bab ii yayuk -...

31
15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara indivudual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan. 1 Guru juga mempunyai keterampilan dan pengalaman menentukan metode mengajar seperti ceramah kelas, menyajikan alat peraga, diskusi kelas, kerja kelompok terawasi, studi mandiri atau kegiatan bebas. 2 Guru mempunyai keterampilan dan pengalaman menentukan metode mengajar. Pemilihan bahan pelajaran berhubungan erat dengan perencanaan mengajar dan kegiatan belajar. Salah satu metode mengajar yang diterapkan guru adalah metode diskusi. Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok kecil dan pengajaran perorangan memungkinkan kerja memuaskan untuk mencapai tujuan dalam ranah kognitif dan psikomotor. Sedangkan tujuan ranah afektif, sikap dan apresiasi, lebih baik dicapai melalui belajar kelompok kecil secara kooperatif. Dengan diskusi memberi dan menerima, siswa dapat dimotivasi dan ditolong untuk mempertajam pertimbangannya dan kemampuan membedakannya, untuk menghadapi situasi baru dan kejadian yang tak diduga, tujuan sikap, yang sukar diukur. 3 1 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 52. 2 A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. 1, hlm. 83. 3 Ibid., hlm. 84.

Upload: vandieu

Post on 23-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

15

BAB II

METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara

mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain

ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara indivudual atau secara

kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh

siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian

tujuan. 1

Guru juga mempunyai keterampilan dan pengalaman menentukan

metode mengajar seperti ceramah kelas, menyajikan alat peraga, diskusi kelas,

kerja kelompok terawasi, studi mandiri atau kegiatan bebas.2

Guru mempunyai keterampilan dan pengalaman menentukan metode

mengajar. Pemilihan bahan pelajaran berhubungan erat dengan perencanaan

mengajar dan kegiatan belajar. Salah satu metode mengajar yang diterapkan guru

adalah metode diskusi.

Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok kecil dan pengajaran

perorangan memungkinkan kerja memuaskan untuk mencapai tujuan dalam ranah

kognitif dan psikomotor. Sedangkan tujuan ranah afektif, sikap dan apresiasi,

lebih baik dicapai melalui belajar kelompok kecil secara kooperatif.

Dengan diskusi memberi dan menerima, siswa dapat dimotivasi dan

ditolong untuk mempertajam pertimbangannya dan kemampuan membedakannya,

untuk menghadapi situasi baru dan kejadian yang tak diduga, tujuan sikap, yang

sukar diukur. 3

1 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 52. 2 A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,

1991), cet. 1, hlm. 83. 3 Ibid., hlm. 84.

Page 2: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

16

A. Metode Diskusi

1. Pengertian, Dasar dan Tujuan Metode Diskusi

a. Pengertian

Kata diskusi berasal dari bahasa Latin yaitu discussus yang

berarti to examine, investigate (memeriksa, menyelidiki). Discuture

berasal dari kata dis + cuture; dis artinya terpisah, cuture artinya

menggoncang/memukul. Kalau diartikan maka discuture adalah suatu

pukulan yang dapat memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain

membuat sesuatu itu jelas dengan cara memecahkan atau menguraikan

sesuatu tersebut.4

Dalam pengertian yang umum, diskusi adalah suatu proses yang

melibatkan dua atau lebih individu yang berintergrasi secara verbal dan

saling berhadapan muka mengenai tujuan atau saran yang sudah tentu

melalui cara tukar menukar informasi (information sharing),

memperhatikan pendapat (self maintenance), atau pemecahan masalah

(problem solving).

Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan

masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan

berdebat, diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang

menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu

kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.5

Menurut J.J. Hasibuan dan Moedjiono mengatakan bahwa

diskusi ialah:

Suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tentu melalui cara

4 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm.

145. 5 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,

1997), hlm. 57.

Page 3: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

17

tukar menukar informasi mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.6

Dari penjelasan di atas menurut penulis dapat menggambarkan

bahwa metode diskusi dalam pendidikan/pembelajaran adalah suatu cara

penyajian/penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan

kesempatan kepada para siswa/kelompok-kelompok siswa untuk

mengadakan pembicaran atau menyusun alternatif pemecahan masalah.

b. Dasar

Dalam penggunaan/penerapan metode diskusi diperlukan

fundamen/dasar pelaksanaannya. Sebagai dasar dilaksanakannya metode

diskusi dalam pendidikan Islam dapat dilihat pada al-Qur’an dan Sunah

Rasul.7

Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentingnya metode

diskusi dipergunakan dalam pendidikan agama. Firman Allah SWT

dalam surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

قلـى ادع اىل سبيل ربك باحلكمة واملوعظة احلسنة وجادهلم باليت هي احسن . }125: النحل{.ان ربك هو اعلم مبن ضل عن سبيله وهو اعلم باملهتدين

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS. An-Nahl: 125) 8

Diketahui bahwa cara berdakwah menyampaikan materi dalam

pelaksanaan pengajaran dapat dilakukan melalui 3 cara, sebagaimana

penafsiran Al-Maraghy sebagai berkut:

6J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1995), hlm. 20. 7 Ramayulis, op. cit., hlm. 146. 8 Depag. RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1989), hlm. 421.

Page 4: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

18

املقالـة احملكمة املصحوبة بالدليل املوضح للحق املزيل للشبهة، : واحلكمـة احلوار املناظرة : الدالئل الظنية املقنعة للعامة، واجلدل : واملـوعظة احلـسنة

9.إلقناع املعاند

Hikmah perkataan yang mengandung hikmah yang disertai dengan dalil-dalil dengan jelas untuk membenarkan perkataan yang samar. Mauidlah hasanah; (disertai) dalil-dalil yang dhanni yang memuaskan bagi orang umum. Al-Jadlu: dialog dan perdebatan untuk memuaskan orang-orang yang menentang (lawan) “Hikmah” lebih condong memberikan pengertian tentang cara

atau taktik dalam menyampaikan meteri pengajaran; begaimana

kemampuan pendidik dalam memilih bentuk yang tepat dan

menggunakannya sedapat mungkin dalam proses pengajaran. Sedangkan

mauidlah hasanah dan mujadalah bil ihtiyaril ahsan lebih condong

memberikan pengertian mengenai bentuk materi dalam proses

pengajaran.

