bab ii tinjauan umum tentang penentuan nasib … ii.pdf · internasional, seperti kovenan ......

28
18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB SENDIRI MENURUT HUKUM INTERNASIONAL 2.1. Penentuan Nasib Sendiri Sejak tumbangnya komunisme di Uni Soviet dan negara-negara sosialis lainnya di Eropa Timur pada akhir tahun 1990an, telah memberikan isyarat bagi berakhirnya Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur dan sekaligus telah berpengaruh terhadap hubungan antarnegara dan mempunyai dampak dalam tatanan hukum internasional. Namun, di pihak lain perubahan-perubahan yang cepat dan mendasar semacam itu juga telah menimbulkan fenomena-fenomena baru seperti timbulnya pertentangan etnis di banyak negara yang dapat memporak-porandakan kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan wilayah negara dan kemudian memicu terjadinya disintegrasi atau terpecah-pecahnya negara. 31 Hal itu terjadi pada negara bekas Uni Soviet yang kini telah terpecah- pecah menjadi 15 negara dengan personalitas hukum yang baru. Termasuk juga apa yang telah terjadi di bekas Negara Republik Demokrasi Sosialis Yugoslavia yang kini telah terpecah menjadi lima negara baru seperti Serbia dan Montenegro, Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina dan Macedonia, belum lagi yang terjadi di bekas Negara Cekoslovakia yang kemudian menjadi Republik Ceko dan Republik Slovakia. Kejadian-kejadian semacam ini sudah tentu bisa menimbulkan preseden yang sangat berbahaya bukan saja bagi perkembangan dan kelangsungan hidup 31 Sumaryo Suryokusumo, 2001, Praktek Diplomasi, Universitas Indonesia, Jakarta, h.64- 65.

Upload: phamkien

Post on 30-Mar-2018

240 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB SENDIRI

MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

2.1. Penentuan Nasib Sendiri

Sejak tumbangnya komunisme di Uni Soviet dan negara-negara sosialis

lainnya di Eropa Timur pada akhir tahun 1990an, telah memberikan isyarat bagi

berakhirnya Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur dan sekaligus telah

berpengaruh terhadap hubungan antarnegara dan mempunyai dampak dalam

tatanan hukum internasional. Namun, di pihak lain perubahan-perubahan yang

cepat dan mendasar semacam itu juga telah menimbulkan fenomena-fenomena

baru seperti timbulnya pertentangan etnis di banyak negara yang dapat

memporak-porandakan kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan wilayah negara

dan kemudian memicu terjadinya disintegrasi atau terpecah-pecahnya negara.31

Hal itu terjadi pada negara bekas Uni Soviet yang kini telah terpecah-

pecah menjadi 15 negara dengan personalitas hukum yang baru. Termasuk juga

apa yang telah terjadi di bekas Negara Republik Demokrasi Sosialis Yugoslavia

yang kini telah terpecah menjadi lima negara baru seperti Serbia dan Montenegro,

Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina dan Macedonia, belum lagi yang terjadi di

bekas Negara Cekoslovakia yang kemudian menjadi Republik Ceko dan Republik

Slovakia. Kejadian-kejadian semacam ini sudah tentu bisa menimbulkan preseden

yang sangat berbahaya bukan saja bagi perkembangan dan kelangsungan hidup

31

Sumaryo Suryokusumo, 2001, Praktek Diplomasi, Universitas Indonesia, Jakarta, h.64-

65.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

19

negara, tetapi juga kemerdekaan (independence), kedaulatan (sovereignity) serta

yang terpenting lagi adalah keutuhan wilayah (territorial integrity) suatu negara.

Hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan suatu prinsip hukum

internasional yang dapat ditemukan sebagai norma dalam berbagai perjanjian

internasional, seperti Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (International

Covenant on Civil and Political Rights) yang memuat tentang Hak Asasi Manusia

(HAM) tertentu dan hak ini menyatakan bahwa semua negara (all states) atau

bangsa (peoples) mempunyai hak untuk membentuk sistem politiknya sendiri dan

memiliki aturan internalnya sendiri; secara bebas untuk mengejar pembangunan

ekonomi, sosial dan budaya mereka sendiri; dan untuk menggunakan sumber daya

alam mereka yang dianggap cocok. Hak untuk menentukan nasib sendiri adalah

hak dari suatu masyarakat kolektif tertentu seperti untuk menentukan masa depan

politik dan ekonominya sendiri dari suatu bangsa, tunduk pada kewajiban-

kewajiban menurut hukum internasional.32

Dalam berbagai literatur hukum internasional belum didefinisikan secara

jelas apa yang dimaksud dengan bangsa (peoples) dalam rangka menuntut

(claiming) hak untuk menentukan nasib sendiri. Terdapat banyak kontroversi dan

kebingungan dalam hal ruang lingkup (scope) dan penerapan dari hak ini.

