bab iii keragaman laskar perjuanganrepository.unj.ac.id/1535/3/bab iii.pdf37 tindakan seperti aksi...

42
35 BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGAN Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 timbulah keinginan dan gelombang kegembiraan baru di kalangan rakyat, terutama pemuda dan setiap warga negara, yang menganggap bahwa sudah menjadi tugasnyalah untuk melindungi Republik Indonesia dan kemerdekaan yang baru saja direbut. Banyak organisasi-organisasi yang berbentuk laskar perjuangan bermunculan pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, baik yang beruang lingkup lokal, nasional, maupun berbasis suatu aliran agama tertentu. Peranan pemuda dan mahasiswa di dalam perjuangan mempertahankan Republik Indonesia sangat besar kontribusinya. Hal ini dapat terlihat di dalam anilisis Benedict Anderson yang mengatakan bahwa peranan inti pada awal pecahnya revolusi itu diambil, bukan oleh para cendikiawan yang terasingkan, bukan juga terutama oleh kelas-kelas tertindas, melainkan oleh kaum muda, atau sebagaimana orang-orang Indonesia menyebut mereka, Pemuda. 1 Berbeda dengan awal berdirinya organisasi tentara yang menunggu keputusan pemerintah, kemunculan para laskar berlangsung spontan dan bersifat otonom. Kemunculannya seringkali berlangsung karena inisiatif dari sebuah partai politik atau organisasi kemasyarakatan sosial yang ada pada saat itu. Kemunculan kesatuan-kesatuan laskar tidak serta merta lahir setelah proklamasi diumumkan. 1 Benedict Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988). Hlm. 15.

Upload: vokiet

Post on 25-Aug-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

35

BAB III

KERAGAMAN LASKAR PERJUANGAN

Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 timbulah keinginan

dan gelombang kegembiraan baru di kalangan rakyat, terutama pemuda dan setiap

warga negara, yang menganggap bahwa sudah menjadi tugasnyalah untuk

melindungi Republik Indonesia dan kemerdekaan yang baru saja direbut. Banyak

organisasi-organisasi yang berbentuk laskar perjuangan bermunculan pasca

proklamasi kemerdekaan Indonesia, baik yang beruang lingkup lokal, nasional,

maupun berbasis suatu aliran agama tertentu.

Peranan pemuda dan mahasiswa di dalam perjuangan mempertahankan

Republik Indonesia sangat besar kontribusinya. Hal ini dapat terlihat di dalam

anilisis Benedict Anderson yang mengatakan bahwa peranan inti pada awal

pecahnya revolusi itu diambil, bukan oleh para cendikiawan yang terasingkan,

bukan juga terutama oleh kelas-kelas tertindas, melainkan oleh kaum muda, atau

sebagaimana orang-orang Indonesia menyebut mereka, Pemuda.1

Berbeda dengan awal berdirinya organisasi tentara yang menunggu

keputusan pemerintah, kemunculan para laskar berlangsung spontan dan bersifat

otonom. Kemunculannya seringkali berlangsung karena inisiatif dari sebuah partai

politik atau organisasi kemasyarakatan sosial yang ada pada saat itu. Kemunculan

kesatuan-kesatuan laskar tidak serta merta lahir setelah proklamasi diumumkan.

1 Benedict Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946.

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988). Hlm. 15.

Page 2: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

36

Terdapat juga kesatuan laskar yang ada sebelum diproklamasikannya

kemerdekaan.2

Keberadaan kesatuan laskar di masa kemerdekaan ditunjukan untuk

mewadahi dan menghubungkan semangat kalangan muda yang tidak bisa

ditampung ke dalam organ kemiliteran yang bersifat formal, disiplin, dan

hierarkis. Mengenai kelaskaran ini, menurut Robert Cribb ada batasan-batasan

tertentu, meskipun laskar dalam bahasa Inggris adalah sebagai soldier, militia,

atau army, namun pengertian ini dalam konteks Indonesia diartikan sebagai

kesatuan bersenjata di luar tentara reguler dan sebagian besar berkonotasi pada

suatu orientasi dan berafiliasi kepada partai politik dan organisasi tertentu.3

Para pemuda yang tergabung dalam laskar menjadi bagian yang tidak

terpisahkan selama masa pergolakan revolusi di mana kehadiran mereka berasal

dari latar belakang yang majemuk seperti pelajar sekolah, mahasiswa, petani desa,

pedagang pasar, tukang becak, buruh pasar, bahkan para penganggur yang ingin

mendarmabaktikan jiwa raganya bagi kemerdekaan bangsa. Selain itu yang

berlatar belakang dari kelompok islam baik dari kalangan kyai maupun santri

yang jumlahnya tidak kalah banyak dengan jumlah keanggotaan laskar.4

Dalam beberapa kasus dan gerakan patriotik yang dilakukan para laskar

terkadang diwarnai oleh tindakan ketidakdisiplinan bahkan mengarah kepada

kepentingan pribadi karena masih lemahnya kedudukan hukum dari pemerintah

yang masih baru. Tidak jarang pula beberapa laskar terlibat dalam serangkaian

2 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia

(1945-1949), (Tangerang: Pustaka Compass, 2014), hlm. 182. 3 Robert Cribb, Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1990),

hlm. 61. 4 Zainul Milal Bizawie, op. cit., hlm. 183

Page 3: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

37

tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang

diangap sebagai mata-mata musuh.5

Peran laskar pada masa ini banyak terlihat dalam berbagai pergolakan di

berbagai daerah dan memiliki patriotisme yang tinggi, barisan laskar ini justru

lebih menunjukkan sikap radikalnya dalam membela dan mempertahankan

kemerdekaan serta lebih berani untuk berhadapan dengan kekuatan yang datang

dari luar. Di beberapa daerah, para laskar pemuda terlibat serangkaian insiden

dengan pasukan Jepang dalam peristiwa perebutan senjata dan mengambil alih

gedung-gedung penting yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang.

Sikap radikal mereka semakin tinggi ketika muncul ancaman baru yang

dinilai lebih kuat dan membahayakan yakni dengan mendaratnya pasukan Inggris

yang memboncengi NICA. Di beberapa daerah di Jawa, Sumatera, dan pulau-

pulau lainnya terjadi insiden bentrokan bersenjata antara barisan laskar dengan

pasukan Inggris. Dengan sikap yang tegas dan berani, para laskar lebih militan

dan lebih banyak mendapatkan dukungan dari rakyat jika dibandingkan dengan

tentara. Suasana persatuan barisan laskar dengan dukungan dari rakyat itu

menunjukkan bahwa para laskar itulah yang sesungguhnya merupakan lambang

dari rakyat bersenjata.6

Adapun organisasi-organisasi pemuda atau laskar yang terbentuk pada

masa awal kemerdekaan Indonesia diantaranya: Angkatan Pemuda Indonesia

(API), Angkatan Muda Listrik dan Gas (AMLG), Angkatan Muda Kereta Api

(AMKA), Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI), Angkatan Muda Pos, 5 Soe Hok Gie, Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1997), hlm.

131. 6 George McTurnan Kahin, op. cit., hlm. 294.

Page 4: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

38

Telepon dan Telegraf (AMPTT). Dari kalangan pelajar dan mahasiswa di

beberapa daerah juga membentuk organisasi sendiri seperti: Tentara Republik

Indonesia Pelajar (TRIP) di Jawa Timur, pasukan Indonesia Merdeka Atau Mati

(IMAM) di Banyumas, Crops Mahasiswa. Ada juga barisan laskar yang bercorak

ideologi keagamaan dan berafiliasi dengan organisasi Islam ataupun partai Islam

seperti laskar Hizbullah yang berafiliasi ke Masjumi dan laskar Fisabilillah

berafiliasi ke Nahdlathul Ulama (NU). Sementara badan kelaskaran yang

berafiliasi kepada kaum Nasionalis berdiri Nasional Pelopor Indonesia (Napindo)

dan Barisan Pelopor yang kemudian berubah menjadi Barisan Banteng yang

berafiliasi kepada Partai Nasional Indonesia (PNI) dan dari Partai Sosialis berdiri

Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo).

A. Laskar Perjuangan Berideologi Islam

Keberadaan masyarakat Muslim sebagai suatu mayoritas di Indonesia dan

khususnya pulau Jawa mempunyai peran pada masa revolusi kemerdekaan. Ketika

sebagian pemuda mengangkat senjata dengan membentuk organisasi atau barisan-

barisan perjuangan berdasar kedaerahan atau aliran politik tertentu, pemuda-

pemuda muslim di Jawa membentuk barisan yang berdasar keagamaan seperti

laskar Hizbullah, laskar Fisabilillah maupun pemuda dari Sekolah Tinggi Islam di

Jakarta yang membentuk Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).

Page 5: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

39

Laskar Hizbullah terbentuk pada masa pendudukan Jepang tepatnya 8

Desember 1944.7 Pembentukan laskar ini bermula dari sebuah usulan yang

disampaikan oleh sepuluh orang ulama kepada pemerintah Jepang bahwa perlu

untuk membentuk suatu barisan sukarela dari kelompok Islam. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pada tahun 1944 situasi Jepang di front

pertempuran semakin terdesak oleh gempuran-gempuran sekutu sehingga

memaksa Jepang berada dalam posisi bertahan. Untuk mempertahankan Indonesia

dari kemungkinan serbuan musuh maka Jepang melibatan kekuatan lokal, salah

satunya adalah kelompok Islam.