Proses pendidikan dan pengajaran adalah proses sosial yang di

dalamnya terdapat dan berlangsung komunikasi antar pribadi.10 Pribadi-

peribadi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Oleh karena itu pendidik harus mampu memilih dan

menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan kondisi mereka.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

رواه الدار قطىن وابن عساكر عن {11.عاقـبوا ارقاءكم على قدر عقوهلم .}عائشة

9 Ahmad Musthafa al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy, Juz 13, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr,

tt), hlm. 157-158. 10 Iskandar Wiryakusumo, Kumpulan Pikiran-pikiran Dalam Pendidikan, ed. 1, (Jakarta:

Rajawali, 1982), hlm. 51. 11 Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Abakr as-Suyuti, al-Jami’u as-Shaghir, Juz 1,

(Indonesia:Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, tt), hlm. 332.

Page 5: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

19

Ajarlah hamba-hambamu sesuai dengan akal mereka. (HR. Dar Quthni dan Ibn Asakir dari ‘Aisyah)

Allah SWT berfirman dalam surat al-‘Ankabut ayat 46:

.}46: العنكبوت{.صلى هي احسن وال جتادلوآ اهل الكتب اال باليت

Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik. (QS. al-Ankabut: 46)12

Suatu diskusi baru dapat berjalan dengan baik jika dilakukan

dengan persiapan, beserta bahan-bahannya yang cukup jelas, dengan

pembicaraan yang berlangsung secara rasional, tidak didasarkan atas

luapan emosi dan lebih mementingkan pada kesimpulan rasional

daripada egoistis pribadi peserta.13

c. Tujuan

Dalam pendidikan agama, metode diskusi ini banyak

dipergunakan dalam bidang syariah dan akhlak. Sedang masalah

keimanan (‘Aqidah) kurang sesuai apabila metode diskusi ini

dipergunakan. Metode diskusi banyak dipergunakan di sekolah-sekolah

tingkat lanjutan dan perguran tinggi.14

Dalam pendidikan/pembelajaran, metode diskusi diterapkan

sebagai salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk mengatasi

kesulitan belajar mengajar di kelas. Kejenuhan siswa terhadap

bahan/materi yang disampaikan guru muncul karena kurang menariknya

metode mengajar yang diterapkan guru, bahkan terkesan monoton dalam

menyampaikan materi. Kebanyakan dalam pembelajaran PAI guru

masih menggunakan metode ceramah. Kalau dilihat dari segi pengertian

di atas bahwa metode diskusi lebih pas diterapkan dalam pembelajaran

PAI. Metode diskusi juga dapat dijadikan sebagai dasar berpikir kritis

12 Depag. RI., op. cit., hlm. 635. 13 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 2, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 119.

Page 6: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

20

siswa dalam memecahkan masalah yang muncul, khususnya terkait

dengan materi/bahan yang diajarkan.

Metode diskusi juga dimaksudkan untuk merangsang siswa

dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya

secara rasional dan obyektif dalam pemecahan suatu masalah sehingga

dengan matode ini diharapkan proses pembelajaran akan lebih mengarah

pada pembentukan kemandirian siswa dalam berpikir dan bertindak.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering kali dihadapkan

pada persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan

satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak

pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan

yang terbaik.

Diskusi juga mengandung unsur-unsur demokratis, berbeda

dengan ceramah, diskusi tidak diarahkan oleh guru; siswa-siswa diberi

kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Ada

berbagai bentuk kegiatan yang dapat disebut diskusi; dari tanya jawab

yang kaku sampai pertemuan kelompok yang tampaknya lebih bersifat

terapis daripada intruksional.15

Metode diskusi kelompok sebagai alat untuk mencapai

kebanyakan atau malahan semua tujuan di atas. Diskusi sangat baik

untuk mendiskusikan persoalan-persoalan sebagai suatu persoalan dan

akan dapat memecahkannya dengan menyelami dan menghadapinya

secara tekun.16

Sedangkan dalam buku Educational Psychology in The

Classroom, menerangkan bahwa:

Teacher-pupil planning is in some ways a variant of the group-discussion method, for it is an attempt to solve problems

14 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, cet. VIII, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1983), hlm. 93-94. 15 Amirul Hadi, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm,.

84. 16 J. Bulatau S.J., Teknik Diskusi Berkelompok, (Yogyakarta: Kanisius, 1971), hlm. 6.

Page 7: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

21

cooperatively and democratically through exhange of ideas, opinions, and feelings. Group discussions can be used in different situations, although they are most helpful if they are focused on problem and issues. If handled properly they can be of great help in improving classroom communication. As we indicated in the last chapter, the discussion method is particularly useful as a way of developing attitudes and thus changing behavior.17

Perencanaan guru-siswa adalah beberapa cara dari variasi metode diskusi, itu merupakan upaya untuk mencari solusi atas problem yang ada secara demokratis dan bersama-sama melalui pertukaran ide, gagasan dan perasaan. Diskusi kelompok dapat diterapkan pada situasi yang berbeda walaupun mereka harus didampingi jika mereka difokuskan untuk mencari solusi atas problem dan isu-isu yang ada. Jika ditangani dengan benar diskusi kelompok itu dapat menjadi solusi utama untuk meningkatkan komunikasi kelas. Sebagaiamana yang telah kami paparkan pada bab terakhir, metode diskusi merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan dan merubah perilaku.

Adapun tujuan metode diskusi diterapkan dalam suatu

pembelajaran adalah :

1) Untuk dapat menyelami dengan lebih baik permasalahan yang

dikaji tentang hubungan antara individu dan kelompok masyarakat

serta diri sendiri.

2) Untuk merencanakan tindakan supaya dapat menjelaskan

persoalan-persoalan yang dihadapinya.

3) Untuk bertindak bersama, sesuai denga rencana, sehingga dapat

turut serta membina dunia yang lebih baik keadaannya dari pada

semula.18

Selain tujuan di atas, dalam kelompok diskusi juga bertujuan

menimbulkan suatu perubahan dalam diri manusia itu sendiri, dalam

17 Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in The Classroom, (Modern Asia Edition,

1960), hlm. 292-293. 18 J. Bulatau S.J., op. cit., hlm. 5.

