bab iii hasil penelitian dan analisis a. hasil...

23
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian A.1 Tentang Bapermas A.1.1 Visi dan Misi BAPERMAS dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2008 tanggal 6 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan Lembaga Teknik Daerah Provinsi Jawa Tengah. BAPERMAS merupakan tangan panjang Pemerintah di daerah. Dalam menjalankan perannya Bapermas mempunyai Visi dan Misi 1 . Adapun Visi nya adalah mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dengan mengedepankan kesetaraan dan keadilan gender, kebutuhan pangan menuju masyarakat partisipatif dan mandiri. Sementara Misi adalah : 1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak 2. Menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak 3. Mengembangkan Pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG ) di berbagai bidang pembangunan 1 Peraturan Walikota Salatiga No. 55 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural 1 pada Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja , pasal 62.

Upload: buikhanh

Post on 02-Mar-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian

A.1 Tentang Bapermas

A.1.1 Visi dan Misi

BAPERMAS dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah nomor 7

tahun 2008 tanggal 6 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan Lembaga

Teknik Daerah Provinsi Jawa Tengah. BAPERMAS merupakan

tangan panjang Pemerintah di daerah.

Dalam menjalankan perannya Bapermas mempunyai Visi dan

Misi1. Adapun Visi nya adalah mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera dengan mengedepankan kesetaraan dan keadilan gender,

kebutuhan pangan menuju masyarakat partisipatif dan mandiri.

Sementara Misi adalah :

1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak

2. Menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak

3. Mengembangkan Pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG ) di

berbagai bidang pembangunan

1 Peraturan Walikota Salatiga No. 55 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian

Tugas Pejabat Struktural 1 pada Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja,

pasal 62.

Selain Visi dan Misi dalam menjalankan perannya untuk

perlindungan perempuan dan anak Bapermas mempunyai tugas pokok

yaitu2:

Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah

dibidang pemberdayaan masyarakat, perempuan, keluarga berencana

dan ketahanan pangan.

A.1.2 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga No 9 Tahun 2011

Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Salatiga No 11

Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis

Daerah, Kantor Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, Dan

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, perangkat Bapermas terdiri

atas:

1. Kepala Badan

Kepala badan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah

dibidang pemberdayaan masyarakat, perempuan, keluarga

berencana dan ketahanan pangan.

2 Ibid, pasal 62.

2. Sekretaris

Sekretaris berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala

badan yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan teknis

administratif meliputi pengelolaan urusan, kerumahtanggaan,

perlengkapan, pemeliharaan, kearsipan, ketatalaksanaan,

kehumasan, perpustakaan, penyusunan rencana kegiatan, evaluasi

dan pelaporan, serta mengkoordinasikan kegiatan dilingkungan

Badan.

3. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Mempunyai tugas melaksanakan rencana kegiatan dan

pengembangan dibidang pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan

lembaga kemasyarakatan, peningkatan perekonomian masyarakat

dan penanggulangan kemiskinan serta melakukan pengendalian,

penilaian, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.

4. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Mempunyai tugas melaksanakan penyediaan bahan rencana dan

program, pelaporan, evaluasi bidang pemberdayaan perempuan,

pelaksanaan pelayanan administrasi dan teknis, fasilitasi,

pengembangan system, perlindungan hukum hak-hak perempuan

dan anak, pengarusutamaan gender dan pembinaan program

pemberdayaan perempuan, pengarusutamaan gender dan

perlindungan anak.

5. Bidang Keluarga Berencana

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana kegiatan dan

melaksanakan pembinaan, pengaturan kegiatan dalam rangka

pendekatan pada institusi yang ada di masyarakat yang telah ada

sengaja diberikan dalam rangka pengembangan keluarga berencana

serta melakukan pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi

atas pelaksanaan kegiatan.

6. Bidang Keluarga Sejahtera

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana kegiatan dan

melaksanakan pembinaan, pengaturan kegiatan dalam rangka

pendekatan pada institusi yang ada di masyarakat yang telah ada

sengaja diberikan dalam rangka pengembangan keluarga sejahtera

serta melakukan pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi

atas pelaksanaan kegiatan.

