bab ii · web viewkebijakan pemerintah dalam penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan...

31
SUPLEMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF MODEL LAPORAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN INKLUSIF 1

Upload: phungnga

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SUPLEMENPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

MODEL LAPORAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN INKLUSIF

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASADIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN

MENENGAHDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2007

1

2

PRAKATA

Dalam rangka mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan

perwujudan hak azasi manusia, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus perlu lebih

ditingkatkan.

Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak di selenggarakan secara

segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sementara itu lokasi

SLB dan SDLB pada umumnya berada di ibu kota kabupaten, padahal anak-anak berkebutuhan khusus

banyak tersebar hampir di seluruh daerah (Kecamatan/Desa). Akibatnya sebagian anak berkebutuhan

khusus tersebut tidak bersekolah karena lokasi SLB dan SDLB yang ada jauh dari tempat tinggalnya,

sedangkan sekolah umum belum memiliki kesiapan untuk menerima anak berkebutuhan khusus

karena merasa tidak mampu untuk memberikan pelayanan kepada ABK di sekolahnya.

Untuk itu perlu dilakukan terobosan dengan memberikan kesempatan dan peluang kepada anak

berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,

dan SMK/MAK), yang disebut “Pendidikan Inklusif”. Untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam implementasi pendidikan inklusif, maka pemerintah melalui Direktorat Pembinaan

Sekolah Luar Biasa menyusun naskah Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusif. Selanjutnya,

dari naskah ini dikembangkan ke dalam beberapa pedoman, yaitu:

1. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

2. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:1) Pedoman Khusus Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.2) Pedoman Khusus Pengembangan Kurikulum.3) Pedoman Khusus Kegiatan pembelajaran.4) Pedoman Khusus Penilaian.5) Pedoman Khusus Manajemen Sekolah.6) Pedoman Khusus Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik.7) Pedoman Khusus Pemberdayaan Sarana dan Prasarana 8) Pedoman Khusus Pemberdayaan Masyarakat.9) Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling

3. Suplemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:1) Model Program Pembelajaran Individual2) Model Modifikasi Bahan Ajar3) Model Rencana Program Pembelajran4) Model Media Pembelajaran5) Model Program Tahunan6) Model Laporan Hasil Belajar (Raport)

Jakarta, April 2007Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Ekodjatmiko SukarsoNIP. 130804827

KATA PENGANTAR

3

Kebijakan pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

disemangati oleh seruan Internasional Education For All (EFA) yang dikumandangkan UNESCO

sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun 2000, penuntasan

EFA diharapkan tercapai pada Tahun 2015.

Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga

negara untuk memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus.

Sedang pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus dilandasi pernyataan

Salamanca Tahun 1994. Pernyataan Salamanca ini merupakan perluasan tujuan Education Fol All dengan mempertimbangkan pergeseran kebijakan mendasar yang diperlukan untuk menggalakkan

pendekatan pendidikan inklusif. Melalui pendidikan inklusif ini diharapkan sekolah–sekolah reguler

dapat melayani semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus. Di

Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis

pengembangan sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif yang melayani Penuntasan Wajib

Belajar bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan terpadu yang ada pada saat ini diarahkan untuk menuju pendidikan inklusif

sebagai wadah yang ideal yang diharapkan dapat mengakomodasikan pendidikan bagi semua,

terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus selama ini masih belum terpenuhi

haknya untuk memperoleh pendidikan layaknya seperti anak-anak lain. Sebagai wadah yang ideal,

pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna yaitu: (1) Pendidikan Inklusif adalah proses

yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon keragaman individu anak, (2)

Pendidikan inklusif berarti memperoleh cara-cara untuk mengatasi hambatan – hambatan anak dalam

belajar, (3) Pendidikan inklusif membawa makna bahwa anak mendapat kesempatan untuk hadir (di

sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya, dan (4)

Pendidikan inklusif diperuntukkan bagi anak-anak yang tergolong marginal, esklusif dan membutuhkan

layanan pendidikan khusus dalam belajar.

Akses pendidikan dengan memperhatikan kriteria yang terkandung dalam makna inklusif

masih sangat sulit dipenuhi. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam melaksanakan usaha

pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus baru merupakan rintisan awal

menuju pendidikan inklusif. Sistem pendekatan pendidikan inklusif diharapkan dapat menjangkau

semua anak yang tersebar di seluruh nusantara.