Page 8: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

22

nilai, sikap atau pendapat yang selama ini tersimpan dalam diri masing-

masing anggota kelompok.19

d. Manfaat metode diskusi

Metode diskusi sebagai salah satu metode pembelajaran tepat

digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran pada agama Islam

khususnya pada tingkat SMU sudah saatnya peserta didik dibimbing

agar mempunyai kemandirian dalam memecahkan setiap masalah yang

dihadapi. Dalam kondisi masyarakat yang demokratis diskusi perlu

dikembangkan dan terus diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Guru harus pandai-pandai menerapkan metode dalam tiap mata

pelajaran yang diajarkan agar apa yang diinginkan/ditulis dalam tujuan

instruksional dapat dicapai.

Banyak manfaat dan keuntungan dalam proses belajar mengajar

dengan guru menggunakan metode diskusi. Adapun manfaat dan

keuntungan yang dapat diambil dari metode diskusi antara lain :

1. Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik dari pada memutuskan sendiri.

2. Siswa tidak terjebak pada jalan pemikiran sendiri, yang kadang salah, penuh prasangka dan sempit karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan orang lain.

3. Dengan diskusi timbul percakapan antara guru dan siswa sehingga diharapkan hasil belajarnya lebih baik.

4. Dengan diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas.

5. Diskusi membantu mendekatkan/mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas di tingkat perhatian.

6. Diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman.20

Di samping manfaat yang dapat diambil dari metode diskusi,

ada pula keuntungan menerapkan/menggunakan metode diskusi dalam

PBM, antara lain :

19 Stemerding, Teknik Rapat dan Diskusi Kelompok, (Jakarta: Balai Aksara, 1973), hlm. 76. 20 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),

hlm. 185.

Page 9: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

23

1. Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses

belajar.

2. Tiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan

bahan pelajarannya.

3. Dapat menimbulkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap

ilmiah.

4. Mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi

diharapkan siswa dapat memperoleh kepercayaan akan diri sendiri.

5. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan

sikap demokratis para siswa.21

2. Bentuk-bentuk Metode Diskusi

Beberapa metode dalam pembelajaran yang ditawarkan

merupakan solusi dalam mengatasi kejenuhan penerapan PBM. Metode

diskusi yang dilakukan guru dalam membimbing belajar siswa dibagi

dalam beberapa jenis (macam) antara lain:

a. Whole Group

Merupakan bentuk diskusi kelas dimana para pesertanya duduk

setengah lingkaran. Bentuknya idealnya diikuti oleh kurang lebih 15

orang.

b. Buzz Group

Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa kelas yang dibagi- bagi menjadi

kelompok–kelompok kecil yang tediri 3-4 orang peserta. Diskusi

diadakan ditengah pengajaran dengan maksud memperjelas bahan

pelajaran.22

c. Panel

21 Ibid., hlm. 185. 22 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 40-41.

Page 10: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

24

Bentuk diskusi ini terdiri dari suatu kelompok kecil yang biasanya 3-6

orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu dan duduk

dalam bentuk lingkaran. 23

Sedangkan dalam buku Guru Dan Tantangan Sekitar. Diskusi panel

ialah pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan di antara dua

orang peserta didik atau lebih tentang pokok atau topik bahasan

tertentu, dan dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi.

Dalam diskusi panel terjadi pertukaran pikiran, biasanya terdiri dari 3-5

orang, dihadapan banyak orang, para panelis berbicara agak informal

akan tetapi terorganisir. Waktu berbicara tidak lama biasanya cukup 30

sampai 45 menit saja. Sebelum mulai tidak ada ceramah pendahuluan

yang bersifat formal. 24

d. Syndicate Group

Bentuk diskusi ini di bagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari

beberapa kelompok kecil, mengajarkan tugas-tugas tertentu atau tugas

yang bersifat komplementer.25

e. Symposium

Dalam diskusi bentuk ini biasanya ini biasanya terdiri dari pembawa

makalah penyanggah, moderator dan notulis , serta peserta symposium.

f. Fish bowl

Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin

oleh seorang ketua untuk mencari keputusan.

g. Brain storming group

Bentuk diskusi ini biasanya terdiri dari 8-12 orang peserta, setiap

anggota kelompok diharapkan menyumbangkan ide dalam pemecahan

masalah

Di samping jenis-jenis diskusi, dalam proses pembelajaran

ditawarkan beberapa bentuk-bentuk diskusi dalam KBM antara lain:

23 Ibid., hlm. 41. 24 N. Daldjoeni, Guru dan Tantangan Sekitar, (Semarang: Satya Wacana, 1979), hlm. 81.

Page 11: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

25

a. The social problem solving

Siswa bincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelas

dengan harapan setiap siswa merasa terpanggil untuk mempelajari dan

bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

b. The open-ended meeting

Siswa berbincang-bincang masalah apa saja yang berhubungan

dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan kehidupan mereka di

sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari.

c. The educational-diagnosis meeting

Siswa berbincang-bincang masalah pelajaran di kelas dengan

maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka di sekolah.26

Penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran PAI di kelas, masih membutuhkan beberapa sarana dan prasarana yang mendukung. Ada beberapa prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegangi oleh guru dalam melakukan diskusi antara lain : 1) Melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi yang

diadakan. 2) Diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam

mengemukakan pendapat secara bergilir dipimpin seorang ketua/moderator.

3) Masalah diskusi disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan anak.

4) Guru berusaha mendorong siswa yang kurang aktif agar mengeluarkan pendapatnya.

5) Siswa dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui atau menentang pendapat.

6) Aturan dan jalannya diskusi hendaknya dijelaskan kepada siswa yang belum mengenal tata cara diskusi.27

Di samping prinsip-prinsip di atas dalam penerapan metode

diskusi, perlu juga memperhatikan syarat-syarat dalam diskusi, antara

lain:

a. Permasalahan yang didiskusikan hendaknya menarik perhatian.

