bab ii yes -...

32
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat 1. Pengertian Zakat Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini digunakan dalam menerjemahkan al-qur’an dan hadis. 1 Sedang menurut Yusuf Qardhawi zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT, diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu harta teretentu. 2 Zakat menurut bahasa berarti tumbuh dan suci, zakat mensucikan hati dari sifat kikir, bakhil dan bencana lainnya. 3 Pengertian zakat menurut syara’ adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu. Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan yang berhak menerimanya. 4 Zakat ibarat benteng yang melindungi harta dari penyakit dengki dan iri hati dan zakat ibarat pupuk yang dapat menyuburkan harta untuk berkembang dan tumbuh. 5 1 Muhammad, Zakat Profesi, op.cit, hlm.10 2 Yusuf Qardhawi, Fiqhuz- Zakat, op. cit, hlm. 34 3 Ahmad Abdul Ghaffar, At-Tahdzaiir min Fatnatil Maal, terj. Masnur Hamzah, “Agar Harta Tidak Menjadi Fitnah”, Jakarta : Gema Insani Press, Cet ke-1, 2004, hlm. 70 4 Zakia Darajat, Ilmu Ushul Fiqh, Jilid II, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam / IAIN di Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Cet. Ke-2, 1983, hlm. 229 5 M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II ), Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-4, 2003, hlm. 2

Upload: vantuong

Post on 28-Jun-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat

1. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat

merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti suci, berkah,

tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini digunakan dalam menerjemahkan

al-qur’an dan hadis.1 Sedang menurut Yusuf Qardhawi zakat berarti

sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT, diserahkan kepada

orang-orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan

jumlah tertentu harta teretentu.2

Zakat menurut bahasa berarti tumbuh dan suci, zakat mensucikan

hati dari sifat kikir, bakhil dan bencana lainnya.3 Pengertian zakat menurut

syara’ adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta

tertentu. Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan yang

berhak menerimanya.4 Zakat ibarat benteng yang melindungi harta dari

penyakit dengki dan iri hati dan zakat ibarat pupuk yang dapat

menyuburkan harta untuk berkembang dan tumbuh.5

1 Muhammad, Zakat Profesi, op.cit, hlm.10 2 Yusuf Qardhawi, Fiqhuz- Zakat, op. cit, hlm. 34 3 Ahmad Abdul Ghaffar, At-Tahdzaiir min Fatnatil Maal, terj. Masnur Hamzah, “Agar Harta

Tidak Menjadi Fitnah”, Jakarta : Gema Insani Press, Cet ke-1, 2004, hlm. 70 4 Zakia Darajat, Ilmu Ushul Fiqh, Jilid II, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana

Perguruan Tinggi Agama Islam / IAIN di Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Cet. Ke-2, 1983, hlm. 229

5 M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II ), Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-4, 2003, hlm. 2

Page 2: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

2. Dasar Hukum Zakat

Berbicara tentang pengelolaan zakat merupakan kajian yang

sangat menarik, dan urgen, bagaimana tarikh Islam tentang zakat

disyariatkan oleh Allah SWT. Untuk menggambarkan betapa pentingnya

kedudukan zakat, Al-qur’an menyebutkan sampai 72 kali, di mana itaa al-

zakah bergandengan dengan iqamu al-shalah, seperti pada ayat 43 QS.2 :

55, QS Al- Maidah, ayat 4, QS. Al- Mukminin, dan lain sebagainya.6

Kewajiban melaksanakan Zakat sebagaimana diperintah oleh

Allah SWT yang termaktub dalam QS. 9 :103

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka sebagai shadaqah (dimaksud zakat) yang mana akan mensucikan harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui”(QS. At- Taubah 103 )7

Zakat mempunyai peranan yang besar bagi perkembangan

perekonomian umat Islam, zakat dapat mengurangi kemiskinan serta

mampu mensejahterakan masyarakat dari kemiskinan. Esensi dari ajaran

Islam adalah bagaimana manusia dapat mengabdi kepada Allah SWT8.

Realisasi zakat sebagai manivestasi ta’abud kepada Allah SWT, serta 6Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah,

Bandung : Mizan, Cet. Ke-3, 1995, hlm. 231 7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Al-Waah, 1995, hlm. 297-298 8 QS. 51: 56

Page 3: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

konsekuensi umat Islam untuk mengimplementasikan zakat. Hal ini

didasarkan pada QS. 9: 60

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanya untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak. orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah,dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.9

Ayat tersebut menjelaskan tentang kelompok orang yang berhak

menerimanya (Mustahiq) dan QS.9:103 yang menjelaskan pentingnya

zakat untuk diambil (dijemput) oleh para petugas (amil) zakat.10

Selain itu ada beberapa hadis yang berkaitan dengan perintah untuk

merealisasikan zakat

Islam dibangun atas (dasar) lima (hal), bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah SWT, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mengunjungi rumah (Allah) dan puasa Ramadhan. (HR Bukhari Muslim)11

9 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit, hlm. 288 10 Didin Hafidhuddin, Mimbar Agama & Budaya, Jakarta : UIN Jakarta, Volume XIX, No.3, 2002,

hlm, 268 11 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, Beirut : Darul Fikr, 1981, hlm 9-10

Page 4: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Sedangkan tujuan disyariatkan zakat menurut M. Daud Ali antara lain :

1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari

kesulitan hidup serta penderitaan.

2. Membantu pemecahan permasalahn yang dihadapi oleh para gharim,

Ibnu sabil dan mustahik lainnya.

3. Membentangkan dan memberi tali persaudaraan sesama umat Islam

dan manusia pada umumnya.

4. Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta.

