bab iii kita
TRANSCRIPT
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 1/8
21
BAB III
TELAAH JURNAL
Latar Belakang: Magnesium sulfat digunakan untuk pencegahan kejang pada
eklampsia. Secara empiris dan bukti klinis mendukung efektivitas magnesium
sulfat dalam pencegahan kejang pada eklampsia, namun, masih belum diketahui
mengenai keamanan dan mekanisme kerjanya. Jurnal ini ini membahas
mengenai kemungkinan mekanisme aksi dan
kontroversi penggunaan magnesium sulfat.
Review: Jurnal ini berisi beberapa mekanisme atau efek magnesium sulfat
dalam vasodilatasi pembuluh darah perifer dan serebral, perlindungan blood-brain
barrier , dan sebagai antikonvulsan.
Kesimpulan: Meskipun mekanisme secara spesifik efek magnesium sulfat dalam
pencegahan dari eklampsia masih belum jelas, sebab ada kemungkinan pengaruh
multi-faktorial. Magnesium sulfat dapat bertindak sebagai vasodilator
di pembuluh darah perifer atau serebral,menurunkan resistensi pembuluh darah
perifer atau mengurangi vasokonstriksi. Selain itu, magnesium sulfat juga dapat
melindungi blood-brain barrier dan mencegah terjadinya edema serebral, atau
mungkin bertindak sebagai antikonvulsan.
Magnesium sulfat (MgSO4) telah digunakan sejak abad ke-20 untuk pencegahan
kejang pada eklampsia bahkan secara empiris MgSO4 lebih unggul dibanding
fenitoin, nimodipin, diazepam dan placebo. MgSO4 juga mampu mengurangi
risiko kejang berulang pada eklampsia pada wanita sebesar 52% bila
dibandingkan diazepam dan 67% bila dibandingkan dengan fenitoin.Meskipun efektivitas MgSO4 dalam mengobati dan mencegah eklampsia telah
diketahui, namun masih belum banyak diketahui mengenai keamanannya, seperti
toksisitas hypermagnesemia. Konsentrasi serum normal Mg2+ adalah 1,5-2,5 mEq
/ L (1,8-3,0 mg / dL), yang ⅓ sampai ½ % berikatan dengan protein plasma.
Konsentrasi magnesium serum yang dianjurkan untuk pengobatan kejang pada
eklampsia adalah 3,5-7 mEq / L (4,2-8,4 mg / dL), melalui pemberian secara
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 2/8
22
intramuskuler (6 g i.m. kemudian 2 g / jam), intravena (2 sampai 4 g, maksimal 1
g / menit), atau kombinasi.
Areflexia, terutama hilangnya refleks patella, terjadi jika kadar magnesium serum
mencapai 8-10 mEq / L, dan kelumpuhan pernafasan terjadi jika kadarnya
mencapai 13 mEq/L, bahkan dapat menyebabkan henti jantung. Selain itu, ada
laporan bahwa pada beberapa pasien kejang pada eklampsia tidak berhenti
bahkan dengan peningkatan kadar MgSO4, yang berarti bahwa MgSO4 tidak
efektif dalam mengobati semua kasus eklampsia.
Dengan berkembangnya teknologi laboratorium, magnesium terionisasi (Mg2+
bentuk aktif) dalam serum dapat diukur. Terdapat hubungan antara total
magnesium dan yang terionisasi, baik sebelum pengobatan atau selama
pengobatan dengan MgSO4 untuk preeklampsia. Pasien preeklampsia yang diobati
dengan dosis 4 g intravena diikuti oleh infus 2 g per jam, ditemukan bahwa
konsentrasi baik total maupun Mg2+ meningkat cepat, tapi konsentrasi optimal
untuk magnesium total adalah 4,84±0,24 mg/dL, sedangkan untuk magnesium
terionisasi adalah 2,04±0,14 mg/dL, namun, konsentrasi serum kalsium terionisasi
(Ca2+
) tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian MgSO4
tidak berhubungan dengan kadar kalsium terionisasi.
Meskipun penggunaan MgSO4 tersebar luas dan efektif, yang mekanisme aksi
masih belum jelas. Beberapa kemungkinan mekanisme yang mungkin antara lain
bertindak sebagai vasodilator (pada pembuluh darah perifer maupun serebral)
dengan mengurangi vasokonstriksi, melindungi blood-brain barrier (BBB) untuk
mengurangi pembentukan edema serebral, dan bertindak sebagai antikonvulsan.
Magnesium sebagai vasodilator
Magnesium merupakan antagonis kalsium yang unik karena dapat mempengaruhi
calcium chanel pada otot polos vaskular, sehingga mengurangi konsentrasi
kalsium intraseluler. Salah satu efek utama dari penurunan kalsium intraseluler
adalah inaktivasi calmodulin-dependent myosin light chain kinase sehingga
vasokonstriksi berkurang, menurunkan resistensi perifer dan pembuluh darah
otak, dan menurunkan tekanan darah.
