bab iii kondisi banten pada masa perang gerilya tahun …repository.uinbanten.ac.id/4283/5/bab...

23
42 BAB III KONDISI BANTEN PADA MASA PERANG GERILYA TAHUN 1948-1949 A. Pemerintah Daerah Banten Sebelum Perang Gerilya Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, TNI telah mengantisipasi agresi militer Belanda II dengan merencanakan perang gerilya. Sehubungan dengan kebijakan itu, di Banten dilakukan persiapan-persiapan. Sebelum tentara Belanda memasuki dan menduduki Kota Serang, 1 System Politik Federal yang dimulai H.J Van Mook dan dilanjutkan oleh penggantinya, pada dasarnya diciptakan dan dipertahankanoleh belanda di daerah-daerah pendudukannya seseudah Perang Dunia II atau selama Periode Revolusi Indonesia. Tidak diragukan lagi bahwa, dibalik kebijakan politiknya ini adalah Peternalisme Belanda yang benar-benar mementingkan diri sendiri.Perlu diketahui bahwa, sistem Federal yang diterapkan sesudah perang 1 Suharto, “Banten Masa Revolusi 1945-1949 : Proses Integrasi Dalam Negara Kesatuan Republic Indonesia(Desertasi, universitas Indonesia, Depok, 2001), p. 210

Upload: others

Post on 24-Jun-2020

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

42

BAB III

KONDISI BANTEN PADA MASA PERANG

GERILYA TAHUN 1948-1949

A. Pemerintah Daerah Banten Sebelum Perang Gerilya

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, TNI telah

mengantisipasi agresi militer Belanda II dengan merencanakan

perang gerilya. Sehubungan dengan kebijakan itu, di Banten

dilakukan persiapan-persiapan. Sebelum tentara Belanda

memasuki dan menduduki Kota Serang,1 System Politik Federal

yang dimulai H.J Van Mook dan dilanjutkan oleh penggantinya,

pada dasarnya diciptakan dan dipertahankanoleh belanda di

daerah-daerah pendudukannya seseudah Perang Dunia II atau

selama Periode Revolusi Indonesia. Tidak diragukan lagi bahwa,

dibalik kebijakan politiknya ini adalah Peternalisme Belanda

yang benar-benar mementingkan diri sendiri.Perlu diketahui

bahwa, sistem Federal yang diterapkan sesudah perang

1Suharto, “Banten Masa Revolusi 1945-1949 : Proses Integrasi

Dalam Negara Kesatuan Republic Indonesia” (Desertasi, universitas

Indonesia, Depok, 2001), p. 210

43

sesungguhnya bersumber dari Ideology Colonial Belanda yang

muncul pada periode sebelum perang seperti yang dianut oleh

politik etik yang Pararel dengan Ide Asosiasi. Untuk

merealisasikan Ide Asosiasi, maka didirikanlah sebuah Partai

Asosiasi Belanda yang diberi nama politiek economische bond

(PEB) Tujuanya adalah, mewujudkan suatu bangsa Hindia

dengan cara Kooperasi dengan rakyat pribumi dibawah pimpinan

Belanda. PEB mendukung Ideology Peternalisme yang sangat

Konservatif. Meskipun muncul kritik dari kelompok-kelompok

lainnya seperti vaderlandsche club(VC), Partai kulit putih Eropa

yang Eksklusif dan golongan produk lulusan Universitas Utrecht,

namun semuanya sangat Konservatif Paternalistic karena

ditunggangi oleh Kaum Kapitalis.2

Dampak rasionalisasi Banten telah terjadi perubahan

pimpinan karena Komandan Brigade yang semula dijabat oleh

Mayor Sukanda Bratamanggala,3 telah diganti oleh Mayor dr. Eri

2Sri Margana dan fiitrianingsih widya, Sejarah Indonesia : perspektif

local dan global persembahan untuk 70 tahun prof. Dr. Djoko Suryo, (

Yogyakarta : Ombak, 2010, p.377 3 Matia Madjiah, Dokter Gerilya , (Jakarta : Balai Pustaka, 1993),

p.152

44

Sudewo. (setelah Rasionalisai Hatta, pangkat diturunkan

setingkat).

