bab iii hasil penelitian dan pembahasan a. gambaran...

45
50 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Balai Besar pengawas Obat dan Makanan ( BBPOM ) Surabaya 1. Profil Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya berdasarkan putusan Kepala Badan pengawas obat dan makanan (BPOM ) Nomor 05018/KBPOM/2001 Tahun 2001 yang beberapa kali mengalami perubahan sampai terakhir dengan peraturan Kepala badan pengawas obat dan makanan RI Nomor 14 Tahun 2014 tanggal 17 oktober 2014 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM, di tetapkan sebagai unit pelaksana teknis Badan pengawas obat dan makanan di bidang pengawasan obat dan makanan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala Badan pengawas obat dan makanan , dalam pelaksannan tugas secara teknis dibina oleh para deputi dan secara administrasi dibina oleh sekertaris utama. 27 Berdasarkan uraian legalitas mengenai Balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM) surabaya tersebut juga merupakan dasar sebagai berjalannya kantor cabang di Surabaya tersebut, Sebagai unit pelaksan teknis Badan POM pusat, Balai besar pengawas obat dan makanan 27 http://www.pom.go.id/ppid/2015/rbalai/surabaya. diakses pada 23 mei 2017 pada pukul 18.00 WIB.

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 50

    BAB III

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Balai Besar pengawas Obat dan Makanan ( BBPOM ) Surabaya

    1. Profil Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya

    Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya

    berdasarkan putusan Kepala Badan pengawas obat dan makanan (BPOM )

    Nomor 05018/KBPOM/2001 Tahun 2001 yang beberapa kali mengalami

    perubahan sampai terakhir dengan peraturan Kepala badan pengawas obat

    dan makanan RI Nomor 14 Tahun 2014 tanggal 17 oktober 2014 tentang

    organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM,

    di tetapkan sebagai unit pelaksana teknis Badan pengawas obat dan

    makanan di bidang pengawasan obat dan makanan yang berada di bawah

    dan bertanggungjawab kepada kepala Badan pengawas obat dan makanan

    , dalam pelaksannan tugas secara teknis dibina oleh para deputi dan secara

    administrasi dibina oleh sekertaris utama.27

    Berdasarkan uraian legalitas mengenai Balai besar pengawas obat dan

    makanan (BBPOM) surabaya tersebut juga merupakan dasar sebagai

    berjalannya kantor cabang di Surabaya tersebut, Sebagai unit pelaksan

    teknis Badan POM pusat, Balai besar pengawas obat dan makanan

    27 http://www.pom.go.id/ppid/2015/rbalai/surabaya. diakses pada 23 mei 2017 pada pukul 18.00

    WIB.

    http://www.pom.go.id/ppid/2015/rbalai/surabaya

  • 51

    (BBPOM) surabaya secara terus menerus melakukan pengembangan

    sumber daya yang dimilikinya, baik itu dalam hal sumber daya manusia

    atapun alat-alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas, termasuk

    pemanfaatan teknologi informasi guna mengantisipasi kebutuhan para

    pelaku usaha atapun juga bagi konsumen obat tradional dalam hal ini

    masyarakat awam yang membeli obat tradisional. Balai besar pengawas

    obat dan makanan (BBPOM) Surabaya mempunyai visi dan misi yaitu :28

    Visi :

    a. Obat dan makan aman.

    b. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa.

    Misi :

    1) Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

    untuk melindungi masyarakat

    2) Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

    keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

    pemangku kepentingan.

    3) Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

    Gambaran kantor Balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM)

    Surabaya menurut hasil observasi, dapat penulis uraikan seperti berikut.

    Di dalam kantor Balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM)

    28

    http://www.pom.go.id/new/index.php/browse/balai/0216. diakses pada 23 mei 2017 pada pukul

    20.00 WIB.

    http://www.pom.go.id/new/index.php/browse/balai/0216

  • 52

    Surabaya terdapat ruang tamu, meja kerja pimpinan cabang, meja kerja

    wakil pimpinan cabang, meja kerja staf yang masing – masing dilengkapi

    dengan computer, lemari arsip, serta di depan ada ruang pendaftaran obat

    dan ruang khusus ekspor impor berhadapan dan papan struktur organisasi

    berada di ruang tamu juga ada beberapa contoh obat tradisional tanpa ijin

    edar yang di pajang di ruang tamu maupun ruang pendaftaran obat

    tradisional, di lantai 2 ada juga ruang khusus pertemuan bagi pegawai dan

    staf Balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM), di samping

    kantor Balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM) terdapan pula

    laboratorium milik BBPOM yang itu di gunakan BBPOM untuk meneliti

    semua jenis obat tradisional yang sudah beredar maupun yang masih mau

    di daftarkan.

    Balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM) Surabaya

    mempunyai Tugas dan fungsi pokok yaitu sesuai dengan pasal 73 keppres

    nomer 166 tahun 2000, yaitu untuk melaksanakan tugas pemerintahan di

    bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangnan yang berlaku. Dalam hal ini tugas pelaksanaan

    BPOM di kordinasi oleh menteri kesehatan dan menteri kesejahtraan,

    secara khusus juga terdapat SKB Menteri Kesehatan dan men- PAN

    Nomor 264A/menkes/SKB/VII/2003. Yang dikeluarkan 4 juli 2003, yang

  • 53

    mengatur tentang tugas, fungsi dan kewenangan di bidang pengawasan

    obat dan makanan.29

    Fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu:30

    a) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

    b) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. c) Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap

    kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat dan

    Makanan.

    Diatur pula dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Pasal

    69 tentang wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu:

    (1) Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan

    peredaran obat dan makanan;

    (2) Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi;

    2. Wilayah Hukum Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan ( BBPOM ) Surabaya

    Wilayah Hukum Balai Besar POM di Surabaya Meliputi seluruh

    wilayah administrasi Provinsi jawa timur terdiri dari 38 kabupaten/kota.

    Hasil kegiatan pengawasan Balai besar POM Di Surabaya, Provinsi jawa

    timur mempunyai wilayah seluas 47.963 km² terletak pada 111° hingga

    1114° Bujur Timur dan 7°12 hingga 8°48 lintang selatan. jumlah penduduk

    Provinsi jawa timur berdasarkan hasil susenas ( Surve sosial-ekonomi

    Nasional ) BPS Tahun 2015 Sebesar 42.030.633 jiwa.

    29 BPOM, http;//www.pom.go.id/, di akses pada 25 april 2017, pukul 20.00 WIB.

    30

    http://www.pom.go.id/pom/profile/visi_misi.php. diakses pada 20 April 2017, Pukul 10.00

    WIB.

  • 54

    Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya

    Sebagai unit pelaksanan teknis Merupakan perpanjangan tangan dari

    Badan Pengawas obat dan makanan ( BPOM ) pusat berkedudukan hukum

    atau beralamat di Jl. Karangmenjangan No.20, Airlangga, Gubeng, Kota

    SBY, Jawa Timur 60286, berdekatan dengan Universitas Airlangga

    Surabaya dan Rumah sakit Dr. soetomo surabaya.