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 3/8
23
Salah satu teori dari etiologi kejang pada eklampsia adalah vasospasme
serebrovaskular yang dapat diamati dengan doppler transkranial (TCD). Sehingga
vasodilator seperti MgSO4 dapat menjadi pilihan untuk mengatasi ensefalopati
pada eklampsia. Eklampsia juga dianggap sebagai bentuk posterior reversibel
ensefalopati syndrome (Pres) dan mirip dengan ensefalopati hipertensi, di mana
peningkatan akut pada tekanan darah mengakibatkan dilatasi dari vasokonstriksi
myogenic arteri serebral dan arteriol sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
BBB yang berakibat terjadinya edema. MgSO4 mengakibatkan vasodilatasi di
otak dan arteri mesenterika, namun, arteri mesenterika lebih sensitif terhadap
MgSO4, terutama selama kehamilan, sebab tidak ditemukan perubahan signifikan
dalam cerebral blood flow (CBF) maupun diameter arteri serebral. Hal ini
menunjukkan bahwa efek dari MgSO4 sebagai profilaksis kejang pada eklampsia
lebih berhubungan dengan efek pada pembuluh darah perifer dan penurunan
tekanan darah sistemik daripada efek langsung pada CBF (Gambar 1). Efek
hipotensi dapat terjadi pada pemberian bolus MgSO4.
Penelitian menggunakan tikus hamil yang diberi nitric oxide synthase inhibitor L-
NAME (untuk menginduksi hipertensi), kemudian dilakukan pengobatan dengan
MgSO4 secara signifikan menghasilkan tekanan darah lebih rendah dan hasil
neonatal yang lebih baik dibandingkan tidak diberikan MgSO4. Namun, MgSO4
bukan pilhan pertama jika hanya untuk menurunkan tekanan darah, karena ada
obat lain yang lebih cocok untuk tujuan tersebut dalam eklampsia, termasuk
hydralazine, labetalol, dan nifedipine.
Kehamilan dapat mempengaruhi reaktivitas dan kepekaan vaskular pada MgSO4.
Arteri uterus wanita hamil, 3-kali lipat lebih reaktif terhadap MgSO4 dari pada
wanita yang tidak hamil. MgSO4 memiliki efek lain di dalam pembuluh darahyang juga bisa menjelaskan efektivitasnya dalam eklampsia (termasuk dalam
Gambar 1). Magnesium dapat merangsang produksi prostasiklin oleh sel endotel
sehingga menyebabkan vasodilatasi, atau dengan menghambat aggregasi
trombosit. Pada pasien dengan pregnancy-induced hipertensi, MgSO4
menurunkan konsentrasi angiotensin-converting enzyme dalam serum, sehingga
mengurangi disfungsi endotel pada (pre) eklampsia.
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 4/8
24
Efek pada Blood Brain Barrier dan Edema Cerebral
Pembuluh darah endotel pada cerebral membentuk BBB memiliki komposisi yang
unik dibandingkan dengan endotel di perifer. Karena endotel di perifer memiliki
penetrasi kapiler yang rendah, pinositosis tingkat basal yang rendah, dan adanya
resistensi yang tinggi dari tight junction diantara sel endotel yang berdekatan.
Gangguan BBB dapat mengakibatkan pembentukan edema vasogenik, dimana
gambaran klinisnya berupa eklamsia. Penurunan permeabilitas BBB yang
disebabkan pengobatan MgSO4, yang pernah dipublikasikan pada penelitian
menggunakan hewan dengan BBB yang telah dirusak berupa trauma cedera otak
ensefalopati septik, hipoglikemi, dan injeksi manitol. Pengobatan mgso4 dapat
menurunkan permeabilitas BBB dalam menangani hipertensi eksaserbasi akut
pada tikus hamil. Selain itu beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Mgso4
dapat menurunkan pembentukan edema otak setelah cedera otak. Untuk itu,
penelitian ini telah membuktikan bahwa mekanisme kerja dari mgso4, selain
sebagai pengobatan eklamsia dapat berfungsi sebagai pelindung BBB dan
menurunkan pembentukan edema serebral.
