bab iii

38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran se-Kota Administrasi Jakarta Utara pada kelas XI semester 2 (genap) Tahun Pelajaran 2014/2015, dan berlangsung selama 4 bulan dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2015. Tabel 3.1 Jadual Kegiatan Penelitian Kegiatan Maret April Mei Juni 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyerahan proposal Persetujuan judul Survei lokasi dan persiapan Pelaksanaan penelitian Pengolahan hasil 75

Upload: kadir-djaelani

Post on 03-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Metodologi Penelitian

TRANSCRIPT

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran se-Kota Administrasi Jakarta Utara pada kelas XI semester 2 (genap) Tahun Pelajaran 2014/2015, dan berlangsung selama 4 bulan dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2015.Tabel 3.1 Jadual Kegiatan PenelitianKegiatanMaretAprilMeiJuni

234123412341234

Penyerahan proposal

Persetujuan judul

Survei lokasi dan persiapan

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan hasil penelitian

Penyusunan laporan

Pembuatan laporan

98

75B. Metode PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk menguji dan memverifikasi pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian ini menempatkan kemampuan berpikir kritis matematika (Y1) dan pemecahan masalah matematika (Y2) sebagai variabel kriteria/terikat. Pendekatan pembelajaran saintifik (scientific learning) (A) sebagai variabel bebas treatment terdiri atas dua model pembelajaran, yaitu model discovery learning (A1) dan model problem-based learning (A2).Eksperimen ini menggunakan desain yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:Tabel 3.2 Desain PenelitianA

A1A2

Y1Y2Y1Y2

Y1A1Y2A1Y1A2Y2A2

Keterangan:A:Pendekatan SaintifikA1: Model discovery learningA2: Model problem-based learningY1:Kemampuan berpikir kritis matematikaY2:Kemampuan pemecahan masalah matematikaY1A1:Kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan saintifik model discovery learning.Y1A2:Kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan saintifik model problem-based learning.Y2A1:Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan saintifik model discovery learning.Y2A2:Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan saintifik model problem-based learning.

C. Validasi PenelitianPenelitian ini mengandung 2 (dua) validasi, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal terkait dengan tingkat pengaruh perlakuan (treatment) artribut yang ada terhadap kemampuan berpikir kritis matematika yang didasarkan atas kebenaran argumen, strategi dan taktik serta penarikan kesimpulan, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang didasarkan atas kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan identifikasi masalah, rencana pemecaham masalah, pelaksanaan rencana pemecahan masalah, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Sedang validitas eksternal terkait dengan dapat tidaknya hasil penelitian ini untuk digeneralisasikan pada subyek lain yang tidak memiliki kondisi dan karakteristik sama. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan terhadap pengaruh variabel-variabel ekstra, sebagai berikut:1. Pengaruh variabel sejarah, dikontrol dengan pemberian materi pelajaran yang sama, dalam jangka waktu yang sama dan oleh guru yang sama.2. Pengaruh variabel kematangan, dikontrol dengan cara proses treatment dalam variabel internal waktu yang tidak terlalu lama. Demikian diharapkan mereka memiliki kesempatan perubahan mental maupun fisik yang sama pula.3. Pengaruh variabel pretesting, dikontrol dengan jalan tidak memberikan pretest pada kedua kelompok sampel. Hal ini dilakukan agar pengalaman pretest tersebut tidak mempengaruhi penampilan subjek selama proses perlakuan.4. Pengaruh variabel instrument, dikontrol dengan pemberian test yang sama pada kelompok eksperimen.5. Pengaruh variabel mortalitas, dikontrol dengan pemberian perlakuan yang sama pada siswa lain yang tidak menjadi anggota sampel, sehingga jika terjadi mortalitas dapat secepatnya diganti dengan siswa lain yang setara.6. Pengaruh interaksi antar subjek, dikontrol dengan tidak memberitahukan bahwa sedang dilakukan proses penelitian dan memberi kegiatan proses pembelajaran yang berbeda.Sebagai usaha mengontrol validitas eksternal dilakukan sebagai berikut:1. Interaksi pembelajaran dengan pendekatan saintifik model discovery learning kelompok eksperimen dan model problem-based learning kelompok kontrol, dengan pengambilan kelas eksperimen dan kelas kontrol seimbang. Hal ini dilakukan agar kondisi awal pada kedua kelas diasumsikan sama. Kemudian kedua percobaan diberi perlakuan yang berbeda.2. Pengaturan penelitian reaktif, dikontrol dengan:a) Suasana perlakuan tidak artificial sehingga tidak merasa sedang diteliti.b) Subjek tidak diberikan informasi bahwa sedang diteliti.c) Perlakuan untuk semua siswa dalam satu kelas belajar sama, baik yang dijadikan sampel maupun siswa yang tidak dijadikan sampel.d) Guru diusahakan hanya satu orang untuk kedua kelas eksperimen.