Sebuah catatan perlu dikemukakan yaitu setelah

Rasionalisasi Hatta, pangkat-pangkat militer rata-rata diturunkan

setingkat mulai dari Jendral sampai dengan Letnan II. Waktu itu

belum ada pangkat Brigadir Jendral.Maka akibat rasionalisasi,

Jendral Mayor menjadi Kolonel. Meskipun penurunan pangkat

pada umumnya berlaku menyeluruh, namun disana-sini ada juga

kekecualian atau pengecualian. Di Banten ada dua Perwira yang

tidak terkena akibat Rasionalisasi itu, yakni Kolonel

K.H.Syam’un dan Mayor R.E. Jaelani. Jaelani ini ditempatkan di

Banten, kata orang, mengemban tugas khusus dari Hatta sendiri;

sama halnya dengan dr Eri Sudewo. Mungkin karena itulah

pangkatnya tidak diturunkan.4

Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi

militernya yang pertama dengan mengerahkan kekuatannya dari

darat, udara, dan laut. Dari Jakarta, Belanda menerobos ke

berbagai daerah Jawa Barat dengan perlengkapan perang modern

4 Matia Madjiah, Dokter Gerilya…..1993....p.153

45

yang didukung dengan bombardemen dari udara. Brigade Kian

Santang mendapat pukulan dahsyat. Pasukannya dapat dipecah

belah oleh terobosan-terobosan kilat pasukan Belanda, sehingga

menjadi pasukan kecil dari jalur-jalur komando dan terpisah dari

pasukan induknya. Tapi lambat laun Brigade Kian Santang

berhasil mengorganisasi kembali pasukannya dan melancarkan

serangnnya dengan taktik perang gerilya. Demikian pula halnya

dengan kesatuan-kesatuan dari Devisi Siliwangi, merekapun

akhirnya dapat menorganisir kembali pasukannya dan

melancarkan serangan balasan. Maka wilayah Jawa Barat

menjadi medan perang gerilya, terkecuali daerah Banten, yang

rupanya dikecualikan oleh Belanda. Dengan taktik perang gerilya

itulah Divisi Siliwangi mempertahankan Jawa Barat, bahu

membahu dengan rakyat. Belanda memang berhasil merebut

kota-kota di Jawa Barat dan mendudukinya. Tapi mereka hanya

sekedar dapat mendudukinya, tidak dapat tidur karena mendapat

serangan gerilya dari Siliwangi.

