bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras,...

38
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Risiko Menurut Oxford Dictionary dalam Norken dkk. (2015), risiko didefinisikan sebagai kemungkinan mengalami bahaya atau penderitaan membahayakan. Secara umum, risiko dapat mengacu pada hal-hal yang sangat tidak pasti atau berbahaya. Beberapa definisi risiko dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Risk is Chance of Loss (Risiko adalah Peluang Kerugian) Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukan suatu keadaan terdapat suatu peluang kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Edwards (1995) dalam Construction Risk Management mendefinisikan jenis risiko sebagai berikut : a. Fisik/material : kerugian akibat kebakaran, korosi, ledakan struktural, cacat, perang. b. Konsekuensi : hilangnya keuntungan akibat kebakaran, pencurian. c. Sosial : perubahan opini publik, kesadaran akan isu-isu moral, misalnya isu lingkungan. d. Kewajiban hukum : kewajiban berliku-liku, kewajiban hukum, kewajiban kontraktual. e. Politik : intervensi pemerintah, sanksi, tindakan pemerintah asing, inflasi/deflasi, kebijakan, pembatasan ekspor/impor, aliansi perdagangan, perubahan dalam perundang-undangan. f. Keuangan : prakiraan inflasi yang tidak memadai, keputusan pemasaran yang tidak tepat, kebijakan kredit. g. Teknis : peningkatan teknologi dalam manufaktur, komunikasi, penanganan data, kesalingketergantungan para produsen, metode penyimpanan, pengendalian stok dan distribusi. 2. Risk is Possibility of Loss (Risiko adalah Kemungkinan Kerugian) Makna kata “possibility” disini berarti bahwa probabilitas atau kemungkinan bahwa suatu peristiwa berada diantara nol dan satu.

Upload: duongkhanh

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko

Menurut Oxford Dictionary dalam Norken dkk. (2015), risiko

didefinisikan sebagai kemungkinan mengalami bahaya atau penderitaan

membahayakan. Secara umum, risiko dapat mengacu pada hal-hal yang sangat

tidak pasti atau berbahaya. Beberapa definisi risiko dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Risk is Chance of Loss (Risiko adalah Peluang Kerugian)

Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukan suatu

keadaan terdapat suatu peluang kerugian atau suatu kemungkinan

kerugian. Edwards (1995) dalam Construction Risk Management

mendefinisikan jenis risiko sebagai berikut :

a. Fisik/material : kerugian akibat kebakaran, korosi, ledakan

struktural, cacat, perang.

b. Konsekuensi : hilangnya keuntungan akibat kebakaran, pencurian.

c. Sosial : perubahan opini publik, kesadaran akan isu-isu moral,

misalnya isu lingkungan.

d. Kewajiban hukum : kewajiban berliku-liku, kewajiban hukum,

kewajiban kontraktual.

e. Politik : intervensi pemerintah, sanksi, tindakan pemerintah asing,

inflasi/deflasi, kebijakan, pembatasan ekspor/impor, aliansi

perdagangan, perubahan dalam perundang-undangan.

f. Keuangan : prakiraan inflasi yang tidak memadai, keputusan

pemasaran yang tidak tepat, kebijakan kredit.

g. Teknis : peningkatan teknologi dalam manufaktur, komunikasi,

penanganan data, kesalingketergantungan para produsen, metode

penyimpanan, pengendalian stok dan distribusi.

2. Risk is Possibility of Loss (Risiko adalah Kemungkinan Kerugian)

Makna kata “possibility” disini berarti bahwa probabilitas atau

kemungkinan bahwa suatu peristiwa berada diantara nol dan satu.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

6

Godfrey (1996) dalam CIRIA menyatakan bahwa nilai risiko

ditentukan sebagai perkalian antara kecenderungan/frekuensi dengan

konsekuensi risiko. Kecenderungan (likelihood) adalah peluang

terjadinya kerugian yang merugikan, yang dinyatakan dalam jumlah

kejadian per tahun atau per satuan waktu. Sedangkan konsekuensi

(consequences) merupakan besaran kerugian yang diakibatkan oleh

terjadinya suatu kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai

uang.

3. Risk is Uncertainty (Risiko adalah Ketidakpastian)

Dalam hal ini ada pemahaman bahwa risiko berhubungan dengan

ketidakpastian, munculnya risiko disebabkan adanya ketidakpastian.

Cooper dan Chapman (1987) menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi

dimana terdapat kemungkinan keuntungan/kerugian ekonomi atau

finansial, kerusakan atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai

konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu rencana

kegiatan. Risiko dapat diartikan sebagai peluang terjadinya kerugian

atau kemungkinan terjadinya kerugian, dan risiko juga merupakan

akibat dari adanya ketidakpastian (uncertainly) dari apa yang akan

dihadapi. Ketidakpastian ada, akibat dari ketidakmampuan manusia

untuk mengetahui apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dari

apa yang dilakukan atau direncanakan saat ini.

