bab ii (tinjauan pustaka)

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Obat II.1.1. Pengertian Obat Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1995) . Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Departemen Kesehatan RI, 2005). II.1.2. Peran Obat Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

Upload: cahya-perwira-tami

Post on 05-Dec-2014

93 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II (Tinjauan Pustaka)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Obat

II.1.1. Pengertian Obat

Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,

mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau

hewan.

Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses

hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun

untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan

obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu,

agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala

penyakit. (Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1995) .

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Departemen Kesehatan RI,

2005).

II.1.2. Peran Obat

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam

pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain

merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat

berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

Page 2: BAB II (Tinjauan Pustaka)

7

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan

obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas,

maka peran obat secara umum menurut Departemen Kesehatan RI (2005) adalah

sebagai berikut:

1) Penetapan diagnosa

2) Untuk pencegahan penyakit

3) Menyembuhkan penyakit

4) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

5) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu

6) Peningkatan kesehatan

7) Mengurangi rasa sakit

II.2. Konstipasi

II.2.1. Pengertian Konstipasi

Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena feses

keras atau kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak teratur, faktor

psikogenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang tidak adekuat dan abnormalitas

usus. (Paath, 2004).

II.2.1. Faktor–Faktor yang Menyebabkan Konstipasi.

Menurut Paath (2004), faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi:

1. Perubahan hormon yang menyebabkan tonus otot menurun sehingga akan

menghambat gerakan peristatik usus. Jika hal ini terjadi pada wanita hamil

yang mengalami kesulitan buang air besar.

Page 3: BAB II (Tinjauan Pustaka)

8

2. Fisiologik, dehidrasi, diet rendah serat

3. Psikologenik atau tingkah laku kebiasaan buruk (mengabaikan keinginan

untuk buang air besar) dan lemas

4. Hormonal yaitu efek relaksasi pada otot-otot halus seluruh tubuh. Perut lebih

lambat dan usus kecil menjadi lebih santai sehingga gerakan konstraksi usus

berkurang dan sering terjadi konstipasi.

5. Tablet zat besi (iron) yang diberikan oleh dokter biasanya tablet Fe tersebut

menyebabkan warna feses (tinja) kehitaman.

6. Pola hidup. Pola hidup dengan diet rendah serat seperti terdapat pada sayuran,

buah dan biji-bijian dan tinggi lemak seperti dalam Keju, mentega, telur dan

daging.

7. Peningkatan hormon progesteron yang memperlambat proses pencernaan

yang membuat kondisi feses cenderung lebih keras dan lebih sulit keluar.

8. Kurang minum.

9. Kurang olah raga.

10. Kebiasaan buang air besar yang buruk.

Menurut Arisman (2004), faktor yang menyebabkan konstipasi adalah

rahim yang membesar menekan kolon dan rektun sehingga menganggu ekskresi.

Sedangkan menurut Eisenberg (1996), faktor yang menyebabkan konstipasi adalah

peningkatan relaksasi pada otot-otot saluran pencernaan akibat meningkatnya

hormon-hormon tertentu selama kehamilan sehingga sistem pembuagan sisa-sisa

makanan menjadi lambat.

II.2.3 Ciri-ciri penderita konstipasi

Page 4: BAB II (Tinjauan Pustaka)

9

Menurut Sherry, J. (2000), ciri-ciri penderita konstipasi:

1. Merasa defekasinya menjadi sulit dan nyeri.

2. Tinja Keras.

3. Mengejan pada defekasi.

4. Lelah

5. Tidak nyaman .

6. Defekasi hanya tiga kali atau kurang dari seminggu.

7. Perut kembung.

8. Malas.

9. Kurang enak badan.

10. Nyeri pinggang bagian bawah.

11. Warna tinja kehitam-hitaman.

12. Perut mual-mual.

13. Mulut terasa pahit.

14. Lidah kering.

15. Kepala pusing.

16. Nafsu makan menurun

II.3. Obat Pencahar

Terapi farmakologis dengan obat laksatif atau pencahar digunakan untuk

meningkatkan frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang kering

dan keras. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan

absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan

meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus. Obat pencahar ini mengubah kolon,

