bab iii

18
BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 Tempat dan Lokasi Penelitian Kuasa Wilayah Pertambangan 96P/00174/Kaltim dengan luas 2.973,6 Ha terletak di arah Timur Desa Embalut Kecamatan Tenggarong Sebarang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Provinsi Kalimantan Timur. Batas wilayah dengan garis lintang 00 o 18’25,8”LS – 0 o 22’55,77”LS sampai pada garis bujur 117 o 5’0,0”BT – 117 o 7’4”BT. Pada arah Utara berbatasan dengan desa Bangun Rejo dan arah Barat berbatasan dengan Desa Embalut. Secara administratif, lokasi daerah kuasa pertambangan IUP PT. Kitadin dengan Kode Wilayah KTN 2013 006 OP, terletak dalam wilayah Desa Embalut dan Desa Tj. Batu seluas +/- 736,2Ha, wilayah Desa Bangun Rejo seluas 1.222 Ha, wilayah Desa Kerta Buana seluas 795,5 Ha, wilayah Desa Manunggal Jaya dan Desa Karang Tunggal seluas 55,8 Ha dan wilayah Desa Separi seluas 147,9 Ha di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur. Wilayah IUP PT. Kitadin ini mempunyai luas keseluruhan 2.973,6 Ha. Secara geografis wilayah usaha PT Kitadin terletak di antara 0 0 18’ 00.0” Lintang Selatan – 0 0 22’ 30.0” Lintang Selatan 52

Upload: ayu-octaviani-kuleh-putri

Post on 14-Apr-2016

324 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

GeoTek

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1 Tempat dan Lokasi Penelitian

Kuasa Wilayah Pertambangan 96P/00174/Kaltim dengan luas 2.973,6 Ha

terletak di arah Timur Desa Embalut Kecamatan Tenggarong Sebarang, Kabupaten

Kutai Kertanegara, Provinsi Provinsi Kalimantan Timur. Batas wilayah dengan garis

lintang 00o18’25,8”LS – 0o22’55,77”LS sampai pada garis bujur 117o5’0,0”BT –

117o7’4”BT. Pada arah Utara berbatasan dengan desa Bangun Rejo dan arah Barat

berbatasan dengan Desa Embalut.

Secara administratif, lokasi daerah kuasa pertambangan IUP PT. Kitadin

dengan Kode Wilayah KTN 2013 006 OP, terletak dalam wilayah Desa Embalut dan

Desa Tj. Batu seluas +/- 736,2Ha, wilayah Desa Bangun Rejo seluas 1.222 Ha,

wilayah Desa Kerta Buana seluas 795,5 Ha, wilayah Desa Manunggal Jaya dan Desa

Karang Tunggal seluas 55,8 Ha dan wilayah Desa Separi seluas 147,9 Ha di

Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi

Kalimantan Timur. Wilayah IUP PT. Kitadin ini mempunyai luas keseluruhan

2.973,6 Ha. Secara geografis wilayah usaha PT Kitadin terletak di antara 00 18’ 00.0”

Lintang Selatan – 00 22’ 30.0” Lintang Selatan dan 1170 5’ 00.0” Bujur Timur – 1170

7’ 49.9” Bujur Timur. Secara geografis letak wilayah konsesi pertambangan PT.

KITADIN terletak pada batas – batas sebagai berikut :

52

Page 2: BAB III

Tabel 3.1 Koordinat PKP2B PT. Kitadin

No. titik

Garis Bujur (BT) Garis Lintang

° ' '' ° ' '' LU/LS

1 117 7 26 0 20 55.7 LS2 117 7 26 0 20 42 LS3 117 7 38.5 0 20 42 LS4 117 7 38.5 0 20 3.2 LS5 117 7 45 0 20 3.2 LS6 117 7 45 0 19 45.3 LS7 117 7 33.7 0 19 45.3 LS8 117 7 33.7 0 19 12.8 LS9 117 7 43.4 0 19 12.8 LS10 117 7 43.4 0 18 50 LS11 117 7 49.9 0 18 50 LS12 117 7 49.9 0 18 25.8 LS13 117 7 40.5 0 18 25.8 LS14 117 7 40.5 0 18 0 LS15 117 7 0 0 18 0 LS16 117 7 0 0 18 30 LS17 117 5 0 0 18 30 LS18 117 5 0 0 22 30 LS19 117 6 0 0 22 30 LS20 117 6 0 0 21 30 LS21 117 6 30 0 21 30 LS22 117 6 30 0 20 55.7 LS