Untuk itu, maka kebijakan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Departemen Pendidikan Nasional dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar bagi anak yang

memerlukan layanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan ”Pendidikan Inklusif”. Melalui pendidikan ini, penuntasan Wajib Belajar dapat diakselerasikan dengan berpedoman pada

azas pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap penanganan anak yang memerlukan layanan

pendidikan khusus.

4

Sebagai embrio, pendidikan terpadu menuju pendidikan inklusif telah tumbuh di berbagai

kalangan masyarakat. Ini berarti bahwa tanggungjawab penuntasan wajib belajar utamanya bagi anak

yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus telah menjadi kepedulian dari berbagai pihak sehingga

dapat membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam mengakses pendidikan melalui

”belajar untuk hidup bersama dalam masyarakat yang inklusif”.Agar dalam pelaksanaan program pendidikan inklusif dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, maka Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa telah menyusun pedoman pendidikan inklusif.

Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan buku pedoman ini dan semoga buku ini dapat bermanfaat serta berguna bagi

semua pihak.

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan menengah

Prof. H. Suyanto, Ph. DNIP. 130606377

5

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………..iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................

B. Isi Laporan .............................................................................

BAB II. MODEL RAPOR PENDIDIKAN INKLUSIF..........................

BAB III. PELAKSANAAN ..............................................................

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................

B. Rekomendasi .........................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era desentralisasi pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi dirancang dan

dilaksanakan dalam rangka manajemen berbasis sekolah (School Based

Management). Dalam suasana ini peran serta masyarakat di bidang pendidikan

tidak hanya terbatas pada dukungan dana saja melainkan juga dalam aspek

akademik. Unsur utama dalam manajemen berbasis sekolah adalah pentingnya

partisipasi masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas publik. Atas dasar itulah

laporan kemajuan belajar siswa harus dibuat sebagai pertanggungjawaban

lembaga sekolah kepada siswa, orangtua atau wali, masyarakat, atasan, dan

instansi terkait lainnya.

Laporan kemajuan belajar siswa sekolah inklusif merupakan sarana komunikasi

antara sekolah, siswa dan orangtua. Oleh karena itu laporan kepada siswa dan

orangtua adalah bagian penting dalam upaya mengembangkan dan menjaga

hubungan kerjasama antara sekolah siswa dan orangtua/wali.

Proses pelaporan penilaian hasil belajar merupakan satu tahapan dari serangkaian

proses pendidikan di sekolah yang harus dilalui. Pada pelaksanaannya, pelaporan

harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di sekolah.

b. Memuat rician hasil belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan siswa.

c. Menjamin orangtua akan informasi permasalahan (kebutuhan khusus) anaknya

dalam belajar.

d. Mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi.

e. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan akurat.

Agar peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, maka

bentuk laporan kemajuan siswa harus disajikan secara sederhana, mudah dibaca

7

dan dipahami, komunikatif, serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan

siswa. Dengan demikian orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder)

dapat dengan mudah mengidentifikasi kompetensi-kompetensi yang sudah dan

yang belum dimiliki siswa, serta kompetensi yang harus ditingkatkan. Lebih

lanjut orang tua atau wali siswa dapat dengan cepat mengetahui masalah dan

jenis bantuan yang diperlukan untuk membantu anaknya. Siswa sendiri dapat

mengetahui keunggulan dan kelemahan dirinya sehingga dia dapat mengetahui

pada aspek mana dia harus belajar lebih banyak.

B. Isi Laporan

Pada umumnya orangtua menginginkan isi laporan yang dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

a. Bagaimana siswa belajar di sekolah: secara akademik, fisik, sosial, dan

emosionalnya sesuai dengan kelainan atau kebutuhan khususnya?

b. Sejauhmana siswa berpartisipasi dalam kegiatan di sekolahnya?

c. Kemampuan apa yang telah diperoleh siswa selama kurun waktu belajar

tertentu?

d. Apakah hasil belajar siswa cukup baik?

e. Sejauhmana peningkatan kemampuan siswa dalam kurun waktu tertentu?

f. Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan siswa

lebih lanjut.

