bab ii tinjaun pustaka a. loyalitas kerja pada karyawan 1. pengertian loyalitas kerja...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Loyalitas Kerja pada Karyawan
1. Pengertian Loyalitas Kerja pada Karyawan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), loyalitas adalah kesetiaan,
ketaatan, dan kepatuhan. Loyalitas kerja yaitu kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan
karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Hasibuan, 2011). Loyalitas kerja para
karyawan bukan hanya sekedar kesetiaan fisik atau keberadaaannya di dalam
organisasi, namun termasuk pikiran, perhatian, gagasan, serta dedikasinya tercurah
sepenuhnya kepada organisasi (Robbins, 2002). Loyalitas kerja merupakan sikap
karyawan dalam mencurahkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, melaksanakan
tugas dengan bertanggung jawab, disiplin, serta jujur dalam bekerja (Poerwopoespito,
2004).
Menurut Rowley (2012), loyalitas adalah sikap berkomitmen, setia dan
menjaga hubungan kerja dengan para pekerja dengan lebih baik lagi untuk peningkatan
kinerja termasuk peningkatan produktivitas kinerja tim dan individu yang diakibatkan
oleh rendahnya ketidakhadiran dan menurunnya angka turnover. Menurut Steers dan
Porter (2005), loyalitas kerja diartikan sebagai commitment, yaitu sejauh mana
karyawan mengindentifikasi tempat kerjanya dan mempertahankan keanggotaannya
dalam perusahaan tersebut. Loyalitas kerja adalah kecenderungan karyawan untuk
tidak pindah ke perusahaan lain, dimana kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan
karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Siagian, 2010).
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
loyalitas kerja merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian karyawan,
yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaan, jabatan dan organisasi perusahaan
tersebut.
2. Aspek-aspek Loyalitas Kerja
Aspek-aspek loyalitas kerja menurut Hasibuan (2013), sebagai berikut :
ketaatan/kepatuhan pada peraturan perusahaan, rasa tanggung jawab yang tinggi,
pengabdian terhadap perusahaan dan kesanggupan karyawan dalam melaksanakan
kerja.
a. Ketaatan atau kepatuhan yaitu seorang karyawan yang loyal akan selalu taat
pada peraturan. Sesuai dengan pengertian loyalitas , ketaatan ini timbul dari
kesadaran karyawan jika peraturan yang dibuat oleh perusahaan semata-mata
disusun untuk memperlancar jalannya pelaksaan kerja perusahaan.
b. Rasa tanggung jawab tinggi yaitu ketika seorang karyawan memiliki sikap
sesuai dengan pengertian loyalitas, maka secara otomatis ia akan merasa
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perusahaannya.
c. Pengabdian terhadap perusahaan yaitu adanya rasa ikut memiliki karyawan
terhadap perusahaan akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut
menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya
akan menimbulkan sikap sesuai dengan pengertian loyalitas demi tercapainya
tujuan perusahaan.
d. Kesanggupan karyawan dalam melaksanakan kerja yaitu karyawan yang
memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan untuk bekerja
sama dengan karyawan lain.
Menurut Steers dan Porter (1983) aspek loyalitas perusahaan, antara lain:
a. Dorongan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan.
Kekuatan aspek ini sangat dipengaruhi oleh keadaan individu, baik kebutuhan,
tujuan maupun kecocokan individu dalam perusahaan.
b. Keinginan untuk berusaha semaksimal mungkin bagi perusahaan.
Kesamaan persepsi antara karyawan dan perusahaan yang didukung oleh
kesamaan tujuan dalam perusahaan mewujudkan keinginan yang kuat untuk
berusaha maksimal, karena dengan pribadi juga perusahaan akan terwujud.
c. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai perusahaan.
Kepastian kepercayaan yang diberikan karyawan tercipta dari operasional dari
perusahaan yang tidak lepas dari kepercayaan perusahaan terhadap karyawan
itu sendiri untuk melaksanakan pekerjaannya.
Aspek-aspek loyalitas kerja menurut Saydam (2000) antara lain :
1) Ketaatan atau Kepatuhan
Yaitu kesanggupan seorang karyawan untuk mentaati segala peraturan
lembaga yang berlaku, dan mentaati perintah lembaga yang diberikan
atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan yang
ditentukan. Ciri-ciri ketaatan ini adalah taat peraturan undaang-undang,
mentaati peraturan organisasi yang diberikan atasan, menaati jam kerja,
memberikan pelayan kepada masyarakat.
2) Bertanggung Jawab
Yaitu kesanggupan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan
yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat bwaktu serta berani
mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau tindakan yang
dilakukan. Ciri-cirinya adalah dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik
dan tepat waktu, selalu memelihara dan menyimpan barang-barang lembaga
dengan sebaik-baiknya, mengutamakan kepentingan lembaga daripada
kepentingan pribadi atau golongan, tidak berusaha melemparkan kesalahan
kepada orang lain.
