bab iii

Upload: rudy-fahlevi

Post on 08-Mar-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

moeo

TRANSCRIPT

RPIJM

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BAB III

RENCANA PENGEMBANGAN SANITASI

3.1. BIDANG AIR LIMBAH3.1.1 Kondisi Saat IniBagian ini menyajikan informasi tentang pengelola yang menyediakan layanan fasilitas limbah cair dan kondisi penyediaan layanan air limbah secara umum di Kota Payakumbuh yang meliputi (1) pelayanan sarana publik yang dilakukan oleh pemerintah (2) penyediaan sarana air limbah secara swadaya baik yang dikelola masyarakat maupun rumah tangga dan (3) penyediaan sarana air limbah industri yang dilakukan oleh pengusaha industri rumah tangga yang menyediakan sarana sanitasi on-site. Fokus kebijakan dan strategi yang disajikan dalam dokumen ini mencakup air limbah rumah tangga (domestic wastewater) dan air limbah industri rumah tangga (home industry).

A. Sarana Umum Pelayanan Air Limbah

Di Kota Payakumbuh ada IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) di Kelurahan Sungai Durian yang saat ini tidak berfungsi secara optimal. Operasi IPLT saat ini, dimana dalam 1 minggu hanya 2 truk yang memasukan tinja hasil pengurasan septik tank ke IPLT, sedangkan kondisi dari bak penampung di IPLT ada dalam keadaan rusak. Proses biologis yang harus ada di instalasi IPLT ini tidak bekerja sama sekali, karena kapasitas air limbah yang masuk sangat minim. Air Limbah yang masuk ke IPLT ini tidak saja diperoleh dari kota Payakumbuh, tetapi melayani juga daerah diluar kota Payakumbuh. Informasi yang didapat dari Dinas Tata Ruang dan Kebersihan menjelaskan bahwa septiktank yang dikuras selama tahun 2009 sebanyak 360 unit/KK atau berkisar 1,9% dari total septik tank yang ada di Kota Payakumbuh. Sedangkan untuk kawasan pasar, rumah sakit dan kawasan lainya dalam setahun rata-rata pengurasan dilakukan sekali dalam setahun.

B. Penyediaan Sarana yang Dikelola Secara Individu

Berdasarkan data yang ada, terkait dengan pembuangan air limbah rumah tangga yang ada di Kota Payakumbuh dapat dilihat sebagai berikut :

Jaringan air limbah terpusat tidak ada: 0 %

Sarana septik tank: 26 %

Pembuangan air limbah ke kolam: 11 %

Jamban diatas kolam: 29 %

Sisanya tidak mempunyai fasilitas: 34 %Dalam pengelolaan kualitas lingkungan dan air limbah di Kota Payakumbuh disadari masih sangat rendah. Pengelolaan air limbah baik yang berasal dari rumah tangga, tempat umum ataupun dari UKM (Usaha Kecil Menengah) belum dikelola dan dilakukan penanganan secara semestinya. Kalaupun ada di lingkungan perumahan namun tata kelola air limbah rumah tangga dibangun tidak terkelola dalam satu sistem yang saling terintegrasi. Apalagi jika diperhatikan ternyata kelayakan konstruksinya juga relatif masih rendah.

Pembuangan limbah tinja manusia ke kolam (untuk kemudian di makan ikan dan suatu saat ikan ditangkap dan dijadikan lauk bagi rumah tangga) masih saja terjadi. Hal ini sudah dianggap lumrah dan menjadi solusi praktis selama bertahun-tahun. Sementara itu septik tank sebagian besar tidak ditata dengan dasar yang kedap air, sehingga jarang septik tank dalam kondisi penuh harus dikuras. Kondisi ini dikhawatirkan akan mencemari atau merembes ke tanah sekitar, yang akan mengakibatkan kontaminasi dengan air tanah. Demikian pula dengan sebagian sumur penduduk (kondisi yang ada) dimana tidak diberi cincin, guna menghindari kontaminasi/bercampurnya dengan air limbah yang meresap.

Pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur secara langsung ke saluran/riol dan selokan yang ada, akan mengakibatkan kesehatan lingkungan terganggu, kotor dan kadangkala di beberapa bagian tersumbat, sehingga melimpah dan tergenangnya tempat yang lain. Perilaku yang sama, juga terjadi pada rumah tangga yang memiliki usaha peternakan ayam (petelur, pedaging) dimana di bawah kandang ternak terlihat sangat kotor dengan limbah pakan bercampur dengan kotoran ternak. Pembuangan limbah di pasar, pedagang kaki lima di waktu siang/malam, juga tidak tertangani secara baik. Akibatnya saluran drainase kota menjadi satu-satunya sarana pembuangan limbah. Kondisi ini mengakibatkan saluran drainase sepanjang pusat kota dan wilayah sekitarnya menjadi terganggu kelancarannya.

Untuk air limbah dari industri rumah tangga ada beberapa industri makanan dari ubi kayu/singkong telah mempunyai IPAL yang dibangun oleh pemerintah diantaranya di Kelurahan Bulakan Balai Kandi. Namun ada IPAL masih harus di perbaiki agar dapat berfungsi dengan baik. Kelurahan-kelurahan yang memiliki industri rumah tangga antara lain adalah Kelurahan Tanjung Pauh, Kelurahan Payolansek, Kelurahan Tanjung Gadang, Kelurahan Kapalo Koto, Kelurahan Muaro, Kelurahan Balai Kaliki dan Kelurahan Nunang. Hasil dari industri tersebut adalah makanan dari ubi kayu/singkong, tahu, tempe dan ayam potong.

3.1.2 Permasalahan UtamaPerumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sektor limbah cair pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi pengelolaan kota yang diharapkan akan dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan sektor limbah cair pada saat ini, yang mencakup :

Isu dan Masalah Pengelolaan Air Limbah

Ada 4 (empat) hal pokok yang telah teridentifikasi di dalam masalah air limbah kota yang mendesak untuk ditangani. Masing-masingnya adalah :1. Masalah perilaku meliputi peningkatan pengetahuan, pembentukan sikap sehingga menjadi perilaku warga kota;2. Masalah sarana dan prasarana;3. Masalah manajerial;4. Masalah penertiban, pengawasan lingkungan hidup.

Sedangkan isu-isu tentang air limbah antara lain :

Kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam hal pengelolaan air limbah, Kurangnya sarana jamban, Banyaknya warga yang membuang hajat langsung diatas kolam dan air kolam digunakan juga untuk mandi/kolam ikan, Kurangnya perhatian warga yang miskin akan air bersih, Pengelola home industri membuang limbahnya langsung ke badan jalan.Permasalahan utama yang dihadapi dalam mengelola air limbah di Kota Payakumbuh adalah :

1. Peraturan Perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum : Belum ada kebijakan tentang pengelolaan air limbah rumah tangga

Masih lemahnya regulasi/aturan yang ada untuk dipakai acuan dalam menertibkan masyarakat dalam membuang air limbah

Belum ada aturan yang tegas dalam pengaturan tata cara pembuangan air limbah.

Dalam penerapan IMB air limbah belum mendapat perhatian yang serius Belum ada regulasi mengenai ijin pembuangan limbah industri rumah tangga. Belum adanya sanksi yang dijalankan bagi pelanggar pencemaran lingkungan, terutama kaitannya dengan Ijin Pembuangan Limbah Cair .2. Kemampuan Lembaga Penyedia Layanan Publik

Belum ada kesiapan warga menyusun organisasi pengelola air limbah Tidak ada kerjasama antar instansi/dinas dalam mengelola air limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah home industri

Belum ada pihak swasta yang mau menjadi pengelola air limbah

3. Kemampuan Pembiayaan

Alokasi anggaran untuk pengelolaan limbah cair relatif belum memadai.

Masih rendahnya kesadaran warga untuk mau membayar retribusi untuk air limbah

Belum ada pihak swasta yang mau menginvestasikan modalnya untuk pengelolaan air limbah. Bersangkutan dengan pengelolaan IPLT yang juga melayani penyedotan septik tank dari luar Kota Payakumbuh, maka tarif penyedotan perlu diperhitungkan untuk dapat menutupi biaya O & M IPLT.4. Peran Serta Masyarakat dan Sektor Swasta

Kesadaran masyarakat dalam hidup bersih masih kurang

Kurangnya peran tokoh masyarakat/organisasi di RT/RW/Kelurahan memberikan penyuluhan dalam pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair terutama yang berbasis pada masyarakat miskin

Kurangnya sosialisasi mengenai pengelolaan air limbah dengan sistem komunal, sehingga masih banyak warga yang belum mengetahui.

