bab iii hasil penelitian dan pembahasan a. terkait...

22
29 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Terkait Penyelenggaraan Pemeriksaan Cepat Ditinjau Dari Asas Peradilan Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan. 1. Analisa atas Putusan PN Simalungun Nomor : 42/Pid.C/2015/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan dan Putusan PN Jember Nomor : 125/Pid.C/2016/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan. Berdasarkan kasus dalam PN Simalungun Nomor: 42/Pid.C/2015/PN.Sim yang merupakan tindak pidana pencurian ringan dan Putusan PN Jember Nomor : 125/Pid.C/2016/PN.Jmr yang merupakan tindak pidana penadahan ringan diperiksa dengan menggunakan sistem pemeriksaan acara cepat, bahwa terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit telah dinyatakan melanggar Pasal 362 KUHPidana jo. Pasal 364 KUHPidana jo. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2012 dan terdakwa 1. Gunarto terdakwa 2. Suyoko telah dinyatakan melanggar Pasal 482 KUHPidana jo. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2012. Penanganan perkara tindak pidana pencurian ringan yang dilakukan oleh terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit dan penadahan ringan yang dilakukan oleh terdakwa 1. Gunarto terdakwa 2. Suyoko dengan mekanisme Penyidik melimpahkan perkara tindak pidana pencurian ringan ke Pengadilan Negeri dengan Acara Pemeriksaan Cepat atas kuasa Penuntut Umum demi hukum dan disidangkan dengan Hakim Tunggal dengan dibantu oleh Panitera Pengganti. Proses pemeriksaan perkara tersebut diatur di dalam Pasal 205 sampai dengan Pasal 210 KUHAP.

Upload: others

Post on 19-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

29

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012

Terkait Penyelenggaraan Pemeriksaan Cepat Ditinjau Dari Asas Peradilan

Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan.

1. Analisa atas Putusan PN Simalungun Nomor : 42/Pid.C/2015/PN.Sim

Perkara Pencurian Ringan dan Putusan PN Jember Nomor :

125/Pid.C/2016/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan.

Berdasarkan kasus dalam PN Simalungun Nomor:

42/Pid.C/2015/PN.Sim yang merupakan tindak pidana pencurian ringan dan

Putusan PN Jember Nomor : 125/Pid.C/2016/PN.Jmr yang merupakan tindak

pidana penadahan ringan diperiksa dengan menggunakan sistem pemeriksaan

acara cepat, bahwa terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit telah dinyatakan

melanggar Pasal 362 KUHPidana jo. Pasal 364 KUHPidana jo. Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2012 dan terdakwa 1. Gunarto

terdakwa 2. Suyoko telah dinyatakan melanggar Pasal 482 KUHPidana jo.

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2012. Penanganan perkara

tindak pidana pencurian ringan yang dilakukan oleh terdakwa Lisbon

Jawanter Hutasoit dan penadahan ringan yang dilakukan oleh terdakwa 1.

Gunarto terdakwa 2. Suyoko dengan mekanisme Penyidik melimpahkan

perkara tindak pidana pencurian ringan ke Pengadilan Negeri dengan Acara

Pemeriksaan Cepat atas kuasa Penuntut Umum demi hukum dan disidangkan

dengan Hakim Tunggal dengan dibantu oleh Panitera Pengganti. Proses

pemeriksaan perkara tersebut diatur di dalam Pasal 205 sampai dengan Pasal

210 KUHAP.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

30

2. Analisa atas Putusan PN Simalungun Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim

Perkara Pencurian Ringan dan Putusan PN Jember Nomor:

626/.Pid.B/2014/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan

Berdasarkan kasus dalam Putusan PN Simalungun Nomor:

498/Pid.B/2013/PN.Sim yang merupakan tindak pidana pencurian ringan dan

Putusan PN Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr yang merupakan tindak

pidana penadahan ringan tidak diperiksa dengan menggunakan sistem

pemeriksaan acara cepat, namun diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa.

Dalam menentukan acara pemeriksaan ketua pengadilan berpedoman

pada keterangan saksi yang tercantum dalam laporan kepolisian, dan

pedoman terhadap saksi korban ini juga dipakai oleh hakim dalam

menentukan nilai barang hasil tindak pidana. Meskipun keempat putusan

tersebut berbeda wilayah hukum namun pedoman dalam menggunakan tolak

ukur dalam menilai suatu barang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketua

pengadilan menggunakan keterangan kerugian saksi korban untuk

menentukan nilai suatu barang hasil tindak pidana dan Saksi korban menjadi

kunci penentu untuk menentukan nilai harga suatu barang hasil tindak pidana

yang awalnya dimiliki oleh korban.

Sesuai Putusan PN Simalungun Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim yang

merupakan tindak pidana pencurian ringan dan Putusan PN Jember Nomor:

626/.Pid.B/2014/PN.Jmr yang merupakan tindak pidana penadahan ringan,

prosedur penahanan tidak sesuai dengan alasan obyektif penahanan. Dengan

adanya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012 tentang

Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan jumlah denda dalam KUHP.