3) Pengabdian yaitu suatu sumbangan pemikiran dan tenaga secara ikhlas
kepada perusahaan.
4) Kejujuran
Kejujuran dalam penjelasan pasal 4 PP No. 10 tahun 1979 tentang DP3
(Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan), ciri-ciri pegawai/karyawan yang
jujur adalah selalu melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa
merasa dipaksa, tidak menyalahgunakan wewenang yang ada padanya,
melaporkan hasil pekerjaannya kepada atasannya.
Berdasarkan uraian aspek loyalitas kerja diatas, peneliti memilih aspek menurut
Hasibuan (2013, yang menyatakan bahwa loyalitas memiliki aspek yaitu: (1)
ketaatan/kepatuhan, (2) tanggung jawab terhadap perusahaan, (3) mengabdi dengan
perusahaan, (4) kesanggupan karyawan dalam melaksanakan kerja.
3. Faktor-faktor Loyalitas Kerja
Menurut Jusuf (dalam Nandania, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
loyalitas kerja karyawan adalah faktor rasional, faktor emosional dan faktor
kepribadian.
a. Faktor rasional yaitu menyangkut hal-hal yang bisa dijelaskan secara logis,
seperti gaji, bonus, pengembangan karir. Pengembangan karir adalah proses
pada saat karyawan mengalami kemajuan melalui serangkaian tingkatan–
tingkatan yang mana masing–masing tingkatan dikarakteristikan dengan
sejumlah perbedaan yaitu jenis tugas yang semakin berkembang, aktivitas yang
berbeda dan hubungan yang berbeda,fasilitas-fasilitas yang diberikan lembaga
untuk karyawan.
b. Faktor emosional yaitu menyangkut perasaan atau deskripsi diri seperti
pekerjaan yang menantang, lingkungan kerja yang mendukung, perasaan aman
karena perusahaan merupakan tempat bekerja dalam jangka panjang, pemimpin
yang berkharisma, pekerjaan yang membanggakan, penghargaan yang
diberikan perusahaan dan budaya kerja.
c. Faktor kepribadian yaitu karakteristik pekerjaan, karakteristik desain organisasi
dan pengalaman yang diperoleh selama karyawan menekuni pekerjaan itu.
Menurut Steers dan Porter (1983), ada beberapa faktor pendukung yang dapat
digolongkan dalam empat kelompok yaitu :
a. Karakteristik Pribadi
Loyalitas secara positif berhubungan dengan usia, masa kerja dan motif
berprestasi artinya seiring dengan usia dan masa kerja yang sudah lama
maka karyawan akan semakin loyal terhadap perusahaan tempat mereka
bekerja, karena karyawan merasa senang bekerja di perusahaan tersebut.
Loyalitas secara negatif berhubungan dengan tingkat pendidikan, yaitu
semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh karyawan maka
karyawan akan mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat
pendidikannya, sehingga sering kali karyawan tersebut akan berpindah-
pindah pekerjaan.
b. Karakteristik pekerjaan atau peran
Adanya pekerjaan yang jelas dan sesuai dengan diri karyawan akan
membuat karyawan merasa nyaman bekerja, sehingga karyawan merasa
betah dalam bekerja. Selain hal tersebut, studi-studi yang ada juga
menunjukkan bahwa penyuburan tugas, umpan balik dalam bekerja,
identitas terhadap tugass, kesempatan untuk berinteraksi dengan teman
sekerja juga dapat menaikkan loyalitas.
c. Karakteristik desain organisasi atau perusahaan
Jika perusahaan mampu mendesain system kerjanya dengan baik dan
mampu menerapkannya dengan baik pula, maka akan membuat karyawan
merasa nyaman dalam bekerja dan tidak banyak membuat kesalahan,
karena sesuai dengan prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan. Hal inilah
yang membuat karyawan tetap bertahan dalam perusahaan tersebut. Selain
itu, loyalitas juga berhubungan dengan tingkat formalisasi, ketergantungan
fungsional, dan desentralisasi. Lebih jauh ditemukan juga hubungan yang
positif antara loyalitas kerja dengan tingkat partisipasi dalam pembuatan
keputusan, hak milik pekerja, dan pengawasan dari organisasi.