D. Populasi dan Sampel1. Populasi TargetPopulasi target disebut populasi teoritik, yaitu keseluruhan subyek penelitian secara teori yang banyaknya tidak terjangkau atau terbilang. Menurut Supardi, dkk (2013:25), dalam penelitian kuantitatif populasi adalah subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah atau objek penelitian. Dengan kalimat tersebut, maka populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Pelayaran se-Kota Administrasi Jakarta Utara.2. Populasi TerjangkauYang dimaksud populasi terjangkau yaitu populasi atau keseluruhan subjek penelitian yang banyaknya terjangkau atau terbilang. Oleh karenanya populasi terjangkau dalam penelitian ini seluruh siswa kelas XI SMK Pelayaran se-Kota Administrasi Jakarta Utara. Yang berjumlah 230 siswa dan terdaftar pada tahun pelajaran 2014/2015.3. SampelSampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan subyek penelitian yang dianggap mewakili populasi, dan biasanya disebut responden penelitian. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMK Pelayaran se-Kota Administrasi Jakarta Utara dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa kelas XI-B dan 20 siswa kelas XI-E di SMK Pelayaran Jakarta Raya sebagai kelas eksperimen, serta 40 siswa terdiri dari 20 siswa kelas XI-A dan 20 siswa kelas XI-B di SMK Pelayaran Jakarta sebagai kelas kontrol dan dengan perlakuan yang berbeda dari masing-masing sekolah.4. Teknik SamplingPengambilan sampel menggunakan teknik multistage sampling sebanyak tiga tahap. Tahap pertama, memilih sekolah tempat penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tahap kedua, memilih kelas penelitian dengan teknik random kelas. Tahap ketiga, memilih siswa sebagai subjek sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil dari rombongan belajar (kelas) yang terpilih sebagai sampel dengan karakteristik siswa yang relatif homogen. Roscoe (dalam Sugiyono, 2007:74) mengatakan bahwa untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing kelompok antara 10 s/d 20. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menetapkan banyak atau ukuran sampel penelitian sebanyak 80 siswa dengan rincian masing-masing kelompok penelitian 20 siswa.

E. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data ini untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan pendekatan saintifik dalm proses pembelajaran matematika serta untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematika siswa.1. Teknik Mendapatkan DataInstrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri atas tes kemampuan berpikir kritis matematika dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Tes kemampuan berpikir kritis matematika dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan soal yang berbentuk uraian terstruktur. Bentuk uraian ini bertujuan untuk mengungkapkan langkah dan cara berpikir siswa dalam menyelesaikan soal dapat tergambar dengan jelas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wiersma dan Juers (dalam Supardi, 2013:84), Essay items provide the students with an opportunity to organize, analyze, and synthesize ideas. Its potential for measuring higher level or complex learning outcomes. Butir tes uraian memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun menganalisis dan mensintesiskan ide-ide, dan siswa harus mengembangkan sendiri buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi.2. Variabel PenelitianDalam penelitian ini, digunakan dua macam variabel yaitu: variabel kriteria/ terikat dan variabel bebas treatment.

a. Variabel Kriteria/Terikat (Y)Veriabel kriteria/terikat pada penelitian ini terdiri atas dua, yaitu: kemampuan berpikir kritis matematika (Y1) dan kemampuan pemecahan masalah matematika (Y2).b. Variabel Bebas TreatmentVeriabel bebas treatment pada penelitian ini adalah penerapan pendekatan saintifik (A) yang terdiri dari dua model pembelajaran yaitu: model discovery learning (A1) dan model problem-based learning (A2).