Kesatuan sukarela khusus Islam yang dibentuk ini dinamakan Hizbullah

atau “Tentara Allah”8 dengan format sebagai korps cadangan untuk kesatuan

PETA. Para anggota laskar Hizbullah ini juga diberi latihan-latihan dasar serta

kemampuan militer seperti halnya PETA dan Heiho. Pendidikan dan pelatihan

anggota Hizbullah dilaksanakan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat. Latihan ini

berlangsung selama enam bulan yang dimulai pada pertengahan tahun 1944 di

bawah komando pengawasan dari Kapten Yanagawa, seorang yang juga

memimpin latihan bagi para aggota PETA.9

Hizbullah beranggotakan pemuda-pemuda Islam se-Jawa dan Madura

yang berusia 15-17 tahun yang sehat secara fisik, belum menikah serta

7 Pembentukan pasukan sukarela khusus Islam ini bertepatan dengan perayaan ketiga dari

serangan besar-besaran Jepang terhadap Pearl Harbor pada tangaal yang sama tiga tahun sebelumnya. Lihat. Harry. J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), hlm. 215-216. 8 Dalam istilah Jepang Hizbullah ini bernama kaikyo Seinen Teishintai, Nugroho Notosusanto, op.

cit., hlm. 46. 9 Zainul Milal Bizawie, op. cit., hlm. 139.

Page 6: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

40

mendapatkan izin dari orang tua/wali. Hizbullah memiliki tugas yang bersifat

kemiliteran dan keagamaan. Untuk kemiliteran, Hizbullah berkedudukan sebagai

cadangan dari PETA dalam persiapan untuk menghadapi serangan dari sekutu dan

mempertahankan tanah air, sedangkan dalam bidang keagamaan Hizbullah

mempunyai tugas untuk mengkampanyekan dan mempertahankan Islam serta

memastikan masyarakat Islam menjalankan kewajiban agamanya.

Pendidikan dan pelatihan calon perwira bagi para anggota Hizbullah di

Cibarusa, Bogor, diberlakukan program yang sama seperti halnya PETA yang

dibagi pada tingkatan Bundan, Shodan, Cudan, dan Daidan. Setelah selesai

menjalani pendidikan dan pelatihan, setiap anggota dikembalikan ke daerahnya

masing-masing untuk menyelenggarakan latihan kemiliteran bagi para calon

anggota Hizbullah di Daidan masing-masing. Sehingga terbentuklah cabang-

cabang Hizbullah di sejumlah daerah di Jawa dan Madura.

Pada tiga bulan pertama setelah proklamasi kemerdekaan terjadi

serangkaian perubahan dan peristiwa yang terjadi di berbagai daerah serta

timbulnya inisiatif-inisiatif untuk melakukan bela negara dan mempertahankan

kemerdekaan. Perebutan gedung-gedung penting, pelucutan senjata dari tangan

Jepang, serta aksi-aksi para pemuda di jalan-jalan kota yang tidak jarang

menimbulkan konfrontasi dengan pihak Jepang merupakan gambaran suasana

yang terjadi di hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga turut dikuti oleh

Page 7: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

41

laskar-laskar Hizbullah, yang setelah kemerdekaan bergerak di bawah bendera

Masyumi.10

Pada saat itu pucuk pimpinan Hizbullah yang dipegang oleh KH. Zainul

Arifin segera menetapkan pembentukan tujuh divisi Hizbullah di Jawa. Dalam

satu karesidenan terdapat satu divisi Hizbullah dengan selanjutnya pada masing-

masing divisi membawahi satuan resimen, batalyon, dan kompi. Di wilayah Jawa

Barat terdapat dua divisi Hizbullah yang masing-masing dipimpin oleh Zainul

Bachri dan Syamsul Bachri. Di Jawa Tengah terdapat beberapa divisi Hizbullah

yaitu di daerah Kedu dan Karesidenan Pekalongan. Selain itu terdapat pula divisi

Hizbullah di Karesidenan Pati, Surakarta dan Yogyakarta.

Pengakuan pemerintah terhadap Hizbullah sebagai salah satu badan

pertahanan di luar tentara reguler ini juga disertai dengan pengakuan terhadap

satuan-satuan Hizbullah di setiap tingkatan. Pada saat pemerintah membentuk

TKR pada 5 Oktober 1945, Hizbullah menempatkan diri sebagai bagian dari TKR

baik dari tingkat pusat maupun lokal. Walaupun jumlah anggota laskar Hizbullah

terbilang banyak, tetapi dalam hal kelengkapan persenjataan sangat tidak

memadai dan sangat terbatas.

Ikut sertanya laskar Hizbullah pada masa revolusi kemerdekaan tidak lepas

dari peranan para ulama dan kyai yang ikut memberikan semangat moril bagi

perjuangan membela negara. Kedatangan sekutu yang memboncengi NICA

10

Setelah proklamasi kemerdekaan, Hizbullah berafiliasi dengan partai politik Islam, Masyumi. Lihat Robert Cribb, Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949, (Jakarta: Masup Jakarta, 2010), hlm. 102-103 dan Zainul Milal Bizawie, op. cit., hlm. 185.

Page 8: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

42

menimbulkan rasa kecurigaan dihati masyarakat dan para laskar perjuangan.

Suasana tegang seperti ini akhirnya menimbulkan bentrokan-bentrokan yang

terjadi di beberapa wilayah di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Salah satu

pertempuran yang terjadi dengan sengit dan skala besar adalah di Surabaya. pada

pertempuran Surabaya inilah para ulama dan kyai mengeluarkan suatu resolusi

Jihad bagi para umat muslim yang berjuang untuk mempertahankan tanah airnya.

Resolusi jihad yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 oleh para ulama

dan kyai di Surabaya ini berbunyi: 1) hukumnya memerangi orang kafir yang

merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardlu ‘ain bagi tiap-tiap

orang Islam yang mungkin meskipun bagi orang kafir; 2) hukumnya orang yang

meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotan-komplotannya

adalah mati syahid; 3) hukumnya orang yang memecah persatuan kita sekarang

ini wajib dibunuh.11

Himbauan para ulama dan kyai bahwa perjuangan membela kemerdekaan

Republik adalah sebagai bentuk dari jihad atau perang suci begitu efektif untuk

membakar semangat mereka. Dan memang ternyata motif agama (Islam) akan

menjadi media yang efektif dan ampuh untuk membangkitkan semangat rakyat.

Resolusi ini juga ditujukan untuk pemerintah pusat Indonesia yang diharapkan

menjadi bahan untuk mempengaruhi pemerintah agar segera menentukan sikap

melawan terhadap kekuatan-kekuatan asing yang terindikasi hendak

menggagalkan kemerdekaan.

11

Zainul Milal Bizawie, op. cit., hlm. 205-210.

Page 9: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

43

Sejak kemerdekaan Indonesia, laskar Hizbullah cenderung mengikuti

pemerintah ketika ada perubahan serta kebijakan yang berkaitan dengan masalah

kemiliteran. Ketika pada pertangahan tahun 1947 pemerintah menghimbau untuk

bergabungnya laskar-laskar non reguler ke suatu wadah yang bernama TNI, laskar

Hizbullah menanggapinya dengan mengikuti himbauan pemerintah tersebut. Hal

ini kemungkinan besar dikarenakan faktor keterbatasan kelengkapan persenjataan

yang dimiliki laskar Hizbullah yang sedikit banyak menghambat pergerakan

mereka untuk ikut serta dalam suasana revolusi kemerdekaan. Selain itu juga

karena partai induk mereka, Masyumi, sejalan dengan apa yang dilakukan

pemerintah.

Berafiliasinya laskar Hizbullah dengan partai Masyumi membuat laskar ini

juga turut mengikuti serta terlibat arus perpolitikan negara. Seperti halnya Pesindo

yang mempunyai kedekatan hubungan dengan Amir Sjarifuddin yang pada saat

itu menjabat sebagai Menteri pertahanan dan kemudian menjadi Perdana Menteri.

KH. Zainul Arifin yang memegang pucuk pimpinan Hizbullah juga duduk sebagai

anggota dari Komisi Pertahanan KNIP.12

Selain laskar Hizbullah, di kalangan umat Islam khusunya santri dan kyai

juga membentuk sebuah barisan militer sukarela. Badan ini memang belum ada

pada masa pendudukan Jepang, melainkan keberadaannya dimulai pada saat

berlangsung kongres Masjumi pada bulan November 1945 di mana salah satu dari

keputusan kongres adalah membentuk Barisan Sabilillah yang mengandung

pengertian sebagai “Jalan Allah”.

12

Zainul Milal Bizawie, op. cit., hlm. 292.

Page 10: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

44

Sebulan setelah kongres, para pemimpin Masjumi dan juga para Kyai dari

Nahdlatul Ulama, sebagai salah satu kelompok besar di dalam Masjumi,

mengeluarkan suatu program perjuangan. Program perjuangan ini memberikan

prioritas puncak kepada pengerahan dan persenjataan masyarakat santri supaya

diberikan latihan militer, sementara tentara rakyat dikembangkan dan diperluas.

Lebih khusus lagi, progam perjuangan ini menyerukan agar dipercepat

mengorganisasikan, melatih, dan mempersenjatai Hizbullah dan Sabilillah di

mana-mana, dan mengadakan pengerahan umum di kalangan Islam dari semua

tenaga, harta-benda, dan gagasan-gagasan untuk memperjuangkan kepenitngan-

kepentingan tentara-tentara Hizbullah dan Sabilillah.13

Jika Hizbullah ditujukan sebagai kesatuan yang bersifat militer murni,

maka Sabilillah bisa dipahami sebagai kesatuan milisi warga negara dalam perang

gerilya melawan sekutu dan Belanda.14

Barisan Sabilillah menempatkan pusat

komandonya di Malang yang dipimpin oleh KH. Masjuk. Struktur mempunyai

cabang-cabang di berbagai daerah seperti di Kedu yang dipimpin oleh KH. Subkhi

dan KH. Mansyur, Kudus pimpinan Muslam, Blora pimpinan Kyai Abdul Karim

dan Jepara yang dipimpin Umar Muslim. Cabang-cabang dari Laskar ini bahkan

terdapat juga di luar Jawa.

Laskar Sabilillah seringkali disebut sebagai “Laskar Kyai” sedangkan

Hizbullah sebagi “Laskar Santri” atau saat itu ada yang memberi batasan, Barisan

Fisabilillah sebagai “laskar Pedesaan” dan Hizbullah sebagai “Laskar

13

Benedict Anderson, op. cit., hlm. 251-252. 14

Zainul Milal Bizawie, op. cit., hlm. 192.

