bab ii tinjauan teori.doc

35
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Komunikasi Terapeutik 1. Definisi Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pemberi pesan kepada penerima pesan yang merupakan elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain (Potter & Perry, 2005) Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan. Kebisuan juga merupakan sebuah makna komunikasi. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien. 2. Prinsip-Prinsip Dasar komunikasi Terapeutik : a.Komunikasi berorientasi pada proses percepatan kesembuhan Setiap pesan yang terkandung dalam komunikasi mempunyai tujuan atau makna tertentu. Setiap 3

Upload: ayurachmayanti

Post on 20-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Komunikasi Terapeutik

1. Definisi KomunikasiKomunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pemberi pesan kepada penerima pesan yang merupakan elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain (Potter & Perry, 2005)Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan. Kebisuan juga merupakan sebuah makna komunikasi. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.2. Prinsip-Prinsip Dasar komunikasi Terapeutik :a. Komunikasi berorientasi pada proses percepatan kesembuhanSetiap pesan yang terkandung dalam komunikasi mempunyai tujuan atau makna tertentu. Setiap berkomunikasi dengan pasien harus berorientasi pada bagaimana percakapan bisa mendukung perawat untuk mendapat masukan yang penting / berharga dalam menentukan tindakan, sehingga pasien merasa diperhatikan penuh oleh perawat, yang akhirnya dapat menurunkan kecemasan akibat penyakit yang diderita.

Komunikasi antara perawat dan pasien mengarah pada pertemuan masalah keperawatan melalui pengkajian sampai evaluasi dari hasil tindakan keperawatan.b. Komunikasi terstruktur dan direncanakanPenyampaian komunikasi harus terstruktur dari hal yang sederhana atau ringan ke yang lebih kompleks. Perawat harus merencanakan / menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada pasien.

c. Komunikasi terjadi dalam konteks topik, ruang dan waktu Perawat harus menyiapkan topik yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. Selain itu, harus mempersiapkan tempat yang tepat ketika berkomunikasi dengan klien,serta menciptakan lingkungan yang nyaman. Menurut Potter P.A. & Perry G.A. (2009) dalam Fundamental Of Nursing, perawat harus menyediakan keamanan fisik dan psikososial pada klien. Perawat harus menjamin kebutuhan psikologis klien akan tercukupi.

d. Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klienDalam penyampaian pesan dalam komunikasi perlu melihat hal-hal berikut:

1) Latar belakang budaya

2) Bahasa3) Agama

4) Tingkat Pendidikan5) Kemampuan kognitif6) Kondisi Psikologis kliene. Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari klien dan keluargaBeberapa situasi keperawatan membuat perawat harus membentuk hubungan bantuan dengan seluruh keluarga klien. Dalam proses komunikasi/diskusi harus ada keputusan yang disepakati baik penolakan atau penerimaan, yang dituangkan dalam informed consent.

f. Keluhan utama sebagai pijakan pertama dalam komunikasiPerawat harus mengkaji keluhan utama dari klien, dengan harapan keluhan itu dapat didahulukan penyelasaiannya. Perawat dengan tanggap mengaitkan data tambahan melalui rujukan-rujukan yang telah dipelajari sebelum menentukan sikap dan tindakan tersebut.

3. Unsur Unsur dalam Komunikasia. Referen

Adalah sesuatu yang memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan pihak lain. Pada lingkungan layanan kesehatan, yang akan menganalisis komunikasi adalah penglihatan, suara, bau, jadwal, pesan, objek emosi, sensasi, persepsi, ide dan tujuan lainnya. Kemampuan memahami jenis stimulus yang mengawali komunikasi akan mampu membangun dan menyusun pesan secara efisien dan menerima maknanya dengan lebih baik.

b. Pengirim dan penerima

Pengirim (sender) adalah pihak yang mengode dan menyampaikan pesan, sedangkan penerima (receiver) adalah pihak yang menerima dan menguraikan kode pesan. Pengirim dan penerima merupakan peran yang fleksibel dan berubah dengan adanya interaksi kedua pihak, terkadang pengirim dan penerima dapat terjadi bersamaan. Semakin banyak kesamaan akan semakin dekat hubungan maka semakin mungkin persepsi dan respon yang dihasilkan semakin tepat.c. Message/Pesan/Content/InformasiPesan adalah isi dari komuniasi. Pesan bisa mengandung bahasa verbal, nonverbal dan simbolik. Bisa saja informasi yang sama disampaikan oleh dua orang dengan cara yang berbeda.

