bab iii kajian teoritis a. strategi 1. pengertian strategi

30
49 BAB III KAJIAN TEORITIS A. Strategi 1. Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik, yaitu “stratos”yang artinya tentara dan “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan memimpin tentara. Lalu muncul kata stategos yang artinya pemimpin tentara tingkat atas. Jadi strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berasal dari segalanya kecuali mengetahui apa yang dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya”. 1 Karl Von Clausewis ( 1780-1831) seorang pensiunan jenderal prusia dalam bukunya on war merumuskan strategi ialah 1 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014), h. 64

Upload: others

Post on 01-Mar-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

49

BAB III

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik, yaitu

“stratos”yang artinya tentara dan “agein” yang berarti

memimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan memimpin

tentara. Lalu muncul kata stategos yang artinya pemimpin tentara

tingkat atas. Jadi strategi adalah konsep militer yang bisa

diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art of General),

atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan

peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan,

yakni “Tidak ada sesuatu yang berasal dari segalanya kecuali

mengetahui apa yang dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka

mengerjakannya”.1

Karl Von Clausewis ( 1780-1831) seorang pensiunan

jenderal prusia dalam bukunya on war merumuskan strategi ialah

1 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi (Jakarta :

Raja Grafindo Persada, 2014), h. 64

50

“suatu seni menggunakan sarana pertermpuran untuk mencapai

tujuan perang”, secara garis besar strategi menghasilkan gagasan

dan konsepsi yang dikembangkan oleh para praktisi. Karena itu

para pakar strategi tidak saja lahir dari kalangan berlatar belakang

militer, tetapi juga dari profesi lain.

Strategi juga merupakan sebuah pendekatan yang

berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan eksekusi

dalam suatu aktivitas yang memiliki kurun waktu tertentu.

Strategi dibuat dengan mempertimbangkan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki, karena dalam tindakan mencapai

tujuan, kekuatan dan kelemahan akan menjadi sesuatu yang

sangat penting dan berguna. Karena dengan mengetahui kekuatan

yang dimiliki akan menjadi mudah untuk mengoptimalkannya,

sebaliknya jika kita mengenal kelemahan, kita akan bisa

menghindari atau bahkan berusaha menciptakan kekuatan dari

kelemahan tersebut.2 Strategi pada hakikatnya ialah perencanaan

( planning ) dan manajemen ( management ) untuk mencapai

2 https://id.m.wikipedia.org/wiki/strategi, diakses pada tanggal 16

April 2021, pukul 22.18 WIB

51

tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak

berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,

melainkan harus mampu menunjukkan arah saja, melainkan harus

mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.3

Dari beberapa penjelasan diatas, tidak dapat ditolak

bahwa strategi merupakan sesuatu yang amat penting dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, untuk itu pengetahuan

tentang pengertian strategi sangatlah penting. Jika pembuat

strategi faham apa itu strategi, besar kemungkinan akan bisa

menciptakan strategi yang lebih baik.

2. Tingkat-tingkat Strategi

Dengan merujuk pada pandangan Schendel dan Charles

Hofer, Higgins (dalam salusu 2006 : 101) menjelaskan adanya

empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut master strategy,

yaitu enterprise strategy, corforate strategy, business strategy

dan functional strategy.

3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2019), h. 32

52

a. Enterprise Strategy

Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap

organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat

adalah kelompok yang berada diluar organisasi yang tidak dapat

dikontrol. Didalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada

pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok politik

dan kelompok sosial. Kelompok-kelompok mempunyai interes

dan tuntutan yang sangat bervariasi terhadap organisasi, sesuatu

yang perlu diberi perhatian oleh para penyusun strategi. Jadi,

dalam strategi interprise terlihat relasi antara organisasi dan

masyarakat luar, sejauh interaksi itu dilukakan sehingga dapat

menguntungkan organisasi.

b. Corporate Strategy

Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga

sering disebut grand strategy yang meliputi bidang yang digelut

oleh suatu organisasi. Ini memerlukan keputusan-keputusan

stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga

disiapkan oleh setiap organisasi.

53

c. Business Strategy

Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut

pasaran ditengah masyarakat. Bagaimana menempatkan

organisasi dihati para penguasa, para pengusaha, para anggota

legislatif, para politisi, dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan

untuk mendapat keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus

mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang

lebih baik.

d. Functional Strategy

Strategi ini merupakan strategi pendukung untuk

menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi

fungsional yaitu :

1. Strategi fungsional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi

yang memungkinkan organisai hidup sebagai satu kesatuan

ekonomi yang sehat.

