bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...pembuangan sampah...

36
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Membuang Sampah 2.1.1 Pengertian Perilaku Perilaku menggambarkan kecenderungan seseorang untuk bertindak, berbuat atau melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa pengertian mengenai perilaku yang ditemukakan oleh para ahli menurut Herri ZP dan Nomora LL (2010) dalam Aisyah (2015) meliputi : 1) Menurut JP Chaplin perilaku adalah reaksi, perbuatan aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan atau jawaban yang dilakukan seseorang seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya. 2) Menurut Ian Pavlon perilaku adalah keseluruhan atau totalitas kegiatan akibat belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan pengkodisian. 3) Menurut Bandura perilaku adalah reaksi insting bawaan dari berbagai stimulus yang direseptor dalam otak dan akibat pengalaman belajar. Perilaku membuang sampah adalah membuang sampah pada tempatnya, tapi saat situasi di sekelilingnya tidak mendukung sehingga terpaksa buang sampah sembarang (Novita, 2007). Indonesia meludah dan membuang sampah sembarangan kebiasaan yang lazim dilakukan, sampai- sampai karena sering biasanya, masyarakat sudah sangat memakluminya,

Upload: vodat

Post on 03-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku Membuang Sampah

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku menggambarkan kecenderungan seseorang untuk

bertindak, berbuat atau melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa pengertian mengenai perilaku yang ditemukakan oleh para ahli

menurut Herri ZP dan Nomora LL (2010) dalam Aisyah (2015) meliputi :

1) Menurut JP Chaplin perilaku adalah reaksi, perbuatan aktivitas,

gabungan gerakan, tanggapan atau jawaban yang dilakukan seseorang

seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya. 2) Menurut

Ian Pavlon perilaku adalah keseluruhan atau totalitas kegiatan akibat

belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses

penguatan dan pengkodisian. 3) Menurut Bandura perilaku adalah reaksi

insting bawaan dari berbagai stimulus yang direseptor dalam otak dan

akibat pengalaman belajar.

Perilaku membuang sampah adalah membuang sampah pada

tempatnya, tapi saat situasi di sekelilingnya tidak mendukung sehingga

terpaksa buang sampah sembarang (Novita, 2007). Indonesia meludah dan

membuang sampah sembarangan kebiasaan yang lazim dilakukan, sampai-

sampai karena sering biasanya, masyarakat sudah sangat memakluminya,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

9

orang yang sangat sadar etika dan keindahan, lebih sedikit jumlahnya

dibandingkan yang tidak sadar (Duha, 2014).

2.1.2 Teori Perilaku

Benyamin Bloom (1908), dalam Notoatmodjo (2003), dalam

Efendi & Makhfudli (2009), seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku manusia menjadi tiga domain, ranah atau kawasan yakni :

a. Pengetahuan (Knowledge)- Kognitif

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penghidung, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (over behavior).

Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan sebagai berikut : 1) Tahu (know), diartikan sebagai

pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2)

Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application),

diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis), adalah

suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu stuktur organisasi dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

10

masih ada kaitannnya satu sama lain. 5) Sintesis (syntesis), menunjukkan

kepada suatu kempuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi

(evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk menjelaskan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap (Attitude) – Afektif

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam

kehidupan sehari-hari merupkan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap belum merupkan suatu tindakan atau aktifitas, akan

tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap sendiri atas berbagai tingkatan sebagai berikut Notoatmodjo

(2003), dalam Efendi & Makhfudli (2009). 1) Menerima (receiving), diartikan

bahwa seseorang (subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek). 2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuinting), mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

11

c. Tindakan atau Praktik (Practice)- Psikomotor

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over

behaviour). Sikap diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas.

Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari

suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut

mengimunisasikan anaknya. Faktor fasilitas, juga diperlukan faktor

pendukung (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua

atau mertua, dan lain-lain.

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut

Notoatmodjo (2003) dalam Efendi & Makhfudli (2009). 1) Persepsi

(perception), adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. 2)

Respons terpimpin (guided response) adalah melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benat dan sesuai dengan contoh merupakan indikator

praktik tingkat kedua. 3) Mekanisme (mechanism) adalah seseorang telah

dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat

ketiga. 4) Adopsi (adoption), merupakan suatu praktik atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

12

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green (1980) dalam Maulana (2009) faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perilaku. Ia menyatakan bahwa perilaku sesorang

ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :

a. Faktor Presdiposisi

Faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor predisposisi adalah

faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibandingkan oleh individu untuk mengatasi stress (Muhith, 2015). Faktor

ini termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-

nilai, norma sosial, budaya dan faktor sosiodemografi. Faktor yang

mempermudah terjadinya perilaku seseorang (Maulana, 2009).

Presdiposisi bertindak sebagai salah satu ciri pada emosi tidak serta

merta menjadikannya mudah untuk didefinisikan secara terminologis

(Hude, 2006). Mengubah faktor disposisi ini digunakan komunikasi

langsung dengan masyarakat atau individu. Faktor disposissi dapat

digunakan berbagai teknik dan media sebagaimana dikemukakan oleh

Edgar Dale (1946) yang gambar (poster, flannelgraph) atau media audio saja

(radio, tape) media audio visual (televisi, film, vidio tape dalam vidio

compact disc. bioskop) dan seterusnya (Nursalam & Efendi, 2008).

b. Faktor Pendorong

Faktor pendorong (reinforcing factor). Faktor yang memungkinkan

terjadinya perilaku. Hal ini berupa lingkungan fisik, sarana kesehatan atau

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

13

sumber-sumber khusus yang mendukung, dan keterjangkauan sumber dan

fasilitas kesehatan (Maulana, 2009).

Faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Seperti mendekati para ibu yang anaknya memerlukan imuniasasi sehingga

ibu-ibu menjadi paham mengenai pentingnya mencegah penyakit melalui

imunisasi (Noorkasiani, Heryanti & Ismail, 2009). Faktor pendorong

melalui diri sendiri atau keluarga yang memungkinkan seseorang untuk

melakuan penyimpangan tersebut (Waluya, 2007).

c. Faktor Penguat/ Pendukung

Faktor penguat atau pendukung (enabling factor), yang terwujudnya

dalam bentuk lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obat dan sebagainya (Anies, 2006).

