bab i kita
DESCRIPTION
asTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung terutama hipertensi, iskemik, dan penyakit katup jantung
adalah penyakit medis yang paling sering ditemui dalam praktek anestesi dan
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perioperatif. Manajemen
pasien dengan penyakit ini terus menantang ketelitian dan sumber daya ahli anestesi.
Respon terhadap rangsangan adrenergik bedah dan efek sirkulasi agen anestesi,
intubasi endotrakeal, ventilasi tekanan positif, kehilangan darah, pergeseran cairan,
dan perubahan suhu tubuh memberikan beban tambahan pada sistem kardiovaskular
sudah sering dibicarakan. Sebagian besar agen anestesi menyebabkan depresi
jantung, vasodilatasi, atau keduanya. Bahkan anestesi yang tidak memiliki efek
langsung peredaran darah dapat menyebabkan depresi sirkulasi jelas pada pasien
yang tergantung pada peningkatan aktivitas simpatis kronis. Gangguan ini sebagai
konsekuensi dari keadaan teranestesi dapat menyebabkan dekompensasi sirkulasi
akut.1
Prevalensi penyakit kardiovaskular meningkat secara progresif dengan
bertambahnya umur. Selain itu, jumlah pasien di atas 65 tahun diperkirakan akan
meningkat sebesar 25-35% selama dua dekade berikutnya. Infark miokard
perioperatif (MI), edema paru, gagal jantung kongestif, aritmia, dan tromboemboli
1
yang paling sering terlihat pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada
sebelumnya. Komplikasi kardiovaskular menyumbang angka sekitar 25-50% dari
kematian setelah operasi noncardiak. Insiden pasca operasi edema paru kardiogenik
adalah sekitar 2% pada semua pasien lebih dari 40 tahun, tapi itu adalah 6% pada
pasien dengan riwayat gagal jantung dan 16% pada pasien dengan gagal jantung
dengan kompensasi yang buruk. Prevalensi yang relatif tinggi gangguan
kardiovaskular pada pasien bedah telah melahirkan upaya untuk mendefinisikan
risiko jantung atau kemungkinan komplikasi jantung intraoperatif atau pasca operasi
fatal atau mengancam jiwa.1
Tindakan operasi non-jantung cukup sering dilakukan pada pasien yang menderita
penyakit jantung atau yang berisiko. Penyakit jantung dapat menjadi kontraindikasi relatif atau
absolut terhadap anestesia. Obat-obatan anestesi dapat memperberat bahkan memicu timbulnya
penyakit jantung. Perubahan hemodinamik selama anestesia dapat menimbulkan gangguan sirkulasi
dalam mensuplai nutrisi pada jantung dan jaringan perifer.2
Dari uraian di atas maka kami tertarik untuk mengetahui penanganan anestesi
pada operasi non jantung pada pasien dengan enyakit jantung.
1.2 Tujuan
Tujuan referat ini adalah untuk mengetahui gambaran penanganan anestesi
operasi non jantung pada pasien dengan kelainan jantung.
2
1.3 Manfaat
Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta pembaca
mengenai penanganan anestesi operasi non jantung pada pasien dengan kelainan
jantung. Selain itu, referat ini juga akan dijadikan untuk melengkapi persyaratan
kelulusan Kepaniteraan Klinik di bagian Anestesi FKU Malahayati.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Jantung
Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang
memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang.
Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani
cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu organ manusia yang berperan
dalam sistem peredaran darah.3
Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum
diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung
terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari
midline sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek
jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.4
Gambar 1. Letak Jantung pada tubuh manusia4
4
Jantung berpetak empat yaitu atrium dextrum dan atrium sinistrum, serta
ventriculus dexter dan ventriculus sinister.3
Dinding masing-masing ventriculus jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu:3
Endocardium, lapisan dalam yang melapisi ventriculus jantung dan katupnya
Myocardium, lapisan tengah yang dibentuk oleh serabut otot jantung
Epicardium, lapisan luar yang dibentuk oleh lamina visceralis pericardium
serosum
Gambar 2. Lapisan Jantung4
Atrium dextrum, rongga ini membentuk tepi kanan jantung dan menerima
darah venosa dari vena cava superior dan vena cava inferior serta sinus coronarius.
Auricula dextra adalah kantong muskular berupa kerucut kecil yang menganjur dari
atrium dextrum dan menutup aorta ascendens. Sinus coronarius terletak di bagian
dorsal sulcus coronarius dan menerima darah dari vena-vena jantung.3
Bagian dalam atrium dextrum memiliki bagian belakang yang licin dan
berdinding tipis, dikenal sebagai sinus venarum cavarum yang menampung kedua
vena cava dan sinus coronarius, dan bagian depan yang kasar lebih berotot,
5
dilengkapi dengan rigi-rigi muskular. Batas luar antara kedua bagian tadi berupa alur
vertikal dangkal yang disebut sulcus terminalis dan batasnya disebelah dalam berupa
rigi vertikal yang dikenal sebagai crista terminalis. Vena cava superior bermuara
kedalam bagian kranial setinggi cartilago costalis III dextra. Vena cava infeior
bermuara ke dalambagian kaudal,hampir dalamperpanjangan vena cava superior.3
Ventrikulus dexter membentuk bagian permukaaan sternokostal jantung
terbesar, sebagian kecilpermukaan diafragmatik dan hampir seluruh tepi bawah
jantung. Ke arah kranial ventrikulus dexter meruncing menjadi kantong berupa
kerucut yang disebut conus arteriosus yang beralih menjadi truncus pulmonalis.3
Atrium sinistra membentuk bagian alas jantung terbesar. Auricula sinistra
membentuk bagian kranial tepi kiri jantung. Ventriculus sinister membentuk apex
cordis, hami\pir seluruh permukaan dan tepi kiri, dan permukaan diafragmatik.
