bab i,ii (komputasi proses)
DESCRIPTION
Simulasi ProsesTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Kimia merupakan salah satu bidang teknologi yang mempunyai
peranan yang sangat besar, terutama berkaitan dengan rekayasa dan operasional
suatu Industri. Tenaga ahli di bidang ini sangat dibutuhkan dalam mendukung
pembangunan di bidang industri di Indonesia. Sebagai sarjana teknik kimia kita
bertugas untuk merancang pabrik. Perancangan pabrik yang dimaksud disini
adalah merancang proses-proses yang terjadi dalam pabrik, seperti perancangan
reaksi dalam reaktor untuk menghasilkan produk yang diharapkan.
Reaktor merupakan salah satu bagian yang penting pada industri kimia.
Pada suatu reaktor akan terjadi proses reaksi kimia antara dua unsur atau lebih
dan akan menghasilkan bahan hasil reaksi sesuai dengan keperluan industri.
Perancanagn reaktor ini memerlukan pemrograman untuk menyelesaikanya. Hal
ini karena untuk melakukan pendekatan teoritis. Pada perhitungan-perhitungan
yang terkait dengan penggunaan reaktor alir kimia dalam industri, umumnya
didekati dengan keadaan ideal. Namun sesungguhnya, yang terjadi dalam reaktor
belum tentu ideal. Ketidakidealan ini dapat mengakibatkan kesalahan hasil
perhitungan, yang bisa berdampak buruk. Oleh karena itu, perlu dilakukan
evaluasi unjuk kerja terhadap reaktor (Kundari, 2009).
Dalam merancang reaktor ini terdapat banyak metode untuk
menyelesaikan berbagai kasus yang berhubungan dengan reaksi dan reaktor.
Metode numerik merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan
permasalahan model matematis dari berbagai bidang, baik dalam bidang teknis
maupun sains. Penyelesaian model matematis dengan dengan metode numerik ini
tidak lepas dari aplikasi pemprograman komputer. Dalam tugas besar ini
digunakan software Scilab untuk menyelesaikan pemodelan tersebut. Dalam hal
ini akan dibuat suatu perancangan reaktor CSTR adiabatis untuk menentukan
volume reaktor dan profil suhu terhadap konversi yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
perancangan mix reaktor pembentukan 1,3 butadiena. Proses pembentukan 1,3
butadiena ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan metode dehidrogenasi
oksidatif dengan bantuan katalis campuran Al2O3 dan Cr2O3 yang berbentuk
serbuk. Reaksi pembentukan 1,3 butadiena berlangsung pada suhu 500-600oC dan
tekanan 1 atm (Wulandhanie, 2007). Dengan kondisi tersebut ingin dirancang
sebuah mix reaktor yang sesuai dengan memanfaatkan program Scilab. Dan pada
perancangan reaktor ini dapat menentukan volume reaktor atau profil suhu
terhadap konversi yang dihasilkan.
1.3 Tujuan
1. Dapat merancang program komputasi untuk menghitung volume reaktor pada
reaktor CSTR adiabatis.
2. Mampu mensimulasikan reaktor berdasarkan program komputasi yang telah
disusun.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu merancang program komputasi untuk menghitung volume
reaktor pada reaktor CSTR adiabtis.
2. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu tentang mensimulasikan perhitungan
perancangan reaktor yang bisa mempermudah dalam proses perhitungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Jenis-Jenis Reaktor
A. Berdasarkan bentuknya
1. Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna,
sehingga komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu
uniform. Dapat dipakai untuk proses batch, semi batch, dan proses
alir.
2. Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir
Pipa. Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan,
mengalir didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
B. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch
Biasanya untuk reaksi fase cair
Digunakan pada kapasitas produksi yang kecil
Keuntungan reactor batch:
- Lebih murah dibanding reactor alir
- Lebih mudah pengoperasiannya
- Lebih mudah dikontrol
Kerugian reactor batch:
Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran
pada lubang pengaduk)
Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan
reactor, waktu reaksi)
2. Reaktor Alir (Continous Flow)
Ada 2 jenis:
a. RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)
Keuntungan:
Suhu dan komposisi campuran dalam rerraktor sama
Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti
zat pereaksi lebih lama bereaksi di reactor.
Kerugian:
Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan
tinggi.
Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP
Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang
dibutuhkan RATB lebih besar dari RAP.
b. RAP
Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir
dengan kecepatan yang sama diseluruh penampang pipa.
Keuntungan :
Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk
konversi yang sama
Kerugian:
Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot”
(bagian yang suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan .
Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor.
3. Reaktor semi batch
Biasanya berbentuk tangki berpengaduk
C. Jenis reaktor berdasarkan keadaan operasinya
1. Reaktor isotermal.
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam
reaktor, aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu
sama.
2. Reaktor adiabatis.
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara
reaktor dan sekelilingnya.
Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi
dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik
dan –rA besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis
D. Reaktor Gas Cair dengan Katalis Padat
1. Packed/Fixed bed reaktor (PBR).
Terdiri dari satu pipa/lebih berisi tumpukan katalis stasioner dan
dioperasikan vertikal. Biasanya dioperasikan secara adiabatis.
2. Fluidized bed reaktor (FBR)
Reaktor dimana katalisnya terangkat oleh aliran gas reaktan.
Operasinya: isotermal.
Perbedaan dengan Fixed bed: pada Fluidized bed jumlah katalis
lebih sedikit dan katalis bergerak sesuai kecepatan aliran gas yang
masuk serta FBR memberikan luas permukaan yang lebih besar
dari PBR
E. Fluid-fluid reaktor
Biasa digunakan untuk reaksi gas-cair dan cair-cair.
1. Bubble Tank.
2. Agitate Tank
3. Spray Tower
Pertimbangan dalam pemilihan fluid-fluid reaktor.
1. Untuk gas yang sukar larut (Kl <) sehingga transfer massa kecil maka
Kl harus diperbesar .Jenis spray tower tidak sesuai karena kg besar
pada Spray Tower
2. Jika lapisan cairan yang dominan, berarti tahanan dilapisan cairan
kecil maka Kl harus diperbesar
» jenis spray tower tidak sesuai.
3. Jika lapisan gas yang mengendalikan (maka Kg <)
» jenis bubble tank dihindari.
4. Untuk gas yang mudah larut dalam air
» jenis bubble tank dihindari.
2.1.2.Reaksi Endotermis dan Reaksi Eksotermis
A. Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor
dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksoterm selalu ditandai dengan
adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi
dihitung dengan:
ΔH = energi untuk memutus ikatan = energi untuk membuat produk
reaksi
Dengan demikian, perubahan entalpi bertanda negatif (ΔH < 0). Hal ini
dikarenakan energi yang dilepaskan lebih besar daripada energi yang
digunakan untuk reaksi.
Contoh reaksi eksoterm salah satunya adalah reaksi pembentukan air
dari hidrogen dan oksigen sebagai berikut:
2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (g) ΔH = −483,6 kJ/mol
Contoh reaksi eksoterm yang lain adalah:
Reaksi pembakaran
Reaksi netralisasi asam dan basa
Reaksi korosi seperti oksidasi logam
Reaksi polimerisasi
Respirasi
Dekomposisi tumbuhan menjadi kompos
B. Reaksi endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor
dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan adanya
penurunan suhu sistem. Dengan demikian kalor dipindahkan dari
lingkungan ke dalam sistem reaksi. Reaksi endoterm mempunyai entalpi
bernilai positif (ΔH > 0). Energi yang dilepaskan lebih kecil daripada
energi yang digunakan saat reaksi.
Salah satu contoh reaksi endoterm adalah reaksi pembentukan nitrogen
oksida dari gas nitrogen dan oksigen sebagai berikut:
N2 (g) + O2 (g) → 2NO (g) ΔH = +180,5 kJ/mol
Contoh reaksi endoterm yang lain adalah:
Fotosintesis
Cracking alkana
Reaksi dekomposisi termal
Es batu meleleh
2.1.3.Reaksi Reversible dan Reaksi Irreversible
Reaksi reversible adalah reaksi yang berlansung dua arah yaitu reaksi maju
dan reaksi balik. Sedangkan reaksi irreversible adalah reaksi yang
berlansung satu arah. Pada sistem kesetimbangan reaksi bersifat reversible.
contoh reaksi irreversible
CaCO3(s) + 2HCl (aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O (l)
Reaksi reversible
CUSO4.5H2O(s) ↔ CuSO4 (s) + 5H2O (l)
2.1.4.Molekularitas
1. Reaksi Unimolekular
Reaksi unimolekular meliputi satu molekul pereaksi dan salah satunya
isomerisasi
A B
Atau dekomposisi
A B + C
Beberapa contoh reaksi-reaksi Unimolekular
CH3NC CH3CN
C2H6 2 CH3
C2H5 C2H4 + H
2. Reaksi Bimolekular
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi
yang sama atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah
molekul produk. Mereka adalah reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi
dekomposisi)
A + B AB
2A A2
Atau reaksi pertukaran
A + B C + D
2A C + D
Beberapa contoh reaksi-reaksi bimolekular
CH3 + C2H5 C3H8
CH3 + CH3 C2H6
H + H2 H2 + H
O3 + NO O2 + NO2
3. Reaksi Termolekular
Reaksi ermolekular relatif jarang terjadi mereka termasuk tumbukan
pada tiga molekul secara serentak menghasilkan satu atau lebih produk
A + B + C produk
Beberapa contoh reaksi-reaksi termolekular
NO + O2 2NO2
NO + Cl2 2NOCl
2I + H2 2HI
H + H + Ar H2 + Ar
2.2 Studi Kasus
Reaksi pembentukan 1,3 butadiena di lakukan dengan menggunakan
metode dehidrogenasi oksidatif. Yaitu dengan mereaksikan gas n-butana pada
reaktor dengan kondisi operasi 500-600oC dan pada tekanan 1 atm. Pada reaksi
pembentukan 1,3 butadiena terdapat reaksi samping yang berjenis reaksi pararel.