d. Channel/ MediaMedia merupakan alat menyampaikan dan menerima pesan melalui indra penglihatan, pendengaran dan taktil. Media komunikasi bisa berupa verbal, nonverbal dan alat/teknologi. Dapat melalui tulisan formal, non formal, mesin faksimili, surat elektronik, computer, telepon dan situs informatif.

e. Umpan balik

Umpan balik merupakan pesan yang dikembalikan oleh penerima. Unsur ini menunjukan bahwa penerima telah mengerti arti dari pesan pengirim. Agar efektif, pengirim dan penerima harus sensitive dan terbuka terhadap masing-masing pesan, mengklarifikasi pesan dan memodifikasi perilaku.

f. Variabel InterpersonalVariabel interpersonal merupakan faktor dalam diri pengirim dan penerima yang mempengaruhi komunikasi. Bentuk variable interpersonal adalah : persepsi, tingkat pendidikan dan perkembangan, latar belakang sosial budaya, nilai dan kepercayaan, emosi, gender, status kesehatan fisik, peran dan hubungan. Variabel yang berhubungan dengan penyakit juga mempengaruhi komunikasi perawat-klien. (Feldmann-Stewart, Brundage dan Tishelman, 2005).

g. LingkunganLingkungan merupakan tempat interaksi bagi pengirim dan penerima. Lingkungan yang efektif harus memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan keamanan peserta komunikasi. Oleh karena itu, perawat harus berusaha mengendalikan lingkungan sebaik mungkin untuk menciptakan kondisi yang mendukung.4. Unsur Komunikasi ProfesionalDalam membangun kepercayaan klien dan sebagai kompetensi perawat, penampilan dan perilaku professional sangat penting. Seorang professional diharapkan bersih, rapi, berpakaian konservatif dan bebas bau. Perilaku harus menggambar kehangatan, persahabatan, kepercayaan diri dan kompetensi. Berbicara dengan suara yang jelas, tata bahasa yang baik, mendengarkan orang lain, membantu sejawat dan berkomunikasi secara efektif. Selain itu, kebiasaan tepat waktu, terorganisasi dan mampu bertanggung jawab atas peran keperawatan juga mencirikan profesionalisme.a. KeramahanKeramahan merupakan bagian dari komunikasi professional.b. Penggunaan NamaPengenalan diri merupakan hal penting. Memanggil klien dengan namanyaakan menunjukan penghargaan atas harga diri manusia dan keunikannya. Kontak mata dan senyuman akan memunculkan rasa hormat.c. Dapat dipercayaKeperacayaan adalah ketergantungan pada seseorang tanpa keraguan atau pertanyaan.d. Otonomi dan Tanggung JawabOtonomi adalah kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan kemandirian dalam mencapai tujuan dan membantu pihak lain. Hal ini perlu dan harus diikuti dengan tanggung jawab. Perawat juga menyadari adanya otonomi klien.

e. AsertifKomunikasi asertif memungkinkan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain (Grover, 2005 dalam Fundamental of Nursing, Potter & Perry, 2009). Perawat mengajarkan keterampilan asertif sebgai alat promosi kesehatan diri. Seseorang yang asertif akan mengekspresikan perasaan dan emosi secara percaya diri, spontan dan jujur.

Keuntungan dari sikap asertif adalah sebagai berikut (Balzer, Riley, 2004 dalam Fundamental of Nursing, Potter & Perry, 2009).

Kemungkinan untuk mendapatkan hal yang diinginkan lebih besar Orang lain menghormati komunikasi yang jelas dan terbuka Anda mengetahui hak anda dan merasakan penghargaan terhadap diri sendiri Menghindari sikap yang mengundang agresi Menjadi lebih mandiri Menjadi seorang pengambil keputusan Merasa lebih nyaman dan damai dengan diri andaB. Prinsip-prinsip Komunikasi Carl Roger

Untuk menciptakan suatu bentuk komunikasi yang bersifat terapeutik yang mampu mencapai tujuan yang diharapkan, ada beberapa syarat dasar yang harus dipenuhi diantaranya adalah komunikasi ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan. Komunikasi dilakukan dengan saling pengertian sebelum memberi saran, informasi dan masukan. Agar mampu mengaplikasikan komunikasi secara terapeutik,seorang psikolog Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, memperkenalkan prinsip-prinsip ataupun konsep dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut :

1. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri

2. Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai

3. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien

4. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien

5. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut

6. Perawat sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien mempunyai motivasi mengubah diri

7. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri

8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten

9. Perawat harus paham akan arti empati

10. Perawat harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka

11. Perawat harus dapat berperan sebagai role model

12. Mampu mengekspresikan perasaan

13. Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain

14. Berpegang pada etika serta tanggung jawab

Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi, manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian. Misalnya, toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang. Dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya.Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.

Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman-pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.

Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.

Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).

Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai seseorang sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Teori Rogers ini memang sangat populer dengan masyarakat Amerika yang memiliki karakteristik optimistik dan independen karena Rogers memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positif.

C. Bentuk Bentuk Komunikasi Terapeutik1. Bentuk Komunikasi Terapeutik dalam keperawatanDalam melakukan proses keperawatan perawat profesional harus memiliki kemampuan dalam membangun hubungan baik dengan individu, kelompok maupun masyarakat. Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang bersifat terapeutik. Dalam melakukan hubungan tersebut perawat membutuhkan suatu sarana yaitu komunikasi. Kemampuan komunikasi yang baik akan membantu memelihara hubungan efektif dalam seluruh lingkungan praktek profesional dan juga membantu memenuhi standar pelayanan secara legal, etik dan klinis. Kegagalan komunikasi merupakan faktor utama terhadap kesalahan pada lingkungan kerja dan dapat mengancam kredibilitas kaum profesional. ( Sheila, 2008).Balzer Riley, 1996 mengatakan bahwa komunikasi adalah proses yang digunakan individu untuk bertukar informasi. Pesan-pesan secara simultan dikirim dan diterima dengan 2 cara secara verbal dengan kata-kata dan nonverbal melalui prilaku yang menyertai ucapan. (Potter & Perry, 2009). Sedangkan komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi personal antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara klien dan perawat. Keterampilan dalam menggunakan teknik komunikasi terapeutik membantu perawat memahami dan berempati terhadap pengalaman klien. Pesan disampaikan secara verbal dan nonverbal, dan secara konkret maupun simbolis. Saat berkomunikasi, individu mengekspresikan dirinya melalui kata, pergerakan, intonasi suara, ekspresi wajah, dan penggunaan wajah, serta tulisan. Hal ini bekerja secara harmonis untuk meningkatkan pesan atau konflik untuk menghasilkan kontradiksi dan kebingungan. ( Potter & Perry, 2009). Bentuk bentuk komunikasi :a. Komunikasi tertulis Adalah komunikasi yang sering digunakan untuk mengeksplorasi informasi. Penerima pesan membaca untuk kebutuhan pengetahuan dan pemahaman. Penerima pesan harus mengerti setiap makna yang terdapat dalam sebuah kata-kata tertulis. Penting bagi seorang perawat menyampaikan informasi tertulis yang berguna bagi dokumentasi dalam catatan medis atau bentuk laporan statistik klien. Sangat penting bahwa setiap bentuk komunikasi tertulis mencakup kemampuan menulis terbaca, kemampuan membaca yang baik, menggunakan tata bahasa yang tepat, dan makna yang jelas bagi seorang perawat. Gambaran perilaku klien dan segala informasi yang menyangkut kesehatan klien perlu di dokumentasikan dalam proses keperawatan