Ketidakpastian dapat dikategorikan menjadi ketidakpastian alami atau

random dan ketidakpastian karena perilaku manusia atau teknologi.

Ketidakpastian alami atau random adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh

fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain

sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan karena sifatnya

random, dan pendekatan yang dilakukan adalah stokastik/statistik. Sedangkan

ketidakpastian teknologi adalah ketidakpastian akibat dari perilaku manusia yang

diakibatkan oleh ketidakpastian dalam melakukan sampling, pengukuran,

terbatasnya data, analisis data atau penerapan model serta estimasi yang tidak

sesuai. Ketidakpastian teknologi dapat dikurangi dengan menggali informasi yang

lebih banyak serta menerapkan metode atau model yang lebih sesuai dan lebih

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

7

baik. Ketidakpastian tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, tetapi dapat dikurangi

dengan melakukan analisis risiko dan manajemen risiko.

Dengan demikian dapat didefinisikan risiko adalah suatu keadaan yang tidak

pasti yang dihadapi seseorang atau suatu perusahaan konstruksi yang dapat

memberikan dampak merugikan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana

apakah terhadap waktu atau biaya (Kountur, 2004)

Pada umumnya risiko dikelompokan berdasarkan modal, sifat, perubahan

waktu dan sumber.

a. Jenis risiko berdasarkan modal proyek (Soeharto,1997), dibagi menjadi dua

yaitu :

1. Risiko proyek tunggal yaitu risiko yang diperhitungkan hanya risiko yang

melekat pada proyek itu atau karakteristik hubungan antara risiko dan

keuntungan dalam suatu perusahaan.

2. Risiko multiproyek risiko menangani beberapa proyek, dalam hal ini risiko

masing-masing proyek diperhitungkan berkombinasi.

b. Jenis risiko berdasarkan sifat (Kontur, 2004), dibagi menjadi dua yaitu :

1. Risiko spekulatif yaitu risiko yang memiliki dua kemungkinan yaitu

kerugian atau keuntungan, risiko ini tidak dapat diasuransi.

2. Risiko murni yaitu resiko yang memiliki satu kemungkinan yaitu kerugian,

risiko ini dapat diasuransi.

c. Risiko berdasarkan karena perubahan waktu dibagi atas dua (Trieschman et al.,

2001 dalam Perbawa, 2007), yaitu:

1. Risiko Statis

Risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada

dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun

spekulatif.

2. Risiko Dinamis

Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko

dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

8

d. Sumber risiko dapat sebagai faktor menimbulkan kejadian negatif. Sumber

risiko dijelaskan oleh Perbawa (2004) dikutip dari Kwakye (1997), dibagi

menjadi sembilan yaitu :

1. Fundamental Physical Risks

Risiko yang diakibatkan fenomena alam, kesalahan manusia atau industri

misalnya kerusakan akibat badai, kebakaran dan sebagainya.

2. Legal Risks

Risiko yang berkaitan dengan bidang hukum yaitu kerugian terhadap

manusia dan kerusakan pada bangunan atau lingkungan selama masa

pelaksanaan dan pemeliharaan konstruksi, getaran dan gangguan-gangguan

lain selama pelaksanaan konstruksi.

3. Construction Related Risks

Risiko yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi yaitu kekurangan

sumber daya (tenaga kerja, material dan alat), keterlambatan mengelola

site, tingkat kesulitan dan kerumitan konstruksi, ketidaksesuaian gambar

atau volume dalam kontrak dengan kenyataan di lapangan, dan sebagainya.

4. Price Determinan Risks

Risiko yang berkaitan dengan biaya akibat kesalahan estimasi atau

penaksiran yang kurang akurat, kesalahan meramalkan biaya dari sumber

daya yang digunakan, tidak tepatnya pengambilan keputusan.

5. Contractual Risks

Risiko yang meliputi keterlambatan pembayaran, kualitas kerja yang tidak

sesuai kontrak, klaim, persengketaan dan sebagainya.

6. Performance Risks

Risiko yang diakibatkan oleh hasil produktivitas dari sumber daya yang

digunakan misalnya akibat moral pekerja, pemogokan, jaminan

keselamatan dan kesehatan , perencanaan tidak tepat.

7. Economic Risks

Risiko yang meliputi inflasi, tingkat suku bunga yang tinggi, penundaan

dana, pencairan dana, pembengkakan biaya, dan sebagainya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

9

8. Political Ricks

Risiko yang diakibatkan oleh peristiwa dalam dunia politik seperti

pergantian pemerintah, dan sebagainya.

