bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id ii.pdf · terkait dengan etika dan moral. ... yang...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesionalisme Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena didalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sumber daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian atau elemen. Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral. Profesional adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok dalam dirinya yaitu (Maruf dkk, 2013): 1. Skill , artinya seseorang itu benar-benar ahli dibidangnya. 2. Knowledge , tidak hanya ahli di bidangnya, tapi ia juga menguasai, minimal tahu dan berwawasan tentang ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan bidangnya. 3. Attitude , bukan hanya pintar dan cerdas, tapi dia juga punya etika yang diterapkan dalam bidangnya. Sedangkan menurut Harefa (2004), seorang profesional dapat dimengerti sebagai orang yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan nafkah dengan menunjukkan tingkat kemahiran atau keterampilan yang tinggi. Dimana tingkat kemahiran yang tinggi itu berasal tidak hanya dari pendidikan formal tapi juga berasal dari kemampuan untuk belajar sendiri. Tetapi betapapun setiap kemahiran profesional, hanya dapat dicapai melalui ketekunan dalam berlatih secara sistematis yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya. Terkait dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa definisi mengenai profesionalisme menurut beberapa ahli:

Upload: builiem

Post on 21-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profesionalisme

Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam

bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan

dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Dalam bekerja, setiap manusia dituntut

untuk bisa memiliki profesionalisme karena didalam profesionalisme tersebut

terkandung kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan,

skill, waktu, tenaga, sumber daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa

memuaskan semua bagian atau elemen. Profesionalisme juga bisa merupakan

perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung

jawab moral. Profesional adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok dalam

dirinya yaitu (Maruf dkk, 2013):

1. Skill, artinya seseorang itu benar-benar ahli dibidangnya.

2. Knowledge, tidak hanya ahli di bidangnya, tapi ia juga menguasai, minimal

tahu dan berwawasan tentang ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan

bidangnya.

3. Attitude, bukan hanya pintar dan cerdas, tapi dia juga punya etika yang

diterapkan dalam bidangnya.

Sedangkan menurut Harefa (2004), seorang profesional dapat dimengerti

sebagai orang yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan nafkah dengan

menunjukkan tingkat kemahiran atau keterampilan yang tinggi. Dimana tingkat

kemahiran yang tinggi itu berasal tidak hanya dari pendidikan formal tapi juga

berasal dari kemampuan untuk belajar sendiri. Tetapi betapapun setiap kemahiran

profesional, hanya dapat dicapai melalui ketekunan dalam berlatih secara

sistematis yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya.

Terkait dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa definisi mengenai

profesionalisme menurut beberapa ahli:

6

1. Menurut Kamus Webster Amerika dalam Anoraga (2006) menegaskan

bahwa profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau

rangkaian kualitas yang memadai atau melukiskan coraknya suatu

“profesi” (The conduct, aims or qualities, that characterize a profesion).

2. Profesionalisme diartikan sebagai sikap dan perilaku seseorang dalam

melakukan profesi tertentu, yang menampilkan kesungguhan dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan, pemakai jasa atau hasil

karyanya (Ruky, 2002).

Sementara itu menurut tata hubungan tersendiri profesionalisme juga

terkait dengan etika dan moral. Sehingga prilaku yang tidak profesional sering

disebut tidak etis. Keperdulian terhadap etika dalam berbagai profesi termasuk

profesi rekayasa, sebenarnya bukanlah hal yang baru dikenal, bahkan sama tuanya

dengan profesi itu sendiri. Karena etika sangat berperan pada semua pembahasan

dan penjelajahan ilmu yang dianut oleh profesi-profesi tersebut. Etika adalah

suatu cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang pandangan dan persoalan

nilai-nilai moral dan kesusilaan, sehingga tersusun menjadi teori yang berkaitan

dengan apa yang pada hakekatnya baik atau pantas, hak dan kewajiban moral serta

mengenai prilaku serta akhlak yang terpuji. Selain itu harap diperhatikan bahwa

permasalahan etika selalu terkait dengan apa yang patut dipercaya dan dihargai,

bentuk formal atau kaidah normatif etika dapat berubah atau berkembang menurut

proses kemajuan zaman dan masyarakat luas, meski nilai-nilai dasarnya tetap

tidak berubah (Dipohusodo, 1996).

Sehingga dapat dikatakan bahwa profesionalisme adalah sikap dalam

melayani dan mengabdi kepada kepentingan orang-orang yang dilayani (klien,

masyarakat) yang sesuai dengan kode etik profesi dan nilai moral seseorang.

Seseorang yang dimaksud disini adalah profesional yang memiliki pengetahuan

dan keterampilan tinggi yang diperolehnya dengan menginvestasikan daya, dana,

dan waktu selama bertahun-tahun, dimana pengetahuan dan keterampilannya

tersebut dapat berkembang dari tingkatan awalnya.

Selain itu profesionalisme juga mengindikasikan produktifitas sumber

daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi dalam memberikan pelayanan

akan hasil akhir sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan atau pengguna jasa

7

dan produk yang dihasilkan. Menurut Danadjaja dalam Anoraga (2006)

produktifitas sebagai tenaga kerja sebenarnya hanya sebagian dari seluruh

produktifitas suatu usaha, namun demikian produktifitas tenaga kerja adalah

bagian yang paling menentukan.

