bab ii tinjauan pustaka€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. battra sunat menggunakan istilah...

26
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengobatan Tradisional 2.1.1 Definisi Pengobatan Tradisional Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan atau pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat (Kemenkes RI, 2003). Berdasarkan pengobatannya, pelayanan pengobatan tradisional terbagi menjadi dua jenis yaitu pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ketrampilan dan ramuan (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2012) 2.1.2 Pengobat Tradisional Pengobat tradisional (Battra) adalah orang yang melakukan pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional menurut Kemenkes RI (2003): a. Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk penyegaran relaksasi otot hilangkan capai, juga untuk mengatasi gangguan kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu alat tertentu antara lain pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat tunanetra, dan sebagainya.

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengobatan Tradisional

2.1.1 Definisi Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara, obat dan

pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan

atau pendidikan atau pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

dalam masyarakat (Kemenkes RI, 2003). Berdasarkan pengobatannya, pelayanan

pengobatan tradisional terbagi menjadi dua jenis yaitu pelayanan kesehatan

tradisional yang menggunakan ketrampilan dan ramuan (Direktorat Jenderal Bina

Gizi dan KIA, 2012)

2.1.2 Pengobat Tradisional

Pengobat tradisional (Battra) adalah orang yang melakukan pengobatan dan

atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman,

keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku. Klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional menurut

Kemenkes RI (2003):

a. Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan

dan/atau perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh

tubuh. Tujuannya untuk penyegaran relaksasi otot hilangkan capai, juga

untuk mengatasi gangguan kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan

atau penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari

tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu alat tertentu antara lain

pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat tunanetra, dan sebagainya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

10

b. Battra Patah Tulang adalah seseorang yang memberikan pelayanan

pengobatan dan/atau perawatan patah tulang dengan cara tradisional.Disebut

Dukun Potong (Madura), Sangkal Putung (Jawa), Sandro Pauru (Sulawesi

Selatan).

c. Battra Sunat adalah seseorang yang memberikan pelayanan sunat

(sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda

seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan

umumnya diperoleh secara turun temurun.

d. Battra Dukun Bayi adalah seseorang yang memberikan pertolongan

persalinan ibu sekaligus memberikan perawatan kepada bayi dan ibu sesudah

melahirkan selama 40 hari. Jawa Barat disebut Paraji, dukun Rembi

(Madura), Balian Manak (Bali), Sandro Pammana (SulawesiSelatan), Sandro

Bersalin (Sulawesi Tengah), Suhu Batui di Aceh.

e. Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan

pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya pada

zona-zona refleksi terutama pada telapak kaki dan/atau tangan.

f. Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan

pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan ujung jari

dan/atau alat bantu lainnya kecuali jarum.

g. Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan

dengan perangsangan pada titik-titik akupunktur dengan cara menusukkan

jarum dan sarana lain seperti elektro akupunktur.

h. Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi

(Chiropractie) dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan

persendian.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

11

i. Battra lainnya yang metodenya sejenis

2.1.3 Balian

1. Definisi Balian

Battra bali merupakan salah satu Battra yang biasa disebut Battra paranormal

atau Battra ramuan, karena dalam pelaksanaannya Battra bali ini juga

menggunakan ramuan dan menggunakan kekuatan supranatural. Balian adalah

sebutan untuk pengobat tradisional di Bali, yaitu orang yang mempunyai

kemampuan untuk mengobati orang sakit. Kemampuan Balian diperoleh dengan

berbagai cara, dilihat berdasarkan tujuan dan pengetahuan yang dimiliki balian

(Idward 2013).

2. Jenis balian menurut Idward ( 2013):

a. Berdasarkan tujuan

Ada dua jenis balian, yaitu Balian Panengen (baik) dan Balian Pangiwa (jahat).

1) Balian Penengen adalah balian yang tujuannya mengobati orang yang

sakit sehingga menjadi sembuh. Balian ini sering pula disebut Balian

Ngardi Ayu (dukun kebaikan). Balian ini pada umumnya bersifat ramah,

terbuka, penuh wibawa dan suka menolong. Siapapun akan ditolongnya

tidak membedakan apakah dia orang baik atau orang jahat, orang yang

miskin atau kaya semua dilayani sesuai dengan penyakit yang

dideritanya.

2) Balian Pengiwa adalah balian yang tujuannya membuat orang yang sehat

menjadi sakit dan orang yang sakit bertambah menjadi sakit, bahkan

sampai meninggal. Itulah sebabnya balian tipe ini sering disebut balian

aji wegig, dukun yang menjalankan kekuatan membencanai orang lain,

berbuat jahil, usil, terhadap orang lain. Balian jenis ini amat sukar

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

12

dilacak, pekerjaannya penuh rahasia, tertutup dan misterius. Sering pula

balian ini mengganggu balian penengen pada waktu pengobati orang

sakit sehingga tidak sembuh-sembuh, jahil dan usil (Idward, 2013)

b. Berdasarkan pengetahuan

Berdasarkan pengetahuan balian terbagi dalam 4 jenis balian menurut

Idward ( 2013) yaitu balian Kapican, Katakson, Usadha dan Campuran.