Page 5: BAB II (Tinjauan Pustaka)

10

yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya penyerapan cairan menjadi

organ yang mensekresikan air dan elektrolit. Obat pencahar sendiri dapat

dibedakan menjadi 3 golongan: pencahar yang melunakkan feses dalam waktu 1-3

hari (pencahar bulk-forming, docusates, dan laktulosa), pencahar yang mampu

menghasilkan feses yang lunak atau semi cair dalam waktu 6-12 jam (derivat

difenilmetan dan derivat antrakuinon), serta pencahar yang mampu menghasilkan

pengluaran feses yang cair dalam waktu 1-6 jam (saline cathartics, minyak castor,

larutan elektrolit polietilenglikol).

Pencahar yang melunakkan feses secara umum merupakan senyawa yang

tidak diabsorpsi dalam saluran pencernaan dan beraksi dengan meningkatkan

volume padatan feses dan melunakkan feses supaya lebih mudah dikeluarkan.

Pencahar bulk-forming meningkatkan volume feses dengan menarik air dan

membentuk suatu hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan

merangsang gerak peristaltik. Penggunaan obat pencahar ini perlu memperhatikan

asupan cairan kedalam tubuh harus mencukupi, jika tidak bahaya terjadi dehidrasi.

(Dipiro, et al, 2005)

II.4. Laxarec

Laxarec merupakan salah satu produk obat PT. Galenium Pharmasia

Laboratories yang berbentuk cairan kental, warna putih keruh kekuningan, berbau

harum khas, terasa licin, agak lengket ditangan dan berfungsi sebagai obat pencahar

pada penggunaan melalui rectum (dubur) dan sangat baik untuk mengatasi

konstipasi bagi bayi, anak-anak dan dewasa karena pemakaiannya yang mudah dan

Page 6: BAB II (Tinjauan Pustaka)

11

tidak menimbulkan rangsangan. Obat pencahar ini bekerja dengan cara

menurunkan tegangan permukaan dan melicinkan dinding rectum-anus sehingga

feses mudah keluar dalam waktu 5-15 menit setelah pemakaian obat pencahar ini.

Komposisi sediaan obat pencahar ini terdiri dari zat aktif natrium lauril

sulfat (NLS), asam sorbat, natrium sitrat, sorbitol, dan polietilenglikol. Obat

pencahar ini digunakan antara lain untuk konstipasi rektal dan sigmoidal,

konstipasi pada kehamilan, konstipasi habitual pada bayi dan anak-anak yang dapat

menyebabkan faecaloma atau skibala serta dapat digunakan untuk persiapan

sebelum tindakan operasi, anoskopi, dan rektoskopi (Kadarwati, 2006).

II.5. Natrium Lauril Sulfat

Natrium lauril sulfat adalah campuran natrium alkil sulfat, terdiri terutama

dari dodesil sulfat dan mengandung tidak kurang dari 85% natrium alkil sulfat

(Departemen Kesehatan RI, 1993). Natrium lauril sulfat dibuat melalui sulfatasi

dari lauril alkohol kemudian dilanjutkan dengan netralisasi menggunakan natrium

karbonat. Secara komersial, natrium lauril sulfat diperdagangkan sebagai campuran

analog antara natrium alkil sulfat dengan bagian terbesar adalah natrium lauril

sulfat (Martha dkk, 1983). Natrium lauril sulfat digunakan sebagai salah satu bahan

aktif yang dicampurkan ke dalam obat pencahar jenis cairan yang dapat

melunakkan feses dengan merangsang gerak peristaltik pada usus. Rumus molekul

Page 7: BAB II (Tinjauan Pustaka)

12

natrium lauril sulfat adalah CH3(CH2)10CH2OSO3Na dengan bobot molekul (BM)

288,38 gram/mol. Struktur natrium lauril sulfat seperti pada gambar II.1

Gambar II.1. Struktur natrium lauril sulfat

Natrium lauril sulfat merupakan salah satu contoh surfaktan anionik, yaitu

surfaktan yang terlarut dalam air dan berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif.