5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial)

6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin

dalam suatu masyarakat.12

7. Menciptakan masyarakat yang berbahagia yang dapat merasakan

keberkatan harta benda yang di peroleh, karena hak-hak orang lain atau

hak agama atas harta itu sudah diberikan.13

Syari’ah zakat ternyata memegang peranan penting. Selain

memuat nilai-nilai ubudiyah, syariat zakat juga memuat nilai-nilai

kemanusiaan (humanism) yang dalam istilah lain disebut ibadah

sosial.14Zakat termasuk ibadah sosial. Zakat tidak diberikan kepada Allah,

tetapi kepada sesama manusia dalam masyarakat. Pemberi zakat

menerima pahala dari Allah melalui amil zakat, dalam membantu sesama

manusia yang berada dalam kekurangan dan kemiskinan. Pemberi zakat

12 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, Cet.ke-1, 1988, hlm.

40 13 Zakia Darajat, op. cit, Jilid II, hlm. 239 14 Syaichul Hadi Permono (Ed), Antologi Kajian Islam, Surabaya: Pascasarjana IAIN Sunan

Ampel Press, Cet. 1, 2004, hlm. 273

Page 5: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

mendapat untung di dunia ini dan juga kelak di akhirat, sedang mustahik

memperoleh untung di dunia ini juga dalam bentuk material yang

meringankan kasulitan hidupnya.15

B. Pengelolaan Zakat dimasa Rasulullah SAW dan Sahabat

Petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Muadz Ibn

Jabal ketika diutus ke Yaman, beliau mengatakan :

“Jika mereka telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan melaksanakan shalat, maka beritahukan bahwasanya Allah SWT telah mewajibkan zakat yang diambil dari orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir”16

Pada zaman Nabi Muhammad SAW dan para Khalifah, zakat

merupakan suatu lembaga negara, sehingga menjadi kewajiban negara untuk

menghitung kewajiban para warga negara serta mengumpulkannya. Nabi dan

para khalifah membentuk badan pengumpul zakat, dan masing-masing

gubernur juga melakukan hal yang sama di wilayahnya. Zakat yang sudah

terkumpul dimasukkan ke Baitul Mal dan penggunaan zakat itu ditentukan

oleh pemerintah berdasarkan ketentuan-ketentuan Al-qur’an dan sunnah.17

Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua

Hijriyah Nabi SAW, kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa Ramadhan

dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam

sudah mulai terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina

masyakat muslim, yakni sebagai bukti solidaritas sosial.18 Kewajiban yang

menyangkut harta kekayaan kaum muslimim adalah shadaqah yang belum 15Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, Cet.ke-3, 1995, hlm. 245 16 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, op.cit, hlm. 108 17Amien Rais, op.cit hlm. 62 18 Muhammad, Zakat Profesi, op. cit, hlm. 16

Page 6: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

ditentukan batas-batasnya seperti dalam kewajiban zakat. Setelah di Madinah

zakat lebih terinci dengan berbagai aturan seperti macam harta yang wajib

dizakati.19 Semula zakat masih diserahkan kepada kesadaran para wajib zakat

tanpa ada petugas negara yang melakukan pemungutan dan

mendistribusikannya. Eksistensi amil (petugas, pemungut dan pendistribusi

zakat) baru diadakan pada tahun ke-9 Hijriyah, ketika Rasulullah SAW

mengutus para amil ke daerah-daerah pedalaman jazirah Arab hingga Yaman.

Eksistensi amil diteruskan oleh Khalifah Abu Bakar bahkan pada waktu itu

disertai dengan ancaman untuk memerangi mereka yang membangkang.

Walaupun tidak setegas Abu Bakar kekhalifahan Islam berikutnya juga

membentuk amil dan melakukan gerakan sadar zakat kepada umat Islam.20

Kewajiban membayar zakat telah dilaksanakan pada masa khalifah Abu

Bakar, sehingga orang yang tidak mau membayar zakat tentu diperangi

sebagaimana zaman Sahabat.

C. Sistem Pengelolaan Zakat

1. Menurut Fiqh

Dari tulisan para ahli fiqh disebutkan bahwa, para imam

mengirim para petugas untuk memungut zakat. Karena Nabi Muhammad

SAW dan para Khalifah sesudah beliau menegaskan para pemungut zakat

dan ini merupakan hal yang masyhur21. Selain itu diantara hadis-hadis

Nabi ialah hadis Abu Hurairah yang terdapat dalam hadis shahih Bukhari-

19 Musman Thalib, Materi Penataran Lembaga Amil Zakat Muhammadiayah Jawa Tengah,

Semarang: 6-7 September 2003 20 Ibid 21Yusuf Qardhawi, Fiqhuz- Zakat, op.cit hlm. 545

Page 7: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Muslim yang mengatakan “ bahwa Rasulullah SAW telah mengutus Umar

Ibnul Lutbiah sebagai petugas pemungut zakat. ” Hadis dalam soal ini

banyak sekali. Diantara penduduk terdapat orang yang punya harta tapi

tidak tahu akan kewajibannya. Ada juga di antara mereka yang mengetahui

kewajiban tapi ia kikir, oleh karena itu wajib adanya pemungut zakat.22

Imam atau wakilnya hendaknya mengutus para amil zakat untuk

memungut hasil zakat tanaman, dan buah-buahan. Yaitu zakat yang tidak

disyariatkan haul pada waktu wajib mengeluarkan, amil zakat hendaklah

mengetahui, agar ia dapat menghubungi mereka pada waktu panen.23

Adapun hewan ternak dan harta lain yang disyariatkan haul,

petugas hendaklah menentukan bulan apa ia harus mendatangi mereka.