d. Pengalaman dan lingkungan kerja
Pengalaman dalam bekerja merupakan faktor yang melibatkan perlakuan
terhadap karyawan selama bekerja di perusahaan. Bentuk pengalaman kerja
dapat berupa tingkatan karyawan untuk dapat merasakan suatu sikap positif
terhadap perusahaannya, tingkat kepercayaan karyawan terhadap
perusahaannya bahwa perusahaan akan memeliharanya dan tingkat
besarnya harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaannya
dalam organisasi kerja mereka. Ditemukan pula bahwa tingkat loyalitas
cenderung lebih tinggi di antara pekerja-pekerja yang mempunyai
pengalaman kerja yang menyenangkan, seperti sikap-sikap kelompok yang
positif dan perasaan bahwa mereka adalah penting bagi perusahaan tempat
bekerja. Selain itu, didapatkan juga hubungan yang positif antara loyalitas
dengan upah yang sesuai (adil) dan memadai, mutu pengawasan, hubungan
dengan pengawas serta keterlibatan sosial dalam perusahaan. Beberapa
faktor lingkungan yang mempengaruhi loyalitas terhadap organisasi yaitu
keterandalan organisasi, perasaan dipentingkan oleh perusahaan, realitas
harapan individu, persepsi tentang sikap terhadap rekan kerja, persepsi
karyawan mengenai upah atau gaji yang adil, persepsi tentang perilaku
atasan.
Menurut Kusumo (dalam Soegandhi, 2013) menyatakan bahwa timbulnya
loyalitas kerja dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :
a. Karakteristik pribadi yaitu meliputi usia,masa kerja, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, prestasi yang dimiliki, ras, dan beberapa sifat kepribadian.
b. Karakteristik pekerjaan yaitu berupa tantangan kerja, job stress, kesempatan
berinteraksi sosial, job enrichment, identifikasi tugas, umpan balik tugas, dan
kecocokan tugas.
c. Karakteristik desain perusahaan yaitu menyangkut pada intern perusahaan itu
yang dapat dilihat dari desentralisasi, tingkat formalisasi, tingkat keikutsertaan
dalam pengambilan keputusan, paling tidak telah menunjukkan berbagai
tingkat asosiasi dengan tanggung jawab, ketergantungan fungsional maupun
fungsi control perusahaan.
d. Pengalaman yang diperoleh dari perusahaan yaitu meliputi sikap positif
terhadap perusaan, rasa percaya pada sikap positif terhadap perusahaan, rasa
aman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing faktor
memiliki peran tersendiri bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tuntutan loyalitas
kerja yang diharapkan perusahaan dapat terpenuhi apabila karyawan pada suatu
perusahaan memiliki fasilitas-fasilitas penunjang kesejahteraan, suasana kerja yang
mendukung dan karakteristik seperti yang sesuai dengan kriteria dari perusahaan
maupun organisasi tersebut. Selain itu, perusahaan itu sendiri telah mampu memenuhi
harapan dari para karyawannya.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi loyalitas kerja seorang karyawan, peneliti memilih faktor menurut
Jusuf (dalam Nandania, 2013), karena faktor tersebut diatas adalah penjelasan yang
mengemukakan bahwasannya persepsi pengembangan karir yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: faktor rasional
, faktor emosional dan faktor kepribadian. Faktor rasional meliputi upah, gaji dan
pengembangan karir. Pengembangan karir yaitu proses pada saat karyawan mengalami
kemajuan melalui serangkaian tingkatan–tingkatan yang mana masing–masing
tingkatan dikarakteristikkan dengan sejumlah perbedaan yaitu jenis tugas yang
semakin berkembang, aktivitas yang berbeda dan hubungan yang berbeda,fasilitas-
fasilitas yang diberikan lembaga untuk karyawan. Faktor emosional yaitu menyangkut
perasaan atau deskripsi diri seperti pekerjaan yang menantang, lingkungan kerja yang
mendukung, perasaan aman karena perusahaan merupakan tempat bekerja dalam
jangka panjang, pemimpin yang berkharisma, pekerjaan yang membanggakan,
penghargaan yang diberikan perusahaan dan budaya kerja. Faktor kepribadian yaitu
karakteristik pekerjaan, karakteristik desain organisasi dan pengalaman yang diperoleh
selama karyawan menekuni pekerjaan itu.
Pengembangan karir merupakan indikator faktor rasional yang akan peneliti
angkat, sehingga akan memudahkan peneliti untuk membantu menyelesaikan
penelitian yang akan dilakukan di perusahaan tersebut. Karena pengembangan karir
dalam perusahaan tersebut cenderung tidak stabil. Diindikasikan seperti karyawan
bekerja dalam waktu 5 tahun keatas baru dipromosikan, kemudian ada karyawan yang
dalam waktu 20 tahun baru dipromosikan.
B. Persepsi Pengembangan Karir
1. Pengertian Persepsi terhadap Pengembangan Karir
Menurut Walgito (2002), mengemukakan persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya
stimulus untuk individu melalui alat indera dan bersifat integrated dalam diri individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Menurut Maramis (dalam Sunaryo,2004),
persepsi ialah daya mengenal barang, berkualitas atau hubungan, dan perbedaan antara
hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca
inderanya mendapat rangsang. Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka (Robbins, 2008).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu
proses dalam diri seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan dan mengevaluasi
objek yang persepsi, menyangkut sifat-sifatnya, kwalitasnya dan kedudukannya,
sehingga terbentuklah gambaran mengenai objek yang dipersepsikan. Karir dalam
terminologi organisasi seringkali dikaitkan dengan kemajuan (advanced).
