bab ii · web viewkajian pustaka, kerangka berfikir, dan hipotesis kajian pustaka konsep rokok...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Rokok
a. Pengertian Rokok
Dalam Ensiklopedia, pengertian Rokok adalah silinder dari kertas
berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara
dengan diamater sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Menurut Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)-
WHO, produk tembakauy adalah produk yang dibuat dengan menggunakan
sebagian dari daun tembakau sebagai bahan dasar yang diproduksi untuk
digunakan sebagai rook yang dikonsumsi dengan cara dihisap, dikunyah,
atau disedot. Produk tembakau khususnya rokok dapat berbentuk sigaret,
kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot, dan
tembakau tanpa hisap.
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu
terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun
orang disekitar perokok yang bukan perokok.
Disisi lain, Rokok adalah pintu gerbang bagi Narkoba.. Lebih
spesifik lagi, Rokok itu sendiri sebenarnya termasuk ke dalam definisi
Narkoba. (Leonardo Paskah S, 2008).
b. Jenis-jenis Rokok
Rokok dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Pembedaan ini
didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, prose
pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus :
1. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
2. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :
1. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya :
1. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan
atau alat bantu sederhana.
2. Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam
proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh:
Gudang Garam Filter Internasional, Djarum Super, dll.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang
menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis
ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas
Mild, Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dll.
Rokok berdasarkan Penggunaan Filter :
1. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
c. Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan
setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun
utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.
- Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru.
- Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran
darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru
yang mematikan.
- Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah,
membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
- Benzopirine adalah salah satu dari bahan yang paling keras. Dikenal
sebagai penyebab kanker binatang
- Arsanile adalah bahan kimia yang berasal dari bahan kimia timah asenat
yang digunakan sebagai peptisida diperkebunan tembakau
- Colidin adalah digunakan untuk membunuh binatang. Pada manusia
menyebabkan kelumpuhan.
- Prusla acid adalah dapat mematikan dalam beberapa menit
- Metil alkohol adalah menyebabkan kebutaan, pada binatang sebelum
mati.
d. Jenis penyakit yang ada hubungannya dengan rokok :
- Kanker paru
- Penyakit jantung
- Emfisema dan bronchitis kronis
- Hipertensi
- Katarak
2. Hubungan Perilaku dengan Kebiasaan Merokok
a. Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard
F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang
dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan
mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat
sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain.
Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang
duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat
minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh
manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab
itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh –
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku
manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia
darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
(Notoatmodjo 2003 hal 114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon.
Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang
relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan
untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal
misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus
ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan
sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya
atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya
(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
b. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice).
c. Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon
dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang.
(Notoatmodjo, 2007 hal 139)
d. Proses Terjadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang
positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat
langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122)
e. Hubungan Perilaku dengan Sikap, Sikap dengan Kebiasaan.
Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang
menentukan perilakunya (Sears, dkk, 1999: 149). Hal yang sama
disampaikan oleh Saifuddin (2003: 10) bahwa sikap selalu dikaitkan dengan
perilaku yang berada dalam batas kejiwaan dan kenormalan yang merupakan
respon atau reaksi terhadap stimulus dari lingkungan. Dalam hal ini sikap
tidak dapat terlepas dari perilaku, artinya dimana seseorang bersikap
menolak suatu objek ia akan cenderung untuk menghindari objek tersebut
atau bahkan sebalinya jika seseorang menerima objek tersebut cenderung
individu tersebut untuk melakukannya atau mendekati objek tersebut.
Misalnya seseorang yang bersikap menolak terhadap merokok, cenderung ia
akan menghindar dari aktivitas merokok bahkan mungkin menghindari orang
yang sedang merokok.
Semakin komplek situasinya dan semakin banyak faktor yang akan ikut menjadi pertimbangan dalam bertidak maka semakin sulitlah memprediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator sikap seseorang. Respon perilaku tidak saja ditentukan oleh sikap individu tetapi oleh norma subjektif yang berada dalam inidivu tersebut (Saifuddin, 2003: 19).
Selanjutnya, Menurut Sumadi (2001: 290) Kebiasaan (habit) adalah
respon yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondiisi atau
situasi yang sejenis. Selain pengertian itu, ada juga yang mengatakan bahwa
kebiasaan adalah suatu bentuk karakter tingkah laku yang menjadi dorongan
otomatis yang di peroleh atau dipelajari. Hal tersebut di ungkapkan oleh Hall
(1988:211) :
The habit is a character of behaviour to cause think to push the respons otomatic of anything get and learning.
