bab iii hasil penelitian dan analisis a. hasil...

50
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. PERLINDUNGAN NORMATIF HAK TERSANGKA / TERDAKWA MENURUT HUKUM NASIONAL Jaminan dan perlindungan terhadap HAM dalam peraturan hukum acara dalam rangkaian proses dari hukum acara pidana ini menjurus kepada pembatasan- pembatasan HAM seperti penangkapan , penahanan, penyitaan, penggeledahan dan penghukuman , yang pada hakekatnya adalah pembatasan – pembatasan HAM. 1 Meskipun rumusan pasal – pasal KUHAP secara jelas merupakan rumusan HAM untuk tersangka atau terdakwa , Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat sebenarnya sudah diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal 117 ayat 1, “keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.” Artinya dengan adanya Pasal tersebut, pemeriksaan oleh penyidik untuk kepentingan penyidikan harus sesuai dan menghormati HAM. Di samping asas persamaan kedudukan di 1 Erni Widhayati, Hak – hak Tersangka / Terdakwa di dalam KUHAP, hlm 34

Upload: doxuyen

Post on 08-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. HASIL PENELITIAN

1. PERLINDUNGAN NORMATIF HAK TERSANGKA /

TERDAKWA MENURUT HUKUM NASIONAL

Jaminan dan perlindungan terhadap HAM dalam peraturan

hukum acara dalam rangkaian proses dari hukum acara pidana ini

menjurus kepada pembatasan- pembatasan HAM seperti

penangkapan , penahanan, penyitaan, penggeledahan dan

penghukuman , yang pada hakekatnya adalah pembatasan –

pembatasan HAM. 1 Meskipun rumusan pasal – pasal KUHAP

secara jelas merupakan rumusan HAM untuk tersangka atau

terdakwa , Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat

sebenarnya sudah diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal

117 ayat 1, “keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik

diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk

apapun.” Artinya dengan adanya Pasal tersebut, pemeriksaan oleh

penyidik untuk kepentingan penyidikan harus sesuai dan

menghormati HAM. Di samping asas persamaan kedudukan di

�������������������������������������������������������������1 Erni Widhayati, Hak – hak Tersangka / Terdakwa di dalam KUHAP, hlm 34

hadapan hukum (equality before the law) menjadi element pokok

dari konsepsi HAM , juga dikenal element lainnya , yaitu asas

peradilan yang adil (fair trial) dan yang menjadi inti dari fair trial ini

secara sederhana dapat dijelaskan bahwa peradilan yang adil adalah

seluruh tahapan proses pengadilan dalam rangka penegakan HAM ,

termasuk hak asasi tersangka atau terdakwa berdasarkan etika

(moral), akal sehat (rasional) dan hati nurani yang bersih yang

berpegang teguh kepada integritas. 2 Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa peradilan yang adil (fair trial) yang tetap

mengedepankan persamaan kedudukan di hadapan hukum (equality

before the law) menjadi prasyarat mutlak dalam rangka melindungi

hak asasi tersangka atau terdakwa .

a. KUHAP

Di dalam hukum pidana kita mengenal istilah tersangka atau terdakwa

, istilah tersebut terdapat di dalam hukum acara pidana yang termuat

di dalam kitab hukum acara pidana atau disebut KUHAP, KUHAP ini

yang menjadi buku pedoman bagi aparat penegak hukum dalam

beracara dari tingkat Penangkapan, penahanan, sampai Proses

Persidangan. Disini juga diatur tahap-tahap penyidikan dan

penyelidikan, siapa saja yang berhak untuk melakukan penyidikan dan �������������������������������������������������������������2 Pengertian “ integritas” dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran”

peyelidikan dan berapa lama tersangka dan terdakwa dapat ditahan

sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht).

Hak atas kemerdekaan diri seperti bebas dari penangkapan atau

penahanan sewenang wenang dan otoritas mana yang berwenang

untuk menahan dan menangkap atau mencabut kemerdekaan diri

setiap orang. Mengenai penangkapan dan penahanan yang sewenang -

wenang, tersangka dan terdakwa memiliki hak untuk mengajukan

permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penangkapan dan

penahanan yang telah dilakukan , seperti dalam Pasal 79 KUHAP.

Selain tersangka dan terdakwa juga berhak atas penasehat hukum

selama persidangan dan memperoleh pengacara secara gratis dan juga

memperoleh akses untuk bertemu dan dikunjungi keluarga.

Untuk mengingat arti dari pada tersangka atau terdakwa , perlu

diperhatikan kembali pengertian yang dirumuskan pada pasal 1 butir

14 dan 15 KUHAP yang menjelaskan :

� Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau

keadaannya , berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai

pelaku tindak pidana

� Terdakwa adalah seorang tersagka yang dituntut , diperiksa dan diadili

di sidang pengadilan

Dari penjelasan diatas , baik tersangka maupun terdakwa adalah

orang yang diduga melakukan tindak pidana sesuai dengan bukti dan

keadaan yang nyata atau fakta , oleh karena itu orang tersebut : 3

� Harus diselidiki , disidik dan iperiksa oleh penyidik

� Harus dituntut dan diperiksa di muka sidang pengadilan oleh penuntut

umum dan hakim

� Jika perlu terhadap tersangka atau terdakwa dapat dilakukan tindakan

upaya paksa berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan dan

penyitaan benda sesuai dengan cara yang ditentukan undang- undang

Akan tetapi seorang tersangka atau terdakwa sering dianggap apriori

sebagai orang jahat dan dapat diperlakukan sebagai objek pemerasan,

penganiayaan dan pembalasan dendam yang dalam kedudukannya

sebagai tersangka atau terdakwa yang ditanggali hak asasi dan harkat

martabat kemanusiaannya yang melihat tersangka atau terdakwa tidak

lebih daripada objek pemeriksaan yang dapat diperlakukan sesuka hati

oleh aparat penegak hukum.

Hukum nasional kita (baca : KUHAP) telah meletakkan

landasan prinsip legalitas dan pendekatan pemeriksaan dalam semua

tingkat dengan sistem akuisator . menempatkan tersangka dan

terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan sebagai manusia yang

mempunyai hak asasi dan harkat martabat , sebagai perisai untuk

�������������������������������������������������������������3 M . Yahya Harahap , S. H , Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan edisi kedua . hlm 330

membela dan mempertahankan hak asasi dan harkat martabat

kemanusiaan tersangka atau terdakwa , di dalam KUHAP diatur pada

bab VI yaitu :

1. Hak tersangka atau terdakwa segera mendapat pemeriksaan

Prinsip peradilan sederhana , cepat dan biaya ringan dipertegas dalam

pasal 50 KUHAP , yang memberi hak yang sah menurut hukum dan

undang- undang kepada tersangka atau terdakwa :

� Berhak segera diperiksa oleh penyidik

� Berhak segera diajukan ke sidang pengadilan

� Berhak segera diadili dan mendapat putusan pengadilan

2. Hak untuk melakukan pembelaan

Untuk kepentingan mempersiapkan hak pembelaan tersangka atau

terdakwa termuat dalam pasal 51 – 57 KUHAP, yaitu :

� Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang

dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya

� Hak pemberitahuan dilakukan pada waktu pemeriksaan mulai

dilakukan kepada tersangka atau terdakwa

� Terdakwa juga berhak untuk diberitahukan dengan jelas dan bahasa

yang dapat dimengerti tentang apa yang didakwakan kepadanya

� Berhak memberi keterangan dengan bebas dalam segala tingkat

pemeriksaan, mulai dari tingkat pemeriksaan, penyidikan dan

pemeriksaan sidang pengadilan.