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

31

Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim yaitu 1 (satu) unit handphone merek Nokia

model 11 type RH-130 dan uang sebesar Rp.171.000,00 (Seratus tujuh puluh

satu ribu rupiah) masuk dalam Tindak Pidana Pencurian Ringan dan Putusan

PN Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr yaitu 50 kg getah karet senilai

Rp.125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah) masuk dalam Tindak

Pidana Penadahan Ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan,

harusnya tidak bisa dikenakan penahanan. Karena alasan penahanan obyektif

disini jelas diatur dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP yang merumuskan :

“Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau

terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun

pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal Tindak pidana

itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih”

3. Perbandingan mekanisme pemeriksaan dalam Putusan Pengadilan

Negeri Simalungun Nomor: 42/Pid.C/2015/PN.Sim Perkara Pencurian

Ringan dan Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor :

125/Pid/C/2016/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan dengan Putusan

Pengadilan Negeri Simalungun Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara

Pencurian Ringan dan Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor :

125/Pid/C/2016/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan

Menurut KUHAP penahanan ialah : “Penahanan adalah penempatan

tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut atau

hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

Undang-Undang ini (Pasal 1 Butir 21 KUHAP)”.

Definisi penahanan, Andi Hamzah berpendapat bahwa: “Penahanan

merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak seseorang.

Jadi, di sini terdapat pertentangan dua asas, yaitu hak bergerak seseorang

yang merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati di satu pihak dan

kepentingan banyak atau masyarakat dari perbuatan jahat tersangka. Di

sinilah letak keistimewaanya hukum acara pidana itu. Ia mempunyai

ketentuan-ketentuan yang menyingkirkan asas-asas yang diakui secara

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

32

universal yaitu hak-hak asasi manusia khususnya hak kebebasan seseorang

karena dilakukan upaya paksa penahanan. Oleh karena itu, penahanan

dilakukan jika perlu sekali. Kekeliruan dalam penahanan dapat

mengakibatkan hal-hal fatal bagi penahanan”42

Penahanan dalam Putusan PN Simalungun Nomor:

42/Pid.C/2015/PN.Sim yang merupakan tindak pidana pencurian ringan dan

Putusan PN Jember Nomor : 125/Pid.C/2016/PN.Jmr yang merupakan tindak

pidana penadahan ringan diperiksa dengan menggunakan sistem pemeriksaan

acara cepat dengan mekanisme Penyidik melimpahkan perkara tindak pidana

pencurian ringan ke Pengadilan Negeri dengan Acara Pemeriksaan Cepat atas

kuasa Penuntut Umum demi hukum dan disidangkan dengan Hakim Tunggal

dengan dibantu oleh Panitera Pengganti. Proses pemeriksaan perkara tersebut

diatur di dalam Pasal 205 sampai dengan Pasal 210 KUHAP.

Sedangkan kasus dalam Putusan PN Simalungun Nomor:

498/Pid.B/2013/PN.Sim yang merupakan tindak pidana pencurian ringan dan

Putusan PN Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr yang merupakan tindak

pidana penadahan ringan tidak diperiksa dengan menggunakan sistem

pemeriksaan acara cepat, namun diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa.

Menurut penulis sebenarnya Peraturan Mahkamah Agung ini terlalu

dipaksakan untuk berlaku dalam pengadilan. Karena jika pengadilan negeri

Simalungun dan Pengadilan Negeri Jember memang benar-benar

menggunakan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2012 sebagai

bahan pertimbangan dalam memutus perkara ini, maka yang digunakan

42 Yahya Harahap. 2000. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta. Sinar

Grafika. Hal. 6

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

33

adalah acara pemeriksaan cepat. Namun dalam putusan, Pengadilan Negeri

Simalungun dan Pengadilan Negeri Jember menggunakan acara pemeriksaan

biasa. Ini sudah melanggar Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa jika

barang hasil tindak pidana bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,- maka ketua

pengadilan segera menentukan hakim tunggal untuk memeriksa, mengadili,

memutus perkara tersebut dengan acara pemeriksaan cepat. Namun hal ini

tidak diindahkan oleh Pengadilan Negeri negeri Simaungun dan Pengadilan

Negeri Jember, pertimbangan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung

tersebut hanya sebagai formalitas saja agar terlihat digunakan oleh pengadilan

negeri dalam menjawab tuntutan masyarakat.

B. Analisa Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012

Terkait Penjatuhan Sanksi

1. Sanksi Atas Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor:

42/Pid.C/2015/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan dan Putusan

Pengadilan Negeri Jember Nomor : 125/Pid/C/2016/PN.Jmr Perkara

Penadahan Ringan

Sejatinya, masalah sanksi menjadi isu penting dalam hukum pidana

karena dipandang sebagai pencerminan sebuah norma dan kaidah yang

mengandung tata nilai yang ada di dalam sebuah masyarakat. Adanya

pengaturan dan penjatuhan sanksi muncul akibat adanya reaksi dan

kebutuhan masyarakat terhadap pelanggaran/kejahatan yang terjadi.43 Untuk

itu, Negara sebagai perwakilan dari masyarakat menggunakan

kewenangannya dalam mengatasi permasalahannya melalui kebijakan pidana

(criminal policy).