1) Balian kapican adalah balian yang mendapat keahlian karena memperoleh

suatu pica atau benda bertuah dan berkhasiat yang dapat dipergunakan

untuk menyembuhkan orang sakit. Mungkin benda-benda tersebut didapat

dari fiirasat baik berupa mimpi atau petunjuk yang lainnya. Pica ini dapat

berupa batu permata, lempengan logam, keris, cincin, kalung, tulang dan

benda lainnya.

2) Balian katakson (tetakson) adalah balian yang mendapat keahlian melalui

taksu, roh atau kekuatan gaib yang memiliki kecerdasan, mukzijat ke

dalam dirinya. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri

seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara

maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut

mampu untuk mengobati orang yang sakit.

3) Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu

pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar

sendiri melalui lontar usada dan belajar dengan benar cara mendiagnosis

ataupun osmosis pasien. Balian golongan ini tidak terbatas hanya

mempergunakan ramuan obat dari tumbuhan saja, tetapi termasuk balian

patah tulang, pijat, lulur, urut, melahirkan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

13

4) Balian Campuran, pada umumnya campuran antara balian katakson

maupun balian kapican yang mempelajari usada. Dengan demikian balian

katakson maupun kapican kemampuannya tidak hanya mengandalkan

taksu atau pica, tetapi juga memberikan ramuan obat-obatan berdasarkan

lontar usada. Balian jenis ini dapat disebut balian katakson usada atau

balian kapican usada, juga dikenal dengan istilah balian ngiring pekayunan

atau menjadi tapakan Widhi atau tapakan dewa.

3. Dharma Sesana Balian.

Seluruh balian di Bali bekerja berdasarkan “Dharma Sasana Balian”, dimana :

a. Semua rahasia dari orang yang sakit harus disimpan, tidak boleh

disebarluaskan atau dibicarakan dengan orang lain.

b. Hidup para balian harus suci dan bersih, terlepas dari sifat loba, sombong dan

asusila. Didalam lontar tutur bhagawan çiwa sempurna ditegaskan bahwa,

seorang balian tidak boleh berlaku sombong, harus bertingkah laku yang baik

sesuai dengan dharma, serta semua nafsu hendaknya ditahan didalam hati.

c. Seorang balian tidak boleh was-was, ragu-ragu, apalagi malu-malu dalam hati

harus teguh dan mantap serta penuh keyakinan pada apa yang dikerjakan.

Tidak goyah terhadap segala hambatan, rintangan, gangguan, dan godaan

yang datang dari dalam diri sendiri, yang mengakibatkan gagalnya usaha yang

sedang ditempuh. Tidak akan mundur sebelum berhasil mendapatkan apa

yang sedang dihayati, apa yang diinginkan yaitu kesembuhan dari orang yang

sakit.

Seorang balian tidak boleh pamrih. Semua pengobatan berlangsung dengan

tulus ikhlas tanpa pamrih. Sebab semua balian yang benar-benar balian di Bali tahu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

14

akan akibat dari kelobaan akan sesantun dan materi lainnya. Para balian harus tahu

akan hak dan kewajibannya, rendah hati tidak sombong, membatasi diri terhadap apa

yang dapat dilakukannya, menghormati kehidupan manusia, karena didalam raga

sarira atau tubuh manusia, bersemayam Sang Hyang Atma, Sang Hyang Bayu

Pramana karena beliu dapat mengutuk balian yang melanggar dharma sesana.Dan

bila terkutuk kesaktian atau kesidiannya dalam hal mengobati orang sakit dapat

menurun dan luntur. Dan yang lebih parah lagi ia akan menerima kutuk dari Sang

Hyang Budha Kecapi sehingga hidupnya akan menderita, termasuk anak cucunya.

Ketahuilah adanya tata cara menjadi balian jangan disalah artikan atau

disalahgunakan, memang sangat berbahaya menjadi balian. Barang siapa

berkehendak menjadi balian sakti mawisesa, tidak dikalahkan oleh kesaktian mantra

dapat menjalankan semua pengobatan, dapat mengobati segala penyakit dan tenung.

Maka, hendaklah selalu astiti bhakti ring Ida Batara Tiga, khususnya ring Ida Batara

Dalem, Desa dan Puseh. Sebagai jalan untuk memohon kesaktiannya, Ida I Ratu

Nyoman Sakti Pengadangan, yang merupakan pepatih bersama saudara-saudaranya

yang lain. Ida I ratu Nyoman sakti Pengadangan adalah dewan balian sejagat, wajib

dibuat pelinggih penyawangan biasa dalam bentuk kamar suci, dibuatkan daksina

linggih, ditempatkan pada pelangkiran. (Liputan : Survey Pijat Tradisional Indonesia,

Bali Juli 2013) (Idward, Juli 2013)

2.1.4 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) , atau campuran

dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,

dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat ( PP RI

2014). Pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

15

dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif murah daripada obat modern.

Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan usul

penting dalam meningkatkan kemampuan individu dan keluarga untuk memperoleh

hidup sehat (Zulkifli, 2004)

2.1.5 Peraturan Tentang Pengobat Tradisional Bali (Balian)

Penyelenggaraan tentang pengobatan tradisional di Indonesia diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1076/MENKES/SK/VII/2003. Tujuan pengaturan penyelenggaraannya adalah

membina upaya pengobatan tradisional, memberi perlindungan kepada masyarakat,

dan inventarisasi jumlah pengobat tradisional, jenis dan cara pengobatannya.

Semua pengobat tradisional yang menjalankan pekerjaan pengobatan

tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat untuk memperoleh STPT dan SIPT. SIPT dan STPT diterbitkan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan permohonan yang diajukan

oleh pengobat tradisional, berlaku hanya untuk satu lokasi selama lima tahun dan

dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan sebagai pengobat tradisional.

Kelengkapan pendaftaran untuk memperoleh STPT adalah:

a. Biodata pengobat tradisional

b. Foto copy kartu tanda penduduk

c. Surat keterangan Kepala Desa/ Lurah tempat melakukan pekerjaan sebagai

pengobat tradisional/balian.

d. Rekomendasi dari asosiasi atau organisasi profesi dibidang pengobat

tradisional/balian.

e. Surat pengantar dari Puskesmas setempat

f. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

16

Pengobat tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan,

penapisan, pengkajian, penelitian, dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat

bagi kesehatan dapat diberikan SIPT oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat di

lokasi pengobat tradisional melakukan pekerjaan pengobatan. Kelengkapan

permohonan SIPT adalah:

a. Biodata pengobat tradisional

b. Foto copy kartu tanda penduduk

c. Surat keterangan Kepala Desa/ Lurah tempat melakukan pekerjaan sebagai

pengobat tradisional/balian.

d. Peta lokasi usaha dan denah ruangan.

e. Rekomendasi dari asosiasi atau organisasi profesi dibidang pengobat

tradisional/balian.

f. Foto copy sertifikat atau ijazah pengobat tradisional /balian

g. Surat pengantar dari Puskesmas setempat

h. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar

2.1.6 Pembinaan dan Pengawasan Pengobat Tradisional/Balian

Pembinaan dan pengawasan pengobat tradisional/balian diarahkan untuk

meningkatkan mutu, manfaat, dan keamanan pengobatan tradisional yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas atau unit pelaksana teknis yang

ditugasi berdasarkan pola pembinaan sebagai berikut:

a. Pola Toleransi yaitu terhadap semua jenis pengobatan tradisional yang diakui

keberadaannya di masyarakat, pembinaannya diarahkan pada limitasi efek

samping

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

17

b. Pola Integrasi yaitu pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang secara

rasional terbukti aman bermanfaat, dan mempunyai kesesuaian dengan hakekat

ilmu kedokteran dan merupakan bagian integrasi pelayanan kesehatan.

c. Pola Tersendiri yaitu pembinaan pengobatan tradisional yang secara rasioanal

terbukti aman bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan , memiliki kaidah

tersendiri, dan dapat berkembang secara tersendiri.

Dalam pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga pengobat tradisional peran

dinas kesehatan dan puskesmas adalah sebagai berikut (Hulwan, 2010):

1. Peran Dinas Kesehatan

a. Memberikan STPT/SIPT kepada Battra

b. Koordinator pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional

tingkat kabupaten/kota :

a). Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan alternative komplementer

b). Pembinaan dan pengawasan Battra

c. Membina, mengembangkan, pemanfaatan TOGA dan selfcare secara tradisional

d. Pencatatan atau pengumpulan data dan pelaporan

2. Peran Puskesmas

a. Pengumpulan data pelayanan kesehatan tradisional di wilayahnya

b. Pembinaan dan pengawasan langsung Battra

c. Menyelenggarakan pelayanan tradisional alternative komplementer sesuai

kebutuhan dan ketersediaan tenaga

d. Memberikan surat pengantar Battra untuk pengurusan STPT dan SIPT

e. Mengirimkan laporan secara berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

18

2.1.7 Perkembangan Pengobatan Tradisional di Indonesia

Perkembangan dunia kedokteran modern saat ini memang tumbuh sangat

pesat. Segela jenis penemuan baru dalam dunia medis sudah bisa mengobati banyak

macam penyakit, yang sebelumnya tidak bisa disembuhkan. Selain itu, dukungan

peralatan canggih dengan teknologi terkini, juga membuat pelayanan kesehatan

semakin baik dan mampu memberikan solusi terbaik bagi pasien. Meskipun

demikian, masih banyak masyarakat yang mempercayai pengobatan alternatif di

Indonesia.