Faktor penguat termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan,

baik dari pusat maupun daerah yang terkait dengan kesehatan. Perilaku

sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

keteladanan dari parayokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas

kesehatan. Undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku

masyarakat tersebut (Nursalam & Efendi, 2008).

Salah satu contoh perilaku pemeriksaan hamil, serta kemudahan

memperoleh fasilitas pemeriksaan kehamilan, juga diperlukan peraturan

atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan

pemeriksaan kehamilan. Intervensi pendidikan hendaknya dimulai dengan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

14

mendiagnosa tiga faktor penyebab (determinant) tersebut kemukinan

intervensinya juga diarahkan terhadap ketiga faktor tersebut. Namun

apabila sumber daya yang ada terbatas, maka dapat dipilih satu atau

beberapa perilaku yang akan menjadi fokus intervensi (Nursalam &

Efendi, 2008).

2.1.4 Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku itu sendiri tidaklah terjadi secara langsung

melainkan melalui lima tahap yang oleh Lewin disebut sebagai tahap-tahap

“mencair sampai membeku kembali”. Suatu perilaku atau kebiasaan itu

dapat diibaratkan sebagai air yang membeku. Maka jika kebiasaan/perilaku

itu akan diubah, haruslah dicairkan dulu, diberi bentuk baru, untuk

kemudia dibekukan kembali dalam bentuknya yang baru itu. Proses

dimulai dengan : 1) Tahap pencairan, di mana individu mencari berbagai

informasi sehubungan dengan hal/perilaku baru tersebut, serta

menyiapkan diri untuk berubah kebiasaan lamanya. 2) Tahap diagnosa

masalah. Tahap ini individu mulai mengidentifikasi semua kemungkinan

yang berkaitan dengan perilaku yang baru, keuntungannya, hambatannya

dan resikonya jika perilaku itu diterima atau ditolaknya. 3) Tahap

penentuan tujuan, berdasarkan pertimbangan tadi maka individu

menentukan tujuan dari perubahan perilaku tersebut. 4) Tahap penerimaan

perilaku baru yang merupakan fase di mana individu mulai mencoba

mempraktekkan perilaku baru dan mengevaluasi dampak dari perubahan

perilaku tersebut. 5) Tahap pembekuan kembali, jika ternyata perilaku itu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

15

berdampak positif dan nyata manfaatnya maka perilaku tersebut akan

diterima (Alhamda, 2012).

2.2 Sampah

2.2.1 Pengertian Sampah

Sampah atau waste (Inggris) memiliki banyak pengertian dalam

batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu

bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia

alam yang belum memiliki ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam

sifat fase materi, yaitu padat, cair dan gas. Kehidupan manusia, sebagai

besar jumlah sampah berasal dari aktivitas industri, seperti konsumsi,

pertambangan dan manufuktur. Sumber sampah terbanyak berasal dari

pasar tradisional dan pemukiman. Volume tumpukan sampah memiliki

nilai sebanding dengan konsumsi masyarakat terhadap material yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Hartono, 2008).

Sampah (MSW) adalah termasuk materi kertas, sayuran, plastik,

logam tektil, karet dan kakaca. Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas

besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

salah satudari industri produk mulai yang ramah lingkungan sampai yang

membahayakan. Analisis Pengkajian Siklus Hidup (LCA) sebagai tujuan

proses untu mengevalusi beban lingkungan yang terkait dengan produk

dihasilkan, masih sering masalah pembuangan akhir dan masalah daur

ulang sampah. Sampah sampai sekarang sangat bermasalah karena

kurangnya peraturan nasional/lemahnya penegak hukum mengenai

promosi daur ulang sampah (Nkwachukwu, Chidi & Charles, 2010).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

16

2.2.2 Penggolongan Sampah

Jenis sampah yang ada di sekitar cukup beraneka ragam, ada yang

berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah

rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah perternakan,

sampah intitusi/kantor/sekolah dan sebagainya.

a. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan

hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegrable.

Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah

rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk

sampah organik misalnya sampah dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus

(selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah daun dan

ranting (Basriyanta, 2007).

Penanganan sampah organik ini amat penting, mengingat

produksinya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan sampah

anorganik. Semakin jauh dari pusat kota, yaitu 60-70 %. Sementara, di

peDesaan jumlahnya mencapai 70-75% dari total sampah. Sampah organik

selanjutnya diolah menjadi kompos melalui proses fermentasi (Guntoro,

2013).

b. Sampah Nonorganik

Sampah anoarganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-

bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses

teknologi pengelolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

17

menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik,

sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian

besar anorganik tidak dapat diuraikan oleh alam/mikroorganisme secara

keseluruhan (unbiodegrable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat

diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah

tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik dan kaleng

(Basriyanta, 2007).

Sampah anorganik pasti bukan berasal dari makhluk hidup. Prinsip

daur ulang (recyle) berlaku dalam proses pengelolahan sampah anorganik

seperi plastik dan logam. Ada beberapa bahan plastik yang hanya bisa

didaur ulang 1-2 kali. Namun, pada dasarnya plastik tidak boleh didaur

ulang lebih dari dua kali karena berbahaya bagi kesehatan (Mulyono, 2016).

c. Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah dipakai dan tidak

diperlukan lagi kemudian di buang ketempat pembuangan sampah.

Sampah cair ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1) Limbah hitam, sampah

cair dari toilet. Sampah ini mengandung patagon yang berbahaya. 2)

Limbah rumah tangga, sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar

madi dan tempat cucian. Sampah ini dimungkinkan mengandung patogen

(Pynkyawati & Whadamaputera, 2015).

Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari

suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi. Tidak semua limbah cair

dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil biogas, hanya limbah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

18

cair organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku biogas. Pengelolahan

limbah cair untuk biogas dilakukan dengan anaerob yang diisi dengan

media penyangga yang berfungsi sebagai tempat melekatnya bakteri

anaerob (Hambali, et al. 2008).

2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah

sampah, yaitu :

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan

penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk

menumpuk sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk,

sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas

pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya (Chandra, 2007).

Jumlah penduduk di kabupaten malang terus meningkat dari tahun 2010

yaitu 2.451.997 menjadi 2.544.315 pada tahun 2015 menjadi laju yang

sangat tinggi dan menjadi urutan ketiga di Jawa Timur (BPS Jatim, n.d).

b. Sistem Pengumpulan Atau Pembuangan Sampah Yang Dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat

jika dibandingkan dengan truck (Chandra, 2007). Kendala utama yang

dihadapi adalah terbatasnya anggaran yang tersedia di dalam pengelolahan.