7. Bidang Ketahanan Pangan

Mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan teknis dan

melaksanakan koordinasi sistem ketahanan pangan serta melakukan

pengendalian, penilaian dan monitoring serta evaluasi atas

pelaksanaan kegiatan.

A.1.3 Prinsip Pendampingan

Perumusan kebijakan tentang penghapusan tindakan kekerasan

terhadap perempuan tertuang dalam Surat Keputusan Dinas Tenaga

Kerja Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Salatiga No.

560/177/2007 dan memperhatikan Surat Keputusan Walikota tanggal

1 Maret 2007 N0. 460.05/16/2007 tentang Tim Jaringan Terpadu

terhadap Tindak Kekerasan Berbasis Gender dan Anak Kota Salatiga.

Tim jaringan terpadu yang terbentuk beranggotakan para penegak

hukum, instansi-instansi Pemerintah dan Non-Pemerintah yang

berkepntingan dalam penanganan dan pencegahan kasus tindak

kekerasan terhadap perempuan di Kota Salatiga.

Dibawah ini merupakan anggota Tim Jaringan Terpadu Kota

Salatiga:

a. Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Kota Salatiga

b. Kejaksaan Kota Salatiga

c. LSKar Kota Salatiga

d. Dinas Kesehatan Kota Salatiga

e. BPRSUD Kota Salatiga

f. Pengadilan Negeri Kota Salatiga

g. Sekda Kota Salatiga

h. Psikolog dari UKSW dan BPRSUD

i. Departemen Agama Kota Salatiga

j. Psw STAIN Salatiga

k. Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Salatiga

l. Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana Kota Salatiga

m. Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga

n. Gabungan Organisasi Wanita Kota Salatiga

o. Tim Penggerak PKK Kota Salatiga

p. Disnakertrans dan Permas Kota Salatiga

q. Bappeda Kota Salatiga

r. Dinas Pendidikan Kota Salatiga3

s. Tokoh Masyarakat

t. Instansi Pemerintah dan non-Pemerintah terkait lainnya

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya,untuk memaksimalkan

penanganan dan pencegahan kasus tindakan kekerasan terhadap

perempuan Tim Jaringan Terpadu didasarkan pada keputusan

Walikota Salatiga No. 460.05/16/2007 tentang Tim Jaringan Terpadu

terhadap Korban Tindak Kekerasan Berbasis Gender dan Anak Kota

Salatiga dengan prinsip-prinsip dasar layanan terpadu (prinsip

pendampingan) terhadap korban tindak kekerasan berbasis gender dan

anak di Kota Salatiga, sebagai berikut:4

3 Surat Keputusan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Salatiga, No. 560/177/2007. Sekarang surat ini di bawah Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Salatiga, tetapi susunan anggota

Tim Jaringan Terpadu masih sama.

4 Lampiran III Keputusan Walikota No. 460.05/16/2007 tentang Tim Jaringan Terpadu terhadap

korban Tindak Kekerasan Berbasis Gender dan Anak .

a. Asas tidak mengadili. Seorang pendamping tidak boleh

memberikan pernyataan atau mengadili korban.

b. Membangun hubungan yang setara antara pendamping dan korban

agar tidak terjadi ketimpangan hubungan pendamping dengan

korban.

c. Asas pengambilan keputusan sendiri. Pendamping hanya bertugas

memberi informasi kepada korban dan keputusan akhir harus tetap

ditangani korban sendiri.

d. Asas pemberdayaan. Pendamping harus memberikan penguat

kepada korban agar korban mampu menentukan sendiri apa yang

harus dilakukan pasca terjadinya kekerasan.

A.1.4 Prinsip-prinsip operasional dalam perlindungan Perempuan

Dalam upaya mekonkritkan tugas pokok Bapermas melindungi

perempuan, sejak berdirinya Bapermas telah melakukan hal-hal

penting sebagai bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak.