Masyarakat yang dahulu memilih sistem pengobatan modern untuk

mengobati penyakitnya, saat ini mulai ada kecenderungan untuk beralih

menggunakan pengobatan tradisional kembali, baik pengobatan tradisional melalui

ramuan/jamu, maupun pengobatan tradisional dengan ketrampilan. Rasionalitas

memilih pengobatan tradisional disebabkan oleh banyak faktor. Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional

dibandingkan pengobatan modern, yaitu faktor sugesti, pelayanan yang cepat,

efektif dan murah (Lifawati ,2015). Pengobatan tradisional telah berkembang pesat

di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO tahun 2002, 75% penduduk Perancis

menggunakan pengobatn alternative, 95% Rumah Sakit di China memiliki Klinik

pengobatan tradisional dan 70% penduduk India menggunakan pengobatan

tradisional, di Belanda 64%, di Inggris 74%. Presentasi penduduk yang

menggunakan pengobatan alternative komplementer di Canada 70%, Amerika 42 %

dan Belgia 38% (WHO, 2002 dalam Supriadi, 2014)

Di Indonesia menurut data Kemenkes tahun 2013 cakupan pengobatan

kesehatan sudah mencakup 53,6 % Kabupaten /Kota dari 416 Kabupten/Kota di

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

19

Indonesia. Dan menurut Hasil Survey social ekonomi nasional/Susenas 2007

menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam waktu kurun satu

bulan ada sebanyak 30,90%, dari penduduk yang mengeluh sakit 65,01% memilih

pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat tradisional. Ada sebanyak

82,28% penduduk yang menggunakan obat untuk pengobatan sendiri. Dari seluruh

penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh dan memutuskan

untuk berobat jalan sebagian besar berada di provinsi Bali yaitu 55,04% yang diikuti

oleh Sumatra Barat 50,75% dan DKI Jakarta sebesar 50,71 %. Sedangkan daerah

dengan persentase terendah adalah Sulawesi Tenggara sebesar 28,03%, Kalimantan

Tengah sebesar 28,10% dan Maluku sebesar 31,97%. Persentase penduduk yang

mengobati diri sendiri selama sebulan penuh di Provinsi Lampung adalah 21,3%

(Susenas, 2007 dalam Kristiani,2013)

Hasil penelitian Reni Kutsyana (2012) menyebutkan bahwa per hari

pengguna/pengunjung Poliklinik Desa Ibul Barat mencapai 4 sampai 5 orang.

Sedangkan pengguna jasa dukun masih terbilang lebih meningkat, dalam satu hari

terkadang di satu dukun tersebut mencapai 6 pengunjung dengan berbagai keluhan

yang ada.

Sejak tahun 2009, Menteri Kesehatan telah memasukan pengobatan

tradisional, alternative dan komplementer sebagai bagian dari subsistem upaya

kesehatan dan telah masuk dalam rencana strategis kementerian kesehatan 2010-

2014 berupa peningkatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan obat

tradisional Indonesia. Namun, pada kenyataannya belum banyak penerapan

pengobatan tradisional di unit pelayanan kesehatan walaupun pemerintah telah

mendorong pemanfaatannya dalam perlindungannya melalui Peraturan Menteri

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

20

Kesehatan nomor 1109/Menkes/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan

Komplementer-Alternatif di fasilitas kesehatan.

2.2 Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal

(Dermawan, 2013). Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009 : hal. 43) peran adalah

informative, meringkas banyak informasi untuk berbagai macam situasi, peran lebih

menonjol dari sifat. Menurut Friedman (1998), peran didasarkan pada preskripsi

(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus

lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka

sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu (1)

role perception: yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan

berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola

perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role expectation:

yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi tertentu (Friedman,

1998).

Scott et al. (dalam Dermawan, 2013) menyebutkan lima aspek penting dari

peran, yaitu:

a. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan

harapannya, bukan individunya.

b. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang

diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

c. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

21

d. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa

perubahan perilaku utama.

e. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama seseorang yang melakukan satu

pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

Peran merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan, dengan kata lain

seorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya artinya apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah

menjalankan suatu peran. Suatu peran setidaknya mencakup tiga hal berikut :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat

b. Peran merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial.

Davis (dalam Ritzer, 2013) mendefinisikan “peran sosial” sebagai suatu gaya

seseorang dalam melaksanakan kedudukannya secara nyata. Gaya fungsional yang

menonjol melebihi rata-rata disebut karisma. Peran sosial sebagai konsep

menunjukkan apa yang dilakukan seseorang, sedangkan status sosial sebagai konsep

menjelaskan apa dia itu. Dengan kata lain peran adalah suatu konsep fungsional

yang menjelaskan fungsi (tugas) seseorang, dan dibuat atas dasar tugas yang nyata

dilakukan seseorang. Status sosial sebagai konsep dibentuk oleh masyarakat atas

dasar sistem budaya yang dimiliki masyarakat itu. Seseorang diberi “tempat untuk

duduk” di masyarakat, yang tinggi rendahnya ditentukan oleh masyarakat berdasar

sejumlah kriteria nilai sosio-budaya. Salindeho (dalam Dermawan, 2013)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

22

mengatakan bahwa “Peran adalah seseorang menduduki suatu jabatan dalam suatu

hirarki suatu sistem dengan kekuasaan dan hak-hak, dan melakukan beberapa

fungsi sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan para anggota dan dirinya

sendiri.