Pengembangan karier meliputi setiap aktivitas untuk mempersiapkan seseorang
untuk menempuh jalur karier tertentu. Suatu rencana karier yang telah dibuat oleh
seseorang pekerja harus disertai oleh suatu tujuan karier yang realistis (Saksono,2003).
Menurut Handoko (2000), mengemukakan bahwa istilah karir telah digunakan untuk
menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Menurut
Singodimedjo (2000), karir merupakan urutan dari kegiatan-kegiatan, perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan kerja, sikap, dan aspirasi-aspirasi yang berhubungan
selama hidup seseorang. Pendapat lain tentang karir menurut Hall (dalam Gibson,
1987), adalah persepsi seseorang mengenai sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan sepanjang hidup
orang tersebut (dimulai pertama seseorang bekerja sampai dengan sekarang). Menurut
Gibson, Ivancevich & Donnely (dalam Sutrisno, 2015) Bergerak maju, berarti pada diri
orang tersebut adanya keinginan untuk mendapatkan tantangan yang lebih besar,
adanya keinginan untuk mendapatkan status dan prestise, serta adanya keinginan untuk
mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Menurut Ruky (2003), kemajuan karir sering
kali menjadi obsesi banyak orang yang bekerja dan sering kali menjadi pikiran mereka
daripada pihak pimpinan perusahaan.
Karyawan yang mempersepsi pengembangan karirnya secara positif cenderung
mempunyai sikap kerja yang baik dan kepuasan kerja yang tinggi, sehingga akan
menghindari berbagai sikap dan perilaku kerja yang menghambat pencapaian tujuan
organisasi, seperti pemogokan, ketidakhadiran (absensi), ataupun perpindahan kerja
(Robbins, 1996). Karyawan yang memiliki persepsi pengembangan karir yang positif
cenderung lebih bersemangat ketika bekerja, lebih produktif, serta efisien dan efektif
dalam menghadapi dan menyelesaikan pekerjaannya. Menurut Noe (dalam Hartatik,
2014), pengembangan karir adalah perolehan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang meningkatkan kemampuan karyawan untuk memenuhi perubahan persyaratan
pekerjaan, serta tuntutan klien dan pelanggan. Bentuk pengembangan karir yang
dilakukan yaitu: melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, dengan syarat
mendapatkan rekomendasi dari manajer setiap unit tertentu dan setiap karyawan boleh
mengikuti lebih dari satu program pelatihan dan pendidikan. Menurut Martoyo (dalam
Hartatik, 2014) pengembangan karir berfungsi untuk menurunkan perputaran
karyawan (turnover), perhatian terhadap karir individual dalam perencanaan karir yang
ditetapkan dapat meningkatkan loyalitas pada organisasi, dengan demikian
menurunkan tingkat turnover pada karyawan.
Menurut Noe (1994), menyatakan bahwa persepsi pengembangan karir adalah
proses pada saat karyawan mengalami kemajuan melalui serangkaian tingkatan–
tingkatan yang mana masing–masing tingkatan dikarakteristikan dengan sejumlah
perbedaan yaitu jenis tugas yang semakin berkembang, aktivitas yang berbeda dan
hubungan yang berbeda. Menurut Bernardin (2003), Pengembangan karir adalah usaha
yang bersifat formal, terorganisir, dan terencana untuk meraih keseimbangan antara
kebutuhan karir individu dan kebutuhan organisasional.
Berdasarkan berbagai pengertian kesimpulan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa persepsi terhadap pengembangan karir adalah adalah usaha yang bersifat
formal, terorganisir, dan terencana untuk meraih keseimbangan antara kebutuhan karir
individu dan kebutuhan organisasional. Secara positif cenderung mempunyai sikap
kerja yang baik dan kepuasan kerja yang tinggi, sehingga akan menghindari berbagai
sikap dan perilaku kerja yang menghambat pencapaian tujuan organisasi, seperti
pemogokan, ketidakhadiran (absensi), ataupun perpindahan kerja. Karyawan yang
memiliki persepsi terhadap pengembangan karir yang positif cenderung lebih
bersemangat ketika bekerja, lebih produktif, serta efisien dan efektif dalam
menghadapi dan menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan mengalami kemajuan
melalui serangkaian tingkatan–tingkatan yang mana masing–masing tingkatan
dikarakteristikan dengan sejumlah perbedaan yaitu jenis tugas yang semakin
berkembang, aktivitas yang berbeda dan hubungan yang berbeda.
