bab iieprints.unpam.ac.id/1881/3/bab ii.docxweb viewmenurut jensen dan meckling dalam (siregar dan...

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal Teori sinyal menurut Prasiwi (2015:35) menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur yang paling penting bagi investor dan pelaku bisnis, karena menyajikan keterangan, catatan dan gambaran baik untuk keadaan masa lalu, sekarang dan masa depan bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana sebuah perusahaan seharusnya memberikan sinyal kepada pihak luar perusahaan. Sinyal tersebut dapat dikatakan sebagai laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan keuangan hendaknya memuat informasi yang relevan dan 10

Upload: lamdien

Post on 31-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal

Teori sinyal menurut Prasiwi (2015:35) menekankan kepada pentingnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di

luar perusahaan. Informasi merupakan unsur yang paling penting bagi investor

dan pelaku bisnis, karena menyajikan keterangan, catatan dan gambaran baik

untuk keadaan masa lalu, sekarang dan masa depan bagi kelangsungan hidup

suatu perusahaan.

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana sebuah perusahaan

seharusnya memberikan sinyal kepada pihak luar perusahaan. Sinyal tersebut

dapat dikatakan sebagai laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan keuangan

hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang

penting untuk diketahui oleh pengguna laporan keuangan.

Dengan adanya teori sinyal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak

manajemen perusahaan khususnya perusahaan yang telah go public pasti

memberikan informasi kepada para investor, sehingga investor dapat mengetahui

keadaan perusahaan dan prospek dimasa depan. Dalam hal ini tindakan tax

avoidance yg dilakukan manajemen diharapkan dapat memberikan sinyal positif

kepada pihak investor yang akan meningkatkan keuntungan pemegang saham.

10

Page 2: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

2.1.2 Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3)

teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

kepentingan yang berbeda. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan

kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Lambert dalam Siregar dan

Widyawati, 2016:3). Model keagenan merancang sebuah sistem yang melibatkan

kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal)

dan manajemen (agent). Kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan

untilitas principal dan dapat menjamin agen untuk menerima reward dari hasil

aktivitas pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan

manajemen terletak pada memaksimalkan manfaat (utility) pemilik (principal)

dengan kendala (constraint) manfaat dan insentif yang akan diterima oleh

manajemen (agent). Kepentingan yang berbeda sering menyebabkan konflik

kepentingan antara pemegang saham/pemilik (principal) dengan manajemen

(agent).

Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham (pemilik

perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki

saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tertentu menginginkan manajer

bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Principal

ingin untuk dipenuhi haknya yaitu berupa informasi yang menggambarkan

pengelolaan investasi baik berbentuk informasi keuangan (laporan keuangan)

maupun informasi non keuangan (laporan program).

11

Page 3: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk

kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang

disebut agency cost yang meliputi antara lain: pengeluaran untuk memonitor

kegiatan-kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat suatu struktur organisasi

yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan, serta

oportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera

mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham (Atmaja dalam

Nurmala dkk, 2016:4).

Kunci dari teori keagenan ini dengan karakter eksekutif, leverage, dan

konservatisme akuntansi adalah informasi. Karna informasi yang menghubungkan

antara pengelola perusahaan dengan pemegang saham. Manajemen selaku agen

dalam menyusun laporan keuangan dapat melakukan tindakan dengan

memperbesar tingkat leverage dan menggunakan metode konservatisme

akuntansi, selain itu pemegang saham juga memanfaatkan karakter eksekutif yang

berani mengambil risiko untuk memperbesar keuntungan pemegang saham. Cara

yang dilakukannya adalah dengan penghindaran pajak (tax avoidance).