43 Titis Anindyajati.(Et.Al.). 2005. Konstitusionalitas Norma Sanksi Pidana Sebagai Ultimum

Remedium Dalam Pembentukan Perundang-Undangan. Jakarta. Jurnal Konstitusi Volume 12

Nomor 4, Desember 2015, Hal. 872.

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

34

Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan

hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau

penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat

jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul

keresahan di dalam masyarakat.

Seperti kaitannya dalam Putusan PN Simalungun Nomor :

42/Pid.C/2015/PN.Sim. atas nama terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana

Pencurian ringan 11 (sebelas) tandan buah kelapa sawit senilai Rp.300.000,00

dengan pidana penjara selama 2 bulan dan menetapkan pidana tersebut tidak

perlu dijalani kecuali dikemudian hari ada putusan Hakim yang menentukan

lain disebabkan karena terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum

masa percobaan selama 6 (enam) bulan berakhir dan Putusan PN Jember

Nomor : 125/Pid/C/2016/PN.Jmr atas nama terdakwa 1. Gunarto terbukti sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “penadahan” 2. Suyoko

telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Turut serta melakukan Penadahan” dengan pidana penjara masing-masing

selama 3 bulan. Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani

kecuali apabila dikemudian hari ada perintah lain dari putusan hakim yang

menentukan lain karena terdakwa melakukan perbuatan yang dapat dihukum

sebelum lewat masa percobaan selama 6 (enam) bulan.

Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) hukuman

pidana percobaan diatur dalam Pasal 14 a ayat 1 yang berbunyi:

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

35

“Apabila hakim menjatuhkan pidana paling lama satu tahun atau pidana

kurungan, tidak termasuk pidana kurungan pengganti maka dalam

putusannya hakim dapat memerintahkan pula bahwa pidana tidak usah

dijalani, kecuali jika di kemudian hari ada putusan hakim yang menentukan

lain, disebabkan karena si terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum

masa percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut di atas habis, atau

karena si terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat khusus

yang mungkin ditentukan lain dalam perintah itu”

Secara singkat, pidana percobaan (voorwaardelijke) ini berarti

terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit dalam Putusan PN Simalungun Nomor

: 42/Pid.C/2015/PN.Sim. perkara Pencurian ringan tidak perlu menghuni

penjara selama 2 bulan dan Terdakwa 1. Gunarto 2. Suyoko dalam Putusan

PN Jember Nomor : 125/Pid/C/2016/PN.Jmr perkara Penadahan ringan

tidak perlu menghuni penjara selama 3 bulan, asalkan dalam 6 bulan ke

depan terdakwa dalam Putusan PN Simalungun Nomor :

42/Pid.C/2015/PN.Sim dan Putusan PN Jember Nomor :

125/Pid/C/2016/PN.Jmr berkelakuan baik dan tidak melakukan tindak

pidana lagi.

Berdasarkan Kedua Putusan tersebut penulis berpendapat bahwa Hakim

menggunakan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 sebagai

pertimbangan. Dalam pertimbangan putusan dikatakan bahwa, walaupun

secara legislasi nasional belum keluar aturan resmi dari legislatif yang

merubah nilai barang tersebut, namun Mahkamah Agung sebagai salah satu

lembaga resmi yang menjalankan kekuasaan kehakiman (vide Pasal 24 ayat

(2) UUD 1945 jo Pasal 18 Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman) telah mengeluarkan penafsiran baru terkait dengan

nilai barang dalam beberapa pasal di KUHP antara lain delik Pencurian dan

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

36

Penadahan dalam KUHP yaitu Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun

2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda

Dalam KUHP.

2. Sanksi Atas Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor:

498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan dan Pengadilan

Negeri Jember Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr Perkara Penadahan

Ringan

Analisa penulis dalam Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor:

498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan dan Putusan Pengadilan

Negeri Jember Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan

adalah hakim sudah seharusnya mempertimbangkan banyak hal sebelum

menjatuhkan pidana. Misalnya fakta-fakta yang terungkap di persidangan,

serta hal-hal lain yang terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh

terdakwa. Dalam menjatuhkan pidana hakim harus memperhatikan asas

legalitas.

Menurut Machteld Boot ada empat syarat yang termasuk dalam asas

legalitas. Pertama, prinsip nullum crimen, noela poena sine lege pravia yang

artinya tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa uu sebelumnya.