Namun, demikian hak untuk menentukan nasib sendiri secara normatif

telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional, antara lain, yaitu

Pasal 1 ayat (2) Piagam PBB yang menyatakan bahwa salah satu tujuan dari PBB

adalah untuk membangun hubungan baik antara bangsa-bangsa berdasarkan

32

H. Victor Conde, 1999, A Handbook of International Human Rights Terminology,

University of Nebraska Press, Nebraska, h.135.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

20

kehormatan untuk prinsip kesamaan hak dan penentuan nasib sendiri dari rakyat.33

Pasal 1 ayat (1) Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (Internastional

Covenant on Civil and Political Rights) dan Kovenan Internasional Hak-hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya (Internasional Covenant on Economic, Social and

Cultural Rights) menyatakan bahwa semua orang telah diberikan kebebasan untuk

menentukan status politik, perkembangan ekonomi, sosial dan kebudayaan.34

Dengan kata lain, setiap bangsa adalah bebas untuk membangun institusi politik,

membangun sumber daya ekonominya, dan untuk mengatur perubahan sosio-

kulturalnya sendiri, tanpa ada intervensi dari bangsa lain. Resolusi Majelis Umum

PBB Nomor 1514 (XV) 14 Desember 1960 tentang Deklarasi Pemberian

Kemerdekaan kepada bangsa dan negara terjajah; Resolusi Majelis Umum PBB

Nomor 2625 (XXV) 24 Oktober 1970 mengenai Deklarasi tentang Prinsip-prinsip

Hukum Internasional tentang Kerjasama dan Hubungan Bersahabat di antara

negara-negara dan hubungan bersahabat sesuai dengan Piagam PBB; Deklarasi

Wina Tahun 1993 yang mengkonfirmasi ulang dalam hubungannya dengan bagian

Pasal 1 dari Kovenan PBB tentang HAM.

Dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 1514/1960 dan Kovenan Hak-

hak SIpil dan Politik (ICCPR) memang tidak dibedakan antara “right to” dan

“right of self-determination”. Juga dalam praktek, keduanya digunakan secara

rancu. Sebenarnya terdapat dua jenis atau tingkatan penentuan nasib sendiri, yaitu

Right to self-determination dan Right of self-determination.35

33

Piagam PBB Pasal 1 ayat (2). 34

Kumbaro, Op.Cit, h.13. 35

Hassan Wirajuda, 1999, Hak Asasi Manusia Tanggung Jawab Negara Peran Institusi

Nasional dan Masyarakat, Komnas HAM, Jakarta, h.126-127.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

21

2.1.1. Pengertian Right to Self-Determination

Merupakan hak yang bersifat sekali dan tidak dapat dipecah, untuk

membentuk suatu negara (Integrasi atau Asosiasi). Pelaksanaan “right to self-

determination” yang diwujudkan melalui kemerdekaan dalam rangka membentuk

atau mendirikan negara (state), baik untuk membebaskan diri dari penjajahan,

maupun untuk berintegrasi atau berasosiasi dengan negara yang lain. Hal itu

dilakukan hanya sekali dan untuk selamanya.36

2.1.2. Pengertian Right of Self-Determination

Hak menentukan nasib sendiri (right of self determination) diakui

sebagai suatu norma yang mengikat dalam masyarakat internasional dan telah

diakui menjadi prinsip dasar hukum internasional umum yang diterima yang

sering disebut dengan Jus Cogens.37

Prinsip ini membatasi kehendak bebas negara

dalam menangani masalah gerakan separatis yang terjadi di wilayahnya dengan

tetap mengacu pada kaidah hukum internasional yang mengancam validitas setiap

persetujuan-persetujuan ataupun aturan dan cara-cara yang ditempuh negara yang

bertentangan dengan hukum internasional, karena penentuan nasib sendiri diakui

oleh masyarakat Internasional sebagai HAM yang harus dihormati.38

Pengertian hak untuk menentukan nasib sendiri (the rights of self

determination) dapat dijelaskan dalam dua arti. Pertama dapat diartikan sebagai

hak dari suatu bangsa dalam sebuah negara untuk menentukan bentuk

pemerintahannya sendiri. Hak demikian sudah diakui dalam hukum internasional.

36

Sugeng Bahagijo dan Asmara Nababan, 1999, Hak Asasi Manusia dan Tanggung

Jawab Negara Peran Institusi Nasional dan Masyarakat, Jakarta, h.126-127. 37

Rafika Nur, Op.Cit, h.71. 38

Ibid.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

22

Kedua, hak menentukan nasib sendiri dapat berarti sebagai hak dari

sekelompok orang atau bangsa untuk mendirikan sendiri suatu negara yang

merdeka. Konsep self determination ini menjadi perhatian serius oleh PBB ketika

pada tanggal 26 Juni 1945 Piagam PBB ditandatangani di SanFransisco.

Hak penentuan nasib sendiri (The Right of Self Determination) oleh

suatu bangsa pada prakteknya berawal dari Revolusi Amerika dan Revolusi

Perancis di abad ke delapan belas. Hak ini berkembang sejalan dengan

perkembangan politik dunia, permasalahan etnis, dan pemberontakan dari etnis di

Amerika dan Eropa.

Gagasan self determination yang dikemukakan oleh Presiden Wilson

dalam pidatonya di depan Kongres Amerika serikat pada tanggal 8 Januari 1918,

yang kemudian ditegaskan lagi dalam naskah Konvenan Liga Bangsa-bangsa

(LBB) yang diusulkan, yang antara lain menyebutkan:

The contracting powers unite guaranteeing...territorial readjustment...as many in the future become necessary by reason of change in the present social conditions and aspirations or present social and political relationship, pursuant to the principle of self determination.

39

Maksud dari gagasan tersebut sebenarnya adalah agar diberikan

kesempatan pasca perang dunia I berdasarkan asas demokrasi kepada golongan-

golongan minoritas di Eropa untuk menentukan nasibnya sendiri dengan

membentuk negara-negara merdeka yang tidak dimasukan dalam wilayah negara-

negara yang menang perang.

39

Sefriani, 2009, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, h.113.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

23

2.2. Pengaturan Penentuan Nasib Sendiri

Dalam perkembangan selanjutnya, prinsip penentuan nasib sendiri telah

dimasukkan dalam Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 55 Piagam PBB. Dengan

pencantuman prinsip tersebut sebagai aturan hukum internasional untuk

menyetujui prinsip tersebut. Dengan demikian, pasal 1 ayat (2) dan Pasal 55

Piagam PBB mengenai prinsip penentuan nasib sendiri merupakan ketentuan-

ketentuan dari suatu perjanjian internasional yang mengikat semua anggota

negaranya.

