bab iii

30
1 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2012:107). Menurut Arikunto (2006:3), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan

Upload: itta-chuzzle-rigel-betelgeuse

Post on 03-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab III

TRANSCRIPT

1

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2012:107). Menurut Arikunto (2006:3), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu.

Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2012:57). Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori yang satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas (Sugiyono, 2012:93).1. Desain EksperimenDalam penelitian eksperimen kali ini adalah eksperimental semu (quasi eksperimen) denagn pola treatment by level design. Eksperimental semu ini dapat dikatakan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2006:16). Karena dalam penelitian ini Spiritual Quotient (SQ) karena terletak pada perlakuan terhadap keterampilan sosial siswa. Penelitian ini kelompok sampelnya ditentukan secara random yaitu kelas VIII. Berdasarkan rancangan penelitian menggunakan desain faktorial maka, desain penelitian digambarkan sebagai berikut.Tabel. 3 Desain Penelitian Model Pembelajaran Spiritual Quotient Model Pembelajaran Contextual Teaching and LearningModel Pembelajaran Value Clarification and Technique

Spiritual Quotient (SQ) TinggiKecerdasan Kecerdasan Moral < Moral

Spiritual Quotient (SQ)RendahKecerdasan > Kecerdasan Moral Moral

Penelitian ini tujuan sebenarnya adalah untuk mengetahui keefektifan dari dua model pembelajaran yaitu Contextual Teaching and Learning dan Value Clarification and Technique terhadap kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas eksperimen VII F dan kelas kontrol yakni kelas VII H dengan keyakinan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penerapan kedua model pembelajaran tersebut terhadap kecerdasan moral dan tingkat kecerdasan spiritual siswa pada kelas tersebut. 2. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui yang akan digunakan sebagai populasi dan pengambilan sampel dalam penelitian. Menentukan sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelompok-kelompok yang sudah ada, bukan secara individu. Kelompok yang sudah ada dalam penelitian ini berupa kelompok yang ada di kelas VII SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan yang terdiri dari 14 kelas. Hasil pengundian oleh peneliti diperoleh kelas VII F dan VII H sebagai sampel. Langkah selanjutnya mengundi kelas manakah yang akan diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan kelas mana yang akan diajar menggunakan model pembelajaran Value Clarification and Technique. Akhirnya diperoleh kelas VII F menggunakan model Contextual Teaching and Learning dan kelas VII H menggunakan metode pembelajaran Value Clarification and Technique.

2. Langkah dalam menerapkan model pembelajaran CTLadalah sebagai berikut.Pendahuluana. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dan pentingnya materi ajarb. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah.2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan obervasi ke tempat permaslahan.3) Melalui instrument atau angket, siswa diminta mencatat berbagai hal yang ditemukan.4) Guru melakukan tanya jawab terkait tugas yang akan dikerjakan oleh siswa.

Kegiatan inti Di lapangan :a. Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.b. Siswa mencat hal-hal yang mereka temukan

Di dalam Kelas :a. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.b. Siswa melaporkan hasil diskusi.c. Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lainnya.

Penutupa. Dipimpin oleh guru, siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi .b. Membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka terkait topik yang telah diberikan sebelumnya.

3. Langkah dalam menerapkan model pembelajaran VCT adalah sebagai berikut:a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa dan memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut.b. Mengkaji dan menganalisis kejelasan nilai yang diinginkan pada mata pelajaran kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menentukan topik permasalahan yang akan dibahas.c. Selanjutnya guru bersama siswa baik secara perorangan maupun kelompok melakukan pembahasan secara mendalam atas topik yang didapat masing-masing kelompok tersebut dengan menggunakan sistem pendukung berupa media stimulus.d. Selanjutnya setiap kelompok mempersentasikan laporannya secara menarik di depan.e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengemukakan atau menanggapi hasil persentasi setiap kelompok tersebut.f. Pada akhir kegiatan pembelajaran diadakan penarikan kesimpulan dan tindak lanjut (jika diperlukan) oleh guru bersama siswa.g. Penetapan rating dalam kelompok yang memiliki pon tertinggi dan terendah, kuantitas jawaban dirasa benar maka ada reward bagi kelompok tersebut dan bila jawaban kurang tepat maka ada punishment bagi kelompok.h. Penutup.

B. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 14 kelas sebanyak 350 siswa.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik ini memilih sampel bukan didasarkan individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subyek yang secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2003:61).

Sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 14 kelas, yaitu VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, VII G, VII H, VII I, VII J, VII K, VII L, VII M, dan VII N. Hasil berdasarkan penggunaan teknik cluster random sampling diperoleh kelas VII F dan VII H sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil undian diperoleh VII F sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CTL, dan VII H sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran VCT. Kelas VII F dan VII H merupakan kelas yang mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama, karena dalam pendistribusian siswa tidak dikelompokkan berdasarkan kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antara kelas yang satu dengan yang lain.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang siswa yang tersebar ke dalam 2 kelas yaitu kelas VII F sebanyak 25 siswa yang merupakan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CTL, dan kelas VII H sebanyak 25 siswa yang merupakan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran VCT.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:60), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel moderator, variabel terikat (dependen), dan variabel bebas (independen).