Peran yang digariskan dalam Surat Walikota Salatiga No. 55 Tahun

2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat

Struktural 1 pada Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong

Praja terwujud dalam upaya-upaya yang telah dilakukannya sejak

badan ini berdiri. Bapermas memiliki prinsip-prinsip operasional

dalam melakukan perlindungan terhadap perempuan ataupun untuk

penguatan dan untuk membangun kesadaran masyarakat yaitu:5

1. Pencegahan, seperti: sosialisasi, dalam melakukan sosialisasi

Bapermas selama ini melibatkan Sekretariat Daerah (Setda) bagian

hukum, Polres, Kejaksaan dan Pengadilan.

2. Kampanye

Kampanye ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu misalnya pada

peringatan hari Anti Kekerasan. Dalam berkampanye juga

melibatkan Polres Salatiga, Sekolah-sekolah, Organisasi

Perempuan serta dibuat yel-yel seperti melakukan demo.

3. Penanganan Kasus

Dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan,

Bapermas bekerjasama dengan pusat Penelitian Kesetaraan Gender

UKSW (PPSG), PKK, Setda Bagian hukum, Kementrian Agama

Salatiga, Catatan Sipil.

4. Penanganan pasca kritis

Penanganan pasca kritis ini dalam rupa kegiatan pemulihan, Re

integrasi (dikembalikan ke keluarga, masyarakat, lembaga atau

lingkungan sosial lainnya yang bisa memberikan interaksi dan

perlindungan).

5 Wawancara dengan Ibu Indianingsih, S. Sos. Bidang PP dan PA BAPERMAS Kota Salatiga,

Pada Tanggal 22 Februari 2013 Pukul 10.00 WIB dikantor BAPERMAS Kota Salatiga

5. Pemberdayaan

Kegiatan pemberdayaan dilakukan dengan tujuan agar korban

dapat kembali lebih aktif lagi berinteraksi dengan masyarakat,

dalam bentuk kegiatan memberikan pelatihan keterampilan kepada

kelompok PKK tingkat Kelurahan sampai tingkat Kota.

Upaya-upaya di atas dilakukan Bapermas sebagai komitmen

organisasi untuk berkontribusi dalam proses perubahan sosial menuju

tatanan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat dan berperspektif

gender, Hak Asasi Manusia (HAM), dan pluralisme sebagai landasan

gerak organisasi dalam memperjuangkan visi dan misi.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, Bapermas mulai melihat

perjuangan untuk mendapatkan hak-hak dasar masyarakat (termasuk

di dalamnya perempuan) yang dibarengi dengan visi perubahan

strategis menuju penghapusan diskriminasi terhadap perempuan dan

mencapai kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan menjadi

pilihan tujuan organisasi ke depannya.

A.1.5 Membentuk Lembaga

1. Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)

Dengan Surat Keputusan Walikota Salatiga No.

463/05/316/2009 tentang Tim Layanan Terpadu terhadap korban

tindakan berbasis gender dan anak dibentuklah PPT. PPT berdiri

tanggal 5 Agustus 2009. 6Namun, pada kenyataannya Tim yang

dibentuk tersebut tidak dapat menjalankan fungsi yang diharapkan

karena dua sebab. Pertama, sifat kelembagaan yang cenderung

hanya bersifat formalitas dan tidak ada penegasan tentang hak,

kewajiban dan kewenangan. Kondisi ini memunculkan

ketidakjelasan tentang pihak mana yang semestinya menjadi leader

dalam aktivitas Tim. Kedua, personalia yang ditujuk menjadi

anggota Tim juga kurang menunjukkan komitmen terhadap

pemberdayaan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak.

Dalam Tim ini Bapermas sebagai Ketua Tim.

2. P2TP2A

Keadaan tersebut diatas mendorong dilakukan perbaikan

dengan penggantian SK Walikota tersebut diatas dengan SK

Walikota No. 463-05/384/2012 tentang Tim Pengelola Pusat

Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)

yang berdiri tanggal 10 September 2012 dengan nama P2TP2A

(Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak)

dibentuk/berdiri. Pada lembaga ini BAPERMAS sebagai

ketua/kordinator dengan struktur organisasi sebagai berikut.:

a. Ketua : Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan,

Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan.