Hak menentukan nasib sendiri (the right to self-determination) untuk

pertama kali dirumuskan dalam Piagam PBB yang ditandatangani tanggal 26 Juni

1945. Prinsip penentuan nasib sendiri merupakan salah satu dari empat tujuan

PBB. Prinsip ini telah memainkan peran penting dalam pemberian kemerdekaan

kepada negara-negara jajahan, wilayah-wilayah perwalian dan negara-negara yang

tidak berpemerintahan sendiri yang lain.40

Prinsip penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan

wilayah jajahan dapat menentukan secara bebas status politiknya sendiri.

Penentuan nasib sendiri semacam itu dapat menciptakan kemerdekaan, bergabung

dengan negara tetangga dan persekutuan secara bebas dengan suatu negara

merdeka atau status politik lainnya yang diputuskan secara bebas oleh rakyat yang

bersangkutan. Penentuan nasib sendiri juga mempunyai peranan dalam

hubungannya dengan pembentukan negara, mempertahankan kedaulatan dan

40

Malcolm N. Shaw, 1997, International Law, Third Edition, Grotius Publication,

Cambridge, England, h.177

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

24

kemerdekaan negara, dalam merumuskan kriteria untuk penyelesaian perselisihan

dan di bidang kedaulatan yang tetap dari negara terhadap sumber alam.41

Lebih dari 80 bangsa yang rakyatnya berada di bawah pemerintahan

kolonial telah bergabung ke dalam PBB sebagai negara-negara merdeka yang

berdaulat sejak organisasi dunia itu berdiri tahun 1945. Banyak wilayah lain yang

telah mencapai penentuan nasib sendiri melalui penggabungan politik dengan

negara-negara merdeka lainnya, atau melalui integrasi dengan negara-negara lain.

PBB telah memainkan peran yang sangat penting dalam perubahan bersejarah

tersebut dengan mendorong aspirasi bangsa-bangsa yang belum merdeka dan

dengan menetapkan tujuan dan standar guna meningkatkan pencapaian

kemerdekaan bagi mereka. PBB juga telah melakukan pengawasan terhadap

pemilihan umum yang membuka pintu menuju kemerdekaan.42

Instrumen-instrumen Hukum Internasional yang mengatur tentang hak

menentukan nasib sendiri untuk dapat merdeka dan bebas dari kekuasaan asing

antara lain sebagai berikut :

1. Piagam PBB

Meskipun Piagam PBB hanya sedikit memberikan pengaturan

tentang “self-determination,” akan tetapi Piagam PBB telah

memberikan beberapa doktrin mengenai hak penentuan nasib sendiri.

Prinsip-prinsip mengenai penentuan nasib sendiri dengan jelas

41

Tsani B. Maimoen S., 1997, Instrumen Internasional Pokok-Pokok Hak Asasi Manusia,

Obor Indonesia, Jakarta, h.261. 42

The United Nation, 2003, Basic Fact About The United Nations (Pengetahuan dasar

tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa), United Nations Department of Public Information, New

York, h.290.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

25

disebutkan adalah pertama kali pada Pasal 1 ayat (2) dan kemudian

pada Pasal 55 Piagam PBB.

Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa salah satu tujuan dari PBB

adalah untuk membangun hubungan baik antara bangsa-bangsa

berdasarkan kehormatan untuk prinsip kesamaan hak dan penentuan

nasib sendiri dari rakyat. Pasal 55 mendorong PBB untuk

meningkatkan standar kehidupan masyarakat dunia, mencari solusi

terhadap masalah kesehatan dan kebudayaan masyarakat dunia, serta

penghormatan universal terhadap Hak Asasi Manusia; “With a view to

the creation of conditions of stability and well-being which are

necessary for peaceful and friendly relations among nations based on

respect for the principle of equal rights and self determination of

peoples…”

Pengaturan Piagam PBB ini secara keseluruhan masih belum

lengkap dalam hal substansi dari self-determination. Penentuan nasib

sendiri dalam Piagam PBB hanya terkesan sebagai sebuah prinsip saja

dan bukan merupakan suatu hak yang dimiliki setiap bangsa di dunia.

Piagam PBB tidak mengatur bagaimana hak suatu bangsa yang belum

merdeka bisa mendapatkan kemerdekaannya.43

Oleh karena itu,

mengenai penentuan nasib sendiri diatur lebih lanjut dalam konvensi-

konvensi yang lahir berikutnya.

43

Thornberry P, 1993, The Democratic or Internal Aspect of Self-determination, dalam

Tomuscat, C. (ed), Modern Law of Self-determination, Martinus Nijhoff Publishers, h.108.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

26

2. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia (Universal

Declaration of Human Rights) (DUHAM) (1948)

Menurut pokok-pokok hak asasi manusia dan kebebasan dasar,

termasuk cita-cita manusia yang bebas untuk menikmati kebebasan

sipil dan politik. Hal ini dapat dicapai salah satu dengan diciptakannya

kondisi dimana setiap orang dapat menikmati hak-hak sipil dan politik

yang diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan internasional.

3. Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Ekonomi, Sosial dan

Budaya (International Covenant of Civil and Political Rights,

Economic, Social and Cultural Rights) (ICCPR) (1966)

Menurut Pasal 1 ayat 1 dari Kovenan, semua orang telah diberikan

kebebasan untuk menentukan status politik, perkembangan ekonomi,

sosial dan kebudayaan. Dengan kata lain, setiap bangsa adalah bebas

untuk membangun institusi politik, membangun sumber daya

ekonominya, dan untuk mengatur perubahan sosio-kulturalnya sendiri,

tanpa ada intervensi dari bangsa lain. Meskipun demikian banyak

usulan dari sarjana hukum internasional bahwa hak suatu bangsa untuk

menentukan “status politik” harus dimasukkan dalam suatu pasal

tersendiri di dalam ICCPR dan serupa dengan itu, hak untuk

menentukan status ekonomi, sosial dan kebudayaan juga harus

dimasukkan dalam pasal tersendiri di dalam ICCPR.44

Suatu bangsa

44

Dajena Kumbaro, 2001, The Kosovo Crisis in an International Law Perspective; Self-

Determination, Territorial Integrity and The NATO Intervention, NATO Office of Information and

Press 2001, h.8.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

27

atau negara yang tidak dapat menentukan sendiri status politiknya juga

tidak dapat menentukan hak ekonomi, sosial, dan kebudayaannya

sendiri dan sebaliknya.

2.3. Kasus-Kasus Penentuan Nasib Sendiri

2.3.1. Kemerdekaan Kosovo atas Serbia dalam Perspektif Hukum

Internasional

Sejak berakhirnya perang dingin, mayoritas konflik yang

terjadi di dunia muncul dalam bentuk pertentangan etnis,

agama dan konflik yang bersifat lokal. Secara faktual, tatanan

dunia dewasa ini ditandai dengan penghancuran suatu negara

nasional sebagai akibat dari perang sipil antar etnis.45

Hal

tersebut dibuktikan dengan kenyataan yang terjadi di belahan

Eropa Timur, antara lain, seperti yang terjadi di Republik

Federal Yugoslavia, yaitu terjadinya pemecahan negara

tersebut sebagai suatu kasus suksesi negara (state succession)

dan kemudian negara Yugoslavia yang baru hanya terdiri dari

Serbia dan Montenegro.

Pada hari Minggu, tanggal 17 Februari 2008, Parlemen

Kosovo secara unilateral mendeklarasikan kemerdekaannya

serta menetapkan Hashim Taci sebagai Perdana Menteri dan

Fatmir Sejdiu sebagai Presiden. Kemerdekaan secara sepihak

ini, kemudian menimbulkan polemik dan reaksi yang

45

John A. Macinnis, 2006, The Role of United Nations with respect to the Means for

Accomplishing the Maintenance and Restoration of Peace, 26 (1) Georgia Journal of International

and Comparative Law, h.2

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

28

bermacam-macam (pro dan kontra), bahkan menimbulkan

perpecahan di kalangan negara-negara yang duduk sebagai

anggota tetap Dewan Keamanan PBB, padahal, kesatuan sikap

sangat dibutuhkan untuk memutuskan status final dari Kosovo.

Di dalam negara Serbia, kemerdekaan Kosovo justru telah

menimbulkan masalah baru, yaitu timbulnya gejolak berupa

protes hingga aksi kekerasan yang menolak kemerdekaan

tersebut. Hal itu, misalnya, terjadi di wilayah yang didominasi

oleh etnis Serbia seperti di Mitrovica, di mana dua granat

tangan dilemparkan ke sebuah gedung pengadilan PBB dan

kemudian meledak. Sementara yang satunya dilemparkan ke

arah sebuah rumah misi Uni Eropa yang baru, tapi meleset.

Kemudian di Belgrade, para demonstran yang berkisar 1.000

orang telah melempari dengan batu dan merusak jendela-

jendela Kedutaan Besar Amerika.46

Kosovo yang merupakan provinsi Yugoslavia/Serbia itu

berpenduduk 2,1 juta, terdiri dari 90% etnis Albania yang

Muslim, 5,3% etnis Serbia yang Katholik Ortodoks, selebihnya

etnis Bosnia dan minoritas lan. Selama bertahun-tahun, etnis

Albania merasa didiskriminasi oleh Pemerintah Serbia di

Belgrade, menjadi sasaran kekerasan dan tindakan represif.

Perkembangan situasi ini mendorong terjadinya perang antara

46

http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/europe/7249034.stm 04/04/2008

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

29

kelompok etnis Albania yang menamakan diri “Kosovo

Liberation Army” (KLA) melawan pasukan Yugoslavia yang

dengan kekuatan militer ingin mencegah Kosovo memisahkan

diri. Perang tahun 1996-1998 dapat dihentikan dengan

kampanye pengeboman NATO secara besar-besaran terhadap

sasaran-sasaran Yugosalvia, dengan tujuan sebagaimana juru

bicara NATO “Serbs out, peacekeepers in, refugees back”.47

Keterlibatan Dewan Keamanan PBB baru terjadi dalam

masalah Kosovo dengan diadopsinya Resolusi 1244 (1999)

pada tanggal 10 Juni 1999, yang menempatkan Kosovo di

bawah administrasi PBB dengan tugas membentuk

pemerintahan sementara untuk Kosovo, agar rakyat Kosovo

mendapat otonomi luas dan “self-government” di Kosovo

dalam Republik Federal Yugoslavia, sementara penyelesaian

final atas kasus Kosovo belum ditentukan. Resolusi tidak

menyebut bentuk penyelesaian final atas masalah Kosovo,

tetapi hanya memutuskan, solusi politik atas krisis Kosovo

harus mempertimbangkan kedaulatan dan integritas territorial

Republik Federal Yugoslavia.48

Status final Kosovo dirintis melalui negosiasi yang dimulai

tahun 2006 di bawah pimpinan Utusan Khusus Sekjen PBB

yang merupakan mantan fasilitator Perundingan Helsinki

47

Nugroho Wisnumurti: “Kosovo Merdeka, Hak atau Separatisme?”. Kompas, Jakarta,

23 Februari 2008. 48

Ibid.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

30

mengenai Aceh. Negosiasi amat alot karena kedua pihak,

Serbia dan Kosovo bersikukuh pada posisinya, yakni Serbia

hanya bisa menerima otonomi luas bagi Provinsi Kosovo,

sedangkan Kosovo hanya bisa menerima kemerdekaan Kosovo.