� Berhak mendapat juru bicara

� Berhak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan dan

dalam setiap waktu yang diperlukan

� Berhak secara bebas memilih penasehat hukum

Ketentuan pasal 55 ini menimbulkan cacat dalam praktek penegakan

hukum, karena kebebasan dan hak memilih penasehat hukum pasti

menimbulkan praktek diskriminatif

� Dalam tindak pidana tertentu , hak mendapattkan bantuan hukum

berubah sifatnya menjadi “wajib”

Sifat wajib mendapatkan bantuan hukum bagi tersangka atau terdakwa

dalam semua tingkat pemeriksaan diatur dalam pasal 56 :

�� Jika sangkaan atau dakwaan yang disangkakan atau didakwakan

diancam dengan tindak pidana hukuman mati , hukuman 15 tahun atau

lebih.

�� Kewajiban bagi pejabat yang bersangkutan menunjuk penasehat

hukum bagi tersangka atau terdakwa , di gantungkan pada dua

keadaan yaitu tersangka atau terdakwa “tidak mampu” menyediakan

sendiri penasehat hukum dan ancaman hukuman pidana yang

bersangkutan atau didakwakan 15 tahun atau lebih.

�� Penasehat hukum yang ditunjuk pejabat memberi bantuan hukum

adalah cuma – cuma.

3. Hak tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan

Undang – undang memberi hak yang melindungi tersangka atau

terdakwa yang berada dalam penahanan , yaitu : 4

a. Berhak menghubungi penasehat hukum

b. Berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadi untuk

kepentingan kesehatan

c. Tersangka atau terdakwa berhak untuk diberitahukan penahanannya

kepada :

� Keluarganya

� Kepada orang yang serumah dengannya

� Orang lain yang dibutuhkan bantuannya

� Terhadap orang yang hendak memberi bantuan hukum atau jaminan

bagi pengguhan penahanannya

d. Selama tersangka berada dalam penahanan berhak :

� Menghubungi pihak keluarga

� Mendapat kunjungan dari pihak keluarga

e. Berhak secara langsung atau perantara penasehat hukum melakukan

hubungan :

� Menghubungi dan menerima sanak keluarganya

� Baik hal itu untu kepentingan perkaranya

� atau untuk kepentingan kelurga maupun kepentingan pekerjaan

�������������������������������������������������������������4 Ibid hlm 336 - 337

f. berhak atas surat menyurat

hak ini diatur dalam pasal 62 , yang memberi hak sepenuhnya kepada

tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan mengirim dan

menerima surat dari penasehat hukumnya serta dari sanak keluarganya

g. berhak atas kebebasan rahasia surat :

� tidak boleh diperiksa oleh penyidik , penuntut umum, hakim,atau

pejabat rumah tahanan negara

� kecuali cukup alasan untuk menduga bahwa surat menyurat tersebut

disalahgunakan.

h. Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima

kunjungan rohaniawan.

4. Hak terdakwa di muka persidangan pengadilan

Selain hak yang diberikan dalam tingkat proses penyidikan dan

penuntutan, KUHAP juga memberikan hak kepada terdakwa selama

proses pemeriksaan persidangan pengadilan.

a. Berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum

b. Berhak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang

menguntungkan bagi terdakwa atau a de charge ditafsirkansecara

“konsisiten” dari ketentuan pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) , serta pasal

160 ayat (1) huruf e KUHAP

c. Terdakwa tidak boleh dibebani kewajiban pembuktian dalam

pemeriksaan yang dibebani kewajiban untuk membuktikan kesalahan

terdakwa adalah penuntut umum

5. Hak terdakwa memanfaatkan upaya hukum

Undang -undang memberi kemungkinan bagi terdakwa yang dijatuhi

hukuman untuk menolak atau tidak menerima putusan yang

dijatuhkan pengadilan. Ketidakpuasaan atas putusan , memberi

kesempatan bagi terdakwa : 5

� Berhak memanfaatkan upaya hukum biasa , berupa permintaan

pemeriksaan tingkat banding kepada pengadilan tinggi atau

permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung

� Berhak memanfaatkan upaya hukum luar biasa , berupa permintaan

pemeriksaan “peninjauan kembali” putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

6. Berhak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi

KUHAP memberi hak kepada tersangka untuk menuntut ganti rugi

dan rehabilitasi, apabila : 6

� Penangkapan, penahanan, penggeledahan , atau penyitaan dilakukan

tanpa alasan hukum yang sah

�������������������������������������������������������������5 Ibid hlm 338 6 Ibid hlm 338�

� Putusan pengadilan menyatakan terdakwa bebas karena tindak pidana

yang didakwakan kepadanya bukan merupakan tindak pidana

kejahatan atau pelanggaran

Selain mengatur semua mengenai tersangka atau terdakwa dan aparat

penegak hukum yang paling penting adalah apa yang menjadi hak

tersangka atau terdakwa , seperti apa hak tersebut telah diuraikan

diatas , dan hak tesebut harus disesuaikah dengan intrumen hak asasi

manusia.

b. Di luar KUHAP

� UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di dalam UU HAM juga melindungi hak tersangka atau terdakwa

yang dimuat di dalam pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Setiap orang

yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka

melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak

bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam

suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jamina hukum yang

diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. (praduga tak bersalah)

� UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Dalam UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman memuat

beberapa pasal yang secara tidak langsung turut melindungi hak

tersangka atau terdakwa yang terdapat di dalam pasal :

a. Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan Pengadilan mengadili menurut

hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. (equality before the

law)

b. Pasal 6 Ayat (2) : Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana,

kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah

menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang

yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan

yang didakwakan atas dirinya. (praduga tak bersalah)

c. Pasal 9 ayat (1) : Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut,

atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau

karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang

diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

2. PERLINDUNGAN NORMATIF HAK TERSANGKA /

TERDAKWA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

a. KOMPENDIUM PBB

Bila dilihat dari isi Kompendium yang yang terdiri dari 4 bagian

pokok, maka penulis hanya akan mengambil bagian yang langsung

mengacu pada standar perlindungan bagi tersangka atau terdakwa

yaitu pada Bagian I yang mengatur mengenai Orang dalam tahanan,

non-penahanan sanksi, peradilan anak dan keadilan restoratif , yaitu :

Standar Minimum Peraturan bagi Perlakuan terhadap

Narapidana

Sebagai prinsip dasar dari bagian standar minimum peraturan terhadap

narapidana , Kompendium menghendaki agar perlakuan terhadap

narapidana tidak boleh diskriminatif dan bagi setiap orang yang

ditahan atau dipenjara akan didata dan para tahanan masing-masing

akan menerima:

� Informasi mengenai identitasnya;

� Alasan komitmennya dan untuk itu kewenangan;

� Hari dan jam masuk dan rilis.