Kedua, prinsip nullum crimen, noela poenasine lege scripta yang artinya

tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa uu tertulis. Ketiga, prinsip

nullum crime, nulla poena sine lege certa yang artinya tidak ada perbuatan

pidana, tidak ada pidana tanpa aturan uu yang jelas. Keempat, prinsip nullum

crimen, noela poena sine lege stricta yang artinya tidak ada perbuatan pidana,

tidak ada pidana tanpa Undang-undang yang ketat.44

Pada prinsip nullum crime, nulla poena sine lege certa yang artinya tidak

ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa aturan uu yang jelas bermakna

bahwa rumusan perbuatan pidana harus jelas, agar tidak bersifat multitafsir

44 Eddy O.S Hiariej. 2009. Asas Legalitas dan Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana. Jakarta.

Erlangga. Hal. 4.

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

37

sehingga dapat membahayakan kepastian hukum.45 Ketika hakim akan

menjatuhkan pidana sebelumnya hakim melakukan proses pentautan antara

apa faktanya dan apa aturannya, aturan ini dibangun oleh unsur-unsur, pada

Pasal 362 memiliki unsur yaitu; mengambil, melawan hukum, dan memiliki

barang bagi diri sendiri. Ketiga unsur ini telah terbukti dilakukan oleh

terdakwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan.

Pencurian terbagi atas; pencurian biasa (Pasal 362), pencurian berat

(Pasal 363), pencurian ringan (Pasal 364), pencurian dengan kekerasan (Pasal

365), pencurian dalam keluarga (Pasal 367) yang berarti adanya kemungkinan

adanya pencurian lain selain pencurian biasa. Adanya hal yang meringankan

maupun yang memberatkan merupakan salah satu unsur suatu pencurian

dapat digolongkan menjadi pencurian jenis lain.

Dalam perkara ini terdakwa Gunawan Purba dalam Putusan Pengadilan

Negeri Simalungun Nomor : 498/Pid.B/2013/PN.Sim telah terbukti

melakukan pencurian dan telah memenuhi unsur pada Pasal 362 KUHPidana

seperti yang telah diputuskan oleh hakim.

Namun menurut penulis, pidana yang paling tepat dikaitkan dengan

perbuatan terdakwa dengan pasal yang ada yaitu Pasal 364 karena barang

yang dicuri oleh terdakwa jika ditaksir kerugiannya dibawah Rp.2.500.000,00

(dua juta lima ratus ribu rupiah). Pada Perma No. 2 Tahun 2012 tentang

penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam

KUHPidana yang pada intinya memerintahkan kepada aparat hukum untuk

45 Ibid, hal, 5

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

38

mengaktifkan kembali ketentuan pasal 364 KUHPidana khususnya dalam

memproses sebuah kasus pencurian ringan. Salah satu unsur yang terdapat

pada pasal 364 KUHPidana tidak hanya sebatas pada nilai nominal barang

yang dicuri yakni tidak lebih dari Rp. 250,00 (dua ratus lima puluh rupiah)

yang dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 sudah

dilipatgandakan sepuluh ribu kali lipat menjadi Rp. 2.500.000,00 (dua juta

lima ratus ribu rupiah), namun juga bahwa pencurian tersebut asal saja tidak

dilakukan di dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang

ada rumahnya.

Perbuatan terdakwa memenuhi seluruh unsur-unsur yang ada pada Pasal

364 yaitu barang yang dicuri jika ditaksir kerugiannya dibawah Rp.

2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan terdakwa tidak terbukti

melakukan tindakannya dalam sebuah rumah atau pun pekarangan yang ada

rumahnya.

Begitu juga Terdakwa Jumadin dalam Putusan Pengadilan Negeri

Jember Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr telah terbukti melakukan tindak

pidana penadahan dan telah memenuhi unsur pada Pasal 480 ayat (1)

KUHPidana seperti yang telah diputuskan oleh hakim. Namun menurut

penulis, pidana yang paling tepat dikaitkan dengan perbuatan terdakwa

dengan pasal yang ada yaitu Pasal 482 karena barang yang menjadi objek

penggelapan oleh terdakwa yaitu 50 kg getah karet senilai Rp.125.000,00

(seratus dua puluh lima ribu rupiah) kerugiannya dibawah Rp.2.500.000,00

(dua juta lima ratus ribu rupiah).

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

39

Kedua Putusan tersebut tidak menerapkan Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 2 Tahun 2012 karena penjatuhan sanksi Pidana tidak seperti ketentuan

dalam Pasal 1 Nota Kesepakatan Bersama yang menyatakan :

“Tindak Pidana Ringan adalah Tidak Pidana yang diatur dalam pasal

364, 373, 379, 384, 407 dan 482 KUHP yang diancam dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) bulan atau denda 10.000 (sepuluh ribu) kali lipat dari

denda”

Terdakwa Gunawan Purba dalam Putusan Pengadilan Negeri

Simalungun Nomor : 498/Pid.B/2013/PN.Sim divonis pidana penjara selama

6 bulan dan terdakwa Jumadin dalam Putusan Pengadilan Negeri Jember

Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr divonis pidana penjara selama 4 Bulan 15

hari. Menurut penulis penjatuhan sanksi dalam Putusan Pengadilan Negeri

Simalungun Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim dan Putusan Pengadilan Negeri

Jember Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr telah melebihi ketentuan yang

diatur dalam Pasal 205 ayat (1) KUHAP yaitu paling lama 3 (tiga) bulan

Penjara.