Page 11: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

45

Perkotaan”.15

Seperti halnya Ben Anderson yang mengatakan bahwa Sabilillah

lebih merupakan nama umum bagi sejumlah besar gerombolan bersenjata yang

dipimpin oleh para kyai desa, yang bermunculan pada saat pengambilalihan

kekuasaan dari Jepang.16

Panji laskar Sabilillah berupa bendera merah putih dengan bertuliskan

kalimat Tauhid, La ilahaa illa ‘llah, dengan warna huruf putih di jalur merah, dan

kalimat Muhammad Rasulullah dengan huruf warna merah di jalur putih. Adapun

semboyan Fisabilillah adalah “Waman Yujâhid fî sabîlilâh”, yang berarti “mereka

yang berjuang di jalan Allah”.

Rasa nasionalisme dan ptarotisme juga timbul di kalangan para mahasiswa

di Jakarta, khususnya mahasiswa dari Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta

dengan membentuk Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Lahirnya GPII tidak

terlepas dari peranan Pelajar STI yang ada di Jakarta. Pada masa itu di Jakarta

telah terbentuk organiasi-organisasi pemuda yang bertujuan memberi dukungan

kepada Republik Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang

baru saja diraih. Namun bagi beberapa pemuda dan mahasiswa Islam, organisasi

yang ada pada saat itu ternyata tidak mewakili pemuda Islam. sedangkan, di

Indonesia umat Islam merupakan mayoritas dan justru karenanya sudah

sewajarnya apabila pemuda Islam mempunyai wadah sendiri untuk ikut dalam

mempertahankan kemerdekaan.

15

Ibid 16

Benedict Anderson, loc. cit.

Page 12: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

46

Manifestasi perjuangan STI bisa dilihat dalam ide penyelenggaraan rapat

raksasa di Lapangan Ikada yang didesakkan oleh para kaum muda khususnya para

mahasiswa di asrama Prapatan 10 dan perkumpulan pemuda di Jalan Menteng 31

serta Balai Muslimin (Asrama STI).17

Rapat raksasa yang diprakarsai dan

digerakkan oleh para pemuda dan mahasiswa pada tanggal 19 September 1945

adalah manifestasi tekad dan usaha bangsa Indonesia untuk mempertahankan

kemerdekaan dan menyatakan bahwa kemerdekaan itu bukanlah hadiah dari

Jepang.18

Setelah rapat raksasa di Lapangan Ikada, semakin banyak pemuda muslim

yang datang ke Balai Muslimin dan menyatakan untuk bergabung di dalam

perjuangan mahasiswa STI. Melihat besarnya simpati dan semangat kaum muda

terhadap perjuangan para pemuda Islam, maka para mahasiswa STI merasa perlu

membentuk wadah perjuangan bagi para pemuda Islam. Untuk merealisasikannya,

maka dalam salah satu rapat anggota STI yang dipimpin oleh Suroto Kunto,

disepakati perubahan nama, pembuatan Anggaran Dasar, dan memilih pengurus

baru−termasuk orang-orang luar STI yang bersimpati kepada perjuangan pemuda

Islam.19

Maka pada tanggal 2 Oktober 1945 diresmikanlah berdirinya GPII yang

diketuai oleh Harsono Tjokcroaminoto. Organisasi ini mempunyai dua tujuan:

pertama adalah mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan yang

kedua adalah menyiarkan agama Islam. Dalam perkembangan lebih lanjut,

17

Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari Keadilan dan Persatuan: Biografi DR. Harjono, S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993). Hlm. 64. 18

Ibid 19

Ibid., hlm. 70.

Page 13: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

47

perjuangan GPII melalui Balai Muslimin direalisasikan dengan bersedianya

Markas Balai Muslimin dijadikan tempat untuk sidang II KNIP.20

Pada masa itu

situasi di Jakarta mulai memanas, sering kali terjadi insiden antara para pejuang

kemerdekaan dengan tentara Jepang maupun dengan pasukan NICA. Seperti yang

diungkapkan oleh Sobagijo I. N. yang pada waktu itu berada di Balai Muslimin

“pada suatu ketika seorang PETA sedang menawar barang di kaki lima dengan

tanpa sebab ditembak. Prajurit PETA itu terjatuh dan diusung masuk ke Balai

Muslimin yang waktu itu dipergunakan juga sebagai tempat penginapan bagi

anggota KNIP dari seberang, dan dalam tempo sekejap terjadi tembak-menembak.

Begitulah yang terjadi setiap hari di awal revolusi di Balai Muslimin”.21

Sidang II KNIP yang berlangsung di Balai Muslimin pada tanggal 15, 16

dan 17 Oktober 1945, sidang yang dihadiri kira-kira 120 orang anggota dari

berbagai daerah di Jawa, yang disaksikan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta

dan Menteri-menteri itu betul-betul mencerminkan suasana revolusi.22

Pada

hakekatnya rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945 di Balai Muslimin itu adalah

mengambil segala kekuasaan yang masih bertumpuk dalam tangan Presiden

kedalam tangan KNIP yang telah diangkat oleh Presiden, walaupun resminya

maklumat yang penting itu dikeluarkan dan ditandatangani oleh Wakil Presiden.23

Berikut isi maklumat tersebut:

Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum terbentuknya Majelis

Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan

20

Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar Lahirnya Republik, (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1997), hlm. 131. 21

Ibid., hlm. 135-136. 22

A. H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid II, (Bandung: DISJARAH-AD, 1977). Hlm. 106 23

Ibid., hlm. 107.

Page 14: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

48

legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara serta

menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung

dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih

diantara mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.24

Dengan demikian hasil rapat KNIP pada tanggal 16 Oktober 1945

berubahlah bentuk komite Nasional Pusat yang mulanya hanya merupakan badan

pelaksanaan pemindahan kekuasaan ketangan Republik; sekarang kekuasaan

badan itu bertambah dengan turut bertanggung jawab menetapkan haluan politik

negara. Dalam rapat ini juga diputuskan pergantian ketua KNIP dari yang

sebelumnya dipegang oleh Kasman Singodimedjo beralih ke tangan Sutan

Sjahrir.25

Pembentukan Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) yang terdiri dari wakil-

wakil dari berbagai aliran dan golongan sehingga lebih mencerminkan sifat

demokrasi. Tokoh-tokoh seperti Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mohammad

Natsir, dan Mr. Amir Sjarifuddin, diangkat menjadi anggota BP-KNIP. Keputusan

lainnya ialah membatalkan instruksi pemerintah mengenai pembentukan partai

tunggal karena diangap dapat membahayakan sendi-sendi demokrasi26

Materi yang dibicarakan dalam rapat II KNIP ini sebenarnya sudah

disinggung sedikit banyak sebelumnya oleh Soekarni, sebagai wakil ketua, ketika

rapat I KNIP─ketika masih dipimpin oleh Kasman Singodimedjo─dalam

kesempatan pidatonya mengatakan bahwa pemimpin negara tidak revolusioner

dan orang-orang yang duduk dalam kabinet (presidensial) tidak didukung lagi

24

Ibid. 25

Ibid., hlm. 109. 26

Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, op. cit., hlm. 55-56.

Page 15: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

49

oleh perasaan umum sehingga harus diletakkan dalam tangan yang benar-benar

bersih dari noda Jepang dan yang revolusioner.27

Pada perkembangan lebih lanjut GPII membentuk Pemuda Pelopor.

Tujuan dibentuknya pemuda pelopor tersebut adalah untuk menggerakkan

revolusi di daerah-daerah bersama-sama dengan rakyat di dalam menghadapi

pihak Belanda maupun Sekutu sehingga di daerah masing-masing diharapkan

dapat terbentuk Pertahanan Rakyat. Penyebaran berita tentang pembentukan

Pemuda Pelopor dilakukan GPII ke pusat-pusat perkumpulan para pemuda di

sekitar Jakarta. Proses perekrutan Pemuda Pelopor dilakukan di markas GPII yaitu

Balai Muslimin.

Tidak sedikit yang bergabung ke dalam Pemuda Pelopor baik dari

perorangan maupun wakil dari organisasi-organisasi pemuda seperti perkumpulan

pemuda Prapatan 10, Persatuan Arab Indonesia (PAI), Ikatan Pemuda Pelajar

Indonesia (IPPI). Para Pemuda Pelopor ini nantinya akan dikirim ke beberapa

wilayah yang ada di Jawa dan Sumatera seperti Palembang, Jambi, Medan.

B. Laskar Perjuangan Berideologi Sosialis

Kemunculan kelompok pemuda khususnya di kota-kota besar yang ada di

Indonesia menjadi ciri khas masa transisi kekuasaan dari masa pemerintahan

militer Jepang ke masa kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia yang

diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus

27

Y. B. Mangunwijaya, Sutan Sjahrir: Antara Pemikir dan Politikus. Di dalam Prisma, Manusia Dalam Kemelut Sejarah. (Jakarta: LP3ES, 1977), hlm. 66.

Page 16: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

50

mendapat respon dari kaum muda di berbagai daerah dengan cara membentuk

organisasi-organisasi atau laskar-laskar perjuangan. Respon dari para pemuda ini

merupakan bukti nyata dari besarnya semangat juang mereka setelah sekian lama

merasakan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing.

Mula-mula organisasi pemuda yang didirikan biasanya atas dasar

persamaan status pekerjaan atau status kedaerahan, seperti Angkatan Muda

Minyak (AMM) yang didirkan pada 21 Agustus 1945 di Surabaya. AMM

didirikan oleh Soemarsono dan Ruslan Widjajasastra yang mengonsolidasi para

pemuda dari perusahaan minyak di Surabaya. Lalu pada 30 September 1945

berdiri Barisan Pemuda Indonesia (BPI) di Medan. Setelah itu berdirilah

Angkatan Muda Pos, Telegraf, Telekomunikasi (AMPTT) dan Angkatan Muda

Kereta API (AMKA).