Dan yang dianggap baik bulan yang di tentukan itu ialah bulan Muharam,

baik musim panas maupun dingin, karena bulan itu adalah awal tahun

yang disyariatkan oleh Islam.24

Rasulullah Saw bersabda :

Maksudnya : Riwayat dari Abi Abbas ra. katanya : Nabi Saw telah berpesan kepada Mu’adz bin Jabal (ketika bertugas di Yaman) demikian “sesungguhnya Allah SWT, benar-benar telah mengfardhukan shadaqah ( yang di maksud zakat ) yaitu pungutlah dari orang-orang mampu/aghniya’ mereka, kemudian kembalikan pada orang-orang fakir/fuqara’ mereka”25

22Imam Nawawi, Al Majmu, Jilid 6, Beirut : Darul Fikr, tt, hlm. 167 23Abu Ubaid, Al Amwal, Beirut: Darul Fikr, tt, hlm. 556 24Ibid. 25 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, Beirut: Darul Fikr, 1981, hlm 108

Page 8: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

a Syarat Wajib Mengeluarkan Zakat

1) Islam

“Islam menjadi syarat wajib mengeluarkan zakat dengan dalil hadis Ibnu Abbas, yang menerangkan bahwa kewajiban zakat, setelah mereka menerima dua kalimat syahadat dan kewajiban shalat. Hal ini tentunya menunjukkan, bahwa orang yang belum menerima Islam tidak berkewajiban mengeluarkan zakat.”26

2) Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahaya

karena hamba sahaya tidak memiliki hak milik. Tuannyalah yang

memiliki apa yang ada di tangan hambanya. Begitu juga, Mukatib

(hamba sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan oleh tuannya

dengan cara menebus dirinya) atau semisal dengannya tidak wajib

mengeluarkan zakat, karena kendatipun dia memiliki harta,

hartanya tidak dimiliki secara penuh. Pada dasarnya menurut

jumhur, zakat atas tuan karena dialah yang memiliki harta

hambanya. Oleh karena itu, dialah yang wajib mengeluarkan

zakatnya, seperti halnya harta yang berada ditangan syark (

patner) dalam sebuah usaha perdagangan 27

3) Baligh dan Berakal

Keduanya dianggap sebagai syarat oleh mazhab Hanafi.

Dengan demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil

26 Abu Al Abbas Khalid bin Syamhudi, “Syarat Wajib Dan Cara Mengeluarkan Zakat”, dalam As-

Sunnah, Edisi, 06/VII/1424/2003, hlm.16 27 Wahbah Al-Zuhaili, Al- Fiqh Al- Islami Adilatuh, terj, Agus Effendi dan Bahruddin Fanani,

“Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung: Rosda Karya, Cet. ke-6, 2005. hlm. 98-99

Page 9: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

dan orang gila.sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan

orang yang wajib mengerjakan ibadah, seperti shalat dan puasa,

sedangkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat.

Oleh karena itu, zakat wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan

orang gila. Zakat tersebut dikeluarkan oleh walinya.28

4) Cukup satu Nishab

Yang dimaksud dengan satu nishab adalah kadar minimal

jumlah harta yang wajib di zakati berdasarkan ketetapan syara’.

Nishab yang ditetapkan syara’ untuk setiap jenis harta berbeda-

beda misalnya, untuk emas ditetapkan 20 dinar (satu dinar lebih

kurang 4,5 gram emas) berdasarkan hadis riwayat Imam Abu

Dawud dari Ali bin Abi Thalib, kambing 40 ekor, dan unta 5 ekor,

ketiganya berdasarkan hadis riwayat Imam Al- Bukhari dari Anas

bin Malik.29Untuk dapat merealisasikan zakat, maka harta harus

mencapai nishab

Adapun syarat-syarat nishab sebagai berikut:

a) Harta tersebut diluar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh

seseorang, seperti : makanan, pakaian, tempat tinggal,

kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata

pencaharian.

28 Ibid. hlm. 100 29 Quraish Shihab (Ed), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, jilid 1, Cet.1,

hlm. 1989

Page 10: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

b) Harta yang dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul)

terhitung dari kepemilikan nishab. Rasulullah Saw Bersabda :

Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun).30

“Untuk diwajibkannya zakat, disyaratkan harta itu cukup setahun dimiliki” Demikianlah pendapat kebanyakan Mujtahid. Dihikayatkan

dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, bahwa mereka mewajibkan

zakat dengan semata-mata memiliki harta. Sesudah cukup

setahun dimiliki, diberikan sekali lagi. Ibnu Mas’ud apabila

menerima sesuatu pemberian beliau terus menzakatinya.31

Kecuali dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-

buhan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika

panen. Demikian juga zakat harta karun (rikaz) yang diambil

ketika menemukannya. Untuk dapat menaksir jumlah harta

wajib zakat maka terlebih dahulu pemilik harta atau amil harus

mengetahui terlebih dahulu nishabnya.

b Lembaga Pengelola Zakat

30Hadis ini di riwayatkan dari beberapa jalan periwayatan. Diriwayatkaan dari jalan periwayatan

Ibnu Umar oleh at Tirmidzi /123, dari jalan periwayatan Aisyah oleh Ibnu Majah dalam sunannya no. 1793, dari periwayatan Anas bin Malik oleh Al Daraqutni dalam sunannya no. 199 dan periwayatan Ali bin Thalib oleh Abu Daud dalam Sunan-nya no. 1573. Hadis ini di hasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam kitab Irwa Al Ghalil, 3/254-258. di kutip dari majalah “As-Sunnah” Edisi 06/Tahun VII/ 1424 H/ 2003 M

31TM. Hasby Asy-Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet. ke-2, 2001, hlm. 123

Page 11: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Pengelolaan zakat dalam Islam diserahkan kepada amil. Hal ini

mengindikasikan bahwa amil merupakan salah satu dari delapan asnaf

yang berhak menerima zakat. Amil sebagai panitia diberi wewenang

untuk megambil dan mengelola zakat sebagaimana termaktub dalam

QS. 9: 103. Oleh karena itu penulis memberikan deskripsi tentang

amil, sebagai berikut :

1) Pengertian Amil

Kata amil berasal dari kata ‘amal yang biasa

diterjemahkan dengan “yang mengerjakan atau pelaksana”32

Menurut Ensiklopedi Islam33 yang dimaksud dengan amil

adalah orang atau badan yang mengurus soal zakat dan shadaqah

dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan menyalurkan atau

membagikannya kepada mereka yang berhak menerimanya

menurut ketentuan ajaran Islam. Secara bahasa amil berarti wakil,

agen, kuasa, dan langganan. Kata ini berasal dari kata amila yang

berarti pekerja, tukang, dan pengatur pekerjaan. Pengertian amil

dalam artinya yang sekarang bermula pada masa Nabi Muhammad

Saw. Nabi Muhammad Saw menggunakan istilah tersebut bagi

orang-orang yang ditunjuk olehnya sebagai petugas yang

mengumpulkan dan yang menyalurkan shadaqah dan zakat kepada

mereka yang berhak menerimanya.34 Istilah amil disebutkan dalam

32 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi Dan Peranan Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, Bandung: Mizan, Cet. Ke-2, 1992, hlm. 325 33 Quraish Shihab (Ed), Ensiklopedi Islam, op.cit, hlm. 134 34 Ibid

Page 12: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Q S. 9: 60 yakni sebagai salah satu dari delapan golongan yang

berhak menerima zakat.

