bab iii. deskripsi objek penelitian - perpustakaan … · meskipun demikian menurut cerita turun...
TRANSCRIPT
38
Bab III. Deskripsi Objek Penelitian Karena penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, maka pada
awal bab ini akan disajikan profil Kabupaten Gunungkidul. Kemudian akan
dideskripsikan Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul dari sisi institusional
dan sarana prasarana yang merupakan satu kesatuan yang membentuk jejaring
pengawasan. Akan dijelaskan secara singkat bagaimana institusi ini melakukan
perubahan-perubahan seiring dengan konsep otonomi yang sedang mencari
bentuk idealnya. Selanjutnya pada bagian akhir bab ini akan dideskripsikan proses
pelaksanaan pemeriksaan di Kecamatan Playen dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Gunungkidul yang merupakan objek penelitian.
III.1 Sejarah singkat Kabupaten Gunungkidul
Sejarah ini berawal dari jaman Majapahit yang pada waktu itu sedang mengalami
masa keruntuhannya. Beberapa orang pelarian dari Majapahit masuk ke
Gunungkidul yang pada saat itu masih merupakan hutan belantara yang terkenal
keangkerannya. Mereka masuk lewat daerah sekitar Gunung Gambar Kecamatan
Ngawen dan berhasil membuka hutan yang kemudian dijadikan tempat tinggal di
Ponggangan wilayah Kecamatan Nglipar. Salah seorang pelarian tersebut yang
merupakan pimpinannya adalah Raden Dewa Katong dan masih bersaudara
dengan Raja Brawijaya.
Raden Dewa Katong berhasil membangun sebuah dusun, dan tidak lama
kemudian banyak dihuni penduduk. Meskipun demikian menurut cerita turun
temurun Raden Dewa Katong tetap bersemedi (bertapa) dengan tujuan agar kelak
anak cucunya menjadi orang yang berguna bagi orang lain serta diberikan
keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lama kemudian Raden Dewa
Katong mendapatkan wangsit bahwa permintaannya akan dikabulkan, akhirnya
Raden Dewa Katong pindah ke hutan lain sekitar 10 km dari Pongangan. Di
tempat yang baru ini Raden Dewa Katong menghabiskan sisa hidupnya. Tempat
tersebut kemudian diberi nama Katongan sampai dengan sekarang.
39
Anak dari Raden Dewa Katong yang bernama Raden Suromejo ternyata
mempunyai kegigihan yang sama dengan ayahnya, sehingga daerah Pongangan
menjadi semakin ramai dihuni penduduk. Karena tempat yang sudah tidak
memenuhi untuk pengembangan wilayah maka Raden Suromejo kemudian
memutuskan untuk pindah ke tempat di mana ada pohon Mojo yang tumbuh di
atas karang, dan tempat itu kemudian diberi nama Karangmojo. Sekarang
Karangmojo ini merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul.
Daerah Karangmojo ini akhirnya berhasil membangun lingkungannya sehingga
tempat ini menjadi ramai. Keberhasilan membangun daerah ini kemudian
terdengar oleh raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di
Kartosuro. Sunan Amangkurat Amral kemudian mengutus Tumenggung
Prawiropekso untuk pergi ke Karangmojo dan melihat keberhasilan pembangunan
di wilayah ini.
Sesampainya di Karangmojo, Tumenggung Prawiropekso langsung memberikan
nasehat kepada Raden Suromejo agar secepatnya minta ijin kepada Sunan
Amangkurat Amral jika masih ingin tetap tinggal di Karangmojo, karena daerah
tersebut masih merupakan wilayah Kerajaan Mataram. Namun Raden Suromejo
berpendapat lain, bahkan menyatakan bahwa tempat ini tidak ada dasar yang
menentukan milik Sunan Amangkurat Amral. Akhirnya terjadi peperangan, yang
dimenangkan oleh Tumenggung Prawiropekso.
Pada waktu itu Raden Suromejo mempunyai tiga orang putra dan satu menantu,
kedua putra dan menantunya gugur dalam pertempuran tersebut. Tinggal seorang
yang masih hidup yaitu Ki Poncodirjo, karena ketiga saudaranya mati terbunuh
maka beliau akhirnya menyerah dan takluk kepada Tumenggung Prawiropekso.
Singkat cerita, Ki Poncodirjo kemudian oleh Pangeran Sambernyowo diangkat
menjadi Bupati Gunungkidul yang pertama dengan gelar Mas Tumenggung
Poncodirjo pada tahun 1831.
Namun demikian Mas Tumenggung Poncodirjo tidak lama menjabat Bupati,
karena adanya penentuan batas daerah Gunungkidul antara Kasultanan
40
Yogyakarta dengan Mangkunegoro II pada tanggal 13 Mei 1981. Gunungkidul
pada saat itu telah menjadi menjadi daerah Kabupaten (dikurangi Ngawen daerah
enclave Mangkunegaran). Selanjutnya setelah Gunungkidul resmi menjadi
Kabupaten di bawah kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Ki
Poncodirjo diberhentikan dan sebagai gantinya diangkat Bupati baru dari
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bernama Raden Tumenggung
Prawirosetiko.
Pusat pemerintahan yang semula berada di Pati Genjahan Ponjong di pindah ke
Wonosari yang pada saat itu masih berupa hutan belantara, tetapi berhasil
dibuka/dibabad oleh Demang Wonopawiro dari piyaman (dalam cerita Babad
Alas Nongkodoyong) karena jasanya kemudian Demang Wonopawiro diangkat
menjadi sesepuh Demang di Gunungkidul. Menurut buku "PEPRENTAHAN
PROJO KEJAWEN" karangan Raden Mas Suryadiningrat, berdirinya Kabupaten
Gunungkidul yang telah memiliki sistem pemerintahan itu, ternyata bersamaan
dengan tahun berdirinya daerah-daerah lain di wilayah Yogyakarta, yaitu setahun
setelah selesainya perang Diponegoro. Perbedaan yang ada hanyalah untuk
pemberian sebutan kepada para pengageng atau penguasa, seperti untuk daerah
Denggung yang sekarang Sleman, kemudian daerah Kalasan serta daerah Bantul
dengan sebutan Wedono Distrik,sedang untuk wilayah Sentolo dan Gunungkidul
dengan sebutan Riyo.
