bab ii uraian teoritis 2.1 sektor industri 2.1.1...

39
21 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 Pengertian Industri Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya. Universitas Sumatera Utara

Upload: truongliem

Post on 07-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

21

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Sektor Industri

2.1.1 Pengertian Industri

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi

manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai

kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas,

yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya

produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah

dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya,

makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,

makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat

kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri

pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan

pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,

atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan

dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman

industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang

harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

22

Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing (Siahaan,

1996), adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat

dibedakan menjadi :

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga

kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal

yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga,

dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga

itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,

industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan

ringan.

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar

5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang

relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau

masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri

batubata, dan industri pengolahan rotan.

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki

modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan

tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

23

tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri

keramik.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari

100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang

dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga

kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan

perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and

profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi

baja, dan industri pesawat terbang.

2. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan

kegiatan industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat

dibedakan menjadi :

a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu

industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented

industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah

pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak

angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

24

c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry),

yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan.

Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu

gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber

pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu

(dekat dengan kilang minyak).

d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan

di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi

berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan

berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan

lahan tebu.

e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose

industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-

syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena

bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat

ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri

otomotif, dan industri transportasi.

3. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi

Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :

a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah

menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

25

menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.

Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri

pemintalan, dan industri baja.

b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi

menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat

langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri

pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri

meubel.

4. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga

pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah

sebagai berikut :

a. Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan

modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi

maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

26

1) Industri kimia organik, misalnya : industri bahan peledak dan

industri bahan kimia tekstil.

2) Industri kimia anorganik, misalnya : industri semen, industri

asam sulfat, dan industri kaca.

3) Industri agrokimia, misalnya : industri pupuk kimia dan industri

pestisida.

4) Industri selulosa dan karet, misalnya : industri kertas, industri

pulp, dan industri ban.

b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah

logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan

perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai

berikut :

1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya :

mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.

2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah

batu, buldozer, excavator, dan motor grader.

3) Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor,

mesin gergaji, dan mesin pres.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

27

4) Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.

5) Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan

generator.

6) Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.

7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil,

motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.

8) Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.

9) Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja,

industri alumunium, dan industri tembaga.

10) Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi

kapal.

11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi,

peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.

c. Aneka Industri (AI)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan

bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun

yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :

1) Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

28

2) Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es,

dan mesin jahit, televisi, dan radio.

3) Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta,

plastik, obatobatan, dan pipa.

4) Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh,

kopi, garam dan makanan kemasan.

5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian,

kayu lapis, dan marmer.

d. Industri Kecil (IK)

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah

pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan

industri rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-

alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

e. Industri Pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai

ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni

dan budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata

pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi

alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan

alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

29

wisata kota (misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat

perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat

hiburan).

2.1.2 Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi

Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun

taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu

merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan

kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu

sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber

daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk

meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang

lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal”

semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara

“horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang

semakin bertambah.

Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting

sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah

dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat

pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.

Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian

untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

30

dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga

keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang

kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti

diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja

yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat

(daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut

menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.

UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization)

mengelompokkan negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :

• Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap

PDB kurang dari 10 persen.

• Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut

antara 10-20 persen.

• Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30

persen.

• Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada

waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut

pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam

Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang

merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu

daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

31

perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan

industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin

tersebut.

2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola

konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri

di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah

lainya.

3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif

aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang

tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah

yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang

relatif pasif.

2.1.3 Keterkaitan antar Industri

Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri

sebagai suatu prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai

pembangunan. Para penganjur industri menunjukkan bahwa industri merupakan

suatu sektor pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong

investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola perkembangan industri dimana

barang hasil produksi suatu industri dimanfaatkan oleh industri lainnya adalah

bentuk keterkaitan antar industri.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

32

Konsep pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan

yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri

lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut.

Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri tekstil

menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan

bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan,

misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam

industri pakaian jadi.