25 M. Basyiruddin Usman, op. cit., hlm. 41. 26 Ramayulis, op. cit., hlm. 147.

Page 12: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

26

b. Persoalan yang didiskusikan adalah persoalan yang relatif banyak

menimbulkan pertanyaan.

c. Peranan moderator yang aspiratif dan proposional.

d. Permasalahan yang didiskusikan hendaknya membutuhkan

pertimbangan dari berbagai pihak.

Ada beberapa komponen dalam keterampilan membimbing

diskusi kelompok kecil, yaitu:

1. Memusatkan perhatian 2. Memperjelas masalah atau urunan pendapat 3. Menganalisis pandangan siswa 4. Meningkatkan kontribusi pikiran siswa 5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi 6. Menutup diskusi.28

Diketahui bahwa diskusi berguna sekali untuk mengubah

perilaku afektif siswa secara konkret, karena sikap atau nilai perubahan

sukar sekali diadakan jika siswa tidak diberi kesempatan mengatakan

perasaannya.29

Namun untuk mengubah perilaku kognitif menurut Taksonomi

Bloom mengenai taraf pengetahuan, tidak efisien dengan metode

diskusi. Tetapi pada perilaku afektif / taraf evaluasi, diskusi tepat

digunakan pada fase program pengajaran.30

Dalam pelaksanaannya, metode diskusi diterapkan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Pendahuluan

27 Basyiruddin Usman, op. cit.,hlm. 36. 28 Ali Imran, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm. 149. 29 W. James Popham dan Eva L., terj. Amirul Hadi, dkk., Teknik Mengajar Secara

Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 3, hlm. 85. 30 Ibid., hlm. 85.

Page 13: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

27

Pada tahap ini antara guru dan murid menentukan masalah dan

menentukan bentuk diskusi yang akan digunakan sesuai dengan masalah

yang didiskusikan.31

Pertanyaan/masalah yang layak didiskusikan ialah yang

mempunyai sifat sebagai berikut :

1) Menarik minat siswa yang sesuai dengan tarafnya. 2) Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah

yang dapat dipertahankan kebenarannya. 3) Pada umumnya tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar”

tetapi lebih mengutamakan hal yang mempertimbangkan dan membandingkan.32

2. Pelajaran Inti

Metode diskusi dapat dipimpin langsung oleh guru atau murid yang

dianggap cakap dan bertanggung jawab.

Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok diskusi

memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/pencatat/notulis, pelapor dan

sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan

sebagainya.

Pemimpin diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang : One. Lebih memahami/menguasai masalah yang akan didiskusikan. Two. Beribawa dan disenangi oleh teman-temannya. Three. Berbahasa dengan baik dan lancar bicaranya. Four. Dapat bertindak tegas, adil dan demokrasi.

Adapun tugas pimpinan diskusi antara lain, adalah : One. Pengatur dan pengarah acara diskusi. Two. Pengatur “ lalu lintas” pembicaraan. Three. Penengah dan penyimpul dari berbagai pendapat.33

Selanjutnya para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap

31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat, 2002),

hlm. 147-148. 32 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Jakarta: Jemmars, 1987), hlm.

85. 33 Ramayulis, op. cit., hlm. 148.

Page 14: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

28

anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap peserta kelompok harus tahu persoalan apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya diskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.34

3. Penutup

Pada tahap ini guru atau pemimpin diskusi memberikan tugas

kepada audience membuat kesimpulan diskusi, kemudian guru

memberikan ulasan atau memperjelas dari kesimpulan diskusi.35

Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil-hasil diskusinya yang

dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok

lain). Guru memberi penjelasan/ulasan terhadap laporan tersebut.

Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi tersebut dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah

para siswa mencatatnya untuk “ file” kelas.36

B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Suatu metode pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun

kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah sebagai berikut:

Kelebihannya adalah:

One. Merangsang murid-murid mengemukakan pendapat secara teratur

dan kerjasama dalam memecahkan masalah.

Two. Kesimpulan dan hasil terakhir yang dicapai lebih relevan

merupakan hasil pemikiran kerjasama.

Three. Merangsang indivudu menghargai pendapat orang lain yang

dianggap lebih mendekati kebenaran.

Four. Suasana kelas lebih hidup, karena semua murid diharapkan ikut

mengambil bagian dalam diskusi.

Sedangkan kekurangannya adalah:

34 Suryabrata, op. cit., hlm. 182. 35 Armai Arief, op. cit., hlm. 148. 36 Ramayulis, op. cit., hlm. 148.

Page 15: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

29

One. Memerlukan banyak waktu, karena hasil yang akan dicapai sulit diduga

dan dirumuskan secara cepat dan tepat.

Two. Kemungkinan anak yang aktif mengikuti proses jalannya diskusi,

sedangkan anak yang pasif merupakan kesempatan baginya untuk

melepaskan diri dari tanggung jawab.37

Dalam buku pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM disebutkan bahwa

kebaikan dan kekurangan metode diskusi dalam pembelajaran PAI adalah

sebagai berikut:

Kebaikannya adalah:

One. Mempertinggi partisipasi siswa secara individual

Two. Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan

Sedangkan kekurangannya yaitu:

One. Guru sulit meramalkan ke mana arah penyelesaian diskusi

Two. Siswa sulit mengatur berfikir secara ilmiah.38

C. Pembelajaran PAI

1. Pengertian

Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang terdiri dari dua

kata yaitu proses belajar dan mengajar. Proses belajar adalah tingkat atau

fase-fase yang dilalui anak atau sasaran didik dalam mempelajari sesuatu.39

Sedangkan mengajar adalah memberi pelajaran.40

Menurut Drs. A. Ahmadi, belajar adalah suatu tindakan untuk

mengubah diri dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat

melaksanakan dan sebagainya.41

37 Zainuddin Dja’afar, Didaktik Metodik, (Pasuruhan: Garoeda Buana Indah, 1995), hlm.

30. 38 Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik / Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar

DidaktikMetodik Kurikulum PBM, (Jakarta: Rajawali, 1989), hlm. 50. 39 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 703. 40 Ibid., hlm. 13. 41 A. Ahmadi, Pendidikan dari Masa ke Masa, (Bandung: Armico, 1987), hlm. 108.

