beroperasibigcms.bisnis.com/file-data/1/2673/71089b61_des17-asuransifpg... · 1. tanah kosong (500...

1

Upload: dinhdiep

Post on 03-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Beroperasibigcms.bisnis.com/file-data/1/2673/71089b61_Des17-AsuransiFPG... · 1. Tanah kosong (500 m2) Jl. Siliwangi Tasikmalaya 2. Tanah kebon (1.200 m2 ... rivki.maulana@bisnis.com

29Jumat, 27 April 2018

DIJUAL1. Tanah kosong (500 m2) Jl. Siliwangi Tasikmalaya2. Tanah kebon (1.200 m2) Sawangan Bogor 3. Tanah Kebon Jeruk (600 m2) Jakarta4. Tanah (400 m2) Pamulang, Ciputat Tangerang5. Tanah kebon (1,2 ha) Siak Hulu Kampar Riau 6. Tanah/bangunan (100 m2) Pinangsia, Taman Sari7. Tanah/bangunan (100 m2) Pekayon Bekasi8. Tanah (2,7 ha) Parigi Baru Pondok Aren Tangerang9. Tanah kebon ( 4,5 ha) Jl. By Pass Sidakarya

Denpasar Bali10. Tanah (7.000m2) Mega Kebon Jeruk, Joglo, Jakarta11. Tanah (800m2) Kalideres, Jakarta12. Tanah (5.000m2) Sunter, Jakarta13. Tanah/bangunan (600 m2) Jl. Cokroaminoto

Jakarta14. Tanah/bangunan (190 m2) Jl. Sunter Paradise

Jakarta15. Tanah (3.000 m2) Kebon Jeruk Jakarta16. Tanah kebon (1,9 ha) Desa Cabangbungin,

Tambun, Bekasi 17. Tanah kebon (1,9 ha) Desa Sukajaya Jonggol

Bogor 18. Tanah kebon ( 1 ha)Desa Bantarkuning Cariu

Bogor19. Tanah kebon (2,5 ha) Desa Neglasari Nyalindung

Sukabumi20. Tanah (7.000 m2) Daan Mogot Jakarta21. Tanah/bangunan (1.700 m2) Cipanas, Cianjur22. Tanah/bangunan (2.000 m2) Jl. Pasar Baru, Jakarta

Pusat23. Tanah/bangunan Pabrik (14,5 ha) Jl Raya Bogor,

Depok

Hubungi : 021-2700545 ( Leon )

�TOL LAUT

4 Kapal Bakal Beroperasi Serempak

JAKARTA — Kementerian Perhubungan me-mulai operasional kapal barang dan kapal ternak baru secara serentak untuk melayani angkutan Tol Laut.

Kehadiran kapal secara reguler ke wilayah pelosok diharapkan bisa menekan disparitas harga dan merangsang perekonomian di daerah.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Dwi Budi Sutrisno mengatakan ada empat kapal yang memulai operasi, yakni tiga kapal barang perintis dari seri Kendhaga dan satu kapal ternak dari seri Camara.

Tiga kapal barang berkapasitas 100 TEUs, masing-masing KM Kendhaga Nusantara 1, KM Kendhaga Nusantara 7, dan KM Kendhaga Nusantara 9. Sementara itu kapal ternak baru bernama KM Camara Nusantara 3 berkapasitas 500 ekor.

Menurutnya, kapal tersebut akan menuju pangkalannya masing-masing untuk mulai me-layani publik.

“Kapal-kapal tersebut ditujukan untuk men-dukung program Tol Laut, yang akan melayani pelayaran perintis dengan kewajiban pelayanan publik [PSO] angkutan barang di laut,” jelasnya di Jakarta, Kamis (26/4).

Dwi Budi menyatakan kehadiran kapal baru bakal meningkatkan konektivitas Nusantara. Arus barang bisa didistribusikan lebih luas ke wilayah pelosok.

