bab iii bentuk konstelasi politik di surakarta pada ... · yang banyak basis pki nya, dalam hal ini...
TRANSCRIPT
39
BAB III
BENTUK KONSTELASI POLITIK DI SURAKARTA PADA
PEMILIHAN UMUM TAHUN 1971
DI SURAKARTA
A. Sistem Perundang-Undangan Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum
Pemilihan umum sudah dilaksanakan sejak tahun 1955 kemudian
dilaksanakan kembali pemilihan umum yang kedua pada tahun 1971. Pada saat
pemilihan umum yang pertama kali, Pemerintah Orde Lama tidak menunjukan
tanda-tanda ingin melaksanakan pemilihan umum lagi. Pemilihan umum
seharusnya dilaksanakan setiap lima tahun sekali dan sudah termuat dalam UUD
1945 Pasal 2. Banyak permasalahan mulai bermunculan dan membuat pemilihan
umum kedua ini tidak dapat terlaksana sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dan
baru bisa dilaksanakan pada tahun 1971. Pemilihan Umum tahun 1971 merupakan
awal pertama pemilihan yang dilakukan Pemerintah Orde Baru, dimana militer
mempunyai kuasa kuat dan pengaruh yang besar untuk mengatur jalannya proses
pemilihan umum ini. Tuntutan-tuntutan terhadap perombakan struktur politik
yang baru datang dari berbagai kalangan. Kalangan tersebut berasal dari para
aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI). Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa perombakan ini masih
mengalami rintangan karena struktur politik masih menganut pola ideologi dan
39
40
sistim banyak partai.1 Perombakan struktur politik yang baru akan dilakukan
dengan lebih demokratis sehingga struktur politik tersebut dilakukan melalui
pemilihan umum. Presiden Soeharto menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan
merombak struktur politik dengan paksaan, lebih-lebih dengan membubarkan
partai-partai politik. Tindakan demikian, apapun alasannya bukanlah langkah
yang baik karena merupakan faktor pendukung bagi tumbuhnya diktator.
Penyehatan sistim dan kehidupan kepartaian serta perombakan struktur politik
harus dilakukan dengan jalan yang demokratis, yaitu lewat pemilihan umum.2
Pemilihan umum sendiri sebenarnya merupakan sebuah persaingan yang
dilakukan dalam mencapai suatu tujuan dari masing-masing partai dan
memperoleh kursi sebanyak-banyaknya. Partai-partai politik dan Golkar akan
menggunakan segala cara dalam pengumpulan dana dan tenaga dalam
mensukseskan kampanyenya.3 Strategi yang dipakai untuk memudahkan proses
kampanye, Presiden mencoba mengelompokkan partai-partai menjadi beberapa
golongan. Pengelompokan partai tersebut dibagi menjadi tiga golongan yaitu
Golongan Nasionalis, Golongan Spirituil dan Golongan Karya. Pada tanggal 4
Maret 1970 akhirnya terbentuklah tiga golongan tersebut, yakni: Kelompok
Nasionalis yang terdiri dari PNI, IPKI, MURBA, PARKINDO, dan Partai
Katholik. Kelompok Spirituil terdiri dari NU, Parmusi, PSSI, dan Perti.4
Pembentukan kelompok dalam tiga golongan seperti Golongan Nasionalis,
1 A. Samsuddin, Tarman Azzam, Masmimar, Ignatius Sukardjasman, R.
Hidajat., Seri Berita Dan Pendapat Pemilihan Umum 1971., (Jakarta: Lembaga
Pendidikan Dan Konsultasi Pers, 1972)., hlm. 5. 2 Kompas pada tanggal 19 Januari 1970. 3 Sinar Harapan pada tanggal 3 Desember 1971. 4A. Samsuddin, Tarman Azzam, Masmimar, Ignatius Sukardjasman, R.
Hidajat., Op.Cit., hlm. 17.
41
Golongan Spirituil, dan Golongan Karya ternyata tidak berhasil karena ada
beberapa golongan yang merasa tidak cocok dengan perubahan ini. Beberapa
pihak yang tidak setuju merasa mempunyai perbedaan dalam ideologi dan visi
dari program partai mereka masing-masing. Proses yang dilakukan untuk
mengatur jalannya pemilihan umum ini, pemerintah membuat peraturan tentang
pelaksanaan pemilihan umum tahun 1971 dan dimuat dalam undang-undang.
Peraturan ini dibuat supaya tiap-tiap partai tidak melewati batas dalam
berkampanye dan tetap pada aturan yang tidak merugikan pihak lain.
1. Sistem Perundang-undangan dalam Pemilihan Umum tahun 1955
Pemilihan umum yang dilaksanakan pertama kali pada tahun 1955
bukanlah tanpa persiapan, banyak pertimbangan dan perancangan undang-
undangan Peraturan pemilihan umum tidak dilaksanakan secara sembarangan,
tetapi harus sesuai dengan aturan yang sudah berlaku yaitu peraturan yang dimuat
dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1953 yang dilengkapi dengan Peraturan
Pemerintah No. 47 Tahun 1954. Undang-undang No. 7 Tahun 1953 terbagi
menjadi 3 bagian yang diperjelas dengan 15 Bab tata aturan pemilihan umum.
Bagian I mengatur pemilihan Anggota Konstituante dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat. Bagian II mengatur mengenai Keanggotaan, sedangkan Bab
III mengatur tentang sanksi-sanksi Pidana terkait pelanggaran dalam pemilihan
umum. Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1954 mengatur partisipasi
politik Angkatan Perang dalam pemilihan umum.5 Pelaksanaan pemilihan umum
5 Khanifan Kusuma Putra., Perang Wacana Kampanye Partai Politik Di
Media Massa Pada Pemilihan Umum 1955 (Studi Kasus PNI, PKI, Masyumi, Dan
42
pada tahap pemilihan suara dengan menggunakan cara menusuk tanda gambarnya
dan menulis nomor daftar dan nomor serta nama dari calon tersebut dalam bilik
suara yang sudah disediakan.
Asas Pemilu yang jujur, adil, bebas dan rahasia juga diperkuat dengan
Pasal 69 Undang-undang No. 7 tahun 1953 yaitu6:
a. Untuk pemberian suara harus disediakan suatu ruangan atau lebih,
sehingga pemberian suara dapat dijalankan dengan cara rahasia.
b. Surat suara yang telah dipergunakan oleh seorang pemilih, oleh
pemilih itu sendiri dimasukkan dalam sebuah kotak suara, yang
ditempatkan sedemikian, sehingga dapat dilihat oleh hadirin pada
rapat pemungutan suara itu.
c. Seorang pemilih yang berhubung dengan cacat badan tidak dapat
mengisi surat suara, dapat meminta pertolongan kepada Ketua Rapat
Pemungutan suara.
