bab ii tunjauan pustaka a. anak 1. anak sebagai...

35
18 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai Pelaku tindak Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Pasal 1 butir 1 merumuskan bahwa: Anak adalah orang yang dalam perkara Anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Dari rumusan yang telah ada tersebut, Wagiati Soetodjo menyatakan bahwa pembentuk undang-undang telah mempunyai ketegasan tentang usia berapa seseorang diartikan sebagai anak di bawah umur, sehingga berhak mendapat keringanan hukuman demi menerapkan perlakuan khusus bagi kepentingan psokologi anak. 1 Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjarig / person under age), orang yang dibawah umur/keadaan dibawah umur (minderjarig heid / inferiority) atau biasa disebut juga sebagai anak yang berada dibawah pengawasan wali (minderjarige under voordij). Kemudian jika dilihat 1 Wagiati Soetodjo, Oo.Cit. hal. 5

Upload: vodang

Post on 30-Jul-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

18

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. Anak

1. Anak sebagai Pelaku tindak Pidana

Dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak, Pasal 1 butir 1 merumuskan bahwa:

Anak adalah orang yang dalam perkara Anak nakal telah mencapai

umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan

belas) tahun dan belum pernah kawin.

Dari rumusan yang telah ada tersebut, Wagiati Soetodjo

menyatakan bahwa pembentuk undang-undang telah mempunyai

ketegasan tentang usia berapa seseorang diartikan sebagai anak di

bawah umur, sehingga berhak mendapat keringanan hukuman demi

menerapkan perlakuan khusus bagi kepentingan psokologi anak.1

Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai

orang yang belum dewasa (minderjarig / person under age), orang

yang dibawah umur/keadaan dibawah umur (minderjarig heid /

inferiority) atau biasa disebut juga sebagai anak yang berada dibawah

pengawasan wali (minderjarige under voordij). Kemudian jika dilihat

1 Wagiati Soetodjo, Oo.Cit. hal. 5

Page 2: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

19

dari peraturan perundang-undangan yang ada maka terlihat perbedaan

misalnya:2

1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan

belum pernah kawin.3

2) Pasal 1 Convention On The Rights of The Child, anak diartikan

sebagai setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali berdasarkan

hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh

sebelumnya. Yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang

belum dewasa dan yang menjadi dewasa karena peraturan

tertentu mental, fisik masih belum dewasa)

3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

manusia menjabarkan pengertian tentang anak ialah setiap

manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan

belum menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan

apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat (1) tentang

Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang berusia

18(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih di dalam

kandungan.

5) Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak, pengertian anak adalah orang yang dalam

2 Thesis Novie Amalia Nugraheni “System Pemidaan Eduatif Terhadap Anak sebagai Pelaku

tindak pidana”, FH UNDIP hal 27. 3 Abdussalam, Hukum perlindungan anak, Restu Agung, Jakarta. 2007. hal.5.

Page 3: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

20

perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi

belum pernah kawin.

6) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Pasal 330 ayat (1)

memuat batas antara belum dewasa (minderjarigheid) dengan

telah dewasa (meerderjarigheid) yaitu 21 tahun, kecuali anak

tersebut telah kawin sebelum berumur 21 tahun dan Pendewasaan

(venia aetetis, Pasal 419 KUHPer) Pasal ini senada dengan Pasal

1 Angka 2 UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak.

7) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).KUHP tidak

merumuskan secara eksplisit tentang pengertian anak, tetapi

dapat dijumpai antara lain pada Pasal 45 "Dalam hal penuntutan

pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan

suatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun........"

8) Jika dilihat dari dalam lapangan Hukum Tata Negara, hak

memilih dalam Pemilu misalnya seseorang dianggap telah

mampu bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang

dilakukannya kalau ia sudah mencapai usia 17 (tujuh belas)

tahun.

Jika melihat perbedaan umur dari peraturan perundang-

undangan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan umur

tersebut adalah relatif tergantung pada kepentingan masing-masing,

kemudian jika dilihat dari tingkatan usia diberbagai negara di

Page 4: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

21

duniapun memiliki perbedaan tentang seseorang dikatagorikan sebagai

anak dalam kaitan pertanggungjawaban pidana, antara lain:4

1) Di Australia, 27 negara bagian menentukan batas umur antara 8 –

18 tahun, sementara 6 negara bagian lain menentukan batas umur

antara 8 – 17 tahun, sementara ada pula negara bagian yang lain

menentukan batas umur antara 8 – 16 tahun;

2) Di Inggris, ditentukan batas umur antara 12 – 16 tahun;

3) Di Australia, kebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8 – 16 tahun;

4) Di Belanda, menentukan batas umur antara 12 – 18 tahun;

5) Di Iran, menentukan batas umur antara 6 – 18 tahun;

6) Di Jepang dan Korea, menentukan batas umur antara 14 – 20

tahun;

7) Di Negara-negara ASEAN lain, antara lain : Filipina (antara 7 –

16 tahun); Malaysia (antara 7 – 18 tahun); Singapura (antara 7 –

18 tahun).5

Menyangkut pengertian tentang anak nakal yaitu anak- anak

yang dapat diajukan ke sidang anak merumuskan :6

1) Anak yang melakukan tindak pidana;

2) Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi

anak, baik menurut peraturan perungang-undangan maupun

menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan.

Menyangkut anak yang melakukan kenakalan (anak nakal7), Pada

hakekatnya, batasan anak dalam kaitan hukum pidana – yang berarti

melingkupi pengertian anak nakal – menurut Maulana Hasan Wadong8

meliputi dimensi pengertian sebagai berikut :

ketidakmampuan untuk pertanggungjawaban tindak pidana;

4 Penelitian Mandiri Nashriana, Op. Cit., hal 14.

5 Sri Widoyati Wiratmo Soekito, Anak dan wanita dalam hukum, LP3ES, Jakarta. 1989. hal.10-

11 6 Lihat Undang-Undang RI No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Pasal 1 ayat (2).

7 Istilah yang digunakan dalam Undang-Undang Nomor. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

8 Maulana Hasan Wadong, Pengantar advokasi dan hukum perlindungan anak, PT. Grasindo,

Jakarta. 2000. hal. 22

Page 5: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

22

pengembalian hak-hak anak dengan jalan mensubstitusikan hak-hak

anak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tata negara,

dengan maksud untuk mensejahterakan anak;

rehabilitasi, yaitu anak berhak untuk mendapatkan perbaikan mental

spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang dilakukan anak itu

sendiri;

hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan;

hak-hak anak dalam proses hukum acara pidana.

Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus

berhadapan dengan hukum, yaitu :9

1) Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila

dilakukannoleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan,

seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah ;

2) Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila

dilakukan oleh orang dewasadianggap kejahatan atau

pelanggaran hukum.