Namun sekarang amil banyak bermunculan di daerah-

daerah. Dengan berdirinya amil maka peranan amil hendaknya bisa

meningkat. Tidak hanya dari aspek SDM. Satu hal yang menjadi

perhatian khusus adalah bagaimana amil dapat memberikan

kontribusi kepada masyarakat mengenai penanganan zakat secara

profesional. Kinerja amil secara profesional menjadi harapan para

muzakki dan mustahik zakat.

Kalau definisi di atas dicermati, seorang amil haruslah yang

diangkat sebagai petugas oleh pemerintah. Pendapat ini

dilonggarkan oleh beberapa ulama khususnya al-muta’akhirin

semacam Abu Zahrah. Menurutnya, amil adalah :

“Mereka yang bekerja untuk pengelolaan zakat, menghimpun, menghitung, mencari orang-orang yang butuh (mustahiqqin), serta membagikan pada mereka”35 Amil adalah para pekerja yang telah diserahi oleh penguasa atau

penggantinya untuk mengambil harta zakat, mengumpulkan,

menjaga dan memindah-mindahkannya. Sehingga termasuk orang

yang memberi minum dan menggembalanya, jika zakat itu berupa

ternak. Begitu pula petugas keamanan, sekretaris, petugas

penimbang, tukang hitung dan perangkat lainnya yang dibutuhkan

35 Abu Zahrah dalam “Himpunan Majma’ Al-Buhust Al- Islamiyyah Al-Azhar”, Muktamar ke-2,

1385-1965, hlm.192

Page 13: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

untuk pengumpulan dan pembagian zakat.36 Mereka itu diberi

zakat walaupun orang kaya, sebagai imbalan jerih payahnya dalam

membantu kelancaran zakat, karena mereka telah mencurahkan

tenaganya untuk kepentingan orang-orang Islam.

Menurut Yusuf Qardhawi, ia lebih jelas lagi merinci para amil

zakat, dengan menyatakan, semua orang terlihat atau ikut aktif di

insitusi zakat, termasuk penanggung jawab, para pengumpul,

pembagi, bendaharawan, penulis dan sebagainya.37

Pada awal Islam para amil diangkat langsung oleh Rasulullah

SAW. Tetapi pada masa pemerintahan Utsman r.a, kebijaksanaan

pengumpulan zakat diubah. Harta yang dizakati dibagi dalam dua

kategori, yaitu amwal zhahirah (harta benda yang dapat diketahui

jumlah atau nilainya oleh pengamat, seperti kekayaan yang

berbentuk binatang atau tumbuhan) dan amwal bathinah (harta

yang tidak dapat diketahui kecuali oleh pemiliknya sendiri). Pada

masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat menyerahkan amwal

bathinah itu kepada beliau untuk memudahkan beliau serahkan

kepada para amil agar dibagikan sesuai dengan petunjuk agama.

Tetapi pada masa Utsman, karena harta kekayaan telah sedemikian

melimpah, demi kemaslahatan umum, beliau mengalihkan

wewenang pembagian kepada pemilik harta secara langsung.

36 Imam Abu Ubaid, Kitabul Amwal, op. cit, hlm. 748 37 Yusuf Qardhawi, Fiqh Al-Zakat, Muassasah Al-Risalah, Dar Al-Qalam, Beirut, Cet.VI, Jilid II.

H.576

Page 14: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Pengalihan ini tidak mencabut wewenang imam untuk maksud

tersebut.38

2) Kewajiban Amil

a) Pemungutan

Para pengumpul bertugas mengamati dan

menetapkan para muzakki, menetapkan jenis-jenis harta

mereka yang wajib dizakati, dan jumlah yang harus mereka

bayar. Kemudian mengambil menyimpannya dan untuk

diserahkan kepada para petugas yang membagikan apa yang

telah mereka kumpulkan itu.

Di sini para pengumpul sangat memerlukan

pengetahuan tentang hukum-hukum zakat, misalnya hal-hal

yang berkaitan dengan jenis harta, kadar nishab, haul, dan

sebagainya. Untuk lebih jelasnya mengenai pemungutan zakat

penulis paparkan sebagaimana telah disampaikan oleh para

imam-imam madzhab maupun para ahli ushul fiqh sebagai

berikut :

(1) Menghitung dan menaksir harta wajib zakat

(a) Teori perhitungan zakat dengan nishab 2,5 %

“Emas, perak, baik lantakan atau perhiasan, semua mata uang baik yang disimpan (safe keeping) atau diperjual belikan, dan semua barang dagangan yang dimiliki oleh seorang muslim atau muslimah yang telah mencapai nishabnya (bernilai lebih kurang 93, 6 gram

38 Ibid. hlm. 759

Page 15: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

emas, dan khusus untuk perak seberat 624 gram) dan telah jatuh haulnya setahun wajib dizakati 2,5 %”39