Akhirnya, pada tanggal 26 Maret 2007, kepada Dewan

Keamanan PBB, Utusan Khusus Sekjen PBB melaporkan

bahwa perundingan mengalami kemacetan. Namun,

disampaikan draf penyelesaian status Kosovo yang

mengusulkan agar Kosovo diberi kemerdekaan di bawah

supervisi sementara Uni Eropa dengan angkatan perang NATO

dan polisi Eropa. Usulan ini ditolak Rusia dan China. Karena

itu, Dewan Keamanan tidak dapat menyetujui usulan mantan

fasilitator tersebut. Upaya selanjutnya, perundingan langsung

antara Serbia dan Kosovo diupayakan dalam waktu 120 hari

yang difasilitasi “Troica Contact Group” (Amerika Serikat,

Rusia dan Uni Eropa). Hasil perundingan dilaporkan oleh

Sekjen kepada Dewan Keamanan PBB pada tanggal 19

Desember 2007. Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa

di Dewan Keamanan menyatakan perundingan telah gagal dan

mendesak agar status akhir Kosovo segera diputuskan.

Sedangkan Rusia, China, Ghana, Kongo, Panaman dan Afrika

Selatan menyarankan agar perundingan diteruskan. Namun,

Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Barat lain

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

31

menolak. Perkembangan ini berujung pada deklarasi

kemerdekaan Kosovo yang didukung oleh Amerika Serikat dan

beberapa negara Uni Eropa, tetapi ditolak antara lain oleh

Rusia, China, beberapa negara Uni Eropa dan Vietnam.49

Berdasarkan hukum internasional, Serbia sebagai negara

berdaulat mempuyai hak untuk menumpas gerakan separatisme

yang terjadi di Kosovo. Namun tindakan represif yang

dilakukan oleh pemerintah Serbia terhadap etnis Muslim

Albania di Kosovo kemudian mengundang intervensi

internasional (dalam hal ini NATO, PBB dan Uni-Eropa).

Tindakan represif yang bertentangan dengan norma hukum

HAM internasional maupun hukum humaniter inilah yang

kemudian memicu terjadinya disintegrasi negara yang berujung

pada dideklarasikannya kemerdekaan Kosovo atas Serbia.

Tindakan-tindakan represif dalam wujud diskriminasi,

sesungguhnya bukan merupakan sesuatu hal yang baru. Hal

tersebut, misalnya pernah terjadi di Afrika Selatan ketika

pemerintahan kulith putih yang berkuasa menerapkan

kebijakan diskriminatif berdasarkan atas pembedaan warna

kulit (apartheid). Golongan kulit hitam yang menjadi korban

dari kebijakan tersebut, kemudian berjuang untuk mendapatkan

kesetaraan (equality). Dihubungkan dengan apa yang terjadi di

49

Ibid.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

32

Kosovo, apabila dasar persoalannya adalah masalah tindakan

diskriminasi dari pemerintah Serbia, maka yang harus

diperjuangkan adalah masalah kesetaraan (seperti halnya yang

terjadi di Afrika Selatan). Hal ini justru sejalan dengan

ketentuan atau prinsip-prinsip dasar hukum (HAM)

internasional, yaitu setiap individu memiliki HAM yang sama

tanpa membedakan agama maupun latar belakang etnis yang

dimilikinya. Apalagi Serbia sebagai anggota PBB memiliki

kewajiban hukum (legal obligation) yang bersifat wajib

(mandatory) untuk melindungi HAM (khususnya terhdap etnis

minoritas Muslim Albania) sesuai dengan prinsip-prinsip yang

diatur dalam Piagam PBB. Hal itu misalnya telah dinyatakan

dalam bagian Preambul dari Piagam PBB.50

Anggota PBB yang terus menerus mengadakan pelanggaran

terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dapat diusir

keanggotaannya oleh Majelis Umum PBB atas rekomendasi

Dewan Keamanan berdasarkan Pasal 6 Piagam PBB. Sanksi ini

merupakan cara terakhir yang diambil jika suatu negara selalu

membangkang dan terus menerus mengabaikan kewajiban

internasional. Sanksi mengenai pengusiran ini telah diterapkan

dalam tahun 1992 terhdap Yugoslavia (Resolusi 47/1) yang

50

Dalam bagian Preambul Piagam PBB dinyatakan bahwa : “We the peoples of the

United Nations determined…, and to a reaffirm faith in fundamental human rights, in the dignity

and worth of the human person,…

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

33

isinya sebagai berikut: “Yugoslavia yang terdiri dari Serbia dan

Montenegro tidak dapat meneruskan keanggotaannya di PBB

dan harus mengajukan lagi keangotaannya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Piagam dan tidak lagi

dapat ikut serta dalam persidangan.”51

Tindakan untuk memerdekakan diri Kosovo atas Serbia, di

satu sisi, dapat dipahami sebagai bentuk kekecewaan atau rasa

frustasi dari etnis Muslim Albania atas perlakuan sewenang-

wenang pemerintah Serbia. Namun, tindakan tersebut akan

bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar hukum internasional

yang melarang pembentukan negara di dalam negara, karena

hal itu merupakan preseden yang dapat membahayakan prinsip-

prinsip keutuhan wilayah (territorial integrity) dan

kemerdekaan politik (political independence) dari negara.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka kenyataan yang

terjadi di Kosovo sesungguhnya merupakan tindakan

separatisme yang jelas-jelas dilarang oleh hukum internasional.

Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Serbia

tidak dapat digunakan sebagai alasan pembenar (justification)

bagi etnis Muslim Kosovo untuk memerdekakan diri dari

Serbia. Oleh karena itu, secara yuridis pendirian negara Kosovo

adalah tidak sah dan bertentangan dengan hukum internasional.

51

Sumaryo Suryokusumo, 2007, Studi Kasus Hukum Internasional, PT Tatanusa, Jakarta,

h.271.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

34

Kemerdekaan juga tidak dapat ditentukan berdasarkan

rekayasa secara ekstern berupa “pemaksaan” oleh pihak-pihak

dari luar. Dalam kasus Kosovo terlihat, bahwa negara-negara

besar seperti Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara Uni

Eropa telah melakukan tindakan “unilateralisme kolektif”

dengan mendukung kemerdekaan Kosovo. Tindakan tersebut

merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional,

khususnya terhadap Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB secara jelas

mengatur bahwa negara-negara anggota PBB dalam kaitannya

dengan hubungan-hubungan internasional harus menahan diri

(shall refrain) dari mengancam atau menggunakan kekerasan

terhadap keutuhan wilayah (territorial integrity) atau

kemerdekaan politik (territorial independence) suatu negara.52

Di samping itu, tindakan “unilateral kolektif” juga

merupakan tindakan yang dapat mengurangi kredibilitas PBB

sebagai organisasi internasional yang mempunyai wewenang

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berpotensi akan

menimbulkan ancaman terhadap stabilitas dan keamanan

internasional. Namun, disadari atau tidak, terkait dengan kasus

di Kosovo, sesungguhnya PBB telah dilemahkan oleh ulah

52

Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB mengatur bahwa “All Members shall refrain in their

relations from the threat or use of force against territorial integrity and political independence of

any state, or in other manner inconsistent with the Purpose of the United Nations.”

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

35

beberapa negara anggotanya sendiri yang memilih sikap

sendiri-sendiri di luar kerangka PBB.

Dalam kaitan ini, seharusnya Dewan Keamanan PBB dapat

menggunakan kewenangannya untuk menyelesaikan masalah

Kosovo. Namun, mekanisme “veto” dalam pengambilan

keputusan seringkali digunakan oleh negara-negara besar (the

big five), yaitu: Amerika Serikat, China, Inggris, Prancis dan

Rusia, dalam rangka kepentingan politiknya, bukan demi

kepentingan yang lebih besar.

Berkaitan dengan pengakuan terhadap kemerdekaan

Kosovo, Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda,

menyatakan bahwa pemerintah tak terburu-buru untuk

menyatakan dukungan atas kemerdekaan Kosovo. Selain akan

melihat perkembangan kondisi negara pecahan Serbia itu,

pemerintah dilematis jika mengakui Kosovo. “Memang ada

dilemanya dari masalah Kosovo. Di satu sisi, kita berharap

semua negara menghormati prinsip keutuhan dan kedaulatan

nasional, separatisme kita tak toleransi. Sebab itu bertentangan

dengan prinsip kehormatan dan kedaulatan”, ujar Hassan

kepada pers seusai rapat koordinasi di Kantor Departemen

Keuangan, Jakarta, Kamis, 21 Februari 2008.53

53

Kompas, Jakarta, 22 Februari 2008.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

36

2.3.2. Kasus Papua dalam Perspektif Hukum Internasional untuk

Penentuan Nasib Sendiri suatu bangsa

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Indonesia

menyarankan penggunaan antropologi untuk lebih memahami

aspirasi Papua dalam rangka membantu pemerintah menjaga

stabilitas di daerah yang tidak stabil. Pandangan ini

menyatakan bahwa antropologi diperlukan karena ada berbagai

suku lebih dari 400 bahasa di Papua. Selain itu, perspektif

anthropologic diperlukan untuk menentukan perilaku yang

tepat untuk meningkatkan kesadaran di antara orang Papua

tentang hubungan mereka dengan pemerintah pusat, yang telah

diberikan hak otonomi khusus bagi provinsi Papua dan Papua

Barat.54

Di balik gagasan ini ada perlu untuk mengundang para ahli

antropologi untuk penelitian ini sebagai bagian dari pendekatan

lunak untuk pemahami aspirasi Papua yang lebih baik. Dalam

beberapa tahun terakhir, hak asasi manusia memperoleh hak

hidup, hubungan internasional, dalam hal politik internasional,

hak penentuan nasib sendiri dianggap sebagai topik

diperdebatkan saat ini. Tampaknya ada perang pendapat antara

54

http://politik.kompasiana.com/2011/08/11/kasus-papua-dalam-perspektif-hukum-

internasional-untuk-penentuan-nasib-sendiri-satu-bangsa-387251.html.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

37

realis dan liberalists yang percaya pada prinsip mereka sendiri

antara hak negara absolut dan hak asasi manusia kolektif.55

Amerika Serikat mantan Presiden Woodrow Wilson, dalam

Empat belas Pasal Poin nya, memperkenalkan konsep Diri

Penentuan-Nasional kepada dunia untuk pertama kalinya pada

tanggal 8 Januari 1918. Salah satu tujuan utama Wilson adalah

untuk menjaga perdamaian dunia. Dalam teorinya, Wilson

berpendapat bahwa hak penentuan nasib masyarakat nasional

„dimaksudkan untuk administrate penduduk mereka. Dia

menekankan hak masyarakat bukan hak-hak kelompok etnis.