Perlunya dilaksanakan lomba antar Kelurahan/RW/RT sebagai penghargaan pada masyarakat yang peduli lingkungan bersih

5. Rendahnya Tingkat Penyediaan Layanan Air Limbah

Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis.

Langkanya ketersediaan lahan/lokasi untuk lokasi sarana air limbah ; IPAL/MCK Komunal

Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga

Kurangnya sarana yang menunjang perbaikan sanitasi didaerah kumuh dan padat penduduk. Masih banyak pembuangan air limbah yg menimbulkan bau, karena dibuang di saluran yg tidak layak/saluran drainase yang tidak memadai. Membuang kotoran ternak disembarang tempat. Warga bersikap acuh dengan membuang air limbah rumah tangga ke permukaan tanah

Air limbah dibuang ke saluran yang menggenang/aliran tak lancar

Air limbah tinja dibuang ke saluran yang ada di depan rumah

Banyak tinja yang terlihat dibuang ke saluran drainase, sedangkan saluran drainase alirannya buntu

Jarak sumur gali terlalu dekat dengan pembuangan air limbah

Potensi Pengelolaan Limbah Cair

Air Limbah rumah tangga maupun air limbah home industri mempunyai potensi sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan antara lain yaitu :

Hasil sampingan dari pengolahan tinja adalah gas methan yang dapat digunakan untuk memasak dan air panas untuk mandi.

Air limpahan yang keluar dari septik tank komunal dapat digunakan untuk Waste Water Garden ( WWG).

Lumpur dari IPLT yang sudah stabil dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk organik, serta air hasil olahan bisa digunakan untuk menyiram tanaman (taman di tempat-tempat umum).

Dengan adanya pencemaran limbah cair di satu sisi ada potensi pengembangan jaringan pelayanan on-site.

Banyaknya tangki septik tank warga mempunyai potensi membuka lapangan kerja untuk sektor swasta terutama dalam pengurasan dan pengangkutan lumpur tinja.

Tantangan

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengelola air limbah meliputi :

Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan layanan sarana air limbah baik yang berasal dari rumah tangga maupun industri rumah tangga, Meningkatkan kebutuhan akan prasarana dan sarana air limbah rumah tangga dan air limbah industri rumah tangga/home industri, Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

4.1.3 Strategi Pengelolaan Air LimbahHingga saat ini upaya nyata yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh dalam rangka penanganan air limbah domestik dapat ditengarai dari upaya kebijakan yang bersifat strategi, upaya penanganan layanan yang bersifat teknis operasional serta upaya pembinaan dan peningkatan kesadaran. Upaya kebijakan yang terkait dengan penanganan air limbah domestik dilakukan dengan penerbitan berupa :

a. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1996 tentang Bangunan

b. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus

c. Keputusan Walikota Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pungutan dan Pengelolaan Retribusi Penyedotan Kakusd. Peraturan Walikota Nomor 43 Tahun 2010 tentang Retribusi Penyedotan Kakus.

Sedangkan upaya operasional layanan pengelolaan limbah dilakukan dengan cara :

a. Penyediaan IPLT sebagai sarana pengolahan limbah domestik

b. Penyediaan layanan jasa penyedotan kakus dengan skala layanan yang tidak hanya terbatas di wilayah Kota Payakumbuh, namun juga pada wilayah kota dan kabupaten lain di sekitar Kota Payakumbuh.

c. Kerjasama pengelolaan dengan pihak swasta dalam bentuk kontrak kelola fasilitas MCK di wilayah pasar dan terminal.

Strategi pengelolaan air limbah industri adalah :

a. Mewajibkan bagi pengusaha/pengelola kawasan industri pada sekitar Kawasan Lingkar Utara Kota Payakumbuh membangun instalasi pengolah limbah (IPAL)

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air limbah.

c. Meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah berbahaya.

Strategi pengelolaan air limbah domestik :

a. Melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan dengan tingkat kepadatan rendah dengan onsite system.

b. Melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan dengan kepadatan sedang dengan onsite system komunal.

c. Melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi dengan offsite system atau minimal dengan onsite system komunal.

d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan prasarana air limbah.

4.1.4 Program Prioritas Bidang Air Limbah1. Program perencanaan dan pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

Guna meningkatkan pengelolaan dan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan oleh aktifitas kota terutama dari kawasan permukiman, perdagangan/industri dan kawasan khusus terutama di pusat kota, maka perlu dikembangkan program pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan kegiatan sebagai berikut :

Perencanaan DED prasarana dan sarana air limbah kawasan kota,

Pembebasan lahan untuk prasarana dan sarana air limbah,

Pembangunan prasarana dan sarana air limbah RSH/kawasan kota, Pembebasan lahan untuk prasarana dan sarana air limbah RSH, Pembangunan fasilitas umum RSH, Pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan sistem on-site,

Perencanaan septik tank/MCK komunal, Pembangunan septik tank/MCK komunal, Sosialisasi program sanitasi berbasis masyarakat.

Pembangunan sarana dan prasarana air limbah rumah sakit dan sarana umum lainnya, seperti pasar, TPA dan industri sedang/kecil.

2. Program Indonesia Sanitation System Development Project (ISSDP).

Guna meningkatkan pengelolaan dan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan oleh aktivitas kota, maka perlu dikembangkan program pembangunan prasarana dan sarana air limbah dengan kegiatan Pembangunan prasarana dan sarana air limbah (septik tank dan MCK komunal).3. Program pembinaan dan bimbingan teknis.

Guna meningkatkan kemampuan dan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana air limbah, maka perlu dikembangkan program pembinaan dan bimbingan teknis dengan kegiatan bantuan teknis pengelolaan air limbah.

4. Program peningkatan fungsi IPLT.

Guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta mengurangi dampak dari proses pengolahan lumpur tinja, maka perlu dikembangkan program peningkatan fungsi IPLT dengan kegiatan sebagai berikut :

Pemeliharaan IPLT, Pengadaan truk tinja, Pengadaan demplot pemakaian pupuk organik.5. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah : Kinerja penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah,

Kinerja penyediaan prasaran dan sarana air limbah,

Pengembangan sistem distribusi air minum,

Kampanye anti pencemaran limbah industri,

Kinerja rehab/pemeliharaan prasarana dan sarana air minum,

Kinerja monitoring, evaluasi dan pelaporan.

3.2. BIDANG PERSAMPAHAN3.2.1 Kondisi Saat ini

A. Timbulan Sampah

Jumlah penduduk Kota Payakumbuh sampai tahun 2010 mencapai 116.910 jiwa yang terdiri dari 57.890 jiwa laki-laki dan 59.020 perempuan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan atau 76 kelurahan dengan kepadatan penduduk 1.454 jiwa/km2 dan pertumbuhan 1,85 persen per-tahun. Berdasarkan data kependudukan tersebut dan perkiraan timbulan sampah 2,5 liter per orang per hari, maka jumlah sampah yang dihasilkan di seluruh kota adalah sekitar 292 m3/hari atau sekitar 57 ton/hari (apabila kerapatan curah 225 kg/m3 ). Apabila tidak ada tindakan pengurangan jumlah sampah akan bertambah sekitar 0,5 ton/hari.

B. Pengelolaan Sampah Saat Ini

Pewadahan

Sampah yang dihasilkan belum seluruhnya ditangani oleh masyarakat maupun pemerintah kota. Perwadahan sampah merupakan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah kota. Berdasarkan data studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang dilakukan pada tahun 2008, keluarga yang memiliki tempat (wadah) sampah adalah sekitar 27,1 persen. Sementara itu berdasarkan data Dinas Tata Ruang dan Kebersihan tahun 2009, wadah (tong) sampah yang disediakan Pemerintah Kota sampai tahun 2009 adalah sebanyak 209 buah. Wadah yang digunakan terdiri atas jenis permanen yang terbuat dari tembok, logam atau material lain dan jenis gerak yang terbuat dari kayu dan fiber.