Tapi justru pada saat Siliwangi telah berhasil mengadakan

reorganisasi dan konsolidasi pasukannya, serta berhasil

46

melancarkan5 perang gerilya yang menimbulkan kerugian-

kerugian pada pihak musuh, terjadilah peristiwa yang teramat

menyedihkan, yakni Divisi Siliwangi diperintahkan hijrah ke

Jawa Tengah demi kepentingan strategi politik yang telah

digariskan oleh pemerintah. Pada waktu itu, (persetujuan

renville).6

Jawa Barat yang sudah sekian lama dipertahankan oleh

Divisi Siliwangi dengan tidak sedikit cucuran keringat dan darah,

sekarang harus ditinggalkan.Alangkah pahit kehidupan

itu.Meninggalkan daerah bukan karena kalah perang, melainkan

semata-mata demi ketaatan tentara kepada pemerintah.Puluhan

jutra rakyat Jawa Barat nasibnya sekarang diserahkan kepada

Belanda. Tapi Siliwangi dapat mengorbankan perasaannya.Ia rela

mengorbankan kepentingan strategi militer demi kepentingan

strategi politik yang digariskan oleh pemerintah. Maka hijrahlah

Divisi Siliwangi.Tentu saja Eri Sudewo dan kesatuannya juga

ikut hijrah.7

5Matia Madjiah, Tantangan Dan Jawaban, (Jakarta; Balai Pustaka,

1993). p.31 6Matia Madjiah, Tantangan Dan …. p.32

7 Matia Madjiah, Tantangan Dan …. p.32

47

Hijrah Siliwangi itu, betapapun akibatnya, adalah

mencerminkan kematangan jiwa bernegara pada pimpinan

siliwangi, bahwa sebagai tentara siliwangi bagaimanapun harus

tunduk dan taat kepada pemerintah. Padahal pada waktu itu

tentara kita bukan merupakan tentara professional, melainkan

boleh dikatakan sukarelawan.Para anggotanya masuk tentara

bukan dengan harapan memperoleh atau upah, melainkan demi

panggilan ibu pertiwi.

Belum beberapa lama berada dii Jawa Tengah, Eri

Sudewo dipanggil mengahadap wakil Presiden Mohammad Hatta

yang waktu itu merangkap Perdana Mentri Dan Mentri

Pertahanan.

Seorang Kepala Staf Brigade dipanggil langsung oleh

Wakil Presiden/ Perdana Mentri/Mentri Pertahanan, bukanlah

suatu hal biasa dalam hirarki kemiliteran. Tentu ada apa-apanya.

Tapi apa? Eri Sudewo tak perlu menduga-duga, melainkan harus

segera mengahadap.

Rupanya bung Hatta telah menerima laporan yang tidak

begitu menyenangkan mengenai Banten yang waktu itu

48

menghadapi ancaman dari luar dan dalam. Dari luar, berupa

ancaman dari Belanda, karena Belanda yang telah berhasil

menduduki kota-kota8 di Jawa Barat, pada suatu ketika akan

merasa perlu untuk juga merebut Banten.

Ancaman dari dalam, yakni rongrongan dari golongan

merah atau komunis yang mendapat dukungan dari sebagian

lascar, atau komunis yang mendapat dukungan dari sebagian

laskar, jawara-jawara dan ulama-ulama. Untuk mengatasi kedua

ancaman itu bung Hatta rupanya perlu mengganti Komandan

Brigade Tirtayasa dengan baru yang dipandang cakap. Pilihan

kemudian jatuh kepada Kolonel Hidayat, seorang perwira lulusan

Akademi Militer Breda, asal Banten. tapi karena Kolonel Hidayat

tidak dapat meninggalkan tugas yang sedang dipangkunya

berhubung tugasnya itu sangat penting, akhirnya Bung Hatta

menunjuk Eri Sudewo. Kepada Eri Sudewo diperintahkan untuk

mengoper Komando Brigade Tirtayasa dengan tugas utama

menyelamatkan Banten dari rongrongan komunis dan dari

penyerobotan Belanda.

8Matia Madjiah, Tantangan Dan …. p.32

49

Atas penunjukan Hatta itu, Dokter Eri Sudewo hanya

menjawab dengan dua patah kata yakni, “siap, bung” ia memang

tidak bisa berkata lain. Sebagai seorang militer ia tidak bisa

menolak tugas.

Alangkah mudahnya mengucapkan perkata “siap bung”,

padahal Eri Sudewo ini sebagai seorang yang berasal dari Jawa

Timur, boleh dikatakan buta mengenai daerah yang terletak di

ujung barat pulau Jawa itu. Keterangan-keterangan yang

diperolehnya kemudian, semua merupakan gambaran suram.

Banten merupakan daerah minus dan gudang malaria.