1. Variabel moderatorVariabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Diduga kecerdasan spiritual mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara model pembelajaran dengan kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yaitu melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Value Clarification and Technique.

2. Variabel terikat (Dependen)Variabel terikat dengan lambang Y adalah variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya bergantung pada variabel yang lain. Pada penelitian ini, variabel terikatnya adalah kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu kelas eksperimen (Y1) dan kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu kelas kontrol (Y2).3. Variabel bebas (independen)Variabel bebas dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari dua, model pembelajaran contextual teaching and learning sebagai kelas eksperimen VII F dilambangkan X1, dan model pembelajaran Value Clarification and Technique sebagai kelas kontrol VII H dilambangkan X2.D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 4. Definisi Operasional VariabelVariabel

Konsep VariabelIndikatorSkala Pengukuran

Kecerdasan moral

kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan salah: artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bertindak benar dan terhormat. Menurut michel borba (2008:4)

a. Empatib. Hati Nuranic. Kontrol Dirid. Rasa Hormate. Kebaikan Hatif. Toleransig. Keadilan

Interval

Model PembelajaranContextual Teaching and LearningModel pembelajaran contextual teaching and learning merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.Brata (2009)

Hasil non tes menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learningInterval

Model Pembelajaran Value Clarification TechniqueVCT merupakan teknik pengungkapan nilai di mana peserta didik dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, memutuskan, mengambil sikap sendiri nilai-nilai hidup yang diperjuangkannya. Dan siswa dibantu menjernikan, memperjelas atau mengklarifikasi nilai-nilai hidupnya.

Hasil non tes menggunakan model pembelajaran Value Clarification TechniqueInterval

Kecerdasan Spiritualspiritual quotient adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Danah Zohar (2001:4)

a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).b. Bersikap sopanc. Mempunyai tanggung jawabd. Menjaga lingkungan hidup di manapun baik disekolah, dimasyarakat maupun lingkungan keluargae. Selalu berkata Jujurf. Selalu Bersyukurg. Tingkat kesadaran diri yang tinggiInterval

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:1. Observasi

Hadi dalam Sugiyono (2008:203), mengemukakan bahwa, observasi merupakan sesuatu yang sangat kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi tentang kecerdasan moral siswa di SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan .

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersifat sekunder mengenai jumlah siswa dan keadaan umum di SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan.3. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2012:194). Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mewawancarai guru mata pelajaran IPS Terpadu tentang kecerdasan moral siswa di SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan.4. Skala PsikologiSkala Psikologi adalah instrumen pengukuran untuk mengidentifikasi skala psikoogi. Seringkali dinamakan dengan tes, namun dalam hal ini skala psikologi digunakan sebagai istilah sebagai atribut efektif, sedangkan kata tes digunakan sebagai atribut kognnitif. Skala psikologi ini digunakan untuk mendapatkan skala kecerdasan.F. Uji Persyaratan Instrumen

Instrument dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada akhir sesudah eksperimen dilakukan (post test) yang bertujuan untuk mengukur keterampilan dan kecerdasan siswa.1. Uji Validitas InstrumenValiditas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat validan atau kesahihan suatu instrument. Untuk menmguji tingkat validitas digunakan rumus correlation product moment yaitu:

(Arikunto, 2008: 72)

Keterangan: = Koefisien korelasi antar gejala X dan gejala Y = Jumlah sampel yang diteliti = Skor gejala X = Skor gejala Y

Dengan kriteria pengujian apabila r hitung> r table dengan = 0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat ukur tersebut adalah tidak valid.2. Uji reabilitasSuatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberi hasil yang tetap. Reabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Penelitian ini menggunakan rumus KR-21 dari Kuder dan Richardson untuk menguji tingkat reliabilitas soal pilihan ganda, yaitu:

r11 = Keterangan:r11= reliabilitas internal seluruh instrumenn= jumlah item dalam instrumenMt= means skor totalSt2= varians total(Arikunto, 2009: 103)Sedangkan untuk reliabilitas bentuk soal esai peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbach.Teknik penghitungan reliabilitas dengan koefisien alpha sebagai berikut:

r= Keterangan:

r= Reliabilitas instrumen

= Banyaknya soal

= Jumlah varians butir

= Varians total(Arikunto, 2009: 109)Besarnya reliabilitas dikategorikan seperti pada tabel berikut :Tabel 5. Tingkatan Besarnya ReliabilitasAntara 0,800 sampai 1,000Antara 0,600 sampai 0,799Antara 0,400 sampai 0,599Antara 0,200 sampai 0,399Antara 0,000 sampai 0,199Sangat tinggiTinggiCukupRendahSangat rendah

(Arikunto, 2009: 276)

