bab iii

5
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori Luka terkontaminasi adalah kondisi luka yang mengandung mikroorganisme (4). Luka terkontaminasi merupakan luka terbuka akibat kecelakaan atau bedah yang biasanya jaringan perlukaan sering tidak sehat dan menunjukkan tanda-tanda inflamasi (3,8). Luka terkontaminasi beresiko tinggi mengalami infeksi (4). Dalam penelitian ini perawatan luka dilakukan dengan menggunakan pemberian diet ekstrak ikan betok (Anabas testudineus) pada penyembuhan luka terkontaminasi dalam mempercepat penurunan eritema. Penyembuhan luka dengan menggunakan diet ekstrak ikan betok (Anabas testudineus). Dikarenakan ikan merupakan salah satu makanan sumber protein hewani yang memiliki kandungan asam-asam amino dalam jumlah lengkap dan berimbang (6). Senyawa-senyawa tersebut antara lain pH, protein, Aspartat, Glutamat, Serin, Histidin, glisin, threonin, 20

Upload: anesfikri7

Post on 27-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xdf

TRANSCRIPT

BAB IIILANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan TeoriLuka terkontaminasi adalah kondisi luka yang mengandung mikroorganisme (4). Luka terkontaminasi merupakan luka terbuka akibat kecelakaan atau bedah yang biasanya jaringan perlukaan sering tidak sehat dan menunjukkan tanda-tanda inflamasi (3,8). Luka terkontaminasi beresiko tinggi mengalami infeksi (4).Dalam penelitian ini perawatan luka dilakukan dengan menggunakan pemberian diet ekstrak ikan betok (Anabas testudineus) pada penyembuhan luka terkontaminasi dalam mempercepat penurunan eritema. Penyembuhan luka dengan menggunakan diet ekstrak ikan betok (Anabas testudineus). Dikarenakan ikan merupakan salah satu makanan sumber protein hewani yang memiliki kandungan asam-asam amino dalam jumlah lengkap dan berimbang (6). Senyawa-senyawa tersebut antara lain pH, protein, Aspartat, Glutamat, Serin, Histidin, glisin, threonin, arginin, alanin, tirosin, methionin, valin, fenilalanin, i-leusin, leusin, dan lisin (6).Proses penyembuhan luka secara karakteristik terdiri dari tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi (4). Fase inflamasi terjadi saat adanya reaksi jaringan terhadap semua bentuk jejas kimia maupun fisik dengan tanda-tanda utama berupa kemerahan (eritema), edema, panas, dolor, serta hilangnya fungsi. Warna kemerahan atau eritema pada fase ini terjadi akibat adanya pelebaran dari pembuluh darah (4).Penyembuhan luka melibatkan serangkaian proses fisiologis yang dinamis. Penyembuhan luka bergantung pada kecukupan sel yang adekuat, nutrisi, oksigen, dan hormon untuk sembuh secara sempurna (15). Prioritas dalam penyembuhan luka adalah untuk memberikan lingkungan yang melindungi daerah perlukaan dari kerusakan fisiologis lebih lanjut, yang dapat memperlambat proses rekontruksi jaringan baru. Prioritas yang dimaksud adalah mengatasi perdarahan, menyediakan temperatur, kelembaban, dan pH optimal serta mencegah terjadinya infeksi (5).Percepatan penyembuhan luka dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia atau hewan coba yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka seperti penatalaksanaan luka, efek dari terapi lain atau obat-obatan, pemenuhan nutrisi yang baik dan infeksi. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia atau hewan coba seperti patofisiologi umum (malnutrisi, gangguan metabolik endokrin, anemia, dan penurunan daya tahan terhadap infeksi), usia, hipoksia, edema, dan hematoma (4).

B. HipotesisHipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat terdapat efek pemberian diet ekstrak ikan betok (Anabas testudineus) pada perawatan luka terkontaminasi dalam mempercepat penurunan eritema pada tikus putih (Rattus norvegicus)

21