Penduduknya masih terbelakang dan sangat fanatic. Kekuatan

perjuangan terpecah belah dan ada pertentangan yang meruncing

antara badan-badan perjuangan dengan TNI. Senjata yang

dimiliki oleh brigade sangat minim. Tambahan pula, daerah itu

diblokade ketat oleh Belanda. Selain tu, untuk datang ke Banten

pun, bukan pekerjaan yang mudah. Tapi Eri Sudewo tidak

mundur. Sebagai seorang dokter ia pantang melakukan operasi

setengah-setengah. Ia segera melangkah. Perjalan menuju banten

ternyata merupakan perjuangan tersendiri karena semua pintu

50

masuk ke Banten dijaga ketat oleh Belanda.Namun Eri Sudewo

berhasil juga mencapai posnya yang baru.9

Sebagai orang baru, Eri Sudewo tidak bertindak gagabah.

Keadaan yang sebenarnya ternyata lebih buruk daripada

informasi yang telah diperolehnya., dan perlu segera dibenahi.

Maka setelah mempelajari situasi dan kondisinya, mengenal

medan dan orang-oranya, Eri Sudewo segera bertindak. Kekuatan

perjuangan yang terpecah belah segera di benahi. Semua unsur

perjuangan dipersatukan dalam sebuah wadah yang diberi nama

GERA (Gerakan Rakyat) dan ditempatkan di bawah komando

brigade. Dewan pertahanan Banten yang membeku, segera

diaktifkan kembali dengan menempatkan kolonel K.H Syam’un

sebagai pemimpinya.Ulama yang sangat besar pengaruhnya yakni

K.H Achmad Chatib yang menjabat sebagai Residen Banten,

segera dirangkul.Kedua tokoh ulama besar Banten itu (K.H

Syam’un dan K.H. Achmad Chatib) berarti juga merangkul

segenap masyarakat Banten yang ada di bawah pengaruh kedua

ulama besar tersebut. Dengan taktik merangkul tokoh-tokoh

9Matia Madjiah, Tantangan Dan ….p.33

51

masyarakat dan tokoh-tokoh perjuangan itulah, segenap unsur

perjuangan dan rakyat Banten dipersatukan di bawah komando

untuk melaksanakan perang semesta secara gerilya menghadapi

Belanda.Dengan taktik itu maka rakyat dan tentara

dimanunggalkan, digotongroyongkan untuk menghadapi musuh

bersama. Dengan taktik itu pula dalam waktu yang relative

singkat Eri Sudewo telah menjadi populer di kalangan ulama dan

jawara-jawara Banten.10

Ada faktor lain yang harus dipertimbangkan oleh Eri

Sudewo, yakni faktor pengalaman. Di Jawa Barat tempo hari

ketika menghadapi Aksi Militer I, Eri Sudewo, melihat bahwa

Belanda dengan perlengkapan yang lengkap dan modern dapat

melakukan pembantaian melalui serangan kilat yang mendadak

dan tidak terduga. Akibatnya pasukan kita banyak yang gugur,

banyak pula yang mengalami shock dan tertawan, dan pasukan

kita menjadi terpecah bela. Untuk memulihkan moril dan

mengatur mereka kembali, ternyata diperlukan waktu yang cukup

lama. Eri Sudewo berfikir keras agar hal seperti itu jangan sampai

10

Matia Madjiah, Tantangan .…. p.34

52

terjadi di Banten, sebab kalau terjadi, pasti akan sangat parah

akibatnya dan menyukarkan perjuangan selanjutnya.11

Untuk

menghindarkannya maka Eri Sudewo mengadakan persiapan fisik

dan mental. Para anggotanya di sadarkan bahwa Belanda suatu

ketika pasti akan menyerbu Banten. Tapi kita pasti dapat

mengahadapinya dan pasti dapat memperoleh kemenangan

dengan melaksanakan perang semesta secara gerilya, karena

daerah pedalaman Banten memang cocok untuk perang gerilya.