Dalam penggunaannya yang bekerja sebagai surfaktan ialah ion negatif. Molekul

surfaktan selalu terdiri dari bagian atau unit hidrofobik yang tidak larut dalam air

dan bagian atau unit hidrofilik yang larut dalam air. Larutan surfaktan dalam air

dapat menurunkan tegangan permukaan dan mengemulsi lemak (Martha dkk,

1983). Struktur hidrofobik dan hidrofilik molekul surfaktan seperti gambar II.2.

Gambar II.2. Molekul surfaktan

II.6. Natrium Sitrat

Natrium sitrat ( C6H5Na3O7 ) merupakan suatu senyawa yang memiliki

unsur natrium yang diikat oleh oksigen dalam struktur asam sitrat. Natrium sitrat

tidak berbau dan bersifat asam . Natrium sitrat dapat berbentuk anhidrat atau dapat

Na+

SO O

O

O-

Page 8: BAB II (Tinjauan Pustaka)

13

berisi dua atau lebih molekul air (Fenaroli, 2005). Struktur asam sitrat seperti

gambar II.3.

Gambar II.3. Struktur natrium sitrat

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi–1, 2, 3 propana

trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses

fermentasi. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang pertama kali diisolasi

dan dikristalkan oleh Scheele pada tahun 1784 dari sari buah jeruk kemudian dibuat

secara komersial pada tahun 1860 di Inggris (Wertheim dan Jeskey, 1956). Struktur

asam sitrat seperti gambar II.4.

Gambar II.4. Struktur Asam sitrat

Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil

(COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan ion

protonnya. Jika ini terjadi maka akan terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat

penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH. Pada suhu kamar, asam

sitrat berbentuk bubuk kristal putih terdiri dari asam sitrat yang tidak berair

(anhydrous) atau sebagai monohydrate (satu molekul air dalam setiap molekul

Na+

Na+

Na+

HO

O

O-

O O-

O

-O

HO

O

OH

O OH

O

HO

Page 9: BAB II (Tinjauan Pustaka)

14

asam sitrat). Asam sitrat anhydrous mengkristal dari air panas sedangkan

monohydrate dikristalkan dari air dingin. Asam sitrat monohydrate dapat

dikonversi menjadi anhydrous melalui pemanasan di atas 740oC (Wertheim dan

Jeskey, 1956).

Asam sitrat (C6H8O7) memiliki kelarutan dalam air 163 gram dalam 199 ml

air (Kirk dkk, 1954). Dalam industri, asam sitrat paling banyak digunakan dalam

industri pangan (60%), farmasi (16%), kulit dan industry sejenisnya (5%),

kosmetika (3%), serta industri lainnya (1%). Menurut Winarno dan Laksmi (1974),

asam sitrat berfungsi sebagai chelating agent, yaitu senyawa yang dapat mengikat

logam-logam divalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai

katalisator dalam reaksi-reaksi biologis. Karena itu, reaksi biologis dapat dihambat

dengan penambahan asam sitrat.

II.7. Asam Sorbat

Asam sorbat merupakan anti mikroba yang ditemukan oleh E miler dari

Jerman (1930) dan CM golding USA (1940). Komponen dari asam sorbat diisolasi

dari minyak mentah rowanberry (sorb apple atau tanaman dari pegunungan). Paten

asam sorbat pertama kali dipatenkan oleh C.W. gooding 1945.

Asam sorbat mulai dikomersialkan sejak tahun 1940 sampai 1950. Asam

sorbat mulai meluas sejak menjadi preservatif agent . Penelitian menunjukan asam

sorbat merupakan agen yang aman. Hasil dari pengembangannya asam sorbat

dikembangkan secara ektensif pada makanan dan material lain di dunia. Riset pada

tahun 1950 dan 1960 mengenai mekanisme, asam sorbat, aktivitas pertumbuhan

mikroba, dan aplikasi komponen bahan tambahan makanan.