Sebaliknya, komoditas dari wilayah pelosok juga punya kesempatan untuk dipasarkan ke wilayah Indonesia bagian Barat. Secara keselu-ruhan, tahun ini Kemenhub membuka 15 trayek Tol Laut dengan 13 trayek melayani kawasan timur Indonesia dengan pangkalan di Tanjung Perak, Surabaya.

Kasubdit Angkutan Laut Dalam Negeri Ditjen Perhubungan Laut Wisnu Handoko mengatakan untuk angkutan ternak KM Camara Nusantara 3 akan berlayar menuju Kupang. Kapal generasi kedua yang dibangun oleh galangan Bahtera Bahari Shipyard Batam itu akan melayani rute angkutan ternak Kupang-Jakarta-Bengkulu.

Sementara itu, tiga kapal barang perintis akan ditempatkan di tiga lokasi. Wisnu menyebut, KM Kendhaga Nusantara 1 buatan galangan PT Bandara Abadi Batam akan berlayar ke Tahuna yang menjadi hub port distribusi logistik di Kepulauan Sangihe dan sekitarnya. (Rivki Maulana)

�ANGKUTAN EKSPOR IMPOR PAKAI KAPAL RI

INSA Harap Tak Ditunda LagiJAKARTA — Kalangan pengusaha pelayaran berharap

implementasi aturan yang mewajibkan penggunaan kapal nasional untuk komoditas ekspor dan impor pada

2020 tidak ditunda lagi.

Rivki [email protected]

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan penundaan beleid yang mewajibkan penggunaan kapal nasional untuk mengangkut komoditas ekspor impor merupakan solusi dalam mengembangkan pelayaran nasional tanpa menganggu kegiatan ekspor.

Pada November 2017, Kementerian Perdagangan menerbitkan Permendag PM No. 82/2017. Aturan ini secara umum mewajibkan penggunaan kapal nasional dan asuransi dalam negeri untuk ekspor batu bara dan minyak sawit serta untuk impor beras. Aturan itu sedianya dite-rapkan pada 1 Mei 2018 atau 6 bulan setelah peraturan diterbitkan.

Kemendag kemudian merilis PM No.48/2018 yang isinya mengubah be-berapa ketentuan dalam PM 82/2017. Perubahan yang substanstial adalah pe-nundaan waktu penerapan kewajiban kapal nasional dari 1 Mei 2018 menjadi 1 Mei 2020. Sementara itu implementasi penggunaan asuransi nasional mundur menjadi 1 Agustus 2018.

Carmelita menyebutkan penundaan itu membuat perusahaan pelayaran nasional memiliki waktu untuk mematangkan peta jalan atau roadmap dari ketentuan itu.

“Kami menilai kebijakan Kemendag merupakan win win solution dalam rangka menjaga stabilitas ekspor kita,” ujarnya di Jakarta, Kamis (26/4).

Darmansyah Tanamas, Wakil Ketua III DPP INSA, mengatakan aturan kewajiban penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk ekspor tertentu memberikan peluang pasar bagi pelayaran nasional. Namun, dia menilai pada sisi lain hal itu juga menjadi tantangan mengingat kebutuhan kapal yang cukup besar.

Sebelumnya, Kemendag telah memfa-silitasi para pelaku usaha terkait, seperti INSA, Asosiasi Pengusaha Batubara Indo-nesia (APBI), dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), untuk bersama-sama menyusun roadmap angkut-an ekspor impor. Roadmap itu mencakup volume kargo komoditas ekspor, negara tujuan ekspor, jenis, ukuran, dan jum-lah kapal yang disiapkan agar kegiatan ekspor tidak terganggu.

Darmansyah menegaskan penundaan membuat pelayaran nasional bisa mem-persiapkan kapal sesuai dengan kebutuh-an kargo. Dia menegaskan penerapan

penggunaan angkutan laut nasional membutuhkan dukungan seluruh pihak, baik dari pemerintah ma-upun dari para asosiasi pengusaha terkait lainnya.