Penggunaan dana dilapangan terbesar diserap untuk kegiatan

pengumpulan dan pengangkutan, yaitu sekitar 60-80% dari retribusi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

19

sehingga peningkatan pelayanan yang dapat disediakan terbatas (Sejati,

2009).

c. Pengambilan Bahan-Bahan Yang Ada Pada Sampah Untuk Dipakai Kembali

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai

ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh

keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit (Chandra,

2006). Daur ulang merupakan bidang kontroversi lainnya dalam polusi

tanah. Produk daur ulang, seperti plastik, menimbulkan masalah. Sebagai

contoh sebagian besar tutup botol plastik mengandung vingl yang dapat

merusak daur ulang normal (Griffin & Ebert, 2007).

d. Faktor Geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan,

lembah, pantai, atau di dataran rendah (Chandra, 2006). Daerah pedesaan

atau lokasi yang jauh dari perkotaan akan terbatas dari permasalahan

sampah. Sampah dimanapun akan menjadi masalah jika tidak dikelola

dengan baik (Mutawakil, 2007).

e. Faktor Waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.

Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Faktor waktu

contohnya jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di

pagi hari, sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak begitu bergantung

pada faktor waktu (Chandra, 2006).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

20

f. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya

Dampak sosial-budaya pada sampah banyaknya pemulung

membuat kebiasaan masyarakat untuk mengabaikan masalah pengelolahan

sampah. Dampak ekonomi bermasalah yaitu tempat pembuangan akhir

(Sutiyono, 2007). Contoh : adat-istiadat dan taraf hidup dan mental

masyarakat (Chandra, 2006).

g. Pada Musim Hujan

Sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air, atau

penyaringan air limbah (Chandra, 2006). Saluran drainase yang semestinya

untuk mengalir air, justru penuh sampah sehingga aliran air terhambat.

Pada saat musim hujan tiba, sering kali diiringi pula dengan datangnya

musim banjir (Mutawakil, 2007).

h. Kebiasaan Masyarakat

Pada tingkat tertentu, cara, kebiasaan atau budaya buang sampah

tradisional itu masih bisa dimaklumi dan tidak terlalu ditakuti pengaruh

buruknya. Sikap maklum demikian tidak bisa diterapkan dalam masyarakat

yang banyak bersentuhan dengan kehidupan teknologi tinggi atau

kehidupan yang banyak tergantung produk dunia industri. Kehidupan

sebuah kota budaya, buang sampah yang benar harus menjadi indikator

kemajua dari kota tersebut (Brata, 2008). Salah satu contoh jika seseorang

suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman, sampah makanan

akan meningkat (Chandra, 2006).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

21

i. Kemajuan Teknologi

Jenis dan jumlah sampah semakin meningkat seiring dengan

kemajuan teknologi dan tingkat kemajuan kebudayaan masyarakat

(Chandra, 2009). Akibat kemajuan ekonomi, jumlah sampah dapat

meningkat. Contoh, plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan

sebagainya (Chandra, 2006).

2.2.4 Dampak Sampah

2.2.4.1 Dampak Positif

Penggololaan sampah yang baik akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkungannya

antara lain: 1) Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah

seperti rawa-rawa dan daratan. 2) Sampah dapat dimanfaatkan

untuk pupuk. 3) Dapat diberikan untuk makanan ternak melalui

proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk

mencegah pengaruh yang buruk dari sampah ternak. 4)

Berkurangnya tempat untuk berkembangbiak serangga atau

binatang pengerat. 5) Menurunkan insiden penyakit menular yang

erat hubungan dengan sampah. 6) Keadaan estetika lingkungan

yang bersih menimbulkan kegairahan hidup bagi masyarakat

(Chandra, 2009).

Pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan teknik

pengelolahan menjadi yang berguna antara lain kompos, dan gas

bio. 1) Kompos adalah pengelolahan sampah secara biologis dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

22

berlangsung dalam suasana aerobik (berjalan relatif cepat dan tidak

menimbulkan bau dan anaerobik (berjalan lambat dan

menimbulakan bau). 2) Gas bio adalah bahan bakar yang diperoleh

dari bahan-bahan organik, termasuk kotoran manusia, kotoran

hewan sisa-sia pertanian ataupun campuran, melalui proses

fermentasi dan pembusukan oleh bakteri anaerobik pada alat yang

dinamakan penghasil bio (Chandra, 2009).

2.2.4.2 Dampak Negatif

Dampak negatif sampah sebagai berikut :

a. Terhadap Kesehatan

Sampah terhadap kesehatan yaitu : 1) Pengelolaan sampah

yang kurang baik akan menjadi tempat berkembangbiak bagi

vektor penyakit seperti lalat atau tikus sehingga insiden penyakit

tertentu akan meningkat. 2) Kecelakaan-kecelakaan timbul karena

membuang sampah secara sembarangan, misalnya luka oleh benda

tajam seperti besi, kaca dan lain-lain. 3) Gangguan psikosomatis

seperti sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain menurun

(Chandra, 2009).

Sampah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit

seperti diare, tifus, muntaber, demam berdarah, dan sebagainya

yang dapat menyebar dengan sangat cepat karena virus yang

berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat. Sampah

mengandung merkuri atau raksa yang dibuang ke laut atau sungai,

akan dapat mengkotaminasi makhluk hidup yang tinggal di

perairan tersebut, misal ikan. Ikan akan nantinya dikonsumsi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

23

manusia, maka merkuri atau raksa yang mengandung dalam ikan

itu pun juga akana mengkontaminasi tubuh manusia. Selain itu, ada

pula penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan,

misalnya penyakit yang dijakitnya oleh cacing pita (Basriyanta,

2007).

b. Terhadap Lingkungan:

Sampah terhadap lingkungan yaitu : 1) Estetika lingkungan

menjadi kurang sedap dimata. 2) Proses pembusukan sampah oleh

mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang

menimbulkan bau busuk. 3) Pembakaran sampah dapat

menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih

luas. 4) Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan

menyebakan aliran terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.

5) Bila hujan tiba akan menyebabkan banjir dan mengakibatkan

pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur menjadi

dangkal menurun (Chandra, 2009).