2.1.4 Industri dan Tujuan Pembangunan

Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan

peranan yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama,

industrialisasi bukanlah suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati

keterbelakangan. Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau

sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan.

Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2

pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan. Pertama,

produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk

meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan

kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI)

yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.

Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi

keterbelakangan, demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing

membutuhkan yang lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

33

serta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama

pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan

luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-input tersebut

bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga impor. Hubungan

tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku

untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet. Pertanian dan industri juga

saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya masing-masing. Jika

pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara merata. Dimana di butuhkan

land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat meluas, maka industri akan

menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang konsumsinya. Sejalan dengan

itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong oleh perluasan industri,

akan mendorong pertumbuhan output pertanian dan produktivitas melalui

kenaikan permintaan akan pangan. Namun demikian, kunci dari permintaan akan

pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang meningkat dan perbaikan

distribusi pendapatan di perkotaan.

2.1.5 Industri Subsitusi Impor (ISI)

Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak

zaman pemerintahan Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini

diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru dalam negeri yang semula

diimpor. Setelah subsitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil

produknya diekspor. Jadi subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam

mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan

sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

34

Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara

dengan negara lain. Namun demikian, berikut ini dijelaskan beberapa alasan

penting :

• ISI dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.

Seperti diketahui, hampir semua negara berkembang seringkali mengalami

kekurangan devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit harus digunakan

secara efektif dan efesien.

• Dengan adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya

dengan cara pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang

impor tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor,

sementara itu permintaan di dalam negeri masih tetap besar, sehingga pada

akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan

produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan

kata lain, ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di

dalam negeri.

• ISI bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri

akan berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan

yang timbul di negara berkembang, yang kemudian diikuti pula oleh

keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.

• Alasan lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi di dalam negeri. Walaupun suatu negara tidak mengalami

kesulitan devisa, tetapi untuk memajukan perekonomian dan mendorong

timbulnya industri-industri utama di dalam negeri, Negara tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

35

melakukan proteksi dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada para

pengusaha. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pengusaha

bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.

Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang

dihadapi oleh negara berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas

barang yang dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai

barang subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar

negeri. Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor. Dengan demikian, ISI

bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan

ekspor. Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan

biaya yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan

membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat

banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang sedikit, maka dalam tahap awal

indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri.

2.1.6 Industri Promosi Ekspor (IPE)

Menurut Krueger (1997), ada 4 faktor yang menerangkan mengapa strategi

industalisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih

pesat daripada strategi ISI, keempat faktor tersebut adalah :

1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri

Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC

dan Filipina, telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang

pertumbuhannya lamban dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada

umumnya dan sektor industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

36

produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan,

sehingga tingkat upah juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan

dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.

2. Skala ekonomis

Bagi industri dimana faktor skala ekonomi adalah penting, maka

strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang lebih kuat

kepada perusahaan-perusahaan yang baru daripada strategi ISI, karena

perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi, produksi,

dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor.

Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik

dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun

pabrik-pabrik tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk

memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.

3. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan

Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah

bahwa persaingan di pasar ekspor mengharuskan para pengusaha untuk

menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ke

tingkat yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi mereka dapat

bersaing dalam harga di pasar ekspor.

4. Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi

Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi

yang pesat pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nasional perlu

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

37

dikurangi, jika diperkirakan bahwa pada tahun mendatang akan dihadapi

masalah kekurangan devisa.

2.1.7 Pola Pengembangan Industri

Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup

dalam Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen

Perindustrian (dalam Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :

1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan

pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.

2. Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang

modal.

3. Pengembangan industri kecil.

4. Pembangunan ekspor komoditi industri.

5. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun

khususnya perangkat lunak dan perekayasaan.

6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri

berupa manajemen, keahlian, kejujuran serta keterampilan.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu

daerah dalam satu periode tertentu adalah PDRB. PDRB pada dasarnya

merupakan jumlah nilai tambah oleh seluruh unit ekonomi. Nilai akhir dari PDRB

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

38

akan sama dengan total nilai nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran

pemerintah, serta ekspor bersih.

Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi

dibagi menjadi tiga subkelompok : barang tidak tahan lama, barang tahan lama,

dan jasa. Barang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang yang

habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Barang tahan

lama (durable goods) adalah barang-barang yang memiliki usia panjang, seperti

mobil dan televisi. Jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk

konsumen oleh individu atau perusahaan, seperti pangkas rambut dan berobat ke

rumah sakit.

Investasi terdiri dari barang–barang yang dibeli untuk penggunaan masa

depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga subkelompok : investasi tetap bisnis,

investasi tetap residensi, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah

pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi tetap residensi

adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Sedangkan

investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.

Pengeluaran pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Pembayaran transfer kepada

individu, seperti jaminan sosial dan kesejahteraan tidak termasuk pengeluaran

pemerintah karena merealokasi pendapatan yang ada dan tidak membuat

perubahan dalam barang dan jasa.

Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain

dikurang nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor bersih

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

39

menunjukkan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa kita, yang

memberikan pendapatan bagi produsen domestik.

Umumnya PDRB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas

harga berlaku (nominal) dan PDRB atas harga konstan (riil). PDRB atas harga

berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada PDRB atas harga

berlaku sudah termasuk unsur inflasi. Sedangkan PDRB atas harga konstan

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

pada tahun tertentu, misalnya 1983, 1993, atau 2000. PDRB atas harga konstan

meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat, sedangkan PDRB atas

harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun.

Setelah PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan diketahui,

maka dapat dihitung deflator PDRB. Deflator PDRB didefinisikan sebagai rasio

PDRB atas harga berlaku terhadap PDRB atas harga konstan.

Deflator PDRB =

Deflator PDRB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga

dalam perekonomian.

2.2.2 Metode Penghitungan PDRB

a. Metode Langsung

1) Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto atau nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi di suatu wilayah dan

periode tertentu, biasanya satu tahun. Nilai tambah bruto adalah nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

40

produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya

antara yang digunakan dalam proses produksi.

Y = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn

Dimana :

Y = PDRB

P1, P2, …, Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing

sektor ekonomi

Q1, Q2, …, Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor

ekonomi

Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari

adanya perhitungan ganda.

2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah

dan periode tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka nilai tambah bruto adalah jumlah dari upah dan gaji,

sewa tanah, bunga modal, dan laba yang kesemuanya belum dipotong

pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB

ini termasuk pola komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Y = Yw + Yr + Yi + Yp

Dimana :

Y = Pendapatan regional atau PDRB

Yw = Pendapatan upah / gaji

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

41

Yr = Pendapatan sewa

Yi = Pendapatan bunga

Yp = Pendapatan laba

3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,

pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik

bruto, perubahan inventori, dan ekspor bersih di dalam suatu wilayah

dan periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini,

penghitungan nilai tambah bruto bertitik tolak pada penggunaan akhir

dari barang dan jasa yang diproduksi.

Y = C + I + G + (X – M)

Dimana :

Y = PDRB

C = Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi

I = Pengeluaran perusahaan untuk investasi

G = Pengeluaran pemerintah

(X-M) = Ekspor bersih

Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk

menghindari adanya perhitungan ganda.

b. Metode Tidak Langsung (Alokasi)

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan

mengalokasi nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

42

kegiatan pada tingkat regional. Metode ini menggunakan indikator yang

paling besar pengaruhnya terhadap produktivitas kegiatan ekonomi

tersebut.