Di dalam tahanan harus danya pemisahan kategori yang akan

dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, catatan kriminal, alasan

penahanan dan kebutuhan pengobatan, selain itu di dalam

Kompendium yang mengatur standar minimum perlakuan terhadap

narpidana , para narapidana akan mendapatkan fasilitas yang memadai

seperti :

� Ruang sel tahanan kamar yang individu dan memenuhi semua

persyaratan kesehatan

� Tersediannya kamar mandi yang memadai untuk kebersihan umum

Untuk menunjang kebersihan pribadi harus disediakannya fasilias

untuk perawatan seperti rambut dan jenggot untuk bercukur secara

teratur , disediakan pakaian yang cocok untuk iklim dan sesuai dengan

standar lokal atau nasional, diberikan tempat tidur terpisah dan harus

sering diganti untuk memastikannya kebersihannya. Untuk memenuhi

standar perlindungan narapidana Pemerintah harus menyediakan

setiap tahanan makanan dari nilai gizi yang memadai untuk kesehatan

dan kekuatan, serta Air minum harus tersedia untuk setiap tahanan

setiap kali dia membutuhkannya dan bagi tahanan yang tidak

digunakan dalam pekerjaan luar harus memiliki setidaknya satu jam

latihan yang cocok di udara terbuka setiap hari jika cuaca

memungkinkan , di dalam tahanan juga harus tersedia pelayanan

medis yaitu layanan yang memenuhi syarat medis dan petugas yang

harus memiliki beberapa pengetahuan psikiatri .

Tubuh Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang Setiap bawah

Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan

Prinsip-prinsip ini berlaku untuk perlindungan semua orang dalam

segala bentuk penahanan atau pemenjaraan yang terdiri dari Prinsip 1

– Prinsip 38 yang akan diuraikan sebagai berikut :

Setiap tahanan harus diperlakukan secara manusiawi dan

menghormati martabat manusia berdasarkan ketentuan hukum dan

hanya pejabat yang berwenang yang dapat melakukan penangkapan

atau pemenjaraan yang tunduk pada kendali otorias pengadilan tanpa

adanya diskriminasi , atas dasar perbedaan ras , bahasa , warna , jenis

kelamin , agama , pendapat politik , nasional etnis ataupun status

sosial yang mana prinsip ini harus diterapkan kepada semua orang

yang berada di dalam wilayah setiap negara dan tidak akan dianggap

sutau diskriminasi bila memberikan status khusus kepada perempuan

hamil , ibu menyusui , anak – anak dan remaja perempuan untuk

melindungi hak – haknya , di dalam tahanan tidak dibenarkannya

suatu tindakan penyiksaan , perlakuan kejam dan tidak manusiawi dan

untuk melindungi hak tersangka atau terdakwa negara harus

memberikan sangsi dan tidak memihak terhadap setiap tindakan yang

bertentangan dengan pelanggaran hak , dan apabila terjadi atau diduga

akan terjadinya pelanggaran terhadap prinsip ini para pejabat harus

melaporkannya kepada yang berwenang, dalam prosedur penangkapan

siapapun orang yang ditangkap harus segera diberitahukan tentang

biaya terhadap dirinya pada saat pengkapan dan alasan pengkapan

terhadap dirinya , selain itu orang yang berada di dalam tahanan

diberikan hak :

1. Melalukan pembelaan terhadap dirinya atau dibantu oleh penasehat

hukum seperti yang ditentukan oleh hukum dan dalam hal tersebut

harus adanya catatan mengenai :

a. Alasan penangkapan

b. Tempat dimana orang tersebut ditangkap

c. Identitas petugas penegak hukum yang melakukan pengkapan

d. Informasi yang tepat mengenai tempat penahanan

kemudian catatan tersebut harus disampaikan kepada orang yang

ditahan atau penasehat hukumnya begitu juga saat dimulainya

pemenjaraan atau penahanan atas penagkapan seseorang wajib

diberikan penjelasan dan informasi atas hak – hak terhadap

dirinya yang dapat dimanfaatkannya .

2. Mendapatkan penerjemah bahasa dengan segera apabila orang

yang ditangkap tidak dapat memahami atau berbicara bahasa

yang digunakan.

3. Memberitahu atau meminta pihak yang berwenang untuk

memberitahukan anggota keluarganya atau orang lain jika orang

yang ditahan atau dipenjarakan dipindahkan kepenjara lain

dimana ia berada dalam tahanan dan apabila tahanan adalah orang

asing ia wajib diberitahukan tentang haknya untuk berkomunikasi

dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik

dari negara asalnya sesuai dengan hukum internasional dengan

wakil internasional yang kompeten dan jika orang yang ditahan

dan apabila terjadi penundaan pemberitahuan dalam prinsip ini

harus dalam jangka waktu yang wajar sesuai kebutuhan

penyelidikan selain itu orang yang ditahan berhak mendapatkan

bantuan dari penasehat hukum dan diberitahukan tentang hak –

haknya serta diberikan fasilitas yang memadai setelah

pengkapannya.

4. Memiliki penasehat hukum yang diberikan oleh hukum jika ia

tidak memiliki penasehat hukum pilihannya sendiri atau

dikarenakan tidak mampu membayar.

5. Untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan kuasa hukumnya

dengan waktu dan fasilitas yang memadai di dalam tahanan dalam

kerahasiaan penuh atau tanpa sensor dengan kuasa hukumnya saat

melakukan wawancara dan komunikasi antara orang yang ditahan

dengan penasehat hukumnya dapat dijadikan bukti.

6. Untuk dikunjungi oleh anggota keluarga dan harus diberikan

cukup kesempatan untuk berkomunikasi dengan dunia luar,

dengan wajar sesuai peraturan yang sah dan jika dimungkinkan

orang yang ditahan dapat meminta tempat penahanan yang cukup

dekat dengan tempat biasanya ia tinggal

7. Untuk tidak dipaksa mengaku atau mengambil keuntungan dari

situasi yang memberatkan diri orang yang ditahan untuk bersaksi

melawan orang lain dan juga tidak diperkenankan untuk

digunakan sebagai eksperimen medis atau ilmiah yang dapat

merugikan kesehatannya tanpa atau dengan persetujuannya ,

dalam setiap melakukan intrograsi terhadap orang yang ditahan

durasi dari setiap intrograsi harus dicatat beserta identitas petugas

yang melakukan introgasi maupun orang yang hadir seperti yang

ditentukan oleh hukum dengan memberikan akses ke informasi

terhadap orang yang ditahan , apabila orang yang ditahan sakit

perlu dilakukan pemeriksaan medis yang layak serta perawatan

dan pengobatan medis kepada tahanan harus disediakan secara

gratis dalam menjalani pemeriksaan medis, nama dokter dan hasil

pemeriksaan tersebut harus diberi catantan.

8. Untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia, dari sumber-

sumber publik dan jumlah yang wajar dari pendidikan,

kebudayaan dan informasi , sesuai dengan kondisi yang wajar

untuk menjamin keamanan dan ketertiban di tempat penahanan

atau penjara.