2. Aspek-aspek Persepsi terhadap Pengembangan Karir
Menurut Saksono (2003), aspek yang dinilai dalam persepsi pengembangan
karir adalah sebagai berikut :
a. Kesempatan untuk mencapai suatu yang berharga
parameter yang diukur adalah promosi jabatan, adil dalam berkarir, dan
mendapatkan informasi peluang promosi.
b. Kesempatan untuk mencapai hal baru
Parameter yang diukur adalah kesempatan mengembangkan pengetahuan
inovasi dan kreativitas.
c. Kesempatan untuk membuat pegawai merasa senang
Parameter yang diukur adalah kesempatan memilih pekerjaan sesuai dengan
kesenangan dan kesempatan menyelesaikan pekerjaan dengan cara masing-
masing.
\
d. Kesempatan untuk mengembangkan kecakapan dan kemampuan
Parameter yang diukur adalah kesempatan mengikuti diklat, seminar secara adil
dan merata
Menurut Davis dan Weather (1996) bahwa ada lima aspek pengembangan karir,
yaitu:
a. Perlakuan yang adil
Perlakuan yang adil hanya bisa terwujud jika kriteria didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang objektif, rasional dan diketahui secara
langsung dikalangan karyawan.
b. Kepedulian atasan langsung
Salah satu bentuk kepedulian itu adalah memberikan umpan balik kepada
karyawan tentang pelaksanaan tugas masing-masing, sehingga para karyawan
tersebut mengetahui potensi yang perlu dikembangkan dan kelemahan yang
perlu diatasi.
c. Informasi tentang berbagai peluang informasi
Karyawan pada umumnya mengharapkan memilikiakses informasi tentang
berbagai peluang untuk dipromosikan. Hal ini akan memberikan pengharapan
positif, sekaligus memunculkan kesediaan karyawan untuk berkompetisi.
d. Minat untuk dipromosikan
Seorang karyawan memperhitungkan berbagai faktor seperti usia, jenis
kelamin, sifat dan jenis pekerjaan seseorang, pendidikan, dan pelatihan yang
pernah ditempuh. Berbagai faktor tersebut dapat berakibat terhadap besarnya
minat seseorang mengembangkan karirnya dan dapat juga membatasi
keinginan mencapaijenjang karir yang lebih tinggi.
e. Kepuasan karir
Setiap orang ingin meraih kemajuan termasuk kemajuan dalam meniti karir.
Kepuasan dalam konteks karir tidak selalu berarti keberhasilan dari berbagai
faktor pembatas yang dihadapi seseorang, karyawan puas apabila mencapai
tingkat tertentu dalam karirnya atau seseorang bisa puas karena mengetahui
bahwa apa yang dicapainya itu sudah merupakan hasil yang maksimal.
Aspek pengembangan karir menurut Handoko (2008) dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Pengembangan karir secara individual yang terdiri dari prestasi kerja, exposure,
permintaan berhenti, kesetiaan organisasional, mentor dan sponsor, serta
kesempatan-kesempatan untuk tumbuh.
b. Pengembangan karir secara organisasional yang terdiri dari dukungan
manajemen, umpan balik karyawan dalam mewujudkan sasaran-sasaran karir,
serta kelompok-kelompok kerja kohesif.
Aspek pengembangan karir menurut Suwatno dan Priansa (2011) adalah
pelaksanaan pengembangan, yaitu:
a. Metode pendidikan (education)
Yaitu apabila proses pendidikan dan pelatihan dilihat kembali, maka terlihat
bahwa hasil akhir proses tersebut adalah adanya perubahan tingkah yang
diharapkan. Ini berarti bahwa pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk
mengubah tingkah laku karyawan, tingkah laku baru (hasil perubahan) itu
dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Suatu lembaga pendidikan terutama
pendidikan formal, sebenarnya dibentangkan harapan tentang tingkat dan jenis
perubahan tingkah laku sasaran pendidikan, antara lain perubahan pengetahuan,
sikap dan kemampuan mereka.
b. Metode pelatihan (training)
Yaitu metode pelatihan harus didasarkan pada kebutuhan pekerjaan dan
tergantung pada berbagai faktor, diantaranya waktu, biaya, jumlah peserta,
tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta dan sebagainya.
Pelatihan pada dasarnya dipandang sebagai penerapan, kecakapan dan
keterampilan pekerjaan. Oleh sebab itu, pelatihan merupakan suatu fungsi yang
terus-menerus dilakukan sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang diemban
karyawan. Apabila seorang karyawan sering dirotasi, maka pelatihan bagi
karyawan tersebut menjadi penting untuk selalu dilakukan.
Berdasarkan pengertian aspek diatas, maka peneliti memilih aspek menurut
Saksono (2003), yaitu kesempatan untuk mencapai suatu yang berharga yaitu
parameter yang diukur adalah promosi jabatan, adil dalam berkarir,dan mendapatkan
informasi peluang promosi. Kesempatan untuk mencapai hal baru yaitu parameter yang
diukur adalah kesempatan mengembangkan pengetahuan inivasi dan kreativitas.