dan dengan tulisan yang jelas yang sesuai dengan standar intelektual dan profesional. (Katherine & Patricia, 2004).b. Komunikasi verbalKomunikasi ini menggunakan kata yang diucapkan atau simbol dalam bahasa. Bahasa verbal merupakan kode penyampaian arti spesifik melalui kombinasi kata. Aspek yang terpenting dalam komunikasi lisan menurut Potter & Perry, 2009 sebagai berikut :1) Pembedaharaan kata : komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim dan penerima tidak menerjemahkan kata dan frase yang digunakan. Jika perawat melayani klien yang hanya mampu berbicara dalam bahasa lain, maka dibutuhkan kehadiran seseorang penerjemah. Bahkan dengan penggunaan bahasa yang sama pun terdapat variasi subkultural : makan malam dapat berarti makan pada sore hari bagi seseorang atau makan terakhir dalam satu hari bagi orang lain. Istilah medis terdengar asing bagi klien, sehingga pembatasan penggunaannya akan meningkatkan komunikasi. Gunakan kata-kata yang dapat dimengerti sesuai tahap perkembangan manusia dengan memperhatikan pertimbangan kultural klien.2) Arti denotatif dan konotatif : beberapa kata memiliki arti lebih dari satu. Individu yang menggunakan bahasa yang sama akan menafsirkan makna denotatif. Arti konotatif adalah makna berbeda yang ditimbulkan oleh pengaruh pikiran, perasaan, atau ide terhadap suatu kata.3) Kecepatan : percakapan akan lebih berhasil jika memiliki kecepatan yang sesuai. Bicaralah dengan cukup perlahan agar artikulasi kita menjadi jelas. Berbicara cepat, berhenti bicara dengan tidak jelas, atau berbicara dengan lambat akan menyampaikan pesan yang tidak dimaksud. Jeda yang panjang dan perpindahan subjek yang cepat memberi kesan bahwa perawat menyembunyikan kebenaran.4) Intonasi : suatu pernyataan/pertanyaan sederhana dapat mengekspresikan antusiasme, kemarahan, kekhawatiran atau keacuhan jika diucapkan dengan intonasi yang berbeda. Intonasi suara klien memberikan informasi tentang keadaan emosional dan tingkat energinya.5) Kejelasan dan keringkasan : komunikasi efektif bersifat sederhana, singkat dan langsung. Semakin sedikit kata terkandung, maka semakin mudah dimengerti. Berbicara perlahan, artikulasi baik adalah contoh untuk meningkatkan kejelasan. Pengulangan bagian penting dari informasi juga akan memperjelas komunikasi.6) Waktu dan kesesuaian : waktu merupakan aspek penting dalam komunikasi. Pesan yang jelas pada waktu yang salah akan menjadi tidak efektif. Waktu terbaik adalah pada saat klien menunjukkan ketertarikan komunikasi. Pesan menjadi lebih efektif jika sesuai dalam situasi tersebut. Saat klien menghadapi operasi darurat, diskusi tentang merokok tidak sesuai dibandingkan penjelasan mengenai prosedur preoperatif.c. Komunikasi Nonverbal Komunikasi yang melibatkan seluruh indra dan semua hal yang tidak melibatkan kata tertulis maupun ucapan. Banyak teori menyebutkan bahwa sekitar 7 % makna melalui kata, 38 % melalui vokal, dan 55 % melalui bahasa tubuh. Oleh karena itu menurut Stuart & Laraia (2005) komunikasi nonverbal dilakukan tanpa sadar dan lebih akurat dalam memperlihatkan maksud seseorang dibandingkan dengan ucapan kata. ( Potter & Perry, 2009). Semua jenis komunikasi nonverbal penting namun dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya. Hal ini disebabkan oleh makna yang terkandung dalam prilaku nonverbal sangat subjektif, maka harus dipastikan maknanya terlebih dahulu. Pengkajian pesan nonverbal merupakan keterampilan penting perawat yang terdiri dari :1) Penampilan pribadi : mencakup karakteristik fisik, ekspresi wajah, cara berpakaian serta berdandan. Faktor ini mengkomunikasikan kesejahteraan fisik, kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri. Perawat membangun kesan tentang kesehatan dan emosi klien melalui penampilan dan klien membangun kesan tentang profesionalisme perawat dan pelayanannya dengan cara yang sama.2) Postur dan gaya berjalan : Bentuk ekspresi diri. Cara duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan sikap, emosi, konsep diri dan status kesehatan.3) Ekspresi wajah : wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Ia menyampaikan