Pemilihan umum tahun 1955 dapat dilaksanakan pada tanggal 29
September 1955. Peserta pemilhan umum sendiri dari kalangan Partai atau
organisasi adalah 28 untuk parlemen, dan 34 untuk majelis konstituante.
Banyaknya perserta yang ikut dalam pemilihan umum ini, maka beberapa
partai dapat digolongkan berdasarkan ideologinya, yaitu partai politik yang
beraliran Nasionalis, beraliran Islam, beraliran Komunis, beraliran Sosialis dan
beraliran Kristen. Partai politik yang beraliran nasionalis meliputi Partai
NU),. (Surakarta: Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
UNS, 2010)., hlm. 62. 6 Ibid., hlm. 64.
43
Nasionalis Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),
Gerakan Pembela Pancasila, Partai Rakyat Nasional, Persatuan Pegawai Polisi
Republik Indonesia (PPPRI), Partai Buruh, Partai Rakyat Indonesia, PRIM,
Partai R. Soedjono Prawirosoedarso, Partai Indonesia Raya Wongsonegoro,
Partai Indonesia Raya Hazairin, Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia
(PERMAI) dan Partai Persatuan Daya. Kedua, Partai dengan aliran Islam
antara lain: Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia
(PSII), Partai Islam Perti, AKUI, Partai Politik Tharikat Islam (PPTI). Ketiga,
partai dengan aliran komunis antara lain: Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
ACOMA. Keempat, partai dengan aliran sosialis antara lain: Partai Sosialis
Indonesia (PSI), Partai Murba, Partai Rakyat Desa dan Baperki. Kelima, partai
yang beraliran Kristen/Nasrani antara lain: Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
dan Partai Katolik.7
2. Sistem Perundang-undang Pemilihan Umum Tahun 1971
Sistem perundang-undangan pada pemilihan umum tahun 1971 tidak
banyak mengalami perubahan. Mengenai asas pemilu yang jujur, adil, bebas dan
rahasia sendiri juga tidak mengalami banyak perubahan, akan tetapi dalam
pemberian suara jika ternyata ada kekeliruan dalam pengisian suarat suara,
pemilih boleh mendapatkan satu kali lagi kesempatan untuk meminta kertas
suara yang baru. Pemilih yang berasal dari organisasi terlarang Partai Komunis
Indonesia, termasuk yang terlibat langsung atau tidak langsung, tidak terdaftar
sebagai pemilih kecuali apabila seseorang tersebut telah mendapatkan amnesti,
7 Khanifan Kusuma Putra., Op.cit., hlm. 75.
44
abolisi atau grasi. Mengenai masalah PKI sendiri menjadi persoalan yang sangat
berat karena wilayah Surakarta pada massa sebelumnya merupakan wilayah
yang banyak basis PKI nya, dalam hal ini yang dihadapi tidak hanya itu saja
melainkan rakyat PKI, simpatisan PKI calon anggota PKI yang diketahui
jumlahnya sangat banyak tetapi belum terdaftar. Sedangkan peraturan pada
pemilihan umum tahun 19718 menyatakan bahwa pemilih yang berasal dari PKI
atau teribat tidak boleh ikut. Untuk mengatasi hal ini maka pihak Kopkamtib
mengadakan registrasi untuk para pemilih, sehingga tidak ada anggota PKI yang
bisa lolos termasuk simpatisan PKI yang masuk ke parpol akan digugurkan hak
pilihnya.
Perancangan Undang-undang Pemilihan Umum Tahun 1971 sendiri
mengalami berbagai masalah dan perubahan berkali-kali. Masalah Rancangan
Undang-Undang yang akan disahkan oleh DPRGR. Peran DPRGR dalam hal ini
berwenang membentuk undang-undang dan melakukan pengawasan atas
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah. Pada tanggal 27 November
1967 rancangan undang-undah yang telah dibuat ditolak oleh Konferensi Kerja
KASI Djaya karena dianggap bertentangan dengan aspirasi Tritura dan Orde
Baru.9 Pendapat lain mengatakan bahwa susunan DPRGR terburu-buru dalam
mengesahkan RUU Pemilihan Umum dalam sidang terbuka 27 November 1967,
selain itu DPRGR banyak unsur yang tidak mencerminkan Orde Baru sehingga
DPRGR juga harus dirombak. Beberapa partai politik juga mengemukakan
8 Tidak terlibat, baik langsung, maupun tidak langsung dalam Gerakan
Kontra Revolusi G-30 S/PKI atau organisasi-organisasi terlarang lainnya, lihat
Pasal 16, Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Umum. Surabaya: Grip, 1970., hlm.12. 9 A. Samsuddin, Tarman Azzam, Masmimar, Ignatius Sukardjasman, R.
Hidajat., Op.cit., hlm. 22.
45
pendapatnya masing-masing, dintaranya adalah Partai NU yang menginginkan
pemilihan umum dapat berjalan secara langsung, bebas, umum dan rahasia.
Pandangan berbeda muncul dari PNI yang lebih memperhatikan pada
partai-partai terlarang dan yang dibubarkan. Menurut PNI sendiri setiap orang
yang terlibat dalam gerakan kontra revolusi tidak boleh dipilih dan semua bekas
anggota pengurus orgaisasi terlarang dan yang memilih jangan diberi hak untuk
memilih. Dalam hal ini bagi golongan karya ada tiga hal yang penting
diperhatikan sehubungan dengan pembahasan RUU Pemilu dan RUU
Kepartaian/Keormasan dan Kekaryaan. Pertama turut sertanya Sekber Golkar
yang non afiliasi dalam pemilihan umum. Kedua, Orde Baru harus menang serta
UUD 1945 dan Pancasila harus tetap dipertahankan. Ketiga, sistem pemilihan
umum yang menghasilkan keseimbangan kekuatan Orde Baru dan tidak
liberlistis yaitu sistem distrik yang sesuai dengan keadaan geo-politik di
Indonesia.10
Pada sidang Perancangan Undang-undang Pemilu yang dilakukan secara
beberapa kali dalam menentukan masalah sistem pemilihan dan jatah kursi untuk
ABRI telah mencapai konsensus. Pencapaian konsensus tersebut membahas
mengenai persoalan-persoalan sebagai berikut11:
a. Jumlah anggota DPR tidak boleh berlebih-lebihan.
b. Ada pertimbangan dalam jumlah perwakilan untuk pulau Jawa dan
luar pulau Jawa.