Kesempatan untuk membuat pegawai merasa senang yaitu parameter yang diukur
adalah kesempatan memilih pekerjaan sesuai dengan kesenangan dan kesempatan
menyelesaikan pekerjaan dengan cara masing-masing. Kesempatan untuk
mengembangkan kecakapan dan kemampuan yaitu parameter yang diukur adalah
kesempatan mengikuti diklat, seminar secara adil dan merata.
C. Hubungan Persepsi Terhadap Pengembangan Karir dengan Loyalitas Kerja
pada Karyawan
Loyalitas kerja yaitu kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga
dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari orang-orang yang tidak
bertanggung jawab (Hasibuan, 2011). Loyalitas kerja para karyawan bukan hanya
sekedar kesetiaan fisik atau keberadaaannya di dalam organisasi, namun termasuk
pikiran, perhatian, gagasan, serta dedikasinya tercurah sepenuhnya kepada organisasi
(Robbins, 2002). Loyalitas merupakan sikap karyawan dalam mencurahkan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki, melaksanakan tugas dengan bertanggung
jawab, disiplin, serta jujur dalam bekerja (Poerwopoespito, 2005).
Menurut Rowley (2012), loyalitas adalah sikap berkomitmen, setia dan
menjaga hubungan kerja dengan para pekerja dengan lebih baik lagi untuk peningkatan
kinerja termasuk peningkatan produktivitas kinerja tim dan individu yang diakibatkan
oleh rendahnya ketidakhadiran dan menurunnya angka turnover. Menurut Steers dan
Porter (2005), loyalitas diartikan sebagai komitmen, yaitu sejauh mana karyawan
mengindentifikasi tempat kerjanya dan mempertahankan keanggotaannya dalam
perusahaan tersebut. Loyalitas kerja adalah kecenderungan karyawan untuk tidak
pindah ke perusahaan lain, dimana kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan karyawan
menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari orang-orang
yang tidak bertanggung jawab (Siagian, 2010).
Faktor rasional yaitu menyangkut hal-hal yang bisa dijelaskan secara logis,
seperti gaji, bonus, pengembangan karir. Pengembangan karir adalah proses pada saat
karyawan mengalami kemajuan melalui serangkaian tingkatan–tingkatan yang mana
masing–masing tingkatan dikarakteristikan dengan sejumlah perbedaan yaitu jenis
tugas yang semakin berkembang, aktivitas yang berbeda dan hubungan yang
berbeda,fasilitas-fasilitas yang diberikan lembaga untuk karyawan. Betapa pun baiknya
suatu rencana karir yang telah dibuat oleh seseorang pekerja disertai oleh suatu tujuan
karir yang wajar dan realistik, rencana tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa
adanya pengembangan karir yang sistematik dan programatik (Fathoni, 2006)
Pengembangan karier meliputi setiap aktivitas untuk mempersiapkan seseorang
untuk menempuh jalur karier tertentu. Suatu rencana karier yang telah dibuat oleh
seseorang pekerja harus disertai oleh suatu tujuan karier yang realistis (Saksono,2003).
Menurut Handoko (2000), mengemukakan bahwa istilah karir telah digunakan untuk
menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Menurut
Singodimedjo (2000), karir merupakan urutan dari kegiatan-kegiatan, perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan kerja, sikap, dan aspirasi-aspirasi yang berhubungan
selama hidup seseorang. Pendapat lain tentang karir menurut Hall (dalam Gibson,
1987), adalah persepsi seseorang mengenai sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan sepanjang hidup
orang tersebut (dimulai pertama seseorang bekerja sampai dengan sekarang). Bergerak
maju, berarti pada diri orang tersebut adanya keinginan untuk mendapatkan tantangan
yang lebih besar, adanya keinginan untuk mendapatkan status dan prestise, serta
adanya keinginan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. (Gibson,
Ivancevich, & Donnely, 1987). Menurut Ruky (2003), kemajuan karir sering kali
menjadi obsesi banyak orang yang bekerja dan sering kali menjadi pikiran mereka
daripada pihak pimpinan perusahaan.
