bab ii tinjauan pustaka - uksw...pemantauan, dan pembinaan kepada para guru yang dilakukan oleh...
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profesionalitas Guru
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia
indonesia. Guru dituntut untuk memiliki kualitas
akademik, berkompeten dan profesional. Ada
kompetensi yang harus dikuasai Guru profesional yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Selain itu
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran seorang
guru juga mampu menjadi model yang bisa diteladani
oleh siswanya. kemampuan psikomotorik juga harus
dimiliki guru, berarti guru dituntut memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam mengimpletasikan
ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Zahroh (2015:43) Bahwa:
“ Profesionalitas guru adalah kualitas guru yang
memiliki kemampuan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan baik yang didukung dengan kemampuan maksimal”.
Jadi seorang guru harus profesional dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
2
Dari beberapa pernyataan diatas penulis
berpendapat bahwa profesi, profesional dan
profesionalitas sangat erat hubungannya, artinya
seseorang yang profesional maka akan bertindak sesuai
komitmen pada profesinya untuk selalu mengadakan
pengembangan strategi dalam rangka meningkatkan
sikap profesionalnya (profesionalitas).
2.1.1. Karakteristik Guru Profesional
Seorang guru profesional harus mempunyai
karakteristik yang mampu meningkatkan mutu
pendidikan, Zahroh (2015:45) mengemukakan:
“seorang guru dapat dikatakan Profesional manakala
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui
pendidikan, Memiliki pengetahuan spesialisasi, Memiliki
teknik kerja yang dapat dikomunikasikan, Memiliki kode etik, Budaya profesional”
hampir sama pendapat zahroh, daryanto
berpendapat lebih spesifik lagi, Daryanto (2013:18)
menyatakan Profesionalitas guru didukung oleh tiga hal
yang amat sangat penting, tiga hal tersebut adalah
keahlian, komitmen dan ketrampilan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut penulis
menyimpulkan karakteristik guru profesional adalah
seseorang yang mempunyai intelektual, keahlian, dan
keterampilan pada bidang pendidikan.
3
2.1.2. Kompetensi Profesional Guru
Guru merupakan agen pembelajaran yang mana
harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan
tugasnya. Semangat dan idealisme dan kinerja yang
tinggi disertai rasa tanggung jawab ciri guru profesional.
Kompetensi guru perlu ditingkatkan secara terprogram,
berkelanjutan melalui berbagai sistem pembinaan
profesi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
guru.
Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan
Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang sekarang telah diubah menjadi
PP No.32 Tahun 2013. empat jenis kompetensi guru
tersebut, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru
profesional adalah kompetensi dalam penyusunan
program rencana pelaksanaan pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar
proses. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan
dari silabus digunakan untuk kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya pencampaian kompetensi dasar.
Seorang guru berkewajiban menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran secara maksimal.
4
Rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai
Permendiknas No 41 Tahun 2007 mencangkup antara
lain: identitas mata pelajaran, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari
pendahuluan, inti (eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi),
penutup (kesimpulan, penilaian). Sedangkan pada
pelaksanaannya adalah pengimplementasi dari rencana
pelaksanaan pembelajaran diatas.
Ini sesuai Indikator profesionalitas dalam
pendapat Usman (2006:17) yaitu : 1) menguasai
landasan pendidikan, 2) menguasai bahan pengajaran,
3) menyusun program pengajaran, 4) menilai hasil dan
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dijelaskan guru yang profesional harus menguasai
bahan pengajaran dan penyusunan program
pengajaran, menilai pelajaran.
Arikunto (2006:239) menyatakan bahwa: “kompetensi profesional berarti Guru harus memiliki
pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject
matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki
pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode
yang tepat, serta mampu menggunakan dalam proses
belajar mengajar”.
Menurut Suyanto (2013:43) menyatakan
“kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus
dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang
5
menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan”.
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis
berpendapat bahwa kompetensi profesional guru dapat
diartikan penguasaan serangkaian kompetensi pada
bidang keilmuan berupa kemampuan pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial yang dapat di
implementasikan pada kegiatan pengajaran.