Kenakalan anak diambil dari istilah asing Juvenile Deliquency.10

Tetapi kenakalan anak ini bukan kenakalan yang dimaksut dalam Pasal

489 KUHP ayat (1)

“Kenakalan terhadap orang atau barang, yang dapat

menimbulkan bahaya, kerugian atau kesusahan, diancam

dengan denda paling banyak lima belas rupiah”

Juvenile artinya young,anak-anak, anak muda, cirri

karakteristik pada masa muda sifat-sifat khas pada periode remaja,

sedangkan Deliquency artinnya doing wrong terabaikan/mengabaikan,

yang kemudian diperluas artinnya menjadi jahat,a-sosial, criminal,

9 Ibid.,

10 Ibid.,

Page 6: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

23

pelanggaran aturan, pembuat rebut, pengacau, penteror, tidak dapat

diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.11

Para Ilmuwan mendevinisikan Juvenile delinquency sebagai berikut:

1) Paul Moedikno merumuskan Juvenile delinquency yaitu sebagai

berikut:12

“Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa

merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan

deliquency. Jadi semua perbuatan yang dilarang hukum pidana

seperti mencuri, membunuh dan sebagainnya”

2) menurut Romli Atmasasmita adalah : setiap perbuatan atau

tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum

kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma

hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan

pribadi si anak yang bersangkutan13

2. Tugas Dan Kewajiban Hakim

Menurut KUHAP dalam Pasal 1 ayat (8) Hakim adalah pejabat

peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk

mengadili. Sebagai penegak hukum, hakim mempunyai tugas pokok

di bidang judisial, yaitu menerima, memeriksa, memutuskan dan

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam

mengemban tugas penegakan hukum dan keadilan, hakim mempunyai

kewajiban-kewajiban berat yang harus ditunaikan demi tercapainya

11

Ibid., 12

Ibid., 13

Romli Atmasasmita, Problem kenakalan anak-anak remaja, Armico, Jakarta. 2983. hal.40.

Page 7: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

24

tujuan yang ditentukan yaitu suatu masyarakat yang adil dan

makmur.14

Tugas Hakim secara Normatif diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasan Kehakiman

yaitu:

1) Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan

orang (Pasal 4 ayat (1))

2) membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala

hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan

yang sederhana, cepat, dan biaya ringan (Pasal 4 ayat (2))

3) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-

nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat (Pasal 5 ayat (1))

4) Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili,

dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih

bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib

untuk memeriksa dan mengadilinya (Pasal 10 ayat (1))

5) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim

wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari

terdakwa (Pasal 8 ayat (2)

14

Rusli Muhammad, Op.Cit. hal. 49.

Page 8: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

25

Di samping tugas hakim secara normatif, hakim juga

mempunyai tugas secara konkrit dalam memeriksa dan mengadili

suatu perkara melalui tindakan secara bertahap yaitu:15

1) Mengkonstatir yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa

konkrit. Hakim harus mengkonstatir peristiwa konkrit yang

disengketakan. Untuk dapat mengkonstatir peristiwa konkrit,

peristiwa konkrit itu harus dibuktikan lebih dahulu. Tanpa

pembuktian hakim tidak boleh mengkonstatir atau menyatakan

suatu peristiwa konkrit itu benar-benar terjadi. Mengkonstatir

berarti menyatakan benar terjadinya suatu peristiwa konkrit.

2) Mengkualifisir yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa

hukumnya. Hakim menilai peristiwa yang telah dianggap benar-

benar terjadi itu termasuk dalam hubungan hukum yang mana.

Mengkualifisir adalah kegiatan untuk mencari dan menemukan

hukumnya atau undang-undangnya untuk dapat diterapkan pada

peristiwa konkrit, peristiwa konkrit itu harus diarahkan kepada

undangundangnya, sebaliknya undang-undangnya harus

disesuaikan dengan peristiwanya yang konkrit.

3) Mengkonstituir atau memberikan konstitusinya, yaitu hakim

menetapkan hukumnya dan memberi keadilan kepada para pihak

yang bersangkutan. Di sini hakim mengambil kesimpulan dari

adanya premis mayor (peraturan hukumnya) dan premis minor

(peristiwanya). Dalam memberikan putusan, hakim perlu

memperhatikan faktor yang seharusnya diterapkan secara

proporsional yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.

Hakim mempunyai peranan menentukan sehingga

kedudukannya dijamin undang-undang. Dengan demikian, diharapkan

tidak adanya direktiva/campur tangan dari pihak manapun terhadap

para hakim ketika sedang menangani perkara.16

15

Thesis Agustina Wati Nainggolan ” Analisis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana

penyalagunaan narkoba (Studi terhadap putusan pengadilan negeri medan). Pascasarjana

universitas Sumatra Utara Medan 2009 hal

16

Lilik Mulyadi, Hukum acara pidana normative,teoritis, praktik dan permasalahannya, Alumni,

Bandung. 2007. hal 75.

Page 9: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

26

Hakim akan tetap bekerja dan berusaha untuk mewujudkan

keadilan meskipun kasus yang dihadapi tidak ada hukumnya. Bila

menemukan kasus yang tidak ada hukumnya, hakim berusaha mencari

dengan menggali dan menemukan hukumnya dengan bersandarkan

pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Hal ini harus dilakukan

sebab sudah merupakan suatu kewajiban menurut undang-undang

tentang Kekuasaan Kehakiman Nomor 48 Tahun 2009. Adapun

kewajiban Hakim adalah:

1) Wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (Pasal

Pasal 5 ayat (3))

2) Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan

apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai

derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah

bercerai, dengan ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa,

advokat, atau panitera (Pasal 17 ayat (3)

3) Seorang hakim atau panitera wajib mengundurkan diri dari

persidangan apabila ia mempunyai kepentingan langsung atau

tidak langsung dengan perkara yang sedang diperiksa, baik atas

kehendaknya sendiri maupun atas permintaan pihak yang

berperkara ( Pasal 17 ayat (5)).

Page 10: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

27

3.) Beberapa pendapat/kritikan terhadap Pidana Penjara

Pendek17

Menurut Rekomendasi Kongres Kedua Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) mengenai “The Prevention of Crime and the Treatment

of Offenders” tahun 1960 di London yang menyatakan antara lain:18

1) Kongres mengakui bahwa pidana penjara jangka pendek

mungkin berbahaya karena pelanggar dapat terkontaminasi dan

sedikit atau tidak memberi kesempatan untuk menjalani

pelatihan yang konstruktif, tetapi kongres mengakui bahwa

dalam hal-hal tertentu penjatuhan pidana penjara jangka pendek

mungkin diperlukan untuk tujuan keadilan.