2. Strategi fungsional manajemen, mencakup fungsi-fungsi

manajemen yaitu planning, organizing, implementing,

54

controlling, staffing, leading, motivating, communicating,

decision making, refresenting dan integrating.

3. Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol

lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui

maupun situasi yang belum diketahui atau selalu berubah.

B. Kajian Tentang Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication berasal dari

bahasa latin, communis. Kata ini mengandung arti yang sama

dengan kata communico, communication, atau communicare,

yaitu yang menciptakan makna yang sama. Artinya, komunikasi

menyarankan pikiran, makna, ataupesann dipahami secara sama.

Adanya pemahaman dan makna yang sama menjadi syarat bagi

lahirnya saling memahami atas pesan komunikasi yang

disampaikan. Karena itu, perbedaan harus dimaknai sebagai

tantangan untuk melahirkan aktivitas komunikasi yang baru.

Komunikasi merupakan proses ketika satu orang atau

lebih, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan

55

menggunakan informasi agar terhubung dengan orang lain atau

sering disebut sebagai proses interaksi sosial.

Sejauh ini terdapat ratusan definisi mengenai komunikasi.

Setiap definisi menjelaskan pemahaman mengenai komunikasi

yang mengarah kenapa dinamika di antara elemen-elemen

komunikasi. Beragam definisi tersebut mencerminkan keragaman

pemahaman dan level komunikasi.

Sementara itu, model komunikasi Harold Lasswell

menjelaskan lima unsur komunikasi yang menjadi dasar

pemahaman objek kajian (ontologi) komunikasi. Definisi

Lasswell yang dikenal sebagai Lasswells’s View of

Communication (1960, dalam Ruben,2006) menyatakan Who says

what in which channel to whom and with what effect”. Berdasarkan

definisi Lasswel, proses komunikasi melibatkan lima unsur

komunikasi, yakni komunikator, pesan, media, khalayak, dan

efek. Lasswell berusaha menciptakan sebuah model serta definisi

tentang proses dan aktivitas komunikasi merupakan bagian

integral dari proses interaksi manusia.4

4 Umaimah Wahid, Komunikasi Politik Teori Konsep, Dan Aplikasi

Pada Era Media Baru, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2016) h. 3-4

56

Sedangkan menurut Wursanto (2001:31). Komunikasi

adalah proses kegiatan pengoperan/penyampaian

warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu pihak

(seseorang atau tempat) kepada pihak (seseoarang atau tempat)

lain dalam usaha mendaptakan saling pengertian. Kamus Besar

Bahasi Indonesia menyatakan bahwa komunikasi adalah pengirim

arau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami; hubungan; kontak. Berlo (dalam Erliana Hasan

(2005:18) mengemukakan komunikasi sebagai suasana yang

penuh keberhasilan jika dan hanya jika penerima pesan memiliki

makna terhadap pesan tersebut dimana makna yang diperolehnya

tersebut sama dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber.5.

Komunikasi pada hakikatnya merupakan proses

penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)

kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,

informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragau-raguan,

5Fenny Oktavia, Upaya Komunikasi Inerpersonal Kepala Desa Dalam

memediasi Kepentingan PT. Bukit Borneo Sejahtera Dengan Masyarakat Desa

Long Luruk “Ilmu Komunikasi”, Vol. 4 No. 1, 2006, h.241

57

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan

sebagainya yang timbul dari lubuk hati.6

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Dalam berkomunikasi seseorang cenderung untuk

menggunakan komunikasi dalam dua bentuk yaitu :

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang

menggunakan simbol verbal. Secara umum komunikasi verbal

adalah komunikasi yang berbentuk lisan, misalnya dengan

menggunakan kata-kata (ucapan) yang biasa diucapkan secara

langsung (face to face) maupun melalui media misalnya sosial

media.

Terdapat empat jenis komunikasi verbal yaitu :

berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan.

Berbicara dan menulis : pada umumnya, untuk

mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang

berbicara daripada menulis suatu pesan. Alasannya,

6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2019), h. 10

58

komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efisien)

dan cepat dalam menyampaikan pesan-pesan bisnis.

Meski demikian, bukan berarti bahwa komunikasi

secara tertulis tidak penting, mengingat tidak semua hal

bisa disampaikan secara lisan. Dalam menyampaikan

pesan, baik lisan maupun tulisan keduanya sama-sama

diperlukan dalam menjalin komunikasi yang efektif.