Sampah cair atau cairan rembesan sampah yang masuk

kedalam aliran sungai atau aliran air tanah, yang dapat mencemari

air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga

beberapa spesies akan lenyap, mengakibatkan berubahnya

ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke

dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik,

seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam

konsentrasi tinggi dapat meledak (Basriyanta, 2007).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

24

c. Terhadap Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Sampah terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

yaitu : 1) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan

keadaan sosal budaya masyarakat setempat. 2) Keadaan lingkungan

yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat

wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 3) Angka

kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga

menyebabkan produktifitas masyarakat menurun (Chandra, 2009).

Pengelolahan sampah yang kurang baik akan membentuk

lingkungan yang kurang menyenagkan bagi masyarakat, bau yang

tidak sedap, dan pemandangan yang buruk. Pembuangan sampah

padat ke badan air dapat menyumbat aliran air sehingga

mengakibatkan banjir. Disamping itu, juga meningkatkan jumlah

biaya/dana yang harus dikeluarkan untuk pengelolahan air.

Pengelolahan sampah yang kurang baik juga akan memberikan

dampak negatif bagi perkembangan pariwisata (Basriyanta, 2007).

2.2.5 Pengelolahan Sampah

a. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan

Sampah disimpan pada tempat sementara, yaitu tempat sampah di

kantor, rumah tangga, hotel, restoran dan lain-lain. Sebaiknya sampah

basah dan sampah kering dikumpulakan dalam tempat yang berbeda untuk

memudahkan pemusnahannya (Chandra, 2009). Pewadahan merupakan

tempat pengumpulan sampah pertama dari sumbernya. Wadah yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

25

digunakan bisa berupa tong besar, bak sampah dari beton, serta tong

sampah dari fiber atau plastik (Suryati, 2014).

Sampah yang telah dikumpulkan kemudian dibawa ke tetempat

penampungan sementara dengan menggunakan gerobak RT/RW (Suryati,

2014). Syarat-syarat tempat penyimpanan sementara (tempat sampah)

yaitu: kontruksi kuat, tidak bocor, mempunyai tutup dan mudah dibuka

tanpa mengotori tangan dan ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh

satu orang (Chandra, 2009). Sampah dari tempat penampungan sementara

kemudian diangkut dengan menggunakan truk pemerintah daerah untuk

dibuang ke tempat pembuangan akhir (Suryati, 2014).

b. Tahap Pemusnahan

Pengelolahan sampah terutama di kawasan perkotaan, dewasa ini

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-

permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah yang

tinggi, kepeduliaan masyarakat yang masih sangat rendah, serta

pembuangan akhir sampah yang dapat menimbulkan permaslahan

tersendiri (Sejati, 2009). Tempat pembuangan akhir (tempat atau lahan

yang digunakan untuk membuang dan memusnakan sampah secara aman

dan menyehatkan) kemudian dilakukan pemilahan sampah berdasarkan

keperluan. Misalnya, sampah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya, seperti

sampah plastik, karton, logam atau kaca (Suryati, 2014).

Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan oleh

institusi atau individu dan penggunaan teknologi pemanfaatan sampah

antara lain: 1) Sanitary land-fill, pemusnahan sampah dengan jalan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

26

menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis dan

tanah tersebut harus padatkan. 2) Incinerator adalah alat untuk membaar

sampah secara terkendali melalui pembakaran dengan suhu tinggi dan

merupakan salah satu metode pembuangan sampah yang dapat

diterapakan di daerah perkotaan atau daerah yang sulit mendapatkan tanah

untuk membuang sampah (Chandra, 2009).

2.3 Konsep Kejadian Penyakit Berbasis Lingkungan

2.3.1 Kejadian Penyakit

Kajian utama epidemologi adalah hubungan kasus klasik dengan

masalah kesehatan masyarakat, karena epidemologi tidak mempelajari

tentang rasa sakit tetapi mempelajari tentang penyakit. Penyebab penyakit

adalah kejadian. Kondisi, sifat ataupun kombinasi dari faktor-faktor

tersebut di atas yang berperan penting dalam kejadian penyakit (Rajab,

2009). Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan

komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal

sebagai proses kejadian penyakit. Proses kejadian penyakit satu dengan

yang lain masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri (Anies, 2006).

Proses kejadian penyakit, termasuk penyakit menular, pada

hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul. Simpul 1 adalah sumber

penyakit, dalam hal ini berupa virus, bakteri, parasit atau yang lain. Simpul

2, merupkan komponen lingkungan yang merupakan media transmisi

penyakit tersebut, misalnya udara, air, atau binatang pembawa penyakit

tersebut. Simpul 3 adalah penduduk dengan variabel kependudukan,

misalnya pendidikan, kepadatan, perilaku dan sebagainya. Simpul ini

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

27

seringkali terlupakan karena tingkat pngetahuan dan pendidikan maupun

perilaku tertentu dari masyarakat mempunyai potensi tinggi untuk

menimbulkan kejadian penyakit pada sejumlah penduduk. Simpul 4 adalah

penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit, setelah mendapat paparan

(exposure) dengan komponen biologis berupa virus atau bakteri (Anies,

2006).

Tiga macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi, yaitu: 1)

Ukuran frekuensi penyakit: mengukur kejadian penyakit, cacat atau

kematian pada populasi. 2) Ukuran dari akibat pemaparan : mengukur

keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu dan kejadian penyakit

yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut. 3) Ukuran dari potensi

dampak: menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap

kejadian suatu penyakit dalam populasi tertentu (Hidayat, 2008).

2.3.2 Penyakit Berbasis Lingkungan

Menurut Achmadi (2005) dalam Dinkes Lumajang (2015), penyakit

merupakan suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan atau

morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh. Sedangkan menurut

Sumirat (1996) dalam Dinkes Lumajang (2015), Lingkungan adalah segala

sesuatu yang ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta

suasana yang terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di

alam tersebut. Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi

patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang

disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang

memiliki potensi penyakit.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

28

Menurut R.E Soeriatmadja (1997) dalam Pongtuluran (2015),

penyakit dapat diklasifikan ke dalam beberapa kategori sifat jalur sebab-

akibatnya yang berhubungan dengan keadaan lingkungan hidup manusi

berbeda yaitu : 1) Penyakit alergi yang ada kaitannya dengan faktor

lingkungan. 2) Penyakit yang berhubungan dengan keadaan sosial manusia,

seperti keadaan makanan. 3) Penyakit menular yang disebabkan oleh

bakteria, protozoa, cacing, jamur dan virus. 4) Penyakit disebabkan

pencemaran alam, seperti emfisema.