Karena tekanan darah jauh lebih tinggi dalam peredaran darah sistemik daripada
dalam peredaran pulmonal, ventriculus sinister bekerja lebih keras daripada
ventriculus dexter.3
6
Gambar 3. Anatomi Jantung4
2.2. Fisiologi Jantung
Jantung adalah pompa muskular dengan fungsi ganda dan pengaturan
diri secara otomatis, dan bagian-bagiannya bekerja sama untuk mengalirkan darah ke
berbagai bagian tubuh. Sisi kanan jantung menerima darah yang miskin akan oksigen
(biru) dari tubuh melalui vena cava superior dan vena cava inferior dan memompanya
ke paru-paru melalui truncus pulmonalis untuk oksigenasi, sedangkan sisi kiri
menerima darah yang kaya akan oksigen (merah) dari paru-paru dan memompanya
ke dalam aorta untuk disalurkan ke tubuh.4 Sistem peredaran darah terdiri dari
jantung, pembuluh darah, dan darah. Fungsinya adalah untuk menyediakan oksigen
dan nutrisi ke jaringan dan membawa pergi produk dari metabolisme. Jantung
mendorong darah melalui dua sistem vaskular disusun secara seri. Dalam sirkulasi
paru-paru, darah mengalir melewati membran alveolar kapiler, mengambil oksigen,
dan mengeluarkan CO2. Dalam sirkulasi sistemik, darah yang mengandung oksigen
7
dipompa untuk metabolisme jaringan, dan produk sampingan metabolisme yang
diambil untuk eliminasi oleh paru-paru, ginjal atau hati.1
Jantung terdiri dari otot lurik khusus dalam kerangka jaringan ikat. Otot jantung
dapat dibagi menjadi atrium, ventrikel, dan alat pacu jantung khusus. Sifat rangsang
dari sel-sel otot jantung dan organisasi mereka yang unik memungkinkan jantung
berfungsi sebagai pompa yang sangat efisien. Koneksi resistansi rendah Serial antara
sel-sel miokard individual memungkinkan penyebaran cepat dan tertib aktivitas listrik
di masing-masing ruang pompa. Aktivitas listrik mudah menyebar dari satu atrium ke
yang lain dan dari satu ventrikel ke yang lain melalui jalur konduksi khusus. Tidak
adanya normal koneksi langsung antara atrium dan ventrikel kecuali melalui
atrioventrikular (AV) penundaan simpul konduksi dan memungkinkan kontraksi
atrium ke ventrikel perdana.1
Potensi Aksi Jantung5
Inisiasi & Konduksi Jantung Impuls
Dorongan jantung biasanya berasal dari sinoatrial (SA) node, sekelompok sel
alat pacu jantung khusus dalam sulkus terminalis, posterior di persimpangan atrium
kanan dan vena kava superior. Sel-sel ini tampaknya memiliki membran luar yang
bocor sodium (dan mungkin kalsium). Lambat masuknya sodium , yang
menghasilkan kurang negatif , potensial membran istirahat ( -50 sampai -60 mV ) ,
8
memiliki tiga konsekuensi penting : inaktivasi konstan saluran natrium cepat ,
potensial aksi dengan ambang -40 mV yang terutama karena gerakan ion melintasi
saluran kalsium lambat, dan depolarisasi spontan biasa. Selama setiap siklus ,
kebocoran natrium intraseluler menyebabkan membran sel menjadi semakin kurang
negatif , ketika potensi ambang tercapai , saluran kalsium terbuka , kalium
permeabilitas menurun , dan potensial aksi berkembang . Restorasi permeabilitas
kalium yang normal mengembalikan sel-sel dalam SA node ke potensi yang normal
membran istirahat mereka .
Dorongan yang dihasilkan di SA node biasanya dilakukan cepat di atrium dan
nodus AV . Serat atrium khusus dapat mempercepat konduksi untuk kedua atrium kiri
dan simpul AV . The AV node, yang terletak di dinding septum atrium kanan hanya
anterior pembukaan sinus koroner dan di atas penyisipan selebaran septum dari katup
trikuspid , sebenarnya terdiri dari tiga bidang yang berbeda : sebuah junctional atas
( AN ) wilayah , sebuah nodal tengah ( N ) wilayah , dan junctional lebih rendah ( NH
) wilayah . Meskipun daerah N tidak memiliki aktivitas spontan intrinsik
( otomatisitas ) , kedua daerah junctional lakukan . Biasanya lebih lambat laju
depolarisasi spontan di daerah AV junctional ( 40-60 kali / menit ) memungkinkan
lebih cepat SA node untuk mengontrol detak jantung . Setiap faktor yang
menurunkan tingkat SA node depolarisasi atau meningkatkan otomatisitas dari AV
daerah junctional memungkinkan daerah junctional berfungsi sebagai alat pacu
jantung untuk jantung .
9
Impuls dari SA node biasanya mencapai AV node setelah sekitar 0,04 s tapi
pergi setelah lain 0.11 s . Penundaan ini merupakan hasil dari serat miokard
melakukan perlahan-lahan kecil di dalam nodus AV , yang tergantung pada saluran
kalsium lambat untuk propagasi dari potensial aksi . Sebaliknya , konduksi impuls
antara sel-sel yang berdekatan di atrium dan ventrikel terutama disebabkan aktivasi
dan inaktivasi saluran natrium cepat . Serat yang lebih rendah dari node AV
bergabung membentuk bundel umumnya . Kelompok khusus ini dari serat masuk ke
dalam septum interventrikular sebelum membagi ke kiri dan kanan cabang untuk
membentuk jaringan yang kompleks dari serat Purkinje yang depolarizes kedua
ventrikel . Dalam kontras dengan AV jaringan nodal , Purkinje - Nya serat memiliki
kecepatan konduksi tercepat dalam hati , sehingga depolarisasi hampir simultan dari
seluruh endokardium kedua ventrikel ( biasanya dalam 0,03 s ) . Penyebaran impuls
dari endokardium ke epikardium melalui otot ventrikel membutuhkan tambahan 0,03
s . Dengan demikian , suatu dorongan yang timbul dari SA node biasanya
membutuhkan kurang dari 0,2 s untuk mendepolarisasi seluruh jantung.1
Siklus jantung
Siklus jantung dapat didefinisikan oleh kedua peristiwa listrik dan mekanik.