    3. Struktur Organisasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan ( BBPOM ) Surabaya

    Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya

    Sebagai unit pelaksanan teknis Merupakan perpanjangan tangan dari

    Badan Pengawas obat dan makanan ( BPOM ) pusat yang juga memiliki

    struktur kepengurusan sendiri, berikut penulis uraikan dalam bentuk tabel

    pejabat stuktural di balai besar pengawas obat dan makanan di surabaya

    berdasarkan wawancara dengan Retno Kurpaningsih, Selaku Kepala

    Bidang Pemeriksaan dan penyidikan dan Pipin Eri Agustina. Selaku Staf

    Bidang Pemeriksaan dan penyidikan.31

    Kepala Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya

    di tunjuk atau di tetapkan Oleh Kepala Badan POM Pusat yang Berada di

    Jakarta sedangkat struktur kepengurusan di Balai besar pengawas obat dan

    makanan ( BBPOM ) Surabaya itu sendiri di tentukan Oleh kepala Balai

    31 Hasil wawancara dengan Retno Kurpaningsih,Selaku Kepala Bidang Pemeriksaan dan

    penyidikan dan Pipin Eri Agustina. Selaku Staf Bidang Pemeriksaan dan penyidikan, pada tanggal 22

    Mei 2017 pukul 13.00 WIB.

  • 55

    besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya Berdasarkan

    Rapat tertutup oleh para pejabat.

    Struktur Organisasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

    ( BBPOM ) Surabaya

    Sumber : BBPOM Surabaya 2017

    Kepala Balai Besar

    Pengawas Obat dan

    makanan Surabaya

    Dra. Hardaningsih,

    Apt., MHSM

    Kepala Sub Bagian Tata

    Usaha

    Meliza Miranda

    Widiasari, S.Si,Apt

    Kepala Bidang

    Pengujian

    Mikrobiologi

    Dra. Puryani

    Kepala Bidang

    Pengujiam Pangan

    dan Bahan

    Berbahaya

    Dra. Edi

    Kusumastuti, Apt.

    Kepala Bidang Pengujian

    Terapetik Napza,

    Ot, Kosmetik Dan Prod.

    Komplemen

    Dra. Endah

    Setijowati,Apt.

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

    Kepala Bidang

    Pemeriksaan

    dan Penyidikan

    Dra. Retno

    Kurpanings

    ih, Apt.

    Kepala Seksi Pemeriksaan

    Joni Edrus

    Setiawan,

    SSi,Apt

    Kepala Seksi Penyidikan

    Dra. Siti Amanah, Apt

    Kepala Bidang

    Sertifikasi Dan

    Layanan

    Informasi

    Konsumen

    Dra. Retno

    Chatulistiani

    P, Apt.

    Kepala Seksi

    Sertifikasi

    Dra. Any

    Koosbudiwati

    , Apt.

    Kepala Seksi Layanan Informasi

    Konsumen

    Dra. Lindawati, Apt.

  • 56

    B. Pelaksanaan pengawasan dan Pembinaan oleh Balai Besar Obat dan Makanan (BBPOM) Terhadap Peredaran Obat Tradisional di Surabaya

    1. Pelaksanaan pengawasan oleh Balai Besar Obat dan Makanan (BBPOM) Terhadap Peredaran Obat Tradisional di Surabaya

    Dalam PermenKes Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012

    Tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional, ditetapkan bahwa: Obat

    Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

    tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau

    campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

    untuk pengobatan.

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin

    Eri Agustina.32

    menjelaskan bahwa : peredaran obat tradional yang

    berbahanya di kota Surabaya masih ada, itu bisa di lihat dari hasil

    penyitaan yang dilakukan oleh BBPOM surabaya yang mencapai ratusan

    jenis obat tradisional berbagai merek yang sebagian penulis uraikan

    sebagian dalam bentuk table di bawah ini.

    32 Ibid.

  • 57

    Tabel 1

    Contoh obat tradisional tanpa ijin edar hasil penyitaan BBPOM

    No Merek Obat Khasiat Katagori

    1 X-Gra, kapsul Untuk ereksi OT TIE

    ocema Jamu kuat OT TIE

    3 Urat Madu Jamu kuat OT TIE

    4 pasama Jamu kuat OT TIE

    5 Super kecetit Asam urat OT TIE

    6 Bunga matahari Asam urat OT TIE

    7 Daun tapak liman Asam urat dan

    pegelinu

    OT TIE

    *obat tradisional tanpa ijin edar

    Sumber : BBPOM Surabaya 2017

    Peredaran obat tradisional merupakan tahapan dalam penyebaran obat

    tradisional legal dan ilegal di kota surabaya dalam prakteknya dapat

    penulis jelaskan dalam bentuk bagan berdasarkan wawancara dengan

    Retno Kurpaningsih, dan Pipin Eri Agustina.33

    mengenai tahapan

    peredaraan obat tradisional legal dan ilegal yang ada di Surabaya :

    Dalam penyebaran obat tradisional ilegal di kota surabaya dalam

    prakteknya dapat penulis jelaskan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

    33 ibid.

  • 58

    Bagan I

    Alur peredaran obat tradisional ilegal di Surabaya

    1

    2

    3

    Sumber : Hasil Wawancara Surabaya 2017

    Dari bagan alur peredaran obat tradisional ilegal di atas dapat penulis

    jelaskan secara umum sebagai berikut :

    a. Pabrik obat tradisional

    Pabrik obat tradional dalam peredaran obat tradisional ilegal

    yaitu tempat dimana obat tradisional itu di buat dan di produksi

    sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri Dan Usaha Obat

    Tradisional Pasal 1 ayat (3).

    Penulis dapat jelaskan tentang proses peredaran obat ilegal

    yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri Dan Usaha

    Pabrik/ distributor

    sales

    Penjual obat Tradisional

    Konsumen

  • 59

    Obat Tradisional Pasal 1 ayat (3) Menyatakan Bahwa : Suata

    tempat dimana Obat tradisional itu di buat dan di produksi.

    b. Sales

    Sales dalam proses peredaran obat tradisional ilegal

    merupakan pihak yang menawarkan obat tradisional kepada

    penjual obat tradisional, Jadi pengertian Sales Person atau

    Salesman di sini adalah individu yang menawarkan suatu produk

    dalam suatu proses penjualan kepada pihak penjual.

    sales dalam perderan obat tradisional ilegal yaitu orang (

    person ) yang menawarkan obat tradisional kepada penjual obat

    ataupun pengguna obat tradisional dalah hal ini toko-toko penjual

    obat tradisional ataupun langsung kepada konsumen.

    c. Penjual Obat Tradisional

    Penjual Obat Tradisional dalam hal peredaran obat tradisional

    ilegal merupakan pihak perseorangan atau badan usaha, baik yang

    berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

    didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

    penjualan obat tradisional.

  • 60

    d. Konsumen

    Konsumen dalam hal peredaran obat tradisional ilegal

    merupakan pihak yang membeli dan mengkonsumsi obat

    tradisional tersebut baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.