10 Ibid., hlm. 31. 11 Ibid., hlm 35.
46
c. Faktor jumlah penduduk diperhatikan.
d. Adanya anggota-anggota yang diangkat disamping dipilih.
e. Tiap Kabupaten dan Kotamadya dijamin minimal 1 kursi di DPR.
f. Persyaratan mengenai domisili dihapuskan.
g. Wakil ABRI dan non ABRI yang diangkat haruslah yang non
massal.
h. Jumlah yang dianggakat untuk MPR sepertiga dari seluruh jumlah
anggota.
i. Jumlah anggota DPR 460 orang, yang dipilih 360 orang dan 100
orang diangkat oleh Pemerintah.
j. Sisitim pemilihan proporsionil yang sederhana.
k. Pemilihan sistim lijsten-stelsel.
l. Daerah pemilihan adalah Daswati I.
Pembahasan tersebut dalam sidang mengenai konsesus itu sendiri juga
mengharapkan RUU Pemilu segera dapat diselesaikan. RUU tentang kepartaian,
Keormasan dan Kekaryaan tersebut akan dibahas dan disahkan sesudah RUU
Pemilu dan RUU tentang Susunan MPR/DPR/DPRD disahkan. Sidang ini
berlangsung tetapi belum mencapai kesepakatan bersama karena pendapat-
pendapat saling bertentanga diantaranya ada yang menolak dan menyetujui, tetapi
ada beberapa golongan-golongan yang tidak mengemukakan pendiriannya dengan
jelas, melainkan hanya mengikuti saja arus yang berlangsung selama sidang
diadakan.12
12 Kompas tanggal 7 Djuli 1967.
47
B. Tata Cara Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Pelaksanaan pemilihan umum tahun 1971 di wilayah Surakarta dan diikuti
oleh beberapa partai mempunyai aturan main masing-masing. Beberapa aturan
yang harus dipenuhi adalah dalam penentuan Panitia Pemilihan Umum Indonesia
(PPUI). Pemerintah harus mempersiapkan semuanya dengan baik, sehingga
persiapan dari segi perundang-undangan dan pengamanan fisik tidak cukup disitu
saja. Pemerintah juga membentuk beberapa instansi yang akan bertugas langsug
dalam penyeleggaraan atau pelaksanaan pemilihan umum. Pembentukan tujuh
instansi tersebut akan mempunyai hubungan kerja secara vertikal dan intansi
tersebut antara lain: Lembaga Pemilihan Umum (LPU), Panitia Pemilihan
Indonesia (PPI) tingkat pusat, PPI daerah Tk. I, PPI daerah Tk. II, Panitia
Pendaftaran Pemilih (PPP), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok
Pelaksana Pemungutan Suara (KPPS). Pembentukan intansi tersebut juga
menuntut setiap anggota-anggotanya untuk mengucapkan sumpah atau janji
menurut kepercayaannya masing-masing. Sumpah atau janji tersebut termuat
dalam pasal 17 Peraturan Pemerintah dan diucapkan dihadapan pejabat atau
Badan yang mengangkat anggota Badan Penyelenggara Pemilihan yang
bersangkutan atau pejabat yang diberi kuasa olehnya untuk itu.13
1. Pemilihan Nomor Urut Dan Tanda Gambar Partai Politik
Menteri Dalam Negeri/Ketua Pemilihan Umum hari Rabu 23 September 1970
dengan surat keputusan No. 52/1970 telah meresmikan tanda gambar dan
13 Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Umum Peraturan Pemerintah No. 1
Dan 2 Tahun 1970., (Surabaya: GRIP, 1970)., hlm. 12.
48
penentuan nomor urut dari organisasi politik dan golongan karya dalam pemilihan
umum yang akan datang. Dalam pemilihan nomor urut partai dilakukan dalam
pengundian melalui suatu kotak yang didalamnya terdapat nama-nama partai
tersebut. Dari pengundian tersebut maka diperoleh hasil Partai Katolik pada
nomor urut satu, PSII nomor urut dua, Partai NU nomor urut tiga, Partai
Muslimah Indonesia (Parmusi) nomor urut empat, Sekber Golkar nomor urut
lima, Parkindo nomor urut enam, Partai Murba nomor urut tujuh, PNI nomor urut
delapan, Partai Islam Perti nomor urut sembilan, dan Partai IPKI nomor urut
sepuluh.
Mengenai masalah tanda gambar, setiap partai politik harus mengajukan tanda
gambar secara terang dan jelas. Tanda gambar yang boleh diajukan hanya
berwarna hitam dan putih saja. Pasal 41 Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Umum
Tahun 1970 juga menjelaskan mengenai ketentuan-ketentuan ukuran gambar
tersebut yang nantinya akan disampaikan kepada Lembaga Pemilihan Umum.
Pada saat penyerahan tanda gambar kepada Lembaga Pemilihan Umum,
seandainya ada kemiripan tanda gambar yang diajukan dengan partai lain maka
tanda gambar tersebut akan ditolak dan diganti dengan tanda gambar yang baru.
Penggunaan tanda ganbar tersebut untuk keperluan dalam kampanye sudah dapat
dilakukan meskipun waktu berkampanye itu sendiri belum dimulai. Penggunaan
tanda gambar tersebut dapat dipasang didepan kantor organisasi, dimuat dalam
surat-surat kabar, majalah atau penerbitan lain yang telah mendapat ijin penerbitan
dan dapat disebarkan pada anggota-anggotanya.14
14 “Cara-Cara Dan Syarat-Syarat Berkampanye Dalam Pemilu
1971”.,dalam majalah Sktesmasa bulan Juni 1971: Surabaya., hlm. 22.
49
2. Ketentuan Dalam Pemilihan Suara
Pada Penyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971 terdapat ketentuan-
ketentuan yang mengatur jalannya pemilihan tersebut. Pemilihan umum di
wilayah Surakarta tidak jauh dari peratura-peraturan yang telah dibuat dan harus
ditaati , undang-undang yang mengatur tata cara proses pemilihan tersebut, antara
lain:
a. Daftar peserta yang boleh masuk kedalam tempat pemilihan suara dan
memberikan suaranya adalah sejumlah pemilih yang sudah mencatatkan
diri untuk memberikan suara.
b. Setelah pemilih memberikan suaranya dalam bilik , surat suara tersebut
kemudian diperlihatkan kepada Ketua Kelompok. Surat suara dapat
dimasukkan kedalam kotak suara, setelah benar-benar ada tandatangan.
Setelah memilih, peserta diminta segera meninggalkan lokasi pemilihan.
c. Saat pemilih melakukan kesalahan atau keliru dalam mengisi suarat suara,
pemilih dapat kesempatan satu kali untuk meminta surat suara yang baru.