Mendengar dan membca

Orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis

cenderung lebih suka memperoleh atau mendapatkan

informasi daripada menyampaikan informasi. Untuk

melakukan hal tersebut, mereka memerlukan

keterampilan mendengarkan dan membaca dengan

baik.

Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita

bayangkan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol

yang menggunakan satu kata atau lebih.7

7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2011) h. 260

59

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal merupakan jenis komunikasi

yang disajikan tanpa kata-kata dalam proses penyampaian

informasinya seperti kontak mata, ekspresi wajah, gerakan

tubuh, kedekatan jarak, suara yang bukan kata atau pribahasa,

sentuhan, dan cara berpakaian.

Menurut Mark L. Knapp sebagaimana dalam tulisan

Jalaluddin, komunikasi nonverbal memiliki beberapa fungsi,

diantaranya repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen dan

juga aksentuasi.

Repetisi, Repetisi mempunyai makna pengulangan

kembali gagasan-gagasan yang telah diungkapkan

melalui komunikasi verbal.

Substitusi, Substitusi bermakna penggantian

lambang/ simbol verbal. Dalam hal ini misalnya

penunjukan “persetujuan” dengan cara diam seribu

kata, tanpa sepatah katapun dengan cara kepala

mengangguk-angguk.

60

Kontradiksi, Kontradiksi berarti penolakan atau

pemberian makna berbeda kepada pesan verbal.

Komplemen. Sebagai pelengkap dan memperkaya

makna dari pesan verbal. Hal ini bisa ditunjukkan

dengan air muka yang dapat menggambarkan tingkat

penderitaan yang tidak dapat diungkapkan dengan

kata-kata.

Aksentauasi. Aksentuasi bermakna penegasan atau

penggarisbawahan dari pesan verbal. Atau

pemberian tekanan pada suku kata atau kata.8

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan

semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis.

3. Strategi Komunikasi

Strategi merupakan proses atau perencanaan dihadapkan

pada sejumlah persoalan, terutama dalam kaitannya dengan

strategi penggunaan sumber daya komunikasi yang tersedia untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai. Rogers (1982) memberi

8 https://www.researchgate.net/publication/337208719 diakses pada

tanggal 30 Mei 2021pukul 17.41 WIB

61

batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu rancangan

yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala

yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar

perencanaan komunikasi Middleton (1980) membuat definisi

dengan menyatakan “strategi komunikasi adalah kombinasi yang

terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator,

pesan saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek)

yang dirancang untuk mencapai tujuan yang optimal.”

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang

memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan

komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru maka

hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu,

materi dan tenaga.9

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning)

dan manajemen unuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi ini harus mampu

menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus

9 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2014), h.64-65

62

dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda

sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.10

C. Pengertian Pilkada

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah merupakan instumen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan prinsip

demokrasi di daerah, karena disinilah wujud bahwa rakyat

sebagai pemegang kedaulatan menentukan kebijakan kenegaraan.

Mengandung arti bahwa kekuasaan tertinggi untuk mengatur

Pemerintahan Negara ada pada rakyat. Melalui Pilkada, rakyat

dapat memilih siapa yang menjadi pemimpin dan wakilnya dalam

proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan arah

masa depan sebuah Negara.11

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang “Pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan

pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, bahwa

Pilkada adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah

10

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999) h.32 11

Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala

Daerah (Pemilukada) dan Mekanisme Penyelesiannya. Jurnal Konstitusi Vol

II No. 2, November 2010, h. 44

63

Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan Pancasila dan UUD

1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat (1)

tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam suatu pasangan calon

yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasangan calon Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah selanjutnya disebut pasangan

calon adalah peserta yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) ialah sebuah

mekanisme politik untuk mengaspirasikan hak politik masyarakat

dalam memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis.

D. Partisipasi Politik

1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahas Inggris yaitu dari kata

“participation” yang dapat diartikan suatu kegiatan untuk

membangkitkan perasaan dan diikutsertakan atau ambil bagian

64

dalam kegiatan suatu organisasi. Sehubungan dengan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan, partisipasi merupakan

keterlibatan aktif masyarakat atau partisipasi tersebut dapat

berarti keterlibatan proses penentuan arah dari strategi

kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. 12

Partisipasi juga merupakan bentuk keikutsertaan warga

masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung

maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang mewakili

kepentingan mereka. Bentuk partisipasi dibangun berdasarkan

prinsip demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan

mengungkapkan pendapat secara konstruktif untuk mendorong

aspek pembangunan, termasuk dalam kegiatan sosial dan

politik.13

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

partisipasi adalah suatu proses pengambil bagian dalam suatu

tahapan atau kegiatan tertentu.