6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2012-2017, hal. IV-65.

b. Wakil Ketua : Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan.

c. Sekretaris : Staf pada Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan

d. Anggota :

1. Kasat Reskrim Polres Salatiga

2. Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak pada Polres

Kota Salatiga

3. Jaksa Fungsional pada Kejaksaan Negeri Kota Salatiga

4. Panitera Muda Pidana pada Pengadilan Negeri Salatiga

5. Unsur Pusat Penelitian Study Gender UKSW Kota Salatiga

6. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

7. Kepala Dinas Kesehatan

8. Dokter Umum pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Salatiga

9. Kepala Bagian Hukum Setda

10. Kasubbag Bantuan Hukum dan HAM pada Bagian Hukum

Setda

11. Staf pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan,

Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan

12. Psikolog pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga

13. Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

pada Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Keluarga

Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Salatiga

14. Kasubbid Pendidikan Keagamaan Masyarakat dan

Pemberdayaan pada Kantor Kementerian Agama Kota

Salatiga

15. Unsur Gabungan Organisasi Wanita

16. Kasubbid Pengarusutamaan Gender dan Peningkatan

Kualitas Hidup Perempuan pada Badan Pemberdayaan

Masyarakat, Perempuan Keluarga Berencana dan

Ketahanan Pangan Kota Salatiga

17. Kasubbid Sosial Budaya pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

18. Staf pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan

Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan

19. Unsur Tim Penggerak

3. Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender (PUG)

POKJA ini dibentuk berdasar SK Walikota Salatiga No.

263/204/2012 tentang Kelompok Kerja (POKJA) dan Sekretariat

(Sekretariatan POKJA) Pengarusutamaan Gender (PUG). POKJA

ini dibentuk dalam rangka mendorong penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat

yang mempunyai sudut pandang gender, maka perlu dilaksanakan

kegiatan Pengarusutamaan Gender di Bapermas Kota Salatiga.

Kelompok ini merupakan kelompok intern Pemerintah kota

Salatiga mempunyai fungsi mengkordinasikan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh para SKPD yang berfokus pada kepekaan

gender dengan ketua/koordinatornya adalah Bappeda dan Kepala

Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai

Sekretariatan Pokja PUG.

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang

dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi

integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan,

dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

di daerah. Yang bertujuan:

a. Mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui

pengintegrasiaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi,

dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan.

b. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan

berkeluarga, berbangsa, dan bernegara.

c. Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsive

gender.

d. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan,

peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai

insane dan sumberdaya pembangunan, dan

e. Meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang

menangani pemberdayaan perempuan.

Tugas kelompok kerja (POKJA), adalah:

a. Mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada SKPD,

Instansi dan pemangku kepentingan.

b. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada SKPD

dan pemangku kepentingan.

c. Mendorong terwujudnya anggaran yang perspektif gender.

d. Menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun.

e. Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Walikota.

f. Memberikan fasilitasi kepada SKPD, Instansi dan pemangku

kepentingan.

g. Melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di SKPD, Instansi

dan pemangku kepentingan.

h. Mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal

Point (Orang-orang poner artinya orang-orang kunci strategi

yang dapat mendukung kegiatan) di masing-masing SKPD

dan:

i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan bertanggung jawab

kepada Walikota.

Di Bapermas Kota Salatiga pernah dibentuk

Pengarusutamaan Gender. Namun periode kerjanya sudah habis

yaitu periode kerja dari Januari- Desember 2012, dan tidak

diperpanjang lagi.

A.1.6 Sosialisasi Undang-undang KDRT

Sosialisasi ini dilakukan Bapermas ke masyarakat,

sebagaimana nampak dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4

Sosialisasi Undang-Undang yang dilakukan BAPERMAS

Pada Tahun 2012-2013

Tahun Nama Tempat Total Jumlah

peserta

2012 Kelurahan Kecandran, Kelurahan

Dukuh, Kelurahan Mangunsari,

Kelurahan Kalicacing

250

2013 Kelurahan Noborejo, Kelurahan

Randuacir, Kelurahan Ledok,

Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan

Kumpulrejo

88

Sumber: Bapermas Kota Salatiga.