3.2 Kesampaian Daerah

Lokasi praktek Kerja Lapangan terletak di Desa Embalut Kec. Tenggarong

Seberang. Perjalanan ke lokasi ditempuh dengan menggunakan jalur darat

menggunakan roda 2 maupun roda 4. Jika ditempuh dari Samarinda perjalanan

menuju lokasi bisa bisa mencapai kurang lebih 1 jam, sedangkan jika ditempuh dari

tenggarong sekitar kurang lebih 1 jam 15 menit

53

Page 3: BAB III

Gambar 3.1. Peta Kesampaian Daerah

3.3 Geologi Regional

3.3.1. Fisiografi Regional

Secara fisiografi daerah tempat praktek kerja lapangan, terletak di dalam zona

cekungan Kutai, Sub - Cekungan Delta Mahakam yang sekarang terletak dekat aliran

Sungai Mahakam Samarinda ( Bemmelen, 1949 dalam laporan tugas akhir Maizar

2014 ). Cekungan Kutai berbatasan di sebelah utara dengan Tinggian Mangkalihat,

Zona Sesar Bengalon, dan Sangkulirang. Di sebelah selatan berbatasan dengan Zona

Sesar Adang yang bertindak sebagai zona sumbu cekungan sejak akhir Paleogen

hingga sekarang (Moss dan Chamber, 1999). Di sebelah barat berbatasan dengan

Central Kalimantan Range yang dikenal sebagai Kompleks Orogenesa Kuching,

berupa metasedimen kapur yang telah terangkat dan telah terdeformasi. Di bagian

timur berbatasan dengan Selat Makassar.

Menurut E. Supriatna dan E. Rustandi (1986), stratigrafi di cekungan kutai

tersusun oleh batuan dari yang tertua sampai yang termuda adalah Formasi Pamaluan,

Formasi Bebuluh, Formasi Pulaubalang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampungbaru

54

Page 4: BAB III

dan Endapan Alluvial. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai geologi Cekungan

Kutai maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sedimen Cekungan Kutai di endapkan

pada awal tersier dari arah barat ke timur pada lingkungan delta. Cekungan Kutai

berkembang pada regresi laut ke arah timur. Formasi pembawa batubara yaitu

Formasi Balikpapan dan Formasi Pulaubalang.

Cekungan Kutai mempunyai pola umum struktur lipatan – lipatan berupa

antiklin dan sinklin. Evolusi struktur cekungan kutai dimulai dengan kala Oligosen

akhir yang ditandai dengan Orogen Kuching. Lipatan – lipatan ini tersebar dari

pegunungan Meratus hingga semenanjung Mangkalihat. Menurut Sumarso

Priyomarsono dkk, 1996. Cekungan Kutai memrupakan Cekungan Kutai merupakan

Cekungan yang sangat dalam, ke arah selatan dibatasi Cekungan Barito dan Sesar

Adang yang mengarah barat laut – tenggara. Ke arah utara dibatasi mangkalihat dan

sesar Sangkulirang. Cekungan Kutai dibagi menjadi 2 yaitu Cekungan Kutai Barat,

Antiklinorium Samarinda, dan Cekungan Kutai Bagian Timur. Cekungan Kutai

terbentuk karenaproses pemekaran pada kala Eosen Tengah yang diikuti oleh fase

pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan

disebabkan oleh tumbukan lempeng yang mengakibatkan pengangkatan dasar

cekungan ke arah barat laut yang menhasilkan siklus regresif utama sedimentsi

klastik di Cekungan Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen akhir hingga sekarang.

Sejarah geologinya berawal pada kala Miosen tengah pengangkatan dasar

cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai bergerak secara progresif ke arah

timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Pada masa Miosen

Tengah ini banyak terbentuk batuan sedimen, dalam lingkungan laut dalam, laut

dangkal, delta ataupun lingkungan transisi dan paparan. Pada lingkungan

pengendapan transisi dan delta, banya terbentuk lapisan batubara dalam berbagai

ketebalan, karakteristik dan kualitas, bersama – sama dengan batuan sedimen

pembawa batubara (coal bearing formation). Di daerah ini lapisan batuan pembawa

batubara berupa lapisan batu lanau ( Sasmito, Jurnal Ilmiah MTG, Vol 7, 2014 )

55

Page 5: BAB III

Pola arah sebaran batuan pembawa batubara, perkembangannya sangat

dipengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektoniknya.