2.3.3 Faktor – Faktor Timbulnya Penyakit Berbasis Lingkungan

Menurut teori Blum (1969) dalam Ryadi & Wijayanti (2011), status

kesehatan masyarakat di suatu tempat dipengaruhi setidaknya oleh empat

faktor utama yaitu 1) Faktor herediter. 2) Faktor health system atau health

infrastucture. 3) Faktor perilaku masyarakat. 4) Faktor lingkungan.

Pengertian herediter adalah faktor berasal dari orang tuanya, pada

zaman dahulu faktor ini lebih banyak dianut untuk menjelaskan kesehatan

masayarakat di suatu tempat. Konsep mengendalian pada faktor ini kini

ditinggalkan, khususnya setelah pediatri/rekayasa genetik mulai

berkembang dalam dunia kesehatan. Definisi health system di sini adalah

antara lain sistem pelayanan kesehatan, fasilitas yang tersedia, peraturan-

peraturan yang berlaku untuk memudahkan orang mendapatkan

pelayanan, kebijakan-kebijakan operasional yang diterapkan dan lain-lain

(Ryadi & Wijayanti, 2011).

Perilaku masyarakat sesungguhnya ditentukan pada umumnya

ditentukan pada tingkat pendidikan dan kesadaran untuk menjalankan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

29

hidup sehat. Padahal, kita mengenal konsep “KAP” untuk dapat

menjelaskan hubungan tingkat pendidikan dengan kesadaran untuk hidup

sehat. Faktor lingkungan disini harus diartikan disini harus diartikan

sebagai lingkungan dalam arti luas meliputi lingkungan fisik, biologi, sosial

dan ekonomi. Makin kearah faktor lingkungan makin besar pengaruhnya

terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat. Pengaruh faktor

lingkungan dan perilaku masyarakat secara bersama-sama memberikan

kontribusi 70 % terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat (Ryadi

& Wijayanti, 2011).

Gambar 2.1 Teori Blum

2.3.4 Penyebaran Penyakit Berbasis Lingkungan

Konsep epidemiologi tentang penyakit yang berhubungan atau

mempengaruhi segitiga epidemiologi antara lain 1) Benda tak hidup adalah

benda yang mempunyai peran dalam penularan penyakit, seperti pakaian,

Lingkungan

Herediter

Status

Kesehatan

Masyarakat

Sistem

kesehatan

Perilaku

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

30

sampah dan air benda mati lainnya. 2) Vektor adalah serangga mislanya

lalat, kutu dan hewat pengerat lain. Vektor adalah setiap makhluk hidup

selain manusia yang membawa penyakit yang menyebarkan dan menjalani

proses penularan penyakit. 3) Reservoir adalah manusia, hewan,

tumbuhan. Manusia sering sebagai reservoir sekaligus sebagai penjamu.

Carier mengandung, penyebaran dan merupakan tempat persinggahan

organisme infeksi (Effendy & Makhfudli, 2009). Salah satunya PHBS

masyarakat pada tatanan rumah tangga mengenai cuci tangan

menggunakan air bersih dan sabun sebesar 52,9% (Taufiq, Nyorong &

Riskiyani, 2013).

Cara penyebaran atau mode of transmission penyakit infeksi kepada

manusia yang sensitif dapat melalui beberapa cara, baik terjadi secar

langsung atau tidak langsung. Ditinjau dari aspek epidemiologi, cara

penyebaran di masyarakat dapat bersifat lokal, regional maupun

internasional, yaitu : 1) Melalui langsung dariari orang ke orang contoh

scabies. 2) Melalui udara. 3) Melalui air atau makan contoh virus dan bakteri

. 4) Melalui hewan. 5) Melalui vektor arthropoda (Chandra, 2009).

2.3.5 Jenis- Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan

2.3.5.1 Konsep Diare

a. Pengertian Diare

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

31

Penyakit diare merupakan suatu masalah yang mendunia.

Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare

tersebut jauh lebih banyak terdapat di negara berkembang daripada

negara maju, yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam kasus mortalitas

(WHO/EIP, yang tidak dipublikasikan) (Apriningsih, 2009). Diare

merupakan keadaan buang air besar yang terjadi terlalu sering

dengan feses yang banyak air. Diare yang berlangsung lama

menyebabkan dehidrasi. Diare dapat ditularkan melalui feses yang

mengandung kuman penyebab diare. Feses tersebut dikeluarkan

disembarang tempat. Feses akan mencemari lingkungan, misalnya

tanah, sungai, atau air sumur (Abdullah, Saktiyono & Lutfi, 2007).

Diare sering terjadi pada anak-anak dari umur 13 sampai 36

bulan dan 7 sampai 12 bulan. Faktor yang mempengaruhi kejadian

diare disebabkan kondisi ekonomi yang buruk (misalnya tingkat

pendidikan, diet atau akses ke fasilitas kesehatan) membuat sanitasi

tidak memadai di tempat tinggalnya dan lama pemberian Asi

eklusif yang kurang dari 2 tahun (Genser, et al. 2006). Diare

disebabkan 30 bakteri patogen dalam tinja seperti Salmonella,

Typhirium Serovar, Salmonella Serover Heidelberg, Salmonella Subgeneus

dan lain-lain. Studi Amerika-Eropa dari orang yang mengalami

diare akut pada proporsi lebih tinggi dari bakteri patogen (Denno,

et al. 2012).

b. Penyebab Diare

Penyebab utama penyakit diare adalah infeksi bakteri atau

virus. Jalur masuk utama infeksi tersebut melalui feses manusia

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

32

atau binatang, makanan, air, dan kontak dengan manusia. Kondisi

Lingkungan yang menjadi habitat atau pejamu untuk patogen

tersebut menjadi resiko utama penyakit ini. Sanitasi dan kebersihan

rumah tangga yang buruk, kurangnya air minum yang aman, dan

pajanan pada sampah padat (misalnya, melalui pengambilan

sampah atau akumalasi sampah lingkungan) yang kemudian

mengakibatkan penyakit diare. Semua hal ini kemudian sering

diasosiakan dengan fasilitas menajemen sampah dan air yang

buruk, prosedur yang aman didalam sistem persediaan makanan

(misalnya selama menajemen di pertenakan, penyimpanan

makanan dan penjualan makanan eceran) yang kurang memadai,

dan pengendalian polusi lingkungan (misalnya dengan limbah

pertanian) yang tidak memadai (Apriningsih, 2009). Diare juga

dapat bisa di hindari salah satunya PHBS masyarakat pada tatanan

rumah tangga mengenai cuci tangan menggunakan air bersih dan

sabun sebesar 52,9% (Taufiq, Nyorong & Riskiyani, 2013).