III.2 Kondisi geografis dan kepadatan penduduk
Kabupaten Gunungkidul merupakan Kabupaten terluas di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan luas wilayah 1.485,36 km2, hampir 2/3 atau
tepatnya 46,63% luas wilayah propinsi DIY. Dengan kondisi geografis berupa
pegunungan kapur karts yang melingkari seluruh wilayah ini, sehingga terkenal
dengan sebutan pegunungan seribu. Batuan kapur karts ini sangat ideal sebagai
sumber industri batu putih, namun sampai sekarang belum termanfaatkan secara
maksimal untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1431 dusun, 3114
RW, dan 7077 RT. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain : Kecamatan
41
Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo,
Semanu, Ponjong, Karangmojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar,
Ngawen, dan Semin. Dari 144 desa, 82 desa masuk klasifikasi Swakarya dan desa
62 desa masih Swadaya.
Kabupaten gunungkidul terletak pada 1100210 sampai 1100500 bujur timur dan
70461 sampai 80091 lintang selatan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian
sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo,
Propinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur dan Selatan masing-masing dengan
Kabupaten Wonogiri dan Samudera Hindia.
Penduduk Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil registrasi pertengahan tahun
2005 berjumlah 758.885 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 78.968 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada akhir tahun telah
mencapai 759.859 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih
banyak daripada penduduk laki-laki, yaitu 387.186 perempuan dan 371.699 laki-
laki. Dilihat dari status pekerjaan utama, sebagian besar penduduk Kabupaten
Gunungkidul bekerja sebagai pekerja keluarga sekitar 31,81% dari jumlah
penduduk yang bekerja. Sedangkan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap,
masih sangat sedikit yaitu sekitar 1,27%.
Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dengan tanaman palawija
sebagai hasil pertanian andalan. Keadaan tanah Kabupaten Gunungkidul dibagi
menjadi 3 zone yaitu; zone Utara disebut zone Batur Agung dengan ketinggian
200-700 m di atas permukaan laut meliputi, Kecamatan Patuk, Nglipar,
Gedangsari, Ngawen, Semin dan Ponjong bagian Utara. zone Tengah disebut zone
Ledoksari dengan ketinggian 150-200 m di atas permukaan laut meliputi
Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Semanu
bagian Utara. Zone Selatan disebut zone Gunung Seribu dengan ketinggian 100-
300 m di atas permukaan laut, meliputi Kecamatan Panggang, Paliyan, Tepus,
Saptosari, Rongkop, Semanu bagian Selatan dan Ponjong bagian Selatan.
42
III.3 Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 14 ayat (1) dan (2) yang mengatur
“Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota”, terdiri dari urusan wajib (16 urusan) dan
urusan yang bersifat pilihan, kecuali urusan: Politik Luar Negeri; Pertahanan;
Keamanan; Justisi; Moneter dan Fiskal; dan Agama. Pelaksanaan kewenangan
daerah sebagaimana yang telah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
khususnya Pasal 14 ayat (1) dan (2), sementara di Kabupaten Gunungkidul telah
ditetapkan dengan Perda Kabupaten Gunungkidul Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Daerah.
Untuk melaksanakan Kewenangan Daerah tersebut, berdasarkan pada PP Nomor
8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, di Kabupaten
Gunungkidul dibentuk Perangkat Daerah atau SKPD. Sejak Desember 2006 telah
ditetapkan Penataan Kelembagaan Baru yang terdiri dari ; Badan (4), Inspektorat
Daerah, Dinas (12), Kantor (9), Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, RSUD
Wonosari, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Kecamatan (18).
Di bidang pengawasan dalam melaksanakan tugas pengawasan digunakan alat
yang berupa pemeriksaan. Yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah segala
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa atau para pemeriksa untuk
mengetahui dan menilai dengan cermat dan seksama kenyataan yang sebenarnya
mengenai sasaran dan obyek yang diperiksa apakah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku atau rencana yang telah ditetapkan. Tujuan
pemeriksaan adalah untuk memberikan saran kepada pimpinan organisasi dalam
hal ini organisasi pemerintah yang diperiksa sehingga bisa mengambil langkah-
langkah perbaikan, penyempurnaan serta tindakan-tindakan lain yang dapat
memperlancar tertibnya tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Sesuai Pasal 24 PP 79 Tahun 2005, Pengawasan terhadap urusan Pemerintah di
daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah yaitu di Tingkat
Kabupaten disebut Inspektorat Kabupaten. Di Kabupaten Gunungkidul
43
berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2006 telah dibentuk Inspektorat Daerah yang
merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang pengawasan dan
memiliki tugas melaksanakan urusan rumah tangga Pemerintah Daerah serta tugas
perbantuan di bidang pengawasan.
III.4 Deskripsi Institusional
Penelusuran objek penelitian diawali dengan menelusuri para pelaku yang terlibat
di dalam pelaksanaan pengawasan pada tahun anggaran 2007 yang dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul. Kemudian dilanjutkan dengan
wawancara dan pengamatan di lapangan untuk mendapatkan temuan-temuan yang
bisa menjawab pertanyaan penelitian. Namun sebelumnya, pada bagian ini akan
disampaikan deskripsi Inspektorat Daerah dari sisi institusinya sebagai salah satu
bagian pembentuk jejaring pengawasan.
III.4.1 Institusi pengawasan sebelum perubahan
Sebelum pelaksanaan PP 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah, organisasi Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Gunungkidul (sekarang
menjadi Inspektorat Daerah Kabupaten) mengacu pada peraturan perundangan
yang lama. Pola yang dipakai dalam susunan organisasi masih menggunakan
prinsip kaya struktur, yaitu jabatan struktural masih diberlakukan seperti institusi
pelaksana lainnya. Demikian juga dengan staf, baik pola kenaikan pangkat
maupun kariernya sama dengan institusi yang ada. Jadi tidak ada bedanya antara
institusi pengawas dengan yang diawasi, padahal beban kerja dan
tanggungjawabnya sebagai institusi pengawasan lebih berat daripada institusi
yang ada di pemerintah daerah. Organisasi Inspektorat Kabupaten Gunungkidul
yang lama terdiri dari; Kepala Badan, Sekretariat dengan 4 Sub Bagian, Bidang
pemerintahan dengan 3 Sub Bidang, Bidang Aparatur dengan 2 Sub Bidang,
Bidang Pendapatan dan Kekayaan dengan 3 Sub Bidang, Bidang Perekonomian
dengan 3 Sub Bidang, Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan 3 Sub Bidang dan
selebihnya staf.