Page 16: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

30

Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan

belajar sebagai berikut; Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan /

percobaan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.42 Tingkah laku yang baru

seperti; dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian

baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan,

kesungguhan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan

pertumbuhan jasmaniah.

Beberapa rumusan tentang belajar untuk memperluas pandangan di

antaranya:

1. Belajar adalah memodifikasi / memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

2. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

3. Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai,pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.43

Sedangkan definisi belajar dalam buku Didaktif Asas-Asas

Mengajar adalah sebagai berikut:

One. Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf.

Belajar adalah pembentukan “S-R”Bonds” Hubungan (tertentu dalam

urat saraf sebagai hasil respons terhadap stimulus.

Two. Belajar adalah penambahan pegetahuan.

Three. Belajar sebagai perubahan kelakuan berkata, pengalaman dan

latihan.44

Dikatakan Hilgard bahwa:

42 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Transito,

1990), hlm. 211. 43 A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 7-8. 44 S. Nasution, Didaktitk Asas-Asas Menagajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995). Hal 34-35.

Page 17: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

31

Learning is the prosess by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training” . Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melaui jalan latihan (apakah dalam labolaorium atau jalan lingkungan alamiah) yang di bedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan misalnya: perubahan karena mabuk atau minum ganja, bukan termasuk hasil belajar.45 Sedangkan mengajar dalam arti sempit diartikan sebagai proses

penyampaian pengetahuan kepada siswa. Dalam pengertian yang lebih luas,

mengajar mencakup segala kegiatan menciptakan situasi agar para siswa

belajar.46

Sedangkan mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari

komponen-koomponen yang saling mempengaruhi yakni tujuan intruksional

yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus

memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan

yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.47

Pengertian mengajar menurut Sans S. Hutabarat, Ediet Moen

Moesa adalah:

Suatu peristiwa yang umum dan kompleks sangatlah penting bagi tiap orang untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh apa yang tersangkut di dalam tugas mengajar kalau tugas itu meningkatkan belajar dengan sukses. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar

merupakan kegiatan yang komplek dengan komponen-komponen yaitu guru,

siswa, tujuan, materi, jenis kegiatan juga sarana dan prasarana guna

mensukseskan kegiatan dalam pembelajaran.

45 S. Nasution, Ibid, hlm. 35 46 R. Ibrahim dan Nana Shaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,

1996), hlm. 42. 47 J.J. hasibuan dan Moedjiono, op. cit., hlm. 3.

Page 18: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

32

Adapun mengajar menurut Dr. Engkoswara, M. Ed., mempunyai

tiga batasan yaitu:

1. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan atau ilmu pengetahuan

dari seseorang guru kepada murid-murid.

2. Mengajar ialah menanamkan sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan

keterampilan dasar dari seseorang yang telah mengetahui dan

menguasainya kepada seseorang.

3. Mengajar adalah membimbing seseorang / sekelompok orang supaya

belajar berhasil.

Sedangkan proses belajar-mengajar adalah pelaksanaan belajar-

mengajar murid dan guru, interaksi belajar mengajar antara guru dan

murid.48

Menurut Dr. Engkaswara proses belajar mengajar adalah:

Interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran, yakni kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Menurut Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah:

Suatu proses yang mengandung serangkaian pembuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.49 Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses

belajar mengajar merupakan serangkaian interaksi antara guru, siswa dan

lingkungan belajar yang berlangsung dalam pendidikan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses

belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada

48 M. Sastrapaja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),

hlm. 395. 49 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),

hlm. 4.

Page 19: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

33

pengertian mengajar, karena mengajar merupakan bagian dalam proses

belajar mengajar.50

Sedangkan dalam teori mengajar disebutkan bahwa teknologi

pendidikan (3), yang mengkombinasikan pendekatan perangkat keras dan

perangkat lunak dari dua macam teknologi lainnya merupakan suatu

jembatan antara teori dan praktik pendidikan. Akibatnya terdapat suatu

pedoman untuk ilmu mendidik, sehingga kita tidak lagi menjadi terlalu

tergantung pada suatu teori belajar.51

Belajar mengajar adalah kegiatan guru murid untuk mencapai

tujuan tertentu. Oleh karena itu semakin jelas tujuan, maka semakin besar

kemungkinan ditemukan metode penyampaian yang peling serasi. Namun

tidak ada pegangan yang pasti tentang cara mendapatkan metode mengajar

yang paling tepat. Tepat tidaknya suatu metode, baru terbukti dari hasil

belajar murid.52

Jadi dalam pembelajaran yang dapat diketahui adalah hasilnya,

sedangkan proses belajar tetap mengandung misteri, yang ada pada diri

seseorang. Jika hasil belajar dapat tercapai, maka proses belajar dianggap

sudah tepat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar

yaitu faktor guru, seperti latar belakang pendidikan pengalamannya,

kemampuannya, sikapnya terhadap anak, konsepnya tentang mengajar-

belajar, pribadinya, kreativitasnya dan sebagainya. Juga fasilitas yang ada,

sumber-sumber belajar dan alat pelajaran turut menentukan metode

mengajar guru.53

Jika guru memandang bahwa mengajar itu sebagai usaha untuk

merangsang anak supaya belajar dan berpikir sendiri juga menentukan

sendiri jawaban atas soal-soal atau masalah yang dihadapkan sendiri,

50 Ibid., hlm. 4. 51 Setijadi, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali, 1991), ed. 1, hlm. 22. 52 S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. 1, hlm. 43. 53 Ibid., hlm. 44.

Page 20: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

34

jawaban atas soal-soal atau masalah yang dihadapkan akan lebih cenderung

menggunakan metode penemuan atau metode pemecahan masalah. Maka

metode penemuan ini dianggap memberi hasil belajar yang lebih mendalam,

lebih mantap dan tidak mudah dilupakan.