2.1.3 Karakter Eksekutif

Menurut Sriwati Bukit dalam Radiansah dan Nofryanti (2015), karakter

adalah respon langsung yang dilakukan seseorang terhadap setiap stimulus yang

datang dalam keadaan sadar (Golemen), kata karakter itu sendiri berasal dari

bahasa Yunani yaitu “caracteer“ yang artinya tanda, ciri atau gambaran yang

diukir. Eksekutif merupakan individu yang menempati sebuah posisi penting

dalam sebuah posisi dalam system kepemimpinan dalam sebuah perusahaan dan

12

Page 4: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

atau suatu organisasi. Karakter eksekutif dibedakan menjadi dua yaitu risk taker

dan risk averse yang tercermin dari besar kecilnya risiko perusahaan. Menurut

Maccrimon dan Wehrung dalam Budiman dan Setiyono (2012:3) Eksekutif yang

memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil

keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki

penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi. Tipe ini

memiliki dorongan kuat untuk memiliki posisi, kesejahteraan, kewenangan yang

lebih tinggi, dan penghasilan yang lebih besar dengan bersedia menerima

konsekuensi risiko yang lebih tinggi pula.

Selain itu, sifat manajemen risk taker memiliki keinginan untuk

mendatangkan cash flow yang tinggi guna memenuhi tujuan pemilik perusahaan

yaitu mendapatkan cash flow dari operasi perusahaan (La Porta dan Silanez dalam

Budiman dan Setyono, 2012:7). Banyaknya keuntungan yang ditawarkan seperti

kekayaan melimpah, penghasilan tinggi, kenaikan jabatan dan pemberian

wewenang atau kekuasaan menjadi motivasi tersendiri bagi para eksekutif

menjadi semakin bersifat risk taker (MacCrimmon dan Wehrung dalam Butje dan

Tjondro, 2014:3).

Sedangkan menurut Handayani dkk., (2016:3) eksekutif yang memiliki

karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai risiko

sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Pembeda diantara

kedua jenis eksekutif tersebut tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan

yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter

13

Page 5: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

eksekutif apakah termasuk risk averse atau risk taker (Paligorova dalam

Praptidewi dan Sukartha, 2016:3).

Resiko perusahaan sangat berkaitan dengan return yang diperoleh. Resiko

merupakan dari hasil yang diterima dengan yang sudah diekspetasikan maka

resiko akan semakin besar (Maccrimon dan Wehrung dalam Indarti dan Hadi,

2015:2)

2.1.4 Leverage

Menurut Sjahrial (2008:147) leverage adalah penggunaan aktiva dan

sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti

sumber dana berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap

dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara

hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan (Gusti dalam

Cahyono dkk., 2016:5).

Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh

perusahaan. Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan

yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan

demikian dapat meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya, leverage

juga meningkatkan variabelitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan

ternyata perusahaa ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya

tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang

saham.

14

Page 6: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

Menurut Mils dalam Pajriyansyah dan Firmansyah (2016:6) berpendapat

bahwa leverage mencerminkan kompleksitas transaksi keuangan perusahaan ,

sehingga perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki kemampuan

yang lebih untuk menghindari pajak melalui tansaksi keuangan.

Rasio leverage juga menunjukan risiko yang dihadapi perusahaan.

Perusahaan besar lebih cenderung memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya

daripada menggunakan pembiayaan yang berasal dari utang. Perusahaan besar

akan menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan menimbulkan kecenderungan

bagi para manajer perusahaan untuk berlaku agresif atau patuh (Maria dan

Kurniasih dalam Darmawan dan Sukharta, 2014:5).

Menurut Pajriyansyah dan Firmansyah (2016:18) Dengan nilai leverage

yang rendah, perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk

membayar semua utangnya, begitu pula sebaliknya perusahaan dengan nilai

leverage yang tinggi tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar

utangnya

Berdasarkan pengertian leverage yang sudah dipaparkan leverage adalah

rasio untuk mengukur aset perusahaan berasal dari utang atau modal dengan

maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

2.1.5 Konservatisme Akuntansi

Menurut Basu dalam Pramudito dan Sari (2015:3) Konservatisme

Akuntansi adalah praktik menurunkan laba dan aset bersih dalam merespon kabar

buruk, namun tidak menaikkan laba dan menaikkan aset bersih dalam merespon

kabar baik. Menurut Menurut The Financial Accounting Standards Board (FASB,

15

Page 7: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

1983) Concepts Statement No. 2 mendifinisikan konservatisme akuntansi yaitu

sikap yang dimiliki oleh akuntan untuk bersikap hati-hati (prudence) terhadap

ketidakpastian dalam pengakuan suatu kejadian ekonomi.