Sedangkan arti sebenarnya dari produktifitas adalah menghasilkan lebih

banyak, dan berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian

produktifitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya

yang dipergunakan (Anoraga, 2006). Sehingga peningkatan produktifitas tenaga

kerja lebih merupakan hasil dari perencanaan yang tepat dan efisien dari teknologi

baru, bukannya membuat tenaga kerja bekerja dengan lebih keras dan waktu kerja

yang lebih lama.

2.1.1 Ciri-Ciri Profesionalisme

Anggapan bahwa profesionalisme dapat diharapkan muncul sekedar

dengan anjuran, tidaklah benar. Berikut dikemukakan beberapa ciri

profesionalisme (Anoraga, 2006):

1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect

results), sehingga kita dituntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.

2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya

dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tak mudah

puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh

“keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.

5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan,

sehingga terjaga efektifitas kerja yang tinggi.

8

2.1.2 Sikap dan Sifat Profesional

Untuk menjadi seorang pekerja yang profesional, maka seseorang harus

mempersiapkan diri serta dituntut memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:

1. Percaya diri

Memiliki rasa percaya diri yang besar disini diartikan bahwa seseorang

mengetahui akan kemampuan tertentu yang dimilikinya, dan optimis dapat

melakukan pekerjaannya dengan kemampuan tersebut. Dalam sikap dan

sifat percaya diri disini juga terdapat keyakinan untuk dapat memperbaiki

kekurangan dan kelemahan diri sendiri.

2. Memiliki motivasi kerja

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut

menentukan besar kecilnya prestasinya (Anoraga, 2006). Motivasi kerja

seorang pekerja terlihat dari visi yaitu impian yang masuk akal tentang apa

yang harus terjadi dengan perusahaannya tempatnya bekerja dan dengan

dirinya sendiri. Dimana visi ini nantinya mempengaruhi seorang pekerja

dalam mengambil keputusan, dengan memperhitungkan pengaruh tidak

hanya pada saat pengambilan keputusan saja, melainkan juga harus dapat

memperhitungkan tentang keadaan dimasa datang, termasuk perubahan-

perubahan yang mungkin terjadi akibat keputusannya tersebut.

3. Dapat diandalkan (reliabilitas)

Reliabilitas berarti tidak sering membolos kerja, tidak suka terlambat, dan

tidak terlalu banyak melakukan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

yang sedang dilakoninya. Dapat diandalkan bisa juga berarti bekerja

dengan baik, efisien, dan efektif; mengikuti prosedur, tata tertib, dan

peraturan kerja yang sudah ditetapkan tanpa diawasi; mendatangkan hasil

kerja yang bermutu; menyelesaikan dan menyerahkan hasil kerja pada

waktunya (Hardjana, 2006). Untuk menjadi seorang pekerja yang dapat

diandalkan juga diperlukan inisiatif, inovasi, dan kemauan untuk bekerja

keras.

9

4. Bertanggung jawab (responsibilitas)

Responsibilitas meliputi sikap-sikap seperti mau melaksanakan tugas

dengan sungguh-sungguh, berminat dalam tugas yang diserahkan,

memiliki kebiasaan kerja yang baik (yaitu teliti, tekun, ulet, tabah),

mempunyai disiplin kerja, dan loyal terhadap lembaga. Orang yang

bertanggung jawab akan menyerahkan hasil kerja yang tidak asal jadi,

tetapi yang sudah sempurna. Ia tidak hanya memperhatikan pekerjaannya

sendiri, tetapi juga ikut memikirkan pekerjaan rekan-rekan kerja yang lain,

baik di dalam maupun di luar bagiannya (namun terkait dengan

bagiannya). Ia siap untuk memberi pertanggung jawaban atau akuntabilitas

hasil kerjanya. Jika terjadi kekurangan dan kegagalan dalam kerja, ia tidak

akan mencari kambing hitam dan menyalahkan pihak lain (Hardjana,

2006).

5. Memiliki kredibilitas

Pekerja yang mempunyai kredibilitas berarti mempunyai sikap dapat

dipercaya (credible) oleh orang lain. Orang lain merasa bahwa pada diri

pekerja ini ada prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pegangan dan diikuti

dengan setia. Ada kesatuan antara kata dan perbuatan. Janji dan

kesungguhannya juga dapat dipegang. Selain itu perbuatannya selalu lurus,

jujur, tidak manipulatif, dan ia tidak akan berbuat jahat kepada orang lain.

Ia dapat diajak bekerja sama tanpa dikhawatirkan akan melakukan tipu

daya. Untuk menjadi seorang yang dapat dipercaya, juga diperlukan watak

atau karakter (disiplin diri), yang merupakan hasil hidup yang didasarkan

pada prinsip-prinsip hidup yang benar dalam bekerja (Harefa, 2004).

6. Produktif

Produktif merupakan sifat dimana pekerja mampu menghasilkan yang

lebih baik dari segi kuantitas maupun kualitas dengan usaha yang sama.

Dengan demikian produktifitas pekerja adalah efisiensi proses

menghasilkan dari pekerja itu sendiri.