2) Dalam praktek, penghapusan menyeluruh pidana penjara jangka

pendek tidaklah mungkin, pemecahan yang realistik hanya dapat

dicapai dengan mengurangi jumlah penggunaannya.

3) Pengurangan yang berangsur-angsur itu dengan meningkatkan

bentuk-bentuk pengganti atau alternatif seperti pidana bersyarat,

pengawasan atau probation, denda, pekerjaan di luar lembaga

atau pidana kerja sosial dan tindakan-tindakan lain yang tidak

mengandung perampasan kemerdekaan.

4) Dalam hal pidana penjara jangka pendek tidak dapat

dihindarkan, pelaksanaannya harus terpisah atau tersendiri dari

narapidana penjara jangka panjang, dan pembinaannya harus

bersifat konstruktif, pribadi dan dalam lembaga terbuka (open

institution).

Menurut Wolf Middendorf mengemukakan bahwa:19

1) Dalam penelitian mengenai efektivitas treatment terhadap

juvenile delinquency, pidana penjara jangka pendek dapat

menghasilkan residivis sama dengan pidana penjara dalam

jangka waktu yang lama untuk semua tipe anak dalam kelompok

umur yang sama.

2) Pidana jangka pendek misalnya enam bulan ke bawah tidak

mempunyai reputasi yang baik, tetapi pada umumnya diyakini

lebih baik dan tidak dapat dihindari.

3) Di banyak negara kebanyakan dijatuhkan dalam perkara lalu

lintas, khususnya drinken driving (mengemudi dalam keadaan

mabuk).

17

Barda Nawawi Arief, Kapita selekta hukum pidan, Citra Aditya Bakti, bandung.2010. hal 38 18

Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm.38-39 19

Ibid., hal.39-40

Page 11: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

28

4) Penggunaan pidana penjara jangka pendek seharusnya

dikenakan untuk white collar crime dimana pidana denda sering

tidak berpengaruh.

5) Di beberapa negara misalnya Belanda, pidana penjara jangka

pendek dilaksanakan dalam lembaga minimum security dengan

keberhasilan yang memadai.

6) Narapidana pidana penjara jangka pendek harus dipisah dari

narapidana penjara dalam jangka waktu yang lama, dan

seharusnya dikirim ke open camp dimana mereka dipekerjakan

untuk keuntungan atau kepentingan masyarakat.

Adapun Johannes Andenaes20

mengemukakan pendapatnya

mengenai pidana penjara jangka pendek adalah sebaga berikut:

1) Walaupun telah menjadi dogma di dalam penologi bahwa pidana

penjara jangka pendek merupakan pemecahan yang buruk karena

tidak memberikan kesempatan untuk melakukan rehabilitasi,

tetapi sedikit bukti bahwa pidana penjara yang lama memberikan

hasil yang lebih baik dari pidana penjara jangka pendek (there is

little evidence that longer prison sentences give better results

than short ones).

2) Pidana penjara jangka pendek yang tidak memberi kemungkinan

untuk merehabilitasi pelanggar tetapi cukup mencap dia dengan

stigma penjara dan membuat atau menetapkan kontak-kontak

yang tidak menyenangkan.

Pendapat ahli lainnya yaitu Barnes and Teeters21

menjelaskan

pidana penjara jangka pendek adalah sebagai berikut:

Penjara telah tumbuh menjadi tempat pencemaran yang justru

oleh penyokong-penyokong penjara dicoba untuk dihindari,

sebab di tempat ini penjahat-penjahat kebetulan, pendatang baru

di dunia kejahatan dirusak melalui pergaulan dengan penjahat-

penjahat kronis. Sekalipun pidana penjara itu berjangka pendek,

maka justru akan sangat merugikan sebab di samping

kemungkinan terjadinya hubungan-hubungan yang tidak

dikehendaki, maka pidana penjara jangka pendek jelas tidak

mendukung kemungkinan untuk mengadakan rehabilitasi

20

Ibid., hal 40-41 21

Barnes and Teeters dalam buku Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, hlm.142

Page 12: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

29

narapidana di satu pihak, dan di lain pihak bahkan menimbulkan

apa yang disebut stigma atau cap jahat.

B. Prosedur Peradilan Anak

Prosedur peradilan Anak dapat dilihat dalam undang-undang-

undang Republik Indonesia No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak,

khususnya pada Pasal 5, Pasal 8, Pasal 41 ayat (1), Pasal 42, Pasal 43,

Pasal 44, 45, Pasal 53 ayat (1), Pasal 56 ayat(1), Pasal 57, Pasal 58, Pasal

59, adapun penjelasan dari Pasal-Pasal tersebut adalah sebagai berikut:

Dalam Pasal Pasal 5 menjelaskan mengenai pemeriksaan

oleh penyidik, penjelasan lebih lengkapnnya sebagai berikut:

1) Dalam hal anak belum mencapai umur 8 (delapan) tahun

melakukan atau diduga melakukan tindak pidana maka

terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh

Penyidik

2) Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat

bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih

dapat dibina oleh orangtua, wali, atau orangtua asuh, Penyidik

menyerahkan kembali anak tersebut kepada orangtua, wali,

atau orangtua asuhnya.

3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat

bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat

dibina lagi oleh orangtua, wali, atau orangtua asuhnya,

penyidik menyerahkan anak tersebut kepada Departemen

Sosial setelah mendengar pertimbangan dari pembimbing

Kemasyarakatan.

Adapun Pasal 8 menjelaskan mengenai siapa saja yang bias

hadir dalam proses persidangan anak, dan tata cara dalam

persidangan, adapun penjelasan lengkapnya adalah sebagai

berikut:

Page 13: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

30

(1) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu pemeriksaan perkara

anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan

dalam sidang terbuka.

(2) Dalam sidang yang dilakukan secara tertutup hanya dapat

dihadiri oleh anak yang bersangkutan beserta orangtua, wali,

atau orangtua asuh, penasihat hukum, dan Pembimbing

Kemasyarakatan.

(3) Selain mereka yang disebut dalam ayat (3) orang-orang

tertentu atas ijin hakim atau mejelis hakim dapat menghadiri

persidangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(4) Pemberitaan mengenai perkara anak melalui sejak penyidikan

sampai saat sebelum mengucapkan putusan pengadilan

menggunakan sidang singkatan dari nama anak, orangtua,

wali, atau orangtua asuhnya.

(5) Putusan pengadilan dalam memeriksa perkara anak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diucapakan dalam

sidang terbuka untuk umum.

Pasal 41

(1) Penyidikan terhadap Anak Nakal, dilakukan oleh Penyidik

yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk

oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Dalam Pasal Pasal 42 menjelaskan mengenai tata cara

penyidakan,penjelasannyaadalah sebagai berikut:

(1) Penyidik wajib memeriksa tersangka dalam suasana

kekeluargaan.