9. Market Risks

Risiko pasar yang diakibatkan oleh resesi pasar akan permintaan

konstruksi, persaingan kuat dalam harga terendah, dan sebagainya.

2.2 Analisis Risiko

Analisis risiko menurut Thompson dan Perry (1991) adalah merupakan

suatu proses dari identifikasi dan penilaian (assessment). Godfrey et.al, (1996)

mengungkapkan bahwa, analisis risiko yang dilakukan secara sistematik dapat

membantu untuk :

a. Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas.

b. Memusatkan perhatian pada risiko utama (major risk).

c. Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian.

d. Meminimumkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang

paling buruk.

e. Mengontrol aspek ketidakpastian dalam proyek.

f. Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang/badan yang terlibat

dalam manajemen risiko.

Analisis risiko dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif,

dimana sumber risiko harus diidentifikasi dan akibat (effect) harus dinilai atau

dianalisis. Analisis risiko diawali dengan analisis risiko kualitatif yang nantinya,

apabila diperlukan dapat dilanjutkan dengan analisis risiko kuantitatif. Hal ini

disebabkan karena analisis risiko kualitatif lebih terfokus pada identifikasi dan

penilaian risiko sehingga hasilnya dapat berupa ranking, perbandingan atau

analisis deskriptif.

Pengukuran dengan cara kualitatif merupakan hasil dari penilaian risiko

dan identifikasi risiko yang lebih terfokus kepada keputusan langsung yang

diambil berdasarkan ranking, perbandingan, ataupun dengan analisis deskriptif,

sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan melakukan analisis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

10

probabilitas, analisis sensitivitas, analisis skenario, analisis simulasi, dan analisis

korelasi.

Menurut Al-Bahar (1990), pemodelan ketidakpastian risiko mengacu pada

“kuantifikasi eksplisit kemungkinan terjadinya dan konsekuensi potensial

berdasarkan semua informasi yang tersedia tentang risiko yang

dipertimbangkan”. Kemungkinan terjadinya ketidakpastian akan disajikan dalam

bentuk probabilitas, dan potensi konsekuensi.

Sementara Cooper dan Chapman (1987) menyarankan ada 5 (lima)

kondisi yang berbeda saat analisis risiko sangat diperlukan untuk dilakukan,

antara lain :

a. Pada tahap studi kelayakan awal investasi atau usulan proyek dimana

keputusan harus diambil yang kerap kali dengan informasi yang

terbatas, apakah proyek dibatalkan, ditunda atau dilanjutkan pada

tahap berikut.

b. Pada proyek dengan yang berpotensi mendatangkan kerugian, atau

dengan benefit cost ratio (BCR) mendekati satu atau kurang.

c. Pada investasi proyek yang mempunyai potensi risiko yang tidak

lumrah (unusual risk) atau ketidakpastian, yang dapat mengakibatkan

pengendalian investasi yang tidak menentu.

d. Pada pemilihan berbagai alternatif proyek atau investasi yang telah

ditetapkan pada tahap studi kelayakan awal atau tahap studi

kelayakan.

e. Pada perencanaan detail atau optimasi spesifikasi proyek dimana

konsep telah diberikan persetujuan.

2.3 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah bagaimana mengelola suatu perusahaan sehingga

dapat mewujudkan tingkat keuntungan tertentu dan menghadapi kendala-kendala

yang mungkin timbul. Tujuan selanjutnya adalah untuk meminimalkan perubahan

buruk yang dapat mempengaruhi cash flow yang akan datang. Manajemen risiko

merupakan cara sederhana untuk mengurangi kerugian yang mungkin terjadi yaitu

dengan mengidentifikasi risiko, bagaimana pengaruhnya terhadap cash flow

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

11

jangka panjang dan mencari solusi yang terbaik (Claessens, 1993 dalam

Resmilati, 2001).

Manajemen risiko adalah cara yang terstruktur untuk mengidentifikasi tapi

juga harus menghitung risiko dan pengaruhnya terhadap proyek, hasilnya adalah

apakah risiko itu dapat diterima atau tidak (Kerzener, 1995 dalam Kristinayati,

2005).

2.3.1 Identifikasi Risiko

Risiko dapat dikenali dari sumbernya (source), kejadian (event), dan

akibatnya (effect). Sumber risiko adalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar

kemungkinan terjadinya risiko. Event adalah peristiwa yang menimbulkan

pengaruh (effect) yang sifatnya dapat merugikan dan menguntungkan, sebagai

contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko),

lalu terjadi kecelakaan pada pekerjaan proyek (peristiwa) yang menyebabkan

kematian pada pekerja (akibat) (Ariyanti, 2006).