Berdirinya AMM di Surabaya diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda

lain yang mendirikan Gabungan Pemoeda Kantor, Angkatan Muda Listrik.

Berbagai kelompok pemuda yang ada di Surabaya ini pada tanggal 23 September

1945 menggabungkan diri menjadi Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang

diketuai oleh Soemarsono dengan Kusnadi dan Krissnubanu sebagai wakilnya.

Selain PRI, ada juga Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) yang

didirikan oleh Bung Tomo pada 13 Oktober 1945. Kelompok ini menjalankan

kegiatannya melalui aksi-aksi advokasi, penyebaran propaganda melalui grafiti

dan mural di seluruh penjuru kota Surabaya, hingga penyerangan terhadap aset-

aset milik Jepang. Pola-pola aksi para pemuda Surabaya tersebut menjadi

pedoman standar bagi kaum muda di seluruh Indonesia untuk bertindak

Page 17: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

51

menyikapi proklamasi kemerdekaan, dimana aksi-aksi serupa juga terlihat di

berbagai wilayah Indonesia.28

Setelah menjadi organisasi pemuda dengan basis massa yang besar di

Surabaya, PRI kemudian menyebar juga ke kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Pada 26 Oktober 1945, para pemuda Bandung mendirikan PRI Bandung yang

merupakan gabungan beberapa organisasi pemuda yang ada di Bandung. Di

Sumatera, berdiri PRI Aceh dan PRI Medan yang didirikan tidak lama setelah

berdirinya PRI Surabaya. Selain PRI, muncul juga kelompok pemuda lain di kota-

kota besar Indonesia khususnya di pulau Jawa. Di Semarang, berdiri Angkatan

Muda Republik Indonesia (AMRI). Organisasi ini berbasis di Jawa Tengah,

dengan Semarang sebagai pusatnya.

Hal yang sama terjadi pula di kota Yogyakarta, di kota ini berdiri Pemuda

Pelopor Nasional yang kemudian berganti nama menjadi Gerakan Pemuda

Republik Indonesia (GERPRI). Sementara itu, di Jakarta berdiri Angkatan

Pemuda Indonesia (API) pada 1 September 1945. Kelompok ini didominasi oleh

para pemuda dari Asrama Menteng 31, seperti Chaerul Saleh, Wikana, Darwis,

A.M. Hanafi, dan D.N Aidit. API sendiri terbentuk dengan tujuan untuk

mengkoordinir kelompok-kelompok pemuda di Jakarta.29

Selain API, ada pula

Barisan Rakyat (BARA) yang dipimpin oleh Maruto Nitimihardjo, Sjamsudin

Tjan, Sidik Kertapati, dan M.H. Lukman. Kelompok ini terbentuk tidak lama

28

N. J. Soelias, Pesindo: Pemuda Sosialis Indonesia 1945-1949. (Jakarta: Marjin Kiri, 2016), hlm. 29-30. 29

Ibid.

Page 18: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

52

setelah API dan memiliki tugas untuk memobilisasi penduduk dalam rangka

merebut kekuasaan dari pasukan Jepang di Jakarta.30

Pada perkembangan selanjutnya, berbagai organisasi dan laskar pemuda

ini seringkali terlibat aksi-aksi yang menyulut konfrontasi dengan pasukan

Jepang. Konfrontasi yang terjadi biasanya akibat aksi para pemuda dalam rangka

perebutan kekuasaan objek-objek vital dari pihak Jepang. Sasaran utama para

pemuda ini seperti stasiun-stasiun kereta api, sistem trem listrik, stasiun pemancar

radio serta gudang-gudang senjata milik Jepang.31

Situasi seperti ini semakin

diperparah dengan datangnya tentara Inggris pada tanggal 29 September yang

dipimpin oleh Letnan Jederal Sir Philip Christinson, panglima Allied Forces

Netherlands East Indies (AFNEI) dengan membawa pasukan-pasukan Belanda di

dalam Netherlands Indie Civil Administration (NICA). Hal ini menimbulkan

perlawanan yang lebih sengit dari pemuda Indonesia yang beranggapan bahwa

Belanda datang untuk menduduki kembali wilayah Indonesia.

Berdirinya Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) tidak terlepas dari

peranan para pemuda yang tergabung di dalam badan-badan atau laskar-laskar

perjuangan yang ada di kota-kota besar khususnya di pulau Jawa. Setelah terjadi

beberapa pertempuran antara para pemuda Indonesia dengan pasukan sekutu, para

pemuda menyadari bahwa perlawanan mereka yang terbagi atas beberapa

organisasi ini akan menjadi suatu kekuatan yang punya potensi besar apabila

teroganisir dengan baik dan mempunyai kesatuan komando. Gagasan ini akhirnya

30

Robert Cribb, Gejolak Revolusi..., op. cit., hlm. 52. 31

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: UGM Press, 1991), hlm. 321.

Page 19: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

53

dapat diwujudkan dengan mengadakan Kongres Pemuda Indonesia pertama yang

dilaksanakan pada tanggal 9-10 November di Balai Mataram, Yogyakarta.

Dilaksanakannya Kongres Pemuda Nasional diprakarsai oleh GERPRI

yang juga menjadi tuan rumah kongres, walaupun ada indikasi bahwa inisiatif

pelaksanaan kongres ini berasal dari Amir Sjarifuddin yang pada saat itu menjabat

sebagai Menteri Penerangan.32

Kongres ini memiliki tujuan untuk

menggabungkan para pemuda Indonesia dengan basis prinsip-prinsip sosialis

untuk berdirinya sebuah Republik Indonesia yang berdasarkan kedaulatan

rakyat.33

Kongres ini dihadiri oleh perwakilan dari 30 organisasi pemuda dari

seluruh Indonesia.34

Selain itu hadir juga wartawan dalam dan luar negeri,

termasuk 6 wartawan Associated Press dari Amerika Serikat, Australia, dan India.

Kongres pemuda pertama ini menghasilkan keputusan untuk pendirian

Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia (BKPRI). BKPRI bersifat lebih

federatif dan hanya berperan sebagai wadah bagi organisasi-organisasi pemuda

yang telah ada sebelumnya. BKPRI diketuai pertama kali oleh Chaerul Saleh.

Selain BKPRI, dari Kongres Pemuda ini juga terbentuk sebuah organisasi yaitu

32

N. J. Soelias, op. cit., hlm. 37. 33

Benedict Anderson, op. cit., hlm. 283. 34

Organisasi pemuda yang hadir: Ikatan Pelajar Indonesia, Masyarakat Pelajar Perguruan Tinggi, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, Angkatan Pemuda Indonesia Maluku, Pemuda Kristen Protestan Indonesia, Pemuda Katolik Indonesia, Gabungan Gerakan Pegawai Angkatan Muda, Pemuda Andalas, Angkatan Muda Indonesia Kalimantan, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Barisan Banteng Indonesia, Angkatan Muda Guru, Pemuda Puteri Indonesia, Pemuda Republik Indonesia Aceh, Pemuda Republik Indonesia Andalas, Angkatan Muda Indonesia Surabaya, Serikat Pelajaran Indonesia, Gerakan Pemuda Minyak, Gabungan Angkatan Muda Indonesia, Gabungan Pemuda Islam Andalas, Pemuda Republik Indonesia Andalas Barat, Angkatan Muda Kantor Pusat Pemerintah Republik Indonesia, Angkatan Pemuda Indonesia, Angkatan Muda Republik Indonesia, Gerakan Pemuda Republik Indonesia, Gerakan Pemuda Jawatan Kereta Api, Angkatan Muda Jawatan Gas dan Listrik, Angkatan Muda Jawatan Pos Telegraf dan Telepon, Pemuda Republik Indonesia.

Page 20: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

54

Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) sebagai gabungan dari tujuh organisasi

pemuda; Angkatan Pemuda Indonesia, Angkatan Muda Republik Indonesia,

Gerakan Pemuda Republik Indonesia, Pemuda Republik Indonesia, Angkatan

Muda Kereta Api, Angkatan Muda Gas dan Listrik, Angkatan Muda Pos Telegraf

dan Telepon.35

Pesindo berdiri secara resmi pada 10 November 1945 di Yogyakarta.

Tujuan politik didirikannya Pesindo adalah untuk memperkuat Republik

Indonesia berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat penuh atau sosialistis.36

Hal

menarik dari Pesindo adalah adanya kedekatan organisasi ini dengan tokoh politik

Amir Sjarifuddin. Walaupun dikatakan oleh para pemimpin Pesindo bahwa

Pesindo merupakan sebuah organisasi yang berdaulat penuh, serta tidak memiliki

ambisi ataupun organisasi induk politik, tetapi jika dilihat dari sejarah

pendiriannya, terbentuknya Pesindo tidak bisa lepas dari peran seorang Amir

Sjarifuddin.

Amir Sjarifuddin yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Penerangan

sekaligus pemimpin Partai Sosialis bersama dengan Sutan Sjahrir mempunyai

gagasan bahwa pendirian Pesindo di dalam Kongres Pemuda Indonesia pada

awalnya direncanakan sebagai sebuah organisasi pemuda nasional yang dapat

merangkul seluruh organisasi pemuda lain untuk menciptakan sebuah front

nasional. Namun pada akhirnya usulan ini gagal karena sebagian besar organisasi

35

N. J. Soelias, op. cit., hlm. 40. 36

Ibid., hlm. 47.

Page 21: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

55

pemuda yang hadir lebih memilih membentuk sebuah badan yang bersifat

federatif dalam wujud BKPRI.