Pengumpulan

Pengumpulan sampah dilaksanakan oleh keluarga masing-masing, petugas pribadi, petugas kelompok, petugas RT/RW dan petugas pemerintah kota. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong, gerobak motor atau kendaraan lainnya. Berdasarkan studi EHRA, keluarga yang memiliki tempat (wadah) sampah menerima pelayanan pengumpulan sampah dari berbagai pihak. Pemerintah kota hingga sampai tahun 2008 telah memiliki gerobak dorong 65 buah dan becak sampah 4 buah. Partisipasi masyarakat dalam pengumpulan sampah lebih kurang 65%.

Pengangkutan

Pengangkutan dilaksanakan oleh petugas pemerintah kota dan partisipasi masyarakat. Jumlah sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir sekitar 145 m3/hari. Pengangkutan oleh petugas pemerintah kota dilakukan dengan menggunakan dump-truck dan arm-roll truck. Untuk mendukung pengangkutan ini, pemerintah kota sampai tahun 2009 memiliki 7 (tujuh) buah dump-truck berdaya angkut 10 m3, 2 (dua) buah arm-roll truck berdaya angkut 10 m3 dan 1 (satu) buah pick-up berdaya angkut 2 m3.

Guna memperlancar pengangkutan sampah, pemerintah kota sampai tahun 2009 telah menyediakan 70 buah tempat pembuanganan sampah sementara (TPSS) Kayu, 80 buah TPSS Drum, 2 (dua) buah transfer depo dan 7 buah kontainer.

Daur Ulang

Kegiatan daur ulang sampah telah dilaksanakan baik oleh pemerintah kota maupun masyarakat. Pemerintah kota memiliki sarana pengolahan sampah berupa mesin pencacah sampah yang dirancang mampu mengolah sampah 30 m3/hari dengan hasil produksi berupa bahan kompos dari limbah pasar.

Dalam pemanfaatan sampah organik, partisipasi masyarakat di kelurahan cukup tinggi terutama untuk masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Hasil komposting tersebut, dapat digunakan sendiri pada lahan pertanian mereka. Beberapa usaha perorangan telah melakukan pula kegiatan daur ulang dengan memproduksi cacahan berbagai jenis bahan plastik yang dikumpulkan oleh para pemulung.

Pemusnahan

Berbagai upaya pemusnahan sampah telah dilakukan oleh pihak RS Adnaan WD dengan cara membakar sampah dengan incenerator berkapasitas 2m3/hari.

PembuanganPemerintah kota pada saat ini memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) sampah seluas 1,8 hektar di Ampangan yang hampir habis masa pakainya. Meskipun demikian, pemerintah kota sudah membebaskan lahan dalam rangka mempersiapkan lokasi TPA baru dengan sistem sanitary landfill di Kelurahan Kapalo Koto dengan luas 16,8 ha. Pembuangan di TPA saat ini dilaksanakan dengan cara control landfill.

3.2.2. Permasalahan Utama

Pada masa lalu di kota Payakumbuh, sampah yang berada di ruang terbuka akan lapuk dan berubah dengan sendirinya menjadi tanah atau terbawa hanyut oleh aliran air sungai dan tidak ada masalah. Sesuai dengan mobilitas perkembangan penduduk, pada saat ini komposisi bahan sampah banyak mengandung plastik, logam dan berbagai macam benda yang tidak mudah lapuk. Akibatnya, sampah tetap ada di ruang terbuka dan terus bertambah (terakumulasi). Disamping itu, daerah perkotaan tumbuh dengan cepat dan penduduk menghasilkan sampah jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Tingginya arus urbanisasi dan pesatnya pembangunan sektor ekonomi, seperti pasar, swalayan dan pusat perbelanjaan modern juga menyumbang pertumbuhan volume timbulan sampah setiap harinya. Kita ketahui laju pertumbuhan sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Semua hal tersebut menyebabkan diperlukannya lebih banyak kelompok/organisasi dan peningkatan sarana untuk menjaga daerah perkotaan bersih dari sampah.

Pada waktu belakangan ini, berbagai lembaga pemerintah kota dan pemerintah pusat telah melaksanakan pengelolaan sampah yang sebelumnya dilakukan oleh berbagai organisasi masyarakat. Pada prinsipnya hal tersebut dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan yang efisien dengan menggunakan cara-cara dan teknologi pengelolaan sampah modern. Meskipun demikian, dalam praktiknya, ternyata tidak cukup dana dan personil terlatih untuk menangani kebutuhan yang terus meningkat, dan pengelolaan sampah tidak terbukti cukup efektif. Permasalahan tersebut terutama tampak di daerah yang padat penduduk. Oleh sebab itu, perlu untuk meninjau ulang pendekatan pengelolaan sampah dan menemukan cara-cara yang akan menjamin sampah tersebut dapat dikumpulkan dan diolah dengan cara yang tepat. Permasalahan utama tersebut seperti berikut :A. Timbulan Sampah Jumlah sampah yang dihasilkan setiap orang rata-rata terus meningkat sejalan dengan populasi penduduk kota secara keseluruhan bertambah.

Komposisi sampah rumah tangga dan komersial selalu berubah dengan kecenderungan komponen sampah basah relatif berkurang, sedangkan kertas, kaca, plastik, logam dan berbagai macam benda lain bertambah.

Sampah yang tidak dipisahkan dari sumbernya menyebabkan pengembalian kembali sumber daya alam dari sampah menjadi sulit dan kurang ekonomis.

Penggunaan sampah secara tradisional untuk membuat kompos telah banyak berkurang karena warga kota sudah tidak mempunyai tempat untuk membuatnya atau keengganan para petani untuk mengolah.

Meskipun diperintahkan oleh agama untuk memelihara kebersihan, penanganan sampah rumah tangga oleh sebagian orang dianggap sebagai pekerjaan rendah.

Sampah sering dibuang di tempat terbuka, sehingga meskipun tidak terlihat tetapi menimbulkan bau kurang sedap, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya serta merusak estetika.

B. Pengelolaan Sampah

1) Perwadahan dan Pengumpulan

Sudah menjadi kebiasaan warga kota membuang sampah tanpa wadah (tong, karung dan lain-lain) tanpa peduli bagaimana sampah tersebut akan dipindahkan/diangkut.

Masih ditemui warga kota yang membuang sampah ke saluran air dengan harapan akan terhanyutkan. Kenyataannya sampah menyumbat saluran tersebut.

Belum meratanya masyarakat perkotaan yang memiliki perwadahan/penampungan sampah masing-masing.

Tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) masih kurang memadai baik dalam jumlah, ukuran, maupun kualitasnya.

Penempatan TPSS di setiap wilayah tidak merata.

Dengan cepatnya pertumbuhan penduduk dan pertambahan bangunan, maka tidak banyak tersedia ruang untuk fasilitas umum persampahan, seperti tempat kontainer, tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) dan transfer depo.

Pengumpulan sampah yang tidak teratur waktunya menyebabkan rumah tangga membuang sampah disembarang tempat, akibatnya dalam jangka panjang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

2) Pengangkutan

Transfer depo yang diharapkan dapat mempercepat pengangkutan sampah, ternyata masih berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPSS), karena gerobak pengumpul sampah dan truk pengangkut sampah masih saling menunggu.

Disain tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) yang ada tidak mendukung untuk mempercepat pemuatan sampah ke atas kendaraan yang digunakan. Pengangkutan sampah dari sumber, tempat pembuangan sementara (TPSS) dan transfer depo ke tempat pembuangan sampah masih belum sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan dari seluruh Kota Payakumbuh. Pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir masih menggunakan kendaraan yang belum memperhatikan pencemaran lingkungan di sepanjang perjalanan.3) Pembuangan/pemusnahan Sistem pembuangan sampah di TPA masih dilakukan secara tidak tepat atau buruk sehingga menghasilkan lindi (leachate) yang dapat mencemari air permukaan dan air tanah.

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang tidak tertutup atau pengelolaannya jelek dapat menimbulkan sampah berserakan oleh angin, pemulung atau binatang.