    Dalam penyebaran obat tradisional legal di kota surabaya dalam

    prakteknya dapat penulis jelaskan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

    Bagan II

    Alur peredaran obat tradisional legal di surabaya

    1 2

    3

    4

    5

    6

    Sumber : Hasil Wawancara Surabaya 2017

    Dari bagan Proses peredaran obat tradisional legal di atas dapat

    penulis jelaskan secara umum sebagai berikut :

    1) Pabrik obat tradisional

    Pabrik obat

    tradisional

    Ijin

    permohonan

    produksi

    Obat

    tradisional

    Sertifikat

    CPOB/CPOT

    Regestrasi/pen

    daftaran

    Evaluasi

    Ijin edar

  • 61

    Pabrik obat tradional dalam proses peredaran obat tradisional

    legal yaitu tempat dimana obat tradisional itu di buat dan di produksi

    sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional

    Pasal 1 ayat (3) Menyatakan Bahwa : Suata tempat dimana Obat

    tradisional itu di buat dan di produksi.

    2) Ijin permohonan produksi

    Izin Permohanan produksi dalam proses peredaran obat tradisional

    legal yaitu suatu proses diberikan kepada pemohon yang telah

    memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes Nomor

    246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional

    dan Pendaftaran Obat Tradisional pasal 2 ayat (1) dan (2) yang

    menyatakan Bahwa : ayat (1) Untuk mendirikan Usaha Industri Obat

    Tradisional diperlukan izin Menteri, ayat (2).Untuk mendirikan Usaha

    Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong tidak diperlukan izin, Dan

    apabila semua syarat- syarat yang sudah di tentukan dalam pengolahan

    obat tradisional di penuhi maka pihak tersebut sudah di perbolehkan

    untuk memproduksi obat tersebut.

  • 62

    3) Obat Tradisional

    Obat tradisonal dalam Perderan obat tradisional legal yaitu suatu

    barang yang di produksi, di jual dan di konsumsi oleh semua pihak

    yang terlibat langsung dalam proses peredaran obat tradisional legal.

    4) Sertifikat CPOB/CPOT

    Sertifikat Cara pembuatan Obat yang baik CPOB/CPOT dalam

    proses peredaran obat tradisional legal adalah dokumen sah yang

    merupakan bukti bahwa industri farmasi telah memenuhi persyaratan

    CPOB dalam membuat satu jenis bentuk sediaan obat yang diterbitkan

    oleh Kepala Badan.yang itu sudah terbukti keamananya, guna menjadi

    sarat bagi pihak pelaku usaha untuk memasarkan produknya.

    5) Regestrasi/ pendaftaran

    Dalam Peredaran obat tradisional legal pendaftaran/regestrasi

    fungsinya adalah untuk memberikan nomor regestrasi bagi produk

    obat tradisional yang akan di pasarkan kepada masyarakat, setelah

    melalui proses-proses yang sudah di tentukan oleh BBPOM barulah

    bisa bagi para pelaku usaha untuk memasarkan produknya.

    6) Ijin Edar

    Dalam Peredaran obat tradisional legal, ijin edar adalah tahapan

    akhir yang menjadi bukti sahnya produk obat tradisional tersebut

  • 63

    sudah melalui proses-proses pengujian yang di lakukan oleh BBPOM

    dan siap untu di pasarkan.

    Dari Uraian di atas analisa penulis tentang peredaran obat

    tradisonal di kota Surabaya untuk saat ini memang banyak baik itu

    yang legal maupun ilegal itu bisa di lihat dari temuan BBPOM

    Surabaya dimana Masih sangat banyak di temukan obat tradisional

    yang berbahanya sedangkan untuk proses produksi dalam hal ini

    pabrik banyak yang masih belum mengetahui tatacara ijin

    mengedarkan obat tradisional yang sesuai dengan Permenkes Nomor

    246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional

    dan Pendaftaran Obat Tradisional pasal 2 ayat (1) yang menyatakan

    bahwa : dalam mengedarkan obat tradisional harus memiliki ijin dari

    mentri terkait. Dan juga dalam melakukan peredaran obat tradisonal

    harus sesuai dengan peraturan Badan POM.

    Pelaksanan pengawasan yang di lakukan oleh Balai besar pengawas

    obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya Terhadap perederan Obat

    tradisioanal dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan

    Pipin Eri Agustina. menjelaskan bahwa : melakukan pengawasan adalah

    tugas dari BBPOM yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

    bahaya obat tradisional berbahaya.

  • 64

    Pelaksanaan pengawasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Pasal 7.yang

    berbunyi : Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen

    dan penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya dilaksanakan

    oleh pemerintah dalam hal ini BBPOM sebagai perpanjangan tangan dari

    pemerintah untuk membantu pemerintah dalam melakukan pengawasan,

    BBPOM dalam melakukan pengawasan harus melalui tahapan-tahapan

    atau prosedur-prosedur yang sudah di atur oleh Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Pasal 10 ayat (2)

    yang berbunyi : Dalam Melakukan pengawasan BBPOM sebagai lembaga

    yang di beri wewenang oleh pemerintah dalam melakukan pengawasan

    harus melalu surve, penelitian, pengujian dan penyitaan ( apabila

    berbahaya) terhadap produk obat tradisional.

    Dalam melaksanakan pengawasan terhadap peredaraan obat

    tradisional BBPOM Surabaya, dari hasil wawancara dengan dengan

    Retno Kurpaningsih dan Pipin Eri Agustina.34

    menjelaskan bahwa :”

    Dalam pelaksananya BBPOM melakukan pengawasan dengan metode pre

    market yaitu melakukan pengawasan sebelum produksi atau sebelum

    beredar di pasaraan dan juga dengan metode sampling yaitu membeli

    34 Ibid.

  • 65

    produk obat tradisional secara acak ke toko-toko, mall, pasar dan juga

    supermarket yang ada di seluruh kota Surabaya juga sarana ditribusi yang

    ada di jawa-timur maupun kota Surabaya setelah itu kemudian akan di

    teliti di laboratorium milik BBPOM .”

    Prosedur pengawasan merupakan tahapan dalam Pelaksanaan

    pengawasaan dalam prakteknya dapat penulis jelaskan berdasarkan

    wawancara dengan Retno Kurpaningsih, dan I Pipin Eri Agustina.35

    mengenai tahapan prosedur pelaksanaan pengawasan yang mana dapat

    digambarkan prosedur pelaksanaan pengawsaan yang di terapkan oleh

    BBPOM Surabaya dalam bentuk bagan mengenai metode pengawasan pre

    market dan sampling seperti berikut :

    prosedur pelaksanaan pengawasan yang mana dapat penulis

    gambarkan prosedur pelaksanaan pengawasan yang di terapkan oleh

    BBPOM Surabaya dalam bentuk bagan mengenai metode pengawasan pre

    market seperti berikut :