(b) Teori perhitungan zakat dengan nishab 5 % atau 10 %

Pada zaman sekarang hasil pertanian dapat

dianalogikan dengan gedung-gedung bertingkat,

perusahaan, dan sebagainya, yang merupakan lahan-

lahan sumber-sumber penghasilan dan mendatangkan

pemasukan yang besar bagi sementara orang.40

(c) Teori perhitungan zakat dengan nishab 20 %

Zakat yang mesti dikeluarkan dari barang

tambang menurut mazhab Hanafi dan Maliki ialah

seperlima (khumus), sedangkan menurut mazhab Syafi’i

dan Hanbali sebanyak seperempat puluh. Mengenai

zakat yang mesti dikeluarkan dari rikaz (barang

temuan), semua ulama mazhab sepakat bahwa

zakaatnya seperlima (Khumus).41 Dalam hadis

diterangkan bahwa rikaz atau harta temuan (galian)

dikenakan zakat sebesar 20 %, menurut Amien Rais

zakat untuk harta rikaz agak besar karena harta temuan

memang diperoleh tanpa susah payah.42

39Masjfuk Zuhdi, Masil Fiqhiyah, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 243 40Yusuf Qardhawi, Musykilah Al- faqr Wakaifa ‘Aalajaha, terj. Syafril Halim “Kiat Islam

Mengentaskan Kemiskinan”, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. ke-1, 1995. hlm. 88 41Wahbah Zuhaili, Al- Fiqh Al- Islami Adilatuh, op.cit, hlm. 147 42Amien Rais, Tauhid Sosial Formula Menggempur Kesenjangan, Bandung: Mizan, Cet.ke-3,

1998, hlm. 129

Page 16: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

(d) Teori perhitungan zakat Amwal dengan nishab 2,5 %

Menurut Abdul Barie Sho’im bahwa maunya

Allah SWT dan Rasulnya itu bahwa. “amwaalihim”

atau kekayaan terpadu murni tanpa kecuali itu yang

harus disuci bersihkan diputih dan difitrahkan dan

sekaligus ditumbuh kembangkan secara periodik

tahunan, jangan ada yang tertinggal dan yang tercecer,

sebab bila ada harta kekayaan yang sampai belum atau

tidak di zakati, maka pasti akan mejadi azab neraka

jahanam, yang berwujut pijar dineraka jahanam yang

disetrika atau dijoskan pada wajah, lambung, punggung,

dan seluruh tubuh untuk waktu yang tidak terbatas,

khulud kekal abadi selama-lamanya.43

Konteks harta kekayaan yang harus dizakati

menurut Abdul Barie Sho’im adalah semua kekayaan

terpadu, berwujud barang, uang atau apapun, tanpa

mengklasifikasi dari mana asalnya dan bagaimana

caranya kekayaan itu diperoleh. Harta kekayaan terpadu

itu disebut “ Amwal” (jama’ dari mal=harta), maka dari

harta44 kekayaan terpadu disebut “zakat amwal”

(sengaja bukan zakat mal)

43Abdul Barie Sho’im, Zakat Kita Zakat Terapan (Zakat yang Direalisasikan), Kendal : PDM

Kendal, 1978. hlm. 22 44Ibid.

Page 17: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Hal ini diungkapkan dengan alasan merujuk

pada QS. 2:277

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman,

mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. 2: 277)45

“Pungutlah dari harta kekayaan mereka

sebagai shadaqah (dimaksud zakat ) yang mana akan mensucikan harta mereka dan mensucikan pula jiwa mereka dengannya. dan berdo’alah (hai amil) atas mereka, karena doamu atas mereka mejadikan sekian/ketentraman hati mereka. sedang Allah Maha Mendengar juga Maha Mengetahui”(QS.9:103 )46

Menurut Abu Ali Al Fadhal ia memberikan

penafsiran terhadap ayat tersebut dengan tafsir dibawah

ini “Ambilah wahai Muhammad (dari harta-harta

mereka), ini nenunjukkan wajib mengambil dari semua harta orang Islam karena persamaan didepan agama, kecuali yang secara khusus disebut oleh suatu dalil (shadaqah), perintah tersebut di maksudkan agar Rasul mengambil shadaqah dengan sungguh-sungguh atau proaktif (tasydid) dari harta-harta mereka yang

45Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahnya, op. cit, hlm. 69 46Abdul Barie Sho’im, op. cit. hlm. 47

Page 18: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

bertaburan karena sebagai beban (taklif) dan bukan shadaqah yang difardhukan, tetapi dengan jalan menghapus dosa-dosa yang menimpa mereka."47

Menurut Ibnu Katsir Allah Swt memerintahkan

kepada Rasul-Nya agar dia mengambil shadaqah, dari

sebagian harta mereka untuk mensucikan dan

membersihkan mereka. Ketentuan ini berlaku pula bagi

orang yang mencampurkan amal sholeh dengan amal

buruk, walaupun ayat itu diturunkan berkenaan dengan

orang-orang yang tidak ikut berijtihad karena malas.

Mereka merupakan kaum Mukminin dan merekapun

mengakui dosa-dosanya. Jadi, setiap orang yang ada

setelah mereka adalah seperti mereka dan hak bagi

mereka.48

Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah di (jalan Allah) sebagian dari usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lau kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (QS.2: 267)49

47Dikutip oleh Ahmad Rofiq dalam Bukunya Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan

sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. ke-1, 2004, hlm. 283-284 48 M. Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al- Aliyyul Qadir li Ikhtishari tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Terj.