Tambahan pula, meskipun kita lemah dalam persenjataan,

namunkita memiliki kekuatan lain yang sangat dahsyat yakni

dukungan segenap rakyat. Justru itulah hal itulah yang tidak

dimiliki oleh Belanda.12

Di bidang militer, pada waktu yang bersamaan dikirim ke

Banten Letnan Colonel Soekanda Bratamenggala untuk

mengambil alih komando, menggantikan colonel K.H. Syam’un

yang semenjak bulan Januari tahun 1946 merangkap sebagai

Bupati Serang. Dalam rangka profesionalisasi, kaum ulama yang

menduduki jabatan-jabatan di pemerintahan lambat laun

11

Matia Madjiah, Tantangan….. p.34 12

Matia Madjiah, Tantangan Dan ….p.35

53

dipindahkan ke instansi yang sesuai dengan bidang keahlian

mereka, yaitu di Jawatan Agama, Jawatan Penerangan, dan atau

di kantor Kabupaten untuk belajar administrasi

kepamongprajaan.13

B. Pemerintah Daerah Keresidenan Banten (Republic)

Dengan masuknya tentara Sekutu yang diwakili oleh

Inggris ke Indonesia, masuk pulalah tentara NICA (Nederlands

Indies Civil Administration), Badan Urusan Sipil Hindia Belanda

yang direncanakan akan menerima kembali kekuasaan sipil di

Indonesia dari tentara Inggris, dipimpin oleh Van Mooks dan Van

Der Plas. Pada tanggal 29 September 1945.Pasukan sekutu yang

ditugaskan untuk melucuti semua tentara Jepang di Asia

Tenggara hanya tersedia lebih kurang 8 atau 9 divisi. Dan yang

ke Indonesia terdiri dari 2 divisi, yaitu divisi 23 dan 26, untuk

Jawa dan Sumatra. Sehingga untuk menduduki beberapa

pelabuhan penting seperti: Medan, Palembang, Jakarta,

Semarang, Surabaya, dan Bandung. hanya dikirim 1 brigade saja,

13

Mufti ali, dkk, biografi K.H.Syam’un (1883-1949),

(Serang;Laboratorium Bantenologi, 2015). p.152

54

dipimpin oleh Jendral Critison. Bahkan untuk pendaratan di

Semarang dibentuk sesuatu pasukan darurat yang di ketuai oleh

Brigadier Artileri.14

Barangkali hal inilah yang menjadi salah satu sebab

mengapa pasukan Inggris tidak begitu memperhatikan perlakuan

curang tentara NICA. Dengan ikut sertanya tentara NICA dalam

pasukan sekutu itu membuat hampir di semua kota yang dikuasai

tentara Inggris selalu timbul kekacauan. Hal demikian memang

disengaja oleh tentara NICA, karena sebelum tentara sekutu itu

masuk ke suatu daerah, tentara KNIL, yang sudah dibebaskan dan

dipersenjatai kembali, mengadakan teror dan kekacauan di dalam

kota untuk memancing perlawanan dari pihak TKR dan barisan

pejuang rakyat. Selanjutnya, setelah terjadi kekacauan-kekacauan

pasukan sekutu dan NICA tampil dengan ultimatum supaya TKR

dan lascar rakyat segera meninggalkan kota. Bahkan dengan

adanya kekacaun itu NICA menuduh bahwa kekacauan itu

dilakukan oleh tentara RI. Van Mooks (yang tiba di Jakarta pada

tanggal 4 Oktober 1945) mengusulkan kepada pimpinan pasukan

14

Halwany Michrob dkk, Catatan Masalalu Banten ,

(Serang:Saudara,2011), p. 289.

55

Sekutu, Maountbatten dan Cristison, untuk mengambil tindakan

lebih keras kepada tentara Indonesia, yang katanya membuat

rakyat menjadi sengsara. Perlawanan di daerah, diijadikan alasan

oleh NICA untuk datang “mengamankan” daerah tersebut dan

kemudian menguasainya.15

Dilihat dari sisi sejarah, pihak Indonesia maupun pihak

Belanda menganggap Revolusi Nasional, sebagai suatu zaman

yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Tujuan Belanda

dalam Revolusi Nasional adalah menghancurkan sebuah Negara

dan memulihkan suatu rezim kolonial yang telah dibangun sejak

awal abad ke-17. Bagi para pemimpin Indonesia tujuannya adalah

melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan

kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasa warsa

sebelumnya.konflik Indonesia-Belanda pada masa Revolusi

Nasional merupakan usaha ketiga kalinya pihak Belanda

bermaksud menaklukkan Indonesia. Berbeda dengan usaha

sebelumnya, masalah yang dihadapi kini ialah menaklukkan

seluruh Nusantara sekaligus. Pada masa sebelumnya, per-lawanan

15

Halwany Michro dkk, Catatan Masalalu…..p.289.