    35 Ibid.

  • 66

    Bagan III

    Prosedur Pelaksaan Pengawasan dengan Metode Pre Market

    Oleh BBPOM Surabaya

    Sumber : BBPOM Surabaya 2017

    Dari bagan prosedur pelaksaaan pengawasan dengan metode Pre

    market oleh BBPOM Surabaya dapat penulis jelaskan secara umum

    sebagai berikut:

    a) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Surabaya

    Balai Besar POM

    Surat Rekomendasi

    Pengajuan ijin edar

    Badan Pom

    Izin Prosuksi

    Belum Sesuai

    Surat Permohonan Ijin Produksi

    Balai Pom (tingkat Provensi)

    Inspeksi

    Sesuai(Complaid)

    Kemkes/Dikes Prov(di tembuskan ke

    badan,balai & Dinkes Kota

    Surat permohonan

    persetujuan Lay Out Pelaku Usaha

  • 67

    Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam

    prosedur pelaksaaan pengawasan dengan metode Pre market

    merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu

    sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun

    2001 merupakan lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk

    melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari presiden serta

    bertanggung jawab langsung kepada presiden dalam hal ini melakukan

    pengawasan terhadap peredaran obat tradisional di surabaya.

    b) Pelaku Usaha proses pelaksaaan pengawasan dengan metode Pre

    market adalah merupakan pihak perseorangan atau badan usaha, baik

    yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

    didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam penjualan

    obat tradisional.

    c) Surat pendaftaran permohonan Lay Out yaitu surat permohonan

    pendaftaran yang wajib di lengkapi oleh pelaku usaha obat tradisional

    dengan format dan kententuan yang sudah ditetapkan oleh BBPOM

    surat ini di berikan oleh BBPOM atau juga bisa lamgsung di isi secara

    online di website BBPOM.

    Dari penjelasan di atas dapat penulis berikan contoh surat

    permohonan pendaftaran Lay out dalam bentuk gambar sebagai berikut

    :

  • 68

    Gambar I

    Surat Permohonan Pendaftarann Lay out

  • 69

    Sumber : BBPOM Surabaya 2017

    d) Surat permohonan ijin produksi adalah surat ini diberikan oleh

    BBPOM Surabaya kepada pelaku usaha setelah surat permohonan lay

    out di periksa dan di terima oleh BBPOM, yang kemudian nantinya

    akan di berikan ke Kemkes dan Dinkes setempat.

  • 70

    Dari penjelasan di atas dapat penulis berikan contoh dalam bentuk

    gambar Surat persetujuan pendaftaran Produksi sebagai berikut :

    Gambar II

    Contoh surat persetujuan Pendaftaran produksi

    Sumber: Dokumen BBPOM 2017

    e) Kemkes dan Dinkes dalam hal ini yaitu termasuk lembaga yang

    memberikan ijin produksi, Kemkes untuk industri Obat Tradisional

    dan Dinkes untuk usaha kecil Obat Tradisional.

    f) Inspeksi, Suatu tindakan yang dilakukan oleh Balai Besar pengawas

    obat dan makanan surabaya dengan cara mendantangi tempat

  • 71

    pengolahan obat tradisional tersebut tanpa adanya surat pemberitahuan

    terdahulu.

    g) Surat Rekomendasi dalam hal pengawasan dengan Pre market surat

    rekomendasi yaitu hasil dari inspeksi BBPOM ke tempat produksi

    yang itu di serahkan ke Badan Pom pusat

    h) Ijin Produksi yaitu ijin yang di berikan setelah Badan Pom pusat

    menerima surat rekomendasi dari BBPOM dan setalah menerima surat

    itu Badan Pom akan memberikan Ijin Produksi.

    i) Pengajuan Ijin Edar yaitu setelah mendapatkan ijin produksi maka

    pelaku usaha dapat mengajukan surat ijin edar dengan memberikan

    sempel produk ke Badan Pom untuk di teliti di laboratorium untuk

    mendapatkan Ijin edar bagi pelaku usaha.

    Dari Uraian prosedur pelaksaaan pengawasan dengan metode Pre

    market oleh BBPOM Surabaya dapat penulis jelaskan secara umum dari

    hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin Eri

    Agustina, dalam Bentuk tabel Hasil dari pelaksanaan pengawasan Pre

    Market tahun 2015-2016 sebagai berikut :

    Tabel II

    Hasil Pelaksanaan pengawasan Pre Market Oleh BBPOM

    Surabaya

    No

    Nomer

    Regestrasi

    Produk

    Pendaftar

    Status

    1 QD173615711 Minyak Rahayu ( Bin an you)

    PT TJAHAJA Di Setujui

  • 72

    2 QD163614681 Esepuluh Minyak Urut Lavender

    CV UNTUNG

    KUMORO

    Di Setujui

    3 QD112610301 Minyak Angin Aromatherapy Cap Gajah

    PT USFI Di Setujui

    4 TR063460181 Lancar Kencing PT TJAHAJA BARU

    Di Setujui

    5 TR175608011 Real Care Minyak Kayu Putih Plus

    REAL CARE Di Setujui

    6 TR142379811 Samurat PT SURYA HERBAL

    Di Tolak

    7 QD173615691 Minyak Uraken PT TJAHAJA BARU

    Di Setujui

    8 TR163396711 Kunir PT JAMU IBOE JAYA

    Di Setujui

    9 QD173615691 Minyak Kiat 18 PT TJAHAJA BARU

    Di Setujui

    10 QD171815061 Saiboons Porous Capsicum

    PT INDO

    ABADI

    SARIMAKMUR

    Di Tolak

    Sumber Hasil wawancara Surabaya 2017

    Untuk mendapatkan ijin edar, pelaku usaha obat tradisional harus

    mendapatkan minimal nilai B dalam audit yang dilakukan oleh BBPOM

    audit di berikan berdasarkan hasil pemeriksaan baik itu dari bahan baku

    pembuatan maupun tempat produksi Obat tradisional yang di daftarkan,

    apabila produk tidak mendapatkan minimal nilai B seperti yang di tetapkan

    BBPOM maka produk tersebut akan di tolak ijin edarnya atau tidak di

    perpanjang ijin edarnya, itu bisa dilihat dari table di atas bahwa pelaku

    usaha di tolak ijin edarnya karena dari hasil audit BBPOM produk pelaku

    usaha tersebut belum memenuhi persyaratan yang di tentukan oleh

    BBPPOM.

    Prosedur pelaksanaan pengawasan dengan metode sampling yang

    mana dapat penulis gambarkan prosedur pelaksanaan pengawsaan tersebut

  • 73

    dalam bentuk bagan mengenai metode pengawasan Sampling sebagai

    berikut :

    Bagan IV

    Proses Pelaksaan Pengawasan dengan metode Sampling Oleh

    BBPOM Surabaya

    1

    2

    3

    4

    5

    7 6

    8

    9

    Sumber : Hasil Wawancara Surabaya 2017

    Dari bagan proses pelaksaaan pengawasan dengan Metode Sampling

    oleh BBPOM Surabaya dapat penulis jelaskan secara umum sebagai

    berikut :

    Balai POM surabaya

    Pelaku Usaha

    Laporan

    Masyarakat

    Pemeriksaan di

    Laboratorium

    Pembelian produk oleh BBPOM

    Surat permohonan

    ijin pengawasaan

    Layak\tidak layal

    edar

    TIdak layak

    Edar

    Bagian pengawasan Penyitaan/penarikan barang

  • 74

    (1) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam prosedur

    pelaksaaan pengawasan dengan metode Sampling market merupakan

    Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai

    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001

    merupakan lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk

    melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari presiden serta

    bertanggung jawab langsung kepada presiden dalam hal ini melakukan

    pengawasan terhadap peredaran obat tradisional di surabaya.