2.1.3. Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran guru kadang hanya
menganggap mengajar sebagai pekerjaan rutin saja
sehingga keadaan belajar dikelas tidak menarik dan
membosankan seharusnya mampu menciptakan
suasana belajar yang nyaman dan menarik dan
menyenangkan juga menciptakan kegiatan belajar yang
lebih bermutu, Menurut Zahroh (2015:237) penerapan
profesionalitas guru penting sekali dalam kegiatan
pembelajaran disekolah. Guru dikatakan profesional
manakala guru tersebut mampu menghasilkan lulusan
yang berkualitas dan mampu bersaing sesuai dengan
tuntutan zaman modern saat ini. Untuk mewujudkan itu
semua, guru harus mampu mendongkrak kualitas
dalam pembelajaran oleh karena itu, penerapan
pembelajaran dioptimalkan sedemikian rupa sehingga
mampu mewujudkan tujuan pendidikan secara
sempurna. Agar memperoleh hasil yang maksimal,
proses tersebut harus dilakukan dengan sadar dan
6
sengaja serta terorganisasi dengan baik sehingga akan
diperoleh kualitas pembelajaran yang maksimal.
Peningkatan kualitas pembelajaran menjadi
dambaan semua guru. Adanya peran aktif dari seluruh
komponen akan mewujudkan pembelajaran yang
memang benar-benar bermutu dan juga berkualitas.
Menurut Suyanto (2013:1-2) sebagai tenaga
pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan
profesional dalam bidang pembelajaran. Dengan
kemampuan tersebut, guru dapat melaksanakan
perannya sebagai berikut: Fasilitator, Pembimbing,
Penyedia lingkungan, Model, Motivator, Agen
perkembangan kognitif, Manajer.
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis
berpendapat bahwa profesionalitas guru dalam
pembelajaran adalah guru dapat mejalankan perannya
seperti yang telah dijelaskan di atas. Selain itu guru juga
harus memiliki kemampuan penguasaan materi secara
runtut sesuai dengan program yang telah dicanangkan,
serta dapat memberikan penilaian terhadap proses dan
hasil pembelajaran.
2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Didalam kehidupan selalu dibutuhkan seorang
pemimpin baik dilingkungan keluarga, masyarakat,
sekolah maupun berbangsa ada beberapa pengertian
tentang pemimpin dan kepemimpinan . Pemimpin
7
adalah orang yang paling berorientasi hasil, dimana
hasil tersebut akan diperoleh jika pemimpin mengetahui
apa yang dinginkannya, Priansa dan somad (2014:185).
Berarti hasil yang diharapkan akan didapat jika
pemimpin itu mengetaui apa yang diinginkan sedangkan
purwanto menekankan pada sifat- sifat seorang
pemimpin agar yang dipimpin yakin akan pemimpinya..
Sedangkan menurut Usman (2014:312) Kepemimpinan
ialah ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok
untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efesien. pendapat
Usman kepemimpinan adalah sebuah seni untuk
mempengaruhi orang lain ini juga sama seperti pendapat
Mulyasa.
Mulyasa (2012:107) menyatakan Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
Sedangkan Menurut Priansa dan Somad
(2014:185) pemimpin dalam lingkungan sekolah adalah
“seseorang yang berorientasi terhadap kemajuan
sekolah, dimana ia merupakan pionir, yang memiliki
kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan
seluruh sumberdaya sekolah yang mencapai visi dan melaksanakan misi sekolah”.
Seorang pemimpin disekolah harus mengetahui
visi dan misi sekolah dan dapat memajukan sekolah .
8
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah yang baik adalah
kepemimpinan yang efektif, dengan melibatkan segala
potensi baik potensi diri maupun potensi sekitar serta
dapat menjadi pengayom bagi para warga sekolah dalam
perwujudan visi dan misi yang telah ditetapkan.
2.2.1 Peran dan Fungsi Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai peran dan fungsi yang
penting disekolah dan menjadi faktor penentu proses
pembelajaran yang berada disekolah.