Sistol mengacu pada kontraksi dan diastole mengacu pada relaksasi . Kebanyakan
diastolik ventrikel mengisi terjadi secara pasif sebelum kontraksi atrium . Kontraksi
atrium biasanya menyumbang 20-30 % dari pengisian ventrikel . Tiga gelombang
10
secara umum dapat diidentifikasi pada penelusuran tekanan atrium. Gelombang
adalah karena sistol atrium . Gelombang c bertepatan dengan kontraksi ventrikel dan
dikatakan disebabkan oleh menonjol dari katup AV ke atrium . Gelombang v adalah
hasil dari penumpukan tekanan dari aliran balik vena sebelum katup AV terbuka lagi .
The x keturunan adalah penurunan tekanan antara c dan v gelombang dan dianggap
karena merobohkan atrium oleh kontraksi ventrikel . Inkompetensi katup AV di
kedua sisi jantung menghapuskan x keturunan di sisi itu , sehingga gelombang cv
menonjol. Y keturunan mengikuti gelombang v dan merupakan penurunan tekanan
atrium sebagai katup AV terbuka. Takik dalam penelusuran tekanan aorta disebut
sebagai incisura dan mewakili aliran balik sementara darah ke ventrikel kiri sebelum
penutupan katup aorta .1
Gambar 4a, 4b. Cara kerja Jantung6
11
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari
ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.6
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida
(darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava)
menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, ia akan mendorong
darah ke dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.6
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke
dalam arteri pulmonalis menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui
pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang mengelilingi kantong udara di
paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan karbondioksida dan selanjutnya dialirkan
kembali ke jantung.6
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri
disebut sirkulasi pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru.6
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui katup
bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini
disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. dan sebagainya.6
12
Heart Rate
Curah jantung umumnya berbanding lurus dengan denyut jantung. Denyut
jantung adalah fungsi intrinsik dari SA node (depolarisasi spontan) namun
dimodifikasi oleh faktor-faktor otonom, humoral, dan lokal. Tingkat intrinsik normal
dari SA node pada dewasa muda adalah sekitar 90-100 denyut / menit, tetapi
menurun sesuai dengan usia berdasarkan rumus berikut:
Aktivitas vagal ditingkatkan memperlambat denyut jantung melalui stimulasi M2
kolinergik reseptor, sedangkan aktivitas simpatis meningkatkan denyut jantung
ditingkatkan terutama melalui aktivasi reseptor adrenergik-1 dan, pada tingkat lebih
rendah, reseptor adrenergik-2.1
Volume Stroke
Volume Stroke biasanya ditentukan oleh tiga faktor utama: preload, afterload,
dan kontraktilitas. Analisis ini analog dengan pengamatan laboratorium pada
persiapan otot rangka. Preload yang panjang otot sebelum kontraksi, sedangkan
afterload adalah ketegangan otot terhadap yang harus berkontraksi. Kontraktilitas
adalah properti intrinsik dari otot yang berhubungan dengan kekuatan kontraksi tetapi
independen dari kedua preload dan afterload. Karena jantung adalah pompa
multichambered tiga-dimensi, baik bentuk geometris ventrikel dan disfungsi katup
juga dapat mempengaruhi stroke volume.1
13
Preload
Preload ventrikel volume akhir diastolik, yang umumnya tergantung pada
pengisian ventrikel. Hubungan antara curah jantung dan akhir diastolik ventrikel kiri
volume yang dikenal sebagai hukum Starling tentang jantung (Gambar 19-6).
Perhatikan bahwa ketika denyut jantung adalah konstan, curah jantung berbanding
lurus dengan preload, sampai volume akhir diastolik berlebihan dicapai. Pada saat itu
curah jantung tidak lumayan berubah-atau bahkan mungkin menurun. Overdistensi
baik ventrikel dapat menyebabkan dilatasi berlebihan dan inkompetensi katup AV.1
Afterload
Afterload untuk jantung utuh umumnya disamakan dengan baik ketegangan
dinding ventrikel selama sistol atau impedansi arteri untuk ejeksi. Dinding
ketegangan dapat dianggap sebagai tekanan ventrikel harus diatasi untuk mengurangi
rongga nya. Jika ventrikel diasumsikan bulat, ketegangan dinding ventrikel dapat
dinyatakan oleh hukum Laplace.1
2.3. Penyakit –penyakit Jantung
Penyakit jantung merujuk pada penyakit yang menyerang jantung dan sistem
pembuluh darah. Jantung adalah organ strategis dalam tubuh seseorang karena
peranannya sebagai pemompa darah.7
14
Ada banyak penyebab penyakit jantung seperti pola hidup, kelainan bawaan
sejak lahir, dan pola makan yang tidak sehat. Serangan jantung merupakan akibat
mematikan dari penyakit jantung koroner yang menjadi pembunuh wanita dan pria
paling banyak di Amerika.7
Faktanya, penyakit jantung tak hanya menyerang orang lanjut usia. Dewasa
ini, banyak anak muda yang telah mengidap berbagai penyakit jantung. Bahkan bayi
yang baru lahir bisa mengidap kelainan pada jantung. Penyakit jantung antara lain :7
1. Aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena
endapan plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga
menghambat dan menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis
dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung,
maka disebut penyakit jantung koroner (coronary artery disease) atau
penyakit jantung iskemik.7
Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak
gangguan penyakit. Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada
dinding pembuluh darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada
pembuluh jantung. Pada tahap berikutnya, tubuh berusaha memulihkan diri
dengan menempatkan zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup
15
keretakan. Lambat laun, karena proses peretakan dan penutupan yang
berulang, zat-zat lemak itu bisa menutup pembuluh jantung.7
Salah satu gejala aterosklerosis jantung adalah Angina pektoris, yaitu
rasa nyeri/tidak enak di daerah jantung dan dada karena berkurangnya
pasokan darah ke otot jantung. Angina bisa terjadi baik saat beraktivitas fisik
maupun beristirahat. Bila berlanjut, angina bisa berkembang menjadi infark
miokard akut yang berbahaya.7
Iskemik dan infark myokard perioperatif (PMI) merupakan penyebab
terbanyak morbiditas dan mortalitas jangka pendek dan jangka panjang pada
lingkungan operasi. Diperkirakan sekitar lebih dari setengah kematian
postoperatif disebabkan oleh penyakit jantung, berupa iskemik.7
2. Infark Miokard Akut
Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan
pada arteri koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan
mengalami kerusakan atau kematian mendadak.7
3. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kerusakan/gangguan otot jantung sehingga
menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam
menyedot dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko
terkena arritmia dan gagal jantung mendadak. Kardiomiopati masih dibagi
16
lagi jenisnya menjadi kardiomipati kongestif, hipertrofik, restriktif dan
peripartum. 7
4. Arritmia
Adalah jenis penyakit jantung yang mengganggu yakni gangguan
irama jantung atau detak jantung. Detak jantung bisa lebih cepat, lebih lambat,
dan tidak teratur. Faktor utama penyakit aritmia adalah kurangnya kalsium
dalam tubuh dan terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung atau
gangguan rangsang dan penghantaran rangsang jantung ringan maupun berat.7
Penyumbatan pembuluh darah jantung yang juga berefek pada detak
jantung yang tidak normal akan berakibat pada serangan jantung. Selain hal
tersebut penyebab aritmia lainnya adalah diabetes, tekanan darah tinggi,
merokok, kafein, alkohol, stres, kematian otot jantung, penyalahgunaan obat,
dan terlalu aktifnya kelenjar thyroid.7
5. Gagal Jantung Kongestif.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena
berhenti bekerja, namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya.
Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh
lainnya.7
17
6. Fibrilasi Atrial
Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listik jantung yang mengganggu
atrial. Gangguan impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak
beraturan dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung
tidak sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel).
Fibrilasi atrial biasanya terkait dengan banyak gangguan jantung lainnya,
termasuk kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll. Hipertiroid dan
keracunan alkohol juga bisa menyebabkan fibrilasi atrial.7
7. Inflamasi Jantung
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis),
selaput yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam
(endokarditis). Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun
infeksi.7
8. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.7
9. Kelainan Katup Jantung atau Heart Valve Disease
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam
jantung. Kelainan katup jantung atau Heart Valve Disease atau masalah pada
18
katup jantung adalah keadaan dimana salah satu atau lebih katup jantung tidak
bekerja dengan baik sehingga dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain
karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup
sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir
maupun karena infeksi dan efek samping pengobatan.7
2.4. Anestesi
Anestesi adalah tidak adanya sensibilitas (rasa) semua (sakit, panas, dingin,
kasar, halus, dsb ) yang pada akhirnya akan menyebabkan tidak sadar. Anestesi
dibagi menjadi 2 yaitu :8
2.4.1.Anestesi Umum
Adalah ketidaksadaran yang reversible yang disebabkan oleh zat
anestesi disertai oleh hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh. Balanced
Anesthesia ialah kombinasi penggunaan obat iv dan inhalasi untuk
mempertahankan anestesi (misalnya propofol, sevofluran), analgetik untuk
nyeri (misalnya opiate, NSAID) dan bila diindikasikan relaksan otot
(misalnya attacurium, rocuronium), atau anetesi regional. Balanced Anethesia
bertujuan untuk meminimalkan resiko pasien dan memaksimalkan
kenyamanan pasien, menenangkan pasien, meminimalkan nyeri dan
menurunkan potensi efek samping yang berhubungan dengan agen anelgesi
dan anestesi. 8
19
2.4.2. Anestesi Regional
Ialah suatu cara untuk menghilangkan rasa sakit yang tidak disertai
hilangnya kesadaran dan hanya pada sebagian atau beberapa bagian tubuh
tertentu.8
2.5. Agen anestesi untuk penyakit jantung
Anestesi lokal memiliki efek elektrofisiologi penting pada jantung pada
konsentrasi darah yang umumnya terkait dengan toksisitas sistemik . Dalam kasus
lidocaine , efek elektrofisiologi pada konsentrasi darah rendah bisa menjadi terapi.
Pada konsentrasi darah tinggi , anestesi lokal menekan konduksi dengan mengikat
saluran sodium cepat, pada konsentrasi yang sangat tinggi mereka juga menekan SA
node . Yang paling ampuh lokal anestesi bupivacaine dan pada derajat yang lebih
rendah , etidocaine dan ropivacaine - tampaknya memiliki efek terbesar pada
jantung , terutama pada serat Purkinje dan otot ventrikel . Bupivakain mengikat
saluran natrium cepat tidak aktif dan memisahkan dari mereka perlahan-lahan . Hal
ini dapat menyebabkan bradikardia sinus mendalam dan sinus simpul penangkapan
serta aritmia ventrikel ganas .1
Calcium channel blockers adalah senyawa organik yang menghambat masuknya
kalsium melalui L - jenis tetapi tidak saluran T - tipe . Blockers dihydropyridine
seperti nifedipine hanya plug saluran , sedangkan agen lain seperti verapamil dan ,
20
pada tingkat lebih rendah , diltiazem istimewa mengikat saluran dalam keadaan tidak
aktif yang depolarized ( tergantung penggunaan blokade ) .1
Agen anestesi yang paling stabil adalah vasodilator koroner . Efeknya pada
aliran darah koroner adalah variabel karena sifat mereka langsung vasodilatasi ,
penurunan kebutuhan metabolisme miokard ( penurunan dan sekunder karena
autoregulasi ) , dan efek pada tekanan darah arteri . Meskipun mekanismenya tidak
jelas , mungkin melibatkan aktivasi ATP - sensitif K + channel dan stimulasi
adenosin ( A1 ) reseptor . Halotan dan isoflurane tampaknya memiliki pengaruh
terbesar , mantan terutama mempengaruhi pembuluh koroner besar , sedangkan yang
terakhir mempengaruhi pembuluh sebagian kecil . Vasodilatasi karena desflurane
tampaknya terutama dimediasi otonom , sedangkan sevofluran tampaknya kurang
sifat vasodilatasi koroner . Penghapusan tergantung dosis autoregulasi mungkin
terbesar dengan isoflurane . Bukti bahwa anestesi volatile menyebabkan koroner
mencuri fenomena pada manusia yang kurang.9
Agen Volatile muncul untuk mengerahkan efek yang menguntungkan dalam
pengaturan iskemia miokard dan infark . Mereka tidak hanya mengurangi kebutuhan
oksigen miokard tetapi tampaknya menjadi pelindung terhadap cedera reperfusi , efek
ini juga dapat dimediasi oleh aktivasi ATP - sensitif K + channel . Beberapa bukti
juga menunjukkan bahwa anestesi volatile meningkatkan pemulihan dari renjatan
miokardium . Selain itu, meskipun menurunkan kontraktilitas miokard , mereka bisa
21
berpotensi bermanfaat pada pasien dengan gagal jantung karena mereka mengurangi
preload dan afterload .9