10

7. Dedikasi terhadap klien

Tenaga kerja yang berkualitas selalu melayani sepenuh hati. Ia lebih

banyak memikirkan apa yang dapat saya berikan, apa yang dapat saya

sumbangkan, dan bukan apa yang akan saya peroleh. Ia memberikan

perhatian sungguh-sungguh terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat

luas, termasuk kepuasan pelanggan, konsumen, atau klien yang menikmati

jasa pelayanannya (Harefa, 2004).

8. Keberanian (courage)

Seorang tenaga kerja juga perlu menunjukkan keberanian (courage) untuk

menyatakan kebenaran. Ia tidak takut menderita, ia lebih takut tidak

memberikan yang terbaik. Ia tidak takut mengalami kegagalan, ia lebih

takut tidak melakukan apa-apa. Singkatnya, ia takut kepada hal-hal yang

merusak dan menyesatkan jiwanya, dan bukan pada hal-hal yang

mengancam tubuh dan pekerjaannya (Harefa, 2004).

2.1.3 Faktor-Faktor Profesionalisme

Faktor-faktor profesionalisme seorang supervisor proyek dalam

menjalankan pekerjaan sesuai dengan jabatannya dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain (Suputra, 2007):

1. Faktor Perencanaan

Faktor perencanaan adalah salah satu faktor profesionalisme yang paling

dasar bagi seorang supervisor proyek untuk dikatakan sebagai seorang

profesional, karena dengan perencanaan terhadap langkah-langkah atau

metode secara tepat dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, akan

mempercepat proses pekerjaan guna mencapai tujuan akan suatu hasil

yang diinginkan. Penentuan langkah-langkah atau metode didasarkan atas

fakta-fakta yang ada di lapangan dan membandingkannya dengan hasil

yang ingin dicapai.

2. Faktor Pengaturan

Dalam faktor pengaturan, kemampuan seorang supervisor proyek untuk

dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain sangat

dibutuhkan. Karena dalam faktor pengaturan seorang supervisor harus

11

dapat meneruskan langkah, metode, atau ide yang telah ditetapkan dalam

perencanaan secara baik kepada pihak-pihak terkait, yang sifatnya sebagai

pedoman yang membatasi, serta mengatur semua tindakan yang harus

dilakukan oleh semua pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan di

lapangan, yang terkait dengan tugas dari supervisor itu sendiri.

3. Faktor Pengontrolan

Faktor pengontrolan dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau

realisasi dari metode, atau ide yang telah ditetapkan dalam perencanaan,

apakah sesuai dengan jalur yang direncanakan ataukah ada penyimpangan

dalam implementasinya di lapangan. Sehingga supervisor proyek akan

dapat menentukan langkah selanjutnya apabila dalam pelaksanaannya ada

beberapa metode, atau ide tadi yang perlu untuk diperbaharui.

4. Faktor Pengkoordinasian

Koordinasi dari supervisor proyek tidak sebatas pada pekerja saja, tetapi

juga ada hubungannya dengan pihak-pihak yang terkait lainnya seperti dari

pihak sub-kontraktor yang ada di proyek. Hal ini dilakukan agar segala

proses pelaksanaan di lapangan tetap berada pada jalur yang tepat untuk

mencapai keberhasilan proyek, karena dalam beberapa proyek konstruksi,

terutama proyek berskala besar dapat ditemui beberapa sub-kontraktor.

2.2 Supervisor Proyek

Supervisor adalah orang yang berhubungan langsung dengan manajer.

Namun dalam konteks tanggung jawab, supervisor mempunyai tugas yang tidak

kalah berat. Dalam banyak kasus, supervisor memiliki tugas yang strategis karena

langsung terjun di lapangan melaksanakan semua rencana dari manajer. Hal ini

menyebabkan supervisor mempunyai kedudukan istimewa didalam perusahaan.

Bersama dengan para staf, supervisor menentukan selesai tidaknya pekerjaan

(proyek) yang menjadi rencana strategis perusahaan. Supervisor mengetahui betul

seluk beluk pekerjaan yang harus selesai sesuai jadwal beserta dinamika yang ada

di lapangan (Agung, 2013). Dalam hal ini supervisor harus menangani dua hal

langsung yaitu tugas-tugas dari manajernya sekaligus mengelola bawahannya

supaya tetap dalam kondisi prima bekerja dan menjaga keutuhan tim. Dengan

12

posisi di antara manajer dan staf, seorang supervisor harus mampu berperan

optimal. Ibarat jembatan, supervisor harus mampu menjembatani kepentingan

manajemen dan kepentingan staf sebagai pelaksana tugas di lapangan. Seorang

supervisor juga dituntut untuk memiliki tiga keterampilan yaitu:

1. Keterampilan teknis

Kemampuan untuk memahami dan mengerjakan aktifitas-aktiftas tertentu

dengan baik, terutama memerlukan penguasaan mengenai cara, metode,

proses, prosedur dan teknik tertentu.

2. Keterampilan manusiawi

Kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif sebagai

anggota kelompok dan dapat membina kerjasama yang baik dalam

kelompok yang dipimpinnya.

3. Keterampilan konseptual

Kemampuan untuk melihat perusahaan secara keseluruhan, meliputi

kemampuan melihat keterkaitan antar bagian, dan kemampuan

membayangkan hubungan antar perusahaan dengan industri dimana

perusahaan terletak, serta hubungan perusahaan dengan masyarakat,

keadaan politik, sosial dan ekonomi secara keseluruhan.