emosi seperti rasa terkejut, takut, marah, bahagia, dan sedih. Beberpa orang tidak memiliki ekspresi atau afek datar yang tidak menunjukkan emosi. Afek yang tidak sesuai adalah ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan kandungan pesan verbal.4) Kontak mata : individu memberikan sinyal siap untuk berkomunikasi melalui kontak mata. Mempertahankan kontak mata pada saat berkomunikasi dapat menunjukkan penghargaan dan kesediaan untuk mendengarkan. Individu dengan latar kebudayaan tertentu dapat mengartikan kontak mata sebagai hal yang mengancam dan berbahaya sehingga ia tidak melakukan kontak mata.5) Gerakan tubuh : menekankan dan memperjelas kata yang diucapkan. Gerakan tubuh tertentu memiliki makna tertentu pula. Jika digabungkan dengan petunjuk komunikasi lain maka terciptalah pesan.6) Suara : suara seperti desahan, erangan atau isakan juga mengkomunikasikan persaan dan pikiran. Jika digabungkan dengan komunikasi nonverbal lain, suara dapat membantu pengiriman pesan yang jelas. Perawat harus memvalidasi pesan nonverbal pada klien untuk menterjemahkan secara akurat dan tepat.7) Teritorialitas dan ruang pribadi : teritorialitas adalah kebutuhan untuk memperoleh, mempertahankan dan membela hak seseorang akan ruang. Area ini merupakan hal yang penting karena memberikan identitas, keamanan, dan kendali bagi seseorang. Sedangkan ruang pribadi bersifat tidak kasat mata, individual dan dapat berpindah bersama individu. Selama berinteraksi interpersonal, individu mempertahankan jarak bervariasi, bergantung pada budaya, sifat hubungan dan situasi. Zona dalam ruang pribadi menurut Stuart & Laraia (2005) adalah : zona intim (0-46 cm), zona pribadi (46-1,2 m), zona sosial (1,2-3,6 m), zona publik ( 3,6 m). Sedangkan zona sentuhan terbagi menjadi : zona sosial yang tidak mebutuhkan izin, zona izin dan zona intim yang mebutuhkan sensitivitas tinggi. d. Metakomunikasi Adalah pesan didalam pesan yang menyampaikan sikap pengirimnya terhadap dirinya sendiri dan terhadap pesan itu sendiri, serta gerakan tubuh, perasaan dan hasrat terhadap pendengar. Metakomunikasi dapat berupa pernyataan yang bersifat eksplisit (verbal) atau penunjukkan perasaan yang bersifat implisit. Misalnya klien berkata kepada perawat, saya tahu semuanya membaik, namun perawat melihat bahwa mata klien berkaca-kaca dan wajahnya merengut. Dalam situasi ini, perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut tentang makna sesungguhnya dari pernyataan klien karena pesan yang disampaikan lebih memiliki makna dari pada kata-kata yang disampaikan. (Potter & Perry, 2009).2. Hubungan antara Komunikasi verbal dan nonverbalMenurut Potter & Perry, 2005 hubungan konikasi verbal dan nonverbal adalah :a. Pengulangan syarat verbal dan nonverbal dengan mengatakan hal yang sama tapi dengan cara yang berbeda. Contoh : ketika seorang ibu mendeskripsikan betapa tinggi anak laki-lakinya, ia juga mengangkat tangannya setinggi perkiraan tinggi anaknya. b. Kontradiksi isyarat verbal dan nonverbal menyampaikan pesan yang berbeda. Contoh : perawat memberitahu klien bahwa pengambilan spesimen darah tidak akan sakit sama sekali tetapi senyum sinisnya dapat mengirimkan pesan yang berbeda.c. Komplementasi pesan nonverbal ditambah ke pesan verbal. Contoh : klien berkata bahwa ia takut untuk masuk RS dan ekspresi wajahnya khawatir dan tangannya yang gemetar memberikan sedikit indikasi ketakutannya.d. Penekanan isyarat nonverbal ke menekannkan pesan verbal. Contoh : melambaikan tangan untuk mengucapkan halo menekankan kata-kata yang diucapkan.Relasi dan regulasi- isyarat nonverbal mengindikasikan kapan harus memulai atau berhenti berbicara. Contoh : seorang klien yang secara terus menerus sesekali membuka dan menutup mulutnya ketika dokternya berbicara menunjukkan bahwa ia mencari kesempatan untuk berbicara.D. Konsep Analisa DiriFokus analisa diri yaitu, kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme, etika dan tanggung jawab.1. Kesadaran diriKemampuan untuk berpikir tentang proses berpikir itu sendiri (Covey.1997). Cara meningkatkan kesadaran diri menurut teori Johari Window :1