9. Untuk berkomunikasi secara bebas dan dalam kerahasiaan penuh

dengan orang yang mengunjungi tempat-tempat penahanan atau

penjara. Dan untuk mengawasi ketaatan yang ketat dari hukum

dan peraturan, tempat penahanan harus dikunjungi secara teratur

oleh orang-orang berkualitas dan berpengalaman ditunjuk dan

bertanggung jawab kepada otoritas, di dalam tahanan juga

diterapkannya berbagai jenis tindakan disipliner terhadap prilaku

orang yang ditahan yang melakukan pelanggaran disiplin yang

mana hukuman tersebut ditentukan oleh peraturan sah yang telah

dibuat..

10. Untuk mengambil proses menurut hukum domestik sebelum

adanya keabsahan penahanan untuk memperoleh pembebasan

namun apabila terjadi kasus penyiksaan yang kejam dan tidak

manusiawi orang yang ditahan berhak membuat permintaan atau

keluhan atas pengobatannya kepada pihak yang bertanggung

jawab dan apabila selama dalam penahanan terjadi hilangnya

orang yang ditahan atau kematian wajib dilakukan penyelidikan

oleh peradilan atas penyebab hal tersebut yang mana timbulnya

suatu kelalaian atau kerusakan karena suatu tindakan harus

diberikan kompensasi atau ganti rugi sesuai dengan peraturan

yang berlaku oleh hukum domestic dan untuk menuntut

kompensasi atau ganti rugi harus diberikan prosedur dan

informasi yang disediakan oleh hukum dalam negeri.

Seperti yang kita ketahui mengenai asas equality before

the law , orang yang ditahan diduga atau dituduh melakukan

tindak pidana harus dianggap tidak bersalah dan harus

diperlakukan seperti itu sampai dibuktikan kesalahannya menurut

hukum dalam suatu pengadilan terbuka, di mana dia memperoleh

semua jaminan yang diperlukan untuknya dengan prosedur

penangkapan dan penahanan , tahanan harus segera dibawa ke

peradilan yang disediakan oleh hukum setelah penangkapannya

tanpa penundaan atas keabsahan perlu tidaknya penahanan, orang

yang ditahan berdasarkan tuduhan pidana berhak untuk diadili

dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan.

Prosedur untuk pelaksaan yang efektif dari Standar Minimum

Aturan untuk Perlakuan terhadap narapidana

Untuk memenuhi standar minimum perlakuan terhadap narapidana

ada beberapa prosedur yang harus diterapkan , antara lain :

Bagi semua negara yang belum memenuhi standar minimum aturan

untuk perlakuan terhadap narapidana harus mengadopsi peraturan

ini untuk adaptasi terhadap hukum dan budaya tanpa penyimpangan

tujuan dalam aplikasi dan eksekusi sistem peradilan pidana harus

tersedia untuk semua orang yang bersangkutan terutama untuk

penegak hukum dan personil pemasyarakatan.

Tentang pendaftaran masuk dan selama mereka dalam tahanan

harus tersedia sebagaimana yang terdapat di dalam peraturan

nasional maupun peraturan lain yang mana Negara harus

memberikan informasi sejauh mana pelaksanaan dan kemajuan yang

dibuat dengan memperhatikan penerapan Peraturan Minimum

Standar beserta faktor dan kesulitannya jika ada dan apa yang

mempengaruhi pelaksanaannya kepada Sekretaris Jenderal PBB

setiap lima tahun, dengan menanggapi Kuesioner Sekretaris

Jenderal dan untuk mempermudah penerapan prosedur, Negara

harus memberikan Sekretaris Jenderal :

(a) Salinan atau abstrak dari semua peraturan hukum dan tindakan

administratif tentang penerapan Aturan Standar Minimum untuk

orang di bawah penahanan dan ke tempat-tempat dan program

penahanan

(b) Setiap data statistik yang tersedia dan bahan deskriptif pada

program pengobatan, tenaga dan jumlah orang dalam segala bentuk

penahanan

(c) Setiap informasi lain yang relevan mengenai pelaksanaan dari

Peraturan, serta informasi tentang kemungkinan kesulitan dalam

aplikasi mereka.

Sekretaris Jenderal juga harus menyebarkan Peraturan Standar

Minimum dengan menerapkan prosedur ini agar tersedia bagi semua

Negara dan antar pemerintah dan non-pemerintah organisasi yang

bersangkutan, untuk memastikan sirkulasi terluas yang telah

menerapkan prosedur beserta laporan tentang pelaksanaan

Peraturan, termasuk ringkasan analisis survei periodik, laporan

Komite Pencegahan Kejahatan dan Pengendalian, laporan

dipersiapkan untuk Amerika dan harus ada referensi seluas mungkin

dari penggunaan teks peraturan di semua program yang relevan ,

termasuk kegiatan kerja sama teknis dan hal ini harus dipastikan

oleh sekretaris jendral. Sebagai bagian dari kerjasama teknis dan

program pembangunan PBB harus:

(a) Memberi bantuan kepada Pemerintah atas permintaan mereka,

dalam mendirikan dan memperkuat komprehensif dan sistem

pemasyarakatan yang manusiawi;

(b) Meminta layanan dari para ahli dan penasihat regional dan

interregional pada pencegahan kejahatan dan peradilan pidana;

(c) Menggalakkan seminar nasional dan regional dan pertemuan lain

pada tingkat profesional dan non-profesional untuk memajukan

penyebaran Standar Minimum Aturan dan prosedur pelaksanaan ini;

(d) Memperkuat dukungan substantif untuk riset regional dan

pelatihan lembaga dalam pencegahan kejahatan dan peradilan

pidana yang berkaitan dengan PBB.

Selain itu Komite Pencegahan Kejahatan dan Pengendalian wajib

membantu Jenderal Majelis, Dewan Ekonomi dan Sosial dan setiap

Serikat Bangsa lainnya ,badan hak asasi manusia, sebagaimana

mestinya, dengan rekomendasi yang berkaitan dengan laporan

komisi penyelidikan ad hoc, sehubungan dengan masalah yang

berkaitan dengan penerapan dan pelaksanaan dari Peraturan Standar

Minimum dan tidak ada dalam prosedur pelaksanaan ini dapat

dianggap sebagai menghalangi resor di bawah hukum internasional

atau ditetapkan oleh badan-badan PBB lainnya .

Prinsip Dasar untuk Perlakuan terhadap Narapidana

Dalam memeperlakukan narapidana , harus berpedoman dalam prinsip

dasar yang berupa :

�� Semua tahanan harus diperlakukan dengan hormat karena martabat

mereka dan nilai sebagai manusia.

�� Tidak akan ada diskriminasi atas dasar ras, bahasa, warna, jenis

kelamin, agama, pendapat politik atau lainnya, asal nasional atau

sosial, kepemilikan, kelahiran atau status lainnya.

� Untuk menghormati keyakinan agama dan ajaran budaya dari

kelompok mana tahanan dalam kondisi lokal.

� Tanggung jawab penjara atas penahanan tahanan dan untuk

perlindungan masyarakat terhadap kejahatan harus dibuat sesuai

dengan Negara sosial lainnya tujuan dan tanggung jawab mendasar

untuk mempromosikan kesejahteraan dan perkembangan semua

anggota masyarakat.