    (2) Laporan, dalam proses pelaksaaan pengawasan dengan metode

    Sampling oleh BBPOM Surabaya , laporan adalah salah satu hal yang

    penting bagi pengawasan, karena dengan laporan baik itu dari pihak

    penjual maupun konsumen akan menjadi alasan yang kuat bagi

    BBPOM untuk melaksanakan pengawasan.

    (3) Pelaku usaha dalam proses pelaksaaan pengawasan dengan metode

    Sampling adalah merupakan pihak perseorangan atau badan usaha,

    baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

    didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam penjualan

    obat tradisional.

    (4) Surat ijin pelaksaan pengawasan

    Surat ijin pelaksaan pengawasan adalah syarat utama yang harus di

    miliki oleh bagian penyidik BBPOM, karena isi dari surat ini yaitu

    persetujuan dari kepala BBPOM kepada penyidik untuk melakukan

  • 75

    pengawasan di lapangan yang sudah memiliki ketentuan hukum,

    contoh surat ijin pengawasan oleh Kepala BBPOM yang dapat penulis

    uraikan berdasarkan data yang ada di BBPOM Surabaya :

    Surat ijin pelaksaan pengawasan adalah syarat utama yang harus di

    miliki oleh bagian penyidik BBPOM dalam melakukan pengawasan

    berikut dapat penulis berikan contoh surat ijin pengawasan dalam

    bentuk gambar :

    Gambar III

    Contoh Surat Ijin Melakukan Pengawasan

  • 76

    Sumber :Dokumen BPPOM 2017

    (5) Pembelian Produk dalam proses pelaksaaan pengawasan dengan

    metode Sampling merupakan tahap diamana BBPOM membeli

    produk, dalam hal ini obat tradisional yang di duga berbahaya yang

    kemudian akan di bawa ke laboratorium guna dilakuan penelitian.

    (6) Pengujian di laboratorium

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin

    Eri Agustina. bahwa 36

    :“ pengujian di laboratorium terhadap obat

    tradisional sangat penting, karena tanpa adanya hasil dari laboratorium

    BBPOM tidak bisa melakukan penindakan di lapangan, karena bukti

    hasil lab itu merupakan bukti yang sangat kuat dan bisa di

    pertanggung jawabkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen pasal 11

    mengatakan bahwa : Pengujian terhadap barang dalam hal ini obat

    tradisional beredar dilaksanakan melalui laboratorium penguji yang

    telah diakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.”

    (7) Penyitaan/ penarikan barang dan sanki bagi pelaku usaha

    36 Ibid.

  • 77

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan

    Pipin Eri Agustina. menjelaskan bahwa37

    :” Penyitaan/ penarikan

    barang dilakukan BBPOM apabila barang tersebut tidak layak edar

    atau tidak memiliki ijin edar dan akan memberikan sanksi

    administrative atau pidana bagi yang bersangkutan .“ sesuai dengan

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

    Indonesia Nomor Hk.00.05.42.2996 Tentang Pengawasan Pemasukan

    Obat Tradisional Bab III Sanksi pasal 7 ayat (1) dan (2) mengatakan

    Bahwa : ayat (1) Pihak yang melanggar dalam hal ini adalah pelahu

    usaha obat tradisonal sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan

    ini dapat dikenai sanksi administratif maupun sanksi pidana sesuai

    peraturan perundang-undangan , ayat (2) Sanksi administratif

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sanksi tertulis,

    administrasi dan penarikan barang untuk pihak penjual dan sanksi

    administarsi, pidana bagi pihak pabrik industri obat tradisional.

    BBPOM sebagai lembaga institusi pemerintahan yang tugasnya

    mengawasi peredaran berbagai produk makanan, obat-obatan ( semua

    jenis obat termasuk obat tradisional ) , kosmetika, dan memberikan

    penilaian mutu produk-produk tersebut, sangat membantu dan melindungi

    masyarakat dalam menentukan produk-produk yang baik untuk

    dikonsumsi dan tidak beresiko.

    37 Ibid.

  • 78

    Prosedur pelaksaaan pengawasan dengan metode Sampling oleh

    BBPOM Surabaya dapat penulis jelaskan secara umum dari hasil

    wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin Eri Agustina.

    Hasil dari pelaksanaan pengawasan Peredaran Obat tradisional dengan

    metode sampling tahun 2015-2016 sebagai berikut :

    Tabel III

    Hasil Pelaksaan Pengawasan dengan metode Sampling

    No Nama Produk Status

    1 jamu buah naga runrat TIE

    2 buah merah ginseng cina TIE

    3 raja tiongkok runrat TIE

    4 ramuan Mongolia runrat TIE

    5 sarang semut dan sirih merah TIE

    6 nogo sakti ramuan cina TIE

    7 Antic TIE

    8 akar 18 cap ganesa TIE

    9 subur sejati gemuk sehat TIE

    10 serbuk super TIE

    11 Asam urat sarat TIE

    12 Lasmi TIE *tidak ada ijin edar

    Sumber : Hasil Wawancara Surabaya 2017

    Dari hasil pelaksanaan pengawasan dengan metode sampling dalam

    bentuk table di atas dapat penulis jelaskan bahwa dalam pelaksanaanya

    BBPOM Surabaya menemukan produk obat tradisional tanpa ijin edar (

    ITE) dari hasil pembelian produk oleh penyidik BBPOM yang kemudian

    di tindak lanjuti oleh BBPOM.

  • 79

    BBPOM adalah sebagai regulator dalam hal pembuatan obat

    tradisional itu ada pedomanya yaitu CPOTB ( cara membuat obat

    tradisional yang baik ). Jadi dalam hal pengawasan ke pihak produsen

    BBPOM melakukan itu secara rutin minimal 1 ( satu ) Tahun sekali bagi

    setiap produsen sedangkan untuk pihak distribusi dalam Hal ini toko-toko

    atapun warung yang menjual obat tradisional BBPOM juga melakukan itu

    secara rutin dan sama halnya dengan produsen BBPOM juga melakukan

    inspeksi mendadak ke toko-toko, atau warung-warung yang menjual obat

    tradisional tersebut, BBPOM akan melakukan pengecekan terhadap obat-

    obat tradisional yang di jual oleh penjual tersebut, apabila BBPOM

    menemukan ada obat tradisional yang tidak memiliki ijin edar atau

    mengandung bahan-bahan yang berbahaya maka BBPOM akan langsung

    mengamankan produk tersebut atau menyita produk tersebut yang

    nantinya produk tersebut akan di musnahkan.

    pelaksanaan pengawasan oleh BBPOM Surabaya sudah sesuai dengan

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang

    Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

    pasal 10 ayat (1), (2), (3), (4), (5).