2.2.1 Tanggung Jawab Supervisor Proyek

Tanggung jawab seorang supervisor secara umum memang sangat sulit,

seorang supervisor harus memenuhi berbagai tanggung jawab kepada karyawan,

kelompok kerja dan organisasi. Supervisor harus bertanggung jawab dalam

memastikan semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik sehingga tidak ada

keamanan, keselamatan atau kesehatan yang terancam. Supervisor memiliki

empat tanggung jawab yaitu (Rohmanah, 2013):

1. Planning, merencanakan kegiatan yang menjadi tugasnya.

Menentukan tujuan/sasaran yang hendak dicapai (kuantitas, kualitas

dan waktu).

Mengembangkan beberapa alternatif/pilihan kegiatan serta

menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran.

13

Memilih alternatif kegiatan yang terbaik ditinjau dari sasaran yang

ingin dicapai dan kebutuhan sumber dayanya.

Menentukan/mempersiapkan langkah-langkah pencegahan dan

pemecahan bila terjadi gangguan pada pelaksanaan rencana.

2. Coordinating, mengkoordinasikan kegiatan dan tugas agar berjalan lancar.

Mengkoordinasikan tentang kebutuhan sumber daya yang diperlukan.

Mengkoordinir kelompok kerja agar tetap berada pada jalur yang tepat.

3. Directing, mengarahkan dan mengatur bagaimana agar tugas dan

pekerjaan tersebut dapat berjalan lancar.

Mengatur penggunaan alat, mesin serta fasilitas dan sumber daya yang

lain.

Mengatur pelaksanaan tugas diantara anggota-anggota kelompok kerja

(pembagian tugas).

4. Controlling, melakukan kontrol terhadap kegiatan dalam kelompok serta

pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Mengumpulkan informasi/data tentang kemajuan/hasil.

Membandingkan pelaksanaan/hasil dengan sasaran yang telah

ditentukan dalam rencana serta melihat apakah terjadi penyimpangan.

Menganalisa penyimpangan yang terjadi serta mencari sebab-

sebabnya.

Mengambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki kesalahan,

mencegah semakin meluasnya penyimpangan ataupun meningkatkan

hasil palaksanaan tugas.

2.2.2 Tugas Supervisor Proyek Konstruksi

Supervisor diberi kepercayaan untuk memberikan instruksi kerja,

pengawasan, dan monitoring serta melakukan pekerjaan dalam suatu kelompok.

Berikut ini adalah beberapa tugas dari seorang supervisor didalam sebuah

pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi:

14

Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam

melaksanakan pekerjaan di lapangan.

Bersama dengan bagian enginering menyusun kembali metode

pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai

dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.

Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan

harian kepada pelaksana pekerjaan.

Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan di

lapangan.

Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi

keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.

Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses

berita acara kemajuan pekerjaan di lapangan.

Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode

kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik.

Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur

pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.

Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan alat

di lapangan.

Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil

pekerjaan di lapangan.

Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di lapangan.

Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu sesuai

dengan metode konstruksi dan instruksi kerja yang telah ditetapkan.

Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.

Supervisor dituntut memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin yang siap

berkorban serta menjalankan tugas yang diemban agar visi dan misi perusahaan

dapat tercapai. Tugas dan tanggung jawab supervisor memang sangat luas, pada

intinya adalah bagaimana ia memastikan bahwa semua pekerjaan dapat dilakukan

dengan baik. Supervisor juga dituntut dapat memberikan motivasi kepada

15

karyawan atau bawahannya agar kembali semangat kerja serta di jalur yang benar

dalam melakukan pekerjaan.

2.3 Proyek Konstruksi

Ada beberapa pengertian mengenai proyek konstruksi yang dikemukakan

oleh beberapa pihak yaitu sebagai berikut:

1. Soeharto (1995) memberikan pengertian kegiatan proyek merupakan suatu

aktivitas sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan

alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas,

yang sasaran atau tujuannya yang telah digariskan dengan jelas.

2. Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya

pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup

pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur.

Meskipun tidak jarang melibatkan disiplin ilmu lain seperti teknik industri,

mesin, elektro, geoteknik dan sebagainya (Listiawati, 2004).

3. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi

suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam

rangkaian kegiatan itu tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak

yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan

hubungan kerja (Ervianto, 2003).

2.3.1 Karakteristik Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik, adapun ketiga

karakteristik tersebut adalah sebagai berikut (Ervianto, 2003):

1. Bersifat unik

Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi rangkaian

kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik, yang ada adalah

16

proyek sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja

yang berbeda-beda.

2. Dibutuhkan sumber daya (resources)

Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya, yaitu pekerja dan

“sesuatu” (uang, mesin, metode, material). Pengorganisasian semua

sumber daya dilakukan oleh manajer proyek.

3. Organisasi

Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya

terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan

ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidak pastian. Langkah

awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi

menjadi satu tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.

Sehingga suatu proyek konstruksi yang merupakan rangkaian kegiatan

yang nantinya akan mewujudkan suatu hasil berupa bangunan, memiliki ciri-ciri

pokok antara lain (Soeharto, 1995):

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai

tujuan.

3. Bersifat sementara, dalam artian umumnya dibatasi oleh selesainya tugas.

Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

4. Nonrutin, tidak berulang, jenis dan identitas kegiatan berubah sepanjang

proyek langsung.