Dan suarat suara yang keliru tadi diberikan kepada panitia dan diberi tanda
bahwa saurat suara tersebut tidak terpakai lagi.15
Ketentuan untuk pemilihan suara sendiri dilaksanakan selambat-
lambatnya 105 (seratus lima) hari setelah penyusunan Daftar Calon Tetap.
Pelaksanaan pemilihan tersebut akan dimulai pada pukul delapan pagi dan
ditutup pada pukul dua siang. Dalam pelaksanaan pemilihan suara, sudah
disediakan beberapa tempat untuk masing-masing Kelompok Penyelenggara
15Ibid.,, hlm. 50.
50
Pemungutan Suara dan tempat untuk para pemilih, serta bilik-bilik untuk
pemberian suara. Di tempat pemilihan suara tersebut sudah disediakan tiga
buah kotak suara yang diletakkan di area terbuka, sehingga pada saat
memasukkan suarat suara ke kotak suara bisa dilihat oleh semua peserta
pemilih yang berada disitu.
Gambar 1.
Ilustrasi tempat pemungutan suara yang dikeluarkan oleh media massa
Sebagai bentuk dukungan sosialisasi pemungutan suara.
Sumber: Kansil., Inti Pengetahuan Umum.,(Jakarta: Pradnya
Paramita,1974)
Pada waktu pemungutan suara, masing-masing pemilih dilarang datang di
TPS-TPS dalam bentuk arak-arakan atau dalam bentuk barisan dan dilarang
membawa tanda gambar partai, bendera-bendera atau alat peraga kampanye
lainnya. Bentuk larangan ini berlaku untuk semua peserta yang akan ikut memilih
pada pemilihan umum nanti, tetapi di Jawa Tengah sendiri fasilitas untuk
mensosialisasikan peraturan tersebut masih kekurangan media. pada pemilihan
umum kali ini, tempat pemungutan suara dibedakan menjadi dua macam yaitu
51
TPS biasa dan TPS khusus. Perbedaan TPS khusus dengan TPS biasa adalah
dilakukan secara khusus karena hal-hal yang tidak memugnkinkan diadakannya
TPS seperti bencana alam, rumah sakit, rumah penjara dan lain-lain. Bentuk dari
TPS khusus antara lain dengan menggunakan TPS mobil. Bentuk TPS biasa tidak
memiliki kelbihan-kelebihan lain dan TPS yang biasa digunakan dikampung-
kampung yang sifatnya bebas dan rahasi sesuai dengan UU pemilu. Di Surakarta
berhubungan dengan TPS yang semula hanya berjumlah 772 tempat ditambah
menjadi 787 tempat. Penambahan 15 TPS tersebut berhubungan dengan adanya
TPS Kantor yang meliputi 5 kecamatan, 51 kelurahan didalam daerah Kotamadya
Surakarta. Pada sensus penduduk terakhir di kantor PPD (Panitia Pemilihan
Daerah) tingkat II Kotamadya Surakarta adalah 399.729 yang terdiri dari WNI
390.906 dan WNA 8.823 orang.16
C. Strategi Partai Politik Peserta Kampanye Pemilihan Umum Tahun
1971 Di Surakarta
1. Tata Cara Pelaksanaan Kampanye
Kampanye merupakan salah satu bentuk yang dilakukan setiap partai untuk
menyampaikan aspirasinya dan merebut massa yang nantinya akan mendukung
kelancaran program-program yang dilaksanakan. Kampanye ini mulai
berlangsung selama dua bulan sebelum pemilu dilaksanakan, yakni pada tanggal
27 April 1971 samapai dengan 27 Juni 1971. Ketentuan dalam pelaksanaan
kampanye harus bisa menjamin adanya keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa,
menjamin suksesnya perjuangan Orde Baru, memelihara serta memantapkan
16 Sinar Harapan pada tanggal 30 Juni 1971.
52
stabilisasi ekonomi politik dan mewujudkan kehidupan sosial yang harmonis,
tertib, aman serta tenteram. Dalam kampanye ini juga terdapat beberapa aturan
yang tidak boleh dilanggar, antara lain:
a. Dalam kampanye pemilihan dilarang mempersoalkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
b. Dalam melaksanakan kampanye pemilihan dilarang memfitnah, menghina
atau menyinggung kehormatan Pemerintah dan pejabatnya, perorangan,
golongan, organisasi atau negara asing, serta perbuatan-perbuatan lainnya
yang bertentangan dengan etika atau tata krama yang sesuai dengan
Pancasila.
c. Kampanye pemilihan yang berbentuk rapat-rapat untuk pengerahan masa
disuatu tempat guna memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam
pemilihan, diadakan dalam waktu 60 hari dan berakhir 7 hari sebelum
pemungutan suara diadakan.17
Di Surakarta pada saat kampanye pemilihan umum berlangsung masyarakat
juga memiliki hak untuk ikut berpartisipasi. Proses kampanye di Surakarta dapat
berlangsung dengan tertib karena proses kampanye tetap berpedoman pada
peraturan-peraturan yang sudah dibuat. Peraturan yang termuat dalam pedoman
pelaksanaan pemilihan umum tahun 1971 tersebut berpengaruh terhadap
pelaksanaan kampanye yang sudah disiapkan dan harus ditaati selama kampanye
berlangsung. Bentrokan berat sampai ke fisik jarang terjadi, biasanya hanya
sebatas antar mulut saja. Kampanye tiap partai di wilayah Surakarta sudah
17 Majalah Sketsmasa., Op.Cit., hlm.39.
53
dijadwalkan sebelumnya, sehingga dalam satu wilayah jarang terjadi jadwal
kampanye partai secara bersamaan misalnya dengan peserta partai lainnya.