Menurut Priansa dan Somad (2014:186) fungsi
pokok seorang pemimpin yang dapat menciptakan
sekolah yang efektif adalah:
“Task Related/Problem solving Functio artinya Kepala
sekolah harus memberikan saran dan mampu memecahkan berbagai masalah yang muncul, serta
memberikan sumbangan informasi dan pendapat bagi
segala permasalahan yang muncul dilingkungan
sekolah, Group Maintenance function/social function
dalam hal ini Kepala sekolah membantu sumber daya
yang ada disekolah agar mampu beroperasi dengan lebih optimal. Kepala sekolah memberikan persetujuan atau
menjadi pelengkap bagi kepentingan guru, staf, pegawai
lainnya yang ada disekolah. Misalnya menjembatani
kelompok guru atau Kepala sekolah membantu sumber
daya yang ada disekolah agar mampu beroperasi dengan lebih optimal. Kepala sekolah memberikan persetujuan
atau menjadi pelengkap bagi kepentingan guru, staf,
pegawai lainnya yang ada disekolah. Misalnya
menjembatani kelompok guru atau staf administrasi
sekolah yang sedang berselisih pendapat. staf
administrasi sekolah yang sedang berselisih pendapat”.
9
Kepala sekolah yang efektif merupakan pemimpin
yang mampu mengkombinasikan kedua fungsi tersebut
dengan optimal.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional (Mendiknas) Nomor tahun 162 Tahun 2003
tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai kepala
sekolah disebutkan bahwa tugas kepala sekolah sebagai
berikut: Kepala sekolah sebagai educator (Pendidik),
Kepala sekolah sebagai Manager (Manager),Kepala
sekolah sebagai administrator, Kepala sekolah sebagai
supervisor, Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader).
Kepala sekolah sebagai pengusaha (Entrepreneur),
Pencipta iklim (Climator Maker).
Kepala sekolah sebagai climator Kepala sekolah
maker harus mampu menyusun berbagai rencana kerja
dan menuangkan dalam bentuk perangkat kerja yang
dilaksanakan dalam suasana yang kondusif dan
menyenangkan. Iklim yang kondusif akan membantu
terwujudnya stabilitas kerja yang tinggi yang pada
akhirnya pencapaian berbagai rencana kerja berbagai
rencana kerja yang telah disusun sebelumnya menjadi
efektif dan efesien. Berdasarkan uraian diatas penulis
berpendapat terdapat 7 tugas pokok seorang kepala
sekolah yaitu educator, manager, administrator,
supervisor, leader, entrepeneur, dan climate creator.
tugas-tugas tersebut sering disebut EMASLEC.
10
Menurut Priansa dan Somad (2014:53 )EMASLEC
merupakan
“Penyempurnaan dari tugas kepala sekolah sebelumnya
yaitu, sebagai educator, manager, administrator, supervisor, inovator, motivator atau disingkat dengan
EMASLIM”.
2.3. Supervisi
Tugas kepala sekolah selain sebagai pendidik,
manajer, juga sebagai supervisor, supervisi penting
dilakukan dengan tujuan perbaikan pengajaran
menurut
Muslim (2010:41) menyatakan:
“supervisi dapat diartikan serangkaian usaha pemberian
bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional
yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah) guna
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar”.
Ini berarti layanan profesional oleh guru kepada
siswa melalui kepala sekolah pendapat ini hampir sama
dengan pendapat suhardan, menurut Suhardan
(2010:36) menyatakan
“supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang
akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah
keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang
pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas
biasa”.
Selanjutnya Menurut Purwanto (2010:76) Bahwa:
“supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan dan
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.
Jadi Purwanto menegaskan tentang pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah sehingga membantu
11
guru dalam melakukan pembelajaran secara efektif itu
yang disebut supervisi
Menurut Soetjipto (2009:233) supervisi yaitu
semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk
memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki
pengajaran. Dengan bantuan kepala sekolah guru dapat
memperbaiki pengajaran dan meningkatkan
keprofesionalnya sebagai seorang pendidik.