3. Perbandingan Penjatuhan Sanksi Atas Putusan Pengadilan Negeri

Simalungun Nomor: 42/Pid.C/2015/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan

dan Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor :

125/Pid/C/2016/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan dengan Putusan

Pengadilan Negeri Simalungun Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara

Pencurian Ringan dan Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor :

125/Pid/C/2016/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan

Dalam Putusan PN Simalungun Nomor : 42/Pid.C/2015/PN.Sim. atas

nama terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak Pidana Pencurian ringan 11 (sebelas) tandan buah

kelapa sawit senilai Rp.300.000,00 dengan pidana penjara selama 2 bulan dan

menetapkan pidana tersebut tidak perlu dijalani kecuali dikemudian hari ada

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

40

putusan Hakim yang menentukan lain disebabkan karena terpidana

melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan selama 6 (enam)

bulan berakhir dan Putusan PN Jember Nomor : 125/Pid/C/2016/PN.Jmr atas

nama terdakwa 1. Gunarto terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “penadahan” 2. Suyoko telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Turut serta melakukan

Penadahan” dengan pidana penjara masing-masing selama 3 bulan.

Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani kecuali apabila

dikemudian hari ada perintah lain dari putusan hakim yang menentukan lain

karena terdakwa melakukan perbuatan yang dapat dihukum sebelum lewat

masa percobaan selama 6 (enam) bulan.

Secara singkat terdakwa Lisbon Jawanter Hutasoit dalam Putusan PN

Simalungun Nomor : 42/Pid.C/2015/PN.Sim. perkara Pencurian ringan tidak

perlu menghuni penjara selama 2 bulan dan Terdakwa 1. Gunarto 2. Suyoko

dalam Putusan PN Jember Nomor: 125/Pid/C/2016/PN.Jmr perkara

Penadahan ringan tidak perlu menghuni penjara selama 3 bulan, asalkan

dalam 6 bulan ke depan terdakwa dalam Putusan PN Simalungun Nomor:

42/Pid.C/2015/PN.Sim dan Putusan PN Jember Nomor:

125/Pid/C/2016/PN.Jmr berkelakuan baik dan tidak melakukan tindak

pidana lagi.

Sedangkan Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor :

498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan terdakwa Gunawan Purba

telah diputuskan oleh hakim divonis pidana penjara selama 6 bulan dan

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

41

Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr Perkara

Penadahan Ringan Terdakwa Jumadin diputuskan oleh hakim dengan pidana

penjara selama 4 Bulan 15 hari.

Sesuai Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor :

498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan dan Putusan Pengadilan

Negeri Jember Nomor : 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr penjatuhan sanksi tidak

sesuai dengan adanya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012

tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan jumlah denda dalam

KUHP. Maka Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor:

498/Pid.B/2013/PN.Sim dengan jumlah kerugian dari saksi korban yaitu

dompet berisikan 1 (satu) unit Handphone merk Nokia type RH-130 warna

biru dan uang sebesar Rp. 171.000,- (seratus tujuh puluh satu ribu rupiah)

masuk dalam Tindak Pidana Pencurian Ringan dan PN Jember Nomor:

626/.Pid.B/2014/PN.Jmr dengan objek perkara getah karet sebanyak 50 (lima

puluh) Kg dengan harga Rp. 2.500,- / Kg masuk dalam Tindak Pidana

Penadahan Ringan. Harusnya sanksi dalam kedua putusan tersebut tidak bisa

dikenakan pidana penjara lebih dari tiga bulan. Karena dalam Pasal 205 ayat

(1) KUHAP secara tegas disebutkan perihal acara pemeriksaan tindak pidana

ringan sebagai berikut :

“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah

perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama

tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah

dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian

ini”

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

42

Dengan demikian, kategori tindak pidana ringan sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal ini merupakan perkara dengan ancaman pidana paling

lama tiga bulan dan atau denda paling banyak tujuh ribu lima ratus rupiah.

Sehingga berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 Pasal

1 maka perkara tindak pidana ringan yang disidangkan dengan acara

pemeriksaan cepat sebagaimana Pasal 205 ayat (1) KUHAP adalah Pasal 364

KUHP (pencurian ringan), 373 (penggelapan ringan), 379 (penipuan ringan),

384 (penipuan ringan oleh penjual), 407 ayat (1) (perusakan ringan), dan

Pasal 482 (penadahan ringan).

C. Implikasi Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012

Dalam Putusan Hakim Perkara Pencurian Ringan dan Penadahan Ringan

1. Akibat Hukum Penahanan Terhadap Tersangka Dalam Putusan PN

Simalungun Nomor: 498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan

dan Putusan PN Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr Perkara

Penadahan Ringan Terkait Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02

Tahun 2012.

Ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun

2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda

dalam KUHP yang menetukan bahwa :

“Apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp

2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) Ketua Pengadilan yang

seharusnya segera menetapkan hakim tunggal untuk memeriksa, mengadili

dan memutus perkara dengan acara pemeriksaan cepat yang diatur dalam

Pasal 205-210 KUHAP”.