Pelaksanaan kampanye ini terkadang secara tidak sengaja bertemu dengan
peserta partai lain yang juga sedang melakukan kampanye namun tidak dalam
satu wilayah dan biasanya berasal dari wilayah lain yang berdekatan, misalnya di
Wilayah Sukoharjo kemudian berpas-pas an dengan partai lain saat melakukan
pawai keliling. Konflik kampanye yang terjadi biasanya hanya sebatas adu mulut
saja antar simpatisan partai.18 Bentrokan fisik jarang terjadi karena sebelum
kampanye masing-masing massa partai sudah diperiksa terdahulu oleh petugas
keamanan mengenai transportasi yang dipakai serta perlengkapan apa saja yang
dibawa saat berkampanye untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan
mereka dihimbau supaya tidak membawa benda-benda yang bisa membahayakan
pihak lain.19
Pelaksanaan kampanye oleh beberapa partai mempunyai strategi yang
bermacam-macam, misalnya seperti pemasangan spanduk atau penyebaran
brosur-brosur untuk mensosialisasikan pemilihan umum. Pelaksanaan pemilihan
umum pada tahun 1971 masih banyak mengalami kendala diantaranya selama
sidang RUU Pemilu itu sendiri mengalami sidang beberapa kali dan sempat
menimbulkan perbedaan pendapat. Setiap partai telah mengeluarkan strategi
kampanyenya masing-masing dan memiliki visi dan misi sendiri. Pelaksanaan
kampanye di wilayah Surakarta biasanya berkumpul dilapangan dan melakukan
aksi konvoi dijalan kemudian menyerukan program-program partainya untuk
18 Wawancara dengan Bapak Slamet tanggal 27 Agustus 2015. 19 Wawancara dengan Suhadi tanggal 8 Juli 2015.
54
menarik massa. Proses kampanye tersebut tidak terjadi bentrok, setiap kendaraan
yang dipakai untuk kampanye biasanya sudah diperiksa terlebih dahulu untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.20
Pelaksanaan kampanye di wilayah Surakarta sudah bisa dilakukan mulai
tanggal 29 April sampai dengan 28 Juni 1971 yang dilakukan selama 60 hari atau
kurang lebih dua bulan dan berakhir tujuh hari sebelum pemungutan suara
diadakan seperti daerah-daerah lainnya. Kampanye yang dilakukan bermacam-
macam, misalnya:
a. Mengadakan rapat-rapat umum dilapangan dan tempat-tempat lain yang
dihadiri oleh massa partai itu sendiri.
b. Mengadakan pawai dijalan-jalan, dikampung-kampung dan lain-lain.
c. Mengadakan demonstrasi-demonstrasi untuk umum.
d. Mengadakan pesta-pesta umum dan pertemuan umum sambil
berkampanye.
e. Mengadakan siaran-siaran melalui radio dan televisi (RRI atau TVRI).
f. Penyebaran atau penempelan ditempat-tempat umum seperti: poster,
plakat, surat-surat selebaran, slogan, semboyan, brosur, tulisan-tulisan,
lukisan-lukisan.
g. Mengadakan segala bentuk pertunjukkan umum lainnya.
20 Wawancara dengan Suhadi tanggal 8 Juli 2015.
55
2. Kampanye Partai Politik
Kampanye memang merupakan salah satu bentuk dari pesta demokrasi yang
memiliki warna tersendiri di kalangan masyarakat. Setiap partai saling bersaing
dalam mensosialisasikan program partai yang akan digunakan untuk menarik
massa dan memperoleh suara dari masyarakat. Pada waktu kampanye biasanya
mereka berkumpul dilapangan dengan para massanya dan menyerukan program
partainya masing-masing. Proses kampanye tersebut berjalan dengan baik tetapi
biasanya ada massa dari partai lain yang ikut berkumpul dan mengganggu
jalannya kampanye tersebut sehingga terjadi adu mulut. Pelaksanaan kampanye
yang sempat terganggu tetap berjalan dengan lancar dan tidak ada keributan.21
a. Kampanye Partai Katolik
Gambar. 2
Tanda gambar Partai Katolik
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Partai_Katolik_(Indonesia)
diakses pada tanggal 24 September 2015.
Partai ini beranggapan bahwa agama sebagai sumber inspirasi dan
memperkenalkan “tri program” perjuangan Partai Katolik mengenai demokrasi,
21 Wawancara dengan Suhadi tanggal 10 Mei 2015.
56
pembaharuan dan pembangunan. Program-program ini mempunyai maksud
sendiri-sendiri, diantaranya program demokrasi ini sasaran pokoknya adalah
pengakuan dan berfungsinya hak-hak asasi manusia secara bertanggung jawab.
Penggunaan wewenang secara adil oleh eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Kemudian menonjolkan unsur kegotong-royongan dan unsur permusyawaratan
dalam perwakilan untuk mencapai mufakat. Program pembaharuan yang
dimaksud Partai Katolik yaitu pembaharuan struktur politik yang mencakup
pembaharuan mental, orientasi politik dan pembaharuan wadah kegiatan.
Pembaharuan lain yang dilakukan adalah struktur sosial ekonomi, bangsa dan
negara, pembaharuan nilai sosial budaya yang dapat menyingsingkan
pembangunan dan modernisasi masyarakat Indonesia. Sasaran pokok program
pembangunan adalah pembangunan materiil dan pembangunan spirituil. Program
ini lebih mengutamakan pada swadaya yang ada di masyarakat Indonesia tetapi
lebih memusatkan pada perkembangan yang ada di desa-desa sebagai pusatnya.
Pada pemilu kali ini banyak menimbulkan ketegangan, hal ini berbeda dengan
pemilu sebelumnya yaitu pada tahun 1955 yang pesertanya kebanyakan adalah
partai-partai politik. Pemilu tahun 1971 banyak petugas pemerintah yang ikut
terlibat dan memimpin Golkar, sampai kepelosok-pelosok ikut melibatkan diri
dalam persaingan tersebut.22
Partai ini juga melakukan beberapa strategi untuk menarik massa, namun
partai ini tidak begitu banyak memiliki massa di Surakarta.23 Di Surakarta
meskipun ada juga yang memilih atau simpatisan partai ini, namun partai ini tidak
22 Kompas tanggal 25 Juni 1971. 23 Wawancara dengan Suhadi tanggal 8 Juli 2015.
57
begitu menonjol seperti partai lain yang memiliki basis massa yang banyak.
Kekurangan dari partai ini sendiri adalah dalam menerima keanggotaan partainya.
Mereka hanya menerima anggota yang mempunyai keyakinan yang sama, padahal
untuk jumlah penganut agama Katholik sendiri tidaklah banyak. Di Indonesia
sendiri mayoritas agama adalah Islam, sehingga untuk mendapatkan kemenangan
dalam pemilihan umum tahun 1971 sangatlah kecil.24 Partai Katolik merupakan
satu-satunya partai yang tidak merasakan adanya kecurangan atau paksaan-
paksaan dari pemerintah seperti yang terjadi pada partai lainnya.
b. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Gambar. 3
Tanda Gambar Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Partai_Syarikat_Islam_Indonesia
diakses pada tanggal 24 September 2015.
Partai berbasis agama ini memiliki pokok-pokok sejarah PSII sebagai penerus
dari Sarikat Dagang Islam (SDI) didirikan tahun 1912 dan ikut menentang
penjajah Belanda di Indonesia hingga merdeka. PSII berusaha untuk memberantas
korupsi, kemaksiatan, pornografi, serta berusaha agar terwujudnya rasa tenteram,
24 Kaptim Umar., “Memilih Dan Berebut Kursi-Kursi DPR Daerah.,
dalam majalah Sketsmasa bulan Januari 1971., hlm. 8.
