sederhana sewa yang

telah dibangun dan difungsikan.

Sebagaimana Pedoman Pembentukan

Kelembagaan Rumah Susun Sewa

Sederhana (Rusunawa) oleh Dinas

Tata Ruang dan Permukiman

Pemerintah Propinsi Jawa Barat,

produk hukum tentang pengelolaan

rusunawa cukup diterbitkan berupa

Peraturan Walikota/Bupati jika:

a) Rusunawa yang telah dan atau akan

selesai dibangun dengan kapasitas

hunian terbatas (≤ 2 twin block)

serta harus segera dimanfaatkan

Page 6: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

75

untuk memenuhi kebutuhan tempat

tinggal bagi masyarakat;

b) Pembangunan dan pengelolaan

rusunawa tidak termasuk dalam

perencanaan strategis (renstra)

bidang perumahan dan permukiman

di daerah atau termasuk dalam

renstra tetapi dengan kapasitas

hunian terbatas.

Mengkaji Peraturan Walikota

Bandung No. 413 Tahun 2010 yang

dimaksud, tampak bahwa peraturan

yang saat ini ada masih terbatas

mengatur kelembagaan pengelolaan

rumah susun dan belum mengatur hal-

hal lain yang diperlukan, yaitu: objek

pengaturan rumah susun, penghunian

rumah susun, keuangan pengelolaan

rumah susun, hak dan kewajiban, serta

larangan dan sanksi (sebagaimana

merujuk kepada Pedoman

Pembentukan Kelembagaan Rumah

Susun Sewa Sederhana). Kurang

memadainya Peraturan Walikota

Bandung No. 413 Tahun 2010 dapat

berekses kepada: ketidak-tepatan

sasaran penghunian rumah susun,

yaitu masyarakat berpenghasilan

rendah, ketidak-sesuaian penghunian

rumah susun sesuai persyaratan, dan

ketidak-merataan penghunian rumah

susun (berkaitan dengan penghunian

rumah susun). Demikian juga ketidak-

jelasan pengusahaan pengelolaan yang

dapat berekses pada tidak tercapainya

surplus; ketidak-jelasan pembiayaan,

baik untuk pengelolaan, rehabilitasi,

dan reinvestasi rumah susun dari

APBD yang berekses pada

menurunnya kualitas aset; serta

ketidak-jelasan nilai sewa rumah

susun yang dapat berekses pada tidak

sesuainya sasaran pengusahaan dengan

kebutuhan biaya pengelolaan rumah

susun; dan ketidak-adilan dan ketidak-

wajaran nilai sewa (berkaitan dengan

keuangan pengelolaan rumah susun).

Selain itu juga tidak seimbangnya hak

dan kewajiban masing-masing pihak

yang berkepentingan serta tingginya

penyalah-gunaan rumah susun akibat

tidak jelasnya larangan dan sanksi

(berkaitan dengan larangan dan

sanksi).

Berkaitan dengan masih adanya

aset yang belum diserahkan

pengelolaannya kepada Pemda,

demikian juga masih lemahnya produk

hukum yang ada saat ini, maka produk

Page 7: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

76

hukum yang segera perlu ditetapkan

dan diberlakukan adalah Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Rumah

Susun Sederhana Sewa. Jika

Pemerintah Daerah Kota Bandung

juga tertarik dalam Penyertaan Modal

Pemerintah (PMP) dari APBD, maka

Perda yang diperlukan dapat diperluas

menjadi Peraturan Daerah tentang

Pembangunan dan Pengelolaan Rumah

Susun Sederhana Sewa.

Belumadanya Peraturan Daerah

tentang Pembangunan dan

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana

Sewa turut berekses pada tidak

terjaminnya kejelasan hukum atas

rencana dan operasionalisasi

pengelolaan rumah susun sederhana

sewa oleh UPT Pengelolaan Rumah

Susun Sederhana Sewa. Walaupun

UPT Pengelolaan Rumah Susun

Sederhana Sewa telah berinisiatif

untuk menerbitkan rencana dan

pedoman teknis operasional

pengelolaan rumah susun sederhana

sewa secara mandiri, namun hal ini

dinilai belum memadai. Baik dalam

menjamin kepastian hukum yang

mengatur objek pengaturan rumah

susun, penghunian rumah susun,

keuangan pengelolaan rumah susun,

hak dan kewajiban penyewa dan

pengelola, serta larangan dan sanksi.