Menurut Taylor, Peplau, Sears (2009; hal. 41), dalam mengkaji bagaimana orang

membentuk kesan orang lain, ada baiknya kita mengingat enam prinsip umum dan

sederhana :

a. Orang membentuk kesan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan

informasi minimal dan kemudian menyebut ciri-ciri umum dari orang lain

b. Orang memberi perhatian khusus pada ciri yang paling menonjol dari

seseorang, bukan memerhatikan seluruh ciri seseorang. Kita memerhatikan

seluruh ciri seseorang. Kita memerhatikan kualitas yang membuat orang

berbeda atau aneh

c. Dalam memproses informasi tentang orang lain kita akan memberi makna

yang koheren pada perilaku mereka. Kita, sampai tingkat tertentu,

menggunakan konteks perilaku orang lain untuk menyimpulkan makna

perilaku mereka, bukan menginterpretasikan perilaku secara terpisah

d. Kita menata persepsi kita dengan mengorganisasikan atau mengelompokkan

stimuli. Alih-alih melihat setiap orang sebagai individu tersendiri, kita

cenderung mmandang orang sebagai anggota suatu kelompok – orang

misalnya ; orang yang mengenakan baju putih kita anggap sebagai dokter,

meski mereka bukan dokter

e. Kita menggunakan struktur kognitif kita untuk memahami perilaku orang

lain. Untuk mengidentifikasi seseorang sebagai seorang pengobat tradisional

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

23

kita menggunakan informasi pengobat tradisional secara umum bukan

menarik kesimpulan dari atribut pengobat tradisional tersebut dan makna

perilakunya

f. Kebutuhan pihak yang memahami dan tujuan personal juga akan

memengaruhi bagaimana seseorang memandang orang lain. Misalnya, kesan

seseorang yang baru ditemui sekali akan berbeda dengan kesan terhadap

teman akrab atau saudara.

Peran pengobat tradisional/Balian dalam mempraktikkan pengobatan tradisional di

masyarakat terdiri dari beberapa aspek diantaranya :

1. Seorang Battra mampu memberikan kesan yang baik dalam memberikan

pelayanan kepada pasiennya

2. Seorang Battra mampu mendiagnosis dan menjelaskan penyakit dari pasien

sesuai dengan paradigma Battra yang dikuasainya

3. Seorang Battra mampu memberikan apa yang dibutuhkan pasiennya selama

dalam perawatan

4. Seorang Battra konsisten dalam memberikan pelayanan kepada pasiennya

misalnya selalu siap dan siaga saat dibutuhkan oleh pasiennya

Seorang Battra selalu berpedoman pada aturan Battra dalam hal ini seorang

Battra bali berpedoman Dharma Sesana Balian

2.3 Persepsi, Harapan, dan Konformitas Peran

2.3.1 Persepsi

Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses

untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia dan

terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan dimana ada yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

24

mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif

yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata (Sugihartono,

2007:8). Agar terjadinya suatu persepsi memerlukan beberapa persayaratan

diantaranya (Sunaryo, 2004: 98) :

a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam mengadakan persepsi.

c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian

sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.3.2 Harapan

Harapan adalah keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki individu untuk

menghasilkan jalur mencapai tujuan yang diinginkan, bersamaan dengan motivasi

yang dimiliki untuk menggunakan jalur jalur tersebut dan harapan didasarkan pada

harapan positif dalam mencapai tujuan (Snyder dalam Carr, 2004).

Snyder (dalam Carr, 2004) mengkonsepkan harapan ke dalam dua komponen,

yaitu kemampuan untuk merencanakan jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan

dan agency atau motivasi untuk menggunakan jalur tersebut. Harapan merupakan

keseluruhan dari kedua komponen tersebut. Berdasarkan konsep ini, harapan akan

menjadi lebih kuat jika harapan ini disertai dengan adanya tujuan yang bernilai yang

memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai.

Berdasarkan penelitian ini, harapan yang dimaksud adalah harapan dari Battra

dalam meningkatkan pelayanan kesehatannya kepada pasien. Harapan tersebut dapat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

25

ditujukan kepda institusi pengampu seperti misalnya Puskesmas, Pemerintah

Kabupaten maupun instansi terkait yang ada diatasnya

2.3.3 Konformitas

Meyers (2005) mengartikan konformitas adalah “ A Change in behaviore or

belief to accond with other”.Konformitas adalah perubahan prilaku atau keyakinan

agar sama dengan orang lain.Franzoi (2003) mendefinisikan konformitas adalah

kemampuan mempersepsikan tekanan kelompok dengan jalan meniru prilaku dan

keyakinan orang lain yang ada di kelompok tersebut.

a. Faktor yang mempengaruhi Konformitas Menurut Meyers (2005) faktor yang

mempengaruhi individu untuk konformitas adalah :

1) Group size

Semakin besar jumlah kelompok maka semakin besar pula pengaruhnya

terhadap kelompok.

2) Cohession

Perasaan yang dimilki oleh anggota kelompok dimana mereka merasa ada

ketertarikan dengan kelompok.