OPEN AREA

(Diketahui diri sendiri dan orang lain)2

BLIND AREA

(Tidak diketahui diri sendiri, tetapi diketahui orang lain)

3

HIDDEN AREA

(Diketahui diri sendiri, tetapi tidak diketahui orang lain)4

UNKNOWN AREA

(Tidak diketahui oleh siapapun)

Area terbuka (Open Area)Jika area terbuka makin melebar yaitu dapat memahami orang lain dan orang lain dapat memahami diri kita, maka terjadi komunikasi yang baik. Sebaliknya jika area ini makin mengecil, berarti komunikasi cenderung tertutup Area buta (Blind Area)Jika area ini makin melebar dan mendesak area lain maka dapat terjadi kesulitan komunikasi

Wilayah tersembunyi (Hidden Area)Kemampuan yang kita miliki tersembunyi, yang tidak diketahui orang lain (rahasia)

Wilayah tak dikenal (Unkwon Area)Aspek-aspek dalam diri tidak diketahui diri sendiri maupun orang lainKeempat wilayah dalam konsep Johari Window adalah satu kesatuan yang utuh yang terdapat dalam diri setiap orang. Prinsipnya adalah :

Perubahan pada suatu kuadran akan mempengaruhi atau menyebabkan perubahan kuadran lainnya.

Semakin sempit/kecil daerah 1, semakin buruk komunikasi yang terjadi

Meningkatkan komunikasi interpersonal berarti melakukan perubahan diri, sehingga kuadran 1 lebih besar dan kuadran lain menjadi kecil.Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui : mempelajari diri sendiri, belajar dari orang lain, serta membuka diri.

a. Klarifikasi NilaiMerupakan metode dimana seseorang menemukan nilai-nilainya sendiri dengan mengkaji, mengeksplorasi dan menentukan nilai-nilai pribadi, dan bagaimana nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan.

b. Eksplorasi PerasaanEksplorasi perasaan dilakukan terhadap hubungan seseorang dengan lingkungan luar atau interaksi dengan orang lain. Seseorang yang tidak mampu mengeksplorasikan perasaannya sendiri akan merusak interaksinya dengan orang lain.

c. Menjadi Role ModelKepribadian yang baik memungkinkan untuk memberikan pelayanan sebagai model yang sehat bagi klien dan keluarga (Taylor, 1997).d. AltruismePerhatian terhadap kesejahteraan orang lain, keinginan menolong orang lain tanpa pamrih.

e. Etika dan Tanggung JawabPrinsip hubungan perawat dan klien serta tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien.E. Model Struktur Komunikasi

1. Model Komunikasi Carl Roger

Model komunikasi Carl Roger adalah model komunikasi yang melakukan pendekatan terhadap pasien atau dikenal dengan Person Center care.

Konsep Carl Roger dikutip dari Abdul Nasir (2009) mengidentifikasi tiga faktor dalam mengembangkan hubungan terapetik perawat dan klien dalam helping relationship, yaitu

a. Keikhlasan (genuineness)

Ikhlas menurut Dani (2002) adalah ketulusan hati atau hati yang bersih dan jujur. Maka dapat disimpulkan bahwa ikhlas adalah melakukan suatu perbuatan tanpa mengharapkan imbalan apapun.Sebagai seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, sudah seharusnya dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik dengan tujuan mempercepat kesembuhan klien disertai dengan sentuhan kasih. Keikhlasan yang dicerminkan perawat dalam cara memberikan perhatian dapat menumbuhkan rasa optimis pada klien yang diutarakan oleh Putra (2003) bahwa koping yang positif akan menstimulasi respon imun yang akan membantu mempercepat proses kesembuhan klien.

b. Empati (Emphaty)

Menurut Dani (2006) empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dalam keadaan perasaan yang sama dengan orang lain. Sedangkan menurut Abdul Nasir (2009), empati adalah sikap seseorang untuk mengerti dan memahami perasaan orang lain tanpa ikut larut ke dalam emosi orang tersebut. Jadi dapat disimuplkan bahwa empati adalah sikap memahami dan mengidentifikasi keadaan perasaan orang lain tanpa larut ke dalam emosinya.

c. Kehangatan

Menurut Abdul Nasir (2009) kehangatan merupakan kesan baik verbal maupun nonverbal yang ditunjukkan seseorang dalam memberikan dukungan sosial pada seseorang yang sedang berduka dengan tujuan menguatkan pertahanan egonya.