A.2 Penanganan Korban Kekerasan

A.2.1 Langkah-langkah Penanganan Perempuan Korban Kekerasan

Pada dasarnya penanganan yang dilakukan Bapermas yaitu

penanganan yang sesuai dengan kebutuhan korban, meliputi:

1. Layanan Medis

Bapermas membantu memfasilitasi korban dengan mengantarkan

korban ke Rumah Sakit untuk mendapatkan layanan sesuai dengan

apa yang korban butuhkan. Korban kekerasan perlu mendapatkan

layanan medis berupa pemeriksaan medis, hal ini dilakukan

berkenaan pemeriksaan tubuh korban baik secara fisik maupun

seksual sesuai dengan kekerasan yang dialaminya, dan bisa juga

gabungan dari keduannya yaitu pemeriksaan fisik dan seksual.

2. Layanan Psikologis

Dalam layanan Psikologis BAPERMAS bekerja sama dengan

Psikolog pada rumah sakit umum daerah Kota Salatiga untuk

memberikan penguatan pasca terjadi kekerasan. Hal yang paling

penting dari layanan ini adalah agar korban dapat menghilangkan

rasa trauma akibat dari kekerasan yang menimpanya.

3. Pendampingan Hukum

Untuk penanganan masalah hukum, Bapermas bekerja sama

dengan Setda Kota Salatiga bidang Hukum. Apabila korban

membutuhkan pengacara dalam menyelesaikan kasusnya, maka

Bapermas melalui Setda Kota Salatiga bidang hukum mencarikan

pengacara yang bersepakat bahwa pelayanan tersebut tidak ada

biaya. Namun apabila tetap ada pengeluaran dana dalam

menggunakan pengacara, Setda Daerah akan membantu korban

sesuai dengan keadaan keuangan Pemerintah Daerah.

4. Shelter

Shelter/rumah aman merupakan upaya yang harus diberikan dalam

rangka perlindungan korban dari rasa takut ataupun merasa

terancam jiwanya karena kekerasan yang dialami korban. Tahun ini

Bapermas baru mulai mendirikan/membangun sebuah shelter untuk

melindungi korban dari ancaman/korban yang membutuhkan

perlindungan. Dan bulan September 2013 Shelter tersebut sudah

dapat dipergunakan.

A.2.2 Penanganan Kasus

Oleh karena personil di Bapermas khususnya bagian PP dan

PPA selalu berganti-ganti dalam waktu yang singkat maka kasus yang

ditangani diinformasikan oleh petugas baru sehingga yang

diinformasikan adalah kasus yang ditangani oleh petugas baru ini

dalam dua tahun saja yaitu tahun 2012 dan 2013. Adapun kasus

selama dua tahun ini sebagai nampak dalam tabel di bawah ini7 :

Tabel 5

Kasus-Kasus Kekerasan yang ditangani BAPERMAS

Tahun Jumlah Kasus Jenis Kekerasan

2012 2 1.Kekerasan fisik

1.Kekerasan fisik dan psikis

2013 2 1.Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)

1.Trafficking

Sumber: Bapermas Kota Salatiga

7 Wawancara dengan Ibu Indianingsih, S. Sos. Bidang PP dan PPA BAPERMAS Kota Salatiga,

Pada Tanggal 22 Februair 2013 Pukul 10.00 WIB dikantor BAPERMAS Kota Salatiga

Terhadap tabel 5 Koalisi Perempuan Indonesua (KPI)

