bab ii - usm...9 bab ii tinjauan pustaka a. kedudukan hukum adat di dalam sistem hukum indonesia 1....

16
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan adat. Istilah “hukum” mengandung pengertian kalau dilanggar akan menimbulkan akibat-akibat hukum atau sanksi. Hukum pada umumnya diartikan sebagai: aturan tingkah laku dan perbuatan manusia yang bersifat memaksa dan memberikan sanksi yang tegas dan nyata kepada barang siapa yang melanggarnya. Istilah “adat” berarti kebiasaan atau adat istiadat, yang biasanya merupakan sikap hidup atau tingkah laku manusia yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari. 9 Menurut Ter Haar yang terkenal dengan teorinya Beslissingenleer (teori keputusan), mengungkapkan bahwa hukum adat mencakup seluruh peraturan-peraturan yang menjelma didalam keputusan- keputusan para pejabat hukum yang mempunyai kewibawaan dan pengaruh, serta didalam pelaksanaannya berlaku secara serta merta dan dipatuhi dengan sepenuh hati oleh mereka yang diatur oleh keputusan tersebut. Keputusan tersebut dapat berupa sebuah persengketaan, akan tetapi juga diambil berdasarkan kerukunan dan musyawarah. Dalam tulisannya Ter Haar juga menyatakan bahwa hukum adat dapat timbul dari keputusan warga masyarakat. 10 Hukum adat adalah hukumnya masyarakat yang masih sederhana, dengan lingkup personal dan teritorial terbatas. Hukum agraria nasional dimaksudkan sebagai hukumnya masyarakat modern, dengan lingkup 9 Ibid, halaman.2. 10 Ivanto Simamora, Tugas Makalah Paper Hukum Adat”, (online), (https://www.academia.edu/5023840/TUGAS_MAKALAH_PAPER_HUKUM_ADAT/, diakses 15 April 2017)

Upload: others

Post on 26-Jul-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia

1. Definisi Hukum Adat

Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan adat.

Istilah “hukum” mengandung pengertian kalau dilanggar akan

menimbulkan akibat-akibat hukum atau sanksi. Hukum pada umumnya

diartikan sebagai: aturan tingkah laku dan perbuatan manusia yang bersifat

memaksa dan memberikan sanksi yang tegas dan nyata kepada barang

siapa yang melanggarnya. Istilah “adat” berarti kebiasaan atau adat

istiadat, yang biasanya merupakan sikap hidup atau tingkah laku manusia

yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari.

9

Menurut Ter Haar yang terkenal dengan teorinya Beslissingenleer

(teori keputusan), mengungkapkan bahwa hukum adat mencakup

seluruh peraturan-peraturan yang menjelma didalam keputusan-

keputusan para pejabat hukum yang mempunyai kewibawaan dan

pengaruh, serta didalam pelaksanaannya berlaku secara serta merta

dan dipatuhi dengan sepenuh hati oleh mereka yang diatur oleh

keputusan tersebut. Keputusan tersebut dapat berupa sebuah

persengketaan, akan tetapi juga diambil berdasarkan kerukunan dan

musyawarah. Dalam tulisannya Ter Haar juga menyatakan bahwa

hukum adat dapat timbul dari keputusan warga masyarakat.10

Hukum adat adalah hukumnya masyarakat yang masih sederhana,

dengan lingkup personal dan teritorial terbatas. Hukum agraria nasional

dimaksudkan sebagai hukumnya masyarakat modern, dengan lingkup

9 Ibid, halaman.2.

10Ivanto Simamora, ” Tugas Makalah Paper Hukum Adat”, (online),

(https://www.academia.edu/5023840/TUGAS_MAKALAH_PAPER_HUKUM_ADAT/, diakses

15 April 2017)

Page 2: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

10

personal yang meliputi seluruh wilayah negara republik Indonesia

sehingga penyempurnaan hukum adat dilakukan melalui penyesuaian

kepentingan masyarakat dalam konteks negara modern dan dunia

internasional.11

Prof. Dr. C. Van Vollenhoven merupakan orang pertama yang telah

menjadikan hukum adat sebagai ilmu pengetahuan. Sehingga hukum adat

menjadi sejajar dengan hukum dan ilmu hukum yang lain. Van

Vollenhoven menyatakan pengertian hukum adat dijelaskan sebagai

aturan-aturan perilaku yang berlaku bagi orang-orang pribumi dan orang-

orang timur asing, yang disatu pihak mempunyai sanksi (maka dikatakan

hukum) dan dilain pihak tidak dikodifikasi (maka dikatakan adat).12

Dari pengertian tersebut bahwa untuk mengerti tentang hukum adat,

Van Vollenhoven menjelaskan:

“Bahwa dalam hal ini orang seharusnya tidak menggunakan teori

tetapi harus dilihat pada kenyataan. Jika hakim menemukan aturan-

aturan adat. Perilaku atau perbuatan yang oleh masyarakat dianggap

patut dan mengikat para penduduk serta ada perasaan umum yang

mengatakan bahwa aturan-aturan itu harus dipertahankan oleh para

Kepala adat dan para petugas hukum yang lain, maka aturan adat itu

bersifat hukum”.13

Tidak dapat disangkal lagi, tidak satu negara pun didunia ini yang

tidak mempunyai tata hukumnya sendiri. Betapapun sederhananya sebagai

negara berdaulat mempunyai tata hukum sendiri yang bersumber dari

pemikiran bangsa itu sendiri. Di Indonesia, jauh sebelum

kemerdekaannya, bahkan jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ke bumi

11

Akoe Afnie, ”Hukum Agraria”, (online), (http://mystory-afnie.blogspot.co.id/2012/,

diakses 23 Mei 2017), 2012. 12

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia (Bandung: Mandar

Maju,2003), halaman 12-13. 13

Ibid., halaman 13.

Page 3: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

11

nusantara, masyarakat hukum adat sudah mempunyai sistem hukum

sendiri, sebagai pedoman dalam pergaulan hidup masyarakat, yang

dinamakan “hukum adat”.14

Van Vollenhoven berpendapat, Hukum adat harus dipertahankan jika

kenyataannya masih hidup.

“ jikalau dari atas telah diputuskan untuk mempertahankan hukum

adat padahal hukum itu sudah mati, maka peraturan-peraturan itu sia-

sia belaka. Sebaliknya andaikan dari atas diputuskan bahwa hukum

adat itu harus diganti, padahal didusun-dusun, didesa-desa, dan

dipasar-pasar, hukum adat itu masih kokoh dan kuat, maka hukum

akan sia-sia belaka. (van Vollenhoven, Adatrechit H:878)”.15

2. Hukum Adat di dalam UUPA

Berdasarkan Bunyi Pasal 5 UUPA menjelaskan:

“Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah

hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan

Nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa,

dengan sosialisme Indonesia serta peraturan – peraturan yang

tercantum dalam undang – undang ini dan dengan peraturan

perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur –

unsur yang bersandar pada hukum agama”.

Pernyataan yang dimuat dalam Pasal 5 UUPA tersebut telah

memberikan tempat dan pengakuan terhadap eksistensi hukum adat.

Penyebutan hukum adat sebagai dasar hukum pembentukan hukum agraria

nasional mengandung arti sebagai pengakuan terhadap hukum adat sebagai

hukum asli bangsa Indonesia yang sebagian besar menguasai masyarakat

hukumnya.16

Asas yang penting yang didalilkan oleh UUPA adalah tercantum

dalam Pasal 5 UUPA, meskipun tidak ada penjelasan yang cukup untuk

14

Samosir, op.cit., halaman 1. 15

Hadikusuma, op.cit., halaman 13-14. 16

Samosir, op.cit, halaman 186.

Page 4: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

12

memberikan arti hukum adat. Hanya dalam Pasal 5 tersebut dapat dibaca

bahwa sifat agraria baru ini tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

nasional Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, sosialisme

Indonesia, ketentuan-ketentuan dalam UUPA, peraturan-peraturan lainnya

dibidang agraria, dan unsur-unsur yang berdasar pada hukum agama.17

B. Tinjauan Umum Jual Beli Tanah

1. Jual Beli Tanah Secara Adat

Menurut hukum adat, maka jual beli tanah adalah suatu perbuatan

pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti,

bahwa pemindahan hak tersebut harus dilakukan dihadapan kepala adat,

yang berperan sebagai pejabat yang menanggung keteraturan dan sahnya

perbuatan pemindahan hak tersebut, sehingga perbuatan tersebut diketahui

oleh umum. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka perbuatan itu tidak

menjadi bagian ketertiban hukum, tidak berlaku terhadap pihak ketiga, dan

keluar si pembeli tidak diakui sebagai pemegang hak atas tanah.