44
Dalam melaksanakan tugasnya masih secara parsial belum secara komprehensif
dan lebih berfokus pada pemeriksaan proyek-proyek yang telah dilaksanakan oleh
institusi pelaksana. Tim yang melaksanakan pemeriksaan berasal dari bidang
masing-masing dan objek pemeriksaannya telah ditentukan pula sesuai dengan
‘lahan’ pemeriksaan masing-masing bidang. Misalnya Bidang Perekonomian
hanya akan memeriksa proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten, pemeriksaan yang berkaitan dengan kepegawaian akan
dilakukan oleh tim yang berasal dari Bidang Aparatur. Kecuali jika terjadi kasus
yang khusus, maka baru akan dibentuk tim gabungan dari masing-masing bidang.
Ilustrasi dari model pemeriksaan yang dilakukan Bawasda seperti terlihat pada
gambar di bawah ini;
Gambar.III.1 Pemeriksaan sebelum perubahan
Terlihat pada gambar tersebut fokus pemeriksaannya hanya salah satu aspek (garis
panah yang tidak putus putus) misalnya keuangan. Sementara aspek yang lain
tidak terlalu diperhatikan (garis panah putus-putus), hanya dilihat ssecara sekilas.
Kemudian apabila pada objek pemeriksaan terdapat proyek, maka fokus
pemeriksaannya hanya dilakukan pada pelaksanaan proyek saja.
Model pemeriksaan tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan. Salah satu
keunggulannya adalah pemeriksaan bisa fokus pada salah satu objek pemeriksaan,
sehingga hasilnya lebih maksimal. Pemeriksaan dilakukan oleh pegawai yang
Bawasda (Struktural)
Objek pemeriksaan
SDM Tupoksi
Keuangan
Sarpras
Proyek
45
berpengalaman di bidangnya karena telah ditetapkan ‘lahan’ pemeriksaannya
setiap tahun, dan pegawai tersebut selalu memeriksa objek yang sama. Namun
kelemahan-kelemahan yang ditanggung sebagai konsekuensinya ternyata banyak,
selain kemungkinan terjadinya KKN antara pemeriksa dan objek pemeriksaan
karena ‘keakraban’ yang terjalin, kinerja suatu institusi tidak dapat dinilai jika
hanya berdasarkan hasil pemeriksaan dari salah satu proyek yang dilaksanakan.
Produksi pengetahuan tidak akan berkembang dengan model pemeriksaan tersebut
karena pengetahuan yang telah ada dianggap cukup dalam pemeriksaan dan
membuat pemeriksa menjadi malas untuk meningkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan tertentu hanya berkembang secara terbatas pada bidang-bidang
tertentu di Institusi Pengawas, sebagai ilustrasi; pengetahuan mengenai konstruksi
hanya dikuasai oleh Bidang Perekonomian yang memeriksa Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten, pengetahuan tentang siklus dan pengelolaan keuangan hanya
dikuasai oleh Bidang Pendapatan dan Kekayaan, dan pengetahuan tentang
pengelolaan sumberdaya manusia hanya dikuasai oleh Bidang Aparatur.
III.4.2 Institusi Pengawasan setelah perubahan
Sesuai dengan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka institusi pengawasan di Kabupaten
Gunungkidul harus berubah sesuai dengan kebutuhan daerah. Dalam struktur
organisasi yang baru ini lebih ditekankan prinsip miskin struktur kaya fungsi atau
merit system, oleh karenanya jabatan struktural dikurangi dan jabatan fungsional
diperbanyak. Kemudian setelah tim kelembagaan Kabupaten Gunungkidul
melakukan analisis struktur organisasi sesuai dengan kondisi yang disyaratkan
oleh peraturan yang berlaku dengan persetujuan Bupati dan DPRD maka struktur
organisasi Inspektorat Kabupaten Gunungkidul berubah secara total. Bentuk
organisasi pasca perubahan benar-benar ramping karena yang tersisa untuk
jabatan struktural adalah Kepala Inspektorat (Inspektur) dan Kepala Sekretariat
(Sekretaris) dengan 3 Kepala Sub Bagian selebihnya jabatan Fungsional.
Bersamaan dengan perubahan struktur organisasi, diikuti pula dengan perubahan
pola pemeriksaan yang sebelumnya parsial hanya berfokus pada proyek menjadi
46
komprehensif mencakup seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh institusi
pelaksana. Diharapkan dengan metode pemeriksaan yang baru ini akan terlihat
kinerja institusi pembangunan di Kabupaten Gunungkidul karena aspek
pemeriksaan meliputi seluruh aspek dalam institusi tersebut, yaitu aspek sumber
daya manusia, aspek pelaksanaan kegiatan, aspek keuangan, dan aspek sarana
prasarana. Semua pelaksanaan pemeriksaan tersebut dilaksanakan oleh auditor,
staf sekretariat hanya melaksanakan fungsi administrasi. Perubahan pola
pemeriksaan seperti terlihat pada gambar di bawah ini;
Gambar.III.2 Pemeriksaan setelah perubahan
Inspektorat Daerah (Fungsional)
Objek pemeriksaan
SDM Tupoksi
Keuangan
Sarpras
Proyek/ kegiatan
Setelah organisasinya berubah menjadi fungsional, model pemeriksaannyapun
dilakukan secara komprehensif yaitu memeriksa semua aspek yang terdapat pada
objek pemeriksaan. Model pemeriksaan ini diterapkan pada semua objek
pemeriksaan yang menjadi sasaran pemeriksaan.
Konsekuensi lain dari terjadinya perubahan tersebut adalah banyaknya jabatan
struktural yang dihapuskan sehingga diperlukan penempatan pejabat yang tidak
memilih menjadi auditor. Secara aturan hukum yang berlaku dalam aturan
kepegawaian PNS maka seseorang yang telah menduduki jabatan tidak bisa
otomatis bisa dicopot dari jabatannya tanpa adanya kondisi tertentu, sehingga
Pemerintah Daerah melalui tim Badan Pertimbangan Jabatan harus mencarikan
‘tempat’ bagi pejabat yang tergeser dengan adanya struktur baru ini. Perubahan
47
tersebut ternyata juga terdapat kelemahan dan keuntungannya, salah satu contoh
dari kelemahan yang terjadi yaitu penolakan sebagian pegawai Inspektorat sendiri
yang ingin mempertahankan status quo dan merasa tidak mampu menjadi pejabat
fungsional auditor seperti apa yang disampaikan oleh salah seorang pegawai yang
menyatakan,
“ kalau saya disuruh memilih, mendingan saya pilih tetap struktural karena kita tidak perlu cari angka kredit untuk naik pangkat, nanti setelah empat tahun pasti naik sendiri nggak usah repot-repot”
Sebelumnya para pegawai di lingkungan inspektorat baik staf maupun pejabat
strukturalnya diharuskan memilih untuk tetap menjadi pegawai struktural atau
fungsional. Konsekuensi dari pilihan tersebut ternyata sangat rumit juga tidak
semudah yang dibayangkan sebelumnya, apabila memilih tetap struktural maka
harus bersiap-siap untuk dipindah dari Inspektorat karena ‘tempat’ yang terbatas.