Hartoyo (2006:47) menyatakan bahwa:
“supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
supervisor untuk membantu orang lain yang disupervisi agar
dapat menemukan solusi atas permasalahan atau kendala
yang dijumpai untuk meningkatkan profesionalisme dan
kinerja mereka”.
Dari beberapa pengertian supervisi yang telah
dipaparkan kita dapat melihat bahwa antara, Muslim,
Suhardan, Purwanto, Hartoyo memiliki persamaan
pendapat mengenai definisi dari supervisi yang ada pada
intinya mereka menuliskan supervisi sebagai membantu
guru agar menjadi guru yang profesional.
Dari beberapa pernyataan diatas peneliti dapat
memberi pendapat bahwa supervisi adalah kegiatan
pemantauan, dan pembinaan kepada para guru yang
dilakukan oleh supervisor baik kepala sekolah maupun
pengawas sekolah yang bertujuan untuk meningatkan
kinerja dan profesionalitas para guru.
2.3.1.Fungsi dan Prinsip-Prinsip Supervisi
12
Adapun fungsi dari adanya supervisi pendidikan
menurut Imron (2011:12) adalah menumbuhkan iklim
bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui
serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam
wujud layanan profesional. Berarti dijelaskan fungsi
supervisi pada intinya perbaikan proses dan hasil
belajar.
Kemudian Purwanto (2010:86) menjelaskan bahwa :
fungsi-fungsi pendidikan yang sangat penting diketahui kepala sekolah adalah Dalam bidang kepemimpinan, Dalam hubungan kemanusiaan, Dalam pembinaan proses kelompok, Dalam bidang administrasi personel, Dalam bidang evaluasi
Jadi sejalan dengan pemikiran purwanto penulis
berpendapat bahwa dalam melaksanakan supervisi
kelima fungsi-fungsi supervisi harus diterapkan agar
kegiatan supervisi efektif artinya kegiatan supervisi yang
dilaksanakan agar tujuan utama supervisi memperbaiki
kualitas pengajaran tercapai, haruslah ditujukan untuk
menumbuhkan motivasi dan mengembangkan potensi
guru untuk bekerjasama mengembangkan usaha
perbaikan mutu pendidikan dengan melihat data objektif
permasalahan yang ditemui dalam suasana yang akrab
dan penuh kehangatan sehingga diharapkan dengan
adanya supervisi mampu mengkondisikan
profesionalitas guru dengan sebenarnya.
13
Menurut Sagala (2010:95) prinsip supervisi antara
lain adalah ilmiah yang berarti sistematis dilaksanakan
secara tersusun, kontinyu,teratur, objektif, demokratis,
kooperatif, menggunakan alat, kontruktif dan kreatif.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka bisa
dikatakan bahwa dalam pelaksanaan supervisi,
supervisor hendaknya memiliki prinsip ilmiah
(scientific), demokratis, kooperatif serta konstruktif dan
kreatif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
kondusif.
2.3.2 Supervisi Akademik
Ada beberapa pendapat tentang supervisi
akademik Menurut Mulyasa (2013:249) supervisi
akademik adalah bantuan profesional pada guru,
melalui siklus perencanaan yang sistemati, pengamatan
yang cermat, dan umpanbalik yang objektif dan segera
Mulyasa menerangkan dengan proses siklus sehingga
supervisi lebih sistematis. Sedangkan Menurut
Suhardan (2010:47) supervisi akademik yang menitik
beratkan pengamatan supervisor pada masalah-
masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada
dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu
siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu. Berarti
seorang supervisor harus menguasai masalah-masalah
akademik dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Muslim (2013:68) seorang supervisor
harus memiliki kompetensi teknis khususnya bidang
14
akademik berkaitan dengan pekerjaan orang-orang yang
disupervisi
Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis
memberikan pendapat bahwa supervisi akademik
adalah serangkaian aktivitas terstruktur pada bidang
akademik baik dalam hal waktu maupun aktivitas yang
dilakukan oleh supervisor kepada guru, berkaitan
dengan pengembangan potensi diri sebagai profesional
kerja demi tercapainya tujuan pembelajaran.