Dengan tunai dimaksudkan, bahwa perbuatan pemindahan hak dan

pembayarn harganya dilakukan secara serentak. Oleh karena itu maka

tunai mungkin berarti bahwa harga tanah dibayar secara kontan, atau baru

dibayar sebagian (tunai yang dianggap tunai). Dalam hal pembeli tidak

membayar sisanya, maka penjual tidak dapat menuntut atas dasar

terjadinya jual beli tanah, akan tetapi atas dasar hukum hutang piutang.18

17

Ibid., halaman 20. 18

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013),

halaman 189.

Page 5: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

13

Di dalam kegiatan administrasi, sikap tindak hukum seperti jual lepas,

gadai tanah, merupakan sikap tindak yang selalu harus dilakukan

dihadapan penguasa masyarakat hukum, dan di dalam kebanyakan

masyarakat hukum dibuat surat akta dimana ditanda tangani oleh orang

yang menyerahkan tanah itu, serta juga di tanda tangani oleh penguasa

masyarakat hukum dimana tanah tadi terletak.19

Menurut hukum adat jual beli hak atas tanah bukan merupakan

perjanjian dimana yang dimaksudkan dalam Pasal 1457 KUHPerdata,

melainkan suatu perbuatan hukum yang berupa penyerahan tanah yang

bersangkutan oleh penjual kepada pembeli untuk selama-lamanya, pada

saat itu pihak pembeli menyerahkan harganya kepada penjual. Dengan

dilakukannya jual beli tersebut maka hak milik atas tanah itu beralih

kepada pembeli. Menurut hukum pembeli telah menjadi pemilik baru.

Harga tanah yang di bayar bisa dianggap telah di bayar penuh.20

Umumnya dari jual beli hak atas tanah dibutuhkan suatu AKTA,

berupa pernyataan dari pihak yang menjual bahwa ia telah menjual

tanahnya kepada pembeli (istilah menurut hukum adat: di jual lepas).

Menurut hukum adat untuk sahnya perjanjian itu disyaratkan adanya

apa yang disebut “panjer”. “Panjer” dapat berupa uang atau benda

yang oleh calon pembeli diserahkan kepada pemilik tanahnya.

Perjanjian akan jual beli itu tidak termasuk Hukum Agraria atau

Hukum Tanah, melainkan termasuk hukum perjanjian atau hukum

perutangan. Jika pihak-pihak yang bersangkutan tunduk pada hukum

adat maka hukum yang berlaku terhadap perjanjian itu adalah hukum

adat.21

2. Jual Beli Tanah Menurut Hukum Agraria

19

Ibid., halaman 159. 20

Dwicatra, “Jual Beli Hak Atas Tanah Menurut Hukum Adat “ (online),

(http://dwicatra.blogspot.co.id/2012/09/jual-beli-hak-atas-tanah-menurut-hukum.html/, diakses 21

April 2017), 2012. 21

Ibid.

Page 6: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

14

Jual beli menurut hukum agraria hanya berlaku untuk benda tidak

bergerak, yaitu tanah. Jual beli tanah menurut hukum agraria harus

dilakukan dengan pembuatan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta

Tanah (PPAT).22

Sesuai dengan sifat jual beli tanah menurut hukum adat, jual beli

tanah tersebut juga sudah selesai dengan dilakukannya di hadapan PPAT

(terang, dengan akte jual beli tanah yang dibuat oleh PPAT sebagai

buktinya, dan dengan ditandatanganinya akte jual beli, maka hak

berpindah dan harga dibayar tunai).23

Penafsiran sifat tunai dalam hukum

Agraria bukanlah merujuk langsung pada kondisi pembayaran lunas atau

tidak lunas. Namun, konsekuensi dari sifat tunai itu sendiri, maka harga

jual beli tanah justru haruslah dianggap lunas (meskipun hanya membayar

sebagian), dan hal ini akan tegas dinyatakan dalam akta jual belinya.