Peran UPT Pengelolaan Rumah

Susun Sederhana Sewa dalam

pelaksanaan operasional pengelolaan

rumah susun sederhana sewa,

sebagaimana tercantum dan rincian

tugas UPT Pengelolaan Rumah Susun

Sederhana Sewa dalam stuktur

organisasi Dinas Tata Ruang dan Cipta

Karya Kota Bandung masih terbatas

pada memberikan arahan teknis

kepada masyarakat mengenai tata

ruang dan bangunan sesuai dengan

izin yang telah ditetapkan.

Ketatausahaan pengelolaan rumah

susun sederhana sewa masih terbatas

pada menginvetarisir dan menghimpun

data bangunan rumah susun serta

melaksanakan pengelolaan

administrasi yang berkaitan dengan

pengawasan tata ruang dan bangunan.

Demikian juga prosedur pengawasan,

pengendalian, evaluasi dan pelaporan

kegiatan pengelolaan rumah susun

sederhana sewa juga masih belum

diatur dengan jelas.

Khusus yang terkait dengan

implementasi kebijakan desentralisasi,

Page 8: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

77

Cheema dan Rondinelli (1983),

menyatakan bahwa:“… four sets of

factorsthat seem influence the

implementation of decentralization

policies in developing countries that

follow: environment conditions,

interorganizational relationship,

resources for policy an program

implementation, characteristics of

implementing agencies”.

Dalam pandangan Cheema dan

Rondinelli, implementasi kebijakan

desentralisasi khususnya di negera-

negera berkembang dipengaruhi empat

variabel yang saling berkaitan, yaitu:

(1) kondisi lingkungan, (2) hubungan

antar-organisasi, (3) sumber daya

untuk implementasi kebijakan dan

program, dan (4) karakteristik agen

pelaksana kebijakan.

Adanya ketidakjelasan

pelaksanaan desentralisasi juga

menunjukkan kurangnya dukungan

politik dalam pengelolaan rusunawa

yang disebabkan oleh faktor

egosektoral antar lembaga dan

pemerintahan, baik di pusat

(Kemenpera) maupun di daerah

(Pemerintah dan DPRD Kota

Bandung). Hal ini berakibat pada tidak

adanya peraturan yang mengatur

pengelolaan rusunawa di Kota

Bandung, sehingga berimbas kepada

belum efektifnya implementasi

pengelolaan rusunawa. Hal ini

didukung pendapat informan4 sebagai

berikut: “bahwa sungguh disayangkan

bangunan-bangunan rusunawa ini

menjadi terbengkalai hanya karena

belum adanya aturan pemerintah Kota

Bandung tentang pengelolaan

rusunawa ini, padahal masyarakat

sangat mendukung dengan adanya

rusunawa”.

Diperlukan dukungan politik

yang lebih besar dari pembuat dan

pelaksana kebijakan di Kota Bandung

untuk mempercepat penyusunan dan

penetapan produk hukum

pembangunan dan atau pengelolaan

rusunawa di Kota Bandung, baik

Perwal yang khusus tentang itu (tidak

hanya Perwal saat ini yang hanya

memuat tentang kelembagaan

pengelolaan rusunawa) maupun Perda

tentang pembangunan dan/atau

pengelolaan rusunawa. Selain itu juga

diperlukan peningkatan koordinasi

4Hasil wawancara dengan salah seorang

anggota Dewan di Kota Bandung, tanggal 11

Januari 2014

Page 9: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

78

antarorganisasi kelembagaan dari

pemerintah pusat (Kemenpera),

pemerintah Provinsi Jawa Barat,

danpemerintah Kota Bandung, baik

dalam kaitannya dengan

pengembangan kebijakan maupun

implementasi kebijakan pembangunan

dan/atau pengelolaan rumah susun

sederhana.