2.2.3 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

Data statistik pendapatan regional memberikan informasi yang

berguna mengenai berbagai aspek dari kegiatan ekonomi (Sukirno, 2004:55)

yaitu :

a. Menilai prestasi kegiatan ekonomi

Semakin tinggi pendapatan regional, semakin besar jumlah

output yang diciptakan dalam suatu wilayah dan semakin tinggi

kapasitas barang-barang modal yang digunakan oleh perusahaan-

perusahaan. Kenaikan pendapatan regional juga berkaitan erat dengan

kenaikan kesempatan kerja. Apabila tingkat pengangguran masih

tinggi, keadaan itu menggambarkan bahwa pendapatan regional yang

dicapai masih di bawah potensi maksimal.

b. Menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai

Dengan membandingkan statistik pendapatan riil pada suatu

tahun tertentu dengan pendapatan riil pada tahun-tahun sebelumnya

akan dapat ditentukan tingkat pertumbuhan ekonomi.

c. Memberi informasi mengenai struktur kegiatan ekonomi

Data pendapatan regional yang dihitung dengan cara

pengeluaran menunjukkan nilai dan komposisi pengeluaran agregat,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

43

seperti konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi,

ekspor, dan impor.

Data pendapatan yang dihitung dengan cara produk neto

memberikan gambaran tentang peranan berbagai sektor dalam

perekonomian, yaitu menunjukkan nilai output yang mereka ciptakan

dan persentase sumbangan berbagai sektor terhadap pendapatan

regional.

d. Memberi gambaran mengenai taraf kemakmuran

Tingkat kemakmuran penduduk suatu regional dapat diketahui

melalui pendapatan per kapita yang diperoleh penduduk tersebut.

e. Sebagai dasar untuk membuat ramalan dan perencanaan

Data pendapatan regional pada masa kini dan masa lalu dapat

memberi informasi penting mengenai cirri-ciri dari kegiatan ekonomi,

seperti dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang telah

dicapai dan sektor-sektor yang mewujudkan pertumbuhan tersebut,

perkembangan ekspor dan investasi, dan berbagai informasi penting

lainnya. Berdasarkan data tersebut, pemerintah dapat merumuskan

kebijakan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan di masa

mendatang, seperti meramalkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang

akan dicapai, perkembangan investasi dan ekspor, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

44

2.3 Tenaga Kerja

2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja

Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization),

penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15

tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya,

tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

(penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah

tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja). Angkatan kerja dibedakan lagi ke

dalam dua kelompok, yaitu penduduk yang bekerja (sering disebut pekerja) dan

penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Dengan demikian, angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang

sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja

dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang

sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan

tenaga kerja.

Secara umum, tenaga kerja (manpower) didefenisikan sebagai penduduk

yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam

suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

45

Menurut UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa : “Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki

atau perempuan yang sedang mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar

hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat”.

2.3.2 Teori Tentang Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah

ketidakseimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan

penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah

(Kusumosuwidho dalam Subri, 2003:54). Keseimbangan tersebut dapat berupa

lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (excess

supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja

(excess demand for labor).

W

S

We - - - - - - - - - - - - - - E

D

0 Ne N

Gambar 2.1 : Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

46

excess supply SL

W1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

DL

0 N1 N2 N

W

SL

W1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

excess demand DL

0 N1 N2 N

Gambar 2.2 : Kurva Ketidakseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Keterangan gambar :

SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor)

DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor)

W = Upah (wage)

L = Jumlah tenaga kerja (labor)

Penjelasan gambar :

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

47

1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama

dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Le

pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian, titik

keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We, semua

orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada orang yang

menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada

tingkat upah We.

2. Pada gambar kedua, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat

upah W1, penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan

tenaga kerja (DL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja

adalah sebanyak N2, sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian,

ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1N2.

3. Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat

upah W1, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada

penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya

untuk bekerja pada tingkat upah W1 adalah sebanyak N1, sedangkan yang

diminta adalah sebanyak N2.