Page 10: BAB II (Tinjauan Pustaka)

15

Asam sorbat merupakan rantai lurus asam lemak tak jenuh dengan berat

molekul 112,13. Asam sorbat warnanya lebih rendah dalam bentuk kristal, flakes,

berwarna putih seperti bubuk atau granula, mempunyai karakteristik bau yang

tajam dan mempunyai rasa yang asam. Dan dikomersialkan dalam bentuk garam,

kalsium dan potasium sorbat. Potasium sorbat dikembangkan dalam bentuk bubuk

dan granula dan berat molekul sama dengan asam sorbat.

Kelarutan asam sorbat dalam suhu ruang hanya 0,15 gram/100ml,

bertambah dengan kenaikan temperatur dan pH. Kelarutan asam sorbat akan lebih

tinggi dalam alakohol seperti etanol, glasial asam asetat. Asam sorbat lebih banyak

diaplikasikan dalam makanan karena kelarutannya lebih tinggi dalam air. Kalsium

sorbat kelarutan dalam air 1,2 % dan tidak larut dalam air membuat nilai

kelambatan pelepasan dari asam sorbat rendah. Garam sodium kelarutan dalam air

32% dan berat potasium sorbat 150,22 dan kelarutannya lebih tinggi dari sorbat.

Struktur asam sorbat seperti gambar II.5.

Gambar II.5. Struktur asam sobat

II.8. Analisis Titrimetrik

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Zat yang akan

ditentukan kadarnya disebut sebagai sampel dan biasanya diletakan di dalam

erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai

titran dan biasanya diletakan didalam buret. Baik sampel maupun titran biasanya

berupa larutan. Sampel yang akan ditentukan kadarnya yang sudah diberi indikator

O

HO

Page 11: BAB II (Tinjauan Pustaka)

16

dititrasi dengan titran sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen

(artinya secara stokiometri titran dan sampel tepat habis bereaksi). Pada saat

ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titran

yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data

volume titran¸ kadar zat dalam sampel dapat diketahui (Vogel, 1990).

Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada reaksi kimia seperti:

aA + tT Produk

dengan a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul pereaksi, T, pereaksi T,

yang disebut titran, ditambahkan secara kontinyu, biasanya dari sebuah buret,

dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan

standar, dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan

standarisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara

kimiawi sama dengan yang ditambahkan kepada A. Selanjutnya akan dikatakan

titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar diketahui kapan harus berhenti

menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator,

yang bereaksi dengan kehadiran titran yang lebih dengan melakukan perubahan

warna. Perubahan warna itu bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen, tetapi bisa

juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik

akhir. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dangan titik

ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama (atau mengoreksi

perbedaan diantara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam analisis

titrimetrik. Indikator visual hanyalah satu diantara beberapa metode yang

Page 12: BAB II (Tinjauan Pustaka)

17

dipergunakan untuk mendeteksi perubahan tiba-tiba dalam sebuah kondisi fisika

atau kimia suatu larutan, juga ada.

Titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang

dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen. Istilah analisis volumetrik telah

bertahun-tahun dipergunakan. Walaupun demikian, istilah titrimetrik lebih diminati

karena pengukuran voume tidak harus terikat dengan titrasi. Dalam analisis jelas,

misalnya, seseorang dapat mengukur volume dari suatu gas (Day dan

Underwood,1999).

Analisis volumetrik adalah salah satu analisis kuantitatif yang didasarkan

pada pengukuran volume dari larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara

pasti (larutan standart). Salah satu larutan yang mengandung pereaksi ditempatkan

pada erlenmeyer (titrat). Dalam proses ini, perlahan-lahan titran ditambahkan ke

dalam larutan sampai titran dan titrat bereaksi secara sempurna secara stoikiometri.