2.3.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Proyek-proyek konstruksi yang umumnya dikerjakan dapat dibedakan

menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu (Ervianto, 2003):

1. Bangunan gedung

Yang termasuk dalam proyek konstruksi kelompok bangunan gedung

adalah rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Adapun ciri-ciri dari kelompok

bangunan ini adalah:

17

a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi

pondasi umumnya sudah diketahui.

c. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan.

2. Bangunan sipil

Yang termasuk dalam proyek konstruksi kelompok bangunan sipil adalah

jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Adapun ciri-ciri

dari kelompok bangunan ini adalah:

a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar

berguna bagi kepentingan manusia.

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi

pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

2.4 Mutu Hasil Produksi

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang penilaiannya selalu berubah

dari waktu ke waktu. Dimana mutu hasil produksi yang baik merupakan syarat

mutlak, sehingga proses produksi harus diarahkan pada upaya untuk memenuhi

persyaratan dan segenap kebutuhan pemberi tugas akan standar mutu tadi. Proses

produksi tersebut dinyatakan dalam bentuk perencanaan yang menjadi acuan

dalam seluruh proses pelaksanaan. Penetapan mutu hasil produksi sendiri

dilakukan melalui kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian

laboratorium. Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu pada hakekatnya

penentuan langkah demi langkah terhadap proses pelaksanaan suatu pekerjaan

yang mencakup penilaian terhadap metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan

material, pengadaan peralatan, pengadaan tenaga kerja, keamanan dan

keselamatan kerja demi hasil yang sesuai dengan yang direncanakan (Listiawati,

2004).

18

Adapun hal-hal yang ditinjau sesuai dengan kriteria mutu yang

diisyaratkan seperti (Listiawati, 2004):

1. Kinerja dan kehandalan mengenai prosentase ketepatan dalam prediksi

analisis telah sesuai dengan rencana.

2. Upaya penambahan karakteristik pelengkap untuk menambah estetika dan

kehandalan bangunan seperti pembangunan pagar, taman, tempat parkir,

dan lainnya.

3. Upaya pengukuran penyimpangan terhadap standar yang telah disepakati.

4. Pelaksanaan konstruksi yang dilaksanakan telah sesuai dengan spesifikasi

teknis dan dokumen kontrak.

5. Penetapan jenis material dan metode konstruksi yang dipakai telah

memenuhi syarat peraturan bangunan.

6. Tenaga kerja yang terampil dan mempunyai komitmen yang taat dan

bertanggung jawab akan memberikan kualitas yang lebih baik.

7. Pengkajian kualitas dan kuantitas personil serta peralatan akan

memberikan hasil yang lebih baik.

8. Pengendalian kemajuan pelaksanaan proyek secara keseluruhan agar

sesuai dengan rencana dalam pelaksanaannya di lapangan.

9. Penyusunan jadwal rencana telah memperhitungkan estimasi kebutuhan

sumber daya dan penggunaannya.

10. Pengendalian distribusi material dan peralatan.

2.5 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa

pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan

potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan

pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko atau kriteria penggunaan

teknologi atau kriteria besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan).

Kualifikasi Kecil (K1) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi Kecil (K1) dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma atau

Kopereasi dan Perseroan Terbatas (PT). 1 orang bersertifikat (SKTK) tingkat 3.

19

Kualifikasi Kecil (K2) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1,75 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi Kecil (K2) dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma atau

Kopereasi dan Perseroan Terbatas (PT). 1 orang bersertifikat tenaga terampil

(SKTK) tingkat 3.

Kualifikasi Kecil (K3) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 2,5 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi Kecil (K3) dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Firma atau

Koperasi dan Perseroan Komanditer (CV). 1 orang bersertifikat tenaga terampil

(SKTK) tingkat 1.

Kualifikasi Menengah (M1) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 10 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi Menengah (M1) harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau

Koperasi. Minimal 2 orang bersertifikat keahlian (SKA) ahli muda.

Kualifikasi Menengah (M2) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 50 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi Menengah (M2) harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT) atau

Koperasi. Minimal 2 orang bersertifikat keahlian (SKA) ahli madya.

Kualifikasi Besar (B1) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 250 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi Besar (B1) harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT). Minimal 2 orang

bersertifikat keahlian (SKA) ahli madya.

Kualifikasi Besar (B2) dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) 0 sampai dengan tidak terbatas. Badan usaha untuk

kualifikasi Besar (B2) permohonan baru hanya untuk badan usaha PT-PMA.

Minimal 2 orang bersertifikat keahlian (SKA) ahli madya.