Tahapan identifikasi risiko ini merupakan tahapan tersulit dan paling

menentukan dalam manajemen risiko. Kesulitan ini disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk mengidentifikasi seluruh risiko yang akan timbul

mengingat adanya ketidakpastian dari apa yang akan dihadapi. Oleh karena itu

dalam mengidentifikasi risiko ini terlebih dahulu diupayakan untuk menentukan

sumber risiko dan efek risiko itu sendiri secara komperehensif (Godfrey, 1996

dalam Ariyanti, 2006).

Sumber risiko proyek adalah setiap faktor yang dapat mempengaruhi

kinerja proyek. Risiko timbul jika efek ini bersifat tidak pasti dan penting dalam

pengaruhnya terhadap kinerja proyek. Karenanya, definisi dari tujuan proyek dan

kinerja proyek mempunyai pengaruh yang fundamental pada tingkat risiko

proyek. Beberapa jenis risiko bersifat uncontrolable dan dapat mempengaruhi

sasaran proyek (Soeharto,2001), jenis risiko tersebut adalah :

1. Peraturan pemerintah, seperti kenaikan harga bahan bakar, ekspor-

impor barang, masalah lingkungan, peraturan baru dan lain-lain.

2. Bencana alam, seperti gempa bumi, badai dan banjir.

3. Pergolakan sosial politik, seperti pemogokan, keributan dan perang.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

12

4. Situasi pasar terhadap harga dan supply barang.

5. Perubahan moneter yang cukup besar, misalnya devaluasi.

Dengan demikian bahwa mengidentifikasi risiko dalam pembangunan

suatu proyek sangat penting untuk mengetahui kemungkinan buruk yang akan

terjadi dan mengelola risiko tersebut untuk dapat meminimalkan dampak negatif

yang ditimbulkan sehingga tujuan dari pembangunan suatu proyek dapat tercapai.

2.3.2 Klasifikasi Risiko

Klasifikasi risiko dibuat dengan maksud untuk memudahkan pembedaan

dan pemahaman terhadap risiko tersebut, sehingga dapat membantu dalam

melakukan analisis risiko. Ada 3 (tiga) cara untuk mengklasifikasikan risiko yaitu

dengan mengidentifikasi konsekuensi risiko, jenis risiko dan pengaruh risiko.

Berdasarkan konsekuensinya, risiko dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi

kejadian, akibat risiko dan kemungkinannya. Menurut jenisnya, risiko

diklasifikasikan menjadi risiko murni dan spekulatif yaitu risiko bisnis dan

finansial. Sedangkan bidang-bidang aktivitas yang dapat terkena pengaruh risiko

meliputi semua aspek aktivitas dalam kehidupan.

2.3.3 Rencana Penanggulangan Risiko

Rencana penanggulangan risiko merupakan proses pengembangan

tahapan, teknik untuk mempertinggi kesempatan dan mengurangi ancaman

obyektifitas proyek. Proses ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan

tanggapan dan tanggung jawab risiko.

1. Tanggapan Terhadap Risiko

Tanggapan yang dimaksud adalah berupa teknik dan strategi untuk

menanggulangi risiko yang mungkin timbul. Tanggapan dapat berupa tindakan

menghindari, mencegah kerugian, dan memperkecil dampak negatif.

Tanggapan risiko dikelompokkan dalam beberapa kategori (Soeharto, 1997)

sebagai berikut:

a. Mengikat Asuransi

Meminimalkan risiko dengan mengurangi atau mengontrol

kerugian dengan asuransi.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

13

b. Menghindari Risiko

Menghindari risiko dengan memilih alternatif lain, adalah salah

satu keputusan yang paling mudah dalam menghadapi risiko. Misalnya

suatu proyek yang dokumen proyeknya tidak jelas, tidak lengkap dan

mengada-ada maka proyek ini terlalu berisiko jika diambil maka

keputusan yang paling tepat adalah tidak mengambilnya.

c. Ditanggung bersama/shared

Pendistribusian atau pembagian risiko (shared) dengan pihak lain,

misalnya dalam kerja sama berbentuk joint venture, risiko dipikul bersama

antara pengguna jasa dengan mitranya.

d. Pemindahan tanggung jawab/transferred

Pemindahan atau memberikan tanggung jawab risiko proyek pada

pihak lain, misalnya dari pengguna jasa proyek ke peserta proyek lain, ini

dilakukan bila pihak lain tersebut dianggap mampu atau memiliki kontrol

yang baik dalam mengelola risiko bersangkutan.

e. Menghadapi risiko dengan dana cadangan

Risiko dihadapi dengan persiapan misalnya menyediakan dana

cadangan yang sering disebut kontijensi atau allowance. Besarnya dana ini

tergantung dari kontraktor sendiri. Strategi ini digunakan bila tidak

memungkinkan dengan mentransfer risiko dengan pertimbangan biaya

yang sama besar dengan kerugiannya bila menghadapi risiko tersebut.