Putusan PN Simalungun Nomor : 498/Pid.B/2013/PN.Sim dan Putusan

PN Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr tentunya mengusik rasa

keadilan masyarakat. Hal tersebut karena pada umumnya masyarakat tidak

memahami bagaimana proses jalannya perkara pidana sampai bisa masuk ke

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

43

pengadilan. Kemudian pihak-pihak mana saja yang memiliki kewenangan

dalam setiap tahapan dan masyarakat pun umumnya hanya mengetahui ada

tidaknya suatu perkara pidana hanya pada saat perkara tersebut disidangkan

di Pengadilan. Oleh karena sudah sampai tahap persidangan, di Pengadilan

sorotan masyarakat kemudian hanya tertuju ke Pengadilan dan menuntut agar

pengadilan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat. Hal tersebut

tentunya membebani Pengadilan, baik dari segi anggaran maupun dari segi

persepsi publik terhadap pengadilan, khususnya kepercayaan publik terhadap

lembaga pengadilan dalam hal penegakan hukum yang berkeadilan.

Oleh karena itu kedua putusan tersebut dalam tindak pidana pencurian

ringan dan penadahan ringan melanggar tiga unsur penegakan hukum, yaitu

kepastian hukum (Rechtssicherheit) dan kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan

keadilan (gerechtigkeit). Sekiranya dikaitkan dengan teori penegakan hukum

sebagaimana disampaikan oleh gustav rad-bruch dalam idee des recht yaitu

penegakan hukum harus memenuhi ketiga asas tersebut.46

Penegakan hukum pertama yaitu kepastian hukum, penahanan oleh

penyidik melanggar kepastian hukum karena Penahanan terhadap terdakwa

pencurian ringan dan penadahan ringan yang dilakukan penyidik disini tidak

sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 karena

tipiring harusnya tidak bisa dikenakan penahanan karena ancaman

hukumannya dibawah lima tahun penjara sesuai yang diatur dalam Pasal 21

ayat (4) KUHAP.

Penegakan hukum pidana yang kedua yaitu kemanfaatan, Penahanan

oleh penyidik yang dilakukan terhadap terdakwa dalam tindak pidana

46 Sudikno Mertokusumo. 2007. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar. Yogyakarta, Liberty. Hal.

160.

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

44

pencurian ringan dan penadaha ringan tidaklah bermanfaat. Penerapan

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02 Tahun 2012

tentang Penyesuaian Batasan tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam

KUHP akan mengurangi persoalan kelebihan kapasitas di Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS / Rumah Tahanan Negara (RUTAN) yang dapat

mewujudkan keadilan berdimensi Hak Asasi Manusia.

Mengenai keadilan, penahanan kepada Terdakwa atas nama Gunawan

Purba dalam tindak pidana pencurian ringan dan penadahan ringan pada

putusan PN Simalungun Nomor : 498/Pid.B/2013/PN.Sim dan Putusan PN

Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr atas nama Terdakwa Jumadin tidak

memenuhi rasa keadilan bagi tersangka. Begitu juga rasa keadilan

dimasyarakat karena dirasa penahanannya tidak bermanfaat, Maka jelas

penahanannya secara yuridis normatif tidak sesuai dengan aturan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012.

Sedangkan bagaimana akibat hukum penahanan terhadap tersangka

dalam tindak pidana pencurian ringan dan penadahan ringan dalam Putusan

PN Simalungun Nomor : 498/Pid.B/2013/PN.Sim atas nama terdakwa

Gunawan Purba dan Putusan PN Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr

atas nama Terdakwa Jumadin terkait Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02

tahun 2012, pengertian akibat hukum adalah:

“ Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk

memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh

hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

45

tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki

hukum”47

“ Lebih jelas lagi bahwa akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi

dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap

obyek hukum atau akibat -akibat lain yang disebabkan karena kejadian-

kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau

dianggap sebagai akibat hukum.”48

Sesuai penjelasan akibat hukum diatas, suatu tindakan yaitu penahanan

oleh penyidik terhadap tersangka akan menimbulakan akibat hukum. Akibat

hukum yang ditimbulkan oleh penyidik terhadap penahanan tersangka tidak

menimbulkan akibat hukum seperti sanksi atau hukuman bagi penyidik

karena Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tidak mengatur

sanksinya. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 hanya

mengatur apabila penyidik sudah melakukan penahanan, maka Ketua

Pengadilan tidak menetapkan perpanjangan penahanan. Hal itu sesuai

ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012

yang merumuskan:

Apabila terhadap terdakwa sebelumnya dikenakan penahanan, Ketua

Pengadilan tidak menetapkan penahanan ataupun perpanjangan

penahanan.”