Terdapat beberapa tokoh yang membahas mengenai tenaga kerja, diantaranya :

a. Adam Smith (1729-1790)

Smith menganggap bahwa manusia merupakan faktor produksi

utama yang menentukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya, alam

(tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada SDM yang mengolahnya,

sehingga bermanfaat bagi kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

48

Smith juga melihat bahwa alokasi SDM yang efektif adalah awal

pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru

mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tetap tumbuh. Dengan

kata lain, alokasi SDM yang efektif merupakan syarat perlu (necessary

condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

b. Lewis (1959)

Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan

suatu masalah, melainkan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada

suatu sektor akan memberi andil terhadap pertumbuhan produksi dan

penyediaan kerja di sektor lain. Ada dua struktur di dalam

perekonomian, yaitu subsisten terbelakang dan kapitalis modern. Pada

subsisten terbelakang, tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi

juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

Pekerja pada subsisten terbelakang mayoritas berada di wilayah

pedesaan. Pada subsisten terbelakang memiliki kelebihan penawaran

pekerja dan tingkat upah yang relatif lebih rendah daripada kapitalis

modern. Lebih rendahnya upah pekerja di pedesaaan akan mendorong

pengusaha di wilayah perkotaan untuk merekrut pekerja dari pedesaan

dalam pengembangan industri modern perkotaan. Selama

berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja

pada subsisten terbelakang akan diserap.

Dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern,

maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

49

Selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi ketimpangan

tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran

pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi.

Sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk

mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja

dari subsisten terbelakang ke kapitalis modern berjalan lancar dan

perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi “terlalu banyak”.

c. Fei-Ranis (1961)

Teori Fei-Ranis berkaitan dengan negara berkembang yang

mempunyai cirri-ciri kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum

dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian,

banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei-Ranis, ada tiga tahap pembagunan ekonomi dalam

kondisi kelebihan buruh yakni :

1) Para penganggur semu (yang tidak menambah produksi pertanian)

Dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama.

2) Tahap ini dimana pekerja pertanian menambah produksi, tetapi

memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka

peroleh, dialihkan pula ke sektor industri.

3) Tahap ini ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat

buruh pertanian menghasilkan produksi lebih besar daripada

perolehan upah institusional. Dalam hal ini, kelebihan pekerja

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

50

terserap ke sektor jasa dan industri yang terus-menerus sejalan

dengan pertambahan produksi dan perluasan usahanya.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja

a. Tingkat upah

Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi

perusahaan. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya

produksi, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk

yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk yang dijual ke konsumen

naik, reaksi yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau

bahkan tidak lagi membeli produk tersebut. Kondisi ini memaksa

produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang

selanjutnya juga dapat mengurangi akibat perubahan skala produksi

disebut efek skala produksi (scale effect).

Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal

yang lain tetap, maka pengusaha mempunyai kecenderungan untuk

menggantikan tenaga kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja

akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek subsitusi

(substitution effect).

b. Teknologi

Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi

berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja

belum tentu mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat

terjadi kecanggihan teknologi yang menyebabkan hasil produksi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

51

lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam

kuantitas yang sama atau relatif sama. Yang lebih berpengaruh dalam

menetukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk

menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada

kemampuan manusia. Misalnya, mesin huller (penggilingan padi) akan

mempengaruhi permintaan tenaga kerja untuk menumbuk padi.

c. Produktivitas tenaga kerja

Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh

berapa tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk

menyelesaikan suatu proyek tertentu dibutuhkan 30 karyawan dengan

produktivitas standar yang bekerja selama 6 bulan. Namun dengan

karyawan yang produktivitasnya melebihi standar, proyek tersebut dapat

diselesaikan oleh 20 karyawan dengan waktu 6 bulan.

Arsyad Anwar (dalam Kasnawi, 1999) mengemukakan bahwa

produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh enam hal, yaitu

perkembangan barang modal per pekerja, perbaikan tingkat keterampilan,

pendidikan, dan kesehatan pekerja, meningkatkan skala usaha,

perpindahan pekerja antar jenis kegiatan, perubahan komposisi output

dari tiap sektor atau subsektor, serta perubahan teknik produksi. Di lain

pihak, Basri (dalam Kasnawi, 1999) mengemukakan bahwa tinggi

rendahnya produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan

kapasitas dari berbagai sektor. Produktivitas tenaga kerja rendah karena

pemanfaatan kapasitas produksi rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

52

d. Kualitas tenaga kerja

Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan

pembahasan mengenai produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang

berkualitas akan menyebabkan produktivitas meningkat. Kualitas tenaga

kerja ini tercermin dari tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman,

dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja.