Berkaitan dengan transaksi jual beli tanah tersebut, terdapat istilah

Perjanjian Pengikatan Jual Beli (untuk selanjutnya dipakai istilah PPJB)

dibuat untuk melakukan pengikatan sementara sebelum pembuatan Akta

Jual Beli (untuk selanjutnya dipakai istilah AJB) resmi di hadapan Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT). PPJB adalah suatu perjanjian yang dibuat

oleh calon penjual dan calon pembeli suatu tanah/bangunan sebagai

pengikatan awal sebelum para pihak membuat AJB di hadapan PPAT.

Biasanya PPJB akan dibuat para pihak karena adanya syarat-syarat atau

22

Anastasia Sihombing, “Jual Beli Menurut Hukum “, (online),

(http://anastasiasihombing.blogspot.co.id/2015/03/jual-beli-menurut-hukum.html/, diakses 23 Mei

2017) , 2015.

23

Tundjung Herning Sitabuana, Hukum Agraria Indonesia (Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2005), halaman 37.

Page 7: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

15

keadaan-keadaan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu oleh para pihak

sebelum melakukan AJB di hadapan PPAT. Dengan demikian PPJB tidak

dapat disamakan dengan AJB yang merupakan bukti pengalihan hak atas

tanah/bangunan dari penjual kepada pembeli. Umumnya PPJB dibuat di

bawah tangan karena suatu sebab tertentu seperti pembayaran harga belum

lunas. Di dalam PPJB memuat perjanjian-perjanjian, seperti besarnya

harga, kapan waktu pelunasan dan dibuatnya AJB.24

Artinya, PPAT tidak mungkin dapat membuatkan akta jual beli

dengan kondisi bahwa harga belum dibayar lunas yang tegas dinyatakan

dalam akta tersebut. Bila mengenai pembayarannya disebutkan belum

lunas dalam akta jual belinya, maka hal tersebut tidak memenuhi

unsur tunai tadi. Karena sifatnya tunai, artinya pembayaran justru harus

lunas atau dianggap lunas. Hal lainnya, walaupun namanya perjanjian jual

beli, akan tetapi AJB tanah yang dibuat PPAT bukanlah suatu perjanjian

konsensual ataupun perjanjian obligatoir, melainkan suatu perbuatan

hukum sebagai syarat penyerahan (levering) tanah, yang menurut

ketentuannya harus ditindaklanjuti dengan pendaftaran peralihan hak

miliknya (hak kepemilikan).25

3. Jual Beli Tanah Menurut Hukum Perdata

24

Cermati, “Pahami Arti PPJB, PJB, dan AJB Agar Anda Terhindar dari Penipuan”,

(online),

(https://www.cermati.com/artikel/pahami-arti-ppjb-pjb-dan-ajb-agar-anda-terhindar-dari-

penipuan/, diakses 20 Agustus 2018). 25

No Man's Land, “Sifat Tunai dalam Jual Beli Tanah: Lunas yang Salah-Kaprah (online),

(https://bh4kt1.wordpress.com/2017/03/05/konsep-tunai-dalam-jual-beli-tanah-lunas-yang-salah-

kaprah/, diakses 20 Agustus 2018).

Page 8: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

16

Jual-beli (menurut B.W.) adalah suatu perjanjian bertimbal balik

dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak

milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji

untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan

dari perolehan hak milik tersebut.26

Saat terjadinya jual beli adalah ketika terpenuhinya unsur-unsur

pokok (“essentialia”) perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Sesuai

dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian B.W.,

perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya

kesepakatan mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju

tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.27

C. Jenis-jenis transaksi tanah menurut hukum adat

1. Perbuatan hukum sepihak

Sebagai contoh perbuatan hukum sepihak adalah pendirian suatu desa

dan pembukaan tanah oleh seorang warga persekutuan.28

Suryono dalam

bukunya Meninjau Hukum Adat Indonesia (1981:84) memaparkan

bagaimana proses lahirnya suatu hak membuka tanah yang kemudian

berujung pada lahirnya hak sepihak. Jika suatu kelompok orang mendiami

suatu tempat dan membuat rumah -rumah diatas tanah itu, membuka tanah

pertanian, mengubur orang- orang mati ditempat itu dan lain sebagainya,

kemudian lambat laun tempat itu menjadi suatu desa (“dorspsstichting”),

terjadi suatu hubungan hukum dan hubungan “religio magis” antara desa

26

Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung: Citra Adityaa Bakti, 1995), halaman 1. 27

Ibid., halaman 2. 28

Wulansari, op.cit., halaman 89.