3) Status

Dalam sebuah kelompok bila seseorang memiliki status yang tinggi

cenderung akan memiliki pengaruh yang lebih besar

4) Public response

Ketika seseorag disuruh menjawab secara langsung pertanyaan dihadapan

public individu akan cenderung lebih conform, dripada individu tersebut

diminta menjawab dalam bentuk tulisan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

26

b. Dasar pembentuka konformitas

Menurut Meyer (2005) terdapat dua dasar pembentukan konformitas yaitu :

1) Pengaruh normative

Penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk

mendapatkan penerimaan

2) Pengaruh informasional

Adanya penyesuaian atau keinginan individu untuk memiliki pemikiran

yang sama sebagai akibat adanya pengaruh menerima pendapat maupun

asumsi pemikiran kelompok dan beranggapan bahwa informasi kelompok

lebih kaya daripada informasi pribadi

2.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pasien dalam Memilih Pelayanan

Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional sudah diberikan oleh leluhur sejak dahulu secara turun

menurun mulai dari pengobatan herbal, orang pintar atau orang yang diangap mampu

dan dipandang masyarakat, serta bedasarkan nilai agama. Ada beberapa faktor

mengapa masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif atau tradisional sebagai

pengobatan untuk menyembuhkan penyakit diantaranya (Foster dan Anderson dalam

FPUP, 2016):

1. Faktor Sosial : dimana faktor ini melibatkan interaksi sosial yang kemudian

diberikan sugesti-sugesti atau suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang

sehingga masyarakat tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa

harus berpikir lama.

2. Faktor ekonomi : faktor ini sangat berperan besar dalam penerimaan atau

penolakan suatu pengobatan karna faktor ini sebagai pemerkuat presepsi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

27

masyarakat bahwa pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga,

biaya, dan waktu

3. Faktor budaya : budaya merupakan suatu pikiran, adat-istidadat, kepercayaan,

yang menjadi kebiasaan masyarakat. Nilai-nilai budaya ini mempengaruhi

pembentukan suatu individu. Semua kebudayaan memiliki cara-cara

pengobatan sesuai dengan kepercayaan pada suku bangsanya dalam hal ini

suku bangsa sangat mendominasi pertimbangan untuk menolak atau

menerima yang didasari pada kecocokan suku bangsa yang di anut. Beberapa

kebudayaan melibatkan metode ilmiah atau melibatkan kekuatan supranatural

dan supernatural tergantung bagaimana kepercayaan dari suku bangsa sang

pasien.

4. Faktor psikologis : peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak

menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam

rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk

datang kepelayanan pengobatan alternatif

5. Faktor kejenuhan terhadap pelayanan : faktor ini disebabkan akan kejenuhan

sang penderita dalam proses pengobatan membuat sang penderita memilih

jalur alternatif pengobatan lain yang dapat mempercepat proses

penyembuhannya.

6. Faktor manfaat dan keberhasilan : keberhasilan dan efektifitas dari

pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap

pemilihan pengobatan alternatif.

7. Faktor pengetahuan : sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

alat indera atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

28

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Ardiyasa (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Balian dalam Pengobatan

Tradisional Bali (Kajian Teologi Hindu)”. Dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa balian merupakan salah satu pengobatan tradsional kuno. Balian di Bali

dipengaruhi oleh perkembangan agama Hindu hal ini terbukti dengan adanya

berbagai macam upacara yang digunakan dalam melakukan pengobatan

tersebut. Jenis balian dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu balianusada dan

balian ketakson. Balian usada adalah balian yang pada dasarnya

mengutamakan penggunaan pengetahuan mengenai teknik pengobatan dan

jenis-jenis obat-obatan dan balian ketakson pada umumnya adalah balian yang

minta bantuan roh-roh halus, dewa, gamang, pitara, bhuta bebai dan

sebagainya dengan jalan membiarkan dirinya dimasuki, atau dipengaruhi

sehingga tampaknya seperti orang trance atau setengah trance serta bisa

menangkap firasat atau petunjuk dari roh atau kekuatan gaib dari luar itu.

Balian dalam teologi Hindu terdiri dari mantra-mantra Hindu, karena

didalamnya disebutkan tentang dewa-dewa dan mantra yajna. Disamping itu

balian juga menggunakan aksara dalam pengobatan yang biasanya

menggunakan aksara yang terdapat di diri manusia, kemudian disatukan dengan

aksara alam semesta, sehingga kebahagiaan dapat tercapai.

2. Dermawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peran Battra dalam

Pengobatan tradisional pada Komunitas Dayak di kecamatan Lumbis

Kabupaten Nunukan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan

(persepsi) dan harapan (ekspektasi) masyarakat terhadap profesi Battra, untuk

mengetahui realitas peran yang dijalankan oleh Battra secara individu kepada

masyarakat dan mengetahui kesesuaian (konformitas) atau ketidaksesuaian

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

29

(diskonformitas) antara harapan (ekspetasi) dengan realitas berjalannya peran

Battra. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif kualitatif, dengan

sumber data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer

menggunakan wawancara mendalam terhadap delapan orang pasien yang terdiri

dari enam orang pasien yang pernah dan sering menggunakan pengobatan

tradisional dan dua orang pasien sekaligus wakil kepala adat besar dan ketua

dewan adat dayak agabag dan lima orang Battra. Jumlah informan ditetapkan

berdasarkan tehnik Purposive sampling. Sedangkan data sekunder meliputi

laporan tentang profil Kecamatan Lubis tahun 2012. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengobatan tradisional masih mendapat tempat disamping

pengobatan modern. Pada prinsipnya profesi Battra dianggap membantu dan

masih sangat dibutuhkan. Informan memiliki harapan agar Battra tetap

melakukan pengobatan selain itu informan berharap agar pemerintah dapat

memberikan bantuan kepada profesi Battra berupa pandangan (tunjangan) agar

Battra dapat lebih fokus terhadap profesi sebagai pengobat tradisional. Juga

diharapkan pembinaan kepada Battra untuk meningkatkan pengetahuan Battra

tentang pengobatan tradisional. Selain itu informan berharap agar tenaga

pengobatan medis dapat mendukung peran Battra melaui praktik pengobatan di

pemukiman yang jauh dari puskesmas induk. Realitas peran yang dijalankan

oleh Battra kepada kepada pasien selaku individu yang menjadi informan sudah

sesuai dengan harapan. Informan merasa puas dengan pelayanan Battra,

informan merasa dilayani dengan baik. Hubungan antara Battra dengan

masyarakat atau sebaliknya seperti keluarga, tidak ada tarif khusus dari Battra

yang ditetapkan kepada pasien ketika berobat, semua atas dasar kerelaan hati

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

30

dan keikhlasan pasien untuk memberikan imbalan. Dampaknya hubungan

antara Battra dan pasien semakin baik dan semakin intens.

3. Pemuda (2009) dalam penelitiannya berjudul “ Perlindungan hukum bagi

konsumen pemanfaatan jasa pengobatan tradisional ( Studi kasus kelalaian

pelaku usaha pembasaran alat vital pria di menteng)” penelitian ini bertujuan

untuk membahas mengenai perlindungan hokum bagi konsumen pemanfaat jasa

pengobatan tradisional dengan studi kusus terhadap kelalaian pelaku usaha

praktik pembesaran alat vital yang berasa di menteng. Dengan meninjau pada

permasalahan mengenai pengaturan pelayanan pengobatan tradisional di

indonesia, tanggung jawab pengobat tradisional ditinjau dari Undang-Undang

perlindungan Konsumen, dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh

konsumen yang dirugikan oleh pengobat tradisional . Metode penelitian yang

dilakukan adalah penelitian Hukum normatif dengan desain penelitian deskritif.

Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu dibentuk peraturan/Undang-

Undang khusus yang mengatur mengenai pengobatan tradisional , dilakuakan

pengawasan secara berkala dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah

pusat berkoordinasi dengan pemerintah daerah terhadap tempat-tempat praktik

pengobatan tradisional, kemudian melakukan koordinasi yang baik antara

pihak-pihak berwenang dalam hal penyelesaian suatu kasus/perkara,

melakuakan sosialisasi kepada masyarakyat melalui media-media cetak dan

televisi terhadap lembaga penyelesaian sengketa konsumen.

4. Rahmawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengobatan Tradisional

Patah Tulang Guru Singa” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses

pengobatan di pengobatan patah tulang Guru Singa,mengetahui latar belakang

pasien memilih pengobatan Patah Tulang Guru Singa dan mengetahui interaksi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

31

yang terjadi antara pengobatan , pasien dan keluarga pasien di pengobatan patah

tulang Guru Singa. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan

tehnik pengumpulan data wawancara dan pengamatan. Hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa proses pengobatan patah tulang di Guru Singa adalah

dengan cara mereposisi, mengistirahatkan hingga tulang menyatu, setelah itu

terapi terhadap bagian tubuh yang di reposisi,pengobatan ini menggunakan

minyak Guru Singa untuk pengobatan dari luar tubuh Pasien, sup sumsum

untuk pengobatan dari dalam tubuh , serta pantangan makanan dan minuman

yang mengandung unsur dingin, daging babi dan daging anjing. Latar belakang

pasien yang berobat ke GS atas kemauannya sendiri berdasarkan tingkatan

sarana pengobatan yang dimilikinya , sedangkan latar belakang pasien berobat

ke GS atas kemauan orang lain atau menyandang dana berdasarkan ketidak

mampuan pasien tersebut setelah terjadi kecelakaan . sikap pengobat yang

ramah adanya perasaan senasib diantara pasien dan keluarga pasien rawat inap

menimbulkan rasa kekeluargaan di antara pengobat , pasien dan keluarga pasien

di Guru Singa.

5. Dewi, (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Program

Pengobatan Tradisional di UPT.Puskesmas Mengwi II Tahun2014”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengevaluasi sub program Battra pada program pengobatan

tradisional di UPT.Puskesmas Mengwi II yang mencakup input, proses dan

output. Penelitian ini bersifat deskriptifdengan pendekatan kualitatif.