Oleh karena itu, isi laporan harus memuat informasi-informasi yang dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Agar mudah memahami isi laporan

maka informasi atau laporan yang disampaikan kepada orangtua atau lembaga

terkait hendaknya:

a. menggunakan bahasa yang komunikatif, mudah dipahami dan menggunakan

istilah-istilah yang mudah dimengerti;

b. menitikberatkan pada hasil yang telah dicapai siswa;

c. memberikan perhatian siswa pada pengembangan dan pembelajaran siswa;

d. berkaiatan erat dengan hasil belajar yang hendak dicapai;

e. berisi informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya dengan

standar yang ditetapkan;

8

f. menyatakan tingkat kemampuan yang telah dicapai secara jelas; dan

g. memuat hasil penilaian yang sahih dan ajeg (konsisten).

Laporan penilaian hasil belajar atau umumnya disebut laporan kemajuan siswa

dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Laporan Prestasi Mata Pelajaran

Laporan Prestasi Mata Pelajaran berisi informasi tentang pencapaian

kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Laporan Prestasi

Mata Pelajaran hendaknya menjamin orangtua untuk dapat mengetahui hasil

belajar anaknya dalam menguasai kompetensi mata pelajaran tertentu dan

tingkat ketuntasannya. Sebaliknya, orang tua dapat membaca catatan guru

tentang pencapaian kompetensi tertentu sebagaimasukan kepada siswa dan

orangtuanya untuk membantu meningkatkan kinerjanya. Laporan tersebut

tentu disesuaikan dengan modifikasi kurikulum bagi anak berkebutuhan

khusus.

Laporan Prestasi siswa dalam mata pelajaran dapat berupa format seperti pada

contoh berikut:

NO. Kemampuan Dasar Nilai Deskripsi Pencapaian

A B C D E

1.

2.

3.

4.

5.Catatan Kompetensi: (Contoh) Siswa menunjukkan kemahiran di dalam …………. tetapi memerlukan bantuan khususnya dalam hal ……….. Secara umum siswa telah berhasil menguasai ………… dari ………. Kompetensi

Hasil Belajar dinyatakan secara kualitatif berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan sesuai dengan indikator pencapaian belajar.

9

2. Laporan Pencapaian Program Khusus ( Hasil Evaluasi PPI )

Sedangkan Laporan Program Khusus merupakan informasi tentang

pencapaian program khusus disesuaikan dengan jenis kelainan dan kebutuhan

khusus. Rapor ini pada dasarnya merupakan laporan hasil Evaluasi Program

Pembelajaran Individual untuk periode tertentu dan penjabaran mengenai

kondisi peserta didik selama pelaksanaan program. Dalam rapor ini juga

dicantumkan kendala yang dihadapi, kesesuaian metode yang digunakan, dan

keberhasilan ataupun kegagalan program yang dialami.

Rapor ini diperuntukkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang

mendapat program khusus yang dituliskan dalam PPI. Aspek yang dievaluasi

sesuai dengan Area Pembelajaran yang ditentukan bersama pihak terkait pada

awal dibentuknya program

10

BAB II.

MODEL RAPOT PENDIDIKAN INKLUSIF

A. Pengertian

Rapot merupakan laporan kemajuan belajar siswa untuk sarana

komunikasi antara sekolah, siswa dan orangtua. Oleh karena itu laporan

kepada siswa dan orangtua adalah bagian penting dalam upaya

mengembangkan dan menjaga hubungan kerjasama antara sekolah, siswa dan

orangtua/wali.

B. Komponen Rapot

Komponen rapot terdiri dari:

1. Identitas

Identitas terdiri dari identitas sekolah dan identitas siswa

2. Petunjuk

Petunjuk berisi tentang aturan penggunaan buku rapot dan keterangan nilai.

3. Akademis

Berisi tentang macam satuan pelajaran sesuai dengan satuan pendidikan,

kompetensi, nilai angka, nilai huruf dan rata-rata kelas. Rapot tersebut sesuai

dengan sistem KBK ditambah dengan deskripsi nilai mata pelajaran.

4. Program Khusus (Hasil Evaluasi Program Pembelajaran Individual)

Berisi tentang Program Khusus yang bersifat non akademis sesuai dengan

jenis ketunaan. Rapor ini dicantumkan dalam format PPI yang merupakan

hasil Evaluasi PPI untuk periode tertentu dan penjabaran mengenai kondisi

peserta didik selama pelaksanaan program. Dalam rapor ini juga

dicantumkan kendala yang dihadapi, kesesuaian metode yang digunakan,

dan keberhasilan ataupun kegagalan program yang dialami. Rapor ini

diperuntukkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang mendapat

program khusus yang dituliskan dalam PPI. Aspek yang dievaluasi sesuai

dengan Area Pembelajaran yang ditentukan bersama pihak terkait pada awal

dibentuknya program.