Maka penahanan yang dilakukan oleh penyidik tidak diteruskan atau

perpanjangan penahanan di tingkat Pengadilan oleh Ketua Pengadilan. Dalam

hal penyalahan wewenang upaya paksa penahanan, KUHAP memeberikan

hak bagi tersangka melakukan Praperadilan yang diatur dalam pasal 1 angka

10 (a) KUHAP yang merumuskan :

47 Soeroso. 1996. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. Hal. 295. 48 Syaripin dan Pipin. 1999. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 71.

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

46

“Sah atau tidaknya suatu penahanan atas permintaan tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka”.

Sebenarnya bisa dilakukan upaya praperadilan, tetapi kemanfaatan dari

praperadilan disini kurang. Mungkin tersangka juga merasa akan lebih lama

penyelesiannya karena acara pemeriksaan yang digunakan dalam penyelesian

tindak pidana pencurian ringan adalah acara pemeriksaan cepat,

menggunakan hakim tunggal dan sekali sidang langsung diputus pada hari itu

juga.

2. Penjatuhan sanksi dalam Putusan PN Simalungun Nomor:

498/Pid.B/2013/PN.Sim Perkara Pencurian Ringan dan Putusan PN

Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr Perkara Penadahan Ringan

ditinjau dari asas Kepastian Hukum dan asas Persamaan didepan

Hukum.

Masalah sanksi menjadi isu penting dalam hukum pidana karena

dipandang sebagai pencerminan sebuah norma dan kaidah yang mengandung

tata nilai yang ada di dalam sebuah masyarakat

Mengutip pendapat dari H.G de Bunt dalam bukunya strafrechtelijke

handhaving van miliue recht, hukum pidana dapat menjadi primum remidium

jika korban sangat besar, tersangka/terdakwa merupakan recidivist, dan

kerugian tidak dapat dipulihkan (irreparable).49

Kemudian disimpulkan oleh Remmelink, bahwa sangat jelas dan nyata

sebagai sanksi yang tajam, hukum pidana hanya akan dijatuhkan apabila

mekanisme penegakan hukum lainnya yang lebih ringan telah tiada berdaya

guna atau tidak dipandang cocok.50 Bahwa mengacu pada beberapa pendapat

49 Romli Atmasasmita. 2010. Globalisasi dan Kejahatan Bisnis, Cetakan Ke-1, Jakarta. Kencana

Prenada Media Group. Hal. 192. 50 Ibid.

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

47

ahli diatas mengenai penggunaan hukum pidana, maka Syarat Hukum

Pidana/Sanksi Pidana dapat dijadikan sebagai suatu primum remedium yaitu:

1) Apabila sangat dibutuhkan dan hukum yang lain tidak dapat digunakan

(mercenary);

2) Menimbulkan korban yang sangat banyak;

3) Tersangka/terdakwa merupakan recidivist;

4) Kerugiannya tidak dapat dipulihkan (irreparable);

5) Apabila mekanisme penegakan hukum lainnya yang lebih ringan telah

tiada berdaya guna atau tidak dipandang.51

Namun demikian, Tindak Pidana Ringan yang diatur di dalam Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 masih belum memenuhi Syarat

Hukum Pidana/Sanksi Pidana dapat dijadikan sebagai suatu primum

remedium karena dijelaskan dalam Nota Kesepakatan Bersama di pasal 4 ayat

(4) berbunyi “

Keadilan Restoratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

pada pelaku tindak pidana yang berulang sesuai dengan, ketentuan

peraturan perundang-undangan”. Dan “Pasal 5 ayat (4) Pelaku tindak

pidana yang berulang sebagaimana dimaksud dalam asal 4 ayat (4) tidak

dapat diberlakukan Acara Pemeriksaan Cepat”.

Hukum sebagai pedoman berperilaku harus mencerminkan aspek

keseimbangan antara kepentingan individu, masyarakat, dan negara, serta

mendorong terciptanya keadilan, kepastian hukum, ketertiban disamping

kesamaan kedudukan dalam hukum seperti yang dijelaskan dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28D ayat (1)

disebutkan bahwa :

“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum”.

51 Ibid.

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

48

Artinya seseorang yang melakukan Tindak Pidana Pencurian Ringan dan

Penadahan Ringan dengan nilai kerugian di bawah ketentuan yang di atur

Perma yaitu Rp. 2.500.000; (dua juta lima ratus ribu rupiah) wajib

mendapatkan perlakuan hukum yang sama dan sanksi yang sama.