2.6. Efek Obat Anestesi pada Jantung
2.6.1 Anestesi Inhalasi
1. nitrous Oxide (N2O)
N2O secara langsung menekan kontraksi jantung invitro, namun tekanan
darah, curah jantung, dan denyut jantung tidak berubah atau sedikit terjadi
peningkatan, karena N2O meningkatkan kadar katekolamin endogen, gas ini
dapat dihubungkan dengan terjadinya disritmia karena epinefrin, konstriksi
pembuluh darah paru, depresi kontraktilitas miokard, efek ini tampak pada CAD
atau hipovolemia berat.10
2. Halotane
Menurunkan tekanan arteri, menimbulkan depresi langsung pada
myocardium dan melebarkan pembuluh darah dalam otot dan juga arteri
coronaria, blockade ganglion simpatik dan depresi pusat vasomotor, yang semua
ini menyebabkan hipotensi. Menimbulkan bradikardi yang mengakibatkan
penurunan cardiac output dan efek ini bisa dilawan dengan atropin.10
3. Enflurane
Menimbulkan depresi langsung pada miokardium dan terjadi pula
penurunan tekanan darah, curah jantung, dan kebutuhan oksigen jantung, dapat
22
juga terjadi aritmia denyut jantung. Karena peningkatan sensitifitas jantung
terhadap pemberian epinephrine, namun sampai dosis 4,5 ug/kg masih dapat
ditolerir.10
4. Isoflurane
Menimbulkan depresi kardiak yang minimal, dan menyebabkan dilatasi
arteri koroner. Stimulasi ß adrenergic meningkatkan aliran darah ke otot skeletal,
menurunkan resistensi sistemik dan menurunkan tekanan darah. Efek depresi
jantung dan curah jantung minimal, sehingga dipakai untuk anestesi dengan
teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner.10
5. Sevoflurane
Menekan kontraktilitas miokard. Resistensi vascular sistemik dan tekanan
darah mengalami penurunan lebih rendah dari isoflurane, jadi efeknya cukup
stabil, jarang menyebabkan aritmia. Dapat menurunkan tekanan arterial tapi
denyut nadi tetap stabil. Adrenalin dapat meningkatkan sensitifitas miokard
terhadap terjadinya aritmia, oleh karena itu sebaiknya pemberian obat ini
dihindarkan selama anestesi sevoflurane.10
2.6.2 Anestesi Intravena
1. Propofol
Menyebabkan penurunan resistensi vascular sistemik dan juga tekanan
darah. Relaksasi otot-otot polos pada pembuluh darah disebabkan oleh inhibisi
23
simpatik. Efek negatif inotropik dapat disebabkan dari inhibisi dari uptake
kalsium intra seluler. Penurunan tekanan darah dapat berlebihan pada pasien
hipovolemia, pasien tua dan pasien penurunan fungsi ventrikel kiri yang
disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Hipotensi, aritmia, takikardi,
bradikardi.10
2. Golongan Barbiturat (Penthotal, tiopenton)
Kontraksi otot jantung melemah, cardiak output menurun, tetapi hal ini
tidak masalah pada pasien yang sehat dan jantung yang normal. Jangan diberikan
pada pasien yang menderita kelemahan jantung (decompensantio cordis) karena
bisa terjadi cardiac arrest. Tekanan darah juga akan terdepresi akibat dari
pelebaran pembuluh darah perifer dan depresi pusat vasomotor.10
3. Ketamine (ketalar)
Pada orang hipertensi dianjurkan tidak menggunakan ketamin pada pasien
dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg ke atas. Tekanan darah (sistole dan
diastole) akan meningkat (tekanan meningkat 20-40 mmHg) dan menurun ke
tekanan sebelum diberikan ketamin dalam 10-20 menit, demikian pula frekuensi
denyut nadi juga meningkat, hal ini terjadi karena stimulasi pada pusat simpatis
dan depresi pada baroreseptor. Ketamin menimbulkan efek langsung merangsang
miokardium dimana hal ini dapat dicegah dengan pemberian obat verapamil,
sejenis ion calcium antagonist. Ketamin menimbulkan penyempitan pembuluh
darah sistemik pernapasan dan akan memperberat fungsi jantung kanan dan ini
24
berbahaya pada pasien yang menderita kelainan katup jantung. Efek stimulasi
kardivaskuler dari ketamin dapat diredam dengan pemberian benzodiazepine,
opioid, atau anestesi inhalasi sebelumnya.10
4. Golongan Benzodiazepin (Midazolam, dormicum)
Tekanan darah akan menurun, tetapi lebih rendah dari diazepam,
penurunan tekanan darah sistolik maksimum 15%, perubahan ini kemungkinan
dari vasodilatasi perifer dimana cardiac output tidak berubah. Pada pasien yang
hipovolemia pemberian midazolam akan menyebabkan penurunan tekanan darah
yang lebih nyata.10
2.6.3 Anestesi Regional
Obat Anestesi Lokal dapat menyebabkan pengaruh yang besar terhadap sistem
kardiovaskular. Pemberian secara sistemis dapat mempengaruhi otot jantung dan otot
polos di dinding pembuluh darah.11
Lidokain biasanya digunakan untuk terapi aritmia (ventrikulare extrasistole).
Efek primer lidokain adalah menurunkan kecepatan maksimal dari depolarisasi.11
Bupivakain dapat mempesipitasi timbulnya cardiac aritmia yaitu adanya blok
unilateral dan suatu cardiac aritmia tift reentrant. Tergantung dosis, obat anestesi
local biasa bersifat inotrofik negative. Makin poten obat anestesi local tersebut,
makin kuat mendepresi jantung.11
25
Pada penelitian-penelitian didapatkan bahwa efek cardiodepresant dari obat
anestesi local menunjukan adanya hubungan antara potensi intrinsic obat anestesi
local dengan inotropik negative. Karena itu bupivacain lebih cardiotoksik.11
2.6.4 Analgetik
1. Fentanyl
Hipotensi, bradikardi, untuk mencegah terjadinya bradikardi dianjurkan
untuk memberikan obat antikolinergik dosis rendah secara IV sebelum induksi.