c. Jenis-Jenis Diare

Menurut Tjay & Rahardja (2007), penyebab dapat

dibedakan beberapa jenis gastroenteritis dan diare : 1) Diare akibat

virus, misalnya influenza perut dan travellers diarrhoea yang disebabkan

antara lain oleh ratavirus dan adenovirus. Diare yang terjadi bertahan

terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya,

biasanya dalam 3-6 hari. 2) Diare bakterial invasif (bersifat

menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang berhubung

semakin meningatnya derajat higiene masyarakat. Penyebab dari

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

33

bakteri E. Coli Spec, Shigella, Salmonella dan Camylobacter, diare ini

akan sembuh dengan sendirinya selama 5 hari tanpa pengobatan. 3)

Diare parasiter akibat protozoa seperti Entamoeba Histolytica dan

Giardia Lamblia, yang terutama terjadi di daerah tropis. Gejala

dapat berupa nyeri perut, demam anoreksia, nausea, muntah-

muntah dan rasa letih umum (malaise). 4) Diare akibat penyakit

misalnya Colitis Ulcerosa, p. Crohn, Irritable Bowel Syndrome (IBS),

kanker kolon dan infeksi HIV serta akibat alergi terhadap

makanan/minuman. 5) Diare akibat obat yaitu digoksin, kinidin

garam-Mg dan litium. Semua obat ini dapat menimbulkan diare

baik tanpa kejang perut dan pendarahan. 6) Diare akibat keracunan

makanan sering terjadi, disebabkan konsumsi makanan atau

minuman yang tercemar meluas.

d. Klasifikasi Diare

Menurut WHO (2013), mengklasifikasikan jenis diare

menjadi 3 kelompok yaitu: 1) Diare akut: berlangsung beberapa

jam atau hari, dan termasuk kolera. Diare yang berlangsung (< 48-

72 jam) disebabkan keracunan makanan (Davey, 2006). 2) Disentri;

berdarah akut. Diare yang disertai darah dalam tinja atau diarenya

bercampur darah (Hidayat, 2008). 3) Diare persisten; diare

berlangsung 14 hari atau lebih Diare dikelompokkan menjadi dua

kategori yaitu persisten berat apabila ditemukan adanya tanda

dehidrasi dan diare persisten ringan apabila tidak ditemukan

adanya tanda dehidrasi (Hidayat, 2008).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

34

2.3.5.2 Konsep Penyakit Kulit

Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies,

gudik, budugen. Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau

sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama Sorcoptes Scabies.

Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan

tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil

bertelur. Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung

atau melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan

lain-lain. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara

antara lain : 1) Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih

minimal 2 kali sehari dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar

menukar baju dan handuk. 2) Menjaga kebersihan lingkungan,

serta biasakan selalu membuka jendela agar sinar matahari masuk

penyakit (Dinkes Lumajang, 2012).

Pengalaman klinis menunjukkan bahwa pasien sering

berkonsulitasi dengan dokter gatal akut, tetapi lebih sering dibilang

gatal kronis. Penyakit kulit akan menyebabkan gejala gatal jika tidak

ditangani penyebab gatal kronis muncul, faktor mempengaruhi

gatal bervariasi tergantung usia, etnis, karakteristik daerah. Gejala

gatal sebagai tantangan untuk dokter, stuktur daerah sistem

kesehatan dan aksebilitas bagi team kesehatan, terutama negara-

negara non barat. Team kesehatan harus sering melihat layanan

kesehatan di masyarakat dan membuat perencanaan perubahan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

35

untuk menurunkan gejala gatal kronis (Weisshaar & Dalgard,

2009).

2.3.5.2.1 Penyakit Kulit Akibat Parasit

a. Kudis

Kudis adalah penyebab kulit yang menyebabkan

gatal dan sangat menular disebabkan oleh Infestasi Tungau

Sarcoptes Scabiei. Kudis disebabkan parasit tungau berkaki

delapan kecil dengan ukuran 1/3 milimeter dalam liang

ke dalam kulit untuk menghasilkan rasa gatal, yang

cenderung lebih buruk di malam hari. Tungau kudis

merangkak tetapi tidak dapat terbang atau melompat.

Mereka bergerak pada suhu di bawah 20 derajat celcius,

dan mereka dapat bertahan hidup untuk waktu lama pada

suhu tersebut (Andareto, 2015).

Penyebaran kudis biasanya membutuhkan waktu

yang lama, kontak kulit ke kulit yang memberikan waktu

tungau merangkak dari satu orang ke orang lain. Barang-

barang – barang pribadi bersama, seperti tempat tidur

atau handuk, mungkin bisa menjadi penyebab. Kudis

dapat ditularkan dengan mudah antara anggota keluarga

atau pasangan seksual. Tetap tidak mungkin untuk

menyebar melalui jabat tangan cepat atau pelukan.

Tungau kudi tidak bisa melompat atau terbang, dan

merangkak sangat lambat. Beberapa gejala non spesifik

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

36

kudis munkin termasuk : Umumnya merasa tidak sehat,

kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, demam, nyeri

sendi dan otot, pendarahan didaerah kulit (Andareto,

2015).

2.3.5.2.2 Penyakit Kulit Akibat Jamur

a. Panu

Panau atau panu atau Tinea Versicolor merupakan

salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.

Tanda dan gejala dari penyakit panu biasanya akan timbul

ruam kulit dalam berbagai ukuran dan warna, lalu di tutupi

oleh sisik halus dengan rasa gatal. Terkadang timbul tanpa

adanya keluhan dan hanya gangguan kosmetik saja. Warna-

warna ruam kulit pada penyakit panu ini tergantung dari

pigmen normal kulit penderita, paparan sinar matahari dan

lamanya penyakit. Namun, terkadang warna ruam kulit

sulit untuk terlihat. Biasanya panu terdapat pada bagian

atas dada, lengan, leher, perut, kaki ketiak, lipatan paha,

muka dan kepala (Andareto, 2015).