20

Tabei 2.1 Kualifikasi pekerjaan kontraktor

Kualifikasi Nilai Proyek Tenaga Kerja Badan Usaha Kecil K1 0 s.d Rp. 1 milyar 1 orang

bersertifikat tenaga terampil (SKTK) tingkat

3

Badan usaha dapat berbentuk PT, CV,

Firma atau Koperasi

K2 0 s.d Rp. 1,75 milyar

1 orang bersertifikat

tenaga terampil (SKTK) tingkat

3

Badan usaha dapat berbentuk PT, CV,

Firma atau Koperasi

K3 0 s.d Rp. 2,5 milyar 1 orang bersertifikat

tenaga terampil (SKTK) tingkat

1

Badan usaha dapat berbentuk PT, CV,

Firma atau Koperasi

Menengah M1 0 s.d Rp. 10 milyar Minimal 2 orang bersertifikat

keahlian (SKA) ahli muda

Badan usaha harus berbentuk PT atau

Koperasi

M2 0 s.d Rp. 50 milyar Minimal 2 orang bersertifikat

keahlian (SKA) ahli madya

Badan usaha harus berbentuk PT atau

Koperasi

Besar

B1 0 s.d Rp. 250 milyar

Minimal 2 orang bersertifikat

keahlian (SKA) ahli madya

Badan usaha harus berbentuk PT

B2 0 s.d tidak terbatas Minimal 2 orang bersertifikat

keahlian (SKA) ahli madya

Permohonan baru hanya untuk badan

usaha PT-PMA

Sumber : LPJK No. 10 (2013)

2.6 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh

data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang

perlu diketahui. Penggunaan kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan

menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang

diteliti (populasi atau sampel) (Sugiyono, 2012 dalam Susanta, 2013).

21

2.7 Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sedangkan pengertian dari populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2011). Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian

karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang

hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling haruslah secara jelas

tergambarkan dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak membingungkan

ketika terjun dilapangan.

Menurut Sugiyono (2011) teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Berikut pemaparan

masing-masing teknik sampling tersebut:

1. Probability Sampling

Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel (Sugiyono, 2011). Probability Sampling terdiri dari 4 macam

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Simple Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Sugiyono, 2011).

Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak

homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2011).

Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi

berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2011).

Cluster Sampling (Area Sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek

yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2011). Teknik

22

sampel ini terdiri dari 2 tahap, yaitu pertama tahap penentuan sampel

daerah, dan kedua tahap penentuan orang-orang yang ada di daerah itu.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011). Nonprobability

Sampling terdiri dari 6 macam yang akan dijabarkan sebagai berikut ini:

Sampling Sistematis

Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan

dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2011).

Sampling Kuota

Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan

(Sugiyono, 2011).

Sampling Insidental

Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2011).

Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2011). Teknik ini paling cocok digunakan untuk

penelitian kualitatif yang tidak melakukan generalisasi.

Sampling Jenuh

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Hal ini sering

digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau

untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat

kesalahan yang sedikit atau kecil.

Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2011).

23

2.8 Tabulasi dan Pengolahan Data

Tabulasi data dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa data yang siap

digunakan pada tahap analisis berikutnya. Dalam tahap tabulasi dilakukan

pengelompokan data kedalam parameter-parameter dalam tahap analisis, dari data

awal yang masih berupa kumpulan kuesioner hasil pengisian di lapangan,

dokumentasi dari laporan-laporan pekerjaan. Tabulasi data dapat dikatagorikan

menjadi dua yaitu data profesionalisme supervisor proyek, dan data mutu hasil

produksi proyek konstruksi. Data dari pengisian kuesioner mengenai

profesionalisme supervisor proyek, berupa lima pilihan jawaban yang telah

ditetapkan (a, b, c, d, e) kemudian diberi nilai atau bobot menggunakan Skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2006).

1. Jawaban sangat baik (a) diberi nilai/bobot = 5

2. Jawaban baik (b) diberi nilai/bobot = 4

3. Jawaban cukup baik (c) diberi nilai/bobot = 3

4. Jawaban kurang baik (d) diberi nilai/bobot = 2

5. Jawaban sangat kurang baik (e) diberi nilai/bobot = 1

Sedangkan untuk data dari pengisian kuesioner mengenai mutu hasil

produksi berupa lima pilihan jawaban yaitu SB, B, C, K dan SK. Data yang

diperoleh dari kuesioner dengan lima pilihan jawaban yang telah ditetapkan

tersebut kemudian diberi bobot dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jawaban sangat baik (SB) diberi nilai/bobot = 5

2. Jawaban baik (B) diberi nilai/bobot = 4

3. Jawaban cukup baik (C) diberi nilai/bobot = 3

4. Jawaban kurang baik (K) diberi nilai/bobot = 2

5. Jawaban sangat kurang baik (SK) diberi nilai/bobot = 1

2.9 Pengujian Kuesioner

Instrumen penelitian memegang peranan penting dalam penelitian, karena

kualitas data yang diperoleh dalam banyak hal ditentukan oleh kualitas instrumen

yang digunakan. Jika instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat

dipertanggungjawabkan, maka data yang diperoleh nantinya juga dapat

24

dipertanggungjawabkan. Artinya data yang bersangkutan dapat mewakili atau

mencerminkan keadaan sesuatu yang diukur pada diri subjek penelitian atau

sipemilik data (Nurgiyantoro et al., 2004). Sehingga instrumen-instrumen

penelitian tadi harus memiliki kualifikasi secara ilmiah, yang mana persyaratan

kualifikasi tersebut berupa aspek reliabilitas dan validitas.