Menurut Flanagan et al. (1993) dalam Wahyuni (2006), ada beberapa hal

yang dapat dilakukan untuk menangani risiko yaitu :

1. Menahan Risiko (Risk Retention)

Sikap untuk menahan risiko sangat erat hubungannya dengan

keuntungan (gain) yang terdapat dalam suatu risiko. Tindakan untuk

menerima/menahan risiko ini karena dampak dari suatu kejadian yang

merugikan masih dapat diterima (acceptable).

2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction)

Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara mendalam

risiko itu sendiri, dan melakukan usaha-usaha pencegahan pada sumber

risiko atau mengkombinasikan usaha agar risiko yang diterima tidak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

14

terjadi secara simultan. Dengan melakukan tindakan ini kadang-kadang

masih ada risiko sisa (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian

(assessment).

3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)

Sikap pemindahan ini dilakukan dengan cara mengasuransikan risiko

yang dilakukan dengan memberikan sebagian atau seluruhnya kepada

pihak lain. Usaha atau pekerjaan yang risikonya tinggi dipindahkan kepada

pihak yang mempunyai kemampuan menangani dan mengendalikannya.

4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)

Sikap menghindari risiko adalah cara menghindari kerugian dengan

menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi. Menghindari risiko

dapat dilakukan dengan melakukan penolakan. Salah satu contoh

penghindaran risiko pada proyek konstruksi adalah dengan memutuskan

hubungan kontrak (breach of contract).

Tindakan dalam menangani risiko (risk mitigation) harus dilakukan setelah

mengetahui risiko-risiko yang teridentifikasi memberikan dampak yang besar

terhadap suatu pekerjaan. Apabila risiko bersifat dapat diterima dan dapat

diabaikan, maka risiko tidak perlu mendapatkan perhatian besar untuk ditangani,

yaitu dengan menahan risiko (retention risk) dan mengurangi risiko (reduction

risk), tetapi jika risiko bersifat tidak dapat diterima sepenuhnya dan tidak

diharapkan, maka risiko perlu ditangani lebih lanjut dengan memindahkan risiko

(risk transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance).

2. Tanggung Jawab Risiko

Pembagian tanggung jawab risiko antar peserta proyek juga dipengaruhi

oleh jenis kontrak pada proyek. Peserta proyek harus berhati-hati pada

ketentuan-ketentuan dalam kontrak dan pembagian tanggung jawabnya

tersebut. Umumnya risiko yang bersifat controllable dalam proyek

dialokasikan kepada peserta proyek berdasarkan petimbangan berikut:

a) Alokasi risiko diberikan pada peserta yang dianggap memilliki posisi paling

baik untuk mengendalikannya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

15

b) Alokasi risiko diberikan pada peserta atas dasar dorongan motivasi untuk

meningkatkan kinerjanya dan disesuaikan kemampuannya dalam menangani

risiko.

c) Bila risiko harus dipikul bersama oleh peserta proyek maka bobotnya harus

dibagi secara rasional.

d) Dalam merencanakan alokasi risiko harus diperhitungkan dampaknya

terhadap biaya proyek secara keseluruhan, sehingga perlu dicari alternatif

terbaik.

Menurut Flanagan et al. (1993) dalam Wahyuni (2006), untuk

menentukan alokasi tanggung jawab risiko (ownership of risk) digunakan

prinsip-prinsip pengalokasian risiko yaitu sebagai berikut :

1. Pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian yang

menimbulkan risiko.

2. Pihak mana yang dapat menangani risiko apabila risiko itu muncul.

3. Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol.

4. Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka diasumsikan sebagai risiko

bersama.

2.4 Manajemen Strategi

Menurut Hunger dkk. (1992) dalam Purwanto (2006), manajemen strategis

adalah sejumlah keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja

jangka panjang dari suatu perusahaan, seperti pengamatan lingkungan, formulasi

strategi, implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian.