Sistem pembuangan sampah secara terbuka menyebabkan berkembangbiaknya hama penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Pembakaran sampah di daerah perkotaan akan menimbulkan polusi dan gangguan kesehatan.

Pembuangan sampah secara sembarangan menyebabkan gangguan terhadap lingkungan, estetika, kegiatan ekonomi dan pariwisata.

4) Sampah Sebagai Sumberdaya

Berdasarkan sifatnya, sampah rumah tangga dapat dibuat kompos, tetapi saat ini sampah banyak mengandung plastik, kaca, dan bahan kimia yang menyebakan pembuatan kompos menjadi sulit.

Petani sekarang lebih banyak menggunakan pupuk kimia (instan) meskipun faktanya pupuk kimia tersebut dapat merusak tanah dalam jangka waktu lama.

Banyak bahan kering dalam sampah dikumpulkan oleh para pemulung dan dijual kepada pedagang dan industri untuk digunakan kembali. Meskipun demikian, masih banyak bahan yang berpotensi diambil kembali tetapi tidak memiliki pasar dan masih banyak komponen sampah yang tidak terambil, kembali berserakan secara tersembunyi dan tidak sehat.

Kebanyakan penduduk tidak menyadari betapa penting dan berharganya pekerjaan para pemulung. Para pemulung biasanya dipandang sebagai gelandangan. Kedudukan sosial yang rendah menyebabkan sulit bagi mereka untuk melakukan pekerjaan secara efisien.

Pasar untuk sampah yang dapat didaur ulang seperti kaca, kertas, kain, logam dan plastik sudah ada tetapi belum berkembang.

Para pemulung tidak punya hubungan langsung dengan pabrik yang menggunakan bahan bekas, mereka bergantung pada pedagang perantara.

Sistem daur ulang (recycling) dan penggunaaan kembali (reuse) yang efektif tidak dapat berkembang sebab masyarakat belum memilah sampah dari rumah tangga sebelum dibuang dan mereka sangat resisten terhadap ide sampah sebagai sumber daya potensial.

Kurangnya usaha untuk mengurangi sampah dengan mengurangi kemasan dan mendaur ulang limbah padat B3 rumah tangga seperti batu baterai dan obat-obatan kadaluwarsa.

5) Sistem Pengelolaan Sampah

Secara umum pemerintah kota tidak memiliki rencana strategi, rencana induk dan rencana operasional pengelolaan sampah skala kota serta tidak ada pembagian tanggung jawab secara formal untuk melakukan pekerjaan antara pemerintah kota dan organisasi masyarakat.

Teknologi pengumpulan dan pembuangan sampah yang digunakan tidak tepat dan tidak efektif, sehingga merupakan pemborosan.

Personil pengumpulan dan pembuangan sampah kurang terampil dan pengawasan buruk sehingga menghabiskan waktu dan dana.

Pengelolaan sampah tidak dipantau secara ketat, akibatnya tidak banyak informasi yang tersedia pada sistem. Peraturan dan keputusan dibuat tanpa menyesuaikan situasi.

Mereka yang menerima manfaat dari sistem pengelolaan sampah secara formal belum seluruhnya membayar jasa pelayanan/retribusi. Sistem tarif dikembangkan alakadarnya dan pungutan jasa pelayanan/retribusi tidak sepenuhnya berdasarkan jumlah pelayanan.

Guna mencapai kondisi yang diharapkan sebagaimana tersebut diatas dalam pelaksanaannya ternyata terdapat hambatan yang mungkin dapat membatalkan tujuan yang akan dicapai. Hambatan tersebut antara lain sebagaimana diuraikan dibawah ini.

Kebijakan Kebijakan nasional berkenaan dengan pelimpahan fungsi serta tanggung jawab kepada pemerintah kota belum jelas.

Pelimpahan peran dan tanggung jawab pada tingkat nasional tidak meliputi seluruh stakeholder.

Kerangka kerja hukum dan peraturan kurang efektif/sudah usang. Pemerintah kota memiliki keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan penerimaan daerah.

Kebijakan subsidi kurang terencana.

Kelembagaan

Lembaga-lembaga pemerintah pusat tidak dapat menyediakan sanitasi secara efektif di kota.

Secara umum terdapat pemahaman yang sangat terbatas terhadap model pengelolaan yang sangat efektif untuk menyediakan layanan persampahan.

Pemerintah kota saat ini belum memiliki kapasitas untuk mengelola persampahan.

Pengalaman dan kemauan pihak swasta dalam menyediakan pelayanan persampahan terbatas.

Keuangan

Masyarakat yang terlayani belum sepenuhnya mau atau mampu membayar biaya pengelolaan sampah.

Sistem pengelolaan sampah masih bergantung pada bantuan pemerintah pusat.

Pemerintah kota tidak memiliki akses terhadap pinjaman.

Swasta tidak bisa berperan lebih besar dalam pendanaan persampahan.

Teknologi

Terdapat kebimbangan pilihan teknologi pengelolaan sampah antara profit centre dan cost centre.

Norma-norma dan standar-standar teknologi persampahan, lingkungan hidup dan kesehatan yang mendukung penyelesaian secara teknik dan hukum tidak bisa berjalan.

Partisipasi

Keterlibatan konsumen dan masyarakat umum dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah pusat tidak diterima selebar-lebarnya sebagai sesuatu yang penting untuk keberhasilan program persampahan.

Keterlibatan lembaga-lembaga stakeholder memerlukan pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang tepat untuk rumah tangga.

Kota kecil kurang memiliki kapasitas dalam partisipasi dan promosi. Masih rendahnya kesadaran masyarakat kota dalam pengelolaan sampah dan masih menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah.Lingkungan Hidup

Kebutuhan dana untuk pengelolaan sampah dalam rangka melestarikan lingkungan hidup bersaing dengan kebutuhan dana untuk keperluan lain. Skala perioritas pendanaan untuk lingkungan hidup masih kurang.3.2.3 Strategi Pengelolaan Sampah

Strategi pengelolaan sampah adalah :

a. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dengan cara pemilahan, pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menciptakan nilai tambah dari sampah yang ditimbulkan.

b. Merubah paradigma pengelolaan sampah dari pola kumpul, angkut, buang menjadi pola kumpul, pilah, angkut, pemusnahanc. Peningkatan sarana dan prasarana persampahan kota, seperti truk sampah, bak sampah, gerobak/becak sampah dan tempat pembuangan akhir yang representatif dilakukan oleh Pemerintah Daerah bekerja sama dengan swasta dan partisipasi masyarakat.

d. Meningkatkan program penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka menjaga kebersihan dan keteduhan.

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

f. Penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap WP.

g. Pengoperasian TPAS Kapalo Koto (TPAS Regional) dengan menggunakan sistem/metode Sanitary landfill.3.2.4. Program Prioritas Bidang Persampahan

Berdasarkan kondisi persampahan saat ini, kondisi yang diharapkan, dan hambatan yang dihadapi sebagaimana telah dibahas dimuka, maka pengelolaan sampah di Kota Payakumbuh akan dilakukan secara terencana melalui berbagai program dan kegiatan sebagaimana diuraikan berikut ini. Program tersebut akan dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya.

Timbulan Sampah1. Program pembentukan kelompok warga peduli lingkungan (KSM) di setiap RT/RW/kelurahan.

Guna mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari setiap sumber penghasil sampah serta merubah sistem pengelolaan sampah rumah tangga dan komersial, maka perlu keterlibatan warga masyarakat secara aktif dalam berbagai kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut agar lebih terarah dan efisien akan lebih baik disalurkan melalui kelompok warga yang peduli terhadap lingkungan atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Dalam rangka membentuk kelompok warga tersebut perlu adanya kader-kader di setiap wilayah yang akan menjadi perintis dalam melakukan berbagai kegiatan, sehingga program pembentukan kelompok warga peduli lingkungan ini akan meliputi kegiatan sebagai berikut :

Pembentukan kader warga peduli lingkungan di setiap kelurahan,

Pembentukan kelompok warga peduli lingkungan di setiap RT/RW, Pengadaan percontohan kegiatan pemisahan sampah basah dan kering dari sumbernya, Pengadaan percontohan pembuatan kompos/pupuk cair,

Kampanye pemeliharaan kebersihan (Gerakan Payakumbuh Bersih), Lomba kebersihan lingkungan/adipura.