(2) Dalam melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, Penyidik

wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing

Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta

pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan

jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya.

(3) Proses penyidikan terhadap perkara Anak Nakal wajib

dirahasiakan.

Dalam Pasal 43 disini menjelaskan mengenai tata cara

penangkapan Anak yang melakukan tindak pidana

Page 14: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

31

(1) Penangkapan Anak Nakal dilakukan sesuai dengan ketentuan

Kitab Undangundang Hukum acara Pidana

(2) Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

guna kepentingan pemeriksaan untuk paling lama 1 (satu) hari.

Dalam Pasal Pasal 44 sampai Pasal 45 menerangkan

bagaimana jangka waktu penahanan terhadap anak yang

melakukan Tindak Pidana tetapi dalam penahan yang dilakukan

oleh penyidik, penyidik juga harus tetap memperhatikan

kepentingan Anak dan tentunya tempat penahan Anak harus

terpisah dari orang dewasa, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal

45.

(1) Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) dan ayat (3) huruf a,

berwenang melakukan penahanan terhadap anak yang diduga

keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan

yang cukup

(2) Penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya

berlaku untuk paling lama 20 (dua puluh) hari.

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila

diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai,

atas permintaan Penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut

Umum yang berwenang, untuk paling lama 10 (sepuluh) hari.

(4) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari Penyidik

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sudah harus

menyerahkan berkas perkara yang bersangkutan kepada

Penuntut Umum.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

dilampaui dan berkas perkara belum diserahkan, maka

tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum

(6) Penahanan terhadap anak dilaksanakan ditempat khusus untuk

anak dilingkungan Rumah Tahanan Negara, cabang Rumah

Tahanan Negara, atau ditempat tertentu.

Pasal 45

Page 15: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

32

(1) Penahanan dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh

mempertimbangkan kepentingan anak dan atau kepentingan

masyarakat.

(2) Alasan penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus

dinyatakan secara tegas dalam surat perintah penahanan.

(3) Tempat tahanan anak harus dipisahkan dari tempat tahanan

orang dewasa.

Pasal 53 menerangkan bahwa tuntutan terhahadap Anak

dilakukan oleh Penuntut Umum,

(1) Penuntutan terhadap Anak Nakal dilakukan oleh penuntut

Umum, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Jaksa

Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung.

Adapun Pasal 56, Pasal 57 Pasal 58 dan Pasal 59

menerangkan bagaimana proses persidangan yang harus dilakukan

oleh Hakim dalam ruang Sidang. bagimana Hakim membuka

sidang dengan mempersilahkn terdakwa masuk beserta orang tua,

wali Penasihat Hukum dan tentunnya beserta pembimbing

Kemasyarakatan.

(1) Sebelum sidang dibuka, Hakim memerintahkan agar

Pembimbing Kemasyarakatan menyampaikan laporan hasil

penelitian Kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan.

Pasal 57

(1) Setelah Hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang

tertutup untuk umum, terdakwa dipanggil masuk beserta

orangtua, wali, atau orangtua asuh, penasihat Hukum, dan

Pembimbing Kemasyarakatan.

(2) Selama dalam persidangan, terdakwa didampingi orangtua,

wali, atau orangtua asuh, penasihat Hukum, dan Pembimbing

Kemasyarakatan.

Pasal 58

(1) Pada waktu memeriksa saksi, Hakim dapat memerintahkan

agar terdakwa dibawa keluar ruang sidang.

(2) Pada waktu pemeriksaan saksi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), orangtua, wali, atau orangtua asuh, penasihat Hukum,

dan Pembimbing Kemasyarakatan tetap hadir.

Page 16: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

33

Pasal 59

(1) Sebelum mengucapkan putusannya Hakim memberikan

kesempatan kepada orangtua, wali, atau orangtua asuh untuk

mengemukakan segala hal ihwal yang bermanfaat bagi anak.

(2) Putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib

mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari

pembimbing Kemasyarakatan.

(3) Putusan pengadilan wajib diucapkan dalam sidang terbuka

untuk umum.

Inilah Proses Peradilan Pidana yang dapat menjadi pedoman bagi

para Petugas dalam menangani tindak pidana yang dilakukan oleh Anak.

C. Pemidanaan bagi Anak Menurut Undang-Undang RI No.3 Tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak

Pedoman pemidanaan Bagi anak dapat dilihat dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak .

Pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di

lingkungan peradilan Umum.22

Sidang Pengadilan anak yang selanjutnya

disebut Sidang Anak bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara anak.23

Secara garis besar, sanksi yang dapat

dijatuhkan bagi anak yang telah melakukan kenakalan, terdiri dari dua yaitu

: sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan (Pasal 22). Perumusan kedua jenis

sanksi ini menunjukkan bahwa UU No 3/1997 tentang Pengadilan Anak

telah menganut apa yang disebut dengan Double Track System. Dengan kata

22

Undang-undang Ri No 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak Pasal 2. 23

Ibid., Pasal 3.

Page 17: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

34

lain, UU ini telah secara eksplisit mengatur tentang jenis sanksi Pidana dan

Sanksi Tindakan sekaligus. Menurut Muladi,24 penggunaan sistim dua jalur

(Zweipurigkeit) merupakan konsekuensi dianutnya Aliran Neo Klasik25.

Pemikiran bahwa pendekatan tradisional seolah-olah sistim Tindakan hanya

dikenakan bagi orang yang tidak mampu harus ditinggalkan.

Kemudian Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997

tentang Pengadilan Anak merumuskan bahwa: Anak adalah orang yang

dalam perkara Anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi

belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

Dengan diaturnya batasan ini, Wagiati Soetodjo menyatakan bahwa

pembentuk undang-undang telah mempunyai ketegasan tentang usia

berapa seseorang diartikan sebagai anak di bawah umur, sehingga berhak

mendapat keringanan hukuman demi menerapkan perlakuan khusus bagi

kepentingan psikologi anak.26

Selanjutnya Pedoman pemidanaan bagi anak dapat dilihat dalam

Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 1997

Tentang pengadilan Anak yaitu sebagai berikut:

Dalam Pasal 4 ini menjelaskan tentang usia Anak yang dapat

diajukan ke sidang Anak

24

Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistim Peradilan Pidana, Cetakan II, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang. 2002. hal. 156 25

Dalam Aliran Neo Klasik, berusaha untuk memanfaatkan kelebihan kedua aliran sebelumnya

(aliran Klasik dan aliran Modern) dan meninggalkan kelemahan yang ada. Asas pembalasan

diperbaiki dengan teori kesalahan yang bertumpu pada usia, patologi, dan pengaruh lingkungan.

Dikembangkan alasan-alasan yang memperingan dan memperberat pemidanaan; kesaksian ahli

(expert testimony) ditonjolkan; diaturnya sistim dua jalur (Double Track System).