    Dari uraian di atas menurut analisa penulis Mengenai Pelaksanaan

    pengawasan BBPOM Surabaya terhadap peredaraan obat tradisional sudah

    sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001

    Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan

  • 80

    Konsumen pasal 10 ayat (1) bahwa pengawasan barang dalam hal ini obat

    tradisional dilakukan oleh LPKSM dalam hal ini adalah BBPOM

    surabaya, ayat (2) menyatakan bahwa pengawsan yang di maksud ayat 1

    yaitu dalam hal ini melakukan penelitian, pengujian dan surve di lapangan

    terhadap peredaran obat tradisional, ayat (3) menyatakan bahwa aspek

    dalam pengawasan itu adalah berupa informasi-informasi yang di dapat

    dari masyarakat ataupun pelaku usaha,ayat (4) menyatakan bahwa

    penelitian, pengujian dan surve dilakukan kepada barang dalam hal ini

    obat tradisional yang di duga berbahanya,ayat (5) menyatakan bahwa

    hasil dari penelitian, pengujian dan surve tersebut nantinya harus di

    sebarluaskan kepada masyarakat.

    Dalam hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan

    Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen pasal 11 mengatakan bahwa :

    Pengujian terhadap barang dalam hal ini obat tradisional beredar

    dilaksanakan melalui laboratorium penguji yang telah diakreditasi sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pelaksanaan pengawasan BBPOM Surabaya terhadap peredaraan obat

    tradisional menurut analisa penulis sudah sesuai Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen pasal 11, bahwa

    BBPOM sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan

  • 81

    pengawan terhadap peredaran obat tradisional dalam menetukan suatu

    produk berbahya atau tidak, harus melalui proses pengujian terlebih

    dahulu di laboratorium BBPOM suabaya, BBPOM Surabaya dalam

    melakukan pengawasan memang sudah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan akan tetapi dalam prakteknya BBPOM masih sangat

    kesulitian dalam melakukan pengujian itu di sebabkan banyaknya

    perederan obat tradisional di Surabaya dan terbatasnya kapasitas BBPOM

    dalam melakukan pengujian baik itu dari segi sumber daya manusia

    maupun keterbatasan peralatan laboratorium di BBPOM Surabaya

    Mengenai Pelaksanaan pengawasan BBPOM Surabaya terhadap

    peredaraan obat tradisional sudah sesuai dengan Peraturan Kepala Badan

    Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

    Hk.00.05.42.2996 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional Bab

    III Sanksi pasal 7 ayat (1) dan (2) yaitu setiap pelangaraan yang dilakukan

    oleh pelaku usaha akan di beri sanksi baik itu pidana maupun administrasi

    atau melakukan penyitaan barang, akan tetapi menurut analisa penulis

    BBPOM dalam memberikan sanksi masih kurang berat, itu bisa di lihat

    dari meningkatnya peredaraan obat tradisional berbahanya di Surabaya,

    terlebih kepada pihak penjual BBPOM masih membiarkan penjual yang

    sudah melakukan pelanggaran untuk yang kedua kalinya hanya

    memberikan pembinaan saja, ini jelas tidak dapat memberikan efek jera

    bagi para penjual obat tradisional.

  • 82

    2. Pelaksanaan pembinaan oleh Balai Besar Obat dan Makanan (BBPOM) Terhadap Peredaran Obat Tradisional di Surabaya

    Pelaksanan pembinaan yang di lakukan oleh Balai besar pengawas

    obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya Terhadap perederan Obat

    tradisioanal dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan

    Ibu Pipin Eri Agustina, 38

    menjelaskan bahwa :“ Melakukan Pembianaan

    terhadap penjual maupun konsumen itu adalah tugas dari BBPOM, yang

    bertujuan untuk menberikan penjelasan kepada penjual atau konsumen

    tentang bahaya obat tradisional llegal.” Dalam pelaksanan PBBPOM sesuai

    dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001

    Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan

    Konsumen Pasal 2 yang menyatakan :“Pemerintah bertanggung jawab atas

    pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin

    diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya

    kewajiban konsumen dan pelaku usaha dalam hal ini BBPOM sebagai

    lembaga non departemen yang berkewajiban melakukan pembinaan

    terhadan pelaku usaha maupun konsumen.

    Proses pembinaan merupakan tahapan dalam Pelaksanaan pembinaan

    dalam prakteknya dapat penulis jelaskan berdasarkan wawancara dengan

    Dan Retno Kurpaningsih dan penyidikan dan Pipin Eri Agustina.39

    mengenai tahapan prosesr pelaksanaan pembinaan yang mana dapat

    38 ibid.

    39

    ibid.

  • 83

    digambarkan proses pelaksanaan pembinaan yang di terapkan oleh

    BBPOM Surabaya dalam bentuk bagan seperti berikut :

    Bagan V

    Proses Pembinaan oleh BBPOM Surabaya

    1 1

    2 2

    Sumber : Hasil Wawancara Surabaya 2017

    Dari bagan proses pelaksaaan pembinaan oleh BBPOM Surabaya dapat

    penulis jelaskan secara umum sebagai berikut :

    a. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam prosedur

    pelaksaaan Pembinaan merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen

    merupakan lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan

    tugas pemerintah dalam memberikan pembianaan terhadap pelaku usaha

    dan konsumen obat tradisional.

    b. Pelaku usaha dalam proses pelaksaaan pembinaan adalah merupakan pihak

    perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun

    Balai Besar pengawas

    obat dan makanan

    ( BBPOM )

    Pelaku Usaha

    Penjual obat

    tradisonal

    Pabrik pembuat

    obat tradisional

    Konsumen

  • 84

    bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

    kegiatan dalam penjualan obat tradisional

    c. Konsumen dalam proses pelaksaaan pembinaan adalah merupakan pihak

    yang membeli dan mengkonsumsi obat tradisional tersebut baik untuk diri

    sendiri maupun untuk keluarga.

    d. Penjual Obat dalam proses pelaksaaan pembinaan adalah pihak yang

    menjual atau memasarkan obat tradisional kepada masyarakat.

    e. Pabrik Obat tradisional dalam proses pelaksaaan pembinaan adalah pihak

    yang membuat atau memproduksi obat tradisional tersebut.

    Balai besar pengawas obat dan makanan melakukan pembinaan dengan

    bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat, pembiaan yang dilakukan oleh

    BBPOM yaitu dalam bentuk :

    1) Penyuluhan kepada pelaku usaha dalam bentuk seminar-seminar yang di

    adakan oleh BBPOM ataupun BBPOM langsung melakukan inspeksi ke

    tempat sarana produksi dan sarana distribusi.

    Dalam hal ini BBPOM Surabaya melakukan pembinaan dengan

    mengadakan seminar yang itu BBPOM mengundang pihak yang terlibat

    langsung dalam penjualan obat tradisional baik itu penjual ataupun

    distributor, dan juga BBPOM langsung datang ke tempat sarana produksi

    dan sarana distribusi, yang bertujuan untuk mermberikan pengetahunan

    berupa tatacara pembuatan obat tradisional yang baik dan juga bagaimana

    mengetahui atau membedakan obat tradisional yang baik dan berbahaya.