Gambar 3.2 Peta Fisiografi Pulau Kalimantan

3.3.2. Stratigrafi Regional

Menurut Priyomarsono, dkk (1994), daerah praktek kerja lapangan termasuk

ke dalam Cekungan Kutai ( Kutai Basin ), yang merupakan cekungan sedimen tersier

terbesar dan terdalam di Indonesia, yang berisikan sedimen delta. Sebelah selatan

cekungan ini dibatasi dengan cekungan Barito oleh sesar yang mempunyai arah barat

laut – tenggara yang disebut sesar Adang, sedangkan disebelah utara dibatasi

Pegunungan Mangkalihat.

Cekungan ini terbentuk adanya Selat Makasar yang dimulai pada Eosen,

sehingga cekungan ini ideal sebagai tempat pengendapan sedimen terutama batubara

dengan pelamparan yang cukup luas.

Sedimen tersier di Cekungan Kutai merupakan seri endapan delta, yang terdiri

dari beberapa siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan paparan delta

56

Lokasi

Page 6: BAB III

( delta plain ) yang terdiri atas endapan rawa, endapan alur sungai ( channel ), point

bar, dan tanggul dan tanggul sungai. Di tempat yang lebih dalam diendapkan sedimen

delta front dan prodelta, kemudian terjadi regresi dan diendapkan sedimen laut diatas

endapan paparan delta, setelah itu regresi dan diendapkan sedimen paparan delta

diatas endapan delta front dan prodelta. Siklus endapan delta ini terlihat di Cekungan

Kutai mulai dari Eosen hingga pleistosen, tetapi pada waktu Oligo-Miosen terdapat

ketidakselarasan akibat adanya pengankatan di daerah ini ( Priyomarsono, dkk 1994

dalam Tugas akhir, Miazar, 2014).

Cekungan ini mempunai 7 formasi, 2 formasi tidak mengandung batubara

yaitu formasi Tanjung-Kuaro dan Formasi Tuju-Telaki, sedangkan 5 formasi

mengandung batubara yaitu Formasi Pemaluan, Formasi Bebuluh, Formasi

Pulaubalang, Formasi Balikpapan, dan Formasi Kampung Baru.

Secara stratigrafi urutan formasi pembawa batubara dari yang termuda sampai

dengan yang tertua adalah sebagai berikut :

1. Formasi Pamaluan ( Tomp )

Diatas Formasi Tuju-Telaki secar tidak selaras ditemukan serpih,

batulempung, dan batulanau dengan sisipan batu pasir, batubara yang dinamakan

Formasi Pamaluan. Berlainan dengan formasi sedimen tersier yang lebih tua, formasi

ini tersingkap pada daerah yang luas, menempati daerah dengan topografi rendah.

Disamping itu pada formasi ini ditemukan juga batupasir halus, bersisipan

dengan serpih abu-abu, yang berstruktur paralel laminasi. Diatasnya di jumpai

batupasir berwarna putih kekuning – kuningan, berukuran halus sampai sedang,

berstruktur silang siur dan paralel laminasi. Formasi Pamaluan ini di endapkan di

lingkungan delta plain, dengan umur Miosen Awal.

2. Formasi Bebuluh ( Tmbl )

Diatas formasi pamaluan secara selaras diendapkan batugamping yang disebut

Formasi Bebuluh. Batugampingnya berwarna putih kekuningan, berlapis

mengandung foraminifera besar seperti Miogypsinoides-dehaarti, Lepidocyclina

57

Page 7: BAB III

bornensis, Lepidocyclina sumatrensis, Lepidocyclina acuta, Amphistegina lesonii

( Priyomarsono, dkk, 1994 )

Formasi ini diendapkan pada lingkungan front delta, yang berumur Miosen

Awal.

3. Formasi Pulau Balang ( Tmpb )

Diatas batugamping ( Formasi Bebuluh ) di endapkan secara selaras Formasi

Pulau Balang, yang terdiri dari batupasir, serpih, sisipan greywacke, batupasir

kwarsa, batugamping, tufa dasitik dan batubara. Didalam batupasir halus sampai

sedang, dan keras, terdapat lensa – lensa yang terdiri dari frament kecil lignit

berstruktur silang siur. Batupasir halus dengan laminasi silang siur, berselingan

dengan serpih keras berstruktur paralel laminasi dijumpai dei bagian atas formasi ini.

Formasi Pulau Balang di endapkan pada lingkungan delta, dengan umur Miosen

Tengah ( Priyomarsono, dkk, 1994 )

4. Formasi Balikpapan ( Tmbp )

Diatas Formasi Pulau Balang di endapkan secara selaras batuan sedimen yang

terdiri dari bebrapa siklus endapan delta, yang dinamakan Formasi Balikpapan.