Dan ini merupakan tekanan psikologis yang kuat dan mempengaruhi kinerja pada
masa-masa perubahan . Namun bagi pegawai yang mendukung perubahan, hal ini
merupakan salah satu kesempatan untuk mengembangkan potensi, kompetensi,
dan profesionalismenya tanpa campur tangan dari pihak-pihak lain. Selama ini
para pegawai pro perubahan merasa mereka tidak bisa berkembang karena semua
tergantung pada para penentu kebijakan di daerah baik itu kenaikan pangkat
mereka, penempatan pejabat yang sesuai, penentuan promosi jabatan dan bahkan
sampai intervensi yang terlalu besar pada laporan hasil pemeriksaan. Dengan
perubahan ini mereka berharap bisa lebih ‘leluasa’ dalam bekerja karena tidak
semuanya bergantung pada para penentu kebijakan tersebut. Mereka mau naik
pangkat atau tidak tergantung kemauan dan kemampuan dalam mendapatkan
angkat kredit sebagai syarat utama kenaikan pangkat. Insentif yang diperolehpun
jelas, karena dengan menjadi pejabat fungsional otomatis akan mendapatkan
tunjangan fungsional meskipun jumlahnya tidak sebesar tunjangan jabatan
struktural.
Pengetahuan tentang pengawasan akan semakin meningkat dengan kesempatan
yang terbuka untuk mengikuti diklat dan kursus yang menjadi persyaratan utama
dalam meningkatkan jenjang jabatan fungsionalnya. Produksi pengetahuan
48
mengenai pengawasan akan selalu berkembang ketika model pemeriksaan tidak
lagi dibatasi sesuai ‘lahan’ masing-masing bidang, sehingga setiap auditor dituntut
untuk bisa menguasai semua aspek pemeriksaan secara komprehensif.
Permasalahan yang akan muncul dari sistem kenaikan pangkat dengan
menggunakan angka kredit adalah adanya pegawai yang bisa naik pangkat selama
2 tahun tetapi ada juga yang tidak bisa naik pangkat setelah 4 tahun, hal ini
dikarenakan kemampuan sumber daya manusia yang menjadi auditor masih perlu
dibenahi kembali. Dari sudut pandang model pemeriksaan yang baru terdapat
kelemahan substansiil, bahwa dengan model pemeriksaan komprehensif,
sementara waktu pemeriksaan terbatas maka yang terjadi adalah hasil
pemeriksaan yang tidak maksimal karena tidak fokusnya audit dan terlalu banyak
aspek yang harus diperiksa dalam sebuah dinas yang ‘besar’ misalnya.
Akhirnya setelah melalui pembahasan yang alot dan berbagai pertimbangan
diterbitkanlah Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2006
tanggal, 18 Desember 2006 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah. Dengan struktur organisasi seperti yang telah
disebutkan di atas, yaitu Kepala Inspektorat (Inspektur) dan Kepala Sekretariat
(Sekretaris) dengan 3 Kepala Sub Bagian selebihnya jabatan Fungsional
Karena institusi yang dibahas disini merupakan organisasi di daerah maka para
pelaku yang terlibat dalam pengawasan juga hanya berada pada lingkup daerah.
Berikut ini akan dideskripsikan aktor-aktor yang terlibat dan membentuk jejaring
pengawasan dari sudut pandang institusinya antara lain yaitu;
- Bupati
Kepala Daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang menjalankan
pemerintahan sebagai eksekutif bersama perangkatnya di daerah. Dan
Inpektorat Daerah merupakaan salah satu perangkatnya yang menjalankan
fungsi pengawasan. Kewenangan Bupati sangat besar, Bupati merupakan
salah satu actor pengambil kebijakan tertinggi di daerah bersama dengan
49
DPRD. Dalam hirarki pemerintahan di daerah sesuai dengan Undang-undang
otonomi daerah Bupati berada pada posisi tertinggi secara structural. Bupati
berperan melaksanakan pemerintahan di daerah dalam hal ini Kabupaten,
sebagai penentu kebijakan utama dan pemberi arahan kepada seluruh pejabat
dan jajaran staf di Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya Bupati di awasi
oleh lembaga legislative DPRD dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemerintah pusat melalui Gubernur. Bupati mempergunakan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah sebagai bahan informasi
dan evaluasi hasil kinerja perangkatnya dalam melaksanakan pemerintahan
daerah. Karena tidak bisa mengawasi langsung semua tingkah laku staf dan
pembantunya dalam menjalankan pemerintahn inilah maka dibentuk institusi
pengawasan daerah untuk membantunya dalam bidang pengawasan.
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Lembaga legislative di daerah, merupakan salah satu institusi yang terdiri dari
actor-aktor politik yang dipilih dalam pemilu untuk mewakili kepentingan dan
golongan politik tertentu. Lembaga ini bersama-sama dengan bupati membuat
peraturan-peraturan daerah serta menyusun anggaran yang akan dilaksanakan
selama masa pemerintahaannya. Pelaksana pembangunan adalah bupati
beserta perangkatnya dan DPRD ini sebagai institusi yang mengawasi
pelaksanaan tersebut. Kaitannya dengan Inspektorat Daerah yaitu, laporan
hasil pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat Daerah juga digunakan sebagai
informasi dalam mengawasi pelaksanaan pembangunan oleh eksekutif. Peran
yang lainnya adalah persetujuan anggaran pengawasan yang diajukan oleh
Inspektorat Daerah. Anggaran ini digunakan sebagai biaya operasional
pengawasan, pengadaan sarana dan prasarana pengawasan serta peningkatan
profesionalisme pengawas melalui berbagai pendidikan dan pelatihan maupun
seminar.