�� Kecuali untuk keterbatasan yang terbukti, semua tahanan akan

mempertahankan hak asasi manusia dan fundamental kebebasan yang

diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

�� Semua tahanan memiliki hak untuk ambil bagian dalam kegiatan

budaya dan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan

sepenuhnya kepribadian manusia.

� Upaya yang ditujukan kepada penghapusan sel isolasi sebagai

hukuman, atau pembatasan penggunaannya.

�� Ketentuan ini dibuat memungkinkan tahanan untuk melakukan

pekerjaan yang akan memfasilitasi reintegrasi mereka ke dalam negara

pasar tenaga kerja dan mengizinkan mereka untuk berkontribusi pada

keuangan mereka sendiri dukungan dan untuk keluarga mereka.

�� Tahanan harus memiliki akses ke layanan kesehatan yang tersedia di

negara ini tanpa diskriminasi atas dasar situasi hukum mereka.

��� Dengan partisipasi dan bantuan dari masyarakat dan lembaga sosial,

dan dengan memperhatikan kepentingan korban, kondisi yang

menguntungkan harus dibuat untuk reintegrasi mantan tahanan ke

dalam masyarakat di bawah kondisi terbaik yang memungkinkan.

��� Prinsip-prinsip di atas harus diterapkan tidak memihak.

b. Di luar Kompendium

� DUHAM

Penegakan HAM dalam upaya melindungi hak tersangka atau

terdakwa dimuat di dalam beberapa pasal yang terdapat di dalam

DUHAM, antara lain :

a. Pasal 2 DUHAM menyatakan bahwa setiap orang berhak atas

semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam

Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti

pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau

pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik,

kelahiran ataupun kedudukan lain.

b. Pasal 7 DUHAM menegasakan Semua orang sama di depan hukum

dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa

diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap

setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini,

dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi

semacam ini. (equality before the law)

c. Pasal 10 DUHAM menjelaskan Setiap orang, dalam persamaan yang

penuh, berhak atas peradilan yang adil dan terbuka oleh

pengadilan yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak

dan kewajiban-kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang

dijatuhkan kepadanya. (hak atas peradilan yang fair, independent dan

tidak memihak dan hak atas peradilan yang terbuka untuk umum)

d. Pasal 11 ayat (1) DUHAM menyatakan Setiap orang yang dituntut

karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak

bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam

suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua

jaminan yang perlukan untuk pembelaannya. (praduga tak bersalah)

� ICCPR

Dapat diketahui bahwa ICCPR sebagai konvensi internasional yang

kini menjadi hukum positif di indonesia memiliki bayak persamaan

dengan KUHAP, ada beberapa ketentuan hak tersangka maupun

terdakwa di atur di dalam ICCPR yang telah diakomodasi di dalam

KUHAP , hak – hak tersebut antara lain :

1. Hak – hak dasar yang harus dihormati

Untuk menghormati standar non diskriminasi dapat dikaji dalam

artikel 3 dan 26 ICCPR

2. Hak untuk hidup dan bebas dari penyiksaan atau tindakan pemidanaan

yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan yang lain :

a. Hak untuk hidup

Perampasan terhadap hak untuk hidup merupakan pengingkaran

utama dari martabat kemanusiaan

b. Penyiksaan

Walaupun larangan penyiksaan dilarang dalam berbagai instrument

internasional dan hukum nasional namun dalam praktek masih sering

terjadi maka hal ini diatur di dalam artikel 6, 7 dan 10 ICCPR.

3. Hak atas kebebasan dan hak – hak terpidana

Penangkapan dan penahanan secara abrtrair merupakan pelanggaran

berat terhadap martabat kemanusiaan, mereka yang sejatinya

merupakan orang- orang yang menjadi korban penagkapan seweng-

wenang termasuk perlakuan yang tidak manusiawi di penjara dan hal

ini di kaji dalam artikel 9 dan 11 ICCPR.

4. Hak atas fair trial

Memberikan jaminan terselenggaranya peradilan yang jujur terhadap

semua orang yang dituduh melakukan tindak pidana, landasan fair

trial ini terdapat dalam artikel 14 dan 15 ICCPR yang menegaskan

eksistensi hak seseorang atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh

pengadilan.

Dari hak – hak diatas yang terdapat di dalam ICCPR , bila diuraikan

lebih rinci mengenai hak – hak tersangka atau terdakwa , yaitu :

a. Pasal 14 ICCPR

Ayat (1) :

� Hak atas peradilan yang fair, independent dan tidak memihak

� Hak atas peradilan yang terbuka untuk umum

� Hak persamaan kedudukan di hadapan hukum

Ayat (2) :

� Hak atas presumption of innocence

Ayat (3) :

� Hak untuk diberitahukan tentang sangkaan atau dakwaan terhadapnya

(huruf a)

� Hak untuk menunjuk penasehat hukum dan hak atas waktu cukup

untuk mempersiapkan pembelaan (huruf b)

� Hak untuk diadili seepatnya (huruf c)

� Hak untuk membela diri secara langsung atau lewat penasehat atas

biaya sendiri atau biaya negara (huruf d)

� Hak untuk diadili dengan kehadirannya (huruf d)

� Hak untuk menguji pernyataan saksi a de chage di hadapan sidang

(huruf d)

� Hak untuk menghadirkan saksi a de chage di hadapan sidang (huruf e)

� Hak untuk meminta penerjemah (huruf f)

� Hak untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian yang memberatkan

dirinya atau mengaku bersalah (huruf g)

Ayat (5) :

� Hak atas upaya hukum ke pengadilan yang lebih tinggi

Ayat (6) :

� Hak untuk ganti rugi apabila terjadi kesalahan penerapan peradilan

Ayat (7) :

� Hak untuk tidak diadili atas perbuatan yang substansi materinya sama

b. Pasal 15 ICCPR

Ayat (1) :

� Hak atas keringanan hukuman manakala terjadi perubahan peraturan

yang meringankan

Ayat (2) :

� Hak atas non retro aktif

� Konvensi Anti Penyiksaan

Adanya Konvensi anti penyiksaan adalah untuk melindungi

tersangka atau terdakwa dari adanya penyiksaan ataupun dugaan

penyiksaan yang dimuat di dalam pasal 1 yang berbunyi “Untuk

tujuan Konvensi ini, penyiksaan adalah setiap perbuatan dengan mana

sakit parah atau penderitaan, apakah fisik atau mental, sengaja

ditimpakan pada seseorang untuk tujuan seperti memperoleh darinya

atau dari orang ketiga informasi atau pengakuan, menghukumnya atas

suatu perbuatan dia atau orang ketiga yang telah dilakukan atau

diduga telah dilakukan, atau mengintimidasi atau memaksa dia atau

orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada

diskriminasi dalam bentuk apapun, ketika rasa sakit atau penderitaan

yang ditimbulkan oleh atau atas hasutan atau dengan persetujuan atau

persetujuan dari orang resmi atau umum lainnya yang bertindak dalam

kapasitas resmi. Ini tidak termasuk rasa sakit atau penderitaan yang

timbul hanya dari, melekat atau yang terkait dengan sanksi hukum” .