58
damai dan aman. PSII mengutarakan bahwa di Indonesia ada demokrasi, dengan
demikian yang menjadi target dalam pemilu tahun 1971 adalah menitikberatkan
kepada nilai-nilai konstitusional dari pada nilai-nilai politisnya. Partai ini
menghendaki terciptanya kondisi dan situasi yang demokratis, guna
mempertahankan dan membangun negara. PSII ingin membangun persatuan yang
tersusun rapat didalam kalangan Umat Islam dan menjaga keselamatan hubungan
dengan segala golongan sebangsa. Partai ini juga ingin memperhubungkan
mempersatukan usaha dengan segala golongan itu atas tiap-tiap perkara untuk
keperluan bersama.
Partai ini menyebutkan mendapat bantuan dana kampanye dari pemerintah,
tetapi dana tersebut dikembalikan lagi kepada rakyat. Menurut mereka dana
tersebut berasal dari hasil keringat rakyat, jadi tidak adil jika dana tersebut
digunakan untuk kepentingan golongan dalam memperebutkan kursi. Bantuan
tersebut kemudian dikembalikan kepada rakyat untuk musholla atau pemeliharaan
tempat-tempat ibadah. PSII juga membantu 4 buah rumah yatim piatu di Jakarta,
masing-masing Rp. 100.000,00.25
25 A. Samsuddin, Tarman Azzam, Masmimar, Ignatius Sukardjasman, R.
Hidajat., Op.cit., hlm. 87.
59
c. Partai Nadhatul Ulama (NU)
Gambar. 4
Tanda Gambar Partai Nahdlatul Ulama (NU)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nahdatul_’Ulama diakses
pada tanggal 24 September 2015
Partai Nadhatul Ulama (NU) mengutarakan 10 program perjuangaannya lewat
corong RRI/TVRI pada tanggal 29 April 1971 yakni membina masyarakat yang
bertaqwa kepada Tuhan YME, dengan menegakkan ajaran-ajaran Islam.
Mempertinggi kesadaran dan tanggung jawab beragama tanpa paksaan dalam
bentuk apapun. Mengamalkan UUD’45 dan Pancasila secara murni dan
konsekuen. Mengusahakan agar pemerintah menjamin adanya kehidupan
demokrasi dan hak-hak politik rakyat baik dipusat maupun didaerah, serta bersih
dari korupsi. Menjadikan desa sebagai basis pembangunan, mengusahakan
lapangan kerja baru bagi pemuda-pemuda melalui program industrialisasi.
Meningkatkan ekonomi rakyat, mengusahakan perlindungan untuk membina
usaha nasional, agar pada saatnya mempu mengambil peranan yang menentukan
didalam ekonomi nasional untuk menyelenggarakan usaha-usaha besar.
Mendorong kemajuan di bidang-bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
60
memungkinkan setiap warga negara mengembangkan dirinya baik materiil
maupun spirituil. Serta memperbaiki mutu pendidikan dan penyiaran agama.
Pelaksanaan kampanye yang dilakukan oleh Partai NU salah satunya adalah
kegiatan yang dilakukan di Jombang pada tanggal 15 s/d 18 April 1971 dengan
700 alim ulama “Ahlussunnah waljamaah” mengeluarkan sebuah seruan yang
isinya wajib hukumnya untuk menusuk tanda gambar partai Islam, bagi setiap
ummat Islam dalam pemilihan umum. Strategi lain yang digunakan NU untuk
menarik massa adalah dengan terjun langsung ke daerah-daerah diseluruh
Indonesia dengan mengadakan rapat akbar, pawai-pawai, konferensi-konferensi,
dan lain-lain.26 Di Surakarta pawai keliling kota dilakukan dengan menggunakan
sepeda motor dan mobil, sambil membawa poster-poster dan tanda-tanda gambar
NU. Di wilayah lainnya juga berlangsung hal yang sama. Strategi kampanye yang
dilakukan Partai NU terjun langsung ke masyarakat dengan mengadakan rapat
akbar, pawai-pawai, konferensi-konferensi dan lain-lain.
26 Wawancara dengan Bapak Budi (nama samaran) pada tanggal 18
Agustus 2015.
61
d. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi)
Gambar. 5
Tanda Gambar Partai Muslimin Indonesia (Parmusi)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org./wiki/Partai_Muslimin_Indonesia diakses pada
tanggal 24 September 2015.
Parmusi merpukan salah satu partai berbasis agama yang paling muda,
sehingga beberapa golongan meremehkan partai ini. Partai ini melakukan
pembelaan dengan mengatakan bahwa partai ini berasaskan Islam sehingga akan
menjalankan perintah Islam yakni berbuat kebaikan dan menghalangi orang yang
berbuat salah. Parmusi akan menghalangi siapapun, termasuk pemerintah jika
berbuat yang bertentangan dengan agama, moral dan sebagainnya. Cara ini tetap
dilakukan dengan demokratis, penuh dengan tatakrama dan sopan santun dan
dengan sendirinya mencari way-out yang wajar. Parmusi melakukan kampanye
melalui RRI yang membahas mengenai masalah ekonomi masyarakat yang dirasa
masih lemah terhadap peredaran rupiah. Pidato tersebut menegaskan bahwa dalam
pemilu ini, mereka ingin membawa misi mempertahankan politik stabilisasi
62
ekonomi yang tidak membawa kerugian bagi ekonomi masyarakat secara
menyeluruh.27
Dalam statement Pimpinan Pusat tanggal 17 Maret 1971 dan Sidang Dewan
Partai di Ciloto bulan April 1971, Parmusi dengan tegas menyatakan tidak akan
mendirikan negara Islam atau negara baru lainnya. Parmusi akan
memperrtahankan terus UUD’45 dan falsafah Pancasila. Program Parmusi yang
positif adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur melalui pembangunan
disegala bidang sesuai dengan Pelita yang telah digariskan oleh Kabinet
Pembangunan. Partai ini melakukan kampanye dengan melakukan pawai keliling
dan menyebarkan surat selebaran kecil yang isinya menyerukan agar pemilih
menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya dalam pemilihan umum nanti.
Parmusi melakukan kampanye tidak bergantung pada pengeras suara, melainkan
mereka menganjurkan agar memakai kapur tulis saja untuk membuat slogan-
slogan dan tanda gambar.28 Pada masa kampanye Pimpinan Pemuda
Muhammadiyah agar menggunakan hak pilihnya sebaik-baiknya dengan memilih
tanda gambar Bulan Bintang.