2. Program pengurangan produksi dan penggunaan kemasan/kantong plastik.

Guna merubah komposisi sampah rumah tangga dan komersial sehingga komponen sampah basah bertambah, sedangkan plastik dan berbagai macam benda lain yang sejenis berkurang, maka perlu diadakan program pengurangan produksi dan penggunaan berbagai barang yang terbuat dari plastik terutama kantong/kemasan plastik. Program tersebut antara lain dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :

Kampanye pengurangan produksi dan penggunaan kantong plastik di pertokoan dan kegiatan komersial,

Kampanye penggunaan keranjang belanjaan sendiri, Kampanye program penggunaan kembali (reuse) dari barang bekas.Pengelolaan Sampah

Perwadahan dan Pengumpulan1. Program pengembangan teknologi dan sistem perwadahan dan pengumpulan sampah.

Dalam rangka mendorong setiap rumahtangga dan tempat usaha memiliki wadah untuk sampah yang dihasilkannya dan mereka juga memikirkan bagaimana sampah tersebut akan dipindahkan/diangkut, serta mencegah warga kota membuang sampah ke saluran air dan mengajak warga untuk membersihkan sampah dari saluran tersebut, maka diadakan program pengembangan teknologi dan sistem perwadahan dan pengumpulan sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Pembangunan prasarana dan sarana sampah terpadu (3R),

Pengadaan/pembebasan lahan pengelolaan sampah terpadu, Pengadaan alat pengumpul dari sumber ke TPST, Pembangunan jalan masuk lokasi rumah kompos,

Pembangunan pagar rumah kompos,

Pengadaan wadah percontohan tempat sampah keluarga di kawasan padat atau sulit dijangkau,

Pengadaan contoh alat transportasi pengumpulan sampah (gerobak) di wilayah kumuh atau sulit dijangkau.

2. Program pengembangan wilayah swakelola persampahan.

Agar setiap rumah tangga dan tempat usaha, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama di lingkungan RT/RW masing-masing memiliki petugas kebersihan untuk memindahkan/mengangkut sampah ke tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) atau tempat pembuangan akhir (TPA), kecuali mereka yang mendapat pelayanan langsung dari petugas kebersihan pemerintah kota, maka perlu dikembangkan swakelola pengelolaan sampah disetiap wilayah melalui program pengembangan wilayah swakelola persampahan dengan kegiatan sebagai berikut :

Pembentukan contoh kelompok swakelola persampahan di setiap RT/RW, Pemantauan kegiatan pengelolaan sampah swakelola, Pemberlakuan insentif dan disinsentif (menurut UU Nomor 18 tahun 2008)3. Program penambahan sarana dan prasarana perwadahan dan pengangkutan sampah.

Guna meningkatkan kegiatan pengumpulan sampah di wilayah kota yang padat penduduknya dan memperbaiki perencanaan dan operasi sistem pengelolaan sampah agar dapat mencapai target-target pekerjaan yang diharapkan, maka perlu mencari ruang terbuka untuk penempatan fasilitas umum persampahan, seperti tempat kontainer, bak sampah permanen, tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) dan transfer depo, juga perlu dilakukan penambahan sarana dan prasarana persampahan melalui program penambahan sarana dan prasarana perwadahan dan pengangkutan sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Pengadaan becak motor, Pengadaan kontainer,

Pengadaan gerobak dorong (roda satu dan roda dua), Pengadaan dump truck,

Pengadaan bin kontainer,

Pengadaan TPS kayu, drum dan pasangan batu bata,

Pengadaan landasan TPS, Penambahan lokasi transfer depo di setiap kecamatan.4. Program out-sourcing atau pelibatan pihak ketiga dalam penyapuan dan pengumpulan sampah di fasilitas umum.

Guna meningkatkan kinerja pengelolaan sampah perlu dijalin kerjasama dengan pihak lain melalui program out-sourcing atau pelibatan pihak ketiga dalam kegiatan penyapuan dan pengumpulan sampah dari fasilitas umum. Adapun kegiatan yang diserahkan kepada pihak ketiga melalu program ini adalah sebagai berikut :

Penyapuan dan pengumpulan sampah jalan protokol,

Peyapuan dan pengumpulan sampah taman kota,

Pengelolaan kebersihan fasilitas umum dan RSU, Pengangkutan sampah dari daerah komersial.5. Program pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengangkutan persampahan.

Dalam rangka meningkatkan operasi pengumpulan sampah, disamping perlu mengatur kembali jadwal pengumpulan sampah dari rumah tangga dan tempat usaha ke tempat pembuangan sementara (TPS), juga perlu meningkatkan pemeliharaan sarana prasarana melalui program pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengangkutan persampahan dengan kegiatan sebagai berikut :

Perawatan kontainer dan landasan kontainer, Perawatan dan penggantian TPSS serta landasan TPSS, Perawatan transfer depo,

Perbaikan bak dump truck dan suku cadang armada sampah,

Pengadaan kelengkapan sarana kerja kebersihan.

Pengangkutan Sampah1. Program penambahan sarana dan prasaran pengangkutan sampah.

Dalam rangka meningkatkan pengangkutan sampah, disamping perlu mengatur kembali waktu kedatangan dan keberangkatan gerobak pengumpul dan kendaraan pengangkut sampah ke transfer depo, merancang ulang (redesign) tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sehingga dapat mempercepat pemuatan sampah ke atas kendaraan pengangkut yang digunakan, juga perlu menambah jumlah armada pengangkut sampah agar pengangkutan dari sumber, tempat pembuangan sementara (TPS) dan transfer depo ke tempat pembuangan akhir (TPA) sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan, serta kendaraan yang digunakan juga memperhatikan aspek pemeliharaan lingkungan selama di perjalanan, maka diadakan program penambahan sarana dan prasarana pengangkutan sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Pengadaan Armrool,

Pengadaan Dump Truck, Pengadaan compaktor truk2. Program pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengangkutan sampah terutama dari fasilitas umum.

Dalam rangka meningkatkan operasi pengangkutan sampah, disamping perlu mengatur kembali waktu pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS), juga perlu meningkatkan pemeliharaan sarana prasarana melalui program pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana pengangkutan sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Perawatan container,

Perawatan transfer depo dan landasan container,

Perbaikan bak damp-truk,

Pengadaan kelengkapan sarana kerja kebersihan.3. Program pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengangkutan sampah.

Dalam rangka meningkatkan operasi pengangkutan sampah, disamping perlu mengatur kembali waktu pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS), juga perlu meningkatkan pemeliharaan sarana prasarana melalui program pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana pengangkutan sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Perawatan armada/truk sampah, Perawatan container,

Perawatan transfer depo dan landasan container,

Perbaikan bak damp-truk,

Pengadaan kelengkapan sarana kerja kebersihan.

Pembuangan Sampah1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.

Guna memperlancar proses pemusnahan sampah di lokasi TPA dan mencegah kegiatan pembakaran sampah di daerah perkotaan karena dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, lingkungan, kegiatan ekonomi dan pariwisata, maka pada lokasi yang telah ditentukan perlu segera membangun tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang memenuhi persyaratan melalui program peningkatan sarana dan prasarana tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Pembebasan lahan untuk lokasi TPA,

Pembangunan TPA,

Pengawasan dan supervisi TPA,

Pengadaan tanah timbun penutup TPA,

Pengadaan alat-alat berat (buldozer, eskavator),

Pengadaan peralatan bengkel dan utilitas,

Operasional sanitary landfill,

Pembangunan gudang dan pos jaga,

Pengadaan jembatan timbang,

Pembangunan instalasi pengolahan lindi (leachate),

Pembuatan jalan masuk dan jalan operasional,

Pembangunan konstruksi sel dan saluran drainase, Pembuatan lokasi buffer zona, Pembangunan tempat pengomposan sampah organik, Pembangunan tempat pencacah biji plastik (anorganik)2. Program pengoperasian dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah secara sanitary landfill.