Titrasi harus diberhentikan bila dekat dengan titik ekuivalen yang disebut titik akhir

titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator (Harrizul,1995).

Standardisasi ialah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat

dari larutan baku. Untuk standardisasi secara titrasi ini, maka bahan

penstandardisasian haruslah suatu bahan baku primer, yakni suatu bahan yang

konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari bobot bahan sangat murni

yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan

baku primer tersebut dinamakan larutan baku primer.

II.9. Titrasi Alkalimetri

Page 13: BAB II (Tinjauan Pustaka)

18

Alkalimetri adalah penentuan kadar basa dalam suatu larutan dengan

larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran. Syarat-syarat

titrasi dapat dipakai sebagai dasar titran:

1. Reaksi harus berlangsung cepat. Kadang-kadang reaksi dipercepat dengan

pemanasan atau penambahan katalis yang tepat

2. Reaksi harus stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping

3. Salah satu sifat dan system yang bereaksi harus mengalami perubahan yang

besar

4. Harus ada indikator yang digunakan untuk menunjukkan perubahan tersebut

Dalam asidimetri berlaku ketentuan titik ekuivalen yaitu dimana jumlah

gram ekuivalen asam sama dengan jumlah gram ekuivalen basa. Dalam hal ini, 1

grek sebading dengan mol yang dibutuhkan/dilepaskan dalam reaksi. Titrasi

asidimetri menggunakan dasar reaksi netralisasi. Oleh karena itu reaksi dapat

digolongkan menjadi :

1. Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat

2. Reaksi antara asam kuat dengan basa lemah

3. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat

4. Reaksi antara asam kuat dengan garam dari asam lemah

5. Reaksi antara basa kuat dengan garam dari asam lemah

(Underwood, 1994)

II.10. Titrasi Bebas Air

Page 14: BAB II (Tinjauan Pustaka)

19

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar senyawa yang sifat

keasaman atau kebasaannya sangat lemah dan tidak memberikan hasil yang

memuaskan bila diterapkan dengan titrasi biasa yang menggunakan pelarut air.

Oleh karena itu, dalam titrasi ini dipakai pelarut yang bebas air dan dapat

menaikkan sifat keasaman atau kebasaan senyawa yang dianalisis (Rivai,1995).

II.11. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

II.11.1. Pengertian KCKT

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan

dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam

teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif

dan beragam sehingga mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif

maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen

POM, 1995).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan

HPLC (High Performace Liquid Chromatography) merupakan teknik pemisahan

yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam

suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain : farmasi, lingkungan, dan industri-

industri makanan.

Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa

organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian

(impurities) dan analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap (non-

volatil). KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-

Page 15: BAB II (Tinjauan Pustaka)

20

senyawa tertentu senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat

dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa

aktif obat dan lain-lain.

Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika

KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya

adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh

(Musson, 1991 dan Rohman, 2007).

II.11.2. Cara Kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut

terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu

kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi dalam fase

gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan

secara tepat dari berbagai macam kondidi operasional seperti jenis kolom, fase

gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan

ukuran sampel (Rohman, 2007).

II.11.3. Komponen KCKT

Gambar 3. Bagan alat KCKT

II.12. Trial and Error Metode

Page 16: BAB II (Tinjauan Pustaka)

21

Trial adalah suatu metode ilmiah tertentu untuk memperoleh kesimpulan

yang logis, yang dapat diterima dengan akal sehat. Proses berfikir kreatif untuk

menemukan suatu permasalahan yang ada. Kreativitas adalah kegiatan yang

mendatangkan hasil yang sifatnya Inovatif (menarik, baru, aneh dan mengejutkan),

Useful (berguna, lebih enak, lebih praktis, mendatangkan hasil lebih baik/banyak),

Understandable (dapat dimengerti, hasil yang sama dimengerti dan dapat dibuat

dilain waktu).