Dalam bukunya: Pendahuluan Kritis, Tom Campbell

didefinisikan penentuan nasib sendiri sebagai hak masyarakat

untuk menentukan nasib mereka sendiri dan bagaimana sesuai

dengan pengalaman hidup mereka. Selain itu, penentuan nasib

sendiri berarti orang lain tidak harus menentukan hidup

seseorang karena itu adalah hak orang yang sangat universal.56

Berdasarkan pengalaman bekas Yugoslavia tentang

munculnya negara baru, hak penentuan nasib sendiri diakui

seluruh dunia sebagai hak dasar. Di komunitas Internasional,

kita dapat menemukan beberapa gerakan kemerdekaan, yang

mengejar pemisahan seperti di Sudan di wilayah Afrika,

Kosovo di Eropa Timur, dan Tibet di kawasan Asia. Di Asia,

55

Ibid. 56

Ibid.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

38

perjuangan untuk penentuan nasib sendiri di wilayah Papua

Indonesia adalah kasus nyata.

Setelah sejarah singkat dan definisi penentuan nasib sendiri,

sekarang saatnya untuk menjawab pertanyaan apakah

penentuan nasib sendiri bagi Papua adalah resolusi alternatif

yang memuaskan.57

Penentuan Nasib Sendiri dalam Hukum Internasional

Beberapa orang berpendapat bahwa penentuan nasib sendiri

bagi Papua adalah tidak sah menurut prinsip-prinsip

internasional PBB. Alasan mengapa PBB mengabaikan hak

masyarakat untuk mengatur diri mereka sendiri dan

memisahkan diri dari negara mereka saat ini adalah untuk

menjaga perdamaian Untuk tujuan ini PBB hanya diakui negara

sebagai aktor utama dalam urusan internasional.58

Untuk tujuan ini PBB hanya diakui negara sebagai aktor

utama dalam urusan internasional. Setiap partai di negara-

negara yang ada yang mencoba untuk memisahkan akan

menghadapi kendala. Dalam hal ini, beberapa orang percaya

bahwa tidak ada kesempatan bagi orang Papua untuk

memerintah diri mereka sendiri. Contoh Basque di Spanyol dan

Quebec di Kanada menunjukkan skala hambatan.

57

Ibid. 58

http://arsip.tabloidjubi.com/?p=12956

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

39

Namun, sejak Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, persepsi

baru dalam hukum internasional integritas wilayah negara

muncul. Hal ini menyebabkan pengakuan penentuan nasib

sendiri berdasarkan hak asasi manusia dan minoritas.59

Sebagai negara Castellino dan Gilbert, hari ini permintaan

untuk persepsi baru dari hak untuk menentukan nasib sendiri,

yang akan kembali masyarakat pribumi terpinggirkan „,

merupakan prioritas tinggi. Pandangan konvensional penentuan

nasib sendiri adalah bahwa ia harus reformasi melalui

transformasi dalam upaya untuk mengakomodasi hak-hak

penduduk asli untuk memerintah diri mereka sendiri melalui

pendekatan hak asasi manusia.

Ini adalah upaya terakhir untuk mendapatkan status politik

baru PBB pendekatan pada kasus Yugoslavia adalah turunan

dari ini. Walaupun ada ambiguitas dalam konvensi

internasional tentang hak-hak politik rakyat, beberapa provinsi

di Yugoslavia diakui sebagai negara merdeka dan mereka

segera diatur sendiri. Jika orang Papua belajar dari pengalaman

ini, ada celah dalam hukum internasional, yang dapat

dimanfaatkan.60

59

Ibid. 60

Ibid.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

40

Otonomi Khusus VS Succesion

Dalam upaya untuk menangani gerakan kemerdekaan,

pemerintah Indonesia mengalokasikan status otonomi khusus

untuk Papua pada tahun 2001. Nasionalis Indonesia

membenarkan bahwa setiap masalah dalam semangat Papua

termasuk penentuan nasib sendiri dapat diakomodasi dalam

batas-batas nasional Indonesia melalui otonomi khusus.61

Untuk membuktikan pembenaran mereka, Jakarta

memberikan posisi politik penting untuk orang Papua dengan

harapan besar ini akan mengurangi gerakan kemerdekaan di

Papua Namun, penentuan nasib sendiri adalah pengakuan

kemerdekaan dan sangat berbeda dari otonomi. Meskipun

otonomi khusus hibah kebebasan, itu terbatas. Ini berarti bahwa

Papua akan tetap dikendalikan oleh pemerintah pusat Indonesia

dan ini kontradiktif dengan prinsip penentuan nasib sendiri,

yang menawarkan hak mutlak bagi masyarakat untuk

menentukan nasibnya sendiri di wilayah mereka.

Isu-isu politik terbaru di Papua menunjukkan bahwa

otonomi khusus telah gagal. Papua terpinggirkan di tanah

mereka sendiri. Salah satu penyebabnya adalah

ketidakseimbangan tumbuh antara jumlah transmigran dan

61

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/12/141201_papua_barat.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

41

pribumi. Non-Papua mendominasi hampir semua sektor publik

seperti pasar, perusahaan menengah dan transportasi.