12

“Teori Partisipasi” https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/teori-

partisipasi-konsep-partisipasi-masyarakat-dalam-pembangunan-menurut-para-

ahli-10, diakses tanggal 26 Feb. 2021, pukul 21.17 WIB 13

A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan

Masyarakat (Jakarta : Madani Prenada Medio Group 2016), h. 199

65

2. Partisipasi Politik

Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa

partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang

ikut aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan

memilih pemimpin Negara dan, secara langsung atau tidak

langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).

Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam

pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan

hubungan (contacting) atau lobbyng dengan pejabat pemerintah

atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu

gerakan social dnegan direct actionnya, dan sebagainya. Menurut

Herbert McClosky seorang tokoh masalah partisipasi bependapat

bahwa partisipasi poitik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari

warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian

dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak

langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum (The term

political participation will refer to those voluntary activities by

which, members of a society share in the selection of rules and,

directly or indirectly, in the formation of public policy).14

14

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 2018) h. 367

66

Menurut Soemarsono yang dikutip dalam bukunya M.

Zainor Ridho yang berjudul Pengantar Ilmu Politik :

“Partisipasi politik pada hakekatnya sebagai ukuran untuk

mengetahui kualitas kemampuan warga Negara dalam

menginterpretasikan sejumlah symbol kekuasaan (kebijaksanaan

dalam mensejahterakan masyarakat sekaligus langkah-

langkahnya) ke dalam simbol-simbol pribadi. Atau dengan

perkataan lain, partisipasi politik adalah proses memformulasikan

ulang simbol-simbol komunikasi berdasarkan tingkat rujukan

yang dimiliki baik secara pribadi maupun secara kelompok

(individual reference, social reference) yang berwujud dalam

aktivitas sikap dan perilaku”.15

Partisipasi politik merupakan penentuan sikap dan

penggunaan hak setiap individu dalam situasi dan kondisi dalam

rangka mewujudkan kepentingan dan kebutuhan, sehingga pada

akhirnya dapat mendorong setiap perjalanan dan

pertanggungjawaban Negara. Menurut Hunington, partisipasi

politik hanya sebagai kegiatan warga Negara yang memiliki

15

M. Zainor Ridho, Pengantar Ilmu Politik, (Serang : Lembaga

Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana

Hasanuddin Banten, 2017) h. 136-137

67

tujuan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh

pemerintah. Serta didalamnya terdapat pula proses pemilihan

yang akan menentukan pemimpin dalam sebuah pemerintahan.16

Tingkat partisipasi politik masyarakat merupakan suatu

hal yang penting sebagai tolak ukur tinggi dan rendahnya

legitimasi pemerintahan yang terpilih. Apabila tingkat partisipasi

politik masyarakatnya tinggi, dapat dikatakan bahwa keterlibatan

masyarakat tersebut terdorong atas dasar kepercayaan terhadap

pemerintah. Begitupun sebaliknya, apabila tingkat partisipasi

masyarakatnya rendah, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan

tidak percaya dan peduli terhadap kegiatan kenegaraan karena

ketidak percayaannya terhadap pemerintah yang berkuasa.17

3. Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Ketentuan UUD

Tahun 1945

Berdasarkan ketentuan UUD Tahun 1945 yang tercantum

dalam BAB I tentang Bentuk dan Kedaulatan, dijelaskan

16

Samuel P. Huntington dan M. Nelson, Partisipasi Politik di Negara

Berkembang, ( Jakarta : Rineka Cipta 1990,) h.6 17

Sumarsono Soemardjo, Peran Televisi dalam Meningkatkan

Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilu Presiden Tahun 2014, (Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Vol.5) Maret

2015

68

bahwasanya rakyat memiliki sebuah kekuasaan yang diserahka

kepada Negara untuk menjalankan fungsinya. Jadi pemerintahan

didalam Negara Indonesia berasal dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Maka dalam hal ini partsipasi masyarakat sangatlah

penting,

Hal tersebut sebagaimana termakhtub dalam ketentuan

UUD Tahun 1945 pasal 1 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

menurut agamanya, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah

Negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini

kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai

dengan isi hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Maka dalam hal ini rakyat memiliki kebebasan dalam

mengeluarkan aspirasinya maupun pendapatnya, tanggung jawab,

hak dan kewajiban untuk secara demokratis memillih pemimpin

69

yang akan memimpin di daerahnya, serta memilih wakil-wakil

rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan

kedaulatan rakyat Indonesia dilaksanakan melalui Pemilihan

Kepala Daerah maupun pemilihan Umum secara langsung

sebagai sarana untuk masyarakat memilih dan menyalurkan

aspirasi masayarkat.