Ibid, hal. 153 26

Wagiati Soetodjo, Loc.Cit.

Page 18: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

35

(1) Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke sidang anak

adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum

mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah

kawin.

(2) Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang

pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui batas

umur tersebut, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh

satu) tahun tetap diajukan ke Sidang

Pasal 7 menjelaskan bagaiman tata cara persidangan ketika

anak melakukan Tindak Pidana bersama-sama dengan Orang

dewasa

(1) Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan

orang dewasa diajukan ke Sidang Anak, sedangkan orang

dewasa ke sidang bagi orang dewasa.

(2) Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan

anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia diajukan ke

Sidang Anak, sedangkan anggota Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia diajukan ke Mahkamah Militer.

Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 menjelaskan pidana yang

dapat dijatuhkan kepada Anak yang melakukan Tindak Pidana dan

menguraikan mengenai pidana yang dapat dijatuhkan, misalanya

Pidana Pokok, dan Tindakan penjelasannya adalah sebagai

berikut:

(1) Terhadap Anak Nakal hanya dapat dijatuhkan pidana atau

tindakan yang ditentukan dalam undang-undang ini.

Pasal 23

(1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana

pokok dan pidana tambahan.

(2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah

:

b. pidana penjara;

c. pidana kurungan;

d. pidana denda; atau

e. pidana pengawasan.

Page 19: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

36

(3) Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

terhadap Anak Nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan,

berupa perampasan barangbarang tertentu dan atau

pembayaran ganti rugi.

Pasal 24

(1) Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah :

a. mengembalikan kepada orangtua, wali, atau orangtua asuh;

b. menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,

pembinaan, dan latihan kerja; atau

c. menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi

Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan,

pembinaan, dan latihan kerja.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disertai

dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh

Hakim.

Kemudian Berkaitan dengan putusan anak nakal perlu

dikemukakan penjelasan Pasal 25 UU No. 3 tahun 1997 yang

menegaskan:

Dalam menentukan pidana atau tindakan yang dapat dijatuhkan

kepada anak, hakim memperhatikan berat ringannya tindak pidana

atau kenakalan anak yang dilakukan oleh anak yang bersangkutan.

Disamping itu, hakim juga wajib memperhatikan keadaan

anak,keadaan rumah orang tua, wali, atau orang tua asuh, hubungan

antara anggota keluarga, dan keadaan lingkungannya.Demikian pula

hakim wajib memperhatikan laporan Pembimbing Kemasyarakatan.

Berdasarkan pada penjelasan Pasal 25 Undang-Undang

Pengadilan anak diisyaratkan bahwa dalam menjalani proses

peradilan anak, anak nakal tidak ditempatkan pada suatu keadaan

sebagaimana pelaku tindak pidana yang di kelompokkan sebagai

orang dewasa. Selain itu, dalam penjatuhan sanksi terhadap anak

nakal, diperlukan suatu kajian yang melindungi dan memperhatikan

anak nakal dari segi sosial budaya. Hak ini tentunya menjadi

pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana.

Page 20: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

37

Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 30 menjelaskan

mengenai banyaknya atau lamannya pidana yang harus dijalankan

oleh Anak baik itu Pidan penjara, Pidana Kurungan Atupun

benyaknya denda yang harus dibayarkan Oleh Anka, ketika Anak

melakukan Tindak Pidana

(1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling

lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara

bagi orang dewasa.

(2) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka

pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut

paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(3) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun

melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau

pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal

tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b.

(4) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun

melakukan tindak pidana yang tidak diancam pidana mati atau

tidak diancam pidana penjara seumur hidup, maka terhadap

Anak Nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

Pasal 27

(1) Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling

lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana

kurungan bagi orang dewasa.

Pasal 28

(1) Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal paling

banyak ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana denda

bagi orang dewasa.

(2) Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan

kerja.

Page 21: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

38

(3) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling

lama 90(sembilan puluh) hari kerja dan lama latihan kerja

tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada

malam hari.

Pasal 30

(1) Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling

singkat 3 tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun.

Pada hakikatnya anak dalam persidangan anak dapat

dijatuhi Sanksi Pidana atau Sanksi Tindakan. Pidana tersebut

adalah pidana pokok yang berupa pidana penjara, kurungan,

denda, dan pengawasan; pidana tambahan berupa perampasan

barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi. Sementara

Tindakan yang dapat diberikan adalah pengembalian kepada

orangtua, wali, atau orangtua asuhnya, menyerahkan kepada

negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja,

atau menyerahkan kepada Departemen Sosial atau Organisasi

Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan,

pembinaan, latihan kerja.27

Inilah pedoman pemidaan yang dapat membantu hakim dalam

menjatuhkan putusan dan juga pedoman pemidaan tersebut dapat

diterapkan kepada Anak yang melakukan tindak pidana.

27

Lihat Pasal 22, 23 ayat (1), (2), (3) , 24 ayat (1) huruf a,b,c Undang-Undang RI No 3 tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak

Page 22: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

39

D. Tujuan Pemidanaan terhadap Anak

Pemidanaan mempunyai beberapa tujuan yang bisa

diklasifikasikan berdasarkan teori-teori tentang pemidanaan. Teori tentang

tujuan pemidanaan yang berkisar pada perbedaan hakekat ide dasar

tentang pemidanaan dapat dilihat dari beberapa pandangan. Herbert L.

Packer menyatakan bahwa ada dua pandangan konseptual yang masing-

masing mempunyai implikasi moral yang berbeda satu sama lain, yakni

pandangan retributif (retributive view) dan pandangan utilitarian

(utilitarian view). 28

Pandangan retributif mengandaikan pemidanaan

sebagai ganjaran negatif terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan

oleh warga masyarakat sehingga pandangan ini melihat pemindanaan

hanya sebagai pembalasan terhadap kesalahan yang dilakukan atas dasar

tanggungjawab moralnya masing-masing.

Pandangan ini dikatakan bersifat melihat ke belakang

(backwardlooking). Pandangan untilitarian melihat pemidanaan dari segi

manfaat atau kegunaannya dimana yang dilihat adalah situasi atau

keadaan yang ingin dihasilkan dengan dijatuhkannya pidana itu. Di satu

pihak, pemidanaan dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah

laku terpidana dan di pihak lain pemidanaan itu juga dimaksudkan untuk

mencegah orang lain dari kemungkinan melakukan perbuatanyang serupa.

28

Herbert L. Packer, The Limits of the Criminal Sanction, Stanford University Press, California.

1968. hlm.9.