B. ANALISIS

Pada bagian ini Penulis mencoba melakukan analisis perbandingan

antara pengaturan hak-hak tersangka/terdakwa di dalam Kompendium

dengan di dalam hukum nasional Indonesia. Analisis terutama akan

dilakukan dengan berpijak pada kategorisasi hak-hak

tersangka/terdakwa dalam konteks pengaturan baik oleh Kompendium

maupun hukum nasional.

Apabila diperbandingkan, pengaturan hak-hak tersangka atau

terdakwa dalam Kompendium dan hukum nasional bisa dikategorikan

menjadi 3 jenis. Pertama, ada hak-hak tersangka atau terdakwa yang

sama-sama diatur dalam Kompendium maupun dalam hukum

nasional. Kedua, ada pula hak-hak yang hanya diatur dalam

Kompendium, tetapi tidak diatur dalam hukum nasional. Ketiga, ada

hak-hak yang diatur dalam hukum nasional, namun tidak diatur dalam

kompendium. Ketiga kategori tersebut ditampilkan dalam tabel-tabel

di bawah ini.

Tabel Perbandingan Perlindungan Hak – hak Tersangka atau Terdakwa dilihat dari Kompendium dan Hukum Nasional

No. Substansi Hak Kompendium Hukum Nasional

Keterangan

1. Hak untuk tidak didiskriminasi

Prinsip 5 Pasal 28I ayat (2)

UUD 1945

Pasal 3 ayat (3) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

Pasal 5 ayat (1)

UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Asas equality before the law

(persamaan dimuka hukum)

2. Hak untuk diperlakukan secara manusiawi

Prinsip 6 Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

Hak untuk bebas dari penyiksaan

3. Hak untuk diberitahukan alasan penangkapan

Prinsip 10 Pasal 59 KUHAP

4. Hak untuk memilih penasehat hukum

Prinsip 11 Pasal 55 KUHAP

5. Hak untuk diberi informasi dan penjelasan mengenai hak – haknya

Prinsip 13 Tidak ada

6. Hak untuk memperoleh

Prinsip 14 Pasal 53 ayat (1) KUHAP

penerjemah bahasa atau juru bicara

7. Hak untuk meminta memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan

Prinsip 16 huruf (a)

Pasal 59

KUHAP

8. Hak untuk berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik dari Negara asalnya

Prinsip 16 huruf (b)

Pasal 57 ayat (2) KUHAP

Berlaku bagi orang asing

9. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas yang memadai

Prinsip 17

ayat (1)

Pasal 54

KUHAP

10. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma- cuma

Prinsip 17

ayat (2)

Pasal 56

KUHAP

11. Hak untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan penasehat hukumnya

Prinsip 18

ayat (1)

Pasal 57 ayat (1) KUHAP

12. Hak untuk diberikan waktu yang memadai dan fasilitas untuk berkonsultasi dengan penasehat hukumnya

Prinsip 18

ayat (2)

Tidak ada

13. Hak untuk dikunjungi oleh kuasa hukumnya dalam kerahasiaan penuh

Prinsip 18

ayat (3)

Pasal 19 UU No. 18 tahun 2003

tentang Advokat

Memberikan hak kepada orang yang ditahan untuk melakukan komunikasi dengan kuasa hukum tanpa di mata – matai dan terjaga kerahasiaan dari isi pembicaraannya.

14. Hak untuk dikunjungi anggota keluarga dan harus diberikan cukup kesempatan untuk berkomunikasi dengan dunia luar

Prinsip 19 Pasal 60 KUHAP

Pasal 61 KUHAP

Sesuai dengan peraturah yang sah

15. Hak untuk meminta ditahan di tempat penahanan yang dekat dengan tempat tinggalnya

Prinsip 20 Tidak ada Dalam peraturan tertulis tidak ada

namun dalam prakteknya hak ini

memungkinkan untuk diperoleh

16. Hak untuk tidak tunduk pada intrograsi dengan menggunakan ancaman

Prinsip 21

ayat (2)

Pasal 52 KUHAP Bebas memberikan keterangan

17. Hak untuk menolak dijadikan eksperimen medis

Prinsip 22 Tidak ada

18. Hak untuk mendapatkan

Prinsip 24 Pasal 28 H Di dalam hukum nasional tidak ada

perawatan dan pengobatan medis secara gratis

UUD 1945 pengaturan terhadap tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan pengobatan medis secara gratis tetapi bisa mengacu pada peraturan khusus yang ada di dalam UUD 1945 secara umum bagi warga negara indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan

19. Hak untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia seperti pendidikan , kebudayaan dan informasi

Prinsip 28 Pasal 4 ayat (1) dan (2) UU No. 14 tahun 2008

tentang Keterbukaan

informasi publik

Di dalam pasal 4 UU No. 14 tahun 2008 menyebutkan semua orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka atau terdakwa pun mempunyai hak tersebut sebagai warga negara sesuai ketentuan undang- undang

20. Hak untuk berkomunikasi secara bebas dan rahasia dengan orang yang mengunjungi tempat penahanan atau penjara

Prinsip 29

ayat (2)

Tidak ada

21. Hak untuk didengar sebelum tindakan disipliner diambil

Prinsip 30

ayat (2)

Tidak ada Untuk orang yang di tahan atau dipenjarakan selama dalam

penahanan

22. Hak untuk menantang keabsahan penahanannya untuk memperoleh pembebasannya

Prinsip 32

Pasal 67 KUHAP Hak ini bisa digunakan dengan

pemanfaatan upaya hukum baik itu upaya hukum biasa atau upaya hukum luar biasa

23. Hak untuk membuat permintaan atau keluhan tentang pengobatannya kepada pihak yang bertanggung jawab

Prinsip 33 Tidak ada Bila keluhan kesehatan akibat kasus penyiksaan kejam dan tidak

manusiawi

24. Hak untuk dianggap tidak bersalah sampai ada bukti atas kesalahannya

Prinsip 36

ayat (1)

Pasal 6 ayat (2)

UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan kehakiman

Pasal 18 ayat (1)

UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

Menganut asas praduga tak

bersalah

25. Hak untuk segera dihadapkan kemuka sidang pengadilan

Prinsip 37 Pasal 50 ayat (2) KUHAP

26. Hak untuk diadili secepatnya

Prinsip 38 Pasal 50 ayat (3) KUHAP

27. Hak atas Non retr aktif

Tidak ada Pasal 28 huruf (i) UUD 1945

28. Hak segera mendapatkan pemeriksaan

Tidak ada Pasal 50 ayat (1) KUHAP

29. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan

Tidak ada Pasal 58

KUHAP

30. Hak mengirim dan menerima surat kepada atau dari penasehat hukum dan keluargannya

Tidak ada Pasal 62

KUHAP

31. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan

Tidak ada Pasal 63

KUHAP

32. Hak diadiili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum

Tidak ada Pasal 64

KUHAP

33. Hak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang menguntungkan baginya

Tidak ada Pasal 65

KUHAP

34. Hak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi

Tidak ada Pasal 68

KUHAP

Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hokum

a. Tabel Kategori I : Hak tersangka atau terdakwa yang sama – sama dijamin di dalam Kompendium dan Hukum nasional