Page 9: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

17

dengan tanah itu.dengan cara demikian, “ditanam” dan “tumbuh” suatu

hak atas tanah, suatu hak ulayat persekutuan itu. Perbuatan hukum ini

adalah perbuatan hukum sepihak. Akan tetapi, seseorang dengan izin

kepala persekutuan membuka tanah, maka terjadi antara orang tersebut

dengan tanahnya suatu hubungan hukum dan hubungan “religio magis”,

sehingga terdapat suatu hak membuka tanah. Perbuatan hukum ini juga

disebut sebagai perbuatan hukum sepihak.29

2. Perbuatan hukum dua pihak

Transaksi tanah yang bersifat dua pihak contohnya adalah

pengoperan atau penyerahan sebidang tanah yang disertai oleh

pembayaran kontan dari pihak lain pada saat itu juga kepada pihak

penerima tanah dan pembayaran tanah. Perbuatan hukum ini dalam hukum

tanah disebut “transaksi jual” dalam bahasa jawa disebut “adol” atau

“sade”.30

Terjadinya pengalihan atau penyerahan, dengan (dari pihak lain)

pembayaran kontan melalui sebuah transaksi inilah yang merupakan

perbuatan hukum dua pihak. Dalam hukum tanah dikenal sebagai: jual

transaksi (“adol, sade”). Isi transaksi ini dapat berupa jual gadai, jual

lepas, dan jual tahunan.

a. Jual gadai (“groundverpading”)

Pengertian jual gadai berdasarkan hukum adat adalah penyerahan

tanah dengan pembayaran kontan. Akan tetapi yang menyerahkan

mempunyai hak mengambil kembali tanah itu dengan membayar uang

29

Pide, op.cit., ,halaman 145-146.

30

Wulansari, op.cit., halaman 89.

Page 10: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

18

yang sama jumlahnya: manggadai (Minangkabau), “menjual gadai”,

“adol sende” (Jawa), “ngajual akad” atau “gade” (Sunda).31

Dalam Pasal 16 ayat (1) huruf h UUPA disebutkan bahwa hak

gadai bersifat sementara. Macam-macam haknya disebutkan dalam

pasal 53 UUPA, yang meliputi Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha

Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Menumpang, dan Hak Sewa Tanah

Pertanian. Dalam transaksi jual gadai terdapat imbangan yang sangat

merugikan penjual gadai serta menguntungkan pihak pelepas uang.

Dengan demikian jelas sekali bahwa transaksi ini mudah menimbulkan

praktik-praktik pemerasan, yang bertentangan dengan asas-asas

Pancasila. Maka dalam UUPA gadai ditetapkan bersifat sementara

yang harus diusahakan agar suatu saat dihapuskan.32

Selanjutnya untuk

mengatur lebih lanjut mengenai masalah gadai ini, pemerintah

menetapkan pengaturannya didalam Pasal 7 PERPU No. 56 Tahun

1960, diantaranya:

(1) Barangsiapa menguasai tanah-pertanian dengan hak gadai

yang pada waktu mulai berlakunya Peraturan ini sudah

berlangsung 7 tahun atau lebih wajib mengembalikan tanah itu

kepada pemiliknya dalam waktu sebulan setelah tanaman yang

ada selesai dipanen, dengan tidak ada hak untuk menuntut

pembayaran uang tebusan.

(2) Mengenai hak gadai yang pada mulai berlakunya Peraturan

ini belum berlangsung 7 tahun, maka pemilik tanahnya berhak

untuk memintanya kembali setiap waktu setelah tanaman yang

ada selesai dipanen, dengan membayar uang-tebusan yang

besarnya dihitung menurut rumus:

(7 + ½) - waktu berlangsung hak gadai X uang gadai,

7

dengan ketentuan bahwa sewaktu-waktu hak-gadai itu telah

berlangsung 7 tahun maka pemegang-gadai wajib

mengembalikan tanah tersebut tanpa pembayaran

31

Pide, op.cit., halaman 146. 32

Wulansari, op.cit., halaman 92.

Page 11: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

19

uangtebusan, dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada

selesai dipanen.