56

rakyat yang timbul di suatu daerah selalu dapat dilokalisir,

sehingga tidak merembet ke daerah-daerah lain. Dari daerah-

daerah lain, pasukan bantuan dapat dikerahkan untuk menindas

perlawanan rakyat yang telah dilokalkan, hingga dapat ditumpas

dengan lebih mudah. Oleh karena itu, tentara Belanda yang

jumlahnya terbatas selalu dapat dipergunakan dengan lebih

efisien.16

Perhitungan ekonomis Belanda mengharuskan untuk

menyerang Republik secara militer.Biaya pemeliharaan suatu

pasukan bersenjata sekitar 100.000 serdadu, merupakan

pemborosan keuangan yang serius dan tidak mungkin dipikul

oleh perekonomian Belanda yang hancur karena perang.Apabila

ingin mempertahankan pasukan ini, maka diperlu-kan pemasukan

keuangan yang hanya diperoleh dengan memanfaatkan komoditi

perdagangan Indonesia.Belanda belum siap untuk kembali ke

Indonesia dari tempat pengungsiannya yang aman di Australia

kepada kesulitan yang tidak dapat diatasinya.Berperang melawan

16

Ari Sapto, Perang, Militer Dan Masyarakat : Pemerintahan

Militer Pada Masa Revolusi Dan Pengaruhnya Pada Masa Kini, Sejarah Dan

Budaya, tahun ketujuh, (Juni 2013) p.20

57

rakyat Indonesia me-merlukan biaya yang besar.Kemampuan ini

tidak dipunyai ketika ke luar dari perang melawan Jepang.Uang

justru diharapkan Belanda dari mengekspor produk-produk

Indonesia ke pasar dunia.17

Apabila terjadi kebuntuan politik yang tidak dapat

diselesaikan dalam waktu dekat, Belanda akan dihadapkan pada

tiga kemungkinan, yaitu melupakan segala usaha untuk

memulihkan kekuasaannya kembali di Indonesia, meminta

bantuan luar negeri, atau melancarkan agresi militer. Pada

akhirnya kemungkinan ketiga menjadi pilihan, terbukti pada

bulan April – Mei 1947, Kepala Staf Umum Belanda, Mayor

Jenderal Buurman Van Vreden merencanakan dua metode

serangan untuk merebut dan menduduki kembali Jawa dan

Sumatera, yaitu:

Pertama, melancarkan gerak ofensif dengan menyerang

sasaran-sasaran terbatas untuk merebut dan menduduki wilayah

Jawa dan Sumatera yang mempunyai arti ekonomis yang penting.

Diharapkan tindakan tersebut akan menekan Republik Indonesia

17

Ari Sapto, Perang, Militer Dan Masyarakat ….p.20

58

untuk menerima tuntutan politik Belanda, sehingga Belanda

mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomis.