Sedangkan menurut Jauch dkk. (1984) dalam Purwanto (2006) manajemen

strategis adalah aliran keputusan dan tindakan pengembangan strategi yang efektif

untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Strategi yang tepat akan mampu

memaksimalkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi adalah pola

perencanaan yang menyeluruh meliputi serangkaian usaha dan pemberdayaan

sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Para pengambil kebijakan strategi perlu menjamin strategi yang

ditetapkan dapat berhasil dengan baik dalam konseptual dan pelaksanaan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

16

2.5 Formulasi Strategi

Formulasi strategi atau yang biasanya disebut Perencanaan Strategi

merupakan proses penyusunan perencanaan jangka panjang. Tujuan utama dari

formulasi strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-

kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi

perubahan lingkungan eksternal. Untuk mempermudah pelaksanaan strategi, maka

strategi dibuat sesuai dengan tingkatan manajemen strategis yang ada. Formulasi

strategi perusahaan terdiri dari tiga tingkatan pengambilan keputusan, yaitu

(Purwanto, 2006) :

a. Strategi Tingkat Perusahaan (corporate level strategy)

b. Strategi Tingkat Unit Usaha (business unit strategy)

c. Strategi Tingkat Fungsional (functional level strategy)

1. Strategi Tingkat Perusahaan (corporate level strategy)

Strategi ini diformulasikan oleh top manajemen dengan maksud untuk

mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penentuan formulasi strategi

ini secara umum terdiri dari lima strategi utama, yaitu (Purwanto, 2006) :

1. Concentration Strategy

Strategi konsentrasi adalah strategi dimana perusahaan memfokuskan diri

pada satu lini bisnis saja. Strategi konsentrasi ini dilakukan dengan

maksud untuk memperoleh keuntungan bersaing dengan memfokuskan

seluruh sumber daya pada satu bidang atau produk saja. Kerugian dari

strategi ini adalah bila pasar jenuh atau muncul pesaing yang mengancam

keberadaan perusahaan dalam industri dan mendominasi pasar maka tidak

ada bisnis lain yang menyokong perusahaan.

2. Stability Strategy

Perusahaan yang menerapkan strategi ini memfokuskan pada lini bisnis

yang sudah ada. Strategi ini biasa diterapkan oleh perusahaan sebagai

berikut :

a. Perusahaan yang berada pada tingkat pertumbuhan industri yang

jenuh.

b. Memiliki tingkat risiko kecil

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

17

c. Lingkungan dianggap lebih stabil

d. Melakukan pertumbuhan menimbulkan ketidakefisienan sehingga

menurunkan tingkat laba.

3. Growth Strategy

Perusahaan yang menerapkan strategi ini akan berupaya secara maksimal

untuk mengejar pertumbuhan yang bersifat terus menerus. Growth

strategy dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. Integrasi vertikal (vertical integration)

Integrasi vertikal adalah pertumbuhan yang dilakukan dengan

mengakuisisi perusahaan lain yang terdapat dalam saluran distribusi.

Integrasi vertikal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

- Integrasi hilir (forward integration)

Strategi ini digunakan jika perusahaan membeli atau menguasai

perusahaan lain yang lebih dekat dengan konsumen, seperti

pedagang eceran, pedagang besar, dll.

- Integrasi hulu (backward integration)

Strategi ini digunakan dengan cara menguasai atau membeli

perusahaan pemasok atau supplier.

b. Integrasi horizontal (horizontal integration)

Strategi pertumbuhan integrasi horizontal dilakukan melalui akuisisi

perusahaan pesaing yang memiliki lini bisnis yang sama.

c. Diversifikasi (diversification)

Strategi diversifikasi dilakukan melalui akuisisi perusahaan dalam

industri yang memiliki lini bisnis yang berbeda. Strategi diversifikasi

dibagi menjadi dua, yaitu :

- Related atau concentric diversification

Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain

yang memiliki teknologi, produk, saluran distribusi dan pasar

yang sama dengan perusahaan pembelinya. Strategi ini

bertujuan agar perusahaan mendapatkan efisiensi atau pengaruh

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

18

pasar yang lebih besar melalui penggunaan bersama sumber

daya yang ada.

- Unrelated atau conglomerate diversification

Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain

yang memiliki lini bisnis yang berbeda.

d. Marger and joint ventures

- Marger

Strategi marger merupakan strategi pertumbuhan dimana sebuah

perusahaan bergabung dengan perusahaan lain dan membentuk

perusahaan baru.

- Joint ventures

Strategi joint ventures merupakan strategi pertumbuhan dimana

sebuah perusahaan bekerja sama untuk mengerjakan sebuah

proyek yang tidak bisa ditangani oleh perusahaan itu sendiri.

4. Combination strategy

Strategi kombinasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar yang

memiliki berbagai macam bisnis.