Dalam mengajar guru cenderung menggunakan metode

pemberitahuan sebagai metode utama. Dengan metode ini pengertian yang

diperoleh anak tidak mendalam, karena hanya mendorong anak menghafal,

sehingga daya ingatan sebagai alat utama menguasai pelajaran, lalu mudah

dilupakan.54

Sebaliknya apabila guru dalam belajar menggunakan metode

penemuan, maka yang diutamakan adalah kegiatan murid, mendorongnya

untuk berfikir sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.55

Seorang guru yang profesional akan mencapai hasil yang paling

tinggi kalau murid-murid dijadikan oleh guru mereka sebagai yang terbaik,

serta dengan sadar membuat kondisi untuk mengubah tingkah laku mereka

ke arah tujuan mereka sendiri. Guru yang baik senantiasa berusaha untuk

mengeluarkan dirinya sendiri dari peranan mengajar dan membuat pelajar

mengasumsikan peran itu untuk mereka sendiri.56

Jika mengajar dengan metode diskusi, maka hal ini termasuk

kategori mengajar guna mengaktifkan siswa. Hal yang dibahas dalam

diskusi seharusnya berkaitan dengan suatu masalah, baik yang dirumuskan

dalam pertanyaan mengapa ataupun bagaimana. Dalam diskusi terjadi dialog

antara beberapa atau semua peserta diskusi.57

Dari illustrasi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu

siswa dalam belajar agama Islam. Dalam pengajaran PAI mungkin saja

54 Ibid. 55 Ibid., hlm. 45. 56 Sans S. Hutabarat, ed. Molin Moesa, Gagasan Baru Dalam Pendidikan, (Jakarta:

Mutiara, 1982), hlm. 30-31. 57 R. Ibrahim dan Nana Syaodih, op. cit., hlm. 44-45

Page 21: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

35

terjadi tanpa proses pembelajaran. Pengaruh pembelajaran atas pengajaran

khusus, hal ini mungkin tidak berhasil. Pembelajaran adalah seperangkat

kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar.58

Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru tidak pernah lepas dari hambatan, baik yang datang dari

pihak siswa maupun hambatan dari materi (bahan) yang didiskusikan.

Kurang menariknya minat belajar siswa diakibatkan kurang tepatnya metode

yang digunakan. Namun metode yang dipilih oleh guru sebagai metode

alternatif dalam proses belajar masih mengalami kekurangan bahkan ketidak

berhasilan. Hal ini menjadi perhatian guru dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam.

Ada beberapa hambatan yang muncul, yaitu hambatan dari pihak

siswa dan hambatan dari materi (bahan) yang didiskusikan.

Hambatan dari pihak siswa sudah jelas persoalannya, mereka

memang sedang belajar dan latar belakang mereka jelas berbeda-beda

menjadi tugas guru dalam membimbing mereka melalui berbagai macam

peranan.

Di samping hambatan dari siswa, perlu diperhatikan juga hambatan

dari materi yang sudah didiskusikan. Materi juga perlu mendapat perhatian

guru, karena materi yang akan didiskusikan dan tugas apa yang harus

dilakukan oleh tiap kelompok/anggota kelompok harus jelas.

Dua hal penting ini menjadi pusat perhatian dalam metode diskusi,

dan keduanya harus saling mendukung dan selaras; apabila salah satunya

kurang mendukung, maka hasil yang diperoleh dalam proses belajar diskusi

belum maksimal dicapai. Siswa dengan perbedaan latar belakang dan cara

berpikir perlu mendapat bimbingan dan arahan dari guru, begitu juga materi

yang akan menjadi kajian diskusi, hendaknya ditentukan dengan tema yang

menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta tidak asal-asalan.

58 Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 2003), hlm. 13-14.

Page 22: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

36

Agar kedua hal tersebut dapat saling mendukung perlu disusun

draft/langkah-langkah penggunaan metode diskusi, yakni :

One. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan

memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara

pemecahannya, judul/masalah yang akan didiskusikan harus

dimungkinkan dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami oleh

siswa.

Two. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi,

memilih pemimpin, dan mengatur tempat; pimpinan diskusi sebaiknya

berada di tangan siswa yang lebih memahami masalah yang akan

didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya,

berbahasa dengan baik dan lancar bicaranya, bertindak tegas dan

demokratis.

Three. Para siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing (apabila

dibagi dalam kelompok kecil), sedangkan guru berkeliling dari

kelompok satu ke kelompok lain, namun apabila diskusi dalam kelas

maka guru memperhatikan jalannya diskusi untuk bahan

evaluasi/pengarahan setelah diskusi selesai.

Four. Masing-masing kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya.

Five. Siswa mencatat hasil diskusi tersebut dan guru mengumpulkan

laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sedang para siswa

mencatat.59

Sedangkan pendidikan agama Islam merupakan sebutan yang

diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa

muslim dalam menyelesaikan pendidikannya di tingkat tertentu. Ia

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah,

sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah

yang bersangkutan.

59 Ramayulis, op. cit., hlm. 147-148.

Page 23: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

37

Menurut Ibnu Hadjar, Pendidikan Agama Islam adalah: merupakan salah satu subyek pelajaran yang bersama-sama dengan subyek studi lain, dimaksudkan untuk membentuk manusia yang utuh. Dengan demikian tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam adalah untuk memberikan “corak Islam” pada sosok lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendidikan materi/pengalaman yang berisi ajaran agama Islam yang pada umumnya telah tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu ke-Islaman.60 Sedangkan menurut Drs. Marasuddin Siregar, bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.61

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan

agama Islam adalah suatu pelajaran yang disampaikan atau segala usaha

pembinaan dan pengembangan kemampuan anak didik, baik jasmani

maupun rohani dengan memberikan materi dan ajaran agama Islam, agar

kelak anak tersebut memiliki kepribadian yang utama, menjadi manusia

yang bertindak , berpikir, serta tanggung jawab sesuai dengan ajaran agama

Islam yang tersusun secara sistematis.

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan

aktifitas dan kretivitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan

pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita tidak

60 Ibnu Hadjar, Pendekatan Keberagamaan Dalam Pemilihan Metode Pengajaran

Pendidikan Agama Islam, dalam Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri dan H. Syamsuddin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4.

61 Marasuddin Siregar, Pengelolaan Pengajaran (Suatu Dinamika Profesi Keguruan), dalam Drs. H.M. Chabib Thoha, MA., Drs. Abdul Mu’thi, M.Ed., PBM-PAI di Sekolah dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 180.