Page 23: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

40

Pandangan ini dikatakan berorientasi ke depan (forward-looking) dan

sekaligus mempunyai sifat pencegahan (detterence).29

Muladi membagi teori-teori tentang tujuan pemidanaan menjadi 3

(tiga) kelompok yaitu:30

1) Teori absolut (retributif)

Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah

melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana.31

Pidana tidak usah

mempunyai tujuan lain selain dari pada pidana saja. Karena kejahatan

tidak diperbolehkan, dan tidak diijinkan menurut susila dan hukum,

maka tidak boleh terjadi, maka kejahatan itu seharusnya dipidana.

Pidana mempunyai fungsi sendiri yaitu bantahan terhadap kejahatan.

Hanya dengan membalas kejahatan itu dengan penambahan

penderitaan, dapat dinyatakan bahwa perbuatan itu tidak dapat

dihargai.32

Teori memandang sanksi pidana yang dijatuhkan semata-

mata karena orang telah melakukan kejahatan yang merupakan akibat

mutlak yang harus ada sebagi suatu pembalasan kepada orang yang

melakukan kejahatan sehingga sanksi ditujukan untuk memuaskan

adanya tuntutan keadilan.

2) Teori relatif atau teori tujuan Menurut teori ini penjatuhan pidana bukanlah sekedar untuk melakukan

pembalasan atau pengimbalan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai

nilai tetapi hanya sebagai sarana melindungi kepentingan masyarakat. Lebih

lanjut teori ini menjelaskan bahwa tujuan dari penjatuhan pidana adalah

sebagai berikut:

Teori menakutkan yaitu tujuan dari pidana itu adalah untuk menakut-

nakuti seseorang, sehingga tidak melakukan tindak pidana baik

terhadap pelaku itu sendiri maupun terhadap masyarakat (preventif

umum).

Teori memperbaiki yaitu bahwa dengan menjatuhkan pidana akan

mendidik para pelaku tindak pidana sehingga menjadi orang yang baik

dalam masyarakat (preventif khusus)33

29

Herbert L. Packer,Op.Cit.,hal 10. 30

Bambang Poernomo dan Van Bemmelen juga menyatakan ada 3 teori pemidanaan sebagaimana

yang dinyatakan oleh Muladi, yakni teori pembalasan (absolute theorien), teori tujuan (relatieve

theorien) dan teori gabungan atau (verenigings theorien). Lihat Bambang Poernomo, Asas-asas

Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, 1985, hlm. 27. 31

Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Op., Cit., Hal. 10 32

Van Bemmelen, Hukum pidana 1, Terjemahan, Bina Cipta, Bandung. 1987. hal. 25. 33

Ruslan Saleh, Stelsel pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1983. hal. 26.

Page 24: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

41

Sedangkan prevensi khusus, dimaksudkan bahwa pidana adalah

pembaharuan yang esensi dari pidana itu sendiri. Sedangkan fungsi

perlindungan dalam teori memperbaiki dapat berupa pidana

pencabutan kebebasan selama beberapa waktu. Dengan demikian

masyarakat akan terhindar dari kejahatan yang akan terjadi. Oleh

karena itu pemidanaan harus memberikan pendidikan dan bekal untuk

tujuan kemasyarakatan.

3) Teori retributive-teleologis

Teori ini didasarkan pada tujuan pembalasan dan mempertahankan

ketertiban masyarakat. Sehubungan dengan masalah pidana sebagai

sarana untuk mencapai tujuan, maka harus dirumuskan terlebih

dahulu tujuan pemidanaan yang diharapkan dapat menunjang

tercapainya tujuan tersebut. Atas dasar itu kemudian baru dapat

ditetapkan cara, sarana atau tindakan apa yang akan digunakan.

Pandangan teori ini menganjurkan adanya kemungkinan untuk

mengadakan artikulasi terhadap teori pemidanaan yang

mengintegrasikan beberapa fungsi sekaligus retribution yang bersifat

utilitarian dimana pencegahan dan sekaligus rehabilitasi yang

kesemuanya dilihat sebagai sasaran yang harus dicapai oleh suatu

rencana pemidanaan. Karena tujuannya bersifat integratif, maka

perangkat tujuan pemidanaan adalah : a) Pencegahan umum dan

khusus; b) Perlindungan masyarakat; c) Memelihara solidaritas

masyarakat dan d) Pengimbalan/pengimbangan atas suatu tujuan yang

titik berat bersifat kasusistis.

E. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan terhadap

anak

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Penjara

terhadap anak Tindak pidana anak merupakan tindak pidana yang khas

apabila dibandingkan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh orang

dewasa pada umumnya menginagt sifat-sifat emosional anak masih belum

stabil serta masih belum dapat membedakan perbuatan mana yang baik

dan yang buruk oleh karena itu perlu ditangani secara khusus dalam

Page 25: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

42

rangka memberikan perlindungan dan kesejahteraan anak.34

Salah satu

aspek yang terkait dalam peranan hakim dalam peradilan pidana adalah

terkait dengan jenis-jenis pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak.

35Untuk itu hakim dalam memutus perkara pidana anak perlu mengetahui

faktor-faktor yang melatarbelakanginya termasuk masa lalu si anak,

sehingga dalam hal ini hakim harus benar-benar bijaksana dalam

bertindak untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang luas dan mendalam bagi

seorang hakim agar putusan yang dijatuhkan dapat mecerminkan

keadilan, terhindar dari kesewenang-wenangan dan sesuai dengan

kebutuhan anak.36

Di Indonesia, dengan diberlakukannya UU No. 3 tahun 1997

tentang pengadilan anak , telah membawa perubahan baru terakait dengan

pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak sebagai pelaku

kejahatan sperti yang terdapat dalam Pasal 6, Pasal 11, Pasal 14, Pasal 8,

Pasal 23, dan Pasal 24, secara otomatis ketentuan didalam Pasal 10, Pasal

45, 46 dan 47 KUHP tidak lagi digunakan untuk anak.