  • 85

    2) Penyebaran informasi kepada konsumen

    Dalam hal penyebaran informasi mengenai obat tradisional yang

    berbahaya BBPOM Surabaya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

    surabya melakukan penyebaran informasi melalu leaflet. Brosur, siaran

    radio, televise, media cetak dan juga media sosial.

    3) Mengikuti pameran instansi yang berhubungan langsung dengan

    masyarakat.

    BBPOM Surabaya terus melakukan inovasi dalam hal melakukan

    pembinaan terhadap masyarakat yaitu dengan cara mengituki pameran-

    pameran baik itu di pusat perbelanjaan, sekolah-sekolah dan kampus-

    kampus yang itu bertujuan untuk lebih dekat kepada masyarakat sehingga

    lebih memudahkan BBPOM dalam memberikan pembinaan tentang obat

    tradisional.

    Dari penjelasan di atas dapat penulis uraikan hasil dari pembinaan yang

    dilakukan oleh BBPOM Dari hasil wawancara dengan dengan Retno

    Kurpaningsih, dan Pipin Eri Agustina,dalam bentuk table tahun 2016 sebagai

    berikut :

    Tabel IV

    Hasil Pembinaan Oleh BBPOM

    No Bentuk kegiatan jumlah 1 Seminar 5 2 Inpeksi 7 3 Penyebaran informasi 4 4 Pemeran intansi 2

    Sumber : Hasil Wawancara Surabaya 2017

  • 86

    Dari penjelasan table di atas dapat penulis uraikan menurut analisis

    penulis yaitu hasil pembinaan oleh BBPOM Surabaya, BBPOM Surabaya

    telah melakukan 4 kali seminar yang itu dilakukan di kampus UNAIR

    tepatnya kepada mahasiswa farmasi UNAIR tentang bagaimana cara

    melaporkan produk obat dan pangan yang berbahaya, serta seminar di balai-

    balai desa yang ada di daerah Surabaya, inspeksi 7 kali yang dilakukan oleh

    BBPOM yaitu ketempat-tempat penjual obat tradisional dan swalayan-

    swalayan di sekitar Surabaya, penyebaran informasi 4 kali penyebaran

    informasi yang dilakukan oleh BBPOM melalui radio Suara Surabaya, Radio

    pendidikan jawa timur dan televisi SBOTV Surabaya serta 2 kali pemeran

    instansi yang di laksanakan di Grand city expo Surabaya.

    Balai Besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya ,

    Melakukan Pembinaan ketempat-tempat prosuksi obat tradisonal, penjual-

    penjual obat tradisional serta konsumen obat tradisional sesusai dengan

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang

    Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen pasal

    3 ayat(1).

    Dari uraian di atas menurut analisa penulis Mengenai Pelaksanaan

    pembinaan oleh BBPOM Surabaya terhadap peredaraan obat tradisional di

    Surabaya sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

    Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan

    Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Pasal 3 ayat (1a), yaitu BBPOM

  • 87

    sebagai perpanjangan tangan dari Badan POM pusat yang di beri wewenang

    oleh undang-undang, sudah melaksankan tugasnya yaitu melakukan

    pembinaan terhadap pelaku usaha dan konsumen obat tradisional yang

    bertujuan untuk menjamin hak dari pelaku usaha dan konsumen guna

    terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku

    usaha dan konsumen, akan tetapi pembinaan yang dilakukan oleh BBPOM

    surabaya menurut penulis masih jauh dari kata memuaskan, menurut penulis

    semua pelaku usaha baik itu distributor maupun penjual bahkan konsumen

    obat tradisional masih memproduksi, menjual dam memakai obat tradisional

    yang berbahanya, ini menjadi bukti bahwa pembinaan yang di lakukan oleh

    BBPOM surabaya masih belum efektif dalam memberikan manfaat bagi

    masyarakat.

    C. Faktor-faktor yang menghambat Balai Besar Obat dan Makanan (BBPOM) dalam melaksanakan Pengawasan dan Pembinaan Terhadap

    Peredaran Obat Tradisional di Surabaya

    Pelaksanaan pengawasan BBPOM Surabaya terhadap peredaraan obat

    tradisional menurut analisa penulis sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen pasal 11, bahwa

    BBPOM sebagai lembaga Pemerintah termasuk Pihak yang bertanggung

    jawab dalam melakukan pengawan terhadap peredaran obat tradisional dalam

    menetukan suatu produk berbahya atau tidak harus melalui proses pengujian

    terlebih dahulu di laboratorium BBPOM suabaya, BBPOM Surabaya dalam

  • 88

    melakukan pengawasan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    akan tetapi dalam pengawasan peran BBPOM di sini sangat sedikit karena

    BBPOM sebagai dinas yang terkait hanya melakukan pengawsan terhadap

    obat tradisional yang sudah jadi dan menguji kandungan di laboratorium

    BBPOM sedangkan untuk memutuskan apakah obat itu masih bisa beredar

    atau tidak itu adalah tugas Kementrian Kesehatan untuk Industri obat

    tradisional dan Kementrian Kesehatan untuk usaha Obat tradisional.

    Mengenai Pelaksanaan pembinaan oleh BBPOM Surabaya terhadap

    peredaraan obat tradisional di Surabaya masi sesuai dengan Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan

    Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Pasal 3 ayat (1a),

    yaitu BBPOM sebagai perpanjangan tangan dari Badan POM pusat yang di

    beri wewenang oleh undang-undang, sudah melaksankan tugasnya yaitu

    melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha dan konsumen obat tradisional

    yang bertujuan untuk menjamin hak dari pelaku usaha dan konsumen guna

    terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku

    usaha dan konsumen, akan tetapi dalam prakteknya BBPOM masih sangat

    kesulitian dalam melakukan pengawasan dan pembinaan di lapangan itu di

    sebabkan banyaknya perederan obat tradisional di Surabaya dan terbatasnya

    kapasitas BBPOM dalam hal ini sumber daya manusia (bidang penyidikan

    dan bidang pengujian ).

  • 89

    BBPOM untuk saat ini memiliki 29 orang dan 30 orang yang dapat

    penulis uraikan dalam bentuk Tabel.

    Tabel V

    Pegawai Menurut Pendidikan BBPOM Surabaya

    Sumber : BBPOM Surabaya 2017

    Dari table di atas penulis dapat jelaskan bahwa dengan jumlah pegawai

    yang hanya berjumlah total 59 orang dalam bidang penyidikan dan pengujian

    dengan beban tugas yang sangat besar yaitu mencangkup jawa-timur juga

    dalam hal ini BBPOM bukan hanya mengawasi Obat tradisional tetapi juga

    kosmetik, narkotik, pangan dll, itu yang menjadi faktor semakin bayaknya

    Obat-obat tradisional di kota Surabaya karena BBPOM sangat jelas

    kekurangan tenaga ahli di bidang pelasanaan pengawasam dan pembinaan

    terhadap peredaran Obat tradisional.