5. Retrenchment strategy

Strategi retrenchment ditetapkan ketika perusahaan sudah tidak bisa

bersaing secara efektif. Strategi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Turnaround strategy

Strategi ini diterapkan ketika prestasi perusahaan kurang baik namun

belum mencapai tahap yang sangat kritis.

b. Divestment strategy

Strategi ini digunakan ketika perusahaan gagal dalam mencapai

tujuan perusahaan.

c. Liquidation strategy

Dalam hal ini perusahaan ditutup dan asetnya dijual.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

19

2. Strategi Tingkat Unit Usaha (business unit strategy)

Formulasi strategi ini dilakukan dengan melibatkan para pengambil

keputusan pada tingkat unit bisnis atau tingkat divisi. Strategi tingkat unit

bisnis ini harus selalu sejalan dengan formulasi strategi bisnis secara

keseluruhan dari perusahaan (Purwanto, 2006). Salah satu pendekatan yang

banyak dikenal dalam memformulasikan strategi pada tingkat unit bisnis

adalah dengan menggunakan strategi generik yang dikemukakan oleh Porter

(1980) dalam Purwanto (2006). Tiga strategi generik yang patut

dipertimbangkan, yaitu :

1. Keunggulan biaya (Overall Cost Leadership) yaitu strategi yang

digunakan dengan cara perusahaan bekerja keras untuk mencapai biaya

produksi dan distribusi terendah sehingga dapat menawarkan harga yang

lebih rendah daripada pesaingnya dan memenangkan penguasaan pangsa

pasar yang besar.

2. Diferensiasi (Differentiation) yaitu strategi yang digunakan perusahaan

dengan cara berkonsentrasi pada pencapaian kinerja superior dalam suatu

area yang dinilai penting oleh sebagian pasar.

3. Fokus (Focus) yaitu strategi yang digunakan perusahaan dengan cara

memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar kecil.

3. Strategi Tingkat Fungsional (functional level strategy)

Formulasi strategi fungsional dilakukan untuk tiap-tiap bidang

fungsional dari suatu perusahaan (Purwanto, 2006). Bidang fungsional utama

perusahaan meliputi strategi pemasaran, sumber daya manusia, operasional,

riset dan pengembangan, serta strategi keuangan. Strategi ini akan

menghasilkan tugas-tugas khusus yang dibentuk sebagai realisasi strategi

bisnis, yang diperlukan adalah koordinasi dari seluruh kegiatan untuk

memastikan bahwa seluruh strategi tetap konsisten.

a. Strategi Pemasaran

Yaitu perencanaan dan pengembangan secara tepat dan cermat dalam

penentuan sasaran pasar, target pasar, tujuan pemasaran dan posisi pasar

yang dirancang untuk memenuhi keinginan konsumen pasar sasaran.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

20

b. Strategi Sumber Daya Manusia

Yaitu perencanaan mengenai pendayagunaan sumber daya manusia

sebagai usaha mempertahankan dan meningkatkan kemampuan terbaik

sebuah perusahaan/industri untuk menjadi pesaing yang mampu

memenangkan dan menguasai pasar, melalui tenaga kerja yang

dimilikinya.

c. Strategi Operasional

Yaitu perencanaan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan

sumber-sumber daya (sumber daya manusia, alat dan sumber lainnya)

secara efektif dan efisien sehingga menciptakan dan menambah kegunaan

suatu barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan perusahaan.

d. Strategi Riset dan Pengembangan

Strategi ini berperan dalam menghasilkan produk baru untuk bisnis dan

perusahaan secara keseluruhan dengan menemukan ide-ide produk baru

dan mengembangkan sampai produk tersebut diproduksi dan dipasarkan.

e. Strategi Keuangan

Yaitu aktivitas yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian

keuangan, serta pendistribusian aset-aset keuangan perusahaan. Aktivitas

yang dilakukan perusahaan pada umumnya berhubungan dengan

penentuan keputusan investasi jangka panjang, perolehan dana untuk

investasi tersebut, serta pelaksanaan kegiatan operasional.

2.6 Manajemen Biaya

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan

pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang

harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap risiko kegagalan. Oleh

karena itu, biaya proyek perlu dikelola dengan baik sehingga kemungkinan

terjadinya overrun biaya bisa diminimumkan (Dipohusodo,1996).

2.6.1 Biaya Proyek

Biaya proyek adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan

dalam menyelesaikan suatu proyek. Secara garis besar biaya proyek dapat

dibagi menjadi dua yaitu :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

21

1. Biaya Langsung (direct cost)

Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang

akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek (Soeharto,

1995). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang langsung

berhubungan dengan konstruksi ataupun suatu proyek tertentu,

antara lain:

a. Biaya bahan/material

b. Upah buruh

c. Biaya peralatan

d. Biaya subkontraktor

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen,

supervisi dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian

proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi

diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek (Soeharto,

1995).

Biaya tidak langsung terdiri dari:

a. Biaya overhead

b. Biaya tak terduga

c. Keuntungan/profit

d. Penalti/bonus

Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai

biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Pilcher,

1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya

proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini

perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah

sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan

dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka

makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1995).