Akhir tahun 1945 sampai awal tahun 1946, struktur organisasi Pesindo

terdiri dari badan-badan yang berada di bawah Dewan Pucuk Pimpinan Atau DPP

Pesindo yang berkedudukan di Madiun. Ketua Pesindo yang pertama adalah

Krissubanu dan wakil ketua adalah Wikana. Pada 9 Januari 1946 diadakan

pertemuan antara tokoh-tokoh Pesindo dengan pemerintah Republik. Pertemuan

ini dihadiri oleh Presiden Soekarno, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Menteri

Penerangan Amir Sjarifuddin beserta menteri-menteri lain. Pada pertemuan ini,

delegasi Pesindo membicarakan masalah pembentukan Kementerian Pemuda serta

perlu adanya penempatan komisaris-komisaris politik di TKR. Pihak pemerintah

menjawab usulan itu dengan mengatakan bahwa usulan ini akan dilaksanakan

sebisa mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dua hari kemudan yaitu pada 11 Januari 1946, Pesindo mengadakan

kongresnya yang pertama di Yogyakarta. Pada kongres ini diputuskan bahwa

Pucuk Pimpinan Pesindo pindah dari Madiun ke Surakarta. Selain itu, diputuskan

juga bahwa Pesindo akan memiliki sebuah Dewan Penasihat atau Badan Konsul

yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin.37

Kemudian pada Kongres Pesindo yang

kedua di Malang pada 7-9 November 1946, Pucuk Pimpinan Pesindo digantikan

dengan sebuah Badan yang disebut dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Tugas

37

Ibid., hlm. 59.

Page 22: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

56

dan kewajiban dari DPP ini adalah mengupas dengan segera masalah-masalah

politik dan menentukan haluan politik dari Pesindo seluruhnya.38

Dalam melaksanakan program kerjanya, Pesindo memiliki badan-badan

operasionalnya yang ada di DPP serta cabang-cabang seluruh Indonesia. Ada

delapan badan operasional di dalam DPP Pesindo; Badan Konsul Pesindo, Badan

Konsul Organisasi, Badan Penyelidikan, Badan Perhubungan, Badan

Perbendaharaan, Badan Penerangan, Badan Pembelaan, Badan Sosial, dan Badan

Keputrian. Tetapi, Badan Konsul Pesindo dan Badan Organisasi tidak terdapat

pada cabang, hanya ada pada tingkat pusat serta pada akhirnya yang paling besar

perannya adalah empat badan operasional yang disebutkan terakhir.

Mengenai masalah keanggotaan, syarat umum untuk menjadi anggota

Pesindo adalah pemuda warga negara Republik Indonesia yang berumur di atas 15

tahun serta memiliki kesamaan nasib, paham, dan perjuangan.39

Untuk

memperkuat diri secara politik, selain menjaga kedekatan dengan Amir

Sjarifuddin, Pesindo juga merangkul organisasi-organisasi serta tokoh-tokoh

pemuda berpengaruh seperti Soemarsono dan Krissnubanu dari PRI Surabaya,

Chaerul Saleh, Adam malik dan Soebandrio yang berasal dari Asrama Menteng

31 dan tergabung dalam API Jakarta, serta Wikana yang aktif dalam kelompok

Asrama Indonesia Merdeka.

Sebagai organisasi kepemudaan yang turut berperan selama masa revolusi

kemerdekaan, yang umumnya dilakukan organisasi atau laskar perjuangan pada

38

Ibid. 39

Ibid., hlm. 61.

Page 23: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

57

masa itu, Pesindo juga melibatkan diri dalam kancah perpolitikan nasional berkat

hubungannya dengan Amir Sjarifuddin. Melalui Badan Penerangannya yang ada

di Yogyakarta, Pesindo mengikuti dan memperhatikan perkembangan politik yang

terjadi. Badan ini bertugas untuk menerbitkan selebaran dan pamflet yang berisi

advokasi serta propaganda yang berkaitan dengan perjuangan pemuda. Masalah

kepemudaan dan anti-kolonialisme menjadi tema yang paling banyak disuarakan

dalam pamflet-pamflet Pesindo.

Selain menerbitkan pamflet dan selebaran, Pesindo juga memiliki media

cetak resmi yaitu Penghela Rakyat yang merupakan sebuah terbitan harian yang

berbentuk surat kabar dan Revolusioner sebuah terbitan mingguan yang berbentuk

majalah. Disamping media cetak, Pesindo juga mempunyai fasilitas stasiun radio

di berbagai wilayah. Konten siaran Pesindo terdiri dari berita-berita nasional

maupun lokal, berita organisasi seperti keputusan kongres dan sebagainya hingga

pidato dan orasi propaganda serta lagu-lagu nasional yang mengandung semangat

revolusioner.40

Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, Pesindo

memiliki sebuah Badan Pembelaan yang bertugas menjalankan perlawanan secara

militer terhadap musuh yang dapat mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Badan pembelaan Pesindo ini kerap disebut sebagai laskar Pesindo. Pada

dasarnya, istilah laskar dapat diterjemahkan bebas menjadi soldier, militia, atau

army dalam bahasa Inggris. Namun, dalam konteks Revolusi Indonesia, istilah

40

Ibid., hlm. 64-68.

Page 24: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

58

laskar berarti satuan bersenjata di luar tentara reguler yang pada umumnya

memiliki orientasi politik tertentu.41

Badan pembelaan Pesindo yang diketuai oleh Soedigdo dan Hamimzar

memilik sejumlah pasukan bersenjata, yang pada saat itu bisa dibilang sebagai

satuan kelaskaran terbanyak khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Hubungan antara laskar dan TNI yang berada di seluruh wilayah Republik

Indonesia pada waktu itu berbeda-beda di setiap wilayah. Jawa Barat dan Jakarta

misalnya, tentara menggabungkan kelompok-kelompok pemuda bersenjata ke

dalam satuan-satuan militer. Berbeda halnya dengan yang ada di Jawa Tengah dan

Jawa Timur, di sini justru laskar Pesindo yang memiliki pengaruh besar dalam

Dewan Perdjuangan Djawa Tmur.42

Pada bidang sosial, Pesindo mempunyai Badan Sosial Pesindo yang

tugasnya membantu masyarakat di bidang sosial seperti pendidikan dan budaya.

Pergerakan Pesindo di dunia pendidikan tercatat dengan pendirian beberapa

sekolah baik yang bersifat formal maupun informal. Seperti pendirian sekolah

menengah di Magelang pada 15 November 1945 yang diberi nama Sekolah

Menengah Proletar yang diinisiasi oleh Pesindo cabang Magelang.43

Dalam hal

kebudayaan, digelar acara Malam Gembira Pesindo di Yogyakarta pada 21

November 1945 yang diisi dengan pagelaran musik serta berbagai pertunjukan

41

Robert Cribb, Gejolak Revolusi..., op. cit., hlm. 61. 42

Benedict Anderson, op. cit., hlm. 297. 43

N. J. Soelias, op. cit., hlm 72.

Page 25: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

59

kesenian. Pesindo juga diketahui mempunyai sebuah kelompok ludruk yang

dikenal sebagai “Ludruk Pesindo”.44

Pesindo sebagai sebuah organisasi yang berhaluan kiri, dalam usahanya

untuk mendidik para kadernya, Pesindo juga mendirikan ”Marx House” di

Madiun. Sekolah pendidikan politik ini dimaksudkan sebagai sebuah pusat kajian

Marxisme bagi kader-kader organisasi kiri seperti PKI, Partai Sosialis, dan

Pesindo. Marx House dibuka secara resmi pada 22 Mei 1946. Tenaga pengajar di

Marx House terdiri dari tokoh-tokoh Marxis yang sebagian besar adalah bekas

pelajar dan mahasiswa anggota Perhimpunan Indonesia (PI) yang baru kembali

dari Belanda, seperti R.M Gondho Pratomo, Jusuf Muda Dalam, Maruto

Darusman, Dr. Dick Muwaladi, dan Otto Abdulrachman.45

Pendidikan politik

yang dilaksanakan di Marx House menjadi salah satu elemen penting bagi

pembentukan kader-kader Pesindo. Melalui program-programnya, Marx House

membantu Pesindo dan organisasi-organisasi kiri lainnya merekrut kader-kader

yang menguasai ideologi dan pemikiran Marxis.

Selain Pesindo, di Jakarta juga terbentuk sebuah laskar pemuda yang

cukup besar. Sebelum mengetahui lebih jauh, perlulah kiranya mengetahui pusat-

pusat perkumpulan pemuda yang ada di Jakarta sebelum proklamasi

kemerdekaan. Tepatnya semenjak masa pendudukan Jepang, terdapat beberapa

pusat-pusat pendidikan dan kaderisasi politik para pemuda. Ada tiga pusat

kaderisasi politik pemuda yang paling berpengaruh. Pertama adalah Asrama

44

Ibid. 45

Ibid., hlm. 75-76.

Page 26: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

60

Angkatan Baru Indonesia atau lebih dikenal sebagai Asrama Menteng 31. Tokoh-

tokoh dari Menteng 31 diantaranya adalah Chaerul Saleh, Sukarni, A.M. Hanafi,

Ismail Widjaja, D.N. Aidit, M.H. Lukman, dan Sjamsuddin Tjan.46

Kedua adalah

Asrama Prapatan 10 atau Asrama Fakultas Kedokteran yang terletak di Jalan

Prapatan No. 10. Tokoh-tokoh dari Prapatan 10 diantaranya adalah Sjarif Thayeb,

Djohan Nur, Darwis, Tadjuludin, Abu bakar Lubis, Bagdja Nitidiwiria, Eri

Sudewo, Ilen Surianegara, Sanjoto Sastromihardjo, Soedjatmoko, Soejono

Martosewojo, dan Soebadio Sastroatomo.47

Ketiga adalah Asrama Indonesia

Merdeka yang berada di Jalan Kebon Sirih No. 80. Tokoh-tokoh di asrama

diantaranya adalah Ahmad Subarjo, Wikana, dan M. Jusuf.48

Pasca proklamasi kemerdekaan, terdapat perbedaan pendapat dikalangan

para pemuda yang ada di Jakarta terkait apa yang harus dilakukan saat itu.