- Inspektur
Secara struktural, Kepala Inspektorat Daerah yang disebut Inspektur berada
pada posisi tertinggi pada hirarki kewenangan dalam organisasi pengawasan
daerah Kabupaten. Dalam melaksanakan pengawasan, Inspektur berperan
50
melakukan koordinasi, penentu kebijakan pengawasan dan pemberi arahan
kepada seluruh jajaran staf pengawasan dan auditor. Inspektur
bertanggungjawab langsung dan melaporkan hasil pemeriksaan kepada
Bupati. Inspektur memantau dan mengikuti seluruh kegiatan pengawasan
mulai proses perencanaan sampai pelaksanaan. Perencanaan dilakukan saat
penentuan jumlah anggaran untuk pemeriksaan selama satu tahun anggaran,
penyusunan rencana pemeriksaan tahunan dan penentuan objek pemeriksaan.
Keterlibatan dalam pelaksanaan dimulai pada penentuan anggota tim
pemeriksaan dan aspek pemeriksaan yang akan diperiksa. Arahan dan
kebijakan dilakukan saat pembahasan kartu penegasan bersama dengan objek
pemeriksaan, dalam forum ini inspektur bertindak sebagai mediator antara tim
pemeriksa dan objek pemeriksaan. Selain itu Inspektur juga berkoordinasi
dengan institusi pemeriksaan yang lebih tinggi hirarkinya antara lain
Inspektorat Daerah Propinsi, dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) untuk peningkatan kualitas pengawasan maupun
pembahasan kode etik pengawasan agar tidak terjadi overlapping.
- Bagian Tata Usaha
Inilah ‘pintu gerbang’ inspektorat daerah dalam aliran dana maupun surat
masuk dan keluar, serta ‘pintu masuk’ laporan surat pertanggungjawaban
(SPJ) setiap bulan dari seluruh perangkat daerah di lingkup Kabupaten. Bagian
tata usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian, kegiatan bagian ini lebih pada
penanganan administrative. Walaupun tidak berhubungan langsung dengan
pengawasan, bagian ini bertanggungjawab dalam pengaturan dan
penyimpanan dokumen laporan hasil pemeriksaan, pengurusan sarana dan
prasana kantor. Pemantauan tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan juga
merupakan tanggungjawab pada bagian tata usaha. Pada Inspektorat Daerah
Kabupaten Gunungkidul sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2006 bagian
tata usaha terdiri dari 3 (tiga) Sub Bagian yang akan diuraikan lebih lanjut.
Hal yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pekerjaan pada bagian tata
usaha adalah adanya transparansi dan ketelitian.
51
- Sub Bagian Umum
Pada sub bagian ini dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang
bertanggungjawab pada masalah aliran dana operasional pengawasan, aliran
surat menyurat baik surat masuk maupun keluar, aliran SPJ yang masuk setiap
bulan serta pemeliharaan sarana dan prasarana kantor. Pengadaan peralatan
kantor dilakukan pula oleh sub bagian ini, pelaporan dan pertanggungjawab
SPJ inspektorat daerah dilaksanakan oleh pemegang kas dalam sub bagian ini
pula. Oleh karena pelaksanaan pekerjaan lebih banyak bersifat administrative
maka seolah-olah nafas bagian tata usaha ada pada sub bagian ini. Sehingga
yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan tugas sehari-hari menuntut
ketelitian dan transparansi seperti pada bagian tata usaha di atas.
- Sub Bagian Perencanaan
Penyusunan anggaran inspektorat dilakukan pada sub bagian ini, sebelum
disetujui oleh tim anggaran. Proses dari awal berapa besar anggaran untuk
pengawasan, peralatan kantor yang perlu diganti atau ada yang harus ditambah
merupakan salah satu tanggungjawab sub bagian ini. Penentuan rencana
pemeriksaan tahunan, jumlah objek pemeriksaan selama satu tahun anggaran,
usulan anggota tim pemeriksaan regular maupun pemeriksaan khusus dan
rencana pemeriksaan serentak merupakan tanggungjawab lainnya pada sub
bagian ini pula.
- Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan
Sub Bagian evaluasi dan pelaporan bertanggungjawab penuh atas
penyimpanan dan pengarsipan dokumen laporan hasil pemeriksaan.
Melakukan evaluasi atas tindaklanjut temuan hasil pemeriksaan setiap bulan
untuk memantau kemajuan dari tindaklanjut tersebut. Karena temuan tanpa
tindaklanjut tidak akan mempunyai makna dalam proses pembangunan di
daerah. Dengan tindaklanjut ini akan memberikan efek jera bagi para
pelanggar dan merupakan indikator keberhasilan penanganan temuan hasil
pemeriksaan.
52
- Jabatan Fungsional Auditor
Institusi pengawasan pasca perubahan seperti yang telah dikemukakan di atas,
berprinsip pada miskin struktur dengan kaya fungsi sehingga diperbanyak
jabatan fungsionalnya. Dalam pemeriksaan jabatan fungsional tersebut diberi
nama dengan auditor. Auditor ini merupakan salah satu aktor utama dalam
proses pemeriksaan sebagai pemeriksa tentunya. Sementara ini Inspektorat
Daerah Kabupaten Gunungkidul memiliki 23 auditor yang terus akan
ditambah jumlahnya sehingga mencukupi kebutuhan sesuai dengan beban
kerja. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor ini terbagi lagi dalam sebuah
tim dengan formasi pengendali teknis, ketua tim pemeriksaan, dan anggota tim
yang akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini. Sesuai dengan namanya sebagai
pejabat fungsional, maka diharapkan indepensi auditor bisa terjaga karena
kariernya ditentukan oleh kemampuan masing-masing individu dalam mencari
angka kredit. Namun perlu diketahui bahwa perolehan angka kredit bukan
karena banyaknya temuan yang didapat akan tetapi dari jam pemeriksaan, dan
persepsi dari objek pemeriksaan maupun masyarakat umumnya dengan
perubahan menjadi pejabat fungsional maka temuan menjadi salah satu
‘ladang’ memperoleh angka kredit. Sehingga anggapan auditor selalu mencari-
cari kesalahan demi memperoleh temuan untuk mengejar angka kredit adalah
salah besar. Auditor bertanggungjawab penuh pada proses pemeriksaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan hasil
pemeriksaan.
- Pengendali Teknis
Jika dalam struktur organisasi yang lama jabatan ini dipegang oleh seorang
Kepala Bidang maka dengan struktur yang baru fungsinya digantikan oleh
Pengendali Teknis. Setelah memenuhi syarat kepangkatan tertentu dan
memperoleh sertifikasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) seorang auditor berhak menjadi pengendali teknis. Tanggung jawab
pengendali teknis lebih kepada fungsi koordinasi, dan memantau pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksaan yang dipimpinnya.