G. Uji Persyaratan Analisis Data1. Uji NormalitasUji normalitas menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya.Lo = F (Zi) S (Zi)(Sudjana, 2005: 466)Keterangan:Lo= harga mutlak terbesarF (Zi)= peluang angka bakuS (Zi)= proporsi angka baku

Kriteria pengujiannya adalah jika Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

2. Uji HomogenitasUji homogenitas menggunakan rumus uji F.F = (Sugiyono, 2011: 198)Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhitung Ftabel maka data sampel akan homogen, dan apabila Fhitung > Ftabel data tidak homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n1-1 ; n2-1)

H. Teknik Analisis Data1. T-test Dua Sampel IndependenDalam penelitian ini pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen digunakan rumus t-test. Terdapat beberapa rumus t-test yang dapat digunakan untuk pengujian hipotesisi komparatif dua sampel independen yakni rumus separated varian dan polled varian.

(separated varian)

( polled varian)Keterangan :

= rata-rata keterampilan sosial siswa pada kelas eksperimen

= rata-rata keterampilan sosial siswa pada kelas kontrol

= varian total kelompok 1

= varian total kelompok 2

= banyaknya sampel kelompok 1

= banyaknya sampel kelompok 2

Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu:

a. Apakah ada dua rata- rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya sama atau tidak.b. Apakah varian data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk menjawab itu perlu pengujian homogenitas varian.Berdasarkan dua hal diatas maka berikut ini berikan petunjuk untuk memiih rumus t-test.a.

Bila jumlah anggota sampel dan varians homogen,maka dapat menggunakan rumus t-test baik separated varians maupun polled varians untuk mengetahui t-tabel maka digunakan dk yang besarnya dk.b.

Bila tidak sama dengan dan varians homogen dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians, dengan dk =.c.

Bila varians tidak homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians maupun separated varians, dengan dk = atau , jadi dk bukan d.

Bila tidak sama dengan dan varians tidak homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan separated varians, harga t sebagai pengganti harga t tabel hitung dariselisih harga t tabel dengan dk =dan dk =, dibagi dua kemudian ditambah dengan harga t terkecil (Sugiono, 2005: 134-135).

2. Analisis Varians Dua JalanAnalisis varians atau Anava merupakan sebuah teknik inferensial yang digunakan untuk menguji rerata nilai. Anava memiliki beberapa kegunaan, antara lain dapat mengetahui antar variabel manakah yang memang mempunyai perbedaan secara signifikan, dan variabel-variabel manakah yang berinteraksi satu sama lain. Arikunto ( 2005: 244-245).Penelitian ini menggunakan Anava dua jalan untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal pada mata pelajaran IPS terpadu.

Tabel .6 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua JalanSumber VariasiJumlah Kuadrat (JK)dbMKFoP

Antara A

Antara B

Antara AB(Interaksi)

Dalam (d)JKA=

JKB=

JKAB=- JKAJKB

JK(d) = JKA JKB - JKABA 1(2)

B 1(2)

dbAxdbB (4)

dbT-dbA-dbB-dbAB

Total (T)JKT = XT2 - N 1(49)

Keterangan:JKT= jumlah kuadrat totalJKA= jumlah kuadrat variabel AJKB= jumlah kuadrat variabel BJK= jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel BJK(d)= jumlah kuadrat dalamMKA= mean kuadrat variabel AMKB= mean kuadrat variabel BMKAB= mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel BMK(d) = mean kuadrat dalamFA= harga Fo untuk variabel AFB= harga Fo untuk variabel BFAB = harga Fo untuk variabel interaksi antara variabel A dengan variabel B (Arikunto 2007: 409)

3. Pengujian hipotesisDalam pengujian ini dilakukan tujuh pengujian hipotesis, yaitu : Rumusan hipotesis 1 :

Ho =Tidak ada perbedaan kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran contextual teaching and learning. dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran value clarification technique.

Ha = Terdapat perbedaan kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran contextual teaching and learning. dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran value clarification technique.

Rumusan hipotesis 2

Ho =Kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siswa yang memiliki kecerdasan spiritual rendah.

Ha = Kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siswa yang memiliki kecerdasan spiritual rendah.

Rumusan hipotesis 3

Ho = Kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siswa yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi.Ha =Kecerdasan moral siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siswa yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi.Rumusan hipotesis 4

Ho = Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan spiritual siswa pada mata pelajaran IPS terpadu. Ha = Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan spiritual siswa pada mata pelajaran IPS terpadu.

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah:Tolak Ho apabila Fhitung > Ftabel ; thitung > ttabelTerima Ho apabila Fhitung < Ftabel ; thitung < ttabelHipotesis 1 dan 4 diuji dengan menggunakan rumus analisis varian dua jalan. Hipotesis 2 dan 3 diuji menggunakan rumus t-test dua sampel independen (separated varian). Dalam pengujian hipotesis kedua rumus tersebut peneliti menggunakan bantuan program komputer yaitu dengan SPSS 16.0.