Penyebab panu sangat beragam dan bisa juga

ditularkan dari penggunaan sabun, pakaian atau alat

kecantikan dengan penderita yang lain. Faktor penyebab

panu : 1) Kondisi lembab dan panas lingkungan,

penggunaaan pakaian ketat atau pakaian yang tidak

menyerap keringat. 2) Munculnya keringat berlebihan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

37

karena beraktifitas fisik atau sekedar kegemukan. 3)

Karena fiksi atau trauma minor, yang biasanya disebabkan

gesekan pada paha orang gemuk. 4) Terganggunya

keseimbangan flora tubuh. Hal ini disebabkan karena

pakaian antibiotik, atau obat hormonal dalam waktu

yanga lama (Andareto, 2015).

b. Kurap

Kurap disebut juga ringworm adalah infeksi kulit

yang disebakan oleh jamur (bukan cacing) yang hidup

didalam kulit mati, rambut dan jaringan kuku. Awalnya,

kulit menjadi kemerahan dan bersisik, lama-kelamaan

akan terbentuk pola cincin, kulit menjadi terkelupas,

merah, gatal dan melepuh. Kurap tumbuh subur ditempat

yang hangat, atau daerah tubuh yang lembab. Kurap

dapat menular melalui barang-barang seperti handuk,

sikat dan barang pribadi lainnya. Kurap pada kaki ini

disebabkan Trychopyton atau Epidermiphyton, yaitu jamur

yang bisa tumbuh didaerah lembab dan hangat diantara

jari-jari (Sitompul, 2014).

Kurap kaki sangat umum terjadi dan dapat

menyebabkan goresan ekstrim dan retak antara jari-jari

kaki, hal ini menyebabkan sangat mudah untuk menyebar.

Kurap kulit kepala mungkin dimulai dari jerawat kecil,

sebagian kurap menyebabkan kulit kepala berubah

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

38

menjadi bewarna kuning dan rambut menjadi rapuh dan

mudah patah, kebotakan sementara di daerah tersebut

dapat terjadi (Sitompul, 2014). Gejala utama dari kurapan

adalah adanya bagian-bagian kulit yang hilang warna

terbentuk koin. Tanda-tanda khas dari kelainan kulit

kurap ini adalah batas sangat jelas dari koin-koin

keputihan ini disertai dengan sisik-sisik halus, biasanya

merah gelap, bagian tubuh yang terkena biasanya:

punggung, ketiak, lengan bagian atas, dada dan leher dan

gatal-gatal (Krishna, 2013).

2.3.5.2.3 Penyakit Kulit Akibat Alergi

a. Dermatitis

Dermatitis atau sering disebut ekzema adalah

peradangan kulit dengan morfologi khas namun

penyebabnya bervariasi. Kulit yang mengalami dermatitis

memiliki ciri khas warna kemerahan, bengkak, vesikuler

kecil berisi cairan, dan pada tahap akut mengeluaran

cairan. Pada tahap kronis, kulit menjadi bersisik,

mengalami likenifikasi, menebal, retak dan dapat berubah

warna (Jeyaratnam & Koh, 2010).

Dermatitis kontak iritan merupakan bahan yang

secara langsung merusak kulit yang menjadi lokasi kontak

atau aplikasi. Dermatitis imunologi adalah reaksi radang

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

39

imunologi akibat kontak dengan alergen. Berbeda kontak

iritan, reaksi radang terjadi melalui proses imunologi

(Jeyaratnam & Koh, 2010).

Alergi dapat juga dari 1) Kutu debu. Kutu debu

ini mempunyai mempengaruhi 90 % orang menderita

alergi. 2) Hewan peliharaan adalah penyebab terbesar

ketiga reaksi alergi. Empat puluh persen anak penderita

asama alergi terhadap protein yang dikeluarkan kelenjar.

3) Makanan, bahan pangan yang paling sering

menyebabkan alergi (Robertus, 2009).

2.3.6 Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan.

Manajemen penyakit tidak semestinya dilakukan hanya pada

manusia atau sejumlah penduduk yang mengalami suatu penyakit.

Manajemen demikian tidak akan menyelesaikan problem penyakit yang

bersangkutan karena hanya berupa pendekatan kuratif, yaitu penangan

pada tingkat hilir. Seharusnya penanganan suatu penyakit, termasuk

penyakit menular, yang peling tepat diterapkan adalah manejemen penyakit

berbasis lingkungan. Manajemen berbasis lingkungan, faktor-faktor

lingkungan sangat dominan dalam proses kejadaian suatu penyakit

sehingga harus dilibatkan upaya-upaya pencegahan maupun pengendalian

(Anies, 2006).

Menurut Umar Fahmi, Achmadi (2005) dalam Sudarma (2008)

pengendalian penyakit berbasis wilayah adalah tatanan yang

menggambarkan adanya rangkaian berbagai komponen yang memiliki

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

40

hubungan serta tujuan bersama secara serasi, terkoordinasi yang bekerja

atau berjalan dalam waktu tertentu dan terencana. Merujuk dari sistem

maka tenaga medis saling berkaitan dalam layanan kesehatan. Perhatian

utama pada faktor penyebab, media tramisi sera memperhatikan faktor

penduduk sebagai objek penularan, sebelum penangan pada manusia yang

menderita penyakit (Anies, 2006).

2.4 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu

sebagai berikut : 1) Penyediaan air bersih. 2) Pengelolaan air buangan (limbah)

dan pengendalian pencemaran. 3) Pembuangan sampah padat. 4) Pengendalian

vektor. 5) Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta

manusia. 6) Higiene makanan, termasuk higiene susu. 7) Pengendalian

pencemaran udara. 8) Pengendalian radiasi. 9) Kesehatan kerja. 10) Pengendalian

kebisingan. 11) Perumahan dan pemukiman. 12) Aspek kesehatan lingkungan

dan transportasi udara. 13) Perencanaan daerah atau perkotaan. 14) Pencegahan

Kecelakaan 15) Rekreasi umum dan pariwisata. 16) Tindakan-tindakan sanitasi

yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam, dan

perpindahan penduduk. 17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk

menjamin lingkungan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Menurut Pasal 22 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992,

terdapat 8 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu: 1) Penyehatan air dan

udara. 2) Pengamanan limbah padat atau sampah. 3) Pengamanan limbah cair. 4)

Pengamanan limbah gas. 5) Pengamanan radiasi. 6) Pengamanan kebisingan. 7)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

41

Pengamanan vektor penyakit. 8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti

situasi pasca bencana (Efendi & Makhfudli, 2009).