Keberhasilan maupun kegagalan dalam pemeriksaan merupakan
53
tanggungjawabnya. Namun pada kenyataannya di Inspektorat Daerah
Kabupaten Gunungkidul karena keterbatasan personel yang ada, pengendali
teknis ini juga ikut melakukan pemeriksaan sehingga beban tugas yang
dipikulnya menjadi bertambah. Namun selama ini tidak terjadi permasalahan
yang mendasar dengan beban tugas tersebut karena komitmen kuat dan
kemauan bekerja keras yang dimilikinya. Jadi pengendali teknis tidak hanya
berada di balik meja tetapi juga terjun langsung ke lapangan membantu
anggota tim pemeriksaan demi keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan.
- Ketua Tim Pemeriksaan
Ketua tim pemeriksaan adalah aktor yang menghubungkan anggota tim
dengan pengendali teknis, mempunyai peran yang vital dalam proses
pemeriksaan karena tanggungjawab koordinasi anggota tim pemeriksaan ada
padanya. Selain itu ketua tim pemeriksaan juga bertanggunjawab dalam
penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan sebagai hasil dari pemeriksaan yang
dilakukannya. Metode-metode pemeriksaan harus dikuasai oleh ketua tim
untuk bisa mengungkapkan penyimpangan yang mungkin terjadi. Jadi seorang
ketua tim harus mempunyai kecakapan dan keahlian yang lebih dari anggota
tim pemeriksaan selain syarat kelulusan sertifikasi yang harus dimiliki.
- Anggota Tim Pemeriksaan
Anggota tim pemeriksaan sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini harus
seorang auditor. Akan tetapi karena keterbatasan peronel yang ada maka
kadang-kadang mengambil juga staf bagian tata usaha terutama dari sub
bagian Evaluasi dan Pelaporan. Untuk menjadi anggota tim suatu pemeriksaan
diperlukan beberapa syarat antara lain mempunyai sertifikasi dan pengalaman
dalam bidang yang akan diperiksa. Tetapi lebih baik lagi jika seorang auditor
mempunyai beberapa ketrampilan baik audit keuangan, audit sumber daya
manusia, audit sarana prasarana, kemampuan teknik sipil dan kemampuan lain
yang mendukung seperti kemampuan computer untuk mengolah dara hasil
pemeriksaan. Anggota tim juga harus mempunyai insting untuk mengendus
penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh objek pemeriksaan. Anggota tim
54
ini bertanggungjawab melaporkan hasil pemeriksaannya kepada ketua tim
dengan memberikan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Anggota tim pemeriksaan harus mengarsipkan semua data yang diperoleh dan
dirangkum dalam kertas kerja pemeriksa (KKP) yang berguna sebagai bukti-
bukti otentik untuk mendukung penegasan temuan.
Secara institusional jejaring pengawasan dapat digambarkan sebagai berikut;
Gambar III.3 Jejaring pengawasan
III. 5 Deskripsi Sarana dan Prasarana Pengawasan;
Kadang kala kita tidak terlalu memperhatikan bahwa dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaan sehari-hari ada banyak hal yang mendukung kesuksesan pekerjaan
tersebut. Keberadaan alat-alat pendukung tersebut sering dikesampingkan,
padahal menurut konsep jejaring aktor pada ANT semua elemen pembentuk
jejaring dianggap sejajar.Tidak ada yang dominan satu dengan yang lainnya. Oleh
karenanya, agar tidak sepihak dalam melihat jejaring institusi pengawasan maka
pada bagian ini akan dideskripsikan sarana dan prasarana pendukung pengawasan
sebagai salah satu unsur yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
DPRD
Bupati
Institusi perencana Institusi pelaksana
Auditor
Bagian TU
Institusi pengawasan
Jejaring global
Jejaring lokal BPKP
55
- Landasan konstitusional pengawasan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap pelaksanaan pemerintahan di
Negara kita ini selalu berlandaskan kepada Undang-Undang. Begitu juga
dengan pengawasan yang merupakan salah satu tangan pemerintah dalam
menjalankan sistem birokrasi. Berpijak pada konsep otonomi yang telah
dikemukaan pada bab terdahulu, berikut ini disampaikan beberapa Undang-
Undang yang merupakan landasan konsitusional dalam pelaksanaan
pengawasan di Daerah. Sebenarnya masih terdapat banyak Undang-undang
yang dipergunakan sebagai alat pengawasan, namun landasan pokok di dalam
bingkai otonomi adalah Undang-Undang yang tersebut di bawah ini;
1. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun 2005;
2. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
3. PP Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Daerah;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah.
- Gedung
Di sinilah semua artifak yang disebutkan di bawah ini berada, dan merupakan
tempat berkumpul semua karyawan Inspektorat. Gedung ini dibuat kamar-
kamar yang membingkai karyawan menjadi beberapa bagian sesuai bidang
tugasnya. Kamar-kamar ini mengisayaratkan pembagian tugas dalam
pengawasan; dimana naskah LHP diketik, dimana ruang Inspektur berada,
Kepala Bagian TU, ruang auditor, tempat penyimpanan arsip dan aula dimana
seluruh karyawan bertemu untuk melakukan koordinasi maupun melakukan
pertemuan dengan objek pemeriksaan.
56
Gambar III.5 Gedung Kantor Inspektorat Daerah
- Gudang
Gudang adalah sarana yang dibutuhkan untuk menyimpan dokumen dan
perlengkapan pengawasan. Gudang digunakan sebagai tempat penyimpanan
dokumen surat pertanggungjawaban dari institusi pelaksana yang telah
diperiksa. Gudang juga digunakan sebagai tempat penyimpanan alat-alat untuk
melakukan pemeriksaan fisik ke lapangan seperti, meteran, alat ukur ketebalan
aspal, alat ukur kekuatan beton, dan alat pendukung pemeriksaan lainnya.
Gambar III.6 Gudang arsip Inspektorat Daerah
- Lemari arsip
Digunakan sebagai tempat penyimpanan LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan),
peraturan- peraturan per-Undangan yang berhubungan dengan pengawasan
baik berupa perda, PP, Kep.Men, Keppres maupun Undang-Undang. Di dalam
lemari arsip ini juga disimpan arsip kepegawaian yang berisi data
kepegawaian seluruh karyawan Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul.