Stabilitas kardiovaskuler dipertahankan walaupun dalam dosis besar saat
digunakan sebagai anestetik tunggal.10
2. Morphine
Dengan dosis klinis pada orang dewasa yaitu 10 mg, obat ini hanya
berpengaruh sedikit pada sistem kardiovaskuler, tetapi dosis 20 mg efeknya
sangat serius terutama pada pasien lemah. Biasanya sedikit terjadi penurunan
tekanan darah dan denyut nadi, morphine menimbulkan vasodilatasi pada
pembuluh darah di kulit terutama pada daerah kepala dan leher. Dosis besar
merangsang vagus dan berakibat bradikardi, walaupun tidak mendepresi
miokardium.10
3. Pethidine
Dapat menimbulkan hipotensi ortostatik pada dosis terapeutik, dan henti
jantung.
4. Tramadol
26
Cukup aman untuk pasien dengan kelainan jantung
5. Ketorolac
Cukup aman untuk pasien dengan kelainan jantung
2.6.5 Muscle Relaxant
1. Depolarisasi
1) Suxamethonium Chloride (Succinylcholine)
Aritmia jantung, berupa bradikardi, pemberian sulfas atropine atau dosis
subparalisis dari OBNM nondepolarizing 1-3 menit sebelum pemberian
SCH akan menurunkan respon jantung ini.10
2. Non Depolarisasi
1) Pancuronium
Peningkatan 10-15% dari denyut jantung, tekanan arteri rata-rata dan curah
jantung, efek sirkulasi minimum, walaupun kadang-kadang menstimulasi
miokardium dan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah dan
memblokade reseptor vagal muskarinik. Peningkatan denyut jantung
menggambarkan terjadinya blockade selektif pada reseptor muskarinik
jantung (atropine like effect) terutama pada nodus sinotrial. Perubahan
pada jantung ini dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen
miokardial dan terjadi iskemi miokardium pada pasien dengan gangguan
arteri koroner.10
2) Vecuronium
27
Tidak ada pengaruh terhadap sirkulasi pada dosis klinis
3) Atracurium
Konsentrasi plasma histamine meningkat untuk sementara mengikuti
perubahan denyut jantung dan tekanan darah.10
4) Recuronium
Efek terhadap kardiovaskuler dan pelepasan histamine tidak terjadi pada
pemberian obat ini. Efek pada sirkulasi tekanan darah meningkat (16%)
denyut nadi meningkat (19%). Pasien yang mengalami sirkulasi lambat
seperti penyakit jantung, usia lanjut, oedema, hal ini akan meningkatkan
volume distribusi obat sehingga akan memperlambat onset.10
2.6.6 Antagonis OBNM Nondepolarizing drugs/ Obat-obat blockade Neuro
Muskular
1. Neostigmine
Obat ini memiliki efek muskarinik salah satunya bradikardi. Dapat
menimbulkan disritmia dan asistole, untuk mencegahnya harus dihindarkan
terjadinya hiperkapnia dan hipoksia, pemberian SA dan neostigmin bersama-
sama (2,5:1).10
2.6.7 Antikolinergik Drugs
1. Sulfas Atropin
28
Frekuensi denyut jantung mula-mula melambat akibat dari efek pada
nodus sino-atrial, tetapi efek ini tidak tampak pada pemberian I.V dengan dosis
klinis, hal ini bisa Nampak setelah pemberian SC atau I.V dengan dosis denyut
jantung menjadi bertambah lebih cepat akibat paralise vagus perifer, dan efeknya
pada sino-atrial pace maker. Terjadinya takikardi dengan pemendekan diastole
dapat menurunkan tempo aliran darah ke dalam arteri coronaria dan
meningkatkan konsumsi oksigen pada miokardium. Hal ini juga meningkatkan
cardiac output, oleh karena itu harus hati-hati pada pasien dengan penyakit
koroner. Peningkatan denyut jantung tidak begitu kuat pada orangtua dan bayi.
jika takikardi yang hebat seperti pada pasien thyrotoxicosis, hiperpireksia atau
penyakit jantung, SA sebaiknya dihindarkan. SA kadang menimbulkan pelebaran
darah pada wajah sehingga menimbulkan kemerah-merahan. Dilain sisi, SA
mengatasi bradikardi dan untuk menaikan tekanan darah.10
2.6.8 Pressor Drugs
1. Ephedrine
Suatu rangsangan simpatis yang kuat. Denyut jantung menguat dan
frekuensinya bertambah dan tekanan darah naik. Arteriol berkontraksi. Durasi
efeknya kira-kira 30-40 menit tetapi dosis ulang kurang efektif. Melebarkan
arteri coronaria. Digunakan pada keadaan hipotensi.10
2. Adrenaline
29
Menaikkan stroke volume, frekuensi dan cardiac output. TD sistol
meningkat, diastole menurun. Pada pasien dengan penyakit koroner dapat terjadi
angina pectoris, karena penguatan kerja jantung pada puncak pembuluh darah
menyempit. Tekanan pembuluh darah vena perifer menaik, ini merupakan obat
terkuat untuk merangsang jantung yang berhenti (cardiac arrest). Efek adrenalin
pada kardiovaskuler berkurang oleh asidosis.10
2.7 Penanganan Pre Operatif
Diperlukan penanganan pre Operatif yang Meliputi :
1. Menentukan keadaan pasien
a. Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik, EKG
b. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, foto rontgen, invasif
dan non-invasif
c. Tetapkan kapasitas fungsional pasien
d. Faktor lain
2. Jenis operasi yang akan dilakukan
Pasien dengan risiko tinggi yang berespon terhadap terapi antiiskemik preoperatif
yang optimal dan terapi antihipertensi ynag sebaiknya digunakan secara terus-
menerus pada masa perioperatif. Upaya farmakologi dan psikologi sebaiknya
digunakan untuk mengatasi anxietas, utamanya untuk menghasilkan efek sedasi
maksimum tanpa adanya efek sirkulasi dan depresi ventilasi yang tidak diiinginkan.