2.3.3 Tujuan Supervisi Akademik
Mulyasa (2013:249) yang menyatakan tujuan
utama supervisi akademik adalah untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru dan meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang baik.
Pembelajaran yang baik untuk meningkatkan
profesionalitas guru dijabarkan lagi oleh Muslim
(2010:42) secara umum tujuan supervisi yaitu
“Membantu guru dalam mencapai tujuan pendidikan,
membimbing pengalaman mengajar guru, memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar siswa, membina moral
kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
membina sekolah atau madrasah”.
Menurut Glickman dalam Priansa dan Somad
(2014:109) menyatakan bahwa tujuan supervisi
akademik digambarkan melalui gambar
15
Gambar 2.1 Tujuan Supervisi Akademik
1. Membantu Guru mengembangkan
kompetensinya. Seorang guru harus bisa
mengembangkan kemampuan profesionalnya
melalui Supervisi akademik dalam pembelajaran.
2. Mengembangkan Kurikulum.
Mengembangkan kurikulum melalui supervisi
akademik dilakukan untuk memonitor kegiatan
belajar mengajar
3. Mengembangkan kelompok kerja guru serta
membimbing penelitian tindakan kelas (PTK).
Melalui Supervisi akademik dilakukan untuk
mendorong melaksanakan tugas-tugas
mengajarnya, mendorong guru mengembangkan
kemampuanya dalam menulis penelitian tindakan
kelas.
2.3.4. Teknik-Teknik Supervisi Akademik
Kemampuan guru harus diperbaiki untuk
peningkatan proses pembelajaran dan prestasi belajar
anak meningkat.tugas kepala sekolah salah satunya
16
sebagai supervisor, yang tugasnya mensuvervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
menurut Purwanto (2008:120) supervisi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang
diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan, secara
garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik
kelompok.
Gambar 2.2 Teknik Supervisi
1. Teknik Individual
Teknik supervisi individual menurut Sahertian dalam
Priansa dan Somad (2014:99) adalah teknik yang
TEKNIK SUPERVISI
AKADEMIK
SUPERVISI
PERSEORANGAN
SUPERVISI
KELOMPOK
1. Kunjungan Kelas
(Classroom
Visitation)
2. Observasi Kelas
3. Pertemuan
Individual
4. Kunjungan antar
kelas
1. Supervisi Rapat
Guru
2. Diskusi Kelompok
3. Panataran-
Penataran
17
digunakan pada pribadi yang mengalami masalah
khusus dan memerlukan bimbingan sendiri dari
kepala sekolah. Teknik supervisi individual biasanya
pembinaanya secara individual dilakukan oleh kepala
sekolah, Teknik-teknik supervisi yang bersifat
individual antara lain:
a. Kunjungan Kelas (classroom visitation)
Menurut Purwanto (2008:120) bahwa
kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-
waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor
(kepala sekolah, penilik, pengawas) untuk
mengamati seorang guru yang sedang
mengajar. Menurut Priansa dan Somad
(2014:99) bahwa kunjungan kelas yakni
kunjungan yang dilakukan kepala sekolah ke
dalam kelas pada saat guru yang bersangkutan
menghadapi masalah/kesulitan selam
mengadakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Muslim (2013:74) kunjungan kelas
adalah kunjungan seorang supervisor ke kelas pada saat
guru sedang mengajar, artinya supervisor menyaksikan
dan mengamati guru mengajar. Melalui kunjungan kelas
tersebut supervisor dapat mengetahui apa kelebihan dan
kekurangan guru terutama dalam konteks pelaksanaan
KBM. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan
atau kelemahan yang sekiranya perlu diperbaiki.