11

5. Ekstra Kurikuler

Berisi tentang ekstra kurikuler yang dilaksanakan oleh sekolah dengan

pertimbangan bakat, minat dan keterampilan untuk menunjang lifeskill.

6. Pengembangan Diri dan Pembiasaan

Berisi tentang uraian pengembangan diri dan pembiasaan yang meliputi

kedisiplinan dan tanggung jawab, kebersihan dan kerapian, kerjasama,

kesopanan, kemandirian, kerajinan, kejujuran, kepemimpinan, ketaatan, dan

lain-lain.

7. Laporan Program Khusus Pembelajaran Individual (PPI)

C. Model

Model rapot pada pendidikan inklusif pada dasarnya sama dengan sekolah reguler

di semua satuan pendidikan meliputi SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK,

perbedaannya terletak pada jenis satuan pelajaran dan program khusus.

Adapun contoh model rapot pendidikan inklusif satuan pendidikan SD sebagai

berikut:

1. Halaman Cover

12

Logo Garuda Pancasila

LAPORANHASIL BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR INKLUSIF

Logo Tutwuri Handayani

Nama Peserta Didik : .......................................Nomor Induk Peserta Didik : .......................................

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA

2. Halaman Identitas Sekolah

3. Petunjuk Penggunaan

1. Buku laporan hasil belajar ini dipergunakan selama siswa mengikuti

pelajaran di Sekolah Dasar Inklusif.

2. Apabila siswa pindah sekolah, maka Buku Laporan Hasil Belajar Siswa ini

dibawa oleh siswa yang bersangkutan untuk dipergunakan di sekolah baru

dengan meninggalkan arsip/copy di sekolah lama.

3. Apabila Buku Laporan Hasil Belajar Siswa hilang, dapat diganti dengan

Buku Laporan Hasil Belajar Siswa Pengganti yang nilai-nilainya diambil

dari Buku Induk Sekolah Asal siswa dan disahkan oleh Kepala Sekolah asal.

4. Buku Laporan Hasil Belajar Siswa ini harus dilengkapi dengan pas foto

hitam putih ukuran (3 Cm x 4 Cm) dan pengisiannya dilakukan oleh guru

kelas.

13

LAPORAN HASIL BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR INKLUSIF

Nama Siswa : ...............................................Nomor Induk : ...............................................Nama Sekolah : ...............................................NSS : ...............................................Alamat Sekolah : ...............................................Desa/Kelurahan : ...............................................Kecamatan : ...............................................Kabupaten/Kota : ...............................................Provinsi : ...............................................

5. Buku Laporan Hasil Belajar Siswa ini terdiri atas halaman sampul dan 118

halaman isi yang meliputi 1 halaman judul, 1 halaman Identitas

Sekolah, 1 halaman Petunjuk Pengguanaan, 1 halaman Identitas Pserta

Didik, 112 halaman lembar nilai, 2 halam keterangan pindah sekolah,

peserta didik dan 1 halaman prestasi yang telah dicapai.

6. Keterangan Nilai

Nilai hasil belajar ditulis dengan angka dan huruf dengan rentang nilai 0 –

100. Nilai kurang dari 70 perlu remedial dan 71 – 90 perlu pengayaan. Nilai

Buku Laporan Hasil Belajar Siswa merupakan nilai hasil akhir semester.

86 – 100 A = Baik Sekali

71 – 85 B = Baik

56 – 70 C = Cukup

41 – 55 D = Kurang

< 40 E = Sangat Kurang

14

4. Laporan Satuan Pelajaran Akademik

Nama Peserta Didik : ………….. Kelas : .........................

Nomor Induk : ………….. Semester : .........................

Nama Sekolah : .................. Tahun Pelajaran : ........................

Alamat Sekolah : ..................

No.Mata Pelajaran Nilai Hasil

BelajarCatatan

KeteranganAngka Huruf

1. Pendidikan Agama TeoriPraktek

2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial

Penguasaan KonsepKeterampilan SosialSikap Sosial

3. Bahasa Indonesia(Kemampuan Berbahasa dan Kemampuan Bersastra)

MendengarkanBerbicaraMembacaMenulis

4. Matemática Berhitung/BilanganGeometri dan PengukuranPengelolaan Data

5. Pengetahuan Alam Penguasaan KonsepKeterampilan Pengetahuan AlamSikap Ilmiah

6. Kerajinan Tangan dan Kesenian

Seni RupaSeni MusikSeni TariKerajinanSeni Suara

7. Pendidikan Jasmani Permainan dan OlahragaPengembangan DiriSenamPilihan

9. Muatan Lokala. ............................b. ............................c. ............................

8. Program Khusus *) Pemahaman KonsepPraktek

Jumlah .................................. (................................................)