30
2.8. Penatalaksanaan Intraoperatif
Tantangan dasar selama periode perioperatif adalah untuk mencegah iskemik
myokard, ini merupakan hal yang utama dicapai dengan mengatur keseimbangan
antara pengantaran oksigen myokard dan kebutuhan. Tabel 5 merupakan
penyimpulan dari berbagai kejadian intraoperatif yang dapat mempengaruhi
keseimbangan dan oleh sebab itu perlu dihindari.
Tabel 1. kejadian intraoperatif yang mempengaruhi keseimbangan antara
pengantaran oksigen myokard dan kebutuhan akan oksigen myokard.
Penurunan hantaran oksigen
Penurunan aliran darah koroner
Takikardi
Hipotensi diastolik
Hipokapni (vasokonstriksi arteri koroner)
Spasme arteri koroner
Penurunan kandungan oksigen
Anemia
31
Hipoksaemia arterial
Pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke arah kiri
Peningkatan kebutuhan oksigen
Peningkatan preload (tension dinding)
Stimulasi sistem saraf simpatik
Takikardi
Hipertensi sistemik
Peningkatan kontraktilitas myokardium
Peningkatan afterload
2.9 Pemilihan teknik anestesi
Induksi anestesi pada pasien dengan IHD yang halus dan usahanya
sebaiknya dibuat untuk meminimalkan respon tekanan terhadap laringoskopi dan
intubasi. Berbagai obat seperti lidokain, nitroprusida, esmolol, fentanil, nitrogliserin
dll telah digunakan untuk tujuan ini.
Obat pilihan utama untuk penatalaksanaan tergantung dari fungsi ventrikel
kiri yang diatur dengan evaluasi preoperatif. Pada pasien dengan fungsi LV yang
normal, kombinasi N2O-Opioid dengan tambahan bahan yang mudah menguap
(isofluran, desfluran, sevofluran) masih diterima. Pada pasien dengan kerusakan
32
fungsi LV yang berat, diberikan opioid dosis tinggi (fentanyl 50-100 ug/kg IV ) dapat
digunakan sebagai anestesi tunggal. Penggunaan anestesi yang berbasis opioid saat
ini sudah terkenal karena stabilitas kardiovaskuler berhubungan dengan
penggunaannya. Penggunaan dalam dosis tinggi, akan tetapi , disertai dengan
kebutuhan akan ventilasi postoperatif. Akibat pemberhentian ventilator pada
perawatan intensif dapat mengakibatkan iskemik myokard, hal ini ke depannya
sangat penting sebagai persaman resiko dan manfaatnya.
Teknik anestesi neuraxial dapat menyebabkan blokade simpatik, yang
akhirnya menyebabkan penurunan preload dan afterload. Keputusan untuk
menggunakan anestesi neuraxial pada pasien jantung yang berisiko tinggi dapat
dipengaruhi oleh tingkat dermatom pada prosedur pembedahan. Prosedur
infrainguinal dapat dilakukan di bawah pengaruh anestesi spinal atau epidural dengan
perubahan hemodinamik yang minimal jika blokade neuraxial hanya terbatas pada
dermatom tersebut. Prosedur abdominal dapat juga dilakukan dengan menggunakan
teknik neuraxal; akan tetapi, anestesi tingkat dermatom yang tinggi dianjurkan dan
dapat disertai dengan efek hemodnamik yang signifikan. Tingkat dermatom yang
tinggi dapat berpotensi menyebabkan hipotensi dan refleks takikardi jika preload
terganggu atau terjadi blokade cardioaccelerator. Penelitian yang dievaluasi dengan
anestesi umum dan regional pada pasien resiko tinggi yang menjalani pembedahan
non-cardiac tidak menemukan perbedaan mengenai hasil dalam hal morbiditas akibat
jantung. Pemantauan perawatan anestesi oleh seorang anestesi mencakup penggunaan
33
suplemen anestesi lokal dengan sedasi/analgesik intravena dan penggunaannya telah
dipercaya dengan beberapa hal berhubungan dengan keamanan. Walaupun teknik ini
dapat mengeliminasi beberapa efek yang tidak diinginkan dari anestesi umum atau
neuraxial, ini memberikan blok yang kurang pada respon stress kecuali pada anestesi
lokal yang memberikan efek anestesi yang sangat besar pada era yang terkena. Jika
blok anestesi kurang memuaskan atau tidak dapat digunakan sama sekali,
pemantauan perawatan anestesi dapat menghasilkan peningkatan insiden iskemik
myokard dan disfungsi jantung dibandingkan dengan anestesi umum atau regional.
Untuk mencapai efek yang diinginkan, dapat diberikan sedasi yang berlebihan. Oleh
karena itu, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keamanan dengan
pemantauan perawatan intensif dan anestesi umum dan regional lebih diperlukan.
2.9.1 Penatalaksanaan Nyeri perioperatif
Dari segi perpektif jantung, penatalaksanaan nyeri dapat merupakan aspek yang
krusial dalam perawatan perioperatif. Karena sebagian besar kaejadian jantung pada
pasien pembedahan non-cardiac terjadi setelah operasi, maka periode postoperatif
dapat merupakan waktu selama terjadinya ablasi stress, respon hemodinamik yyang
tidak diinginkan dan respon hiperkoagulasi merupakan hal yang sangat kritis.
Walaupun bukan secara acak, penelitian yang dikontrol dengan penambahan regimen
analgesik telah menujukkan peningkatan hasil, pasien yang dikontrol oleh teknik
analgesia berhubungan dengan kepuasan pasien dan rendahnya skor nyeri. Penggunaa
34
Opiat spinal atau epidural menjadi lebih terkenal dan memiliki berbagai keuntungan
secara teoritis. Pasien yang menjalani anestesi/analgesia epidural telah menunjukkan
dosis opiat yang rendah, dengan ablasi akibat respon katekolamin yang lebih baik,
dan kurangnya tahap hiperkoagulasi. Hal yang paling penting bahwa, regimen
analgesik yang efektif ( yang menumpulkan respon stress) seharusnya tercakup dalam
rencana perioperatif.