Trial and error metode didasarkan pada spekulasi yang lebih sistematis,

pengalaman yang telah dimiliki dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur analogi

untuk memprediksi peristiwa yang akan datang. Trial metode ilmiah dilakukan

dengan disertai penyelidikan Ilmiah (dugaan yang bersumber pada data elemen-

elemen pengambilan keputusan), Model (penggambaran dari suatu masalah secara

kwantitatif), Kriteria (tujuan yang hendak dicapai dari pengambilan keputusan),

dan pembatas (faktor tambahan yang harus diperhatikan).

Trial and Error, biasanya menggunakan metode yang berbeda sampai

mendapat pemecahannya atau dengan cara pengujian metode yang sudah ada

apakah dapat diterapkan dalam keadaan yang baru dengan didasari pengalaman dan

logika. Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat).

Pada pengembangan ilmu pengetahuan, tidak sebatas pada perolehan hasil

Trial dan Error metode saja tetapi harus disertai dengan validasi metode sehingga

akurasi dan presisi dari suatu metode hasil trial dapat dibuktikan secara ilmiah.

II.13. Validasi Metode

Page 17: BAB II (Tinjauan Pustaka)

22

Validasi menurut Harmita (2004) merupakan suatu tindakan penilaian

terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk

membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk

penggunaannya. Validasi menurut SK Menkes RI No. 43/Menkes/SK/II/1988

tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB) merupakan suatu tindakan

pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem,

perlengkapan,atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan

akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Depkes RI, 2001). Association

of South East Asian Nation Good Manufacturing Practice (ASEAN GMP)

menyatakan bahwa validasi adalah kegiatan membuktikan dengan pasti bahwa

material, proses, prosedur, aktivitas, sistem, peralatan, atau mekanisme yang

digunakan di pabrik akan mencapai hasil yang diharapkan pada standar yang

konsisten (ASEAN 1996). Validasi metode menurut Association of Official

Analytical Chemist (AOAC,2002) adalah suatu proses yang menetapkan bahwa

karakteristik suatu metode yang ditemukan dapat memenuhi kebutuhan untuk

aplikasi analisis yang diharapkan dengan cara studi laboratorium. Validasi metode

dilakukan untuk meninjau spesifikasi dari suatu mutu produk sehingga dapat

terjamin keamanan dan khasiatnya. Metode yang digunakan untuk analisis suatu

produk harus mempunyai kehandalan yang tinggi untuk menjamin bahwa metode

yang digunakan baik terhadap metode baru yang akan digunakan dalam analisis

rutin maupun analisis tidak rutin, metode yang telah dimodifikasi untuk keperluan

khusus, dan metode uji yang baru dikembangkan pertama kali. Untuk

Page 18: BAB II (Tinjauan Pustaka)

23

menghasilkan mutu suatu produk yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan,

maka perlu dilakukan validasi metode.

Menurut The United State Pharmacopoiea (USP, 2000) ada empat kategori

dalam validasi:

1. Metode analisis untuk penentuan kuantitatif komponen utama atau bahan

aktif dalam produk farmasi

2. Metode analisis untuk menentukan ketidakmurnian dalam produk farmasi

yang meliputi penentuan kuantitatif dan uji batas

3. Metode analisis untuk menentukan karakteristik obat

4. Metode analisis untuk uji identifikasi.

Parameter-parameter yang dilakukan dalam validasi metode secara lengkap

adalah akurasi, presisi, linieritas, limit deteksi, limit kuantitasi, spesifitas,

ruguddness, uji kemantapan (USP,2000). Dari keseluruhan pengujian, dalam

percobaan ini hanya dilakukan parameter-parameter yang signifikan dapat

mempengaruhi pengambilan kesimpulan tentang kesesuaian dan keabsahan

metode, yaitu akurasi, presisi, linieritas, limit deteksi, dan limit kuantitasi.