Kelompok pemuda radikal dibawah pimpinan Chaerul Saleh dan Sukarni merasa

perlunya untuk segera dilakukan penyerangan dalam rangka mengambil alih

kekuasaan dari pihak Jepang, mengingat kondisi Jepang pada waktu itu sudah

dikalahkan pasukan sekutu. Akan tetapi kelompok pemuda lain dibawah pimpinan

Eri Sudewo, seorang bekas mahasiswa kedokteran, memilih bersikap hati-hati

demi melindungi hidup golongan elite pemuda dari perjuangan yang berlarut-

larut.49

Sejak saat itu perjuangan pemuda yang berada di wilayah Jakarta terpecah

menjadi dua, yakni kelompok yang berada di Jalan Prapatan 10 dibawah Eri

46

Benedict Anderson, op. cit., hlm. 62-65. 47

Ibid. hlm. 61-62. 48

Ibid. hlm. 65-69. 49

Robert Cribb, Para Jago..., op. cit., hlm. 77.

Page 27: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

61

Sudewo bersama mahasiswa kedokteran yang umumnya berisi kaum-kaum

terpelajar, serta kelompok di Jalan Menteng 31 yang menjadi pusat kekuatan para

pemuda yang menginginkan perjuangan senjata. Bagi para pemuda Prapatan 10

yang berpendapat aktivitas yang dilakukan kelompok Chaerul Saleh dianggap

tidak tepat sasaran dan berbahaya, kehadiran BKR yang dibentuk pemerintah

merupakan sebuah alternatif yang menarik sehingga kelompok ini kemudian

memasuki unit-unit BKR yang ada di Jakarta.

Kemudian di sisi lain, kelompok Menteng 31 pada tanggal 1 September

1945 mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API). Setelah terbentuk, Angkatan

Pemuda Indonesia diketuai oleh Wikana, Chaerul Saleh sebagai wakil ketua dan

sekretaris, serta Darwis─pemuda Prapatan 10 tetapi tidak sepakat dengan

keputusan Eri Sudewo─sebagai bendahara, anggota-anggota lainnya dari

kepemimpinan API termasuk Aidit, Pardjono, Hanafi, Kusnandar, Djohar Nur,

dan Chalid Rasjidi.50

Pembentukan API bertujuan untuk mengorganisasi dan mengkoordinasi

kelompok-kelompok pemuda di jakarta. API berhasil menarik banyak pengikut,

khususnya kelompok-kelompok pemuda yang kurang berpendidikan. Tidak lama

setelah pembentukannya, API mengeluarkan sebuah manifesto yang menyeru

kepada rakyat Indonesia untuk menguasai senjata, kantor-kantor dan bisnis

Jepang. Anggota API masuk ke tengah kota untuk menggalakkan aksi ini dan

50

Benedict Anderson, op. cit., hlm. 141.

Page 28: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

62

mempelopori pengambilalihan jaringan kereta api dan trem, telepon serta

sejumlah institusi publik maupun swasta.51

Aksi-aksi seperti ini tidak hanya dilakukan oleh API saja, tetapi banyak

lagi kelompok-kelompok pemuda yang ada di jakarta yang melakukan hal serupa

seperti Oesaha Pemoeda Indonesia (OPI), Barisan Rakyat (BARA). Situasi seperti

ini semakain memanas ketika sekutu dan Belanda tiba di Jakarta pada akhir

September 1945. Walaupun pihak sekutu mengatakan bahwa ikut sertanya

Belanda datang ke Indonesia untuk menerima penyerahan Jepang dan

membebaskan tawanan perang, tetapi dari pihak Indonesia khususnya para

pemuda tetap menaruh kecurigaan terhadap para serdadu Belanda. Kecurigaan

para pemuda semakin terbukti ketika melihat para prajurit Belanda, yang pada

masa pendudukan Jepang dipenjarakan, kemudian dibebaskan dan mulai

mempersenjatai diri.

Berbagai bentrokan dan konfrontasi pun pecah dan terjadi di berbagai

wilayah di Jakarta. Pihak sekutu khususnya Belanda merespon ini dengan cara

melakukan tekanan militer. Tekanan di Jakarta, sebagian berasal dari pasukan

Inggris yang mulai menyerang bagian timur dan barat Jakarta agar badan-badan

perjuangan pemuda tidak nekat memasuki kota.52

Kondisi seperti ini membuat

API terdesak dan menghadapkan mereka pada dua pilihan, yaitu mundur atau

musnah. Pada akhirnya pilihan pertamalah yang diambil API dengan sangat

terpaksa sembari memikirkan cara untuk merubah strategi perlawanan.

51

Robert Cribb, Para Jago..., op. cit., hlm. 81. 52

Ibid., hlm. 96.

Page 29: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

63

Langkah pertama dalam reorientasi strategi API adalah pembentukan

organisasi komando perjuangan yang bernama Lasjkar Rakjat Djakarta Raja

(LRDR) di Salemba, Jakarta Pusat, pada 22 November 1945 yang diketuai oleh

Bahar Rezak, seorang bekas mahasiswa kedokteran, yang lebih dikenal sebagai

Sutan Akbar.53

LRDR ini adalah hasil dari konsolidasi semua laskar dan badan

perjuangan yang masih bertahan pada waktu itu.54

Pembentukan LRDR

merupakan perubahan arah perjuangan API, dimana awalnya API lebih

merupakan suatu organisasi kepemudaaan yang lebih condong pada bidang

politik. Akan tetapi setelah terbentuknya LRDR, garis perjuangan pemuda

menjadi lebih keras, yakni dengan angkat senjata dan bertempur langsung

melawan pendudukan pasukan sekutu dibawah Inggris dan Belanda.

Pertempuran yang terjadi antara pemuda dibawah LRDR melawan

pasukan sekutu semakin lama semakin sengit. Bertekad untuk tidak melepaskan

begitu saja wilayah Jakarta dari serangan tentara sekutu, Pasukan LRDR bertahan

menghadapi gempuran sekutu dibawah Inggris selama lima minggu, dan akhirnya

pada akhir Desember 1945, tentara Inggris memutuskan untuk memberlakukan

kontrol militer penuh atas wilayah Jakarta. Tentara Inggris melancarkan Operasi

Sergap pada tanggal 27 Desember 1945, mereka memasang barikade di sekeliling

kota, menempati bangunan-bangunan publik yang krusial, merampas semua mobil

yang dimiliki penduduk sipil, menahan anggota kepolisian Indonesia dan orang-

orang Indonesia lainnya yang dianggap “ekstremis”.55

Dengan dilancarkannya

Operasi Sergap, tentara Inggris melakukan serangkaian penyisiran terhadap 53

Ibid 54

A. H. Nasution, Sekitar Perang... ,op. cit., hlm. 240. 55

Robert Cribb, Para Jago..., op. cit., hlm. 97.

Page 30: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

64

kampung-kampung diwilayah Jakarta yang dimaksudkan untuk melemahkan dan

mengurangi serta menghancurkan kekuatan berbagai badan perjuangan yang

masih bertahan khusunya LRDR.

Akibat dari Operasi Sergap ini pasukan LRDR tidak dapat bertahan dari

serangan tentara Inggris dan akhirnya mundur dikarenakan keadaan yang semakin

terdesak. Segenap pemuda yang tergabung dalam LRDR yang sempat bertahan

selama lima minggu di wilayah Jakarta akhirnya pergi meninggalkan wilayah

yang dipertahankannya pada tanggal 31 Januari 1946, mereka bergerak menuju

wilayah pedalaman yakni Karawang.56

sementara itu, para pemimpin-pemimpin

muda seperti Chaerul Saleh dan Sukarni telah lebih dulu pergi ke Jawa Tengah

untuk bergabung dengan tokoh senior mereka, Muhammad Yamin dalam

menentang strategi diplomatis pemerintah.

Keadaan wilayah Karawang yang sebagian besar terdiri atas dataran

rendah memiliki keuntungan tersendiri bagi para pejuang laskar, selain karena

sudah mengenal karakteristik daerah itu, mereka juga memanfaatkan wilayah

yang terbentang dari sebelah timur sungai Cakung dengan membuat banyak

daerah pertahanan dan blokade yang menyulitkan pihak sekutu. Karawang sendiri

pada waktu revolusi kemerdekaan merupakan bagian dari Karesidenan Jakarta

dengan wilayah lainnya yaitu: Subang, Purwakarta, Cikarang, dan Tambun.

Kota Karawang menjadi pusat revolusi daerah sekitarnya dengan adanya

markas LRDR. Sesuatu yang menarik serta membedakan LRDR dengan laskar-

56

Ibid.

Page 31: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

65

laskar lainnya adalah dalam hal arah politik yang dianutnya. Walaupun LRDR

dipimpin oleh Sutan Akbar dan R.F. Ma’riful sebagai wakil, kebijakan organisasi

ditentukan oleh dewan politik yang terdiri dari Chaerul Saleh, Armunanto, Johan

Nur, Kusnandar, Achmad Astrawinata, Mohammad Darwis, Sjamsuddin Tjan,

dan Sidik Kertapati.57

Mereka adalah politikus-politikus muda yang kompeten dan

berpengalaman. Dewan ini berpegang pada kebijakan untuk melawan Belanda

tanpa henti dan tanpa kompromi.

Lasjkar Rakjat Djakarta Raja juga terdiri dari tujuh pasukan inti dengan

jumlah kekuatan yang beragam serta tersebar di wilayah Karawang. Selain yang

ada di wilayah Karawang, LRDR juga menempatkan satu unit pasukan yang

bersiaga di wilayah Jakarta di bawah pimpinan Akhmad Indin Natapraja. Selain

itu, mengenai kekuatan tempur dari LRDR sendiri sebenarnya tidak mencukupi

untuk menyerang wilayah Jakarta secara besar-besaran, untuk itu mereka mencari

sokongan atau bantuan dari badan perjuangan dan kelompok bersenjata lainnnya

yang ada disekitar kawasan Jakarta seperti Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi

(KRIS) yang membangun markas di Rengasdengklok, Barisan Srikandi yang

merupakan unit tempur perempuan dan bermarkas di Pucung dekat Cikampek,

serta para jago atau pentolan gerombolan-gerombolan lokal yang dianggap cukup

patriotis.