57
Gambar III.7 Lemari arsip Inspektorat Daerah
- Komputer PC
Sebuah benda yang mempunyai beberapa komponen, monitor yang
menyerupai televisi, CPU sebuah system pengolahan data yang di dalamnya
terdapat banyak sekali komponen- komponen yang rumit, keyboard tempat
mengetik tulisan, dan benda menyerupai tikus yang digerak-gerakan untuk
memberikan perintah melalui kursor. Pada jaman ini kita mulai tergantung
kepada computer karena semua yang ingin kita lakukan dalam mengolah data
bisa dilakukan dengan computer seperti, membuat surat, menghitung
anggaran, menggambar, membuat laporan-laporan hasil kegiatan maupun
laporan hasil pemeriksaan, seolah-olah semua kegiatan kantor bisa
diselesaikan dengan computer ini. Begitu juga dengan inspektorat daerah,
hampir semua beban tugasnya diselesaikan dengan adanya computer PC ini.
Mulai dari mengolah data hasil pemeriksaan sampai muncul dokumen laporan
hasil pemeriksaan semuanya diproses dengan computer.
Gambar III.8 Komputer PC yang berada pada ruang komputer Inspektorat Daerah
58
- Laptop/Notebook
Disebut juga sebagai computer jinjing, karena fungsinya sama dengan
computer PC hanya saja bentuknya didesain untuk bisa dibawa kemana-mana.
Dengan bentuk yang ramping tebal tidak lebih dari 5 cm, panjang 20-30cm
dan lebar 15-20cm memungkinkan laptop ini untuk dibawa seperti layaknya
tas. Laptop ini mengisayaratkan sebuah computer dengan teknologi tinggi dan
kesan eklusifisme yang kuat, fungsi lain biasanya digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal.
- Alat tulis menulis
Alat tulis menulis yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah
kertas folio untuk membuat surat pernyataan yang ditulis tangan , ballpoint
untuk menulis, kalkulator sebagai alat bantu menghitung kas opname maupun
angka-angka yang tertulis dalam buku kas umum, tip-ex untuk menghapus
atau mengkoreksi kesalahan penulisan maupun penghitungan tersebut serta tas
untuk menyimpan semua alat tulis menulis maupun dokumen yang harus
dibawa dalam pemeriksaan. Form berita acara pemeriksaan pada saat
penutupan kas juga merupakan salah satu bagian dari alat tulis menulis yang
diperlukan, selain form kertas kerja pemeriksaan (KKP). Pengadaan alat tulis
menulis tersebut dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha dan sumber dana
diperoleh dari anggaran belanja pengawasan.
- Mobil Dinas
Digunakan sebagai sarana mobilisasi pemeriksaan dari satu tempat ke tempat
lain. Karena cakupan wilayah pemeriksaan di Kabupaten Gunungkidul
mempunyai jarak yang lumayan jauh terutama Kecamatan dan Desa yang
mempunyai jarak rata-rata 15km dari kantor Inspektorat Daerah maka mobil
dinas ini mempunyai peran yang penting dalam kelancaran proses pelaksanaan
pemeriksaan. Sementara ini Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul
mempunyai 4 mobil dinas, 1 mobil dinas Inspektur dan 3 mobil dinas yang
digunakan sebagai operasional pemeriksaan.
59
Gambar III.9 Mobil dinas yang digunakan sebagai kendaraan operasional pada
saat pemeriksaan Setelah ditelusuri aktor-aktor yang terlibat di dalam proses pemeriksaan yang
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul, pada bagian
selanjutnya akan disampaikan objek pemeriksaan yang menjadi studi kasus dalam
penelitian ini. Pada bagian tersebut akan disampaikan deskripsi singkat mengenai
objek yang diteliti, kemudian kronologis ringkas proses pemeriksaan yang
dilakukan. Di bagaian terakhir akan disampaikan pula hasil dari pemeriksaan yang
telah dilaksanakan.
III.6 Pelaksanaan pemeriksaan di Kecamatan Playen
Kecamatan Playen terletak di sebelah barat ibukota Kabupaten Gunungkidul
dengan jarak sekitar 10 km. Membawahi 13 desa dan merupakan salah satu
kecamatan yang paling luas yaitu 105,26 km2 atau 7,09% dari luas wilayah
kabupaten Gunungkidul. Kecamatan Playen dipimpin oleh seorang Camat yang
merupakan koordinator semua kegiatan pemerintahan di Kecamatan, sekaligus
penghubung antara Kabupaten dengan desa-desa di wilayahnya. Di Kecamatan ini
merupakan pendelegasian sebagian tugas Bupati dalam melayani masyarakat
secara langsung. Pelayanan yang dimaksud adalah pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), pembuatan Kartu Keluarga, surat pengantar untuk mendapatkan
Surat Keterangan Kelakuan Baik dari Kepolisian, serta surat surat ijin lainnya
yang berkaitan dengan pemerintah. Oleh karena itu kecamatan merupakan ’pintu
gerbang’ pemerintahan atau sering disebut sebagai ’ujung tombak’ pemerintahan
60
di level terendah pada sistem pemerintahan di Kabupaten Gunungkidul yang
langsung berhubungan dengan masyarakat maupun Desa.
Gambar III.10 Lokasi Kantor Kecamatan Playen Struktur organisasi kecamatan terdiri dari; Camat, Sekretaris Kecamatan, Kepala
Seksi Perekonomian dan Pembangunan, Kepala Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi
Ketentraman dan Ketertiban, Kepala Seksi Pemerintahan Masyarakat Desa (PMD)
dan Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial (Kessos). Fasilitas yang dimiliki oleh
kecamatan dalam menjalankan tugasnya antara lain adalah; gedung kantor yang
telah dibagi dalam bentuk ruangan yang terpisah sesuai dengan jabatannya, aula,
kendaraan dinas roda 4 dan roda 2, meja-meja berikut tempat duduknya (kursi),
komputer, mesin ketik, almari buku maupun almari arsip dan alat-alat tulis yang
setiap tahun dimasukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten.
Seperti yang disampaikan pada bagian terdahulu bahwa pemeriksaan yang
dilakukan meliputi empat aspek yang pertama yaitu, aspek keuangan untuk
mengetahui penggunaan anggaran apakah telah sesuai rencana, sesuai dengan
ketentuan dalam APBD dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
keuangan tentunya. Termasuk dalam aspek pemeriksaan keuangan ini adalah
pemeriksaan pemungutan pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dilakukan oleh
Mantri Pajak Kecamatan, pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui berapa
jumlah penunggak dan kenapa terjadi tunggakan, serta telah berapa persen
targetnya tercapai. Aspek Pemeriksaan yang kedua yaitu; pengelolaan sarana
61
prasarana yang berguna untuk mengetahui apakah fasilitas yang telah diberikan
oleh Pemerintah Kabupaten telah digunakan secara maksimal, memerlukan
penambahan fasilitas atau fasilatas tersebut terlampau banyak, apakah ada proses
pengadaan barang pada tahun anggaran yang diperiksa. Pedoman dalam
melaksanakan pemeriksaan saran dan prasarana ini adalah perda tentang
pengurusan barang daerah yang setiap tahun dilakukan revisi sesuai kebutuhan.