Untuk memberikan jenis pidana yang sesuai bagi anak maka

hendaknya hakim harus memperhatikan beberapa hal yaitu:37

1. Keadaan dan berat ringannya tindak pidana yang dilakukan

2. Keadaan dan kebutuhan fisik serta kejiwaan anak

34

Elfa Murdiana” Efektifitas Pidana Penjara Dalam Upaya Untuk Menanggulangi Kejahatan

Terhadap Anak Sebagai Pelaku Kejahatan”artikelku

(http://elfamurdiana.blogspot.com/2009_02_01_archive.html) selasa, 03 feburuari 2009 35

Ibid. 36

Peran Hakim Dalam Peradilan Pidana Untuk Mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan

anak, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum UNIBRAW, 1998, Malang hal 4 37

Elfa Murdiana” Op.Cit selasa, 03 feburuari 2009

Page 26: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

43

3. Keadaan dan kebutuhan masyarakat

Pidana penjara merupakan bagian dari penegakan hukum pidana

terhadap anak sebagai konsekwensi atas tindak pidana yang dilakukan dan

dalam penjatuhan putusan pidana penjara sepenuhnya menjadi

kewenangan hakim. Adapun yang menjadi dasar-dasar pertimbangan bagi

hakim dalam menjatuhkan pidana penjara terhadap anak adalah :38

1. Anak tersebut melakukan tindak pidana lebih dari satu kali

2. Anak tersebut melakukan suatu tindak pidana yang

tergolong dalam kejahatan berat

3. Dipandang bahwa nak tersebut sudah tidak dapat

diperbaiki lagi dengan upaya lainnya

4. Anak tersebut membahayakan masyarakat.39

Dasar pertimbangan Hakim menurut Hakim di Pengadilan Negeri

Salatiga yaitu pada intinnya Hakim harus membuktikan unsure perbuatan,

apakah unsure-unsur terpenuhi, dalam arti secara Hukum perbuatan

terpenuhi, danakalau tidak terpenuhi hakim juga harus melihat kondisi

anak, apakah kondisi anak tersebut orang tua memperhatikan, apakah ada

peran serta orang tua dalam perkembangan pendidikan si anak, kalau

perhatian orang tua kurang tentunnya itu sangat mempengaruhi Isi

Putusan yang akan dijatuhkan kepada si Anak, dan pada pokoknya jika

peran orang tua kurang maka kemungkinan anak tidak akan dikembalikan

kepada orang tua, Hakim juga memperhatikan kepentingan terbaik bagi

anak.

38

Ibid. 39

Madhe Sadhi Astuti, Pemidanaan Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana, IKIP,

Malang. 1997. hal 117

Page 27: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

44

Dalam perkembangan hukum pidana khususnya terkait dengan

penjatuhan pidana terhadap anak hendaklah memiliki landasan

Doelmatigheid (kegunaan) dan Rechmatigheid (landasan hukumnya)40

sehingga perlu mendapatkan tempat yang layak agar dapat memenuhi

tuntutan rasa keadilan masyarakat sekalipun masih dalam upaya kerja

keras baik dari pemerintah, kalangan akademisi, organisasi masyarakat

maupun tokoh masyarakat untuk menemukan solusi terbaik tanpa

mengabaikan kebijakan dan keputusan-keputusan kongres internasional

yang ada.41

Kita ketahui bahwa pidana penjara dan kurungan merupakan

bentuk pidana perampasan kemerdekaan dimana pidana penjara ini

merupakan pidana utama diantara pidana-pidana yang lainnya, Namun

dalam prakteknya ternyata hakim lebih cenderung untuk menjatuhkan

pidana penjara terhadap anak yang terbukti bersalah.42

Dalam jurnal

Crime and Delliquency , terkait dengan penjatuhan pidana penjara

terhadap anak, Pama L, Griset mengatakan bahwa perlu adanya

pembaharuan dalam penjatuhan pidana terhadap anak sebagai pelaku

kejahatan.43

Karena menurut Frank E Hartung dalam individual rights and

the rehabilitative ideal bahwa penahanan pada suatu rumah pada seorang

anak sebagai pelaku tindak pidana akan membawa dampak yang buruk

40

Elfa Murdiana” Op. Cit selasa, 03 feburuari 2009 41

Ibid.,hal 1-2 42

Ibid., hal 1-2 43

Ibid.,hal 1 -2.

Page 28: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

45

bagi perkembangan jiwa si anak selain itu pula hal tersebut dapat

memberikan stigma buruk terhadap anak.44

Menurut Speiser bahwa pemberian hukuman terhadap anak

hendaknya dijadikan sarana untuk merehabilitasi anak nakal tersebut dan

melindunginya dari stigma buruk terhadapnya untuk itu negara harus

tampil sebagai pelindung dan teman bagi sang anak bukannya sebagai

pelaksana pembalasan masyarakat yang marah atas perbuatan jahat yang

dilakukan oleh sianak.

Penjatuhan pidana penjara menimbulkan dampak negatif dan

kerugian khususnya terhadap terpidana anak, Adapun dampak dari

penjatuhan pidana perampasan kemerdekaan diantaranya adalah:45

1. Anak akan akan terpisah dari keluarganya sehingga akan

berdampak pada gangguan terhadap gangguan hubungan keluarga seperti

terlalu singkatnya dalam memberikan pendidikan, pengarahan, bimbingan

yang positif dari orang tua terhadap terpidana anak

2. anak menjadi lebih ahli tentang kejahatan, hal ini dikarenakan

adanya pengaruh yang didapat dari terpidana lainnya dimana hal ini

membuka kemungkinan bagi terpidana untuk mempelajari prilaku

kriminal terpidana yang lainnya sehingga anak akan menjadi lebih ahli

tentang kejahatan

3. anak tersebut diberi cap oleh masyarakat , hal ini dapat kita

kaitkan dengan teori labeling yang dikemukakan oleh Matza dimana

memandang para kriminal bukanlah sebagai orang yang bersifat jahat

tetapi mereka adalah individu-individu yang sebelumnya pernah berstatus

jahat sebagai pemberian system peradilan pidana maupun masyarakat

luas46

4. masyarakat menolak kehadiran mantan terpidana anak, terkait

dengan stigma yang diberikan masyarakat dimana anak yang pernah

menjalani hukuman penjara maka anak tersebut tetap disebut sebagai anak

yang nakal dan memiliki peringai buruk sehingga masyarakat menolak

kehadirannya sebab masyarakat khawatir kalau anak tersebut akan

mengulangi kejahatan sama dan akan memberikan pelajaran yang tidak

44

Ibid., hal 1-2. 45

Ibid.,hal 1-2. 46

Topo santoso, Eva Achjani, Kriminologi, PT.Radja Grafindo Persada, Jakarta. 2003. hal

Page 29: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

46

baik terhadap anak-anak yang lain , padahal belum tentu demikian

adanya.

5. masa depan anak menjadi lebih suram.

Dan Pada kenyatannya anak yang telah dijatuhi pidana penjara

mereka justru tidak menjadi lebih baik dari sebelumnya tetapi justru akan

melakukan kembali tindak pidana, maka dari sini dapat dikatakan bahwa

ternyata penjatuhan pidana penjara tidaklah efektif dalam upaya

menanggulangi kejahatan yang terjadi tetapi justru menimbulkan dampak-

dampak yang merugikan bagi anak.47

F. Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap Anak

1. Declaration The Right Of The Child Jo Keputusan Presiden

No 36 Tahun 1990 Tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak

Anak (Keppres No 36/1990)48

Hak anak merupakan bagian intergral dari hak asasi

manusia dan konvensi hak anak (KHA) merupakan bagian integral

dari instrumen internasional tentang hak asasi manusia. Konvensi

hak anak merupakan instrumen yang berisi rumusan prinsip-

prinsip universal dan ketentuan norma hukum mengenai hak-hak

anak yang merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai

hak asasi manusia yang memasukan unsur-unsur hak anak sipil

politik serta hak-hak ekonomi dan budaya.