Kedua, melancarkan gerak ofensif umum untuk

melakukan algehele besetting, merebut dan menguasai seluruh

Pulau Jawa, menghancurkan kekuatan TNI, dan melikuidasi

Republik Indonesia.Setelah merebut Jawa, sebagian kekuatan

diarahkan ke Sumatera untuk merebut dan menguasai pulau

tersebut.18

Peranan pemimpin Banten dalam penyelesaian dalam

revolusi terutama menghadapi masa aksi militer Belanda kedua

sampai pada penyerahan kedaulatan. Aksi militer Belanda itu

dilancarkan pada tanggal 19 Desember 1948 sehinggga hampir

semua kota di Jawa dan Sumatra dapat dikuasai kembali oleh

Belanda, termasuk Yogyakarta. Bahkan di daerah bantenpun

dikuasainya seperti Tangerang dan Balaraja karena berdekatan

dengan Jakarta.19

18

Ari Sapto, Perang, Militer Dan Masyarakat…..p.20 19

Herman Fauzi Dkk, Banten : Dalam Peralihan Sebuah Konstruksi

Pemikiran Tentang Paradigm Baru Pembangunan Daerah, (Tangerang :

Nurros Pratama Putra), p.106

59

Untuk menghadapi kembalinya Belanda ke Indonesia,

pasukan perang direkrut dari kalangan rakyat biasa melalui

berbagai unit kelaskaran.Tidak adanya tradisi kemiliteran yang

apolis membuat para perwira didikan kedua tentara jajahan dan

pendudukan tersebut denganmudah menerima peran mereka

semasa revolusi. Khusus dengan berkaitan dengan kekuatan,

berbagai lascar, yang asal-usulnya dari rakyat, para perwira

tersebut mengambil posisi dan peran yang tidak memisahkan

kedudukan profesional kemiliteran mereka dengan kedudukan

social dan politik di tangah masyarakat. Namun dikalangan

perwira sendiri, tradisi ketentaraan yang mereka warisi dari

Belanda dan Jepang 20

berbeda. Perwira didikan Belanda diajari

tradisi bahwa tentara seharusnya secara politik bersikap netral,

sementara para perwira “nonprofessional” yang dilatih Jepang

menganggap tidak perlu dinas ketentaraan dari politik. Para

anggota laskar sendiri sering merupakan anggota partai atau

organisasi politik21

.

20

Ikrar Nusa Bhakti dkk, Tentara MendambaMitra : penelitian LIPI

tentang pasang surut keterlibatan ABRI dalam kehidupan kepartaian di

Indonesia,(Bandung, Mizan, 1999), p.56 21

Ikrar Nusa Bakti dkk, Tentara Mendamba Mitra…. p.57

60

C. Banten Menjadi Bagian Wilayah Republik Indonesia

Usaha-usaha dari kalangan yang pro-Belanda dan

kalangan yang tidak sejalan dengan kebijakan nasional

mengalami kegagalan, BPR yang diharapkan meneruskan 22

dan

meresmikan aspirasi kalangan pro-Belanda tidak memenuhi

harapan mereka.Kalangan yang tidak sejalan dengan kebijakn

Pemerintah Pusat pimpinan Chaerul Saleh dengan mudah dapat

dihancurkan oleh TNI.

Sementara itu, di tingkat nasional, usaha untuk

menyelesaikan permusuhan antara Indonesia dan Belanda terus

dilakukan melalui diplomasi. Di luar usaha politisi nasional,

agresi militer Belanda kedua juga menarik perhatian kalangan

internasional. Atas laporan komisi PBB di Indonesia, Dewan

Keamanan PBB segera bersidang hasilnya, pada tanggal 28

Januari 1949 dewan keamanan mengeluarkan sebuah resolusi

yang menganjurkan agar belan dan Indonesia segera

menghentikan permusuhan. Petunjuk-petunjuk yang berkaitan

dengan resolusi itu dikeluarkan pada tangggal 23 Maret

22

,Soharto, “Banten Masa Revolusi …. p. 242

61

1949.Akibat ancaman Amerika Serikat agar mencabut bantuan

Marschal Plane yang tengah diberikan, akhirnya Belanda

memenuhi resolusi itu.23

Dalam rangka memenuhi resolusi itu, belanda

mengadakan pendekatan-pendekatan politik dengan pihak

Indonesia. Akhirnya diadakan persetujuan Roem Van Royen

yang menghasilkan Roem-Royen Statements. Kesepakatan-

kesepakatan dalam persetujuan itu antara lain (1) Pemerintah RI

akan menghentikan perang gerilya;(2)Pemerintah RI akan turut

serta dalam KMB di Den Hag; (3) pemerintah Belanda

menyetujui kembalinya pemerintah RI di Yogyakarta; (4)