Guna mencegah pembuangan sampah yang dilakukan secara tidak tepat, buruk atau secara terbuka yang disamping akan menghasilkan lindi (leachate), sehingga dapat mencemari air permukaan dan air tanah serta menyebabkan berkembangbiaknya hama penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia, maka perlu dilaksanakan program pengoperasian dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah secara sanitary landfill dengan kegiatan sebagai berikut :

Penyiapan SDP TPA, Penyediaan tanah penutup,

Pemeliharaan kolam lindi, Pengujian kualitas air lindi, Pemasangan pipa gas,

Operasional sanitary landfill, Pemeliharaan sarana dan prasarana TPA, Perawatan buldozer dan eskavator, Perawatan mesin-mesin pencacah.

Sampah Sebagai Sumberdaya1. Program revitalisasi instalasi pengolahan sampah (diusulkan dalam bentuk matriks dukungan sebagai lampiran).

Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sampah rumah tangga untuk dibuat menjadi kompos, mendaur ulang plastik, kaca dan bahan lainnya serta meningkatkan operasional instalasi pengolahan sampah yang sudah ada, sehingga dapat memusnahkan sampah yang dihasilkan dari seluruh wilayah Kota Payakumbuh dan sekitarnya serta memperkuat manajemennya, maka dilakukan peningkatan dan diversifikasi pemanfaatan sampah melalui program revitalisasi instalasi pengolahan sampah dengan kegiatan sebagai berikut :

Peningkatan peralatan pengolah sampah,

Pengadaan peralatan pembuat biji plastik,

Pengadaan peralatan gasifikasi sampah,

Pengoperasian dan pemeliharaan mesin pengolah sampah.

2. Program pengembangan kompos sampah pasar hasil pemilahan dan hasil daur ulang.

Guna mendorong para petani menggunakan pupuk organik sehingga struktur tanah yang rusak dapat diperbaiki, dan memanfaatkan berbagai bahan yang berpotensi untuk diambil kembali dari sampah, maka perlu program pengembangan pasar komponen sampah hasil pemilahan dan hasil daur ulang dengan kegiatan sebagai berikut :

Pengadaan demplot penggunaan kompos/pupuk cair,

Kegiatan promosi dan dukungan penggunaan produk daur ulang sampah.

Sistem Pengelolaan Sampah1. Program pengintegrasian rencana pengelolaan sampah ke dalam rencana strategi sanitasi kota.

Guna memperbaiki sistem pengelolaan sampah diperlukan keterpaduan antara sektor sejak dari perencanaan sampai pada implementasinya, sehingga sistem pengelolaan sampah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi sanitasi kota. Untuk maksud tersebut, maka perlu diadakan suatu program pengintegrasian rencana pengelolaan sampah kedalam rencana strategi sanitasi kota dengan kegiatan sebagai berikut :

Penyusunan rencana operasional pengelolaan sampah,

Pengembangan teknologi pengolahan persampahan,

Penyusunan draft peraturan daerah (PERDA) pengelolaan sampah,

Penyusunan rencana teknik rinci (DED) sarana dan prasarana persampahan,

Monitoring dan evaluasi.3.3 BIDANG DRAINASE

3.3.1 Kondisi Saat IniSistem Drainase Kota

Kota Payakumbuh dialiri oleh sungai utama Batang Agam dengan pola aliran kurang lebih dari barat daya ke timur laut, kira-kira pada bagian tengah kota. Di bagian utara mengalir Sungai Batang Lampasi dengan arah dari barat ke timur, dengan anaknya Batang Pulai yang mengalir kurang lebih sejajar dengan Batang Agam. Di bagian tenggara kota, mengalir Batang Sikali dengan anak sungainya. Ketiga sungai ini bermuara ke Batang Sinamar yang mengalir di timur laut kota, sekaligus merupakan batas kota di bagian timur laut. Letak sungai-sungai tersebut seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1

Peta Hidrologi Kota Payakumbuh

Pada umumnya sistem drainase kota Payakumbuh berawal dari saluran-saluran drainase kwarter di perumahan yang mengalir ke saluran tersier drainase jalan, lalu mengalir ke sungai-sungai tersebut diatas, baik secara langsung, ataupun melalui saluran irigasi yang kemudian menjadi saluran pembuang persawahan terlebih dahulu.Daerah Genangan

Beberapa lokasi yang tergenang pada saat hujan lebat dapat dilihat pada peta genangan di halaman berikut, dengan tabel genangan dibawah ini :

Tabel 3.1. Lokasi GenanganNoNama Jalan/KawasanKeterangan

1.Jl. Tan Malaka, Tanah Mati Saluran drainase hanya ada pada sisi kiri.

2.Simp. Tiga TPR Terminal Koto Nan IVKapasitas saluran dan gorong-gorong yang berkurang akibat sampah dan lumpur.

3.Kawasan Labuh Baru (terminal Sago)Kapasitas saluran yang kurang memadai

4.Komplek Pusat KotaGenangan terjadi akibat pembendungan saluran untuk pengarahan air

5.Kawasan Pdg Tiakar Hilir (Jl. M. Yamin, Jl. Kulin)Pada waktu hujan, kapasitas saluran tidak dapat menampung debit air yang ada.

6.Kawasan Pdg Tangah Payobadar (Jl. M. Yamin)Adanya cekungan, sehingga air terkumpul pada lokasi ini.

7.Kawasan Ibuh (Jl. Gatot Subroto)Adanya cekungan, sehingga air terkumpul pada lokasi ini.

Selain daerah yang disebutkan diatas masih ada daerahdaerah lain yang masih mengalami genangan. Namun pada saat ini, ketujuh daerah diatas adalah daerah yang merupakan kondisi yang sering terjadi genangan setiap hujan turun dalam kurun waktu 2 jam setinggi mata kaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 3.2

Daerah Genangan Kota Payakumbuh

3.3.2 Permasalahan UtamaWalaupun kondisi topografi yang cukup menunjang, kepadatan rumah yang umumnya masih jarang, kecuali di kelurahan-kelurahan sepanjang jalan utama, dan tata guna lahan yang masih teratur, namun terdapat juga genangan-genangan di beberapa tempat di Kota Payakumbuh, yang disebabkan oleh :

Aspek Kebijakan :

Penegakan aturan Koofisien Dasar Bangunan belum maksimal

Pengendalian daerah terbangun belum maksimal

Koordinasi lintas daerah untuk DAS belum maksimal

Kewajiban mengikuti Standar Pelayanan Minimum (PP Nomor 65 Tahun 2005)

Aspek Kelembagaan :

Koordinasi lintas instansi masih lemah

Pembagian tugas, fungsi dan kewenangan SKPD-SKPD perlu dipertegas Alih pemeliharaan fasum dan fasos kepada Pemkot belum berjalan baik

Belum adanya pemisahan fungsi antara operator dan regulator

Dinamika perubahan aturan

Aspek Keuangan :

Alokasi anggaran dari APBD belum terkondisi dengan baik untuk mencapai target

Anggaran Pemkot untuk infrastruktur masih terbatas

Penarikan retribusi drainase belum dapat diterapkan

Keterbatasan dana pemerintah

Investasi drainase mahal

Aspek Partisipasi Swasta dan Masyarakat :

Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran drainase dan sungai

Penutupan saluran yang tidak memenuhi standard teknis

Perubahan arah aliran yang tidak sesuai dengan disain

Pelanggaran terhadap spesifikasi dalam perizinan

Sistem kontrak tanah masyarakat menimbulkan permukiman kumuh

Pemahaman masyarakat akan fungsi drainase masih rendah Aspek Teknis Operasional :

Kurang Memadainya Master Plan yang ada disebabkan kurangnya data dasar

Fungsi ganda saluran untuk drainase dan irigasi

Data dasar drainase perlu diperbaharui

Sarana kantor PU sebagai pendukung kegiatan kurang memadai

Keterbatasan SDM operasional (jumlah dan kualitas)

Sulitnya mendapatkan lahan

Operasi dan Pemeliharaan cukup mahal

Peralatan cukup mahal

Keterbatasan tenaga operasional

Lahan yang rendah rawan banjir

Kondisi Lingkungan Hidup :

Terjadi eutrofikasi akibat pencemaran limbah tinja

Limpasan besar akibat perkerasan permukaan tanah

Pencemaran limbah domestik/industri yang dibuang ke saluran drainase

Efluen dari IPLT belum memenuhi standar

Penurunan kualitas lingkungan

Daya dukung lingkungan yang semakin rendah

Perubahan iklim global

Pencemaran limbah industri belum dapat dikendalikan

Kondisi Kesehatan :