27 Merdeka pada tanggal 12 Mei 1971. 28 Merdeka pada tanggal 15 Mei 1971.
63
e. Golongan Karya
Gambar. 6
Tanda Gambar Golongan Karya (Golkar)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org./wiki/Golongan_Karya diakses
pada tanggal 24 September 2015
Memasuki masa kampanye pemilihan umum, pada “Malam kesenian artis-
artis Safari Golkar” 29 April 1971, Golkar mengeluarkan pernyataan politiknya
yang menandaskan tekad bulat Golkar untuk memperjuangkan lima pokok
program dasarnya, sebagai berikut29:
1) Melaksanakan Demokrasi Pancasila, dengan pengertian bahwa siapapun
tidak diperkenankan merubah maupun memberikan interpretasi kepada
Pancasila menurut kepentingan golongannya.
2) Mengambil langkah yang menuju kepada strutuktur dan kehidupan
politik baru, guna menghentikan pertentangan ideologi dan
menggantikannya dengan perjuangan melaksanakan program
pembangunan berdasarkan Pancasila.
29 Berita Ekonomi pada tanggal 3 Djuni 1971.
64
3) Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, jujur, cakap dan
berwibawa dengan jalan menegakkan aparatur pemerintahan yang hanya
mengenal kesetiaan tunggal. Semua ini adalah syarat mutlak untuk dapat
melaksanakan program pembangunan tanpa hambatan dan gangguan
yang bersumber pada pertentangan ideologi para aparatur pemerintah itu
sendiri.
4) Tetap melaksanakan panggilan perjuangan, melalui tahapan-tahapan
pemilu yang akan datang.
5) Menjamin kelangsungan tracee baru 1966 dibidang perjuangan mencapai
kesejahteraan rakyat dan demokrasi Pancasila untuk jangka waktu yang
panjang, agar dapat dirasakan hasil dan manfaatnya bagi seluruh rakyat.
Program yang ingin dilaksanakan Golkar berhubungan dengan
pembangunan dan tentu saja program tersebut dalam pelaksanaannya
berbeda-beda di tiap daerah. Selain pembangunan, Golkar juga ingin
kestabilan dan kekompakan aparatur negara jang merupakan pola pikiran
pokok dalam pemerintah orde baru untuk memberikan stabilitas dalam
program pembangunan.30 Pada saat kampanye, mereka berkumpul
dilapangan dan mendengarkan pidato yang sedang dilaksanakan. Pada
pidato tersebut dijelaskan bahwa massa yang mendukunga Golkar
dihimbau untuk menusuk tanda gambar “pohon beringin” pada pemilihan
umum nanti.31
30 A. Samsuddin, Tarman Azzam, Masmimar, Ignatius Sukardjasman, R.
Hidajat., Op.cit., hlm. 105. 31 Wawancara dengan Bapak Slamet tanggal 27 Agustus 2015
65
Gambar. 7
Salah satu strategi Partai Golkar berkampanye lewat media massa
Sumber Data : Andika 3 Juni 1971
Kampanye yang dilakukan Golkar juga melalui media massa untuk
menarik suara dari masyarakat. Pada gambar tersebut menjelaskan bahwa
strategi yang digunakan untuk memihak pada “pohon beringin” dan
mengaitka dengan PKI. Pada program yang disampaikan Golkar
menjelaskan bahwa Pemerintah Orde Baru masih belum puas dengan
situasi politik yang masih terdapat masalah mengenai korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan. Strategi golkar juga mengajak para generasi
muda untuk ikut berpartisipasi dan mendukung Golkar dalam
memperbaiki pembangunan seperti program yang disampaikan.
66
f. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Gambar. 8
Tanda Gambar Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org./wiki/Partai_Kristen_Indonesia
diakses pada tanggal 24 September 2015.
Partai ini menjanjikan akan memperjuangkan kepastian hukum, otonomi
seluas-luasnya bagi daerah tanpa mengabaikan kesatuan Republik Indonesia.
Politik luar negeri bebas dan aktif, juga dalam menormalisir hubungan dengan
Cina Komunis. Dibidang sosial akan memperjuangkan adanya jaminan hari tua,
jaminan sosial bagi para penganggur dan orang terlantar. Dibidang politik,
Parkindo memperjuangkan pula “equal-partnership” antara ABRI, GOLKAR dan
PARTAI POLITIK. Dalam usaha pembaharuan struktur dan mekanisme politik,
akan memperjuangkan agar pemikiran fungsionil generasi baru mendapatkan
tempatnya untuk berkembang seluas-luasnya. Parkindo juga akan
memperjuangkan kebebasan mengeluarkan pikiran dan pendapat, kebebasan
bertukar agama, berserikat serta berkumpul tanpa mengganggu persatuan. Partai
ini merupakan satu-satunya partai politik yang bersedia menjadi alat Gereja yaitu
Gereja dalam arti kata persekutuan orang-orang beriman. Persatuan yang
67
dimaksud oleh Parkindo adalah keserasian dalam bertindak setiap warga negara
atau golongan. Keserasian dalam hal ini memberikan kreasi terwujudnya program
bersama atas kerelaan dan kesadaran yang menumbuhkan kreasi penunjang
demokrasi.
Partai ini mempunyai kekurangan yang sama dengan Partai Katholik yaitu
memberi batasan pada penerimaan anggotanya yang hanya beragama Kristen saja.
Pembatasan dalam penerimaan anggota tersebut tentu saja juga mempengaruhi
dalam perolehan suara pada pemilihan umum tahun 1971, meskipun ada beberapa
masyarakat yang menganut agama ini tetapi masih kalah denga jumlah mayoraitas
agama yang banyak dianut. Pada masa kampanye, partai ini tidak luput dari
penekanan-penekanan yang berpengaruh terhadap massa yang ikut memilih.
Penekanan tersebut berasal dari anggota Golkar, diantaranya beberapa anggota
Parkindo dipaksa memilih Golkar. Saat menjalani kampanye atau melakukan
rapat-rapat umum mendapat gangguan dari pihak luar. Beberapa paksaan tersebut
mengakibatkan mereka tidak percaya lagi terhadap pemerintahan Orde Baru dan
merasa kebebasan yang didapat adalah kebebasan semu saja.32
32 Kompas pada tanggal 31 Mei 1971.
68
g. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Gambar. 9
Tanda Gambar Partai Nasional Indonesia (PNI)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org./wiki/Partai_Nasional_Indonesia
Diakses pada tanggal 24 Sepbtember 2015.