2.5 Hubungan Antara Perilaku Membuang Sampah dengan Kejadian

Penyakit Berbasis Lingkungan (Diare dan Penyakit Kulit)

Perilaku membuang sampah sangatlah penting dimasyarakat untuk dibahas,

karena problematika sampah daerah-daerah yang sering membuang sampah masih

banyak, pemerintahan negara didunia menekankan membuang sampah dengan

membuat peraturan mengenai membuang sampah sembarangan tetapi juga masih

banyak yang membuang sampah tanpa sepengetahuan (Oluyinka & Balogun, 2011).

Membuang sampah mempunyai faktor yang mempengaruhinya yaitu ketersediaan

tong sampah, jenis kelamin, usia, kehadiran sampah sebelumnya, keyakinan moral

dan agama, status perkawinan, pendapatan, tingkat pendidikan dan pengetahuan.

Sampah sembarangan membuat dampak sosial, kesehatan, ekonomi, estetika, dan

masalah lingkungan yang kota diseluruh dunia menghadapi. Ini merupakan ancaman

serius bagi kesehatan manusia dan kesejahteraan melalui paparan infeksi dan

kontaminan biologis, gangguan bau, dan peningkatan jumlah hama (tikus dan

serangga) yang berkembangbiak dan bertindak sebagai vektor penyakit (Oluyinka &

Balogun, 2013).

Pentingnya kesehatan manusia tidak pernah bisa ditekankan. Tidak ada orang

yang bisa berfungsi di luar keadaan kesehatannya. Salah satunya masalah pembuangan

sampah yang tidak tepat merupakan masalah kesehatan masyarakat dan dengan

demikian negatif pada manusia (Lucas & Gilles , 1990 dalam Wokekoro & Inyang,

2014). Tumpukan sampah tidak semestinya dibuang sembarangan dapat

meningkatkan hewan pengerat, vektor dan bau sampah yang menimbulkan berbagai

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

42

bentuk penyakit (Lucas & Gilles, 2003 dalam Wokekoro & Inyang, 2014). Tempat

sampah yang tidak tertutup maupun tempat sampah yang diletakkan berdekatan

dengan kegiatan memasak dapat juga menimbulkan bibit penyakit. Bibit penyakit

akan semakin berkembang akibat udara yang lembab dan kebiasaan masyarakat yang

kurang peduli terhadap personal hygiene.

Kehadiran hewan juga sebagai faktor resiko untuk kepadatan lalat dan diare

akan hadir. Hewan yang rentan membuang air sembarangan membuat makanan yang

disediakan akan mudah terhinggap oleh lalat menginggap. Faktor yang lain adalah

penggunaan jamban dalam ruangan dan kedekatan hewan pada tempat tinggal juga

menjadi menyebabkan kepadatan lalat dan diare. Jumlah keluarga juga menjadi faktor

resiko diare, jika salah satu anggota keluarga terkena pada periode tertentu

disebabkan kepadatan jumlah kamar anggota keluarga (Adler, et al. 2015). Anak-anak

yang tumbuh di area pertenakan sebagian besar dapat terkena penyalit kulit yang

disebabkan jamur lingkungan dan bakteri dengan dibandingkan anak-anak dalam

kelompok lain (Ege, et al. 2011).

Perilaku membuang sampah dapat perubahan kualitas air dan lingkungan

yang khawatir bagi kesehatan (Kusrini, 2015). Menurut Purbowarsito (2011) penyakit

kulit dapat dipindahkan ke orang lain melalui air, menyebar langsung dari feses ke

mulut atau lewat makanan kotor atau tercemar, sebagai akibat kurang air bersih untuk

keperluan pribadi. Menurut Kusnoputranto (2000) dalam Aminah, Naria &

Marsaulina (2013), terbatasnya ketersediaan jumlah air, bersih sehingga masyarakat

tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik dapat menyebabkan penularan

penyakit. Penyakit karena kurangnya air untuk kebersihan seseorang antara lain :

infeksi kulit, dan selaput lendir, infeksi oleh insekta parasit pada kulit.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41884/3/jiptummpp-gdl-hestiakhsa-47310...Pembuangan Sampah (MSW) adalah tugas besar di negara-negara berkembang di seluruh dunia. Sampah tersebut

43

Penyakit yang sering menyerang orang-orang di negara berkembang yaitu

penyakit kulit kudis yang disebabkan oleh penyebaran tungu. Penyakit ini disebakan

faktor kepadatan penduduk dan kemiskinan, iklim tropis kualitas hidup seseorang

yang buruk dan banyaknya penularan seseorang yang parah (Engelman, et al. 2013).

Penyakit kulit kurap timbul karena iklim yang panas dan tropis lembab. Kurap timbul

karena tidak higienis kelompok yang sosial-ekonomi rendah, pekerja, sering migrasi

buruh dan sering beriwisata yang mempunyai kontribusi terbesar. Kurap disebabkan

oleh Tinea Cruris, Tinea Corpis dan Tinea Pedis ( Bhatia & Sharma, 2014). Faktor-faktor

yang mempengaruhi terhadap panu Tinea Vescolorr berdasarkan letak musim dan

geografik, letak musim keri 1 % dan pada musim tropis 50 %. Faktor resiko lainnya

adalah usia remaja dan dewasa muda, panas, lembab, kehamilan dan timbul pada

kulit yang tertutup pakaian (Varada, Dabate & Loo, 2013). Dermatitis alergi yang

memiliki prevalensi dari 2 kali lipat di negara industri tanpa sebab yang jelas, pasisen

infeksi kulit sering Staphylococcus Aureus berbudaya dari kulit dan non lesi (Ledyde, et

al. 1974 dalam Kong, et al. 2012).

Pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya perilaku membuang

sampah yang sembarangan mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme dan bibit penyakit. Bibit penyakit dapat menular melalui vektor

udara dan lalat, maupun media lainnya seperti, peralatan makan, pakaian dan sumber

air. Vektor yang membawa bakteri maupun jamur akan tumbuh menjadi gejala

penyakit. Penyakit yang sering timbul adalah diare dan penyakit kulit (kudis, kurap

panu dan alergi).