Prinsip konservatisme akuntansi diartikan sebagai pencatatan aktiva milik

perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari pada harga perolehannya (cost)

atau mencatat hutang lebih tinggi (Over-stated), selain itu mengakui kemungkinan

rugi yang terjadi namun tidak mengantisipasikan laba yang belum direalisasi

(tidak diakui sebagai pendapatan periode ini) (Sugiono, dkk. dalam Sarra, 2017:7)

Konservatisme terkait dengan melaporkan pandangan yang paling tidak

optimis saat menghadapi ketidakpastian pengukuran. Hal yang paling sering

terjadi sehubungan dengan konsep ini adalah keuntungan tidak diakui sampai

benar-benar terjadi. Konservatisme akuntansi merupakan penentu kualitas laba.

Meskipun laporan keuangan yang konservatif dapat mengurangi kualitas laba.

Secara umum konservatisme akuntansi merupakan konsep akuntansi yang

kontroversial, pada kenyataannya terdapat pro dan kontra seputar penerapan

prinsip konservatisme (Setyaningsih, 2008:3). Jika dikaitkan dengan

penghindaran pajak, komitmen pihak internal perusahaan dan manajemen untuk

menginformasikan laporan keuangan yang transparan akurat dan tidak

menyesatkan adalah faktor yang menentukan tingkat konservatisme akuntansi di

pelaporan keuangan perusahaan (Baharudin dan Wijayanti dalam Sari dkk.,

2016:2).

16

Page 8: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

2.1.6 Tindakan Tax Avoidance

Menurut Hutagaol dalam Swingly dan Sukartha (2015:2) tax avoidance

adalah cara untuk menghindari pembayaran pajak secara legal yang dilakukan

oleh Wajib Pajak dengan cara mengurangi jumlah pajak terutangnya tanpa

melanggar peraturan perpajakan atau dengan istilah lainnya mencari kelemahan

peraturan. Menurut Heru dalam Budiman dan Setiyono (2012:5) penghindaran

pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan

peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang

diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan

perpajakan yang berlaku.

Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di

Undang – Undang dan berada dalam jiwa dari Undang – Undang atau dapat juga

terjadi dalam bunyi ketentuan Undang – Undang tetapi berlawanan dengan jiwa

Undang – Undang (Suandy, 2011:7). Penghidaran pajak ini dapat dikatakan

persoalan yang rumit dan unik karena disatu sisi diperbolehkan, tetapi tidak

diinginkan (Maharani dan Suardana, 2014:2).

Komite urusan fiskal dari Organizationfor Economic Cooperation and

Development (OECD) menyebutkan ada 3 karakter penghindaran pajak sebagai

berikut.

1. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah – olah

terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan

faktor pajak.

17

Page 9: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang –

undang atau menerapkan ketentuan – ketentuan legal untuk berbagai

tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat

undang – undang.

3. Kerahasiaan juga sebagai alat atau cara untuk melakukan penghindaran

pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin (Council

of Executive Secretaries of Tax Organization, 1991 dalam Suandy,

2011:7).

Adapun cara melakukan penghindaran pajak menurut Merks (2007) dalam

Kuniasih dan Sari (2013) dalam Andriyanto (2015) adalah sebagai berikut.

1. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara – negara

yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax

haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning).

2. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi

dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak

yang paling rendah (formal tax planning).

3. Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin

capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation

(Spesific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai

substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).

Dari definisi tax avoidance diatas dapat disimpulkan bahwa tax avoidance

adalah usaha meminimumkan beban pajak secara legal dengan memanfaatkan

kelemahan undang-undang (loophole).