Sedangkan hasil wawancara

dengan Kepala UPT Pengelola

Rusunawa Kota Bandung,5 bahwa:

“Ketersediaan infrastruktur fisik masih

banyak yang memprihatinkan. Banyak

bangunan rusunawa yang terbengkalai.

Selain menimbulkan kesan kumuh,

kondisi rusunawa yang semrawut juga

berpotensi untuk melakukan aksi

kriminalitas6. Demikian juga hasil

wawancara dengan penghuni/Satpam

rusunawa Cingised, bahwa: “kondisi

lingkungan di rusunawa Cingised

dalam adalah semrawut dan dari pihak

pemerintah daerah belum pernah ada

yang datang untuk berkomunikasi

5 Hasil wawancara dengan kepala UPT

pengelola Rusunawa Kota Bandung. tanggal

15 Juni 21012 6 Hasil wawancara dengan Kepala

UPTPengelola Rusunawa Kota Bandung, 15

Juni 2012.

dengan para penghuni rusunawa7.

Sedangkan dari hasil pengamatan di

rusunawa Cingised, memperlihatkan

bahwa bangunan yang sudah ada sejak

Tahun 2008 – 2009, sampai saat ini

belum terisi sehingga menyebabkan

bangunan rusunawa tidak terawat,

padahal banyak masyarakat yang ingin

menempati bangunan tersebut.

Sementara bangunan yang sudah

terbangun belum ada yang menempati

tetapi di lain pihak pemerintah sudah

membangun lagi 2 twin blok di

sebelah belakang dari bangunan yang

sudah ada.

Efek dari masih rendahnya

dukungan politik ini menyebabkan

pengelolaan rusunawa tidak berjalan

dengan baik dan berekses pada

menurunnya kualitas lingkungan fisik

rusunawa. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa semua rusunawa

yang ada di Kota Bandung yaitu

Rusunawa: Cingised, Sadang Serang,

Industri Dalam, dan Rancasili, kondisi

lingkungan fisiknya masih jauh dari

sempurna, atau tidak terawat.

7 Hasil wawancara dengan penghuni/satpam

rusunawa indal, tanggal 14 Maret 2013

Page 10: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

79

Kenyataan yang terungkap di

lapangan menunjukkan bahwa belum

efektifnya implementasi pengelolaan

rusunawa yang berada di bawah

Permenpera No. 14 Tahun 2007 juga

dikondisikan oleh rendahnya

dukungan lingkungan. Implementasi

kebijakan publik adalah aktivitas dari

administrasi publik, yakni salah satu

proses kegiatan yang dilakukan oleh

unit-unit administratif atau unit-unit

birokratik. Pada berbagai tingkat

pemerintahan baik bersifat vertikal

maupun horizontal dalam proses

kebijakan publik. Di mana proses

kebijakan publik dapat dikelompokkan

ke dalam tiga fungsi, yaitu:

”perumusan kebijakan publik,

implementasi kebijakan publik,

pengawasan dan evaluasi (hasil)

kebijakan publik”.

Berdasarkan pandangan tersebut

di atas, dapatlah disimpulkan bahwa

proses implementasi kebijakan

sesungguhnya tidak hanya

menyangkut perilaku badan-badan

administratif yang bertanggung jawab

dalam pengelolaan rusunawa untuk

melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan pada diri

kelompok sasaran (target group),

melainkan pula menyangkut jaringan

kekuatan politik, ekonomi dan sosial

yang langsung atau tidak langsung

dapat mempengaruhi perilaku dari

semua pihak yang terlibat dalam

pengelolaan dan pengguna rusunawa

dan pada akhirnya berpengaruh

terhadap dampak baik yang

diharapkan (intended) maupun yang

tidak diharapkan (unintended negative

effects).

Sebaliknya keseluruhan proses

implementasi kebijakan dapat

dievaluasi dengan cara mengukur atau

membandingkan antara hasil akhir dan

program-program tersebut dengan

tujuan-tujuan kebijakan.