Karyawan yang mempersepsi pengembangan karirnya secara positif cenderung
mempunyai sikap kerja yang baik dan kepuasan kerja yang tinggi, sehingga akan
menghindari berbagai sikap dan perilaku kerja yang menghambat pencapaian tujuan
organisasi, seperti pemogokan, ketidakhadiran (absensi), ataupun perpindahan kerja
(Robbins, 1996). Karyawan yang memiliki pengembangan karir yang positif cenderung
lebih bersemangat ketika bekerja, lebih produktif, serta efisien dan efektif dalam
menghadapi dan menyelesaikan pekerjaannya. Menurut Noe (dalam Hartatik, 2014),
pengembangan karir adalah perolehan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
meningkatkan kemampuan karyawan untuk memenuhi perubahan persyaratan
pekerjaan, serta tuntutan klien dan pelanggan. Bentuk pengembangan karir yang
dilakukan yaitu: melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, dengan syarat
mendapatkan rekomendasi dari manajer setiap unit tertentu dan setiap karyawan boleh
mengikuti lebih dari satu program pelatihan dan pendidikan. Menurut Martoyo (dalam
Hartatik, 2014) pengembangan karir berfungsi untuk menurunkan perputaran
karyawan (turnover). Perhatian terhadap karir individual dalam perencanaan karir yang
ditetapkan dapat meningkatkan loyalitas pada organisasi, dengan demikian
menurunkan tingkat turnover pada karyawan.
Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan
perusahaan dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Perusahaan yang baik akan
memiliki loyalitas kerja karyawan yang tinggi, akhirnya mampu menciptakan loyalitas
kerja dalam perusahaan yang baik pula. Dalam suatu perusahaan erat kaitannya dengan
masalah sistem kesempatan untuk mencapai hal yang berharga. Hal tersebut tergantung
oleh persepsi masing-masing karyawan terhadap kesempatan untuk dipromosikan
jabatan oleh perusahaan. Ketika karyawan memiliki kerja yang baik maka perusahaan
akan memberikan jenjang karir jabatan kepada karyawan yang memiliki kinerja,
kedisiplinan serta kepatuhan yang baik. Menurut Jusuf (dalam Nandania, 2013)
berpendapat bahwa loyalitas merupakan suatu sikap yang timbul sebagai akibat
keinginan untuk setia dan berbakti baik itu oada pekerjaannya, kelompok, atasan,
maupun pada tempat kerjanya yang menyebabkan seseorang rela berkorban demi
memuaskan pihak lain atau masyarakat.
Akibat dari persepsi yang berbeda-beda tersebut dapat menimbulkan dampak
kerja yang positef dan negatif. Dampak kerja yang positif akan muncul bila karyawan
memilik rasa adil dalam berkarir sehingga karyawan dapat bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. Peluang setiap informasi yang diberikan
oleh perusahaan dalam bekerja, adalah agar di promosikan secara tepat untuk bekerja
sama dalam setiap pekerjaan di dalaam ataupun di luar perusahaan sehingga karyawan
memiliki rasa memiliki perusahaan. Misalnya seorang pengawas (mandor) akan
memperoleh upah yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan biasa. Hal tersebut
akan menimbulkan gairah kerja yang baik, sehingga karyawan akan mampu untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan baik pula dan termotivasi untuk menyelesaikan
tugas yang ada, menciptakan kinerja yang baik untuk suatu hal yang baru dengan
mengembangkan inovasi dan kreativitas terhadap perusahaan, hal tersebut akan
meningkatkan kinerja loyalitas kerja karyawan. Loyalitas kerja adalah kecenderungan
karyawan untuk tidak pindah ke perusahaan lain, dimana kesetiaan dicerminkan oleh
kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar
pekerjaan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Siagian, 2010).
Jika karyawan diberikan kesempatan yang baru dan merasa bahwa upah dan
jabatan yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, merasakan
adanya ketidakadilan di dalam perusahaan membuat kesempatan untuk
mengembangakan inovasi dan kreativitas berkurang serta tugas-tugas kerja yang ada
sangatlah berat, maka keadaan tersebut dapat menimbulkan rasa cemas, tidak berminat
atau merasa tidak patuh dan taat dengan tugas-tugasnya. Hal tersebut merupakan
dampak kerja negatif bagi karyawan yang bersangkutan, sehingga menurunkan
loyalitas kerja karyawan. Reaksi emosional ini merupakan akibat dari dorongan,
keinginan, tuntutan dan harapan-harapan terhadap pekerjaan yang dihubungkan dengan
realitas-realitas yang dirasakan karyawan, sehingga menimbulkan suatu bentuk reaksi
emosional yang berwujud perasaan senang, perasaan puas, ataupun perasaan tidak puas
(Sutrisno, 2015)
Ada kalanya, perusahaan menerapkan sistem untuk mengembangkan
kecakapan dan kemapuan. Kesempatan ini adalah untuk memperoleh kinerja karyawan
yang baik sehingga menurunkan turnover bagi perusahaan. Karyawan berhak diberikan
kesempatan mengikuti diklat agar kedepannya memiliki rasa patuh dan setia dengan
perusahaan, hal itu juga akan menguntungkan bagi perusahaan karena karyawan yang
memiliki disiplin kerja yang baik akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
diberikan oleh atasan. Namun, kesempatan tersebut harus diberikan secara merata
terhadap karyawan agar nantinya karyawan bisa mengembangkan kreativitas dan kerja
sama di dalam melakukan produktivitas pekerjaan, hal itu juga yang akan
menguntungkan bagi perusahaaan untuk menjaga dan bertanggung jawab terhadap
perusahaan. Menurut Tohardi (dalam Sutrisno, 2015), mengemukakan bahwa
produktivitas kerja merupakan sikap mental, sikap mental yang selalu mencari
perbaikan terhadap apa yang telah ada keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan
pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dan hari esok lebih baik hari ini.