Akurasi atau ketepatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya (Harvey, 2000). Akurasi adalah

suatu kedekatan nilai hasil uji dengan nilai sebenarnya dari hasil pengukuran

rentang konsentrasi tertentu dengan menggunakan suatu metode uji tertentu.

Akurasi dinyatakan dengan persen perolehan kembali (recovery) dari suatu

pengujian terhadap penambahan sejumlah analit dengan jumlah yang diketahui

(USP,2002). Perhitungan akurasi berdasarkan perbedaan antara nilai sebenarnya

Page 19: BAB II (Tinjauan Pustaka)

24

dan rata-rata yang diperoleh dengan suatu interval kepercayaan. Pengujian

minimum akurasi dilakukan dengan sembilan pengulangan penetapan spesifik

untuk tiga konsentrasi yang berbeda dengan rentang 25-150%. Kriteria akurasi

diberikan jika nilai persen perolehan kembali memiliki rentang 98,0-102,0%

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual (Harmita,2004). Presisi atau ketelitian didefinisikan sebagai kedekatan

antara hasil pengujian individu dalam serangkaian pengukuran terhadap suatu

sampel yang homogen dengan melakukan pengambilan sampel menurut prosedur

yang telah ditentukan (USP,2000). Kriteria penerimaan presisi adalah nilai

simpangan baku relatif (SBR) dari data yang diperoleh harus lebih kecil atau sama

dengan 2% (BPOM,2009). Presisi umumnya meliputi:

1. Ripitabilitas, menyatakan presisi yang dilakukan pada kondisi yang telah

ditentukan pada laboratorium yang sama, dalam interval waktu yang

singkat oleh analis yang sama, serta menggunakan peralatan dan pereaksi

yang sama

2. Intermediet presisi, menyatakan presisi yang dilakukan pada kondisi yang

telah ditentukan pada laboratorium yang sama, dalam interval waktu yang

singkat oleh analis yang berbeda tetapi menggunakan peralatan dan

pereaksi yang sama.

Page 20: BAB II (Tinjauan Pustaka)

25

√∑

n = banyaknya data

Linieritas didefinisikan sebagai kemampuan metode analisis yang

memberikan respon secara langsung dengan bantuan transformasi matematika yang

baik dan proporsional terhadap konsentrasi analit dalam contoh dengan rentang

(range) metode yang telah ditentukan. Rentang metode adalah pernyataan batas

terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan

akurasi, presisi, dan linieritas yang dapa diterima (Harmita,2004). Untuk

mengetahui hubungan linieritas digunakan korelasi pada analisis regresi linier.

Syarat koefisien korelasi pada analisis regresi linier tidak kurang dari 0,997.

Linieritas dihitung berdasarkan persamaan garis lurus data yang diperoleh dari hasil

uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit, dan dilihat dari

koefisien korelasi yang diperoleh (Miller, Miller, 2005).

Rumus perhitungan :

Persamaan regresi

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ ∑ ∑

a = intersept

b= slope

Page 21: BAB II (Tinjauan Pustaka)

26

Limit deteksi (LD) merupakan batas konsentrasi terendah dari senyawa uji

yang terkandung dalam contoh yang dapat dideteksi oleh metode. Penetapan nilai

LD pada percobaan validasi ini dilakukan untuk penentuan batas terendah deteksi

dari metode. Penetapam nilai LD dari suatu metode dapat dilakukan dengan

melakukan perhitungan dari simpangan konsentrasi terhadap kadar bahan aktif

dalam contoh dan kemiringan kurva linieritas menggunakan suatu persamaan

penetapan LD.

Limit kuantitasi (LK) merupakan batas konsentrasi terendah dari senyawa uji

dalam contoh yang dapat dideteksi oleh metode secara kuantitatif dan memiliki

keterulangan baik. Tujuan penetapan nilai LK dapat dilakukan berdasarkan

perhitungan simpangan konsentrasi terhadap kadar bahan aktif dalam contoh dan

kemiringan kurva linieritas menggunakan suatu persamaan penetapan nilai LK.