PHBS belum optimal (Pola Hidup Bersih Sehat)

Pemahaman terhadap penularan penyakit masih kurang

Target MDGs Kesehatan tahun 2015

Pencemaran saluran drainase/sungai tidak terukur

Penyebaran penyakit

Standar Pelayanan Minimum kesehatan

Berkembangbiaknya vektor penyakit

Kondisi Sosial Budaya :

Hukum Adat Minangkabau belum mengatur masalah sanitasi secara khusus

Adanya anggapan bahwa saluran/sungai sebagai tempat pembuangan

Kebiasaan buang sampah ke saluran

Budaya malu pada masyarakat sangat minim sehingga sebagian masyarakat acuh terhadap sanitasi

Masyarakat yang heterogen

Perubahan orientasi sosial menjadi individual

3.3.3 Strategi Pengelolaan DrainaseAspek KebijakanUntuk mengatasi kelemahankelemahan pada kebijakan yang belum terlaksana dengan baik, maka perlu penyempurnaan terhadap Peraturan Daerah yang ada, sehingga dapat melaksanakan aturan yang jelas. Lalu dapat juga melibatkan pihak ketiga untuk mengambil keputusan sehingga dapat mencerminkan sebuah Peraturan Daerah yang berpihak kepada masyarakat.

Aspek Kelembagaan

Untuk penguatan kelembagaan dapat dilakukan dengan membuat Peraturan Daerah (Perda) serta Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang jelas. Untuk lintas SKPD dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi antar lintas SKPD dan Instasi terkait. Untuk mengantisipasi perubahan dinamika akibat perubahan Tupoksi dan Perda dapat dilakukan dengan melakukan lokakarya dan studi banding ke daerah yang lebih maju. Selain itu juga diperlukan pembuatan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) guna memudahkan dilakukannya monitoring dan evaluasi.

Aspek PendanaanDiatasi dengan menerapkan skala prioritas, sehingga kegiatan-kegiatan yang diusulkan dalam Musrenbang dengan prioritas tertinggilah yang ditangani pada tahun mendatang, dan kegiatan lainnya otomatis masuk prioritas tahun berikutnya. Selain itu juga dapat diatasi dengan mengundang pihak ketiga mengingat iklim investasi di Kota Payakumbuh yang kondusif. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan kemampuan masyarakat dengan menimbulkan kesadaran ataupun kegiatankegiatan yang memelihara kondisi eksisting. Dengan seperti ini dapat mengurangi tingkat pengeluaran operasional saluran.

Disamping itu, juga diupayakan sumber pendanaan lain (APBN, APBD Propinsi maupun pihak swasta) untuk peningkatan drainase di Kota Payakumbuh.Aspek Teknis dan Manajemen Operasional

Non Fisik :

Seperti terlihat di banyak lokasi, saluran drainase banyak dibangun secara parsial. Hal ini diakibatkan perencanaan yang tidak menyeluruh atau holistik. Untuk dapat melaksanakan pembangunan sistim saluran drainase secara menyeluruh, diperlukan suatu rencana induk pembangunan sistem drainase Kota Payakumbuh. Master Plan yang sudah ada kurang dalam tinjauannya dan daerah cakupan pelayanannya dimana Master Plan tersebut hanya mencakup lokasi-lokasi tertentu. Oleh karena itu Master Plan yang ada perlu disempurnakan melalui beberapa tahapan. Master Plan yang direvisi harus mencakup seluruh daerah layanan Kota Payakumbuh, yang mana terbagi dalam beberapa daerah aliran sungai sehingga pembangunan sistim drainase dapat diarahkan per daerah aliran sungai (Per Catchment Area). Perkiraan pembagian daerah aliran sungai dapat dilihat pada peta melalui survey topografi terlebih dahulu.

Fisik :

Adanya ketidaktegasan dalam manajemen pemeliharaan saluran drainase telah berakibat pada terbengkalainya pemeliharaan sebagian saluran, karena tidak ada pihak yang merasa berkewajiban dalam Pemeliharaan. Dalam hal pemeliharaan saluran-saluran kecil dan tidak membutuhkan biaya yang besar, dapat diharapkan masyarakat yang terdekat dengan saluran dalam melakukan pembersihan baik secara individual maupun berkelompok yang berupa gotong royong. Untuk saluran yang lebih besar dan membutuhkan biaya, harus dibersihkan oleh aparatur pemerintahan kota melalui SKPD terkait sesuai dengan TUPOKSI pada SKPD tersebut. Oleh karena itu, SKPD yang terkait dapat mengatur pemeliharan dan operasionalnya sehingga standar pelayanan minimum dapat ditingkatkan. Hal ini akan terlihat dalam programprogram yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dalam peningkatan daerah pelayanan yang sesuai dengan kegiatan Non Fisik yang direncanakan.

Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan, dapat dilaksanakan setelah adanya perencanaan yang holistik atau terpadu yang berdasarkan Master Plan yang telah direvisi dan disempurnakan. Maka secara bertahap daerah pelayanan dapat ditingkatkan dan pengurangan daerah genangan dapat terwujud.

Aspek Partisipasi Non Pemerintah

Permasalahan Partisipasi Non Pemerintah ini dapat diatasi dengan sosialisasi dalam kurun waktu tertentu melalui Kelurahan-Kelurahan dan himbauan-himbauan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan kepentingan sanitasi bagi kehidupan bersama. Bentuk dari penyadaran ini dapat dibentuk dengan kegiatan peningkatan komunikasi yang melibatkan masyarakat adat, masyarakat umum, juga pihak swasta sehingga tercipta suatu pembangunan yang berkesinambungan. Untuk programnya sendiri tercantum guna memperlihatkan kesinambungan kegiatan yang holistik antara kegiatan Non Fisik dengan Fisik. Untuk kegiatan sosialisasi sendiri dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB, Bagian Humas dan instansi terkait dalam hal sosialisasi sanitasi.Target Yang Akan Dicapai

Dari tahun 20102011 merupakan proses menuju perencanaan yang holistik melalui pertemuan dengan masyarakat, legislatif serta eksekutif sebagai penentu kebijakan sehingga tewujudlah Visi dan Misi Kota Payakumbuh menjadi kota sehat.

Pada tahun 2012 dan seterusnya diharapkan dapat dilaksanakan pembangunan drainase Kota Payakumbuh lebih terpadu sehingga Standar Pelayanan Minimum Kota Payakumbuh dapat ditingkatkan. Selain itu, target yang akan dicapai untuk masyarakat pada tahun 2012 bahwa adanya kesadaran akan perlunya penjagaan lingkungan dan pentingnya pengelolaan air bagi kehidupan masyarakat. Maka jelaslah secara perlahan dan pasti permasalahan perilaku, manajemen dan infrastruktur pada bidang drainase Kota Payakumbuh dapat memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan dalam hasil.

3.3.4 Program Prioritas Bidang DrainaseBerdasarkan matriks strategi subsektor drainase dan memperhatikan target dan rencana pencapaian, maka direncanakan program dan kegiatan pengelolaan drainase Kota Payakumbuh sebagaimana diuraikan berikut :Program pembangunan saluran drainase dan gorong-gorongGuna mengurangi dan mengantisipasi timbulnya genangan terutama di daerah pemukiman dan kawasan umum lainnya, maka perlu dikembangkan program pembangunan saluran drainase dan gorong-gorong dengan kegiatan sebagai berikut :

Pembuatan master plan drainase;

Perencanaan pembangunan drainase dan gorong-gorong;

Survey kontur saluran drainase/gorong-gorong;

Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

Monitoring, evaluasi dan pelaporan; Peningkatan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memelihara drainase; Pemeliharaan drainase.

3.4. BIDANG AIR BERSIH3.4.1 Kondisi Saat IniPelayanan air bersih di Kota Payakumbuh dimulai pada awal tahun 1980 melalui Badan Pengelola Air Minum. Sedangkan PDAM Kota Payakumbuh dibentuk melalui Perda Nomor 3 pada tanggal 3 Mei 1986.