Selain itu juga Hall (1988: 211) mengungkapkan bahwa kebiasaan
adalah suatu rangsang yang dipelajari dengan komplek yang menyakut satu
kesatuan yang takterpisahkan dari perilaku-perilaku yang sederhana. Ada
pun yang dikatakan Hall adalah sebagai berikut :
Habit is a respons whence the to be able from learning to complex one on one to impossibility separate of the simple behaviour’s
Jadi jelaslah bahwa, kebiasaan adalah juga termasuk dalam perilaku,
atau setidaknya kebiasaan timbul dikarenakan seringnya perilaku dilakukan
yang menjadikan suatu hal yang secara otomatis dilakukan. Kebanyakan
individu tidak sadar akan kebiasaan, seperti berjalan sendiri.
B. Kerangka Berfikir
Ketika kita berada di lingkungan dan situasi sosial terlebih lagi kita berada
dalam interaksi sosial jarang bagi kita untuk berada dalam keadaan netral. Keadaan
netral tanpa rasa suka dan tidak suka terhadap mitra interaksi atau keadaan apapun.
Kita juga mungkin tidak terlepas dari perasaan senang atau tidak senang dari
persepsi dan perilaku kita sendiri bahkan orang lain.
Selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk
pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan prilaku
kita terhadap orang lain atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri
kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan kita akan masa
lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita apa yang sedang kita hadapi saat ini.
Begitu pula dengan perilaku remaja terhadap rokok. Perilaku remaja
terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja, mungkin perilaku yang
dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap orang yang
merokok yang akhirnya membentuk sebuah pengalaman baru yang mewarnai
perasaannya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berperilaku bahwa
remaja itu akan ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok.
Itulah fenomena perilaku atau sikap, fenomena perilaku atau sikap yang
timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang kita hadapi tetapi
juga oleh kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat
sekarang, dan harapan kita untuk masa yang akan datang. Lalu, apakah perilaku itu
sebenarnya?
a. Kerangka Konseptual Penelitian
Semakin besar relevansi spesifik sikap terhadap perilaku semakin tinggi
korelasi antara kedua hal tersebut (Sears, dkk, 1999: 151). Kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang
berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaanya terhadap stimulus
tersebut.
Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan
kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah
logis untuk mengaharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya
memberi kesan “Jantan” atau gagah bagi mereka. Untuk itu, besar
kemungkinan bahwa perasaan dan kepercayaan tersebut menjadikan mereka
sebagai perokok.
b. Model hubungan antar variabel
Uraian tentang kerangka konseptual penelitian di atas apabila diubah
ke dalam bentuk kerangka berfikir dapat dilihat pada tampilan bagan/alur
sebagai berikut :
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa, tindakan merokok diawali dari
adanya suatu sikap, yaitu Kecenderungan seseorang untuk menerima atau
menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar, dalam
hal ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, lalu
respon apa yang muncul didalam pikiran atau perasaannya. Bisa saja orang itu
tertarik (setuju), tidak tertarik (tidak setuju atau malah tidak peduli , hal ini akan
terjadi pada setiap orang. Namun ada Kecenderungan lain, yaitu didalam hati ia
tidak setuju, tetapi kenyataanya ia melakukannya (merokok). Hal ini tentu ada
faktor lain yang mempengaruhinya. Di sinilah terjadinya kontradiksi antara sikap
dan perbuatan (tingkah laku).
C. Hipotesisa. Hipotesis Nol (Ho)
STIMULUSPengetahuanIndividuSituasiLingkunganKelompok Sosial
SIKAP
PERILAKUKEBIASAAN(Hal yang sering dilakukan)
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok pada anak umur
14 – 16 tahun
b. Tidak ada hubungan antara perilaku perokok pada anak umur 14 – 16
tahun
c. Tidak ada hubungan antara hubungan perilaku dengan kebiasaan merokok
pada anak umur 14 – 16 tahun siswa SMP Muhamadiyah Pone.
b. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok pada anak umur 14 – 16
tahun
b. ada hubungan antara perilaku perokok pada anak umur 14 – 16 tahun
c. ada hubungan antara hubungan perilaku dengan kebiasaan merokok pada
anak umur 14 – 16 tahun siswa SMP Muhamadiyah Pone.