Dari penjelasan di atas telah

dikemukakan bahwa proses

implementasi kebijakan pengelolaan

rusunawa sejalan dengan pandangan

Van Meter dan Van Horn yang

mengemukakan keterhubungan

berbagai variabel dan faktor yang

mempengaruhi kebijakan publik,

yakni aktivitas implementasi dan

komunikasi antar organisasi,

karakteristik agen pelaksana, kondisi

ekonomi, sosial dan politik,

Page 11: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

80

kecenderungan (disposition)/pelaksana

(implementors). Pendekatan ini

dianggap lebih kondusif di dalam

memahami kompleksitas persoalan

implementasi yang seringkali terjadi di

dalam kegiatan dan aktifitas

implementasi kebijakan publik,

khususnya di area rusunawa Cingised.

Edwards III (1980)

mengemukakan bahwa ada tiga

indikator yang dapat digunakan dalam

mengukur keberhasilan variabel

komunikasi, ketiga indikator tersebut

adalah: (1) Transmission. Distribution

of good communication will be able to

produce a good implementation too.

Often there are problems in the

distribution of communications that is

a misunderstanding (miscommuni-

cation) caused many levels of

bureaucracy that must be passed in

the communication process, so that

what is expected to be distorted in the

middle of the road; (2) Clarity.

Communications received by the

policy implementers (street-level-

bureaucrats) must be clear and not

confusing or ambiguous /ambivalent;

(3) Consistency. Commands given in

the implementation of a

communication should be consistent

and clear to set or run. If the

command is given frequent changes, it

can cause confusion for implementers

in the field.

Ketiga indikator tersebut saling

berhubungan dan saling

mempengaruhi satu sama lain.

Sejatinya, penyaluran komunikasi

yang baik akan dapat menghasilkan

suatu implementasi yang baik pula.

Tetapi, implementasi yang baik tidak

terlepas dari kejelasan komunikasi

yang disampaikan atau diterima oleh

pelaksana kebijakan tersebut.

Kejelasan informasi dan komunikasi

belumlah memadai bila komunikasi

tidak konsisten untuk ditetapkan atau

dijalankan.

Pada kategori komunikasi

misalnya dijelaskan bahwa prospek-

prospek tentang implementasi yang

efektif ditentukan oleh kebijakan dan

kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan-

tujuan yang dinyatakan dan oleh

ketepatan dari konsistensi dalam

mengkomunikasikan ukuran-ukuran

dan tujuan-tujuan. Di rusunawa

Cingised, karena komunikasi yang ada

tidak efektif menyebabkan belum

Page 12: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

81

adanya kejelasan peraturan untuk

mengatur rusunawa Cingised. Hal ini

didukung oleh hasil wawancara kepala

UPT Cingised yang mengatakan

bahwa “ketidakjelasan aturan

membingungkan para pelaksana yang

ada di lapangan untuk menertibkan

penghuni dan untuk menarik uang

sewa. Tidak terjalinnya Komunikasi

antara pelaksana UPT dengan pihak

eksekutif dan legislatif Kota Bandung

kurang harmonis”.14

Sedangkan pada kategori

karakteristik agen pelaksana Van

Meter dan Van Horn (1975)

mengetengahkan beberapa unsur yang

mungkin berpengaruh terhadap suatu

organisasi dalam mengimplementasi-

kan kebijakan, (1) kompetensi dan

ukuran staf suatu badan, (2) tingkat

pengawasan hierarkis terhadap

keputusan-keputusan sub unit dan

proses-proses dalam badan-badan

pelaksana, (3) sumber-sumber politik

suatu organisasi, (3) tingkat

komunikasi terbuka, dan (4) kaitan

formal dan informal suatu badan

dengan pembuat keputusan atau

pelaksana keputusan.

Variabel ketiga yang

mempengaruhi terhadap implementasi

kebijakan adalah kondisi-kondisi

sosial, ekonomi, sosial dan politik,

dampak dari faktor-faktor ini akan

mempengaruhi terhadap pencapaian

badan-badan pelaksana.Sedangkan

pada variabel ke empat kecenderungan

pelaksana, ada 3 unsur tanggapan

pelaksana yang mungkin

mempengaruhi kemampuan untuk

melaksanakan kebijakan, yaitu kognisi

(komprehensi, pemahaman), macam

tanggapan (penerimaan, penolakan)

dan intensitas tanggapan itu.