2.9.1 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (reliability, kepercayaan) menunjuk pada pengertian apakah

sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari

waktu ke waktu (Nurgiyantoro et al., 2004). Salah satu metode pengujian

reliabilitas adalah dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang

digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian

umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf

signifikan 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha-

Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha (Triton, 2006). Menurut

Santoso dalam Triton (2006) apabila Alpha hitung bernilai positif, maka suatu

instrumen penelitian dapat disebut reliabel. Adapun rumus yang digunakan dalam

metode ini adalah sebagai berikut:

σi2 = ∑��� −(∑��)�

N (2.1)

Keterangan:

σi2 : varians butir pertanyaan ke-n (misal ke-1, ke-2, ke-3, dan seterusnya)

∑�� : jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertanyaan ke-n

r = �

��� (1-

∑���

��) (2.2)

Keterangan:

r : koefisien reliabilitas

k : jumlah butir pertanyaan (soal)

σi2 : varians butir pertanyaan (soal)

σ2 : varians skor test

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach diukur berdasarkan skala

Alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan dalam lima kelas

25

dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi

seperti tabel berikut (Triton, 2006):

Tabel 2.2 Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d.0,20 Kurang reliabel

>0,20 s.d.0,40 Agak reliabel

>0,40 s.d.0,60 Cukup reliabel

>0,60 s.d.0,80 Reliabel

>0,80 s.d.1,00 Sangat reliabel

Sumber: Triton (2006)

2.9.2 Uji Validitas

Validitas berkaitan dengan “apakah instrumen yang dimaksud untuk

mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan

diukur tersebut”. Validitas sendiri terdiri dari dua jenis kategori validitas yakni

(Nurgiyantoro et al., 2004):

1. Validitas berdasarkan analisa rasional

Validitas berdasarkan analisa rasional terdiri dari:

a. Validitas konstruk (construct validity) merupakan validitas yang

mempertanyakan, apakah butir-butir pertanyaan dalam instrumen

tersebut telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan.

Sehingga menyusun butir-butir pertanyaan didasarkan pada teori-teori

yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.

b. Validitas isi (content validity) adalah validitas yang mempertanyakan

bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi

bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Untuk

mengetahui kesesuaian kedua hal tersebut, penyusunan instrumen

haruslah mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan. Kisi-

kisi tersebut memuat deskripsi bahan, indikator-indikator terhadap

masalah yang diangkat tersebut.

26

2. Validitas yang bersifat empirik

Validitas yang bersifat empirik memerlukan data-data di lapangan dari

hasil penyebaran instrumen penelitian yang berupa data kuantitatif, jadi

untuk keperluan analisa validitas ini memerlukan jasa statistik. Adapun

bagian-bagian dari analisa validitas yang bersifat empirik adalah sebagai

berikut:

a. Validitas sejalan (concuren validity) mempertanyakan apakah

kemampuan atau karakteristik subjek penelitian dalam suatu bidang

sesuai dengan kemampuan atau karakteristik lain yang dalam bidang

yang sama. Analisa pengujian ini menggunakan teknik korelasi

Product Moment :

r = �∑���(∑�)(∑�)

�(�∑���(∑�)�)(�∑���(∑�)�) (2.3)

keterangan:

r = koefisien korelasi

N = jumlah sampel

Nilai r selalu terletak antara -1 dan +1 (-1 < r < +1)

r = +1, berarti adanya korelasi positif sempurna

r = -1, berarti adanya korelasi negatif sempurna

r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel

Kriteria yang digunakan untuk menentukan derajat pengaruh antara

dua variabel adalah sebagai berikut (Usman et al., 1995):

0,00 tidak ada korelasi

0,01-0,20 korelasi yang sangat rendah

0,21-0,40 korelasi yang rendah

0,41-0,60 korelasi yang agak rendah

0,61-0,80 korelasi yang cukup

0,81-0,99 korelasi yang tinggi

1,00 korelasi yang sangat tinggi

b. Validitas ramalan (predictive validity) mempertanyakan apakah

penampilan atau unjuk kerja subjek penelitian yang sekarang dapat

digunakan untuk meramalkan penampilan atau unjuk kerja di waktu

datang.

27

2.10 Teknik Analisis Data

Pada penulisan tugas akhir ini menggunakan teknik analisis regresi linier

berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan apabila variabel prediktor

lebih dari satu, banyaknya variabel prediktor ini tergantung pada banyaknya

variabel prediktor yang dimiliki dalam penelitian.

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis regresi linier berganda

dengan variabel prediktor lebih dari satu adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi

Hubungan antara variabel prediktor dengan variabel kriterium biasanya

dilukiskan dalam sebuah garis, yaitu yang disebut sebagai garis regresi.

Adapun rumus umum persamaan garis regresi adalah sebagai berikut:

Ŷ = a + b1.X1 + b2.X2 + …… + bn.Xn (2.4)

Rumus persamaan regresi tersebut dapat disederhanakan kedalam metode

skor deviasi, yaitu y (y = Y-Y ), x1 (x1 = X1- X 1), x2 (x2 = X2- X 2),…….,

xn (xn = Xn- Xn) Sehingga rumus (2.4) dapat ditulis sebagai berikut

(Nurgiyantoro et al., 2004):

y = b1.x1 + b2.x2 + ………. + bn.xn (2.5)

keterangan :

Ŷ = Y yang diprediksikan

Y = variabel kriterium

X = variabel prediktor

b = koefisien prediktor

a = bilangan konstan

X = rata-rata data variabel prediktor

Y = rata-rata data variabel kriterium

Untuk menghitung nilai a, b1, b2,…., bn terlebih dahulu dilakukan

perhitungan skor-skor deviasi dari data-data sampel yang diperoleh,

berdasarkan rumus berikut (Nurgiyantoro et al., 2004):