Pengumpulan data menggunakan wawancata mendalam kepada 11 responden.

Analisis dilakukan dengan analisis tematik sedangkan metode validasi data

dilakukan dengan triangulasi. Penelitian menunjukkan ketersediaan input

program dari segi sumber daya manusia sudah cukup namun ditemukan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

32

pengetahuan tenaga yang masih kurang mengenai program pengobatan

tradisional. Dari segi ketersediaan biaya operasional, program ini belum

didukung oleh pendanaan khusus. Untuk sarana dan prasarana belum optimal

sedangkan dari segi sasaran, masih mencakup pengobat tradisional yang ada di

wilayah kerja Puskesmas dan belum mencakup masyarakat. Proses pelaksanaan

program dari perspektif pengelola program yaitu perencanaan sub program

Battra sudah dibuat sesuai dengan pedoman perencanaan tingkat

puskesmas.untuk pergerakan dan pelaksanaan sudah dilakukan sesuai dengan

rencana pelaksanaan kegiatan yang sudah dibuat serta dalam pengawasan,

pemantauan dan penilaian sudah dilakukan secara rutin. Dari perspektif

pengobat tradisional, pembinaan dan kunjungan dari puskesmas belum

terlaksana dengan rutin dan optimal. Kurangnya SIPT atau STPT yang dimiliki

oleh pengobat tradisional disebabkan oleh rendahnya minat untuk memiliki

SIPT atau STPT dan kurangnya pengetahuan dan informasi tentang persyaratan

pembuatan surat ijin tersebut. Sedangkan dari perspektif masyarakat puskesmas

juga perlu memberikan pembinaan dari segi sarana dan prasarana yang

digunakan dalam praktik pengobatan tradisional, pengawasan dari puskesmas

dirasakan penting oleh masyarakat agar dapat menjaga pengobat tradisional dari

tindak krimina dan kesalahan dalam memberikan pengobatan sehingga

masyarakat merasa lebih aman untuk mengakses layanan pengobatan

tradisional tersebut.

6. Pahandayani, Ambarwati dan Hariyadi (2014) dalam penelitiannya yang

berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Pengobatan

Alternatif Jamu Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Riset Jamu Hortus

Medicus Tawangmangu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

33

faktor yang berhubungan dengan pasien DM memilih pengobatan alternative

jamu di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus. Penelitian ini merupakan

penelitian analisis observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi

penelitian ini sebanyak 365 orang. Pengambilan sampel dengan accidental

sampling sebanyak 49 orang. Uji statistic menggunakan Chi Square dengan

taraf signifikan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

pengetahuan (p=0,005), sikap (p=0,001), dukungan keluarga (p=0,008) dengan

pemilihan pengobatan alternatif jamu di RRJHM dan tidak ada hubungan jarak

berobat (p=1,000) dengan pemilihan pengobatan alternatif jamu di RRJHM

7. Effendi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan Sistem

Pengobatan Tradisional (Battra) di Puskesmas (Studi Deskriptif Mengenai

Intensitas Kunjungan dan Efektifitas Sistem Pengobatan Tradisional (Battra) di

Puskesmas Gundih Surabaya)”, mendeskripsikan pemanfaatan sistem

pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat, faktor-faktor yang

melatarbelakangi masyarakat menggunakan pelayanan pengobatan tradisional

yang disediakan oleh puskesmas, efektifitas dari pengobatan tradisional

tersebut. Untuk menjawab permasalahan menggunakan teori Marx Weber,

Talcot Parsosn yang didukung pula dengan teori mengenai sosiologi kesehatan,

yaitu Suchman, serta J.Young. Penelitian ini merupakan tipe kuantitatif yang

menggunakan metode penarikan sampel dengan teknik purposive sampling.

Penelitian dilakukan di Puskesmas Gundih, Kota Surabaya dengan sampel 50

responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu Pertama data

primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan

kuesioner. Kedua, data sekunder diperoleh dari sumber kedua atau sumber yang

dibutuhkan. Analisis data yang digunakan, yaitu analisis univariat dan bivariat

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA€¦ · (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya

34

agar menghasilkan analisis yang lebih bervariasi. Hasil temuan menunjukkan

bahwa pemanfaatan pengobatan tradisional yang dilakukan masyarakat yaitu

untuk berobat, terapi untuk memulihkan kesehatannya. Faktor yang

melatarbelakangi masyarakat menggunakan pelayanan pengobatan tradisional

yang disediakan di puskesmas dikarenakan obatnya berasal dari herbal dan

teknik pengobatannya alami, sehingga efek sampingnya kecil, biaya pengobatan

lebih murah daripada pengobatan modern dan pengobatan tradisional yang

disediakan oleh swasta. Efektifitas dari pengobatan tradisonal yang dirasakan

oleh masyarakat yaitu penyakit yang di derita sembuh dan cocok dengan obat

yang diberikan oleh pengobatan tradisional yang disediakan oleh puskesmas.