PENUTUP

Kebijakan pengelolaan rumah

susun sederhana sewa (rusunawa) di

Kota Bandung belum di implementasi-

kan secara efektif. Tingkat

pemanfaatan rusunawa oleh kelompok

sasaran masih rendah, rusunawa

banyak ditempati oleh masyarakat

yang bukan kelompok sasaran. Di lain

pihak, kelompok sasaran yang telah

menempati banyak yang mengalihkan

haknya kepada orang lain yang bukan

kelompok sasaran. Tidak efektifnya

implementasi kebijakan pengelolaan

Page 13: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

82

rusunawa disebabkan belum memadai-

nya faktor kondisi lingkungan,

hubungan antar organisasi, keter-

sediaan sumberdaya, dan karakteristik

instansi pelaksana.

Kondisi lingkungan ekonomi,

sosial, budaya dan ketahanan

masyarakat mendukung pelaksanaan

kebijakan akan tetapi kondisi

lingkungan politik tidak mendukung.

Dukungan Pemerintahdan DPRD Kota

Bandung untuk menetapkan kebijakan

penjelasan yang diperlukan dalam

implementasi kebijakan desentralisasi

pengelolaan rusunawa belum

memadai, demikian pula

pendampingan dari Kemenpera

mewakili pemerintah pusat. Kebijakan

penjelas yang ada baru berupa

Peraturan Walikota tentang

keberadaan Unit Pelaksana Teknis

Pengelolaan Rusunawa di bawah

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

dalam SOTK, yang belum memadai

untuk mengatur pengelolaan rusunawa

secara teknis. Belum adanya peraturan

daerah tentang pembangunan dan

pengelolaan rusunawa juga

mengakibatkan tertundanya serah

terima pengelolaan blok-blok susulan

yang sudah dibangun dari pemerintah

pusat ke Pemerintah Kota Bandung.

Hubungan antar lembaga dalam

implementasi kebijakan belum terjalin

dengan baik terutama dalam hal

komunikasi yang disebabkan oleh

kepentingan egosektoral, sebagaimana

ditandai oleh belum adanya serah

terima pengelolaan rusunawa dari

Kemenpera ke Pemerintah Kota

Bandung secara resmi. Ketersediaan

sumberdaya pelaksanaan program,

baik dari segi ketersediaan dan

ketepatan penggunaan anggaran,

belum mendukung pelaksanaan

kebijakan pelaksanaan rusunawa,

karena belum ada serah terima aset

tetap. Terkecuali Rusunawa Cingised

blok I dan blok II baru serah terima

aset pada tahun 2012, padahal

bangunan sudah ada sejak tahun 2008.

Sedangkan dari segi karakteristik agen

pelaksana, ketersediaan personil yang

memiliki kemampuan khusus

menangani permasalahan di bidang

pengelolaan unit pengelolaan teknis

(UPT) masih kurang, sehingga

kebijakan dilaksanakan secara

tradisional mengikuti apa yang

dilakukan sebelumnya, serta belum

Page 14: KONDISI LINGKUNGAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUSUNAWA …

Kondisi Lingkungan dalam Implementasi Kebijakan.........(Diani Indah)

SOSIOHUMANITAS, XV (2), Agustus 2013

83

adanya biaya sosialisasi ke penghuni

rusunawa.

DAFTAR PUSTAKA

Cheema, G. S. Dan Rondinelli, D.A.

(Eds.) (1983). Decentralization

and Development: Policy

Implementation in Developing

Countries, Beverly Hills. Sage

Publications.

Edward III, G. C. (1980).

Implementing Public Policy.

USA: Congressional Quarterly

Inc.

Reita C.T. (2010). Implementasi

Kebijakan Rumah Susun

Sederhana Sewa di Provinsi DKI

Jakarta. Disertasi. Bandung:

Program Pascasarjana

Universitas Padjadjaran.

Van Meter D. S dan Van Horn, K.

(1975). The Policy Implemen-

tation Proces: a Conceptual

Framework. Administration and

Society, 6 : 445-4