melaporkan kasus kekerasan fisik dan psikis ke Bapermas Kota

Salatiga. Oleh karena korban pada akhirnya bermaksud untuk

bercerai, korban memerlukan pengacara untuk mendampingi proses

masalah hukumnya di pengadilan. Ada banyak kendala yang dihadapi

Bapermas dalam menangani kasus korban, sehingga Bapermas belum

mampu secara maksimal untuk menyelesaikan kasus tersebut. Oleh

karena Bapermas tidak mempunyai sumber daya untuk menangani

proses hukum, maka KPI melimpahkan 1 kasus ke LBH APIK

Semarang dan 1 lagi meminta bantuan kepada UPBH-UKSW. Kasus

yang dilimpahkan ke LBH APIK Semarang berakhir dengan putusan

cerai. Sedangkan kasus yang di limpahkan ke UPBH-UKSW

putusannya tidak bercera/damai, karena TIM pengacara UPBH-

UKSW berhasil melakukan mediasi antara pihak korban dan pelaku.

Menurut KPI, memang Bapermas mempunyai kendala dalam

menangani kasus kekerasan fisik dan psikis8.

Penjelasan tabel 5 adalah sebagai berikut:

1. Kasus Kekerasan dalam Pacaran

Kasus posisi:

Tanggal 25 Februari 2013 X sebagai korban datang melapor

ke Bapermas, bahwa telah dihamili oleh Y (pacar). Y tidak mau

8 Wawancara. Puput, dari Koalisi Perempuan Indonesia tanggal 6 Juni 2013. Jam 19.00 WIB

bertanggung jawab atas kehamilan X yang sudah semakin

membesar menginjak usia 6 bulan kehamilannya.

Bentuk Penanganan yang dilakukan oleh Bapermas Kota

Salatiga:

a. Mengidentifikasi masalah, memanggil psikolog untuk

mengungkap apa yang telah dialami korban, saran dari psikolog:

1. Korban perlu mendapatkan penanganan terapi utik

(komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan

kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien

(Purwanto,1994)).

2. Keluarga dan orang tua, lingkungan sekitar perlu

mengkondisikan agar X tidak mendapatkan perlakuan

diskriminatif yang dapat mengganggu kondisi

psikologisnya, terlebih lagi X saat ini sedang hamil

sehingga perlu dijaga ketenangannya.

b. Klarifikasi dengan korban sebagai pelapor

c. Klarifikasi dengan pelaku sebagai terlapor

d. Meneruskan kasus

e. Memanggil pelapor dan terlapor untuk melakukan mediasi, hasil

mediasi terlapor meminta pelapor melakukan test DNA, dan

pihak korban menyetujuinya.

f. Tim P2TP2A merumuskan kasus dengan Tim Provinsi untuk

melakukan test DNA dengan biaya RP. 7.000.000 untuk satu

sampel. Namun harus melalui proses hukum dan lapor ke Polres

dan harus ada gelar perkara sehingga membutuhkan waktu

yang cukup lama.

g. Tim P2TP2A menindak lanjuti saran dari Tim Provinsi.

Mengingat proses test DNA membutuhkan waktu cukup lama,

sedangkan kandungan korban sudah semakin membesar, maka

Kepala BAPERMAS Ibu Dyah Puryati mengadakan pendekatan

secara kekeluargaan di rumahnya dengan maksud diselesaikan

secara kekeluargaan. Dengan tahap perundingan yang cukup

lama, akhirnya pelaku bersedia untuk menikahi korban.

h. Melakukan rapat untuk membahas acara pernikahan yang akan

dilaksanakan tanggal 21 April 2013. Dan Tim melanjutkan

pendampingan di KUA Sidorejo untuk syahadat sebagai proses

korban menjadi mualaf.

i. Mendampingi korban menyelesaikan administrasi (mulai dari

Rt/Rw, Kelurahan, KUA Kecamatan Argomulyo) utuk

persyaratan pernikahan.

2. Penanganan Kasus Trafficking

Kasus posisi:

Tanggal 1 April 2013 seorang bapak datang melapor ke

Bapermas. Melaporkan bahwa korban (anaknya) meminta ijin

untuk bekerja di salon. Namun korban ternyata diperkerjakan ke

Kalimantan di Café. Korban menghubungi orang tuanya bahwa

korban merasan ditipu dan dijual.