Ciri khas dari para badan perjuangan atau laskar bersenjata ini adalah

kurangnya kerjasama satu sama lain. Walaupun telah dijelaskan sebelumnya

bahwa para laskar terkadang saling membantu karena atas dasar perjuangan yang

57

Ibid., hm. 100.

Page 32: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

66

sama, tetapi unit-unit laskar ini cenderung saling mencurigai satu sama lain. Hal

ini disebabkan pemuda-pemuda laskar ini tumbuh di lingkungan yang diatur oleh

pemimpin-pemimpin lokal berskala sempit yang tidak bertanggungjawab pada

siapa pun. Selain itu, faktor ekonomi dan keterbatasan amunisi serta persenjataan

juga memperngaruhi sikap kecurigaan para laskar ini. Mereka saling bersaing

mendapatkan tempat tinggal serta akses sumber daya dan komunikasi sehingga

pada akhirnya para laskar ini cenderung untuk bergerak sendiri-sendiri dengan

kebijaksanaannya masing-masing.

Sikap konfrontatif yang diperlihatkan LRDR ternyata tidak hanya terhadap

sekutu dan Belanda, tetapi juga pada pihak pemerintah Indonesia. Ini terjadi

ketika pemerintah Indonesia yang pada saat itu dibawah kepemimpinan Sutan

Sjahrir sebagai Perdana Menteri mengambil jalan diplomasi dengan pihak

Belanda. Tujuan utama Sjahrir pada saat itu adalah untuk mendapatkan

pengakuan kedaulatan baik dari pihak Belanda pada khususnya maupun dari dunia

Internasional pada umumnya. Pemerintah saat itu melihat bahwa tidak mungkin

bagi negara yang baru merdeka untuk melakukan konfrontasi bersenjata dengan

negara yang dinilai sudah modern dari segi organisasi kemiliteran maupun

persenjataan.

Langkah awal pemerintah adalah menetapkan Jakarta sebagai tempat

dilakukannya diplomasi karena selain statusnya sebagai Ibu kota negara, Jakarta

juga merupakan jalur kontak terhadap dunia luar. Maka dari itu pada pertengahan

bulan November 1945, Sjahrir memerintahkan seluruh kekuatan militer Indonesia,

baik yang reguler (TKR) maupun nonreguler (laskar), untuk keluar dari kota demi

Page 33: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

67

mengurangi kemungkinan perselisihan. Tujuan Sjahrir adalah untuk mengakhiri

pertempuran jalanan yang menempatkan Republik sebagai musuh sekutu,

membangun atmosfer damai yang diperlukan untuk memulai negosiasi sekaligus

menunjukkan otoritas politik yang dimilikinya.58

Unit-unit militer di Jakarta menerima instruksi melepaskan tanggung

jawab terhadap kota itu dengan perasaan cemas. Namun respon sebaliknya

ditunjukkan oleh sebagian besar laskar yang ada di Jakarta pada saat itu. mereka

menolak untuk pergi karena dari awal mereka tidak setuju dengan sikap yang

diambil pemerintah dan tetap melanjutkan sikap konfrontatifnya. Sehingga pada

akhirnya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, para laskar di Jakarta dipukul

mundur oleh Inggris dengan melancarkan Operasi Sergap.

Dari sinilah mulai ada kerenggangan hubungan antara LRDR dengan

pemerintah yang nantinya akan semakin memuncak pada beberapa tahun

berikutnya. Sikap LRDR ini merupakan representasi dari laskar-laskar yang

cenderung berjalan sendiri-sendiri dengan kebijaksanannya masing-masing

sehingga lambat laun akan menjadi persoalan yang serius bagi revolusi Indonesia.

C. Laskar Perjuangan Berideologi Nasionalis

Selain laskar yang berbasis kepada ajaran Islam dan laskar yang berdasar

pada ajaran sosialisme, terdapat pula laskar yang punya kedekatan dengan Partai

Nasioanlis Indonesia (PNI). Laskar tersebut adalah laskar Banteng atau nama

resminya Barisan Banteng. Barisan Banteng ini merupakan transformasi dari

58

Ibid., hlm. 129.

Page 34: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

68

Barisan Pelopor yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang. Barisan Pelopor

merupakan organ kepemudaan dari Jawa Hokokai. Pemimpin umum Barisan

Pelopor adalah Soekarno, sedangkan Pelaksana Pimpinan Pimpinan Harian adalah

Sudiro dengan dibantu oleh para anggota pengurus seperti Chaerul Saleh, Agus

Karma, Asmara Hadi, Mashud, Sukarjo Wirjopranoto, dan Otto Iskandardinata.

Pada tiap-tiap karesidenan ada Barisan Pelopor yang dipimpin oleh

seorang Komandan. Muwardi adalah ketua Barisan Pelopor Daerah Jakarta dan

sekitarnya, sedangkan wakilnya adalah Wilopo. Sebagai pimpinan Barisan

Pelopor daerah Jakarta, Muwardi membentuk Barisan Pelopor pada tingkat

kecamatan. Setelah proklamasi kemerdekaan dan Soekarno dipilih menjadi

Presiden, atas usul Sudiro, Soekarno mengangkat Muwardi menjadi Ketua Umum

Barisan Pelopor.

Barisan Pelopor kemudian merubah namanya menjadi Barisan Banteng

pada 14 dan 15 Desember di suatu konferensi yang dilangsungkan di Surakarta.59

Barisan banteng ini dipimpin oleh Muwardi dan Sudiro yang mendirikan markas

besarnya di Surakarta. Tetapi, berbeda dengan Barisan Pelopor yang telah

mempunyai banyak cabang di sebagian besar pulau Jawa pada masa pendudukan

Jepang, Barisan Banteng tidak mempunyai banyak cabang dan anggota. Hal ini

karena selama tiga bulan setelah kemerdekaan, banyak dari bekas anggota Barisan

Pelopor menghilang atau masuk ke dalam laskar lain atau bahkan masuk ke dalam

tentara.

59

Benedict anderson, op. cit., hlm. 291.

Page 35: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

69

Sejak berdirinya, kekuatan Barisan Banteng terpusat di Surakarta dan

sebagian besar merupakan pengikut-pengikut pribadi serta teman-teman dekat

Muwardi dan Sudiro. Pada perkembangannya kemudia, awal Januari 1946,

Muwardi segera meluaskan sayap Barisan Banteng dengan menyusun cabang-

cabang di tiap-tiap Karisidenan, ranting-ranting di Kabupaten, dan anak ranting di

Kawedanaan. Bersama dengan Sudiro, Mulyadi Joyomartono. Banyak berkeliling

mengadakan inspeksi ke daerah Jawa Barat, Bandung, Purwakarta, Leles, hingga

ke Jawa Timur, Bojonegoro, dan Malang. Khusus di Solo dibentuk Divisi Laskar

Banteng di bawah pimpinan Anwar Santoso yang membawahi 5 resimen,

berkedudukan di Kartasura, Solo, Wonogiri dan Sragen. Di dalam Pimpinan

Barisan Banteng diadakan pembagian pekerjaan. Sudiro dan Imam Sutadjo

memimpin bagian politik yang berhasil menerbitkan harian Pasific dan majalah

Banteng.

Perlu juga diketahui, selain Barisan Banteng yang ada di Surakarta, PNI

juga membangun kesatuan laskar di Sumatera Timur yang bernama Nasional

Pelopor Indonesia (Napindo). Setelah kemerdekaan, para pemuda di Sumatera

Timur membentuk Organisaasi yang bernama Barisan Pemuda Indonesia (BPI).

Pemebentukan BPI di Sumatera Timur melahirkan barisan laskar rakyat. Selamat

Ginting bersama dengan Tama Ginting menjadi pelopor Barisan Pemuda

Indonesia di Sumatera Timur dan meleburkan semua BPI menjadi Napindo.

Anggota dari BPI ini di desa masing-masing tercatat sebagai anggota PNI. Pucuk

pimpinan dari Napindo di Sumatera Timur ini sebagian besar dipegang oleh para

Page 36: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

70

nasionalis dari masa pemerintahan kolonial Belanda hingga para pemuda

nasionalis yang bergerak di bawah tanah pada masa pendudukan Jepang.

D. Tentara Pelajar

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menimbulkan gelombang

kegembiraan baru dikalangan rakyat, terutama pemuda dan setiap warga negara,

yang menganggap bahwa sudah menjadi tugasnyalah untuk melindungi Republik

Indonesia dan kemerdekaan yang baru saja direbut. Diantara para pemuda yang

menjadi penggerak masa awal revolusi adalah adanya kesatuan-kesatuan pelajar

yang muncul. Di pulau Jawa misalnya, terdapat beberapa kesatuan-kesatuan

perjuangan pelajar yang nantinya disebut sebagai Tentara Pelajar (TP) seperti;

Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di Jawa Timur, Tentara Pelajar Solo,

Yogya, dan Jawa Barat, Tentara Pelajar Indonesia Merdeka atau Mati (IMAM) di

banyumas, Tentara Genie Pelajar (TGP) di Magelang dan Solo.

Kesatuan-kesatuan Pelajar ini didirikan oleh para pelajar yang berusia

antara 15 sampai 21 tahun. Mereka rata-rata masih duduk di bangku sekolah

tingkat pertama dan atas. Meluasnya berita tentang proklamasi kemerdekaan

menjadi faktor utama bergeraknya para pelajar ini. Seperti yang terjadi di kota-

besar pada masa awal revolusi, sasaran utama para pelajar ini adalah merebut

persenjataan dari tangan Jepang. Dari aksi perebutan senjata ini, terbentuklah

kesatuan-kesatuan pelajar dari tingkat lokal maupun nasional. Organisasi para

pemuda pelajar dengan skala besar pertama kali dibentuk di Solo pada awal

Oktober 1945.