Ketika karyawan mempersepsikan pengembangan karir bahwa antara
pekerjaan yang dilakukan dengan besarnya upah yang diterima sesuai, maka karyawan
akan melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan termotivasi untuk menyelesaikan
tugas yang ada, selanjutnya akan meningkatkan loyalitas kerja karyawan tersebut. Jika
karyawan merasa nyaman bekerja di tempat kerja dengan tingkat upah yang sesuai dan
jabatan yang sesuai dengan tingkat kerja dan kinerjanya, maka karyawan akan merasa
puas. Berdasarkan kepuasan kenyamanan akan membuat karyawan memberikan timbal
balik bagi perusahaan yaitu berupa ketaatan, tanggung jawab, pengabdian karyawan
dan kesanggupan bekerja secara bersama tim. Adanya ketaatan dan kesetiaan akan
karyawan tetap mempertahankan keanggotaannya dalam perusahaan, sehingga
karyawan menjadi loyal. Loyalitas merupakan sikap karyawan dalam mencurahkan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki, melaksanakan tugas dengan bertanggung
jawab, disiplin, serta jujur dalam bekerja (Poerwopoespito, 2004).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2013),
perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang perindustrian pengecoran logam ini
memiliki harapan dengan terus meningkatkan loyalitas karyawan, juga memiliki
pelanggan atau karyawan yang loyal agar pelanggannya tidak melakukan switching ke
perusahaan lain. Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan faktor yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Maju mundurnya suatu perusahaan akan sangat
tergantung dari kinerja karyawan perusahaan yang bersangkutan. Karyawan yang
mempunyai kinerja yang bagus adalah karyawan yang mempunyai loyalitas yang
tinggi. Dengan adanya pengembangan karir akan mendorong karyawan dalam
mencapai loyalitas kerjanya. Baik tidaknya karyawan dalam pengembangan karirnya
akan berdampak terhadap loyalitas kerja karyawan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cornelia (2016), karyawan yang
pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memiliki pandangan yang berbeda
tentang pekerjaan, jika dibandingkan dengan individu yang telah lama bekerja. Mereka
yang telah lama bekerja akan berpandangan lebih luas dan bermakna, serta dengan
mempertahankan karyawan yang lama akan lebih menghemat biaya dan waktu
dibandingkan merekrut karyawan yang baru dimana perusahaan perlu mendidik dari
awal kembali mengenai pengetahuan tentang perusahaan dan karyawan yang baru akan
memerlukan waktu beradaptasi pada lingkungan kerja. Anggapan terhadap menjaga
loyalitas kerja karyawan tersebut yang dapat memiliki keinginan lain, seperti
penghargaan dari orang lain, persaingan terhadap kekuasaan serta jabatan yang lebih
tinggi. Sehubungan dengan ini, maka setiap pegawai harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan karirnya, yakni sebagai alat untuk menjaga loyalitas kerja bagi setiap
karyawan yang bekerja di perusahaan. Pengembangan karir juga dapat menumbuhkan
komitmen bagi karyawan di perusahaan agar angka turnover di perusahaan bisa
berkurang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tary (2015), rendahnya loyalitas
kerja karyawan disebabkan oleh kurang efektifnya pelaksanaan penilaian prestasi.
Ditemukan gejala atau fenomena-fenomena yaitu masih adanya karyawan yang sering
besantai saat bekerja, penyelesaian tugas tidak tepat pada waktunya, karyawan tidak
teliti dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya sehingga hasil kerja
tidak sebaik yang diharapkan, dan masih ada karyawan yang tidak memiliki
keterampilan dalam menggunakan alat-alat kantor. Prestasi kerja yang baik
menunjukkan tingkat loyalitas kerja karyawan tinggi, begitu pula dengan loyalitas kerja
yang rendah dapat berakibat motivasi kerja karyawan rendah, semangat kerja menurun,
tingkat absensi tinggi, dan prestasi kerja karyawan pun menurun (Dedi Winardi, 2013).
Dari berbagai sumber peneitian diatas, ditemukan ada hubungan antara persepsi
pengembangan karir dengan loyalitas kerja , khusunya terdapat hubungan yang positif
antara persepsi pengembangan karir dengan loyalitas kerja.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara persepsi terhadap pengembangan karir karyawan dengan
loyalitas kerja, Semakin positif persepsi terhadap pengembangan karir maka semakin
tinggi pula loyalitas kerja sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap pengembangan
karir maka semakin rendah pula loyalitas kerja pada karyawan.