5. Fm. Kampung Baru (Tpkb)

Diendapkan secara tidak selaras di atas Fm. Balikpapan dengan susunan litologi

berupa batupasir kuarsa dengan sisipan batulanau, serpih, dan lignit yang lunak dan

mudah hancur. Diduga formasi ini diendapkan pada waktu Miosen Akhir-Plio

Plistosen dengan lingkungan pengendapan delta hingga laut dangkal.

6. Endapan Alluvial (Qa)

Merupakan sedimen termuda berupa endapan lepas berumur kuarter yang

diendapkan tidak selaras di atas Fm. Kampung Baru. Endapannya berupa material

lepas beragam ukuran seperti kerikil, pasir, dan lumpur hasil proses desintegrasi

batuan yang diendapkan dalam lingkungan sungai, delta, dan pantai. Endapan

alluvium ditemukan berupa undak-undak sungai (river terrace) dengan ketebalan

yang bervariasi dari 0.5 meter hingga 15 meter. Penyebarannya cukup luas di sekitar

58

Page 8: BAB III

pelataran atau di daerah aliran sungai Mahakam dan anak-anak sungainya. Sebagai

ilustrasi, selanjutnya disajikan kolom stratigrafi regional wilayah PKP2B PT. Kitadin

yang merujuk kepada Peta Geologi Lembar Samarinda yang sebelumnya telah

dipetakan oleh S. Supriatna dkk (Puslitbang Geologi, 1995) seperti yang disajikan

dalam Gambar 3.3

Gambar 3.3 Stratigrafi Cekungan Kutai/Mahakam

3.4 Geologi Lokal Daerah Telitian

Ditinjau dari kedudukan regionalnya, daerah IUP PT. Kitadin secara geologi

termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Samarinda (S. Supriatna dkk. (1995),

59

Page 9: BAB III

Puslitbang Geologi) yang juga merupakan bagian dari Cekungan Kutai berumur

Tersier (Bemmelen, R.W. Van, 1949). Awal pengendapan sedimen di wilayah ini

terbentuk pada waktu Eosen Akhir (Oligosen Awal) disaat proses transgresi mencapai

puncaknya akibat terjadinya aktifitas tektonik di kawasan ini. Fenomena geologi ini

dicirikan dengan diendapkannya sedimen klastis (terrestrial clastic deposits) dari Fm.

Pamaluan dan Fm. Bebulu bagian atas. Setelah itu pada kala Miosen Tengah.

Di Cekungan ini kemudian diendapkan Fm. Pulau Balang (Tmpb) yang

memiliki hubungan jari menjari (inter fingering) dengan Fm. Warukin yang terdapat

di Cekungan Barito. Selanjutnya pada waktu Miosen Akhir, secara selaras di atas

formasi ini (Fm. Pulau Balang) lalu diendapkan Fm. Balikpapan (Tmbp) yang

diyakini merupakan salah satu formasi pembawa batubara (coal bearing zone)

potensial di kawasan ini. Hasil pemetaan singkapan batubara dan pemboran

eksplorasi menunjukkan, bahwa di daerah ini ditemukan 196 singkapan batubara

(coal outcrop) dengan 8 lapisan batubara (coal seams) yang tersebar di wilayah ini.

Keberadaan batubara tersusun berlapis-lapis dan dilintasi oleh poros sinklin

Tenggarong yang membelah wilayah perluasan dari arah utara ke selatan dengan arah

NE 10°.

Poros sinklin membentuk lekukan penyebaran endapan batubara. Lapisan

batubara yang berada di sekitar sumbu sinklin memiliki kemiringan/dip antara 5° -

10° mengarah ke poros sinklin semakin jauh dari poros sinklin kemiringan batubara

semakin tajam, dari 10° - 22°. Lapisan batubara terdapat sebagai sisipan

(intercalated) dalam batulempung karbonan dengan ketebalan bervariasi, yaitu antara

<0.50 meter hingga 2 meter.