18

Page 10: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama Variabel analisis Hasil penelitian Kesenjangan Penelitian

1. Cahyono, Andini, dan Raharjo (2016)

Variabel independen : komite audit, kepemilikan institusional, dewan komisaris, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas

Varibel dependen : tindakan tax avoidance

Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance Komite audit, dewan komisaris, ukuran perusahaan, leverage,dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai karakter aksekutif dan konservatisme akuntansi dan pengukuran terhadap variabel tax avoidance berbeda yaitu menggunakan CETR

2. Pramudito dan Sari (2015)

Variabel independen : konservatisme akuntansi, kepemilikan manajerial dan ukuran dewan komisaris

Varibel dependen : Tax Avoidance

Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tax avoidance Konservatisme akuntansi dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tax avoidance

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai karakter eksekutif leverage dan pengukuran terhadap variabel tax avoidance berbeda yaitu menggunakan CETR

3. Swingly dan Sukartha (2015)

Variabel independe : karakter eksekutif, komite

Karakter eksekutif, ukuran perusahaan, dan

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya

19

Page 11: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

audit, ukuran perusahaan, Leverage Dan Sales Growth

Variabel dependen: Tax Avoidance

Leverage berpengaruh terhadap tax avoidanceKomite audit dan sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance

penelitian mengenai konservatisme akuntansi dan pengukuran terhadap variabel tax avoidance berbeda yaitu menggunakan CETR

4. Sari, Kalbuana, dan Jumadi (2016)

Variabel independen :Konservatisme Akuntansi, Kualitas Audit, dan UkuranPerusahaan

Variabel dependen :Penghindaran Pajak

Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak Konservatisme akuntansi dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai karakter aksekutif dan leverage

5. Maharani danSuardan(2014 )

Variabel independen : Corporate Governance, Profitabilitas Dan Karakteristik Eksekutif

Variabel dependen : Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur

Coorporate governance, Profitabilitas, dan Karakter eksekutif berpengaruh terhadap Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai leverage dan konservatisme akuntansi.

6. Darmawan dan Sukartha (2014)

Variabel independen : Corporate Governance, Leverage, Return On Assets, dan Ukuran PerusahaanVariabel

Corporate governance, Return Of Assets dan Ukuran Perusahaan berpengaruh pada penghindaran pajak.

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai karakter aksekutif dan konservatisme

20

Page 12: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

dependen : Penghindaran Pajak

Leverage tidak berpengaruh pada penghindaran pajak.

akuntansi dan pengukuran terhadap variabel tax avoidance berbeda yaitu menggunakan CETR

7. Cahyaning Dewi Handayani, Muhammad Abdul Aris, dan Mujiyati (2015)

Varabel independen: Pengaruh Return On Asset, Karakter Eksekutif, Dan Dimensi TataKelola Perusahaan Yang Baik

Variabel dependen : Tax Avoidance

Return On Asset dan Karakter Eksekutifberpengaruh terhadapTax AvoidanceKepemilikan Institusional, Proporsi Dewan KomisarisIndependen, Kualitas Audit, dan Komite Audit tidak berpengaruh terhadapTax Avoidance

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai leveragedan konservatisme akuntansi dan pengukuran terhadap variabel tax avoidance berbeda yaitu menggunakan CETR

8. Sarra (2017) Variabel independen:Konservatisme Akuntansi, Komite Audit dan Dewan Komisaris

Variabel dependen : Penghindaran Pajak

Konservatisme akuntansi dan Kualitas Audit berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Penghindaran Pajak

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai karakter aksekutif dan leverage.

9 Siahaan (2015)

Variabel independen : Karakter Eksekutif dan Corporate GovernanceVariabel

Karakter Eksekutif dan Corporate Governance berpengaruh dan signifikan Terhadap

Kesenjengan penelitian ini yaitu tidak adanya penelitian mengenai leverage dan

21

Page 13: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

dependen : Penghindaran Pajak

Penghindaran Pajak

konservatisme akuntansi.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Uma Sekaran dalam Sugiyono, 2014:60). Kerangka konseptual ini

dibuat untuk menggambarkan hubungan antar variabel independen dan variabel

dependen. Apabila peneliti hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara

mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi

teoritis untuk masing – masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran

variabel yang di teliti (Sugiyono, 2014:60).