47

Elfa Murdiana” Efektifitas Pidana Penjara Dalam Upaya Untuk Menanggulangi Kejahatan

Terhadap Anak Sebagai Pelaku Kejahatan”artikelku

(http://elfamurdiana.blogspot.com/2009_02_01_archive.html) selasa, 03 feburuari 2009 48

Saraswati Rika. (2009). Hukum perlindungan anak di Indonesia. Bnadung:Citra Aditya Bakti,

hal 16

Page 30: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

47

Perumusan naskah KHA dimulai sejak 1979 dan dalam

waktu sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada 20 november 1989,

naskah akhir konvensi dapat diterima dan disetujui dengan suara

bulat oleh majelis umum PBB. Sesuai ketentuan Pasal 49 ayat (1),

KHA diberlakukan sebagai hukum HAM internasional pada 2

september 1990.

Deklarasi jenewa tahun 1924 tentang hak-hak asasi anak

menyatakan perlunya perluasan pelayanan khusus bagi anak. Ini

disetujui oleh majelis umum PBB pada tahun 1959 dan diakui

dalam deklarasi HAM sedunia,perjanjian internasional tentang

hak-hak sipil dan politik.

Indonesia meratifikasi KHA melalui keputusan president

nomor 36 tahun 1990 tertanggal 25 agustus 1990. Dengan

ratifikasi itu, indonesia secara teknis telah dengan sukarela

mengikatkan diri pada ketentuan-ketentuan yang terkandung

dalam KHA. Sesuai dengan Pasal 49 ayat (2), konvensi hak anak

dinyatakan berlaku di indonesia sejak tanggal 5 oktober 1990.

Selanjutnya , ketentuan hukum mengenai hak-hak anak

dalam konvensi hak anak jo Keputusan Presiden No. 36 tahun

1990 adalah sebagai berikut:

1. Hak hidup (survival rights)

Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk

melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk

Page 31: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

48

memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan

yang sebaik-baiknya. Konsekuensinya menurut konvensi

hak anak Negara harus menjamin kelangsungan hak hidup,

kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6).

Disamping itu, Negara berkewajiban untuk menjamin hak

atas taraf kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau dan

melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan,

khususnya perawatan kesehatan primer (Pasal 24 )

2. Hak perlindungan, yaitu perlindungan anak dari

diskriminasi, tindak kekerasan, dan ketelantaran bagi anak

yang tdiak mempunyai keluarga dan bagi anak pengungsi.

Hak perlindungan dari diskriminasi, termasuk

perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh

pendidikan, perawatan, dn pelatihan khusus, serta hak anak

dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli

dalam kehidupan masyarakat Negara.

a. Larangan diskriminasi anak:

Non diskriminasi terhadap anak (Pasal 2)

Hak mendapat nama dan kewarganegaraan (Pasal 7)

Hak anak cacat (Pasal 23)

Hak anak kelompok minoritas (Pasal 30)

b. Larangan eksploitasi anak

Hak berkumpul dengan orang tua (Pasal 10)

Page 32: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

49

Kewajban Negara melindungi anak dari pekerjaan

yang mengancam kesehatan, pendidikan, dan

perkembangan anak (Pasal 32)

Hak perlindungan dari semua bentuk eksploitasi yang

belum tercantum dalam Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34

dan Pasal 35

Larangan penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang

kejam, hukuman mati, penjara seumur hidup, dan

penahanan semena-mena atau perampasan kebebasan

terhadap anak (Pasal 37)

Kewajiban Negara menjamin anak korban konflik

bersenjata, penganiayaan, penelantaran salah perlakuan

atau eksploitasi untuk memperoleh perawatan yang

layak demi penyembuhanreintegrasi sosial mereka

(Pasal 39)

Hak anak yang telah didakwa ataupun yang telah

diputuskan telah melakukan pelanggaran untuk tetap

dihargai hak asasinya dan khususnya untuk tetap

menerima manfaat dari segala proses hukum atau

bantuan hukum lainnya dalam penyiapan dan

pengajuan pembelaan mereka. Prinsip demi hukum dan

institusional sedapat mungkin dihindari (Pasal 40)

Page 33: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

50

Kekerasan dan penelantaran bagi anak yang tidak

mempunyai keluarga.

c. Perlindungan anak dalam keadaan krisis dan darurat

a. Anak yang berkonflik dengan hukum (children in

conflict in the law)

Prosedur peradilan anak (Pasal 40)

Anak –anak yang berada dalam penekanan

kebebasan (Pasal 37)

Reintegrasi sosial anak-anak dalam penyembuhan

fisik dan psikologis anak (Pasal 39)

2. Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak

Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang

maha esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai

manusia seutuhnya. Kedudukan anak sebagai generasi muda yang

akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin

bangsa dimasa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi

generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya

untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani ,

jasmani dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan

kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan

dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan

Page 34: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

51

bangsa di kemudian hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan

fisik maupun mental dan sosialnya, maka tiba saatnya

menggantikan generasi terdahulu.

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan

untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan

hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak

secara wajar baik fisik,mental, dan sosial.

UUPA Pasal 1 ayat 1 memberikan pengertian bahwa anak

adalah seorang yang belum berusia delapan belas (18) tahun

termasuk anak yang masih dalam kandungan.

UUPA Pasal 1 ayat 2 memberikan pengertian bahwa

perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

UUPA Pasal 1 ayat 12 memberikan pengertian bahwa hak

anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuh oleh orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah dan Negara.

UUPA Pasal 4 , Pasal 14, Pasal 16 ayat (3) penjelasannya

antara lain sebagai berikut:

Page 35: BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Anak 1. Anak sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2959/3/T1... · Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang ... advokat,

52

Pasal 4 mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat

hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 14 menjelaskan setiap anak berhak untuk diasuh oleh

orang tua sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau tindakan aturan

hukum yang sah yang menunjukan bahwa pemisahan itu adalah

demi kepentingan terbaik baik anak dan merupakan pertimbangan

terakhir.

Pasal 16 ayat (3) menjelaskan bahwa penangkapan,

penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan

apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat

dilakukan sebagai upaya terakhir.

Menurut Pasal 25 UU no 23 tahun 2002, kewajiban dan

tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak di

laksankan melalui kegiatan peran masyarakat dalam

penyelenggaraan perlindungan anak. Sedangkan menurut Pasal 72

masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk

berperan dalam perlindungan anak. Peran masyarakat tersebut

dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak,

lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,

lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha dan media

massa. Peran masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.