2.4 Kredit

2.4.1 Pengertian Kredit

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang

atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya

kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 Tahun 1998

menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dengan pihak lain mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika

seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Pengaruh kredit usaha terhadap PDRB menurut Beck (2009) adalah postif

dan signifikan. Penelitian yang dilakukannya dengan metode cross-section

(beberapa negara dalam rentang waktu 1994-2005) menunjukkan bahwa semakin

tinggi jumlah kredit usaha yang disalurkan perbankan terhadap sektor industri

maka akan semakin meningkatkan PDRB.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

53

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja

mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil resiko

(misalkan, uangnya tidak kembali), dalam memberikan kredit bank harus

mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to

pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali

pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian),

Capacity (kapasitas), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of

Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C.

a. Character

Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat

berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat

meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela

(DOT) atau tidak. Untuk itu kredit juga dapat meneliti biodatanya dan

informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya

dapat diperoleh dari supplier dan costumer dari debitur. Selain itu dapat

pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh

dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya

dapat diakses oleh pegawai bank bidang perkreditan dengan menggunakan

password dan komputer yang terhubung secara online dengan bank

sentral.

b. Capacity

Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur

untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

54

meneliti kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan,

pemasaran, dan lain-lain.

c. Capital

Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau

melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya,

kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang

ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan

usahanya.

d. Collateral

Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak

dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi

dari jumlah pinjaman.

e. Condition of Economy

Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga

harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan

terjadi di masa mendatang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan

antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan,

perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain-lain.

2.4.2 Klasifikasi Kredit

Kredit yang disalurkan sistem perbankan dapat dikelompokkan atau

diklasifikasikan berdasarkan beberapa criteria, yaitu :

a. Berdasarkan jangka waktu pelunasannya (Maturity)

1) Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan)

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

55

Kredit jangka pendek adalah kredit yang harus dilunasi dalam

waktu setahun atau kurang. Biasanya kredit ini digunakan untuk

kelancaran usaha, khususnya penyediaan dana untuk modal kerja.

2) Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan)

Kredit ini harus dilunasi dalam jangka waktu satu sampai dengan

tiga tahun. Kredit ini umumnya digunakan untuk pembiayaan modal

kerja perusahaan-perusahaan besar atau kredit investasi perusahaan-

perusahaan kecil.

3) Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan)

Kredit ini harus dilunasi dalam jangka waktu tiga sampai lima

tahun, bahkan lebih. Umumnya kredit jangka panjang digunakan untuk

membiayai investasi. Semakin besar investasinya, makin panjang

jangka waktu pembayarannya. Dalam kasus-kasus khusus, yakni untuk

investasi yang mencapai ratusan milyar rupiah bahkan triliunan rupiah,

jangka waktu kredit bisa mencapai puluhan tahun. Misalnya kredit

untuk pembangunan hotel berbintang lima atau pabrik kimia raksasa.

b. Berdasarkan ada tidaknya jaminan (Collateral)

1) Kredit Dengan Jaminan (Secured Loan)

Kredit dengan jaminan adalah kredit yang disertai dengan jaminan

atau agunan. Bentuk-bentuk jaminan dapat berupa harta berwujud

seperti tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, dan beberapa harta

wujud lainnya yang berharga dan dapat diterima oleh perbankan.

Jaminan yang diserahkan debitur dapat juga berbentuk surat-surat

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

56

berharga (aset finansial), seperti surat saham, obligasi, dan deposito

yang dibekukan. Barang atau aset yang dijaminkan harus lebih besar

dari nilai kredit yang diberikan.