22

Page 14: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

H₄

Gambar 2.1Kerangka Konseptual

23

Variabel Independen Variabel Dependen

H4

Pengaruh Karakter Eksekutif, Leverage, dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Tindakan Tax Avoidance

(Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016)

Karakter Eksekutif (X₁)

Tindakan Tax Avoidance (Y)

Peng

aruh

Kar

akte

r Eks

ekut

if, K

omite

Aud

it, U

kura

n Pe

rusa

haan

, Le

vera

ge D

an S

ales

Gro

wth

Pad

a Ta

x Av

oida

nce

(Cal

vin

Swin

gly

dan

I M

ade

Suka

rtha,

201

5)Pe

ngar

uh K

onse

rvat

ism

e A

kunt

ansi

, Kua

litas

Aud

it, U

kura

n Pe

rusa

haan

Te

rhad

ap P

engh

inda

ran

Paja

k (N

ila S

ari,

Naw

ang

Kal

buan

a, d

an A

gus

Jum

adi,

2016

)

Metode Analisis DataStatistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, Uji Regresi

Linier Berganda, Koefisien Determinasi, Uji T, Uji F

Middle Theory : Teori Keagenan

DEDUKTIF

Hasil dan Kesimpulan

Perpajakan

Grand Theory :Teori Sinyal

Konservatisme Akuntansi (X₃)

Leverage (X₂) INDUKTIF

H3 H

H2

Fenomena

1. Banyaknya perusahaan yang mengingkan laba setelah pajak besar, sehingga perusahaan ingin meminumkan beban pajaknya.

2. sifat manajemen risk taker memiliki keinginan untuk mendatangkan cash flow yang tinggi.

3. tingkat utang yang tinggi diindikasikan semakin tinggi pula perusahaan melakukan penghindaran pajak

4. prinsip konservatisme tidak langsung akan mempengaruhi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan.

H1

Page 15: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

2.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis menurut Sekaran (2011:135) adalah hubungan yang

diperkirakan secara logis antara dua atau lebih variable yang diungkapkan dalam

bentuk pernyataan yang dapat diuji.

2.4.1 Pengaruh karakter eksekutif terhadap tindakan tax avoidance

Dalam teori keagenan pemegang saham atau disebut principal memberikan

tugas kepada manajemen untuk mengelola perusahaannya dengan baik. Dalam

melaksanakan tugasnya, para eksekutif (CEO, CFO, dan Top Eksekutif) yang

bersifat risk taker akan menguntungkan para pemegang saham disebabkan

eksekutif berani mengambil tindakan-tindakan yang akan meningkatkan cash flow

dengan cara penghindaran pajak.

Menurut Maccrimon dan Wehrung dalam Budiman dan Setyono (2012:3)

mengatakan bahwa, dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan

eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse.

Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani

dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk

memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi.

Menurut Low dan Carolina dalam Butje dan Tjondro (2014:3) Semakin eksekutif

bersifat risk taker, nilai ETR akan semakin rendah yang mengindikasikan tax

avoidance makin tinggi..

Budiman dan Setyono (2012), Cahya dan Suardan (2014), dan Swingly

dan Sukharta (2015) menyatakan karakter eksekutif menunjukkan pengaruh

positif signifikan terhadap tindakan tax avoidance. Sedangkan dalam penelitian

24

Page 16: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

Radiansah dan Nofryanti karakter eksekutif tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance. Untuk menguji pengaruh karakter eksekutif terhadap tindakan tax

avoidance, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga terdapat pengaruh karakter eksekutif terhadap tindakan tax

avoidance

2.4.2 Pengaruh leverage terhadap tindakan tax avoidance

Dalam teori keagenan, agen memenuhi pembiayaan operasional

perusahaan, agen memiliki alternatif dalam mendapatkan dana. Pertama pertama

dana bisa didapatkan dari investasi yang dilakukan oleh pemilik perusahaan atau

pada perusahaan terbuka bisa dengan menjual kepemilikan perusahaan berupa

saham. Dana juga dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman ke bank, lembaga

non-bank maupun dari lembaga non formal. Cara yang biasa dilakukan adalah

dengan melakukan pinjaman. Hal ini disetujui oleh principal karna akan

menguntungkan principal disebabkan oleh bunga teteap yang timbul akan

mengurangi laba kena pajak.