No. Substansi Hak Kompendium Hukum Nasional

Penjelasan

1. Hak untuk tidak didiskriminasi

Prinsip 5 Pasal 28I ayat (2)

UUD 1945

Pasal 3 ayat (3) UU No. 39 tahun 1999

tentang HAM

Pasal 5 ayat (1) UU No. 4 tahun

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Hak ini berlaku dan diterapkan kepada semua orang tanpa membedakan ras, bahasa, warna, jenis kelamin, agama dan status sosial

2. Hak untuk diperlakukan secara manusiawi

Prinsip 6 Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999

tentang HAM

Hak tidak dikenai penyiksaan atau perlakuan kejam (bebas dari penyiksaan)

3. Hak untuk diberitahukan alasan penagkapan

Prinsip 10 Pasal 59 KUHAP

Hak untuk diberitahukan alasan penangkapan berlaku bagi siapapun yang ditangkap dan wajib memberitahukan tentang

penahanannya kepada keluarganya

4. Hak untuk memilih penasehat hukumnya

Prinsip 11 Pasal 55 KUHAP

Orang yang ditahan mempunyai hak untuk membela diri dengan memilih sendiri penasehat hukumnya

5. Hak untuk memperoleh penerjemah bahasa atau juru bicara

Prinsip 14 Pasal 53 ayat (1) KUHAP

Tersangaka atau terdakwa berhak mendapat bantuan juru bicara apabila tidak cukup memahami bahasa yang digunakan

6. Hak untuk meminta memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan

Prinsip 16 huruf (a)

Pasal 59 KUHAP

Orang yang ditahan berhak memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan dimaksudkan agar dapat meminta bantuan untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penagguhannya

7. Hak untuk berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik dari negara asalnya

Prinsip 16 huruf (b)

Pasal 57 ayat (2) KUHAP

Bagi tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing juga berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dengan cara yang sesuai dengan konsuler dan

misi diplomatik

8. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas yang memadai

Prinsip 17

ayat (1)

Pasal 54 KUHAP

Orang yang ditahan berhak mendapatkan bantuan hukum guna untuk kepentingan pembelaannya pada setiap tingkat pemeriksaan

9. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma - cuma

Prinsip 17

ayat (2)

Pasal 56 KUHAP

Bila orang yang ditahan tidak mempunyai pilihan penasehat hukumnya maka ia berhak untuk mendapatkan penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan akan memberikan bantuannya secara cuma - cuma

10. Hak untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan penasehat hukumnya

prinsip 18

ayat (1)

Pasal 57 ayat (1) KUHAP

11. Hak untuk dikunjungi oleh kuasa hukumnya dalam kerahasiaan penuh

Prinsip 18

ayat (3)

Pasal 19 UU No. 18 tahun 2003

tentang Advokat

Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui dan berhak atas kerahasiaan penuh

12. Hak untuk dikunjungi anggota keluarga dan kesempatan cukup untuk berkomunikasi

Prinsip 19 Pasal 60 KUHAP

Pasal 61

dengan dunia luar

KUHAP

13. Hak untuk tidak tunduk pada intrograsi dengan menggunakan ancaman

Prinsip 21

ayat (2)

Pasal 52 KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk memberikan keterangan secara bebas dan tidak memaksa untuk mengaku dengan menggunakan ancaman ataupun kekerasan

14. Hak untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan medis secara gratis

Prinsip 24 Pasal 28 H

UUD 1945

Tahanan ditawarkan Pemeriksaan medis beserta perawatan dan pengobatan bila diperlukan dan diberikan secara gratis

Dalam Pasal 28 H UUD 1945 , hanya menyebutkan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan hal ini ditujukan untuk warga negara dan tidak khusus mengacu terhadap tersangka atau terdakwa (namun tidak ada penekanan apakah diberikan secara gratis atau tidak)

15. Hak untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia

Prinsip 28 Pasal 4 ayat (1) dan (2)

Orang yang ditahan berhak mendapatkan pendidikan beserta informasi publik dan kebudayaan dengan kondisi yang wajar

Di dalam pasal 4 UU No. 14 tahun 2008 menyebutkan semua orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka atau terdakwa pun mempunyai hak tsb sebagai warga negara sesuai ketentuan undang- undang

16. Hak untuk menentang keabsahan penahanan untuk memperoleh pembebasannya

Prinsip 32

Pasal 67 KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk memanfaatkan upaya hukum biasa (banding dan kasasi) atau upaya hukum luar biasa (peninjauan kembali) dengan proses yang sederhana , cepat dan tanpa biaya

17. Hak untuk dianggap tidak bersalah sampai ada bukti atas kesalahannya

Prinsip 36

ayat (1)

Pasal 6 ayat (2) UU No. 4 tahun

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Hak ini berpedoman kepada asas praduga tak bersalah

Pasal 18 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999

tentang HAM

18. Hak untuk segera dihadapkan kemuka sidang pengadilan

Prinsip 37 Pasal 50 ayat (2) KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk segera dihadapkan kemuka sidang pengadilan dengan maksud tidak berlama- lama di dalam tahanan

19. Hak untuk diadili secepatnya

Prinsip 38 Pasal 50 ayat (3) KUHAP

Dimaksudkan agar segera diadili dalam jangka waktu yang wajar dan tidak ditunda terus menerus

Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum.

Untuk hak-hak yang diatur baik dalam Kompendium maupun dalam

hukum nasional, tidak dapat dikatakan bahwa pengaturan keduanya

identik. Ada hak-hak tertentu yang meskipun diatur dalam Kompendium

maupun dalam hukum nasional ternyata memiliki keluasan pengaturan

yang berbeda. Hak-hak tersebut diuraikan di bawah ini:

1. Hak tersangka atau terdakwa untuk meminta memberitahukan

keluarganya mengenai tempat ia ditahan

Kompendium prinsip 16 huruf (a) hanya memberikan hak untuk

memberitahukan keluarga tersangka atau terdakwa tentang

penahanannya sedangkan di dalam pasal 59 hak untuk

memberitahukan keluarga tentang penahanan tersangka atau terdakwa

dilihat sebagai suatu kewajiban oleh pejabat yang berwenang karena

wajib memberitahukan penahanan tersangka tidak hanya kepada

keluarga tetapi juga kepada orang lain yang serumah dengan

tersangka atau orang yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka.

2. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas

yang memadai

Kompendium prinsip 17 ayat (1) selain memberikan hak untuk

mendapatkan bantuan dari penasehat hukum , tersangka atau terdakwa

akan diberitahu tentang haknya oleh pejabat yang berwenang serta

diberikan fasilitas yang memadai sedangkan pasal 54 KUHAP hanya

memberikan hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat

hukum tanpa mengatur tentang memberitahukan tentang hak tersangka

atau terdakwa dan memberikan fasilitas yang memadai kepada

tersangka atau terdakwa.

3. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma – cuma

Kompendium prinsip 17 ayat (2) memberikan hak untuk memiliki

penasihat hukum yang diberikan kepadanya jika ia tidak memiliki

penasihat hukum pilihan sendiri karena tidak mampu membayar

penasehat hukum sedangkan pasal 56 KUHAP mengatur lebih rinci

mengenai tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati atau

pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum

wajib diberikan penasehat hukum yang bantuannya secara cuma –

cuma.