2) Kredit Tanpa Jaminan (Unsecured Loan)

Kredit tanpa jaminan dapat diberikan kepada seseorang atau

perusahaan tertentu dengan beberapa alasan. Pertama, orang tersebut

sudah sangat dikenal, teruji, dan dipercaya oleh pihak bank. Kedua,

prospek debitur sangat baik dan biasanya juga terkait dengan penilaian

bank tentang reputasi orang atau perusahaan tersebut. Kredit tanpa

jaminan juga dapat diberikan kepada perusahaan-perusahaan kecil dan

atau pengusaha lemah. Namun pemberiannya harus sangat selektif,

karena pemberian kredit tanpa jaminan sangat beresiko.

c. Berdasarkan Segmen Usaha

1) Kredit Pertanian

Kredit pertanian adalah kredit yang disalurkan kepada usaha sektor

pertanian seperti peternakan, perkebunan, dan perikanan. Kredit-kredit

tersebut dapat disalurkan kepada petani-petani kecil di pedesaaan,

seperti yang dilakukan oleh BRI Unit Desa atau dapat juga kepada

perkebunan besar seperti kelapa sawit dan karet.

2) Kredit Industri

Kredit yang disalurkan kepada sektor industri ada yang untuk

industri kecil dan rumah tangga, tetapi ada juga untuk industri besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

57

Di Indonesia, penyaluran kredit untuk sektor industri umumnya lebih

besar dibandingkan dengan sektor pertanian.

3) Kredit Jasa

Kredit jasa adalah kredit yang disalurkan untuk sektor jasa, baik

untuk Usaha Mikro Kecil (UMK) umumnya maupun usaha besar.

Kredit yang disalurkan kepada UMK umumnya untuk kegiatan

perdagangan kecil (toko-toko) dan rumah makan. Sedangkan yang

termasuk dalam kelompok usaha besar adalah perdagangan besar,

restoran, mewah, dan hotel-hotel berbintang.

d. Berdasarkan Tujuan

1) Kredit Komersial (Commercial Loan)

Kredit komersial diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah

yang bidang usahanya adalah perdagangan seperti kredit untuk usaha

pertokoan dan kredit ekspor.

2) Kredit Konsumsi (Consumption Loan)

Kredit konsumsi diberikan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi

debitur yang ingin membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan

konsumsi. Contohnya adalah kredit rumah atau kredit mobil.

e. Berdasarkan Penggunaan

1) Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja diberikan untuk tujuan komersial, yaitu

membuat perusahaan mampu menjalankan usahanya sekalipun arus

kas masuk untuk sementara masih lebih kecil dari arus kas keluar.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

58

Besarnya kredit modal kerja dapat diketahui dengan menghitung

selisih terbesar antara kewajiban lancar dengan aktiva lancar. Besar

maksimum selisih antara kewajiban lancar dengan aktiva lancar

menunjukkan jumlah dana yang harus didukung oleh perbankan.

Semakin besar dan modern jenis usahanya biasanya kebutuhan modal

kerjanya semakin besar.

2) Kredit Investasi

Kredit investasi diberikan kepada debitur agar dapat membeli

barang-barang modal maupun jasa yang diperlukan dalam rangka

rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi, dan pendirian usaha baru.

Dilihat dari jangka waktu pengembaliannya, kredit investasi termasuk

kredit jangka menengah dan panjang.

2.4.3 Manfaat Kredit

Menurut Tjoekam (1999:32), kredit memiliki beberapa manfaat, yaitu :

a. Bagi debitur

1) Kredit dapat membuat kegiatan usaha semakin lancar dan baik

daripada sebelumnya.

2) Kredit dapat meningkat minat berusaha dan keuntungan sebagai

jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.

3) Kredit dapat memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam

perusahaan.

b. Bagi kreditur

1) Kredit merupakan sumber utama pendapatan bank.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa

59

2) Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk

lainnya.

3) Kredit dapat dijadikan sebagai instrumen penjaga likuiditas,

solvabilitas, dan profitabilitas bank.

4) Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan.

c. Bagi masyarakat

1) Kredit dapat menimbulkan backward dan forward linkage dalam

perekonomian.

2) Kredit dapat mengurangi pengangguran karena membuka peluang

berusaha, bekerja, dan pemerataan pendapatan.

3) Kredit meningkatkan fungsi pasar karena ada peningkatan daya beli.

Universitas Sumatera Utara