Sumber Air - Sumber air Kota Payakumbuh berasal dari 3 (tiga) mata air yang seluruhnya berada di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota. Ketiga sumber tersebut adalah Mata Air Batang Tabik, Mata Air Sikamuruncing dan Mata Air Sungai Dareh.

Jumlah kapasitas terpasang tahun 2009 dari 3 (tiga) sumber tersebut adalah 245 liter/detik, sedangkan kebutuhannya 192 liter/detik dengan demikian terdapat idle capasity terhadap kapasitas produksi PDAM.

Distribusi - Sistem penyediaan air bersih Kota Payakumbuh pada tiga sumber mata air seluruhnya dialirkan ke daerah pelayanan dengan menggunakan sistem gravitasi.

Daerah Pelayanan - Meliputi seluruh kelurahan yang ada di Payakumbuh, namun belum mencapai keseluruhan wilayah permukiman yang ada di Payakumbuh.

Cakupan Pelayanan Seiring peningkatan jumlah penduduk Kota Payakumbuh, cakupan pelayanan air minum juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 berjumlah 14.800 sambungan, 2008 berjumlah 15.600 pelanggan dan tahun 2009 mencapai 16.417 sambungan pelanggan atau 87,9% dari jumlah penduduk.3.4.2. Permasalahan Utama

Kualitas Pelayanan - Kualitas pelayanan yang diberikan PDAM kepada pelanggannya tahun 2009 sudah memadai sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini ditandai dengan pelayanan yang sudah hampir merata 24 jam /hariTingkat Kehilangan Air - Permasalahan utama yang dihadapi PDAM saat ini adalah tingginya tingkat kehilangan air mencapai 30 sampai 35 %. Tingkat kehilangan air ditandai dengan kebocoran, dimana pada tahun 2008 sebesar 30,91% dan tahun 2009 naik menjadi 31,75%. Hal ini disebabkan oleh :1. Kerusakan pipa transmisi sumber I dari Batang Tabik ke Kantor PDAM,

2. Lemahnya tekanan air yang menyebabkan lemahnya akurasi meter air,

3. Adanya kegiatan pencucian pipa pada jalur yang disiapkan sebagai kawasan Zamp,

4. Pembacaan water meter yang kurang tepat.

3.4.3 Strategi Penyediaan Air BersihStrategi penyediaan air minum adalah sebagai berikut :

a. Mengurangi tingkat kebocoran air terutama di jalur pipa transmisi distribusi utama dengan melakukan penggantian pipa.

b. Menambah cakupan pelayanan dengan melakukan pemasangan pipa distribusi tertier untuk kawasan perumahan masyarakat serta kawasan yang potensial untuk pengembangan cakupan pelayanan, dengan meningkatkan layanan PDAM eksisting dari 73% sampai mencapai 95% di akhir tahun perencanaan 2012. Direncanakan standar pelayanan minimal dengan 95% penduduk terlayani dapat dipenuhi hingga tahun 2030.

c. Pemanfaatan kapasitas belum terpakai (idle capacity) dengan meningkatkan kapasitas terpasang layanan PDAM Kota Payakumbuh dari 3 (tiga) sumber air bersihnya, yaitu Mata Air Batang Tabik, Mata Air Sikamuruncing dan Mata Air Sungai Dareh dengan bekerjasama dengan Kabupaten Lima Puluh Kota.d. Menambah pelayanan sistem air minum non perpipaan dengan bantuan-bantuan sumur gali terlindungi serta Hidran Umum (HU) kepada masyarakat.

e. Meningkatkan pelayanan dan penyediaan air bersih oleh PDAM diutamakan untuk daerah layanan disesuaikan dengan rencana pengembangan Kota Payakumbuh secara keseluruhan termasuk kawasan MBR. f. Pemeliharaan saluran transmisi dan distribusi utama untuk mereduksi tingkat kehilangan air.

g. Meningkatkan pelayanan untuk wilayah di luar Kota Payakumbuh

Strategi untuk penyediaan sumber daya air dilakukan dengan :

a. Menjaga kelestarian badan-badan air termasuk jaringan irigasi teknis dan mata air serta meningkatkan sediaan air tanah.

b. Optimalisasi sumber-sumber air baku.

c. Menjaga kualitas dan kuantitas sumber air baku dari buangan tinja, lumpur dan sampah.3.4.4 Program Prioritas Bidang Air BersihProgram prioritas adalah sebagai berikut :

1. Penurunan angka kehilangan air, dengan kegiatan antara lain : Rehab Jaringan, Pengadaan Water Meter,

Penggantian Water Meter, Pengelolaan, Blok Sistem.2. Program penambahan kapasitas, dengan kegiatan : Pengembangan SPAM Sungai Dareh, Pengembangan SPAM Batang Tabik, Pengembangan Jaringan Transmisi Sungai Dareh di kawasan Situjuh Banda Dalam, Penggantian Jaringan Transmisi Batang Tabik,

Pengembangan jaringan transmisi Batang Tabik di sepanjang kawasan Batang Tabik, Labuah Basilang sampai Pasar Payakumbuh.3. Program Pembangunan Sumber Air Baku, dengan kegiatan : Pembangunan Bendung Padang Ambacang

Untuk mencapai sasaran pembangunan Bendung Padang Ambacang dilaksanakan bertahap dari Detail Enginering Design (DED), pembangunan bendung, pembangunan Water Treatment Plant (WTP) dan pengadaan serta pemasangan pipa transmisi.

Pembangunan Embung Bulakan

Untuk mencapai sasaran pembangunan Embung Bulakan dilaksanakan bertahap dari Detail Enginering Design (DED), pembangunan embung dan pengadaan serta pemasangan pipa transmisi.4. Program Perluasan Jaringan, dengan kegiatan : Perluasan Jaringan Dalam Kota Perluasan Jaringan Regional Sungai Beringin

Untuk mencapai sasaran program perluasan jaringan regional Sungai Beringin dilaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan reservoir kapasitas 500 m3 sebanyak 1 (satu) unit dan pompa 20 liter/detik sebanyak 2 (dua) unit serta pipa diameter 100 mm. Perluasan Jaringan Regional Koto Baru Simalanggang

Untuk mencapai sasaran program perluasan jaringan regional Koto Baru Simalanggang dilaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan reservoir kapasitas 800 m3 sebanyak 1 (satu) unit dan pompa 40 liter/detik sebanyak 2 (dua) unit serta pipa diameter 100 mm.

Perluasan Jaringan Regional Situjuh

Untuk mencapai sasaran program perluasan jaringan regional Situjuh dilaksanakan kegiatan perencanaan, pembangunan broncaptering sebanyak 1 (satu) unit, pengadaan reservoir kapasitas 800 m3 sebanyak 1 (satu) unit dan pompa 40 liter/detik sebanyak 2 (dua) unit serta pipa diameter 200 mm dan 100 mm.

Perluasan Jaringan Regional Kecamatan Luhak

Untuk mencapai sasaran program perluasan jaringan regional Kecamatan Luhak dilaksanakan kegiatan perencanaan, pembangunan broncaptering sebanyak 1 (satu) unit, pengadaan reservoir kapasitas 800 m3 sebanyak 1 (satu) unit dan pompa 40 liter/detik sebanyak 2 (dua) unit serta pipa diameter 150 mm dan 100 mm.

5. Program Peningkatan Manajemen PDAM, dengan kegiatan antara lain :

Billing system,

Peningkatan SDM,

Informasi jaringan.

6. Program Peningkatan Pelayanan Air Minum, dengan kegiatan antara lain : Zona Air Minum Prima (Zamp)Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan, PDAM Kota Payakumbuh secara bertahap menyiapkan Kawasan Zamp (Zona Air Minum Prima). Pada tahun 2009 sudah ada 6 (enam) kelurahan yang masuk kategori Zamp dan direncanakan selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Peningkatan Cakupan Pelayanan

Untuk mencapai sasaran program peningkatan cakupan pelayanan dilaksanakan kegiatan pengembangan SR di Kota, pengembangan SR MBR, pengembangan SR Regional Koto Baru Simalanggang dan Sungai Beringin.Gambar 3.3

Grafik Kualitas Pelayanan Air Bersih

Strategi Sanitasi Kota Payakumbuh III 4