4. Jenis – Jenis Partisipasi Politik

Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai

bentuk. Studi – studi tentang partisipasi dapat menggunakan

skema – skema klasifikasi yang agak berbeda-beda, namun

kebanyakan riset belakangan ini membedakan jenis – jenis

perilaku sebagai berikut :

a. Kegiatan pemilihan mencakup suara, akan tetapi

juga sumbangan – sumbangan untuk kampanye,

bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan

bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang

bertujuan mempengaruhi proses pemilihan. Ikut

dalam proses pemungutan suara adalah jauh lebih

70

meluas dibandingkan bentuk – bentuk partisipasi

politik lain, termasuk kegiatan kampanye lainnya.

Namun demikian, ada suatu kumpulan kegiatan –

kegiatan yang berkaitan satu sama lain yang

difokuskan sekitar siklus pemilihan dan pemungutan

suara dan dengan jelas dapat dibedakan dadri bentuk

– bentuk utama lainnya dari tindakan politik.

b. Lobbying mencakup upaya – upaya perorangan atau

kelompok untuk menghubungi pejabat – pejabat

pemerintah dan pemimpin – pemimpin politik

dengan maksud mempengaruhi keputusan –

keputusan mereka mengenai persoalan – persoalan

yang menyangkut sejumlah besar orang.

c. Kegiatan Organisasi menyangkut partisipasi sebagai

anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang

tujuan utamanya adalah mempengaruhi pengambilan

keputusan pemerintah.

d. Mencari Koneksi (contacting) merupakan tindakan

perorangan yang ditujukan terhadap pejabat –

71

pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud

memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau

segelintir orang.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Myron Weiner mengemukakan ada 5 faktor

yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih

luas dalam proes politik, yaitu :

a. Modernisasi. Modernisasi di segala bidang

berimplikasi pada komersialisasi pertanian,

industrialisasi, meningkatnya arus urbaniasi,

peningkatan tingkat pendidikan, meluasnya peran

media massa dan media komunikasi. Kemajuan itu

berakibat pada meningkatnya partisipasi warga

Negara, terutama di perkotaan, untuk turut serta

dalam kekuasaan politik. Mereka ini misalnya kaum

buruh, para pedagang dan para professional.

b. Terjadinya perubahan – perubahan struktur kelas

esensial. Dalam hal ini adalah munculnya kelas

menengah dan pekerja baru yang semakin meluas

72

dalam era industrialisasi. Kemunculan mereka tentu

saja dibarengi tuntutan – tuntutan baru pada

gilirannya akan mempengaruhi kebijakan –kebijakan

pemerintah.

c. Pengaruh kaum intelektual dan menigkatnya

komunikasi massa. Ide – ide nasionalisme,

liberalisme, dan egaliterisme membangkitkan

tuntutan –tuntutan untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan.

d. Adanya konflik di antara pemimpin – pemimpin

politik. Pemimpin politik yang saling

memperebutkan kekuasaan, seringkali untuk

mencapai kemenangan dilakukan dengan cara

mencari dukungan massa. Dalam konteks ini

seringkali terjadi partisipasi yang dimobilisasikan.

e. Adanya keterlibatan pemerintah yang semakin

meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan

kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas

pemerintah ini seringkali merangsang tumbuhnya

73

tuntutan yang terorganisasi untuk ikut serta dalam

mempengaruhi perbuatan keputusan politik. Hal

tersebut merupakan konsekuensi dari perbuatan

pemerintah dalam segala bidang kehidupan.18

E. Sosialisasi

1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi secara harfiah dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses belajar seorang

anggota masyarakat untuk menghayati kebudayaan

masyarakat dalam lingkungannya.19

Dalam pengertian

tersebut terlihat bahwasanya sosialisasi merupakan

kegiatan yang melibatkan proses penyampaian suatu

nilai-nilai ataupun kultur kepada masyarakat.