Yaitu gas n-butana dapat bereaksi dengan steam menghasilakan 1,3 butadiena
dan air.
Reaksi utama yang terjadi :
C4H8 → C4H6 + H2
Reaksi samping yang terjadi :
C4H8 + 12
O2 → C4H6 + H2O
Dilihat dari tinjauan thermodinamikanya, reaksi pembentukan 1,3
butadiena dengan bahan baku butena adalah reaksi yang bersifat eksotermis.
𝜟Ho298 = 𝜟Hf
o produk – 𝜟Hf
o reaktan
Diketahui data-data pada suhu kamar : 𝜟Hfo C4H8 = – 540 J/mol 𝜟Hfo C4H6 = 109240 J/mol𝜟Hfo H2 = 0 J/mol𝜟Hfo O2 = 0 J/mol
𝜟Hfo H2O = – 241818 J/mol
Untuk reaksi (1) : C4H8 → C4H6 + H2𝜟Ho298 = 𝜟Hf
o produk – 𝜟Hf
o reaktan
= 109240 – (– 540 + 0 )
= 109780 J/mol
Entalpi reaksi standart (𝜟H298) untuk reaksi tersebut adalh 109780 J/mol.
Untuk reaksi (2) : C4H8 + 0.5 O2 → C4H6 + H2O𝜟Ho298 = 𝜟Hf
o produk – 𝜟Hf
o reaktan
= (109240 + (–241818)) – (–540 + 0)
= (–132578) + 540
= –132038
Entalpi reaksi standart (𝜟H298) untuk reaksi tersebut adalah –132038 J/mol.
Entalpi standart secara keseluruhan reaksi bersifat eksotermis, artinya ada
sejumlah panas yang dilepaskan oleh reaksi pembentukan 1 mol 1,3 butadiena
pada konsisi standar 298K.
Dan untuk menentukan reaksi tersebut bersifat reversible atau
irreversible. Hal tersebut dengan meninjau energi bebas gibbs.𝜟Go298 = 𝜟Gf
o produk – 𝜟Gf
o reaktan
Diketahui data-data pada suhu kamar : 𝜟Gfo C4H8 = 70340 J/mol 𝜟Gfo C4H6 = 149795 J/mol𝜟Gfo H2 = 0 J/mol𝜟Gfo O2 = 0 J/mol𝜟Gfo H2O = – 228572 J/mol
Untuk reaksi (1)𝜟Go298 = 𝜟Gf
o produk – 𝜟Gf
o reaktan
= 149795 – (70340 + 0)
= 79455 J/mol
ln K = – 𝜟G / RT
= –79455 / (8.314 x 298)
ln K= – 32.0697
K = 1.181 . 10-14
Untuk reaksi (2)𝜟Go298 = 𝜟Gf
o produk – 𝜟Gf
o reaktan
= (149795 + ( –228572)) – (70340 + 0)
= –149117 J/mol
ln K = – 𝜟G / RT
= 149117 / (8.314 x 298)
ln K= 60.1867
K = 1.376 . 1026
Karena harga konstanta kesetimbangan sangat besar maka dapat dikatakan reaksi
bersifat irreversible.
Pada tinjauan kinetika reaksi fasa gas dengan katalis padat terjadi
perpindahan reaktan dari fase gas ke antar muka gas padat. Persamaan yang
digunakan pada difusi reaktan adalah :
Difusi reaktan : r = kg a (pg – pi) ……(1)
Dimana, kg = koefisien transfer massa fase gas, mole/h.atm.cm2
a = luas eksternal partikel katalis per unit massa
pg = tekana parsiil fase gas
pi = tekanan parsiil di lapisan antar muka gas – padat
Harga kg dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut :
Kg Mm pi (µ/𝝆D)2/3 G-1 = 0.989 (dp G/µ)-0.41 ……(2)
Atau Kg Mm pi (µ/𝝆D)2/3 G-1 = 1.82 (dp G/µ)-0.51 ……(3)
Dimana persamaan (2) berlaku untuk (dp G/µ) lebih besar dari 350 dan
persamaan (3) berlaku untuk bilangan Reynold yang lebih kecil.
Produk yang telah dihasilkan dari permukaan katalis akan menurunkan
energi aktivasi dan melepas situs aktifnya. Kecepatan terjadinya deaktivasi sesuai
dengan konsep Arhenius, k = A e-E/RT.
Pada tahap ini terjadi deaktivasi butene menjadi butene terabsobsi dan
deaktivasi 1,3 butadena menjadi 1,3 butadiena terabsobsi.