∑X12 = ∑X1

2 – (∑��)�

� (2.6)

∑Xn2 = ∑Xn

2 – (∑��)�

� (2.7)

28

∑Y2 = ∑Y2 – (∑�)�

� (2.8)

∑X1Xn = ∑ X1Xn – (∑��)(∑��)

� (2.9)

∑X1Y = ∑ X1Y – (∑��)(∑�)

� (2.10)

∑XnY = ∑ XnY – (∑��)(∑�)

� (2.11)

Keterangan:

N = jumlah sampel

Setelah perhitungan skor-skor deviasi di atas dilakukan perhitungan a, b1,

b2,……, bn dengan menggunakan rumus-rumus berdasarkan skor deviasi

sebagai berikut, (Nurgiyantoro et al., 2004):

∑x1y = b1∑x12 + b2∑x1.x2 +……+ bn∑x1.xn (2.12)

∑x2y = b1∑x2.x1 + b2∑x22 +……+ bn∑x2.xn

∑xny = b1∑xn.x1 + b2∑xn.x2 +……+ bn∑xn2

2. Perhitungan Nilai F Regresi (Freg)

Dalam analisis regresi berganda, salah satu cara untuk memperoleh nilai F

regresi (Freg) adalah melalui perhitungan dari koefisien korelasi berganda

(R). Langkah-langkah dalam mencari nilai F regresi (Freg) melalui

perhitungan dari koefisien korelasi berganda adalah sebagai berikut

(Nurgiyantoro et al., 2004):

a. Perhitungan Koefisien Korelasi Berganda (R)

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau

lebih variabel prediktor (X1, X2,…Xn) terhadap variabel kriterium (Y)

secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan

yang terjadi antara variabel prediktor (X1, X2,……Xn) secara serentak

terhadap variabel kriterium (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai 1,

nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat,

sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi

semakin lemah. Perhitungan koefisien korelasi berganda (R),

menggunakan rumus sebagai berikut:

29

Ry-1n = ���∑��.����∑��.��⋯���∑��.�

∑�� (2.13)

b. Analisis Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk

mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel prediktor (X1,

X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel kriterium (Y). Koefisien

ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel prediktor

yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel

kriterium. R2 = 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan

pengaruh yang diberikan variabel prediktor terhadap variabel

kriterium, atau variasi variabel prediktor yang digunakan dalam model

tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel kriterium. Sebaliknya

R2 = 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel

prediktor terhadap variabel kriterium adalah sempurna, atau variasi

variabel prediktor yang digunakan dalam model menjelaskan 100%

variasi variabel kriterium. Perhitungan determinasi (R2) menggunakan

rumus:

R2 = R x R x 100% (2.14)

c. Perhitungan Jumlah Kuadrat Total Regresi (JKreg)

Perhitungan jumlah kuadrat total regresi (JKreg), menggunakan rumus

sebagai berikut:

JKreg = R2.(∑y2) (2.15)

d. Perhitungan Jumlah Kuadrat Total Residu (JKres)

Perhitungan jumlah kuadrat total residu (JKres), menggunakan rumus

sebagai berikut:

JKres = (1-R2).(∑y2) (2.16)

e. Perhitungan Rata-Rata Hitung Kuadrat (RK)

Perhitungan rata-rata hitung kuadrat (RK), menggunakan rumus

sebagai berikut:

RKreg = �����

����� (2.17)

RKres = �����

����� (2.18)

30

Derajat kebebasan (db) untuk:

RKreg = jumlah variabel prediktor

RKres = jumlah sampel – jumlah variabel prediktor – 1

f. Perhitungan Nilai F Regresi (Freg)

Perhitungan nilai F regresi (Freg), menggunakan rumus sebagai berikut:

Freg = �����

����� (2.19)

g. Konsultasi Tabel Nilai F

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel prediktor

(X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel kriterium (Y). Atau untuk mengetahui apakah model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriterium atau

tidak. Konsultasi tabel nilai-nilai F, dilakukan dengan membandingkan

nilai F yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan tabel nilai-nilai

kritis F pada taraf signifikan 5%. Apabila nilai F hitung > F tabel pada

taraf signifikan 5% maka variabel prediktor berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel kriterium.

3. Perhitungan Sumbangan Relatif

Setelah didapatkan persamaan regresi dan nilai F regresi, analisis data

dapat dilanjutkan dengan perhitungan besarnya sumbangan relatif dari

masing-masing prediktor terhadap proses prediksi. Adapun analisis

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumbangan Relatif (SR%X)

Sumbangan relatif dihitung dalam bilangan persentase, yang

menunjukkan besarnya sumbangan (secara relatif) tiap prediktor untuk

keperluan prediksi dengan rumus sebagai berikut (Nurgiyantoro et al.,

2004):

SR%X = �∑��

����� x 100% (2.20)

31

2.11 Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan merupakan suatu nilai kemungkinan tertentu yang

dilambangkan dengan α. Nilai α ini berkaitan dengan kemunculan harga tertentu

dari tes statistik sama dengan atau lebih kecil dari α. Tingkat yang dipilih dalam

penentuan nilai α ditetapkan berdasarkan perkiraan tentang pentingnya atau

makna praktis yang mungkin terkandung dalam temuan. Dalam tugas akhir ini

tingkat signifikan atau alpha (α) yang digunakan adalah 5%.