18
Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat
tahap yaitu:
(1) tahap persiapan
(2) tahap pengamatan selama kunjungan
(3) tahap akhir kunjungan
(4) tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut”
b. Kunjungan Observasi (Observation Visits)
Kunjungan Observasi bisa dilakukan
sekolah sendiri atau sekolah lain. Fokus dari
observasi kelas adalah untuk mengetahui aktifitas
guru maupun siswa dalam proses pembelajaran
yang meliputi cara/metode guru menyampaikan
materi, penguasaan materi oleh siswa,
penggunaan/pemanfaatan media dan alat peraga,
dan aspek-aspek lain penunjang-penunjang
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan (Hartoyo, 2006:105).
c. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi biasanya dilakukan
untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
guru dalam mengajar setelah kepala sekolah
melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Kepala sekolah juga memberi dorongan agar yang
sudah baik agar bisa ditingkatkan lebih baik lagi.
Teknik percakapan ini dilakukan dengan
menerapkan pendekatan-pendekatan supervisi
19
seperti teknik directive, non-directive, dan
collaborative (Priansa dan Somad, 2014:101).
d. Kunjungan Antar kelas (Inter Visitasi)
Tujuan Kunjungan antar kelas atau antar
sekolah adalah upaya untuk meningkatkan
efektifitas pembelajaran dengan cara studi
banding atau bertukar pengalaman dalam
pembelajaran, Dengan demikian, setelah
selesainya kunjungan/studi banding ini, guru
dapat mencoba dan menerapkan pengalaman
yang mereka peroleh dari kelas atau sekolah lain
(Hartoyo, 2006:106).
1. Teknik Kelompok
Menurut Purwanto (2008:122) Teknik supervisi
kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara
berkelompok. Dengan mengadakan KKG, atau
diskusi maupun penataran kelompok untuk
menyelasaikan masalah- masalah dalam KBM.
2.3.5.Supervisi Akademik Kunjungan Kelas
Dalam penelitian ini metode supervisi akademik
yang digunakan adalah supervisi akademik kunjungan
kelas sebagai bahan masukan apakah pelaksanaannya
dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalitas
guru di SDN 3 Sumberejo.
Menurut Priansa dan Somad (2014:99) kunjungan
kelas yakni kunjungan yang dilakukan kepala sekolah
ke dalam kelas pada saat guru yang bersangkutan
20
menghadapi masalah/kesulitan selama mengadakan
kegiatan pembelajaran.
Hartoyo (2006:104) menyatakan
“kunjungan kelas merupakan salah satu teknik
supervisi yang dapat dilakukan secara periodik dan berencana untuk memperoleh baganan tentang kegiatan
pembelajaran dan kegiatan pengelolaan kelas yang
dilakukan guru”.
Dibandingkan pendapat Hartoyo tentang supervisi
akademik kunjungan kelas yang hanya sebagai kegiatan
dan pengelolaan pembelajaran saja secara periodik dan
berencana priansa dan somad lebih menekankan pada
mengatasi masalah- masalh dalam pembelajaran. Lain
lagi Menurut Purwanto (2008:120) bahwa
“ kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala
sekolah, penilik, pengawas) untuk mengamati seorang
guru yang sedang mengajar”.
Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru
mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat
didaktis atau metodik yang sesuai. untuk melihat apa
kekurangan atau kelemahan yang sekiranya perlu
diperbaiki. Supervisi akademik menurut Purwanto
(2008:120) dilakukan secara mendadak terkesan seperti
inpeksi yang tidak ada pemberitahuan pada guru.
Jadi dari pernyataan Priansa dan Somad, Hartoyo,
Purwanto penulis berpendapat bahwa supervisi
akademik kunjungan kelas adalah tindakan
pengamatan langsung kedalam kelas oleh pihak yang
21
bersangkutan (kepala sekolah, pengawas) untuk
mengetahui kompetensi guru dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, apakah sudah sesuai dengan
syarat-syarat didaktis guna melihat kekurangan atau
kelemahan untuk proses evaluasi kedepannya.
2.3.6.Tahap- Tahap Kunjungan Kelas
Agar pelaksanaan supervisi dapat berlangsung
sebagaimana diharapkan, supervisor perlu menyusun
dan memperhatikan beberapa tahapan. Menurut clegg
dan Billington dalam Hartoyo (2006:111)tahapan
supervisi dapat dikelompokan menjadi tiga bagian
utama persiapan, Proses supervisi dan tindak lanjut.