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin Eri

    Agustina.40

    menjelaskan bahwa Faktor-faktor yang menghambat Balai Besar

    pengawas obat dan makanan dalam melaksanakan pengawasan dan

    pembinaan adalah Penegakan hukum baik sebagai hukum materil maupun

    40 ibid.

    No Unit Kerja Pendidikan

    S2 Apoteker S1 lain D3 SLTA SLTP SD Total

    1 Bid.penyidikan

    dan Pemeriksaan

    1 18 5 - 4 - 1 29

    2 Bid.Pengujian

    Obat Tradisional,

    Kosmetik DLL

    2 15 10 1 2 - - 30

    Total 59

  • 90

    hukum formil dapat penulis uraikan dan jelaskan menurut Soerjono Soekanto

    menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

    adalah sebagai berikut:

    1) Faktor penegak hukum

    Penegak hukum mempunyai peran yang penting dalam penegakan

    hukum itu sendiri, prilaku dan tingkah laku aparat pun seharusnya

    mencerminkan suatu kepribadian yang dapat menjadi teladan bagi

    masyarakat dalam Faktor-faktor yang menghambat Balai Besar pengawas

    obat dan makanan dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan yaitu:

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin

    Eri Agustina. penulis dapat uraikan bahwa Penegak hukum dalam hal ini

    adalah Penyidik pegawai negeri sipil BBPOM sebagai pihak yang

    bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan dan pembinaan masih

    sangat kurang itu bisa di lihat dari table III di atas.

    2) Faktor sarana dan prasarana

    Dengan dukungan sarana dan fasilitas yang memadai penegakan

    hukum akan dapat terlaksana dengan baik. Sarana dan fasilitas yang

    dimaksud, peralatan yang mumpuni, dan sumber dana yang memadai. Bila

    sarana dan fasilitas tersebut dapat dipenuhi maka penegakan hukum akan

    berjalan maksimal.

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin

    Eri Agustina. penulis dapat uraikan bahwa bahwa Sarana dan prasarana

  • 91

    yang di perlukan belum memadai dalam hal untuk membantu BBPOM

    dalam melakukan pengawasan dan pembianaan di Surabaya baik itu dari

    segi transportasi, dan laboratorium ( LAB ) untuk pengujian obat

    tradisional masih belum cukup memadai.

    3) Faktor masyarakat

    Penegakan hukum adalah berasal dari masyarakat dan untuk

    masyarakat. Oleh karena itu peran masyarakat dalam penegakan hukum

    juga sangat menentukan. Masyarakat yang sadar hukum tentunya telah

    mengetahui hal mana yang merupakan hak dan kewajiban mereka, dengan

    demikian mereka akan mengembangkan kebutuhan-kebutuhan mereka

    sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Pipin

    Eri Agustina. penulis dapat uraikan bahwa Keterbatasan pengetahun yang

    dimiliki oleh penjual dan pembeli obat tradisional sehingga penjual dan

    pembeli masih belum dapat membedakan mana obat tradisional yang

    aman dan mana obat tradisional yang tidak aman, untuk saat ini penjual

    hanya memikirkan tinggkat ke untungan yang di dapat, tanpa

    memperhatikan kesehatan pagi konsumen dan konsumen hanya melihat

    dari harga yang murah dan manfaat yang cepat tanpa memperhatikan

    dampak apabila mengkonsumsi secara terus menerus.

    4) Faktor kebudayaan

  • 92

    Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai dasar yang

    mendasari keberlakuan masyarakat , dalam Faktor-faktor yang

    menghambat Balai Besar pengawas obat dan makanan dalam

    melaksanakan pengawasan dan pembinaan yaitu Dari hasil wawancara

    dengan dengan Retno Kurpaningsih, dan Ibu Pipin Eri Agustina. Selaku

    menyatakan bahwa Pola konsumsi masyarakat terhadap produk-produk

    obat tradisional yang beresiko cenderung meningkat, hal ini dipicu dengan

    adanya promosi produk yang gencar baik itu berupa iklan di internet

    ataupun iklan-iklan di sosial media dengan harga murah dan terjangkau

    yang menyebabkan maraknya peredaran obat tradisional berbahaya di

    masyarakat juga di sebabkan karena budaya masyarakat yang masih belum

    memperdulikan kesehatan tubuh mereka.

    D. Upaya yang di lakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi oleh Balai Besar Obat dan Makanan (BBPOM) dalam melaksanakan

    Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Peredaran Obat Tradisional di

    Surabaya

    Dari hasil wawancara dengan dengan Retno Kurpaningsih dan Pipin Eri

    Agustina,41

    Penulis dapat uraikan bahwa upaya-upaya yang di lakukan untuk

    mengatasi hambatan yang dihadapi oleh Balai Besar Obat dan Makanan

    (BBPOM) dalam melaksanakan Pengawasan dan Pembinaan Terhadap

    Peredaran Obat Tradisional di Surabaya yaitu antar lain :

    41 Ibid.

  • 93

    1. Pihak BBPOM mencoba mencari bantuan atau menjalin hubungan dengan

    seseorang yang diman orang itu terlibat atau sudah mengetahu jalur-jalur

    distribusi obat tradisional yang beredar dipasaran yang mungkin dia itu

    teman dari supplier ataupun bekas supplier itu sendiri, atapun juga bekas

    tersangka yang di tangkap oleh BBPOM dengan cara menjalin hubungan

    baik dengan mereka dengan melakukan pendekatan-pendekatan tertentu

    yang itu bertujuan untuk membantu pihak BBPOM dalm mengetahui

    informasi-informasi terbaru mengenai perededaran obat tradisional yang

    illegal.

    2. Membekali petugas BBPOM dengan pelatihan-pelatihan khusus atau

    diklat-diklat tertentu yang itu bertujuan untuk membantu BBPOM dalam

    memudahkan melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap peredaran

    obat tradisional di Surabaya.

    3. Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya juga terus

    berusaha mencari dana tambahan kepada Badan POM pusat yang itu

    bertujuan untuk menambah fasilitas baik itu transportasi maupun alat-alat

    laboratorium yang itu bertujuan untuh memudahkan BBPOM dalam

    melakukan pengawasan dan pembinaan.

    4. Balai besar pengawas obat dan makanan ( BBPOM ) Surabaya juga terus

    berkoordinasi dengan Badan POM pusat untuh penambahan Sumber daya

    manusia dalam hal ini penambahan penyidik pegawai negeri sipil karena

    untuk saat ini penyidik PNS di BBPOM masih kurang, yang itu

  • 94

    berdampak pada Pelaksanaan pengawasan dam pembinaan terhadap

    peredaran obat tradisional yang kurang maksimal.

    5. BBPOM Surabaya juga berusaha terus untuk mengikuti perkembangan

    teknologi yang bertujuan untuk bisa mengontrol atau mengetahui

    penjualan obat tradisional di dunia maya.

    6. BBPOM terus melakukan sosialisai mengenai bahaya obat tradisional

    yang berbahaya baik itu ke penjual, melalui seminar-seminar dan melalui

    media sosial.