Beberapa tindakan dari mekanisme yang menjelaskan tentang mgso4 sebagai
neuroprotektan (gambar 2). Magnesium merupakan antagonis kalsium yang
bekerja pada intra seluler dan ekstra seluler dan bekerja langsung pada sel endotel
otak. Ada kemungkinan bahwa dalam bekerja sebagai antagonis kalsium pada
tingkat sel endotel aktin sitoskeleton, mgso4 menghambat gerakan paraseluler zat
terlarut melalui tight junction(gambar 2). Hipotesis ini didukung oleh beberapa
penelitian yang menunjukkan bahwa penghambatan rantai ringan miosin(MLC)
fosforilasi menurunkan agonis yang menginduksi permeabilitas dengan cara
menghambat kontraksi stress aktin fiber. pinosit yang diinduksi oleh hipertensiakut dan berkontribusi pada kenaikan BBB selama penimgkatan tekanan
intravaskuler. Pengobatan Mgso4 dapat menyebabkan penurunan pinosit yang
disebabkan hipertensi eksaserbasi akut dan membatasi ketegangan air dan zat
yang terlarut dalam otak sebagai transport transeluler sehingga dapat membatasi
pembentukan edema dan meningkatkan hasil klinis eklamsia
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 5/8
25
Aktivitas Antikejang
Meskipun MgSO4 banyak digunakan, kontroversi mengenai manfaat dari
MgSO4 sebagai pengobatan dari kejang eklamsi masih sering terjadi. Hal ini
disebabkan karena, mekanisme pengobatan dengan MgSO4 hanya melalui aksi
neuromuscular junction tanpa mengobati kejang di sistem saraf pusat. Dosis
terkait mengenai aksi di neuromuscular junction telah ditunujakn pada pasien
wanita dengan preeklamsi yang mendapat terapi MgSO4. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa hanya terdapat sedikit atau tidak ada perubahan
electroencephalograms selama mendapat terapi MgSO4 dan efek minimal pada
sistem saraf pusat pada kedua subyek peneliti yaitu pasien normal dan eklamsi
serta hewan. Namun, berdasarkan uji klinis telah menunujan kemajuan dalam
penggunaan terapi MgSO4 dalam pencegahan kejang eklamsi dibanding obat
antikonvulsan lain, termasuk fenitoin dan diazepam.
Aktivitas antikonvulsan dari magnesium ini terkait dengan peranannya
sebagia reseptor antagonis dari N-metil-D-aspartat (NMDA). Kejang dipicu oleh
stimulasi glutamat reseptor, seperti reseptor NMDA. Hasil penelitian pada hewan
tikus, menunujukan bahwa pengobatan dengan magnesium, resisten baik terhadap
stimulasi elektrik dan NMDA akibat kejang hipocampal. Selain itu, pengobatan
denganMgSO4 secara signifikan menyebabkan penurunan pengikatan respetor
NMDA kapasitas di otak. Penelitian yang dilakukan pada hewan juga menunjukan
bahwa pengobatan dengan MgSO4 dapat mengurangi aktivitas kejang epilepsi,
akan tetapi temuan ini ditentang karena tidak memenuhi kontrol subyek
penelitian.
Ion magnesium harus menembus BBB untuk memberikan efek anti kejang
sentral. Hal ini telah terbukti pada penelitian yang dilakukan pada hewan dimanaMgSO4 dapat menembus BBB yang ditandai dengan tingkat hypermagnesemia
pada serum. Menariknya, aktivitas kejang sendiri dapat meningkatkan aliran
magnesium ke dalam otak. Penelitian pada manusia sendiri juga menunjukan
hasil yang signifikan minimal adanya peningkatan konsentrasi MgSO4 dalam
cairan serebrospinal . Sebaliknya dalam penelitian lain menunjukan bahwa BBB
mencegah perubahan konsentrasi magnesium dalam otak dan cairan serebrospinal.
Namun, pada kelompok penelitian yang sama menyatakan bahwa jumlah minimal
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 7/8
27
terkait dengan peningkatan ekspresi AQP4 diotak secara signifikan dalam
kehamilan.
Salah satu kesulitan dalam penelitian peeklamsi dan eklamsi adalah
kurangnya model hewan yang tepat, khususnya sebagai (pra) eklampsia adalah
penyakit spesifik untuk bipedal. Dilaboratorium, peneliti menggunakan tikus
dengan hipertensi enchepalopati selama kehamilan untuk mempelajari gejala
neurologis selama eklamsi, khususnya mengenai peningkatan tekanan darah
secara akut yang memicu dilatasi paksa pada otot yang mengalami vasokontriksi,
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas BBB yang menyebabkan edem.
Pada model hewan lain yang mengalami preeklamsi dan eklamsi, meyebabkan
perfusi aliran uterus plasenta berkurang.
Gambar 7. Aktivitas antikonvulsan magnesium sulfat. Kejang terjadi akibat pengeluaran yang
berlebihan dari neurotransmiter eksitoksik, seperti glutamat. Glutamat yang berlebihan dapat
mengaktivasi reseptor NMDA, yang memicu depolarisasi jaringan saraf dan potensial aksi.
Magnesium dapat meningkatkan ambang kejang dengan menghambat reseptor NMDA, sehingga
membatasi pengaruh glutamat.
7/22/2019 Bab III Kita
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-kita 8/8
28
Kesimpulan
MgSO4 telah terbukti menjadi pilihan pengobatan yang efektif untuk pencegahan
eklamsi. Mekanisme kerja dari MgSO4 itu terjadi secara multi-faktorial, salah
satunya melalui mekanisme vaskuler dan neurologis. Melalui kalsium antagonis
yang berefek pada otot pembulug darah yang menyebabkan mekanisme
vasodilatasi yang menurunkan tahan vascular perifer. Selain itu MgSO4 memiliki
efek pada edotelium serebral yang mengurangi edema vasogenik dengan cara
mengurangi kontraksi dan permeabilitas paracelular melalui mekanisme kalsium.
Mekanisme terakhir dari MgSO4 adalah dengan menghambat reseptor NMDA
yang berfungsi sebagai antikonvulsi dengan meningkatkan ambang kejang.