Syihabuddin, “Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” Jakarta: Gema Insani Press, 1999, hlm. 165 49 Departemen Agama. op.cit, hlm 67

Page 19: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang dhalim (QS.2: 254)50

Kedua ayat yang singkron dan senada itu memberikan

pemahaman yang tandas bagi Abdul Barie Sho’im

bahwa perintah di keluarkannya zakat itu atas seluruh

harta kekayaan terpadu, baik datang dari hasil usaha

atau mata pencaharian pada umumnya, tanpa menyebut

rinciannya, asal dapat mengantar pemiliknya menjadi

orang yang mampu atau kekayaan yang di hasilkan dari

bumi seperti pertanian, pertambangan, peternakan dan

lain-lain. Atau lagi yang disebut rizki berupa kekayaan

yang dianugerahkan oleh Allah SWT, dimana

menyebukan yang satu bidang saja sebenarnya sudah

mencakup amwal terpadu, karena hakekatnya tidak ada

rizki yang dimiliki dan dinikmati yang lepas dari rizki

yang dianugerahkan Allah SWT. Begitu juga seluruh

50 Ibid, hlm 62

Page 20: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

hasil usaha apapun wujudnya termasuk hadiah

kejuaraan atau profesi atau yang di keluarkan dari bumi

dimana manusia hidup dibumi dan tidak ada kekayaan

sebenarnya tidak bersumber dari bumi dan seterusnya..

kalimat min thoyyibaati maa kasabtum wa mimmaa

akhrajna lajum minal ardhi dan “ mummaaa rozaqnaa

kum” tidak kurang dan lebih adalah bermakna “min

amwaalikum kullihaa” harta kekayaan seluruhnya

milikmu dan harta kekayan terpadu tanpa kecuali itulah

yang harus di keluarkan zakatnya tidak perlu dikotak-

kotakan yang mengakibatkan macet.51

Yang diangkat sebagai subyek dalil adalah kalimat

“khudz min amwaalihim” yaitu firman dengan bentuk

amar atau instruksi “ pungutlah zakatnya dari harta

kekayaan mereka” Abdul Barie Sho’im memang

memilih makna amar disini pada kondisi prinsipnya

yanitu secara prinsipil amr itu berpengerian wujub yaitu

keharusan (wajib = fardhu atau wajib). Dan Abdul

Barie Sho’im tidak melihat adanya qorinah yang

menyimpangkan dari pengertian wujub tersebut. Seperti

lilibahah, lin nadbi atau yang lainnya lagi kaerena zakat

itu harus dipungut oleh amil, maka amul zakat, para

51 Abdul Barie Sho’im, Zakat Kita, op. cit hlm. 47

Page 21: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

petugas pemungut zakat harus ada dulu, harus diadakan

dan dibentuk oleh yang berwenang yaitu umara’ yang

dalam masalah ini bagi warga Muhammadiyah adalah

pimpinan persyarikatan Muhammadiyah, pada semua

tingkatan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai

Paimpinan Ranting Muhammadiayah dengan

menyesuaikan SK PPM No.02/PP/1979 dengan

berpedoman juklak dari PPM Majelis Wakaf san

kehartabendaan. Jadi keberhasilan zakat dalam rangka

realisasi rukun Islam ketiga yaitu zakat adalah mutlak

tidak dapat di tawar-tawar dan diakal ukuk. Adapun

para muzakki (karena Baik Hati) mau mengantarkan

zakatnya sendiri kepada amil zakat untuk memungut,

menarik dan mengambil zakat fardhu dari para muzkki,

dari dua ayat tersebut sangat menandaskan betapa

penting eksistensi amil zakat dalam realisasi rukun

Islam ketiga.52

52 Ibid h 82

Page 22: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Maksudnya : Riwayat dari Abi Abbas Ra, katanya : Nabi SAW telah berpesan kepada Mu’adz bin Jabal (ketika akan bertugas ke Yaman) demikian “…Sesungguhnya Allah SWT benar-benar telah mengfardhukan shadaqah (yang di maksud zakat) yaitu yang dipungut dari orang-orang kaya, kemudian di di kembalikan kepapada orang-orang fakir” 53 Yang diambil sebagai dalil dan hadis tersebut adalah

kalimat tu’khadhu aghniya’ihim dan faturaddu ilaa

fuqaraihim, walau bentuk kalimatnya merupakan kalam

khobar, kalimat berita biasa, mabni majhul pula, tetapi

maknya sangat jelas menandaskan , zakat itu harus

dipungut oleh dan kemudian harus dikembalikan atau

dibagikan kepada fuqara’54

Abdul Barie Sho’im mengambil pemahaman

dari kalimat “wa ‘atuatuz zakaata” adalah

realisasikanlah zakat itu dengan mengambil 2,5 % dari

seluruh kekayaan, sepertinya ada harta yang perlu

pemutihan atau pensucian dan ada yang tidak.55 Hal ini

berkaitan dengan sikap butuh pemutihan jiwa dan

kepribadian belum begitu merasa dan menyeluruh.

Kemudian diperkuat oleh QS. 9:103 yang maksudnya,

ambilah zakatnya, (tidak hanya memberi dana

seikhlasnya) dan kata “amwaalihim” yaitu seluruh

harta mereka secara terpadu dan menyeluruh, sehingga 53 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut : Darul Fikr, 1981, hlm. 108 54 Abdul Barie Sho’im op. cit 55 Abdul Barie Sho’im, loc.cit

Page 23: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

semua kekayaan, tanpa kecuali menjadi suci, putih

bersih begitu juga mestinya jiwa dan pribadinya suci

bersih dari kotoran penyakit sosial ekonomi. Dan bila

dilengkapi dengan do’a yang ikhlas dari amil. Petugas

penarik zakat, dan juga surat resmi yang menyatakan

terima kasih serta disertai do’a agar mendapat tambahan

rizki halal yang berlipat ganda, yang ada tanda tangan

ketua dan sekretaris amil serta bendaharanya, dengan

demikian menjadi lengkaplah ketentuan dan

kabahagiaan antara amil, muzakki, dan mustahik.56

(2) Menentukan jumlah zakat yang harus dibayar

Untuk dapat menentukan jumlah zakat yang dapat

dibayar sesuai dengan nishab yang telah ditentukan oleh

para imam mazhab, sebagaimana dapat dilihat dalam kitab-

kitab klasik yang berkaitan dengan masalah besar kecilnya

pengeluaran zakat atau jumlah uang yang harus di

keluarkan untuk zakat. Mengingat dalam konteks fiqh

bahwa zakat dijelaskan secara rinci .