(3) Ketentuan dalam ayat 2 pasal ini berlaku juga terhadap hak-

gadai yang diadakan sesudah mulai berlakunya Peraturan ini.

b. Jual lepas

Jual lepas merupakan proses pemindahan hak atas tanda yang bersifat

terang dan tunai dimana semua ikatan antara penjual dengan tanahnya

menjadi lepas sama sekali. Dalam jual lepas, biasanya pembeli

memberikan tanda jadi ("panjer”). “Panjer” yang ada adalah untuk

mengikat calon penjual tanah, namun konsekuensinya apabila jual beli

tidak jadi dilakukan oleh calon pembeli, panjer yang dibayarkan tidak

dapat dikembalikan lagi.

c. Jual tahunan (“groundverhuurmet vooruitbetaalden huurrschat”)

Penyerahan tanah dengan pembayaran kontan, dengan perjanjian

bahwa apabila kemudian tidak ada perbuatan hukum lain sesudah

jangka waktu tertentu, tanah itu kembali lagi kepada yang

menyerahkannya, kepada pemilik tanah. Dengan demikian menjual

tahunan sama halnya dengan sewa tanah yang uang sewanya telah

dibayarkan lebih dahulu.33

D. Unsur-Unsur Jual Beli Tanah Secara Adat

Menurut Maria S.W. Sumardjono untuk sahnya suatu jual beli atas

sebidang tanah dan atau bangunan harus memenuhi unsur-unsur sebagai

berikut:

33

Pide, op.cit., halaman146-147.

Page 12: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

20

a. Riil (Konkret) : dalam hal perbuatan jual beli maka hak atas tanah yang

menjadi objek perjanjian harus nyata-nyata sudah ada sehingga pada saat

itu juga sudah dapat diserahkan kepemilikannya kepada pembeli;

b. Tunai : dalam hal terjadi perbuatan jual beli maka penyerahan barang yang

dijual dan penyerahan uang pembelian harus dilakukan pada saat yang

sama, sehingga prestasi dan kontra prestasi antara penjual dan pembeli

dilakukan secara bersamaan; dengan demikian Akta Jual beli yang dibuat

oleh Notaris pembayaran harganya dilakukan secara penuh atau lunas.

c. Terang : pelaksanaan jual beli itu harus dilaksakan dihadapan pejabat yang

berwenang (PPAT)34

E. Hak Atas Tanah Adat

Istilah hak ulayat terdiri dari dua kata, yakni kata “hak” dan “ulayat”.

Secara etimologi kata ulayat identik dengan arti wilayah, kawasan , marga,

dan nagari. Kata “hak” mempunyai arti (yang) benar, milik (kepunyaan),

kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, kekuasaan yang benar atau

untuk menuntut sesuatu, derajat derajat atau martabat.35

Menurut Moh.

Koesnoe perkataan ulayat pada dasarnya berarti suatu lingkungan tanah yang

berada dalam kekuasaan yang sah suatu persekutuan. Setiap lingkungan ulayat

selalu meliputi 3 (tiga) bagian pokok, yaitu:

a. lingkungan sebagai pusat persekutuan;

34 Masri Gunardi , “Jual Beli Tanah Menurut Hukum Adat”, (online),

(http://masrigunardi.blogspot.co.id/2012/09/jual-beli-tanah-menurut-hukum-adat.html/diakses 21

April 2017), 2012. 35

Kamus Besar Bahasa indonesia

Page 13: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

21

b. lingkungan usaha para warga, berupa sawah, kebun, ladang, hutan;

c. lingkungan tanah persediaan, berupa hutan belukar diluar lingkungan

usaha tersebut.

Dengan demikian secara harfiah hak ulayat diartikan sebagai kewenangan

masyarakat hukum adat atas tanah dalam lingkungan/wilayah/daerah tertentu

untuk menguasai dalam arti mengambil dan memanfaatkan tanah untuk

kepentingan masyarakat hukum dan anggota-anggotanya.36

Istilah mengenai hak ulayat dapat ditemukan didalam Pasal 3 UUPA,

namun tidak dijelaskan pengertiannya secara jelas. Meskipun demikian Pasal

ini menjadi payung bagi masyarakat hukum adat dengan diakuinya hak ulayat

oleh Hukum Tanah Nasional. Sehingga Pasal 3 UUPA memberikan kepastian

bahwa hak ulayat atau hak yang serupa itu menurut kenyataannya masih

diakui eksistensi sehingga lebih lanjut hak ulayat itu harus diperhatikan dan

dihormati. Demikian juga dalan penjelasan umum II angka 3 UUPA

menegaskan tentang pengakuan hak ulayat dari kesatuan masyarakat hukum

dan akan didudukkan hak ulayat tersebut pada tempat yang sewajarnya.37

a. Subjek Hak Ulayat

Subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat baik yang tunggal atau