4. Hak untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan medis secara gratis

Di dalam Kompendium prinsip 24 adanya penawaran pemeriksaan

medis beserta perawatan dan pengobatan bila diperlukan dan diberikan

secara gratis kepada tersangka atau terdakwa sedangkan di dalam

hukum nasional tidak ada pengaturan terhadap tersangka atau terdakwa

untuk mendapatkan pengobatan medis secara gratis tetapi bisa

mengacu pada peraturan khusus yang ada di dalam pasal 28 H UUD

1945 secara umum bagi warga negara indonesia berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan.

5. Hak untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia

Di dalam kompendium prinsip 28 memberikan hak kepada

tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan sumber daya

yang tersedia dari sumber-sumber publik dalam jumlah yang

wajar dari pendidikan, kebudayaan dan informasi sesuai

dengan kondisi yang wajar sedangkan di dalam hukum

nasional yang terdapat pada pasal 4 UU No. 14 tahun 2008

tentang keterbukaan informasi publik menyebutkan semua

orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka

atau terdakwa pun mempunyai hak tersebutb sebagai warga

negara sesuai ketentuan undang- undang.

6. Hak untuk dikunjungi oleh kuasa hukumnya dalam

kerahasiaan penuh

Prinsip 18 ayat (3) di dalam Kompendium menegaskan orang

yang ditahan mempunyai hak untuk berkonsultasi dan

berkomunikasi, tanpa penundaan atau sensor dan dalam

kerahasiaan penuh, dengan kuasa hukumnya sedangkan pasal

19 ayat (1) dan (2) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat

menjelaskan bahwa Advokat wajib merahasiakan segala

sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya dan

Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien

serta perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi

elektronik Advokat yang membedakan antara pengaturan di

dalam kompendium dan UU No 19 tahun 2003 tentang

Advokat ialah kompendium menerapkan hak dikunjungi

kuasa hukum dalam kerahasiaan penuh dimiliki oleh orang

yang ditahan dalam hal ini tersangka atau terdakwa sedangan

pasal 19 UU Advokat memberikan hak atas kerahasian yang

diketahui dari klien ( tersangka atau terdakwa) lebih bersifat

menjadi hak dari kuasa hukum bukan hak dari tersangka atau

terdakwa walaupun demikian UU advokat secara tidak

langsung telah melindungi hak tersangka atau terdakwa untuk

dikunjungi kuasa hukumnya dalam kerahasian penuh.

b. Tabel Kategori II :

Hak tersangka atau terdakwa yang dijamin di dalam

Kompendium tetapi tidak dijamin di dalam Hukum nasional

No. Substansi Hak Kompendium Hukum Nasional

Penjelasan

1. Hak untuk diberi informasi dan penjelasan mengenai

Prinsip 13 Tidak ada Pada saat penagkapan , penahanan atau

hak – haknya pemenjaraan orang tersebut berhak diberitahukan mengenai hak – haknya agar dapat dimanfaatkan

2. Hak untuk diberikan waktu yang memadai dan fasilitas untuk berkonsultasi dengan penasehat hukumnya

Prinsip 18

ayat (2)

Tidak ada Yang dimaksud waktu yang memadai adalah waktu yang cukup untuk dapat berkonsultasi dengan kuasa hukumnya tanpa harus terburu- buru dan fasilitas yang dimaksud disini adalah ruangan yang layak dipergunakan untuk berkonsultasi.

3. Hak untuk meminta di tahan di tempat penahanan yang dekat dengan tempat tinggalnya

Prinsip 20 Tidak ada Di dalam substansi hak ini tidak nyata tertulis dalam peraturan perundangan hukum nasional akan tetapi dalam prakteknya hak ini ada

4. Hak untuk menolak dijadikan eksperimen medis

Prinsip 22 Tidak ada Orang yang ditahan mempunyai hak untuk menolak dijadikan ekperimen terhadap dirinya bila hal itu bisa merusak kesehatannya baik itu ekperimen medis ataupun ilmiah.

5. Hak untuk didengar sebelum tindakan disipliner diambil

Prinsip 30

ayat (2)

Tidak ada Untuk orang yang di tahan atau dipenjarakan selama dalam penahanan menimbulkan terjadinya pelanggaran disiplin

6. Hak untuk membuat permintaan atau keluhan tentang pengobatan kepada pihak yang bertanggung jawab apabila mengalami penyiksaan

Prinsip 33 Tidak ada Tersangka atau terdakwa berhak membuat keluhan bila keluhan kesehatan tersebut akibat kasus penyiksaan kejam dan tidak manusiawi

Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum

Berdasarkan tabel diatas adanya substansi hak tersangka atau terdakwa yang

hanya diatur di dalam Kompendium saja namun ada substansi hak tersangka atau

terdakwa yang di dalam hukum nasional substansi hak ini tidak nyata tertulis

dalam peraturan perundangan hukum nasional akan tetapi dalam prakteknya hak

ini ada yaitu Hak untuk meminta di tahan di tempat penahanan yang dekat

dengan tempat tinggalnya.

c. Tabel Kategori III :

Hak tersangka atau terdakwa yang tidak dijamin di dalam

Kompendium tetapi di jamin di dalam Hukum nasional

No. Substansi Hak Kompendium Hukum Nasional

Penjelasan

1. Hak segera mendapatkan pemeriksaan

Tidak ada Pasal 50 ayat (1) KUHAP

2. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan

Tidak ada Pasal 58

KUHAP

Apabila tersangka atau terdakwa sakit maka mempunyai hak untuk dikunjungi dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatannya

3. Hak mengirim dan menerima surat kepada atau dari penasehat hukum dan keluarganya

Tidak ada Pasal 62

KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak dalam hal surat menyurat yang tidak harus diperiksa oleh penyidik kecuali terdapat cukup alasan surat menyurat tersebut disalahgunakan

4. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan

Tidak ada Pasal 63

KUHAP

Tersangka atau terdakwa di berikan hak untuk mendapatkan ketenanganan rohaninya dengan

menerima kunjungan rohaniawan

5. Hak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum

Tidak ada Pasal 64

KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk diadili di sidang yang terbuka untuk umum dengan maksud agar dapat di lihatnya proses persidangan oleh keluarganya

6. Hak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang menguntungkan baginya

Tidak ada Pasal 65

KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk mendapatkan keuntungan yang dapat meringankan atau membebaskannya dari hukuman dengan memanfaatkan haknya untuk mengajukan saksi a de charge

7. Hak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi

Tidak ada Pasal 68

KUHAP

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk mengajukan ganti rugi atau rehabilitasi terhadap dirinya apabila terjadi kesalahan dalam penangkapan, penyidikan, penyelidikan maupun dalam

pengadilan sidang

Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau intrument hukum

Bila melihat tabel substansi hak tersangka atau terdakwa diatas teryata ada

substansi hak tersangka atau terdakwa yang telah diatur oleh hukum

nasional tetapi tidak diatur di dalam Kompendium .