15

5. Deskripsi Nilai

16

1. Pendidikan Agama :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Bahasa Indonesia………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Matematika………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Pengetahuan Alam………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6. Kerajinan Tangan dan Seni………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

7. Pendidikan Jasmani………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

*) Lampiran Program Khusus

ABK Program Khusus Materi Nilai Narasi

Tunanetra 1. Orientasi dan

Mobilitas (OM)

Pemahaman Konsep

Aktivitas Kehidupan

Sehari hari

Penerapan Orientasi

Melawat Mandiri

- Dengan Alat

Bantu

- Tanpa Alat Bantu

Melawat Dengan

Pendamping Awas

2. Braille Membaca

Menulis

Tunarunguwicara Bina Persepsi Bunyi

dan Irama (BPBI)

Deteksi Bunyi

Diskriminasi Bunyi

Identifikasi Bunyi

Komprehensif Bunyi

Berbicara Artikulasi

Suara

Kelancaran

Tunagrahita Kemampuan Merawat

Diri

Pembentukan Konsep

Aktivitas

Penerapan

17

8. Muatan Lokal………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

9. Program Khusus *)………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Tunadaksa Bina Gerak Pemahaman Konsep

Sensomotorik

Sikap Tubuh

Bina Diri Pembentukan Konsep

Aktivitas Penerapan

Tunalaras Bina Pribadi dan Sosial Budi Pekerti

Keagamaan

Sosial

Psikologis

Autisme Komunikasi ..................................

..................................

Perilaku ..................................

..................................

Aktivitas Kehidupan

Sehari-hari

..................................

Sosial/Emosi ..................................

........................... .....................................

.....................................

6. Kegiatan Ekstrakurikuler

No. Jenis Kegiatan Nilai Keterangan

1. ...........................................

.

2. ...........................................

.

3. ...........................................

.

7. Pengembangan Diri dan Pembiasaan

Pengembangan Diri dan Pembiasaan Keterangan Kemampuan Peserta Didik

1. Kedisiplinan dan Tanggung Jawab

18

2. Kebersihan

3. Kerjasama

4. Kesopanan

5. Kemandirian

6. Kerajinan

7. Kejujuran

8. Kepemimpinan

9. Ketaatan

10. Kegiatan Sehari-hari

11. Program Khusus

12. ...............................

8. Kehadiran

Ketidak

Hadiran

No. Alasan Jumlah Hari

1. Sakit

2. Izin

3. Tanpa Keterangan

9. Catatan Untuk Orangtua/Wali

10. Legalitas Rapot

Diberikan di : ...................

Tanggal : ...................

Mengetahui :

Orangtua / Wali Kepala Sekolah Guru Kelas

19

CATATAN UNTUK ORANGTUA / WALI

(...................................) (.................................) (................................)

BAB III.

PELAKSANAAN

A. Unsur Pelaksanaan

Pelaksanaan pengisian rapot pendidikan inklusif sama dengan sekolah reguler

dibuat oleh guru kelas/wali kelas berdasarkan nilai dari guru kelas, guru bidang

studi, guru pendidikan khusus, dan guru ekstra kurikuler.

B. Waktu Pelaksanaan

Pengisian rapot dilaksanakan satu tahun dua kali dengan sistem semester sesuai

dengan kalender pendidikan tahun pelajaran.

20

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk dan isi rapot pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif pada

dasarnya sama dengan sekolah reguler dengan beberapa perbedaan berupa

tambahan tentang program khusus sesuai dengan jenis ketunaan.

B. Rekomendasi

1. Perlunya penyempurnaan terhadap draf model rapot pendidikan

inklusif

dengan melibatkan para praktisi dan tenaga ahli.

2. Adanya penyesuaian dalam program muatan lokal sesuai dengan

daerah dan keinginan sekolah masing-masing

3. Pengembangan dalam pengisian Program Khusus dapat disesuaikan

dengan keberadaan peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif.

21