Kehangatan merupakan sarana komunikasi yang diperlukan ketika berkomunikasi dengan orang yang sedang mengalami kehilangan. Pada dasarnya kehangatan dapat dilihat dari kesan verbal dan non-verbal. Kesan verbal dapat berupa suara lembut dan teratur, sedangkan kesan non-verbal kondisi muka dan sikap tubuh.

Pada dasarnya teori Carl Rogers ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah masalah psikisnya dengan bantuan konselor yang mampu menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri (Suryani, 2005).2. Komunikasi KesehatanKomunikasi kesehatan didefinisikan sebagai modifikasi perilaku manusia serta faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku, yang secara langsung maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit atau melindungi individu-individu terhadap bahaya (Elder,Geller, Hovell & Mayer,sedang dalam pencetakan). Komunikasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh psikologi, komunikasi dan berbagai disiplin ilmu perilaku yang lain. Hal-hal yang paling mendominasi di sini adalah teori-teori dan model-model perilaku kesehatan yang berbasis pada psikologi.3. Tujuan Komunikasi TerapeutikMenurut Stuart & Sudan, tujuan komunikasi terapetik adalah :

a. Kesadaran diri, penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan diriSejak pasien datang ke rumah sakit, perawat seharusnya menerima pasien tersebut dengan rasa tanggung jawab atas profesi sebagai perawat. Oleh sebab itu, perawat harus memiliki kesadaran dan penerimaan diri sebagai profesi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien. Sehingga kehadiran perawat dapat bermakna bagi pasien. Kesadaran diri perawat membantu perawat untuk terus termotivasi mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum bertemu dengan pasien. Kesiapan perawat menghadapi pasien ini disertai komunikasi terapetik sehingga dapat menciptakan rasa percaya pasien terhadap perawat dalam menyampaikan segala keluhannya. Akhirnya pasien menjadi kooperatif, hal ini dapat meningkatkan citra perawat dan mempertahankan rasa kehormatan diri atas profesi perawat.

b. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadiPada dasarnya manusia baik perawat maupun pasien membutuhkan pengakuan untuk menampakkan perwujudan dirinya. Pengakuan diri dapat menstimulus identitas pribadi seseorang meliputi status dan peran yang jelas sehingga meningkatkan harga diri baik perawat maupun pasien.c. Kemampuan dalam membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima.d. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis4. Fase Fase dalam Komunikasi TerapeutikMenurut Patricia A. Potter, dkk; 2005 dalam komunikasi terapeutik terdapat tahapan atau fase yang dapat dijadikan panduan perawat dalam aplikasi kepada klien, yaitu: fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.

a. Fase PrainteraksiFase ini terjadi sebelum perawat bertemu dengan klien. Dalam hal ini perawat mengumpulkan informasi tentang klien dari status rekam medis klien, catatan perawat, atau diskusi antar perawat lainnya yang merawat klien. Dalam tahapan ini perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan kekuatannya, menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan komunikasi dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien, tahap ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Strategi komunikasi yang harus dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah:

1) Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan, dan mengidentifikasi kecemasan2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan fisik3) Mengumpulkan data dan informasi4) Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk terhadap klien dipertemuan pertamab. Fase OrientasiFase ini dimulai saat perawat dan klien bertemu pertama kalinya dan sangat menentukan bagaimana hubungan perawat dengan klien. Selama pertemuan pertama perawat dan klien saling mengkaji satu sama lain, sehingga mereka dapat membuat kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-masing. Pada fase ini membina rasa saling percaya (bina trust) sangat diutamakan guna kelancaran komunikasi. Berikut adalah strategi komunikasi yang dapat digunakan oleh perawat pada fase ini,yaitu:

1) Membina saling percaya2) Menetapkan kontrak (waktu, tempat, dan topic pembicaraan)3) Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan tekhnik komunikasi (pertanyaan terbuka)4) Merumuskan tujuan interaksi dengan klienc. Fase KerjaPada fase ini terjalin kerjasama antara perawat dan klien dalam mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan masalah yang telah ditemukan pada fase orientasi. Pada fase ini perawat mendorong ekspresi terbuka perasaan klien dengan sabar dan penuh pemahaman. Empati dan penghargaan perawat akan membantu menelusuri perasaan dan pikiran klien yang sesungguhnya. Strategi yang dapat diterapkan pada fase ini adalah:

1) Berhadapan dengan lawan bicara2) Sikap tubuh terbuka, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi3) Menunduk/memposisikan tubuh ke arah/lebih dekat dengan lawan bicara4) Pertahankan kontak mata sejajar dan natural5) Bersikap tenangd. Fase TerminasiFase ini merupakan fase akhir pertemuan antara perawat dengan klien. Fase terminasi dibagi menjadi dua yaitu fase terminasi sementara dan fase terminasi akhir. Fase terminasi sementara terjadi saat berakhirnya masa kerja perawat (shift), sementara fase terminasi akhir terjadi saat akhir masa rawat klien. Dalam fase ini ada beberapa tugas perawat yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna dalam fase ini.2) Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan klien setelah berinteraksi dengan perawat.3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.F. Hambatan Dalam KomunikasiAda banyak ungkapan dan isyarat yang mendukung komunikasi efektif, dan adapula ungkapan atau kata-kata yang cenderung menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Perawat perlu mengenali berbagai kendala atau respons nonterapeutik dalam komunikasi efektif. Kegagalan mendengarkan, ketidaksesuaian dalam melakukan sesuatu terhadap pesan yang disampaikan oleh klien, dan menempatkan kebutuhan perawat diatas kebutuhan klien adalah kendala dalam komunikasi. (Dewit.S.C.2009). Beberapa hambatan dalam komunikasi:

1. Kurangnya kemampuan berbahasa2. Penurunan fungsi pancaindra3. Penurunan kemampuan kognitif4. Defisit struktur anggota tubuh5. Kelumpuhan / paralysisHambatan-hambatan lain menurut Kozier tahun 2010, Dewit 2009 yaitu :

1. Menolak

Menolak mendiskusikan topik-topik tertentu bersama klien. Respon ini kerap membuat klien merasa bahwa perawat bukan saja menolak komunikasi yang mereka lakukan, tetapi juga diri klien sendri.

2. Mengubah topic dan subjek

Mengarahkan komunikasi kedalam area minat pribadi bukan dengan mempertimbangkan masalah yang klien rasakan,

3. Giving false reassurance (memberi keterangan palsu)

Memberikan keterangan tidak berdasarkan fakta adalah hal yang keliru, karna mengabaikan perhatian klien dan merusak kepercayaan klien.4. Giving advice (memberikan saran umum)

Giving advice kepada klien lebih berfokus kepada perawat daripada klien. Mendikte apa yang harus klien kerjakan, sehingga klien berpikir bahwa perawat lebih berhak atau memiliki wewenang.5. DefensiMencoba melindungi seseorang atau institusi layanan kesehatan dari komentar yang negatif. Respons ini mencegah klien untuk mengungkapkan masalah atau keluhan sebenarnya. 6. Menyelidiki

Menggali informasi, sebagian besar karna rasa ingin tahu, bukan karna keinginan membantu klien. Respons ini mengindikasikan perawat mencampuri dan mengganggu privasi klien.

7. Stereotip

Menanamkan keyakinan yang terlalu disederhanakan dan disamaratakan dengan sekelompok orang, yang didasarkan pada pengalaman yang terlalu terbatas untuk dianggap valid.

8. Inattentive listening

Gagal menjadi pendengar yang baik bagi klien

9. Menantang

Memberikan respons yang memaksa klien untuk membuktikan pernyataan

Situasi lain dari komunikasi yang dapat menjadi hambatan menurut Kozier tahun 2010, antara lain :

1. Individu yang pendiam, menarik diri serta tidak mengekspresikan perasaan dan kebutuhannya

2. Individu dengan kesedihan dan depresi yang memiliki respons mental dan motorik lambat3. Individu pemarah dan bersikap memusuhi dan tidak mau mendengarkan penjelasan4. Individu yang tidak kooperatif dan tidak suka diminta melakukan sesuatu5. Individu yang merasa kesepian, tetapi berbicara banyak karna menginginkan orang lain terus berada disisinya6. Individu penuntut yang menginginkan orang lain memenuhi permintaannya7. Individu pemarah dan penggerutu yang menyalahkan staf keperawatan secara tidak adil8. Individu yang mengalami disorientasi dan kebingungan sehingga bersifat tidak kooperatif

9. Individu dengan ansietas dan tidak dapat menghadapi kenyataan3

25