pemerintah Belanda menyetujui adanya Negara RI sebagai salah

satu Negara dalam NIS; dan (5) pemerintah Belanda berusaha

agar KMB segera diselenggarakan setellah pemerintah RI

kembali ke Yogyakarta.24

Sebagai tindak lanjut persetujuan Roem Royen, tanggal

10 Agustus 1949 dilaksanakan gencatan senjata antara Indonesia

dengan belanda, serta pada tanggal 23 Agustus 1949 dimulai

23

Soharto, “Banten Masa Revolusi …. p.243 24

Soharto, “Banten Masa Revolusi ….p.243.

62

KMB di Den Haag yang dihadiri juga oleh Wakil United Nation

Cimmision For Indonesia (UNCI). Dalam pembentukan NIS, di

Scheveningen, pada akhir bulan Oktober 1949 ditandatangani

piagam persetujuan tentanngb konstitusi RIS. Konferensi

akhirnya ditutup pada tanggal 2 November 1949 yang

menghasilkan sejumbah rancangan persetujuan yang akan

disahkkan di dalam waktu enam minggu sesudah konferensi

berakhir.

Dalam Rancangan Piagam Penyerahan Kedaulatan, Pasal

1 dinyatakan “(1) kerajaan belanda menyerahkan kedaulatan atas

Indonesia yang sepenuhnya kepada RIS tanpa syarat yang tidak

dapat dicabut, dank arena itu mengakui RIS sebagai Negara yang

merdeka dan berdaulat; (2) RIS menerima kedaulatan itu atas

dasar ketentuan-ketentuan pada konstitusinya dan rancangan itu

telah dipermaklumkan kepda Kerajaan Belanda; (3) kedaulatan

Indonesia diserahkan selambat-lambatnya pada tanggal 30

Desember 1949.

63

Hasil-hasil KMB pada awal bulan Desember 1949

diajukan ke KNIP untuk diratifikasi.25

Sidang pleno lembaga itu

menerima hasil-hasil konferensi dengan suara 226 setuju dan 62

menolak. Selanjutnya, setelah UUD sementara RIS

ditandatangani pada pertengahan bulan Desember, dipilih

Presiden RIS, dan selanjutnya dibentuk cabinet RIS di bawah

pimpinan Mohammad Hatta.Tanggal 23 Desember delegasi RIS

di bawah pimpinan Mohammad Hatta berangkat ke Nederland

untuk menandatangani akte penyerahan kedaulatan, pada tanggal

27 Desember upacara penandatangan naskah penyerahan

dilaksanakan di Amsterdam. Ratu Kerajaan Belanda, Juliana,

Perdana Menteri dan Menteri Seberang Lautan di pihak Belanda

dan Ketua Delegasi Indonesia Mohammad Hatta membubuhkan

tandatangannya. Hal serupa dilakukan juga di Jakarta. Pada

kesempatan itu, pihak Indonesia diwakili oleh sri sultan

hamengku buwana IX dan pihak belanda diwakili oleh A.H.J.

Lovink. Esok harinya, tanggal 28 Desember 1949, Presiden

bersama pemerintah RIS hijrah dari Yogyakarta ke Jakarta.

25

Soharto, “Banten MasaRevolusi,….. p. 244

64

Apa yang terjadi di tingkat nasional dilaksanakan di

tinngkat daerah. Daerah-daerah RI menurut batas-batas

sebagaimana disebutkan dalam perjanjian renville secara

berangsur-angsur di kembalikan. Daerah yang tidak termasuk

dalam suatu Negara bagian, seperti Banten, diserahkan kepada

RI26

26

Suharto, “Banten Masa Revolusi,…. p. 245