Menurut Imam Syafi’i. Dalam kitabnya al Umm

beliau menjelaskan bahwa : Dari Thawus Al Yamani, ia

menceritakan bahwa Mu’adz bin Jabal memungut zakat

56 Ibid.

Page 24: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

seekor sapi yang berumur 1 tahun (tabi’)57 dari 30 ekor

sapi, dan Mu’adz mengambil seekor sapi yang berumur 2

tahun (mutsinna) dari 40 ekor sapi. Kemudian Mu’adz

pernah mendapatkan sapi-sapi yang jumlahnya kurang dari

itu (kurang dari 30 ekor), maka ia tidak mau mengambil

sedikitpun dari sapi-sapi tersebut ia berkata “ Aku tidak

pernah mendengar dari Rasulullah SAW bahwa sapi-sapi

sejumlah itu ada zakatnya, sehingga aku berniat menjumpai

beliau untuk menanyakan hal tersebut” Tetapi Rasulullah

Saw meninggal sebelum Mu’adz bin Jabal bertemu beliau58

(3) Transportasi

Dalam makalah yang ditulis oleh Hadi Permono59

bahwa tentang hak bagian amil sebagai bagian dari 8 asnaf.

Jadi pada dasarnya anggaran operasional zakat terdapat

pada sumber zakat itu sendiri berapa jumlah dana untuk

amil, sangat tergantung kepada kebutuhan dan

pertimbangan yang wajar, karena sebagaimana mustahiq

yang lain, QS 9: 60 tidak menentukan berapa jumlah dana

untuk alokasi amil.60 Golongan Hanafi memakai prestasi

kerja sebagai tolok ukur honor atau gaji amil.61

57Tabi’ yaitu sapi yang berumur 1 tahun menginjak tahun ke-2. sapi ini dinamakan tabi’

(mengikuti) karena dia telah disapih, tapi dia masih terus mengikuti induknya 58Imam Syafi’i. Ringkasan Kitab Al UMM, Buku I (Jilid 1-2), Jakarta: Pustaka Azam, 2004, hlm.

40 59Sjechul Hadi Permono, Makalah yang disampaikan pada Seminar tentang Pendayagunaan dan

Pengelolaan Zakat dalam Kaitannya dengan UU No. 38 tahun 1999, hal. 8 60Ibid. 61Abd al Rahman al Jazairi, Kitab al Fiqh al Madzahib al Arba’ah, 1, Kairo : Al Istiqamah, tt,

hlm. 162

Page 25: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Ibnu Abidin menjelaskan bahwa tolok ukur

prestasi kerja itu harus mempertimbangkan kecukupan yang

wajar bagi amil bersama keluarganya, dengan syarat tidak

boleh lebih dari separuh hasil pengumpulan zakat.

Pengertian secara wajar itu berarti diharamkan berlebih-

lebihan makan hasil zakat yang terkumpul karena

mengikuti hawa nafsu.62

b) Penyimpanan

Untuk menyimpan uang zakat di zaman Rasulullah

SAW dibangunlah sebuah lembaga khusus menangani zakat

berupa Baitul Mal. Baitul Mal pertama didirikan oleh

Rasulullah Saw pada awalnya tidak memiliki bentuk formal,

sehingga memberikan fleksibilitas yang tinggi, dan nyaris tanpa

birokrasi. Keadaan ini bertahan sampai zaman Khalifah Abu

Bakar ra, dapat dikatakan tidak ada perubahan yang signifikan

dalam pengelolaan keuangan negara, berupa Baitul Mal.

Barulah pada zaman Umar Ibn Khattab, sejalan bertambah

luasnya wilayah pemerintahan Islam mulai berubah.63

c) Tasharuf (distribusi) Zakat

Agar pelaksanaan pentasharupan zakat bisa berjalan

dengan sebaik-baiknya, maka harus dilakukan upaya pendataan

terhadap muzakki, barang yang wajib dizakati dan mustahik

62Ibn Abidin, Al-Nawzir ‘Ala al Shah wa al nazir (Damaskus: Dar al –Fikr, 1252 H), hlm. 340-341 63Adi Warman karim, Membangun Baitul Mal di Indonesia, Makalah dalam Internet, 1999

Page 26: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

zakat.64 Seringkali keengganan para wajib zakat timbul karena

amil main hantam kromo saja. Dengan pendataan yang cermat

terhadap muzakki dan harta benda yang dimiliki, diharapkan

para wajib zakat tidak enggan lagi melaksanakan

kewajibannya. Demikian juga dengan pendataan yang teliti

terhadap mustahik, diharapkan pembagian zakat lebih tepat

guna.

Menurut Imam Syafi’i pembayaran zakat berupa

barang yang dizakati itu sendiri. Zakat hasil bumi harus dibagi

berupa hasil bumi. Zakat hewan ternak harus dibagi berupa

hewan ternak. Karena pembagiannya harus berupa barang yang

dizakati itu sendiri, maka sudah barang tentu, penyimpanannya

juga harus berupa barang itu sendiri.65

Para pembagi bertugas mengamati dan menetapkan,

setelah pengamatan dan penelitian yang seksama siapa saja

yang berhak mendapatkan zakat, perkiraan kebutuhan mereka,

kemudian membagikan kepada masing-masing yang

membutuhkan dengan mempertimbangkan jumlah zakat yang

diterima dan kebutuhan mereka masing-masing. Di sini para amil lebih banyak harus mengetahui

petunjuk agama yang menyangkut tugas-tugasnya, seperti

misalnya siapa yang dimaksud dengan fakir, miskin, gharim,

ibnu sabil, al-mu’allaf qulubuhum, dan sebagainya. Para amil

64Sahal Mahfudh, Yogyakarta : Nuansa Fiqh Sosial, LkiS, Cet. ke-1, 1994, hlm, 149 65 Ibid. hlm.150

Page 27: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

yang bertugas diharapkan mengetahui tata krama pembagian

harta zakat, serta do’a-do’a yang berkaitan dengan tugasnya,

karena hal ini mempunyai arti yang tidak kecil, bukan saja bagi

para pemberi dan penerima tetapi juga bagi kesempurnaan

ibadah di sisi Allah SWT.66

d) Sosialisasi

Menurut Didin Hafidhuddin67 salah satu tugas penting

lain dari lembaga pengelola zakat adalah melakukan sosialisasi

tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan

berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti

khutbah jumat, majelis ta’lim, seminar, diskusi dan lokakarya,

melalui media surat kabar, majalah, radio, internet maupun

televisi. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan

masyarakat dan muzakki akan semakin sadar untuk membayar

zakat melaui lembaga zakat yang kuat, amanah dan terpercaya.