Menurut Dharma dan Ardiana (2016:5) Salah satu kebijakan pendanaan

adalah dengan hutang atau leverage merupakan tingkat utang yang digunakan

perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Perusahaan yang menggunakan utang

pada komposisi pembiayaan, maka akan ada beban bunga yang harus dibayar.

Semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula jumlah pendanaan

dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya

bunga yang timbul dari utang tersebut. Mulyani dkk.(2014:3) mengatakan bahwa

beban bunga yang bersifat deductible akan menyebabkan laba kena pajak

25

Page 17: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

perusahaan menjadi berkurang. Laba kena pajak yang berkurang pada akhirnya

akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.

Mulyani dkk. (2014:7) dan Dharma dan Ardiana (2016) menyatakan

leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Berbeda dengan

penelitian Cahyono dkk. (2016:8) menyatakan leverage tidak berpengaruh

terhadap tindakan tax avoidance. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap

tindakan tax avoidance, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H2 : Diduga terdapat pengaruh leverage terhadap tindakan tax avoidance

2.4.3 Pengaruh konservatisme akuntansi terhadap tindakan tax avoidance

Dalam teori keagenan, principal memanfatkan prinsip konservatisme

akuntansi yang diterapkan agen dalam menyusun laporan keuangan perusahaan

untuk menghindari moral hazard yang disebabkan oleh pihak-pihak yang

mempunyai informasi asimetris, pandangan (horizon) waktu yang terbatas, dan

tanggung jawab yang terbatas. Pada dasarnya manajemen ingin kinerjanya dinilai

baik oleh principal dengan memberi kenutungan yang lebih besar. Cara yang

dilakukannya adalah dengan penghindaran pajak.

Menurut Baharudin dan Wijayanti dalam Pramudito dan Sari (2015:3)

Komitmen pihak internal perusahaan dan manajemen untuk menginformasikan

laporan keuangan yang transparan akurat dan tidak menyesatkan adalah faktor

yang menentukan tingkat konservatisme akuntansi di pelaporan keuangan

perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan prinsip konservatisme yang diterapkan

perusahaan secara tidak langsung akan mempengaruhi laporan keuangan yang

26

Page 18: BAB IIeprints.unpam.ac.id/1881/3/BAB II.docxWeb viewMenurut Jensen dan Meckling dalam (Siregar dan Widyawati, 2016:3) teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai

diterbitkan perusahaan, dimana laporan keuangan yang disusun tersebut nantinya

akan dijadikan dasar pengambilan keputusan bagi manajemen dalam mengambil

kebijakan terkait dengan perusahaan (Sari dkk. 2016:2)

Sarra (2016) menyatakan konservatisme berpengaruh negatif terhadap

penghindaran pajak. Sedangkan menurut penelitian Sari dkk. (2016)

konservatisme akuntansi tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, karena

dengan adanya Peraturan Pemerintah maka kecenderungan untuk melakukan

penghindaran pajak akan semakin sempit meskipun perusahaan memilih metode

akuntansi yang konservatif. Untuk menguji pengaruh konservatisme akuntansi

terhadap tindakan tax avoidance, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H3 : Diduga terdapat pengaruh konservatisme akuntansi terhadap tindakan

tax avoidance

2.4.4 Pengaruh karakter eksekutif, leverage, dan konservatisme akuntansi

terhadap tindakan tax avoidance

Hipotesis ini menguji pengaruh yang terjadi antara ketiga variabel independen

(karakter eksekutif, leverage, dan konservatisme akuntansi) terhadap variabel

dependen yaitu tindakan tax avoidance. Hipotesis ini akan diuji dengan

menggunakan uji simultan atau uji F. Dengan demikian hipotesis yang diajukan

sebagai berikut :

H4 : Diduga terdapat pengaruh karakter eksekutif, leverage, dan

konservatisme akuntansi terhadap tindakan tax avoidance

27