Program PNI dibidang politik, sosial, ekonomi dan budaya. Dibidang politik
adalah Pancasila dan UUD’45 sebagai cara untuk mengurus negara dan
kepentingan rakyat harus dilaksanakan searang juga. Dibidang ekonomi,
Indonesia harus menjamin peningkatan daya produksi nasional yang jauh diatas
presentase jumlah kenaikan penduduk, disamping kewajiban membayar hutang.
Partai Nasional Indonesia (PNI) juga membagikan kaos secara gratis sebagai salah
satu alat propoganda penyebarannya. Pembagian baju kaos tersebut tentunya
dengan tanda gambar partai itu sendiri yang tercetak dibelakangnya dan saat
pawai kampanye sedang berlangsung.33 Partai ini masih memakai ajaran ajaran-
ajaran Bung Karno, mereka merasa kesulitan jika tidak memakai Marhaenisme
sebagai asas perjuangannya. Dalam kampanye yang berlangsung selama dua
bulan, PNI mengadakan pawai massal, pemasangan plakat-plakat dan rapat
33 Merdeka pada tanggal 12 Mei 1971.
69
kampanye. Partai ini mengajak anak-anak bekas Presiden Soekarno saat
melakukan kampanye untuk menarik massa dan mengumpulkan suara. Masa
kampanye PNI juga tidak luput dari gangguan pihak lain yang juga
mempengaruhi perolehan suara untuk pemilihan umum nanti. 34
Gambar. 10
Salah satu spanduk PNI (Partai Nasional Indonesia) untuk media sosialisasi
dalam kampanye Pemilihan Umum Tahun 1971
Sumber Data : Majalah Tempo Tahun 1971
Salah satu tulisan yang termuat dalam spanduk diatas menggambarkan
bahwa pihak PNI sendiri tidak setuju adanya paksaan dalam pemilihan umum ini.
Mereka menginginkan agar rakyat diberi kesempatan untuk bebas memilih partai
sesuai keinginannya sendiri. Di Surakarta sendiri sempat terjadi penggeledahan
terhadap rumah-rumah tokoh-tokoh PNI dengan tujuan mencari senjata api, akan
tetapi penggeledahan tersebut tidak menemukan hasil. Penggeledahan tersebut
mendapat bantahan dari pihak PNI karena mereka merasa tidak pernah
34A. Samsuddin, Tarman Azzam, Masmimar, Ignatius Sukardjasman, R.
Hidajat., Op.Cit., hlm. 118.
70
menyembunyikan senjata api di wilayah Jawa Tengah. Pelaksanaan kampanye
juga sempat dihalang-halangi, meskipun sebelumnya sudah mendapatkan ijin
untuk berkampanye.
h. Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah)
Gambar. 11
Tanda Gambar Partai Islam Perti
Sumber: https://id.m.wikipedia.org./wiki/Partai_Islam_Perti diakses
pada tanggal 24 September 2015.
Partai ini berbeda dengan partai-partai lainnya, karena program partainya tidak
terlalu muluk-muluk dan partai ini tidak mempunyai cita-cita atau janji-janji
tentang pembangunan industri raksasa dipelosok-pelosok yang pasti belum
mungkin. Partai ini memiliki keinginan yang sederhana saja tapi pasti yaitu agar
pembangunan masyarakat lebih ditingkatkan. Perti tidak menjelaskan banyak
mengenai konsep-konsep pembangunannya yang bersifat produktif dan
menekankan partisipasi pembangunan melalui sosial kontrol supaya
pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Partai ini menekankan programnya
lebih kepada sektor pendidikan.
71
Partai ini tidak luput dari penggarapan atau intimidasi Golkar, banyak
organisasi Perti yang menyatakan diri sebagai organisasinya Golkar. Para anggota
yang ikut dalam organisasi Golkar ini adalah mereka yang sempat terlibat
Gestapu/PKI dan pernah diinterogasi oleh Kopkamtib. Permasalahan ini
kemudian menjadi perpecahan didalam Partai Perti karena mereka juga
membawa-bawa nama Perti. Kekacauan yang telah terjadi didalam Partai ini
kemudian memunculkan DPP-Perti tandingan dan mengakibatkan permasalahan
baru. 35
i. Partai Murba
Gambar. 12
Tanda Gambar Partai Murba
Sumber: https://id.m.wikipwedia.org./wiki/Partai_Murba diakses
pada tanggal 24 September 2015.
Partai Murba merupakan partai politik yang mempunyai asas anti-fasisme,
anti-imperialisme, anti-kapitalisme dan mendasarkan perjuangan pada aksi
Murba-teratur. Partai ini mencoba mempertahankan dan memperkokoh tegaknya
Kemerdekaan bagi Republik dan Rakyat sesuai dengan dasar dan tujuan
35 Ibid., hlm. 124.
72
Proklamasi 17 Agustus 1945 menuju masyarakat yang adil dan makmur menurut
kepribadian Bangsa Indonesia yaitu masyarakat sosialis.36 Partai ini tidak begitu
terkejut dengan perolehan atau grafik kemajuan yang telah dicapai Golkar.
Perolehan yang telah dicapai Golkar membuat partai ini berkewajiban untuk
membina masa yang tidak terorganisir. Peristiwa-peristiwa yang juga membawa-
bawa nama Murba tidak begitu dipikirkan karena pemilihan umum sudah semakin
dekat dan masyarakat tidak perlu mencari kambing hitam terhadap masalah yang
ada. Pembahasan mengenai demokrasi yang ada masih belum terlalu memuaskan
tetapi Murba juga menolak dengan tegas bentuk liberal atau otoriter.
j. Partai IPKI
Gambar. 13
Tanda Gambar Partai IPKI
Sumber: https://id.m.wikipedia.org./wiki/Partai_IPKI diakses pada
tanggal 24 September 2015.
Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) adalah partai
politik yang menempatkan dirinya sebagai Partai Pendobrak dan Penerobos segala
penyelewengan dan kemacetan yang menghalangi tercapainya tujuan cita-cita
36 Anggaran Dasar Partai IPKI tahun 1971.
73
Proklamasi 17 Agustus 1945. Partai ini akan membimbing Rakyat Indonesia
dalam meyakini pengertian Pancasila serta menanamkan semangat jiwa
Proklamasi 17 Agustus besrta UUD 1945 untuk diamalkan dan diteruskan kepada
generasi yang akan datang. Partai IPKI mempunyai popularitas di wilayah Jawa
Barat dan Sumatra Utara, di daerah lain tidak begitu menonjol. Partai ini tiak
menerima segala bentuk bantuan dan dengan cara apapun termasuk yang
berhubungan atau mengikat partai dalam mencapai tujuannya.