Menurut Charles R Wright yang dikutip oleh

Sutaryo sosialisasi adalah “Proses ketika individu

mendapatka kebudayaan kelompoknya dan

meginternalisasikan sampai tingkat tertentu norma-norma

18

Mochtar Masoed dan Collin MacAndrews, Perbandingan Sistem

Politik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), h. 57-59 19

https://kbbi.web.id/, diakses tanggal 01 Juni 2021, pukul 17.23

WIB.

74

sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk

memperhitungkan harapan-harapan orang lain.20

Sosialisasi merupakan proses belajar, pada

dasarnya sifat manusia adalah tidak akan pernah puas

untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahuinya,

seperti belajar norma-norma untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan sosialnya, hal tersebut sejalan dengan

lingkungan sosialnya.

Berdasarkan pengertian diatas terdapat persamaan

mengenai sosialisasi, terletak pada objek dari sosialisasi

yaitu masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar

manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia

didalam masyarakat. Jadi, dalam sosialisasi terdapat

interaksi antara manusia sebagai anggota kelompok.

Timbulnya kelompok-kelompok dalam masyarakat ialah

karena kedua sifat manusia yang bertentangan satu sama

lain, disatu pihak ingin bekerjasama, di pihak lain

cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia untuk

20

Sutaryo, Dasar-Dasar Sosialisasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2004),

h. 156

75

dapat berkuasa. Kekuasaan merupakan kajian dan konsep

dari politik mengenai hubungan sosialisasi.

Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana

memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang dan

bagaimana orang tersebut menemukan tanggapan dan

reaksinya, sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial,

ekonomi, dan kebudayaan dimana individu berada, selain

itu juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-

pengalaman serta kepribadiannya.21

2. Jenis Sosialisasi

Menurut Peter L berger dan Luckman terdapat 2

jenis sosialisasi yaitu :

Sosialisasi primer, sosialisasi pertama yang

dijalani individu semasa kecil dengan belajar

menjadi anggota masyarakat (keluarga).

Sosialisasi ini berlangsung pada saat kanak-

kanak.

21

Sutaryo, Dasar-Dasar Sosialisasi, (Jakarta: Rajawali Press), h. 230

76

Sosialisasi Sekunder, adalah suatu proses

sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer

yang memperkenalkan individu kedalam

kelompok tertentu dalam masyarakat.

3. Syarat Terjadinya Sosialisasi

Melalui sosialisasi masyarakat mampu

berpartisipasi dalam kepentingan kehidupan dan

menciptakan generasi selanjutnya. Terdapat

beberapa faktor terrjadinya sosialisasi,

diantaranya :

Apa yang disosialisasikan merupakan

informasi yang akan diberikan kepada

masyarakat berupa nilai, norma, dan peran.

Bagaimana cara mensosialisasikan,

melibatkan proses pembelajaran.

Siapa yang mensosialisasikan, institusi,

media massam individu, dan kelompok.22

22

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/01/140000269/sosialis

asi-pengertian-proses-fungsi-dan-tujuannya?page=all, diakses tanggal 01 juni,

pukul 20.06 WIB

77

4. Sosialisasi Politik

Sosialisasi Politik diartikan sebagai suatu proses

yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan

orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya

berlaku dalam masyarkat dimana ia berada. Ia adalah

bagian dari proses yang menentukan sikap politik

seseorang. Misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial,

suku bangsa, ideology, hak dan kewajiban.

Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai

proses yang melaluinya masyarakat menyampaikan

“budaya politik”yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian

sosialisasi politik merupakan faktor penting dalam

terbentuknya budaya politik (political culture) suatu

bangsa.

Suatu definisi yang dirumuskan seorang ahli

sosiologi politik M. Rush (1992):

Sosialisasi politik adalah proses yang melaluinya

orang dalam masyarkat tertentu belajar mengenali

sistem politiknya. Proses ini sedikit banyak

78

menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap

fenomena politik (political socialization may be

defined is the process by which individuals in a

given society become acquainted with the political

system and which to a certain degree determines

their perceptions and their reactions to political

phenomena).

Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama

dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang melalui

keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman

sebagai orang dewasa, organisasi keagamaan, dan partai

politik. Ia juga menjadi penghubung yang

mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang satu ke

generasi yang lain. 23

23

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 2008) h. 407