Aspek pemeriksaan yang ketiga adalah pengelolaan sumber daya manusia (SDM)
Kecamatan, pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui pemberdayaan SDM telah
dilaksanakan dengan maksimal atau belum, kemudian kesejahteraan para pegawai
mulai dari kenaikan pangkat, gaji berkala, kenaikan gaji dan hak lainnya telah
terpenuhi atau belum, jika belum apa yang menyebabkannya. Kemudian aspek
pemeriksaan yang terakhir adalah pemeriksaan tugas pokok dan fungsi masing-
masing seksi yang ada di Kecamatan. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui
apakah setiap seksi yang ada telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sesuai dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan, jika tidak maka harus
dijelaskan penyebabnya.
Pada pelaksanaan pemeriksaan di Kecamatan Playen ini tim pemeriksaan yang
diterjunkan terdiri dari 5 orang auditor dan 1 orang sopir, sehingga semuanya
berjumlah 6 orang. Sebelum pemeriksaan dilaksanakan tim ini membagi diri
sesuai dengan aspek pemeriksaan yang akan diperiksa, hanya pengendali teknis
yang tidak melakukan pemeriksaan tetapi sebagai koordinator dan
penanggungjawab saja. Setelah pembagian tugas dilakukan, maka masing-masing
anggota tim harus mempersiapkan data-data yang akan digunakan sebagai bahan
pemeriksaan baik mempelajari peraturan perundangan mengenai aspek yang akan
diperiksa sampai mencermati surat pertanggungjawaban dan hasil pemeriksaan
yang pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga ketika melakukan pemeriksaan
sudah jelas apa yang akan dilakukan dan ketika menghadapi objek pemeriksaan
auditor sudah mempunyai data yang lengkap. Adapun hasil pemeriksaan tersebut
dapat dilihat pada bagian lampiran tesis ini.
62
III.7 Pelaksanaan pemeriksaan di Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gunungkidul letaknya tidak terlalu jauh dari
Kantor Pemerintah Daerah, jaraknya hanya sekitar 500m dari pusat pemerintahan.
Karena tata ruang Pemda Gunungkidul mengisyaratkan bahwa semua Dinas
Teknis dan Badan letaknya tidak boleh terlalu jauh dari pusat pemerintahan untuk
memudahkan koordinasi maka Dinas PU Kabupaten Gunungkidul terletak pada
satu kompleks dengan Dinas dan Badan Teknis lainnya. Dalam sistem
pemerintahan di Kabupaten Gunungkidul Dinas Pekerjaan Umum ini berperan
sebagai pelaksana pembangunan di bidang perawatan dan penyediaan
infrastruktur, namun ada juga tugas pelayanan yang langsung diberikan kepada
masyarakat yaitu pemberian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Ijin Reklame.
Struktur organisasi yang ada sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Gunungkidul Nomor 24 Tahun 2006 adalah terdiri dari; Kepala Dinas, Sub Dinas
Cipta Karya, Sub Dinas Pengairan, Sub Dinas Bina Marga, Bagian Tata Usaha.
Masing-masing sub dinas dan bagian tata usaha mempunyai bagian-bagian lagi
yang disebut dengan seksi-seksi yaitu; Dinas Pekerjaan Umum ini termasuk dinas
yang mempunyai struktur paling besar di banding dengan dinas atau badan lain di
dalam susunan organisasi pemerintahan Kabupaten Gunungkidul.
Dengan struktur yang besar maka fasilitas yang dimilikipun lebih lengkap dan
lebih banyak dari yang dimiliki oleh kecamatan bahkan lebih banyak dari dinas
teknis lainnya. Gedung kantor berdiri megah pada tanah yang luasnya tidak
kurang dari 2 ha2, gedung yang dimiliki tidak hanya satu buah tetapi tidak kurang
dari 5 gedung, sesuai dengan sub dinas yang ada. Dinas Pekerjaan Umum juga
mempunyai laboratorium yang letaknya terpisah dari kantor induk, sekitar 2 km
jarak dari kantor induknya. Mobil Dinas yang digunakan ada berbagai jenis, mulai
dari mobil lapangan seperti truk sampah, truk pemadam kebakaran, truk tangki air
dan truk pengangkut aspal atau bahan bangunan lainnya. Mobil dinas lainnya,
dipergunakan untuk kendaraan operasional pengangkut manusia seperti mobil
dinas kepala, dan setiap sub dinas mempunyai mobil operasional sendiri-sendiri
untuk menunjang kelancaran tugas lapangan.
63
Selain mobil dinas, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gunungkidul juga
mempunyai peralatan berat untuk mendukung kesuksesan tugas. Yang termasuk
peralatan berat tersebut antara lain stom dan walls. Peralatan teknis pendukung
seperti kendaraan bermotor, komputer, alat-alat tulis menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan keberadaan sebuah kantor. Kesemuannya itu disediakan oleh
pemerintah daerah melalui yang telah dianggarkan dalam APBD pada tahun
berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya. Anggaran operasional yang
disediakanpun merupakan anggaran yang terbesar dari seluruh anggaran
operasional untuk seluruh dinas teknis.
Pemeriksaan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan di
Kecamatan Playen, karena tujuan pemeriksaannyapun sama. Aspek pemeriksaan
juga tidak berbeda yaitu empat aspek; keuangan, SDM, sarana dan prasarana serta
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi semua elemen. Yang membedakan adalah
jumlah anggota tim pemeriksa. Jika di Kecamatan Playen berjumlah 6 orang,
maka untuk Dinas Pekerjaan Umum anggota tim pemeriksaanya berjumlah 10
orang berikut ketua tim dan pengendali teknis. Persiapan yang dilakukan sebelum
pemeriksaan juga sama dengan pemeriksaan di kecamatan, masing-masing
anggota tim membagi diri sesuai dengan pembagian tugas oleh pengendali teknis
kemudian mempersiapkan sesuai dengan aspek pemeriksaan yang menjadi beban
tugasnya. Hasil pemeriksaan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gunungkidul
seperti dapat dilihat pada bagian lampiran tesis ini.