Bentuk Penanganan yang dilakukan oleh Bapermas:

1. Mengidentifikasi masalah, melaporkan hasil identifikasi ke

Provinsi sebagai Tim yang bekerja sama.

2. Bapermas Kota Salatiga mengundang Tim Provinsi untuk

koordinasi dalam penanganan kasus Trafficking.

3. Melakukan rapat yang membahas adanya informasi bahwa

korban berada di Kalimantan

4. Tim melakukan rapat kedua untuk melakukan penjemputan

korban ke Kalimantan

5. Tim dari Salatiga menjemput korban di BP3AKB Provinsi

Jawa Tengah, korban bisa pulang dengan selamat dan

diserahkan kepada orang tuanya hari Rabu tanggal 11 April

2013.

A.3 Kendala yang Dihadapi BAPERMAS Dalam Menangani Kasus

Kekerasan Terhadap Perempuan

Dalam menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan

kendala-kendala yang dihadapi, adalah:9

a. Pelaksanaan koordinasi belum optimal

9 Wawancara dengan Ibu Indianingsih, S. Sos. Bidang PP dan PPA BAPERMAS Kota Salatiga,

Pada Tanggal 22 Februari 2013 Pukul 10.00 WIB dikantor BAPERMAS Kota Salatiga

b. Kurangnya keberanian masyarakat untuk melaporkan kejadian

kekerasan terhadap perempuan dan anak

c. Dukungan anggaran untuk penanganan kasus kekerasan terhadap

perempuan dan anak masih kurang

d. Penanganan kasus belum optimal

e. Kurangnya SDM (petugas fulltimer yang menangani kasus)

f. Kurangnya sarana prasarana (belum memadai) dalam mendukung

penanganan yang dilakukan Bapermas

B. ANALISIS

Analisi terhadap:

1. Bentuk penanganan oleh Bapermas dalam menangani kasus kekerasan

terhadap perempuan sebagai bentuk perlindungan terhadap korban

kekerasan

Perempuan karena kelemahan yang dimiliki secara fisik dan

kondisi sosial budaya, mendapatkan perlindungan khusus, salah satunya

untuk tidak mendapatkan kekerasan. Kekerasan dimaksud adalah

kekerasan secara fisik dan psikologis. Pada pasal 10 Undang-undang No.

23 Tahun 2004 dinyatakan bahwa korban berhak mendapatkan

perlindungan, pelayanan medis, penanganan psikologis, penanganan

kasus, pendampingan hukum, dan shelter, bimbingan rohani.

Peran Lembaga Masyarakat seperti Bapermas sangat dibutuhkan

dalam upaya Negara menciptakan perlindungan hukum bagi perempuan.

Peran sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari tugas-tugas utama

yang harus dilaksanakan. Organisasi-organisasi semacam Bapermas

melindungi hak-hak perempuan dan anak. Ukuran optimalisasi

pelaksanaan tugas dan fungsi suatu organisasi secara sederhana diukur dari

tingkat efektivitas, efisiensi dan fleksibilitas dalam melaksanakan visi,

misi dan programnya. Lembaga Kemasyarakatan dikatakan melaksanakan

tugas dan fungsinya secara efektif apabila dapat mencapai tujuan secara

cepat, tepat dan berhasil guna.

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas. Oleh karena

personil di Bapermas sering berganti-ganti, maka jumlah kasus yang

ditangani oleh Bapermas pada Tahun 2012 terdapat 2 kasus dan 2 kasus

pada Tahun 2013.

Bapermas dalam menjalankan perannya untuk melindungi korban

dengan cara menerima laporan dari korban, kemudian mengidentifikasi

kasus. Dari hasil identifikasi maka akan dapat diketahui bentuk

penanganan yang akan diberikan kepada korban. Bapermas berperan

hanya sebagai pendamping dan melakukan mediasi antara pelaku dan

korban. Bapermas bekerja sama dalam Tim Terpadu dalam menangani

kasus kekerasan terhadap perempuan.