persekutuan daerah. Menurut R. Vanv Dijk, hukum tanah di Indonesia dalam

segala hal pernyataannya kuat terikat pada bangun corak dari persekutuan

teritorial, ialah dasar bagi kesatuan anggota-anggota persekutuan.38

Hak ulayat

yang dikenal dikalangan masyarakat hukum adat diberbagai daerah dengan

36

Samosir, op.cit., halaman 103. 37

Ibid., halaman 104-105 38

Ibid., halaman 117.

Page 14: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

22

nama yang berbeda-beda merupakan penguasaan yang tertinggi atas tanah

dalam hukum adat, yang meliputi semua tanah termasuk dalam lingkungan

wilayah suatu masyarakat hukum adat tertentu yang merupakan tanah

kepunyaan bersama para warganya. 39

b. Obyek Hak Ulayat

Obyek hak ulayat meliputi tanah yang ada di wilayah masyarakat hukum

adat, baik yang sudah dihaki maupun yang belum sehingga dalam lingkungan

wilayah hak ulayat tidak ada tanah yang “res nullius”, sehingga tidak ada

satupun perbuatan hukum, baik yang bersifat perdata maupun publik, dapat

terjadi tanpa adanya campur tangan masyarakat hukum adat, yang diwakili

oleh suatu sistem kepemimpinan dengan kewenangan-kewenangannya.40

c. Hubungan Hak Ulayat Dengan Hak Perorangan

Menurut Ter Haar hubungan antara kepentinag perseorangan dan

kepentingan persekutuan adalah timbal balik dan memiliki kekuatan yang

sama. Artinya hak perseorangan mempertahankan diri terhadap hak

persekutuan adalah sama kuatnya dengan hak persekutuan mempertahankan

diri terhadap hak perseorangan.

Tentang perubahan hak ulayat menjadi hak perorangan baru dapat terjadi

apabila ditempuh cara-cara sebagai berikut:41

39

Ibid., halaman 118. 40

Sudut hukum, “Sifat dan Ciri Hak Ulayat”, (online),

(http://www.suduthukum.com/2017/03/sifat-dan-ciri-hak-ulayat.html/, diakses 3 Juni 2017).

41

Samosir, opc.it., halaman 169.

Page 15: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

23

1. apabila seorang pemimpin lingkungan ulayat menyatakan dirinya sebagai

pendukung hak ulayat dan akibatnya pimpinan lingkungan ulayat yang

biasanya raja, menyatakan dirinya karena kekuasaannya sebagai pemilik

tanah dibawah kekuasaannya

2. apabila anggota ulayat mencari orang-orang luar untuk mengusahakan

tanah-tanah hutan yang kosong dengan mengadakan pembayaran terlebih

dahulu

3. apabila anggota ulayat ditarik biaya jika mereka ingin mengusahakn tanah

tersebut.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hak persekutuan dibatasi oleh

hak perorangan. Apabila hak persekutuan luntur, dapat melahirkan hak

perseorangan dan dapat juga karena pengusahaan tanah oleh anggota

masyarakat hukum secara terus menerus, atau karena penarikan biaya dari

anggota persekutuan yang mengusahakan tanah.

Didalam jual beli tanah, maka hak perorangan yang melekat adalah hak

milik. Hak milik atas tanah yang dalam bahasa Belanda disebut

“Inlandbezitsrecht”, disebut juga dengan istilah “hak milik terikat”, yaitu hak

yang dibatasi oleh hak komunal. Namun demikian hak milik tetap dibatasi

oleh hak-hak sebagai berikut:

a. hak ulayat masyarakat hukum

b. kepentingan-kepentingan lain yang memiliki tanah

c. peraturan-peraturan/hukum adat sepert kewajiban memberi izin ternak

orang lain selama tidak dipagari atau tidak dipergunakan.42

42

Ibid., halaman 170

Page 16: BAB II - USM...9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Hukum Adat di Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Definisi Hukum Adat Istilah hukum adat terdiri dari dua suku kata yaitu: hukum dan

24