Page 24: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

38

sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru

menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.62

Jadi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses

penyampaian materi/pengalaman nilai ajaran Islam sebagaimana yang

tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu ke-Islaman kepada peserta didik

yang beragama Islam.

2. Materi

Sebagaimana kita ketahui ajaran pokok Islam adalah meliputi:

masalah aqidah (keimanan), syari’ah (ke-Islaman), dan akhlak (ihsan).63

Aqidah bersifat i’tikad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa

sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.

Syari’ah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati

semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara

manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan

manusia.

Akhlak suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi

kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup

manusia.

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun

iman, rukun Islam dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah ilmu Tauhid, ilmu

syari’ah dan ilmu Akhlak.

Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan

pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits serta

ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) sehingga secara berurutan:

� Ilmu Tauhid (keimanan)

� Ilmu Fiqh

62 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung: PT. Rosdakarya, 2003), hlm. 106. 63 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep

dan Implementsi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 77.

Page 25: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

39

� Al-Qur’an

� Al-Hadits

� Akhlak

� Tarikh Islam64

3. Metode

Berkenaan dengan metode, ada beberapa istilah yang biasanya

digunakan oleh para ahli pendidikan Islam yang berkaitan dengan pengertian

metode pendidikan yakni:

� Minhaj at-Tarbiyah al-Islamiyah

� Wasilatu at-Tarbiyah al-Islamiyah

� Kaifiyatu at-Tarbiyah al-Islamiyah

� Thariqatu at-Tarbiyah al-Islamiyah65

Semua istilah itu sebenarnya merupakan muradf (kesetaraan)

sehingga semuanya bisa digunakan, tetapi yang paling populer di antara

istilah di atas adalah at-Thariqah yang mempunyai pengertian jalan atau

cara yang harus ditempuh.66 Dalam Pendidikan Agama Islam faktor metode

adalah faktor yang tidak bisa diabaikan, karena turut menentukan sukses

atau tidaknya pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

Hubungan antara tujuan dan metode Pendidikan Agama Islam

dikatakan merupakan hubungan sebab akibat. Artinya, jika metode

pendidikan digunakan dengan baik dan tepat, maka tujuan pendidikan besar

kemungkinan akan dapat dicapai67.

Demikian pula Nabi dalam mendidik dan mengajar umatnya, selalu

memperhatikan masalah metode. Salah satu sebab keberhasilan beliau dalam

mengemban misi kerasulannya adalah sikap beliau yang sangat didaktis

dalam menyampaikan dakwahnya, dalam firman Allah yang berbunyi:

64 Ibid. 65 Ibid., hlm. 75. 66 Ibid., hlm. 76. 67 Ibid.

Page 26: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

40

مله تاهللا لن نة ممحا رجفبم لكوح ا منوفضظ القلب الناغليفظ تكن لوصلى و . }159: ال عمران{.

“Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” .68 (QS. Ali-‘Imran: 159). Pelajaran yang dapat diambil dari firman Allah tersebut di atas

adalah bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran umat

haruslah dengan cara didaktis metodis, artinya harus dengan cara yang tepat,

bijaksana dan tidak boleh kasar agar tujuan yang telah ditentukan dapat

dicapai.

Oleh karena itu, seorang guru yang terdidik penuh di dalam

tugasnya akan memiliki keterampilan menggunakan segala teknik penolong

yang mungkin diwujudkan dalam tujuan mencapai titik kulminasi

pendidikan sebaik-baiknya.69

4. Tujuan

Rumusan tujuan berkenaan dengan apa yang hendak dicapai.

Muhammad al-Munir menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

adalah:

One. Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam itu adalah agama

yang sempurna sesuai dengan firman-Nya:

اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم االسالم دينا }3: املآئدة{قلى

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu” . 70(QS. al-Maidah: 3)

68 Muhammad Noor dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: CV. Toha Putra, 1996),

hlm. 56 . 69 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar: Dasar dan Teknik

Metodologi Pengajaran, (Bandung: Tarsito, 1982), hlm. 59. 70 Muhammad Noor dkk., op. cit., hlm. 85.

Page 27: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

41

Two. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan

yang seimbang, seperti disebutkan dalam firman-Nya:

ذابا عقنة ونسة حفى االخرة ونسا حينا فى الدآاتننبل رقوي نم مهمنو .}201: البقرة{. النار

“Di antara mereka ada yang berdo’a: “ Ya Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” .71 (QS. al-Baqarah: 201)

Three. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi, dan takut kepada-

Nya sesuai dengan firman Allah SWT:

} 56: الذاريت{. وماخلقت الجن واالنس اال ليعبدون“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” .72 (QS. adz-Dzariyat: 56)

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan itu tercapai.73 Sebagai hamba Allah kita seharusnya selalu

mengadakan evaluasi sepanjang waktu agar senantiasa terus melakukan

perbaikan-perbaikan.

Dalam agama Islam kita mengenal istilah bermuhasabah, sebagai

sarana instrospeksi dan evaluasi diri. Hal ini dilakukan agar diri kita terjauh

dari kerugian baik di dunia maupun di akhirat, sehingga apabila kita telah

melakukan perbaikan, aktivitas kita ke depan akan lebih baik dan selalu

mawas diri. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

.}18: احلشر {جيآيها الذين امنوااتقوا اهللا ولتنظر نفس ماقدمت لغد “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” . (QS. al-Hasyr: 18)74

71 Ibid., hlm. 24. 72 Ibid., hlm.27. 73 Ibid., hlm. 77. 74 Muhammad Noor dkk., op. cit., (Semarang: CV. Toha Putra, 1996), hlm. 437.

Page 28: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

42

D. Peran dan Fungsi Matode Diskusi pada Pembelajaran PAI

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering kali dihadapkan pada

persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban

atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan

macam-macam cara pemecahan dalam mencari jalan yang terbaik.