F. Pengembangan Instrumen Penelitian1. Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematika (Y1)a. Definisi KonseptualKemampuan berpikir kritis matematika pada penelitian ini mengacu pada konsep kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis (dalam Husnidar, 2014:74-75) yang mencakup: (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2) membangun keterampilan dasar (basic support); (3) menyimpulkan (inference); (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification); dan (5) mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).b. Definisi OperasionalKemampuan berpikir kritis matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil tes kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran matematika ditinjau dari ranah kognitif, yang meliputi bahan ajar SMK kelas XI semester 2 pada kompetensi dasar: 3.24.Mendeskripsikan konsep turunan dan menggunakannya untuk menganalisis grafik fungsi dan menguji sifat-sifat yang dimiliki untuk mengetahui fungsi naik dan fungsi turun.4.19. Menyajikan data dari situasi nyata, memilih variabel dan mengomunikasikan-nya dalam bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum.c. Kisi-kisi InstrumenInstrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematika siswa terdiri dari 5 butir soal yang berbentuk uraian terstruktur dengan kisi-kisi soal sebagai berikut:Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir KritisKompetensi DasarIndikatorJumlah SoalAbilityNomor Soal

3.24 Mendeskripsikan konsep turunan dan menggunakannya untuk menganalisis grafik fungsi dan menguji sifat-sifat yang dimiliki untuk mengetahui fungsi naik dan fungsi turun.

4.1 Menyajikan data dari situasi nyata, memilih variabel dan mengomunikasikan-nya dalam bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum.1. Menganalisis kurva y = f(x) berdasarkan sketsa kurva turunan pertamanya

2. Menganalisis dan mensketsa kurva suatu fungsi

3. Menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum1

2

1C4

C4

C41

2a, 2b

3

Rubrik penskoran untuk soal-soal kemampuan berpikir kritis matematika dirancang seperti pada tabel berikut ini:Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis MatematikaNo.Kriteria PenilaianSkor

1Identifikasi argumen, memberikan alasan serta menganalisa argumen dan memberikan kesimpulan.4

2Identifikasi argumen, memberikan alasan serta mencoba menganalisa argumen dan memberikan kesimpulan.3

3Identifikasi salah, jarang menerangkan alasan dan pandangan berdasarkan minat diri atau praduga.2

4Menggunakan argumen-argumen keliru atau alasan tidak sesuai, tidak memberikan hasil atau langkah penjelasan salah.1

5Tidak ada respon0

2. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (Y2)a. Definisi KonseptualKemampuan pemecahan masalah matematika pada penelitian ini mengacu pada konsep kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Polya (dalam Sugandi, 2014:27) yang mencakup: (1) memahami masalah; (2) merencanakan penyelesaian; (3) menyelesaikan rencana penyelesaian; (4) memeriksa kembali.b. Definisi OperasionalKemampuan pemecahan masalah matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika ditinjau dari ranah kognitif, yang meliputi bahan ajar SMK kelas XI semester 2 pada kompetensi dasar:3.24.Mendeskripsikan konsep turunan dan menggunakannya untuk menganalisis grafik fungsi dan menguji sifat-sifat yang dimiliki untuk mengetahui fungsi naik dan fungsi turun dan 4.19. Menyajikan data dari situasi nyata, memilih variabel dan mengomunikasikan-nya dalam bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum.d. Kisi-kisi InstrumenInstrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematika siswa terdiri dari 5 butir soal yang berbentuk uraian terstruktur dengan kisi-kisi soal sebagai berikut:Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan MasalahKompetensi DasarIndikatorJumlah SoalAbilityNomor Soal