Berbeda dengan tahapan dari Hartoyo yang hanya 3
tahapan, pidarta mempunyai 4 tahapan. Tahap-tahap
kunjungan kelas menurut Pidarta (2009:104) terdiri dari
empat tahap yaitu: (1) Persiapan, supervisor
menentukan waktu, memeriksa informasi kelemahan
guru dari berbagai pihak dan cara mengobservasi selama
kunjungan kelas, (2) Proses supervisi selama
kunjungan, supervisor mengamati jalannya proses
pembelajaran berlangsung, (3) Pertemuan balikan,
supervisor memberi petunjuk tentang cara-cara
memperbaiki kelemahanya dan (4) terakhir adalah tahap
tindak lanjut. Tahapan supervisi sebenarnya sama yaitu
pada intinya ada persiapan, proses supervisi dan tindak
lanjut yang sekaligus pertemuan balikan.
2.4. Penelitian Yang Relevan
22
Penelitian tentang pelaksanaan supervisi telah
banyak dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah
penelian itu Bersifat melengkapi dan menyempurnakan.
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini diantaranya Penelitian yang dilakukan
Hasan (2011) dalam judul upaya meningkatkan
kompetensi guru MIPA dalam menyusun RPP melalui
supervisi akademik di SMP Negeri 15 Kota Gorontalo
menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru
dalam menyusun RPP yaitu pada siklus I nilai rata-rata
kompetensi guru adalah 66,15% (kategori cukup)
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata adalah 91,99%
(kategori sangat baik) sehingga dapat disimpulkan
bahwa kegiatan supervisi akademik dapat
meningkatkan kompetensi guru MIPA di SMP Negeri 15
Kota Gorontalo dalam menyusun RPP. Sejalan dengan
penelitian Hasan penelitian yang dilakukan Aswir (2013)
dengan judul meningkatkan kinerja guru di SDN 5
Puhun Pintu Kabun Kota Bukittinggi melalui supervisi
akademik menunjukkan bahwa berdasarkan observasi
awal pada SDN 05 Puhun Pintu Kabun Kec. Mandiangin
Koto Selayan Kota Bukittinggi memperoleh nilai rata-
rata 56% setelah dilaksanakan siklus pertama diperoleh
nilai rata-rata 73, sedangkan siklus kedua diperoleh
nilai rata-rata 89%. Implikasi hasil Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) melalui supervisi akademik dapat
meningkatkan kinerja majelis guru dalam
23
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada SDN 05
Puhun Pintu Kabun Kec. Madiangin Koto Selatan Kota
Bukittinggi. Jadi penelitian Hasan dan Aswir memiliki
persamaan yaitu menggunakan model penelitian
tindakan sekolah dimana mereka melaksanakan
penelitian dengan 2 siklus. Hasil penelitian Hasan
digunakan untuk melihat seberapa besar peningkatan
kompetensi guru dalam penyusunan RPP melalui
pembinaan secara umum sesuai standar proses,
sedangkan Aswir melihat seberapa besar peningkatan
kinerja guru melalui pembinaan profesional secara
umum pada siklus I dan pembinaan individual sesuai
kinerja guru pada siklus 2.
Penelitian yang dilakukan Dalawi, dkk (2013)
dalam judul pelaksanaan supervisi akademik pengawas
sekolah sebagai upaya peningkatan profesionalisme
guru SMP N 1 Bengkayang menunjukkan bahwa
pelaksanaan supervisi akademik di SMP Negeri 1
Bengkayang dinilai dapat meningkatkan kinerja atau
profesionalitas guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pada penilaian ini aspek-aspek yang disupervisi dinilai
telah mengarah pada materi/sasaran supervisi
akademik yang disesuaikan dengan kebutuhan
guru/sekolah begitu juga pada teknik supervisi
akademik yang digunakan cukup bervariasi, hanya saja
didalam pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas
sekolah membutuhkan waktu yang lebih lama. Upaya
24
yang dilakukan pengawas sekolah dinilai sudah cukup,
namun tetap perlu ditingkatkan, kelemahan yang lain
terletak pada frekuensi kunjungan pengawas sekolah
yang dinilai belum optimal karena masih ada guru yang
belum dikunjungi oleh pengawas sekolah.