Materi sosialisasi antara lain berkaitan dengan kewajiban,

hikmah dan fungsinya, harta benda yang di keluarkan zakatnya,

cara menghitung zakat yang mudah, serta cara

menyalurkannya. Sejalan dengan UU No. 17/2000 tentang

perubahan ketiga UU No. 7/1983 tentang pajak penghasilan,

maka kaitan antara zakat dengan pajak ini juga disosialisasikan

kepada masyarakat. 66Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, op.cit, hlm. 329 67Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm.

132

Page 28: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

3) Hak Amil Zakat

Demi sukses dan terpeliharanya pengumpulan dan

pembagian zakat, menetapkan bagi para petugas zakat bagian yang

berhak diterimanya dari harta zakat yang dikumpulkan itu. Hanya

saja para ulama berbeda pendapat tentang jumlah yang berhak

diterima.68

Dalam QS 9:60 disebutkan bahwa delapan asnaf mereka

secara keseluruhan atau sebagian diberikan harta zakat yang telah

terkumpul. Tetapi apakah masing-masing mendapat seper delapan,

atau jumlah yang diperoleh masing-masing, diserahkan

ketetapannya kepada kebijaksanaan imam atau wakilnya. Merujuk

pada firman Allah SWT dalam QS.9:103 yang menjelaskaan

bahwa salah satu unsur yang terpenting dalam pengelolaan zakat

adalah dibentuknya suatu lembaga zakat atau amil zakat

4) Tujuan Dan Fungsi Amil

a) Tujuan Amil Zakat

Menurut UU No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan

zakat Pasal 5 disebutkan bahwa tujuan amil adalah :

(1) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

menunaikan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

(2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan

68 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, op. cit. hlm. 329

Page 29: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

(3) Meningkatkan hasil guna dan daya guna69

(4) Upaya sungguh-sungguh untuk terealisasinya syariat Islam

seutuhnya cq terealisirnya zakat sebagai rukun Islam ketiga

yaitu pembuktian sistem pemerataan kesejahteraan sosial,

ekonomi muslimin sebagai syarat mutlak tercapainya

masyarakat utama yang adil dan makmur nan diridhai Allah

SWT.70

b) Fungsi Amil

Fungsi Baziz sebagaimana termuat dalam Surat

Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama

No. 29/ 1991/47/ 91 tentang pembinaan. Fungsi utama Baziz

adalah :

(1) Sebagai wadah pengelola, penerimaan, pengumpulan,

penyaluran dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah

dalam rangka peningkatan kesejahteraan sebagai wujud

partisipasi umat Islam dalam pembangunan nasional.71

(2) Sebagai pembinaan dan pengembangan swadaya

masyarakat.

(3) Sebagai mediator antara muzakki dan mustahik72. Ia

berkewajiban menyampaikan harta zakat yang diterimanya

69 UU Zakat No. 38 Tahun 1999 Tentang Penelolaan Zakat 70 Pedoman Praktis Pelaksanaan Gerakan Zakat Muhammadiyah bagi Bapelurzam Kendal Tahun

Zakat1400 H/1980 Pasal 3 71Ahmad Syar’i Himmah Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, loc.cit 72Ahmad Rofiq, op.cit, hlm. 274

Page 30: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

kepada yang berhak dengan cara yang lebih tepat sesuai

dengan tujuan disyariatkannya zakat.73

(4) Lembaga kontrol dan sekaligus mengingatkan para

aghniya’ agar tidak melupakan kewajibannya menunaikan

zakat.74 Sedangkan misi utama zakat untuk mewujudkan

pemerataan, agar harta tidak hanya beredar dikalangan

orang-orang kaya dapat diwujudkan, mereka yang semula

mustahik dapat berubah menjadi pembayar zakat.75

2. Menurut Undang-undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Menurut UU No.38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan

dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat76

Pengelolaan tersebut bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam menunaikan zakat

sesuai dengan ketentuan agama

b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial

c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat77

73Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam, Padang: Angkasa Raya, 1993,

hlm. 193 74 Ahmad Rofiq, op. cit, hlm. 276 75 Ibid. 282 76 UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat 77 Ibid

Page 31: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

Dalam UU No. 38 tahun 1999 pasal 8 yang berbunyi bahwa

Badan Amil Zakat (BAZ) sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan

Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagaimana dimaksud pasal 7 mempunyai

tugas pokok : mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan

zakat sesuai dengan ketentuan agama.78

Pengumpulan zakat

Pasal 12 (1)

Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara

menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan

muzakki.

Pasal 12 (2 )

Badan Amil Zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan

zakat harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.

Pasal 13

Badan Amil Zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq,

shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat.

Pasal 14

(1) Muzakki melakukan perhitungan sendiri hartanya dan kewajiban

zakatnya berdasarkan hukum agama

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban

zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat

78 Ibid

Page 32: BAB II Yes - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-dwikristio-899-BAB...Menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan

meminta bantuan kepada Badan Amil Zakat atau Badan Amil Zakat

memberikan bentuan kepada muzakki untuk menghitungnya

(3) Zakat yang telah dibayar kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga

Amil zakat dikurangi dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari

wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh Badan Amil Zakat

ditetapkan dengan keputusan menteri

Namun kalau mengacu pada Keputusan Menteri Agama

Republik Indonesia No. 58179

Badan Pelaksana Amil Zakat Kecamatan bertugas:

1) Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat

2) Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan

rencana pengelolaan zakat

3) Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat

79Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 581 Tentang Pelaksanaan UU No.38

Tahun1999 Tentang Pengolaan Zakat.