Gustav Radbruch mengemukakan kepastian sebagai salah satu tujuan

dari hukum, normatif baik ketentuan maupun keputusan hakim dan merujuk

pada pelaksanaan tata kehidupan yang dalam pelaksanaannya jelas, teratur,

konsisten, dan konsekuen serta tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan

yang sifatnya subjektif dalam kehidupan masyarakat. Kepastian hukum dapat

mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan, tidak menimbulkan

multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat dilaksanakan.52

Hukum harus berlaku tegas di dalam masyarakat, mengandung

keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu ketentuan

hukum. Hukum yang satu dengan yang lain tidak boleh kontradiktif sehingga

tidak menjadi sumber keraguan. Kepastian hukum menjadi perangkat hukum

suatu negara yang mengandung kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir,

tidak menimbulkan kontradiktif, serta dapat dilaksanakan, yang mampu

menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara sesuai dengan budaya

masyarakat yang ada.53

Putusan oleh pengadilan pada dasarnya merupakan rangkaian proses

akhir dari rangkaian penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan oleh

pengadilan (pidana). Putusan sebagai rangkaian akhir dari proses penyidikan,

penuntutan dan pemeriksaan oleh pengadilan yang dilakukan berdasarkan

ketentuan normatif, sehingga proses dan prosedur yang diterapkan haruslah

benar-benar pengejawantahan dari aturan dalam KUHAP. dengan bahasa

singkat dalam proses pemeriksaan itu adalah tegakkan hukum gunakan

hukum.54

52 Dalam Jaka Mulyata. 2015. Keadilan, Kepastian, Dan Akibat Hukum Putusan Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia Nomor : 100/Puu-X/2012 Tentang Judicial Review Pasal 96

Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Surakarta. Tesis Program

Magister (S-2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal. 56. 53 Ibid. 54 Anthon Freddy Susanto, 2004, Tujuan utama peradilan pidana adalah memutuskan apakah

seseorang bersalah atau tidak. Peradilan pidana dilakukan memalaui prosedur yang diikat oleh

aturan-aturan ketat tentang pembuktian yang mencakup semua batas-batas konstitusional dan

berakhir pada proses pemeriksaan di pengadilan, proses pemeriksaan perkara pidana

merupakan bentuik birokarasi administrasi, yang di Indonesia diharapkan dapat diwujudkan

melalui aturan dan dikenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Wajah Peradilan Kita, Konstruksi Sosial Tentang Penyimpangan, Mekanisme Kontrol dan

Akuntabilitas Peradilan Pidana. Bandung. Refiika Aditama. Hal. 1-3.

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

49

Adanya pembedaan perlakuan hukum dari apara penegak hukum,

berdasarkan asas kesamaan didepan hukum (equality before the law),

seharusnya secara hukum tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan oleh

aparat penegak hukum kepada sesama tersangka, karena proses hukum yang

digunakan merupakan proses hukum yang adil dan jujur dalam sistem

penegakan hukum, adanya perbedaan perlakuan hukum dalam penegakan

hukum yang konkrit dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh sesama

terdakwa bahkan oleh masyarakat luas.55

Karena sebagai bagian dari proses peradilan, maka penegakan hukum

pidana tentunya tidak hanya didasarkan pada peraturan perundang-undangan

pidana (hukum pidana positif) saja, tetapi juga harus memperhatikan rambu-

rambu proses peradilan (penegakan hukum dan keadilan).

Hal ini sebagaimana yang terjadi dalam Putusan Pengadilan Negeri

Simalungun Nomor : 498/Pid.B/2013/PN.Sim perkara pencurian ringan dan

Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor: 626/.Pid.B/2014/PN.Jmr perkara

penadahan ringan, terdakwa tindak pidana ringan diperiksa dengan acara

pemeriksaan biasa dan dilakukan penahanan, sanksi pidana penjara lebih dari

ketentuan yang diatur dalam Perma dan KUHAP yaitu paling lama 3 (tiga)

bulan penjara.

Ini menunjukan asas equality before the law belum dilaksanakan oleh

Penyidik (Polisi) maupun Pengadilan (Hakim). Bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi penerapan asas equality before the law adalah merupakan

55 Barda Nawawi Arif, berpendapat bahwa “Penegakan hukum pidana terdiri dari dua tahap inti.

Pertama, penegakan hukum pidana in abstracto dan kedua penegakan hukum pidana in concreto.

Penegakan hukum pidana in abstracto merupakan tahap pembuatan/perumusan (formulasi)

undang-undang oleh badan legislatif (dapat disebut tahap legislasi). Penegakan hukum pidana in

concreto terdiri dari tahap penerapan/aplikasi dan pelaksanaan UU oleh aparat penegak hukum,

yang dapat disebut tahap judisial dan tahap eksekusi. “Penegakan Hukum Pidana Dalam

Konteks Sistem Hukum Dan Pembangunan” Dikutip dari buah pemikiran yang disampaikan

dalam Studium Generale, Fakultas Hukum Universitas Islam (UII) Yogyakarta, 15 Mei 2007

dan termuat dalam handout kuliah pada PMIH Untan.

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait ...eprints.umm.ac.id/37852/3/jiptummpp-gdl-charismamo-51311...31 Maka dengan jumlah kerugian dari korban dalam putusan PN Simalungun

50

faktor yang yang tidak dapat dipisahkan dari integritas Aparat Penegak

Hukum, yaitu sikap profesionalitas, moralitas hakim, terjadinya disorientasi

terhadap hukum, sikap emosional dan kesewenang-wenangan, penafsiran atas

ketentuan hukum sebagai dasar pemberian wewenang yang mengakibatkan

terjadinya kebijakan diskresi atau impunity yang melebih batas-batasnya.