Pengaturan Temperatur Tubuh
Hipotermi merupakan hal yang paling sering terjadi selama periode perioperatif
dimana terjadi kehilangan aktivitas penghangatan dari tubuh pasien. Beberapa metode
untuk mengatur normothermia tersedia di berbagai praktek klinis, penelitian yang
paling besar adalah melalui teknik penghangatan dengan mengandalkan udara.
Kejadian morbiditas jantung dalam operasi telah ditemukan yang menyebabkan
kurangnya populasi normothermik dibandingkan kelompok hipotermi.
Penatalaksanaan iskemik myokard perioperatif
1.Mencegah iskemik myokard
perlu diperhatikan dengan hati-hati dalam mencegah takikardi selama anestesi
adalah sangat penting. Pengaturan kedalaman anestesi selama penggunaan ultra-short
acting B-bloker dapat menjadi sangat berguna dalam mencegah takikardi. Terlepas
dari hal ini, salah satunya memberikan pengukuran yang adekuat untuk melemahkan
respon tekanan pada proses laringoskopi dan intubasi endotrakeal. Jika aberasi
35
hemodinamik disertai dengan iskemik myokard, mereka mendahului dan dapat
menjadi penyebabdari iskemik; atau iskemik dapat mendahului dan menyebabkan
aberasi hemodinamik. Sebagai contoh, jika pasien yang teranastesi memiliki segmen
ST yang normal dan kemudian timbul takikardi yang diikuti depresi segmen ST, satu
hal yang perlu diasumsikan bahwa takikardi sebagai akibat dari iskemik, sehingga
suatu upaya sebaiknya dilakukan untuk menguranginya. Akan tetapi, jika hipotensi
hipovolemik mendahului onset depresi segment ST, mungkin saja hipotensi dan
konsekuensi mengurangi suplai oksigen myokard merupakan penyebabnya maka dari
itu sebaiknya diatur.
2. Penatalaksanaan iskemik myokard tanpa disertai perubahan hemodinamik
Pada pasien yang rentan, iskemik myokard terkadang terjadi tanpa didahului
perubahan hemodinamik. Pada pasien ini, pemberian nitrogliserin (sublingual atau
intranasal) dapat berguna. Nitrogliserin menurunkan preload dan tekanan dinding,
dilatasi arteri koroner epikardial, dan meningkatkan aliran darah subendokardial.
3. Penatalakasanaan iskemik myokard yang disertai dengan takikardi dan
hipertensi
kombinasi antara takikardi dan hipertensi dan menimbulkan iskemik myokard
dengan menganggu kebutuhan oksigen myokard dan keseimbangan suplai oksigen.
Setelah memastikan ventilasi yang adekuat, oksigenasi dan kedalaman anestesi, B-
36
bloker (esmolol atau metoprolol) dapat diberikan dengan cara titrasi yang tidak
memberikan dasar teori untuk pasien CHF atau bronkospasme.
4. Penatalakasanaan iskemik myokard yang disertai dengan takikardi dan
hipotensi
kombinasi takikardi dan hipotensi (paling banyak mengakibatkan
hipovolemia) dapat mencetuskan iskemik myokard karena keduanya menyebabkan
berkurangnya suplai oksigen myokard secara drastis. Bagian dari penggantian
volume, hal ini sangat penting untuk memperbaiki tekanan perfusi koroner dan
menurunkan curah jantung.
5. Iskemik myokard berat yang resisten
Terkadang salah satunya dapat menjadi iskemik myokard yang berat, yang
resinten terhadap berbagai obat anti-angina. Sehingga diperlukan intraaortic balloon
pump (IABP); ini secara akut menurunkan kebutuhan akan oksigen myokard dan
menigkatkan suplai oksigen myokard.
6.Penataksanaan infark myokard perioperatif
Seorang ahli kardiologi biasanya melakukan penatalaksanaan terhadap infark
myokard akut pre atau postoperatif; akan tetapi, pengaturan intraoperatif dari ahli
anestesi memiliki peranan yang sangat penting. Sekali diagnosis MI dibuat, maka
37
sangat penting untuk memonitoring pasien dengan hati-hati: berupa oksimetri pulsasi,
tekanan darah otomatis non-invasif dan pada kasus yang jarang berupa pemasangan
jalur radial-arterial sebaiknya digunakan untuk memantau secara berkelanjutan.
Sebanyak 100% oksigen sebaiknya diatur dan agen yang mudah menguap secara
tidak terus-menerus. Segera setelah PMI terdiagnosis, aspirin 325 mg diberkan secara
oral (melalui selang ryle jika tidak dapat diberikan oral) dan diberikan terus-menerus.
Penatalaksanaan yang tepat dan agresif diindikasikan pada perubahan HR dan atau
BP. Takikardi diobati dengan B-bloker IV seperti esmolol sementara nitrogliserin
merupakan obat pilihan utama pada pasien dengan BP sistemik yang cenderung atau
sangat meningkat. Rekomendasi kelas I untuk nitrogliserin intraoperatif mencakup
pasien dengan risiko tinggi yang sebelumnya diberikan nitrogliserin , yang memiliki
tanda aktif terhadap iskemik myokard tanpa hipotensi.
Morfin merupakan venodilator yang mengurangi preload ventrikel dan
kebutuhan akan oksigen. Obat ini merupakan analgesik pilihan untuk menghilangkan
nyeri yang menetap yang tidak berespon terhadap nitrat dan efektif pada pasien
dengan kongesti vaskuler pulmoner yang berkomplikasi dengan ACS.
Hipotensi sebaiknya segera diobati untuk memperbaiki tekanan perfusi
koroner (CPP). Hipotensi yang berat kadang berespon terhadap perluasan volume
dengan menggunakan cairan kristaloid 300-500 ml. Jika hipotensi (sistolik 60-80
mmHg) berat menetap selain perluasan volume, pemberian obat vasoaktif atau
inotropik dapat diberikan untuk meningkatkan CPP di atas nilai kritis.
38
BAB III
KESIMPULAN
39