Lebih lanjut penelitian oleh Benjamin Kutsyuruba
(2003) dengan judul Instructional Supervision Perceptions
Of Canadian And Ukrainian Beginning High School
Teachers, menunjukan bahwa pengawasan/supervisi
pembelajaran dan pengembangan profesional telah
diidentifikasi sebagai kendaraan untuk meningkatakan
kinerja guru dengan supervisi profesional guru
meningkat dan dapat memberikan pendidikan
berkualitas bagi siswa. Selanjutnya Kweku Esia Donkoh,
Eric Ofosu Dwamena (2014) dengan judul Effects Of
Educational Of Public Basic School Teachers At Winneba,
Ghana menyimpulkan ada efek positif dari pengawasan
pendidikan pada pengembangan profesional mereka
dalam hal mengembangkan pengalaman melalui
supervisi pendidikan para guru dibantu meningkatkan
kegiatan mereka sebelumnya dengan mempelajari tren
baru dalam profesi guru, membahas pengalaman
dengan guru rekan, dan merefleksikan ajaran mereka.
Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti diatas
menunjukkan bahwa dengan adanya supervisi
akademik terjadi peningkatan kinerja maupun
profesionalitas guru dalam tugasnya sebagai pendidik.
25
Pada penelitian yang dilakukan penulis
memfokuskan pada tindakan pembinaan individual,
Klasikal dan diskusi untuk meningkatkan
profesionalitas guru dalam pembelajaran melalui
supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah yang
diteliti mencakup perencanaan pembelajaran yang
meliputi penyusunan RPP serta pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.
Pembuatan RPP disesuaikan Permendiknas No. 41
Tahun 2007 tentang standar isi baik isi maupun
sistematikanya. Supervisi ini diutamakan untuk
mengefektifkan kegiatan supervisi yang selama ini belum
terlaksana hingga tuntas dan difokuskan pada
peningkatan profesionalitas guru yang selama ini masih
rendah. Tindakan yang dilakukan berupa pembinaan
dari kepala sekolah maupun dari guru pendamping.
2.5. Kerangka Berpikir
Kualitas mutu sekolah merupakan tujuan Setiap dari
lembaga sekolah memiliki tujuan utama berupa
terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas dan
mempunyai daya saing yang tinggi. Guru merupakan
faktor utama. Namun, tingkat profesionalitas dalam
menentukan berhasil tidaknya pendidikan disekolah.
Dengan demikian usaha guru dalam menigkatkan
kualitas sumber daya manusia perlu dibina dan
dikembangkan secara berkelanjutan agar dapat
direncanakan oleh supevisor (kepala sekolah) untuk
26
membantu guru dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru dalam usaha memperbaiki kualitas
pembelajaran.
Adapun supervisi pada penelitian ini adalah
supervisi kunjungan kelas. Supervisi kunjungan kelas
ini bertujuan untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan secara individu klasikal dan diskusi tentang
keprofesionalan guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Hal ini diasumsikan kegiatan supervisi kunjungan
kepala sekolah ini akan mampu mengkondisikan tingkat
profesionalitas guru seperti di SDN 3 Sumberejo
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Terkait dengan uraian tersebut, maka peneliti
supervisi akademik kunjungan kelas dalam upaya
meningkatkan profesionalitas guru di SDN 3 Sumberejo
Kecamatan Kaliwungu berikut:
27
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian
tindakan. Dalam penelitian tindakan ini penulis akan
meneliti tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam
supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan
profesionalitas guru. Supervisi yang dilakukan
menyeluruh disertai pembinaan dan pendampingan oleh
kepala sekolah penyusunan RPP dan pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No 41
tahun 2007 tentang standar proses diharapkan dapat
memberi motivasi dan peningkatan kepercayaan diri
guru.
28