3.1 Mendeskripsikan konsep turunan dan menggunakannya untuk menganalisis grafik fungsi dan menguji sifat-sifat yang dimiliki untuk mengetahui fungsi naik dan fungsi turun.4.19 Menyajikan data dari situasi nyata, memilih variabel dan mengomunikasikan-nya dalam bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum.1. Menentukan interval naik dan interval turun dari suatu fungsi

2. Menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah kecepan dan percepatan3. Menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum1

1

2C3

C4

C41

2

3, 4

Rubrik penskoran untuk soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematika dirancang seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah MatematikaNo.Kriteria PenilaianSkor

1Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep, menggunakan strategi yang sesuai, perhitungan seluruhnya benar, dan melebihi pemecahan masalah yang diinginkan4

2Menunjukkan pemahaman terhadap konsep, menggunakan strategi yang sesuai, perhitungan sebagian besar benar, dan memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan3

3Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep, tidak menggunakan strategi yang sesuai, perhitungan sebagian besar benar, dan memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan2

4Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap konsep, tidak menggunakan strategi yang sesuai, perhitungan tidak benar, dan tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan1

5Tidak ada respon0

Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian, instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematika dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut di atas terlebih dulu dilakukan uji coba instrumen. Instrumen diuji cobakan kepada 30 siswa kelas XII salah satu SMK (di luar subjek penelitian). Uji coba tes kedua bentuk tes tersebut dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Uji coba kedua perangkat tes ini dilakukan untuk mengetahui validitas tes, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran butir tes. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data hasil uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematika dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai berikut:1. Uji Validitas Butir TesValiditas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Karena data pada penelitian ini adalah hasil tes yang berbentuk uraian terstruktur sehingga uji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson (Supardi, 2013:169), yaitu:

Keterangan:rxy=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dalam hal ini variabel X adalah skor tiap item/faktor dan Y adalah skor total

=Jumlah skor per item

=Jumlah skor total

=Jumlah kuadrat skor per item

=Jumlah kuadrat skor totaln= Banyak responden Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsulkasikan dengan nilai rtabel dengan taraf nyata 5% jika nilai dari rxy > rtabel maka soal tersebut valid. Adapun interpretasi koefisien korelasi (rxy) yang diperoleh mengikuti kategori berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien KorelasiInterval KoefisienIntrepretasi

0,00 0,199Sangat Rendah

0,20 0,399Rendah

0,40 0,599Sedang

0,60 0,799Tinggi

0,80 1,000Sangat Tinggi

Sumber: Sugiyono (2007:231)2. Uji Reliabilitas TesAda beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan realibilitas suatu alat evaluasi, salah satunya yaitu dengan menggunakan tes tunggal. Artinya, seperangkat tes dikenakan terhadap siswa dalam satu kali pertemuan, kemudian diperoleh sekelompok data. Dari sekelompok data yang diperoleh, selanjutnya dihitung koefisien realibilitasnya. Dalam penelitian ini, tes kemampuan berpikir kritis matematika dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika berbentuk uraian, sehingga rumus yang digunakan untuk mencari koefisien realibilitas kedua perangkat tes tersebut yaitu rumus Cronbachs Alpha (Sudijono, 2013:208) sebagai berikut:

Keterangan:r11:Koefisien realibilitasn: Banyak butir item yang dikeluarkan dalam tes

:Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item, dan

: Varian totalTolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien realibilitas tes dapat dilihat pada tabel berikut ini:Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien RealibilitasKoefisien RealibilitasIntrepretasi

r11 0,70Reliable

r11< 0,70Un-reliable

Sumber: Sudijono (2013:209)3. Menentukan Daya Pembeda (DP) Butir TesMenurut Arikunto (2012:226), daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Secara sederhana, sebuah soal dikatan memiliki daya pembeda yang baik jika siswa yang pandai mengerjakan dengan baik, sementara siswa yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik soal yang diberikan.Daya pembeda atau discriminatory power dihitung dengan membagi siswa kedalam dua kelompok (atas dan bawah). Kelompok atas (the higher group) yaitu kelompok siswa yang tergolong berkemampuan tinggi dan kelompok bawah (the lower group) yaitu kelompok siswa yang tergolong berkemampuan rendah. Jika subjek pada uji coba soal termasuk kelompok besar, maka untuk keperluan perhitungan daya pembeda cukup diambil 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah (Arikunto, 2012:227).Tahapan yang dapat dilakukan untuk mengetahui daya pembeda butir tes adalah sebagai berikut:a. Urutkan skor tes siswa dari skor tertinggi hingga skor terendah.b. Ambil sebanyak 27% siswa skor tinggi, yang selanjutnya disebut kelompok atas dan 27% siswa skor rendah, yang selanjutnya disebut kelompok bawah.c. Tentukan daya pembeda butir tes. Adapun rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:DP:Daya PembedaJBA:Jumlah skor siswa kelompok atas pada butir tes yang diolahJBB:Jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir tes yang diolahJSA:Jumlah skor maksimal ideal pada butir tes yang diolah Daya pembeda butir tes diinterpretasikan berdasarkan kategori pada tabel di bawah ini:Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Daya PembedaKoefisien Daya PembedaInterpretasi

DP < 0,00Semuanya tidak baik

0,00 < DP 0,20Jelek (poor)

0,20 < DP 0,40Cukup (statistifactory)

0,40 < DP 0,70Baik (good)

0,70 < DP 1,00Sangat Baik (excellent)

Sumber: Arikunto (2012:232)4. Menentukan Indeks Kesukaran (IK) Butir TesKualitas setiap butir tes dapat diketahui berdasarkan indeks kesukaran atau tingkat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir tes tersebut. Menurut Sudijono (2013:370), butir-butir tes dapat dinyatakan sebagai butir tes yang baik apabila butir-butir tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, tingkat kesukaran butir tes adalah sedang atau cukup.Indeks kesukaran butir tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:IK:Indeks KesukaranJBA:Jumlah skor siswa kelompok atas pada butir tes yang diolahJBB:Jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir tes yang diolahJSA:Jumlah skor maksimal ideal pada butir tes yang diolahUntuk mengidentifikasi indeks kesukaran butir tes, digunakan kategori seperti terlihat pada tabel di bawah ini:Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Indeks KesukaranKoefisien Indeks KesukaranInterpretasi

0,00 Pillais Trace. Dalam hal pelanggaran asumsi normalitas multivariat, statistik ini kurang robust (kekar) dibandingkan dengan statistik uji yang lainnya. Statistik uji Roys Largest Root dirumuskan sebagai:

akar karakteristik maksimum dari .Setelah dilakukan pengujian dan hasilnya signifikan dalam arti terdapat perbedaan antar kelompok (perlakuan), maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh dalam membentuk perbedaan antar grup. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan antar grup. Kemudian setelah itu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan masing-masing individu dalam grup berdasarkan variabel yang membentuk perbedaan antar grup. Prosedur demikian dinamakan uji Post Hoc. Beberapa prosedur Post Hoc yang umum yaitu: metode Scheffe, metode Tukeys (HSD), pendekatan Fisher (LSD), uji Duncon dan uji Newman. Proses perhitungan dilakukan menggunakan program olah data IBM SPSS Statistics 21.

H. Hipotesis StatistikPenelitian ini menggunakan teknik analisis data Manova dengan hipotesis statistik sebagai berikut:a. H0:

Ha: b. H0:

Ha: c. H0:

Ha: Hipotesis secara verbal:a. H0:Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematika siswa secara multivariat.Ha:Terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematika siswa secara multivariat.b. H0:Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan berpikir kritismatematika siswa.Ha:Terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan berpikir kritismatematika siswa.c. H0:Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.Ha:Terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik (scientific learning) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.