“Dukungan seluruh pi-hak sangat dibutuhkan agar ketentuan ini tidak lagi mengalami penundaan dan secepatnya akan mem-berikan dampak positif bagi kepentingan nasional kita,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, PM 82/2017 muncul guna mengatasi defi sit neraca jasa yang sebagian besar disumbang sektor trans-portasi laut. Berdasarkan laporan Bank Indonesia pada kuartal IV/2017, mi-salnya, pembayaran freight mencapai US$2 miliar dari total defi sit neraca jasa US$2,3 miliar.

Defi sit timbul karena pangsa angkutan luar ne-geri dikuasai pelayaran asing. Data Kementerian Perhubungan pada 2016 pangsa angkutan luar negeri yang dikuasai asing mencapai 93% atau 976,20 juta ton. Di lain pihak, pelayaran nasional hanya menikmati pangsa 67,23 juta ton.

MASIH SEDIKITSebelumnya, APBI menyatakan keter-

sediaan kapal nasional untuk kegiatan ekspor batu bara masih sangat rendah.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertam-bangan Batubara Indonesia (APBI) Hen-

dra Sinadia mengatakan Kementerian Perdagangan telah mengumpulkan data dari surveyor dengan hasil ketersediaan kapal nasional untuk kegiatan ekspor batu bara pada 2017 kurang dari 2%.

“Data sementara jumlah kapal baru sekitar 72 dengan terdiri dari 10 vessel serta 62 barges [tongkang] dengan kapasitas rata-rata 13.000 ton. Itu sekitar 1,9% dari total kapal yang digunakan untuk ekspor batu bara 2017,” ungkapnya belum lama ini.

Data itu, menurutnya, masih bisa berubah kare-na sifatnya yang sementara. Namun, Hendra meyakini jumlah pastinya tidak akan terlalu jauh.

Dia melanjutkan data terse-but akan digunakan sebagai dasar penyusunan peta jalan (roadmap) penggunaan kapal nasional untuk ekspor batu bara. Nantinya, ketersediaan kapal akan dibandingkan de-ngan volume ekspor per tahun.

Terkait dengan penundaan Peraturan Menteri Perdagang-an No. 82/2017 tentang Keten-tuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Ba-rang Tertentu, para ekspor masih menunggu pernyataan resmi dari pemerintah.

Hendra menjelaskan situasi sekarang ini sudah menggeli-sahkan para eksportir karena belied itu berlaku mulai 1 Mei 2018.

“Semoga ada kejelasan dalam waktu dekat karena banyak tender-tender yang

sekarang di-hold,” tuturnya.Saat ini, APBI mengambil inisiatif

pembahasan dalam menyusun roadmap penggunaan kapal nasional untuk ekspor batu bara.

“APBI berinisiatif mengundang INSA [Indonesian National Shipowners’ Associ-ation] untuk melakukan pembahasan di tengah situasi yang kurang menguntung-kan guna mencari solusi atas penerapan Permendag No. 82/2017,” ujarnya.

� Penundaan itu memung-kinkan perusahaan pelayaran nasional mempersiapkan armada pelayaran.

95%

5%

94%

6%

2005

Kapal Asing Kapal Indonesia

91%

9%

2010 2016

Kontribusi Angkutan Laut Ekspor Impor Indonesia (%)

Jumlah Armada Pelayaran Niaga Nasional (unit)Kategori JumlahPerusahaan pelayaran 2.866 Kapal roll on roll off 250Kapal perintis 260Kapal pelayaran rakyat 3.000Kapal niaga 14.300

Sumber: Kemenhub & INSA, diolah Bisnis/Amri Hidayat

T R A N S P O R TA S I & L O G I S T I K

pusdok
Typewritten Text
27 April 2018, Bisnis Indonesia | Hal. 29