Page 37: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

71

Dengan banyaknya kesatuan-kesatuan pelajar, para pelajar ini kemudian

sepakat untuk mengadakan Kongres Pelajar Indonesia yang diadakan pada tanggal

25-28 September 1945 di Yogyakarta. Kongres pelajar pertama ini dibuka dengan

rapat raksasa di tanah lapang Krisdosono, yang dihadiri oleh Sultan

Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII, pemimpin-pemimpin Komite Nasional

Daerah dan 8.000 pemuda-pemuda pelajar Sekolah Menengah Yogya serta para

utusan dari kota-kota seluruh Jawa dan Madura.60

Pada tanggal 28 September 1945 kongres pelajar ditutup, dilanjutkan

dengan rapat raksasa di Stadion Krisdosono, di mana dibicarakan mosi dan

keputusan kongres. Mosi yang dibacakan berbunyi sebagai berikut:

Mengingat:

1. Kedudukan Negara Indonesia pada masa sekarang.

2. Bahwa kemerdekaan Indonesia harus dipertahankan oleh segala

lapisan masyarakat Indonesia.

3. Bahwa pelajar-pelajar Sekolah Lanjutan merupakan satu lapisan besar

dalam masyarakat Indonesia.

Menimbang:

Bahwa pelajar-pelajar Sekolah Lanjutan sebagai pemuda Indonesia

berkewajiban berjuang bersama-sama dengan segala lapisan masyarakat

untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa dan Negara Indonesia.

60

Koesnadi Hardjasoemantri, “Peran Pemuda Pelajar Indonesia dalam Perjuangan Bangsa: Sebuah Refleksi dan Harapan”, Jurnal Sejarah: Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi, Vol. 13, No. 13 (Januari, 2007), hlm. 3.

Page 38: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

72

Memutuskan:

1. Kami adalah pelajar Negara Republik Indonesia.

2. Menolak menjadi pelajar pemerintah lain daripada pemerintah

Republik Indonesia.

3. Menyediakan tenaga, jiwa dan raga untuk kepentingan kemerdekaan

bangsa dan Negara Indonesia.61

Keputusan kongres ini kemudian dikenal sebagai “Ikrar Pelajar Republik

Indonesia”. Kongres ini juga telah membentuk Ikatan Pelajar Indonesia (IPI)

sebagai wadah perjuangan pelajar Indonesia.

Ikatan Pelajar Indonesia adalah organisasi pemuda pelajar pertama dengan

skala besar yang terbentuk pada saat itu dengan pusatnya di Yogyakarta. IPI

diketuai oleh Tata Mahmud.62

IPI secara cepat segera membentuk cabangnya di

kota-kota lain pada bulan-bulan berikutnya. Dengan semakin meningkatnya

gejolak perjuangan membela negara, IPI Solo membentuk bagian pertahanan yang

diketuai oleh Mahatma.63

IPI bagian pertahanan inilah yang mengkoordinir dan

mengadakan latihan-latihan bagi para pemuda pelajar yang ingin ikut berjuang di

garis depan. Terbentuknya IPI menjadi pemicu para pelajar di berbagai daerah

untuk membentuk kesatuannya masing-masing.

61

Ibid. 62

Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Peranan Pelajar dalam perang kemerdekaan, (Jakarta, 1985),

hlm. 86. 63

Ibid.

Page 39: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

73

Dengan kedatangan pasukan sekutu dan meletusnya beberapa pertempuran

di kota-kota besar di pulau Jawa membuat para kesatuan-kesatuan pelajar ini

memutuskan untuk terjun langsung ke garis depan pertempuran. Cara yang

dilakukan para kesatuan pelajar ini berbeda-beda di setiap daerah, ada yang

bergerak sendiri-sendiri ada juga yang bergerak mengikuti kesatuan TKR tempat

mereka menikuti front pertempuran. Di beberapa kota di Jawa Tengah seperti

Solo dan Semarang terdapat beberapa kelompok pelajar, kelompok-kelompok

pelajar ini membentuk laskar-laskar pelajar seperti Laskar Garuda, Laskar Satria,

Laskar Pandawa, Laskar Jelata, Laskar Alap-alap, Laskar Kere.64

Laskar-laskar pelajar tersebut belum terbiasa dengan peraturan dan

kesadaran disiplin. Bergeraknya kelompok-kelompok pelajar ini cenderung atas

dasar keinginan dan kesenangan saja. Penunjukan dan pergantian pimpinan laskar

juga secara otomatis di lapangan, artinya siapa saja yang mampu dan mau jadi

pimpinan, serta disetujui oleh beberapa orang, jadilah ia pimpinan laskar. Ketika

meletus pertempuran Lima Hari di Semarang pada 14 Oktober 1945, para laskar-

laskar pelajar ini ikut berjuang di garis depan. Tetapi karena kurangnya koordinasi

membuat para laskar ini terdesak dan akhirnya mundur ke daerah aman.

Awal tahun 1946 diadakan rapat di antara laskar-laskar pelajar Solo dan

berhasil membentuk organisasi yang bernama Markas Pertahanan Pelajar (MPP).

Kekuatan pasukan disusun menurut susunan regu, seksi, dan kompi-kompi.

Perbandingan antara senjata dengan orang ada yang 1 banding 3 atau 1 banding 4

64

Ibid.

Page 40: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

74

dan digunakan secara bergantian. Satu tahun kemudian atas prakarsa MPP pusat

di Yogyakarta, maka dibentuklah batalyon-batalyon pelajar Jawa Tengah:

1. Batalyon 100 yang berada di Solo

2. Batalyon 200 yang berada di Semarang

3. Batalyon 300 yang berada di Yogyakarta

4. Batalyon 400 yang berada di Cirebon

Sebagaimana halnya pertumbuhan nama dan organisasi tentara yang

berkembang dari BKR-TKR-TRI dan terakhir menjadi TNI, maka demikian juga

pertumbuhan Tentara Pelajar. Dari embrio kelompok-kelompok pelajar

perjuangan, kemudian menjadi laskar-laskar pelajar dan akhirnya menjadi

batalyon-batalyon tentara pelajar.65

Pergerakan kelompok-kelompok pelajar di Surabaya agak sedikit berbeda

dengan yang ada di Solo. Aksi-aksi para kelompok pelajar di surabaya dalam

rangka perebutan senjata dan pengambilalihan gedung penting cenderung

mengikuti organisasi-organisasi pemuda yang sudah ada seperti Angkatan Muda

Indonesia (AMI), Angkatan Muda Minyak (AMM), Angkatan Muda Kantor. Para

pelajar ini pun sering mengikuti rapat-rapat yang diadakan oleh organisasi

pemuda yang ada di Surabaya. Dari sinilah para pelajar mulai mengadakan rapat-

rapatnya sendiri dan mengkonsolidasikannya dengan pelajar di sekolah-sekolah

lain yang ada di Surabaya.

65

Ibid. hlm. 96.

Page 41: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

75

Hasil dari rapat-rapat yang dilakukan para pelajar ini tercapai kesepakatan

untuk membentuk pasukan pelajar bersenjata sebagai bentuk pengabdian para

pelajar kepada Nusa dan Bangsa.66

Selanjutnya para pelajar Surabaya

memutuskan untuk membentuk Barisan Penggempur yang bernaung di bawah

BKR dengan nama BKR Pelajar. Terbentuknya BKR Pelajar ini disetujui oleh

BKR kota Surabaya yang diketuai oleh Sungkono. Segera setelah

pembentukannya, BKR Pelajar ini dikelompokkan menjadi empat staf yang akan

bertugas di empat wilayah berbeda.

Sejak BKR Pelajar diresmikan sebagai bagian dari BKR kota Surabaya

semua perbekalan dan kebutuhan pasukan dijamin oleh BKR, kecuali senjata dan

pakaian seragam, karena pasukan-pasukan BKR ketika itu masih belum cukup

mempunyai senjata dan pakaian seragam.67

Ketika terjadi perubahan BKR

menjadi TKR kemudian TRI, hal ini pun diikuti dengan perubahan nama BKR

Pelajar menjadi TKR Pelajar kemudian TRI Pelajar atau lebih dikenal sebagai

TRIP.

Pada perkembangan selanjutnya TRIP menginginkan persatuan yang luas

di mana meliputi seluruh pelajar sekolah lanjutan di Jawa Timur dengan

mengadakan kongres Pelajar di Malang pada 14 sampai 16 Juli 1946. Dari

kongres ini diputuskan untuk mendirikan kesatuan TRIP di seluruh Jawa Timur

dengan nama TRIP Jawa Timur. Sejak saat itu Markas Pusat TRIP Jawa Timur

berkedudukan di Kota Malang yang diketuai oleh Komandan Isman dan

66

Asmadi, Pelajar Pejuang, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hlm. 80. 67

Ibid., hlm 84.

Page 42: BAB III KERAGAMAN LASKAR PERJUANGANrepository.unj.ac.id/1535/3/BAB III.pdf37 tindakan seperti aksi pembunuhan dan tindakan razia terhadap siapa saja yang diangap sebagai mata-mata

76

Komandan Mulyosudjono sebagai wakil.68

TRIP Jawa Timur memiliki pasukan

sebesar 5 batalyon di 6 karesidenan di Jawa Timur:

1. Batalyon 1000 untuk karesidenan Surabaya, berkedudukan di Mojokerto.

2. Batalyon 2000 untuk karesidenan Madiun dan Bojonegoro, berkedudukan

di Madiun.

3. Batalyon 3000 untuk karesidenan Kediri, berkedudukan di Kediri.

4. Batalyon 4000 untuk karesidenan Besuki, berkedudukan di Jember.

5. Batalyon 5000 untuk karesidenan Malang, berkedudukan di Malang.

68

Ibid., hlm. 290.