Banyak masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan

pembahasan oleh lebih dari satu orang saja, yakni masalah-masalah yang

memerlukan kerjasama dan musyawarah (diskusi). Bilamana demikian maka

musyawarah atau diskusilah yang memberi kemungkinan pemecahan yang

terbaik dan juga bilamana suatu masalah sudah dipecahkan dan bila

pemecahannya meminta kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama, maka

sangat berfaedah bila orang-orang yang diharapkan berpartisipasi mengetahui

terlebih dahulu masalahnya dan turut serta dalam membahas pemecahannya.75

Dalam kehidupan masyarakat yang demokratis sangat layak bagi

tiap anggota masyarakat untuk dapat turut serta dalam aksi berkelompok,

bermusyawarah, mencari dasar-dasar keputusan-keputusan atas persetujuan

bersama-sama.

Begitu pula dalam dunia pendidikan metode diskusi sangatlah

diperlukan, karena metode tersebut memberi kesempatan seluas-luasnya

terhadap peserta didik dalam berpartisipasi, mengekspresikan dan

mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada dalam dirinya lebih-lebih

masalah keagamaan yang dialaminya, sehingga mendapatkan hasil yang

memuaskan semua pihak baik guru maupun siswa itu sendiri.

Jadi mengadakan interaksi dengan mempergunakan metode

diskusi, berarti mempertinggi partisipasi setiap anggota secara individual dan

mempertinggi partisipasi kelompok secara keseluruhan.76

75 Winarno Surakhmad, op. cit., hlm. 103. 76 Ibid., hlm. 104.

Page 29: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

43

Adapun dalam menggerakkan diskusi perlu memperhatikan tujuan

yakni partisipan diharapkan akan memahami jalannya proses diskusi sehingga

akan mampu juga bagaimana memproses, menggerakkan diskusi dari masalah-

masalah yang ditemukan. Di samping itu partisipan mengetahui bagaimana

fungsi media dalam rangka membantu proses belajar, yakni dengan

menggunakan teknik identifikasi.77

Sedangkan proses atau langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah:

• Fasilitator minta kepada seluruh partisipan (laki-laki dan permpuan) untuk

menulis kegiatan sehari-hari (dari jam ke jam)-pendek kata sejak bangun

tidur sampai tidur lagi. Nah, pertanyaannya bagaimana kalau seumpama

mayoritas tidak bisa menulis? Seharusnya tidak jadi masalah, bisa

dilakukan dengan cara lain. Fasilitator bisa menggunakan cara

menanyakan 4 orang sebagai kasus (pilih 2 perempuan dan 2 laki-laki).

Tanyakan kapan bangun tidur / pukul berapa, lalu mengerjakan apa sampai

pukul berapa dan sebagainya. Fasilitator menuliskan secara sistematis di

papan, atau bisa dengan cara digambar (kode) hasil informasi peserta-

bagaimanalah, temukanlah caranya yang penting bisa dipahami, bisa

dimengerti peserta.

Setelah semua peserta selesai menuliskan jadwal kegiatan, fasilitator

meminta 4 peserta (laki-laki 2 dan perempuan 2 orang) untuk

membacakan hasilnya, fasilitator mencatat di papan tulis atau di kertas

flep. Lamgkah berikutnya fasilitator minta kepada partisipan lainnya untuk

membandingkan hasil catatan 4 orang yang telah di tulis fasilitator dengan

jadwal dirinya – adakah kesamaan atau perbedaan. Kalau hasilnya sama

cukup katakan sama, kalau tidak sama katakan apanya yang tidak sama,

sebutkan dan fasilitator akan mencatatnya.

77 Mansour Fakih, et. al., Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2001), cet. 1, hlm. 67.

Page 30: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

44

• Setelah seluruh peserta telah merasa cukup dan sepakat atas data jadwal

kegiatan sehari-hari, fasilitator meminta peserta membagi kelompok untuk

melakukan diskusi. Di masing-masing kelompok membahas perbedaan-

perbedaan apa saja (perbedaan waktu, antara laki-laki dan perempuan,

perbedaan jenis kegiatannya dan lain-lain), lalu mengapa perbedaan itu

terjadi, adakah unsur ketidakadilan dalam kegiatan tersebut? Siapa yang

paling mendapatkan beban dari kegiaatan tersebut?

• Plenokan hasil diskusi masing-masing kelompok. Lakukan dalam diskusi

pleno, yakni mempertajam analisis yang telah ditemukan dalam diskusi

kelompok (disko), untuk proses berikutnya yang paling penting yakni,

coba tarik kesimpulasn bersama-sama. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari

diskusi tersebut, juga pengalaman baru apa yang di peroleh dalam proses

diskusi tersebut menyangkut kesadaran kritis dari masalah tersebut.

• Dalam rangka memahami proses dan fungsi media, secara khusus

fasilitator ajak partisipan untuk merunut kembali bagaimana proses tadi

dijalankan. Sejak fasilitator melemparkan pertanyaan awal sampai

langkah-langkah berikutnya. Lalu bahas juga media apa saja yang

digunakan dalam proses tersebut-diskusikan apa yang dirasakan dari

media-media tersebut, yakni peran media yang digunakan dan manfaat apa

yang dirasakan dalam proses belajar yang telah dialami. Dengan demikian

fasilitator bisa melanjutkan pertanyaan, “dengan demikian apa pentingnya

menggunakan media” , dan kembangkan sampai partisipan tertarik untuk

mengenal dan mempelajari media-media lain.78

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara garis besar

peran dan fungsi metode diskusi dalam pembelajaran PAI adalah mampu

meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar, sehingga dalam berdiskusi

menghasilkan argumentasi yang logis dan obyektif. Di samping itu metode

diskusi juga bisa menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak

dalam belajar. Dengan kata lain metode diskusi dapar merangsang siswa

78 Ibid., hlm. 67-68.

Page 31: Bab II Yayuk - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1-2005... · 15 BAB II METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN

45

dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara

rasional dan obyektif dalam pemecahan masalah.79

Metode diskusi juga bisa berperan sebagai media dalam menjalin

hubungan sosial antar individu siswa, sehingga menimbulkan rasa harga diri,

toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis. Di samping itu juga metode

diskusi dapat menimbulkan refleksi kejiwaan dan sikap peserta didik untuk

berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.80

79 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Pengantar Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), hlm. 36. 80 Ibid., hlm. 37.