The Act of Free Choice Tahun 1969

Klaim militer Indonesia bahwa integritas Papua dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah legal dan

final. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia tidak

memungkinkan negosiasi apapun untuk transformasi status

politik Papua. Pernyataan ini berasal dari tindakan pilihan

bebas pada tahun 1969, yang memutuskan untuk

mengintegrasikan Papua dengan anggota Indonesia dan PBB

diterima.62

Di sisi lain, penting untuk dicatat bahwa integrasi Papua ke

Indonesia merupakan proses yang kontroversial. Ada

pelanggaran hukum, yang dilakukan oleh PBB di bawah

tekanan dari Amerika Serikat. Dalam konteks penyebaran

komunisme di Asia Tenggara Amerika Serikat menekan

Belanda dalam Perjanjian New York. Akhirnya, Belanda

ditransfer Papua Barat ke Indonesia, setelah lima tahun oleh

Otoritas pengawasan Nation Temporary Executive Serikat.

Indonesia memutuskan untuk mengadakan referendum

yang disebut Penentuan Pendapat Rakyat, secara harfiah,

penentuan pendapat orang bertindak umumnya, yang

62

Ibid.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

42

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai tindakan dari

pilihan bebas. Tindakan ini tidak dipegang oleh referendum

benar, seperti tuntutan mayoritas penduduk Papua, atau bahkan

oleh berbisik. Ini tidak digunakan secara langsung oleh

Belanda di daerah pedesaan, di mana tingkat buta huruf sangat

tinggi, tetapi dengan musyawarah, diskusi yang mengarah ke

konsensus, sebuah sistem yang didasarkan pada tradisi Jawa.63

Orang-orang Papua bahwa mereka yang menginginkan

kebebasan harus pergi untuk menemukan sebuah pulau di

Samudra Pasifik karena “Irian” (Papua Barat) adalah bagian

dari Indonesia dan suara yang hanya formalitas. Ini adalah

semacam teror dan intimidasi Indonesia.

Sementara itu, sepupu Papua Barat, rakyat Papua Nugini,

didorong oleh Australia untuk membangun sistem parlementer

dan pengambilan keputusan yang demokratis. Di sisi lain,

Indonesia mengatakan pada dunia bahwa Papua Barat terlalu

“primitif” untuk menentukan nasib mereka. Bahkan, itu tidak

logis untuk memanggil orang-orang Papua “primitif” karena

dua tahun kemudian orang-orang Papua dianggap cukup maju

untuk berpartisipasi dalam pemilu di Indonesia pada tahun

1971.

63

Ibid.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

43

Selain itu, bahwa tindakan pilihan bebas tidak lebih dari

sebuah tindakan pilihan. Dengan demikian dasar hukum

integrasi Papua ke dalam Indonesia dapat secara legal

ditantang. pada saat itu 2.000.000 (2juta) orang Papua

hanya pemimpin kepala suku mewakili orang papua dengan

jumlah 800.000 penduduk asli Papua dan tidak ada

perempuan. Tindakan pilihan bebas (pepera) ini terjadi

pada saat teror militer Indonesia. Untuk alasan itu, Komisi

Internasional Ahli Hukum membuat berusaha di tinjau

ulang dari tindakan pilihan bebas 1969.

Ini sejarah yang kontroversial memiliki kecenderungan

untuk dibahas oleh lembaga internasional seperti Institut

Internasional untuk Penentuan Nasib Sendiri (IISD).

Keterlibatan internasional memainkan peran kunci, yang

dapat menyebabkan tindakan nyata dari pilihan bebas.

Pelaksanaan hak-hak penentuan nasib sendiri diperlukan

karena orang Papua hidup di masa sekarang dan waktu

mereka sekarang tidak menuntungkan masa depan mereka.

Hak Adat Rakyat (Sosial, Politik, Ekonomi dan

Budaya)

Hak-hak masyarakat adat adalah hak asasi manusia.

Masyarakat adat dan Pemerintah yang mendominasi

mereka perlu bekerja sama untuk mencapai persamaan hak,

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

44

kesempatan dan perlakuan yang sama. Ini adalah tanggung

jawab pemerintah, yang mengelola negara untuk

mengambil prosedur dan alamat semua hak warga negara

yang sipil, di bidang politik dan ekonomi baik pribumi dan

imigran.64

Tidak ada keraguan bahwa ada persepsi umum yang

dibangun dalam pikiran para aktivis politik yang ingin

memisahkan Papua dari Indonesia, pertanyaan tentang

ilegalitas konstitusional, ketidakadilan politik, eksploitasi

ekonomi, degradasi lingkungan, ketidakadilan sosial,

penindasan budaya, perlakuan militer dan masif

pelanggaran hak asasi manusia menjadi pemicu. Papua

memiliki kompleks yang dihadapi masalah sosial, politik,

ekonomi dan budaya sejak alih oleh Indonesia. Dalam

aspek sosial-ekonomi misalnya, Freeport, korporasi multi-

nasional Amerika Serikat telah beroperasi tambang emas

terbesar di dunia di Papua.

Freeport menghasilkan hampir $ 1500000000 pendapatan

tahunan. Hal ini juga telah diukur cadangan emas lebih dari

3.046.000 ton, 31 juta ton tembaga, dan 10 juta ton perak.

Namun, ini tidak berpengaruh banyak pada standar

hidup Papua. Data menunjukkan bahwa 60% dari populasi

64

http://wiyainews.com/hak-menentukan-nasib-sendiri-adalah-hak-asasi-manusia.html

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN NASIB … II.pdf · internasional, seperti Kovenan ... penentuan nasib sendiri memungkinkan bagi rakyat di satuan ... penentuan nasib sendiri

45

Papua tidak memiliki akses ke pendidikan, 35,5% tidak

memiliki akses ke fasilitas kesehatan, dan lebih dari 70%

hidup tanpa air bersih.