60

Page 10: BAB III

Gambar 3.4. Peta Geologi PT. Kitadin

3.5 Morfologi Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan dari Peta Sistem Lahan

(RePPProt, 1987), lokasi studi penambangan batubara PT Kitadin mempunyai sistem

lahan dataran banjir, dataran sungai, dataran bebukit hingga perbukitan, yang terbagi

kedalam enam subsistem lahan, yaitu:

61

Page 11: BAB III

1. Daerah dataran sungai, terdapat di bagian Barat lokasi studi, mempunyai derajat

lereng lebih kecil dari 2% dan relief 2 – 10 m, dengan pola drainase meander;

2. Dataran banjir berawa dengan lembah yang sempit, terdapat di bagian Barat-

Barat Daya lokasi, mempunyai derajat lereng lebih kecil dari 2% dan relief lebih

kecil dari 2 m, dengan pola drainase meander;

3. Dataran sungai inland, terdapat pada bagian Barat Laut lokasi, mempunyai

derajat lereng lebih kecil dari 2% dan relief 2 – 10 m, dengan pola drainase yang

bervariasi yakni dendritic, anastomic dan reticulate;

4. Dataran sedimen yang berombak hingga bergelombang, terdapat di bagian Utara

lokasi, mempunyai derajat lereng 2 – 8% dan relief 11 – 50 m, dengan

konfigurasi lereng cembung. Subsistem lahan ini mempunyai pola drainase

dendritic;

5. Dataran berbukit kecil (hillocky) dengan puncak parallel dan curam, umumnya

terdapat menyebar luas, khususnya di bagian Tengah lokasi, mempunyai derajat

lereng 26 – 40% dengan konfigurasi lereng lurus, bentuk puncak lereng

berombak, relief 11 – 50 m, dan mempunyai pola drainase trellis;

6. Puncak sedimen linear dengan lereng yang curam, terdapat cukup luas di bagian

Timur, Selatan dan Barat Daya lokasi, mempunyai lereng 41 – 60% dengan

konfigurasi lereng lurus dan bentuk puncak tidak beraturan, dan mempunyai pola

drainase trellis.

Tabel 3.2. Luas Area Studi Penambangan BatubaraPT Kitadin menurut Kelas Lereng

Simbol Kelas Lereng Luas

A Datar 0 – 3% 1.456 ha 49%

B Landai 3 – 8% 136 ha 5%

C Agak landai 8 – 15% 630 ha 21%

D Agak Curam 15 – 25% 698 ha 23%

E Curam 25 – 40% 54 ha 2%

62

Page 12: BAB III

3.6 Iklim dan Vegetasi Daerah penelitian

Daerah Embalut seperti umumnya daerah-daerah lain di wilayah Indonesia,

merupakan daerah yang beriklim tropis. Suhu udara berkisar 23oC – 33oC dengan

kecepatan angin berkisar antara 7-8 km/jam. Kelembaban udara berkisar antara 91% -

92% dan curah hujan rata-rata per bulan 176,2 mm. Pada bulan Januari curah hujan

rata-rata mencapai 2,79 mm.

Vegetasi yang terdapat pada lokasi penambangan umumnya merupakan hutan

sekunder. Tipe vegetasi adalah vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah dan semak

pepohonan yang terdapat pada daerah hutannya memiliki diameter yang bervariasi

mulai dari yang besar hingga kecil dan juga terdapat semak belukar. Jenis pepohonan

yang tumbuh adalah pohon meranti, ulin, senggon dan lain-lain.

3.7 Stratigrafi Lokal

Keterdapatan batubara di daerah ini merupakan bagian dari dan Endapan

Alluvial dan batulanau yang merupakan formasi pembawa batubara. Pada lokasi IUP

PT. Kitadin terdapat dua satuan batuan berdasarkan singkapan yang ditemukan yaitu

satuan batuan batupasir dan satuan batulanau.

Pada satuan batupasir didominasi oleh singkapan Batupasir tersingkap cukup

tebal berkisar antara 0,2 s/d 1,5 meter, umumnya menunjukkan warna merah

kecoklatan, berbutir halus sampai sedang, bersifat getas / lunak, mineral penyusunnya

didominasi oleh kuarsa dengan bentuk butir menyudut tanggung-membundar

tanggung, setempat terdapat sisipan tipis oksida besi berwarna coklat. Struktur

sedimen yang berkembang pada batuan ini adalah perlapisan sejajar danperlapisan

silang siur. Hasil pengukuran pada lapisan batupasir ini menunjukkan arah jurus

kemiringan N75°E/20°, terdapat sisipan tipis batulempung yang mengandung

cangkang koral.

63

Page 13: BAB III

Pada satuan batulanau didominasi oleh singkapan batulanau yang umumnya

bersifat lunak dan mudah diremas, masif, biasanya berupa sisipan-sisipan tipis

diantara batupasir atau batulempung, berwarna coklat-abu-abu kehitaman, setempat

mengandung nodul-nodul batupasir dengan diameter mencapai 15 cm.

64