2.6.2 Pengertian Pembengkakan Biaya

Kegiatan proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

22

dan dimaksudkan untuk mengasilkan produk yang kreteria mutunya telah

digariskan dengan jelas. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan

yang harus dipenuhi yaitu :

1. Biaya (anggaran) yang dialokasikan

2. Jadwal (waktu)

3. Mutu yang harus dipenuhi.

Ketiga hal tersebut merupakan parameter yang penting bagi penyelenggara

proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek (Soeharto, 1999). Ketiga

batasan di atas sesungguhnya saling tarik menarik, yang artinya jika ingin

meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak maka

umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat

pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaiknya bila ingin menekan

biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. Jika biaya

atau waktu yang dikeluarkan melebihi jumlah yang diperkirakan maka dikatakan

menjadi pembengkakan. Semakin besar ukuran proyek semakin besar potensi

terjadi pembengkakan (Soeharto, 1997).

Pembengkakan biaya dapat terjadi akibat kesalahan yang terjadi pada

setiap bagian dari kegiatan tahapan konstruksi. Hal-hal yang jadi permasalahan,

antara lain (Dipohusodo,1996) :

1. Tahap pengembangan konsep

a) Wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat perencanaan di bidang

konstruksi.

b) Ketidakmampuan mengungkap fakta-fakta keadaan di lokasi proyek

seperti lokasi proyek dan cuaca setempat.

c) Tidak lancarnya komunikasi antar anggota tim proyek dalam menyusun

konsep dan kriteria rencana pelaksanaan proyek.

2. Tahap perencanaan

a) Kelalaian dalam perencanaan.

b) Menggunakan teknik estimasi yang buruk.

c) Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

d) Kegagalan menafsirkan risiko-risiko yang dapat terjadi.

e) Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

23

f) Kesalahan dalam perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan.

3. Tahap pelelangan

a) Kesalahan dalam menggunakan sistem pelelangan.

b) Kurang cermat dan telitinya teknik penawaran.

c) Persetujuan pelelangan yang terlalu cepat.

d) Menentukan batas biaya penawaran yang tidak cermat.

4. Tahap pelaksanaan konstruksi

a) Harga material yang terlalu tinggi.

b) Kesalahan dimensi/ukuran pekerjaan dalam pelaksanaan.

c) Produktivitas tenaga kerja yang rendah.

d) Kesalahan dalam memilih jenis alat.

e) Spesifikasi bahan yang tidak cocok.

f) Pengiriman bahan yang terlambat.

Dengan demikian apabila di dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan

kualitas hasil pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang

disengaja maupun tidak, risiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Bahkan

segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan

waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung risiko sanksi denda, yang

pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya.

Dengan demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas

dalam proses konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi, dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat

(Dispohusodo, 1996).

2.6.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya pada

Proyek Konstruksi

Dari penjelasan di atas mengenai permasalahan-permasalahan yang dapat

terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi, maka Darmawan (2004)

menggolongkan permasalahan tersebut di atas menjadi beberapa faktor penyebab

terjadinya pembengkakan biaya pada proyek konstruksi, yaitu :

1. Perencanaan

2. Estimasi biaya

3. Aspek keuangan proyek

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

24

4. Material

5. Tenaga kerja

6. Waktu pelaksanaan

7. Peralatan

8. Hubungan kerja

Beberapa hal yang mempengaruhi setiap faktor tersebut akan diterangkan

sebagai berikut :

1. Perencanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah kelalaian dalam perencanaan, kesalahan dalam

memperhitungkan jangka waktu proyek yang dibutuhkan, kesalahan dalam

mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja, serta kegagalan dalam

mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

2. Estimasi biaya, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah data dan informasi proyek yang kurang lengkap,

ketidaktepatan estimasi, tidak memperhitungkan biaya tak terduga, dan tidak

memperhatikan faktor risiko pada lokasi, serta tidak memperhitungkan

kondisi ekonomi umum.

3. Aspek keuangan proyek, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain cara pembayaran tidak sesuai dengan

kontrak, pengendalian/kontrol keuangan yang tidak baik, dan tingginya suku

bunga pinjaman bank.

4. Material, hal-hal yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya antara lain

adanya kenaikan harga material, keterlambatan/kekurangan bahan, dan

kontrol kualitas bahan yang buruk.

5. Tenaga kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah kekurangan tenaga kerja, kenaikan upah tenaga kerja,

dan produktivitas tenaga kerja yang buruk.

6. Waktu pelaksanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain adalah keterlambatan jadwal karena

pengaruh cuaca, jangka waktu kontrak dan sering terjadinya penundaan

pekerjaan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

25

7. Peralatan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya

antara lain adalah tingginya harga sewa peralatan, kondisi alat yang

produktivitasnya rendah, kesalahan dalam memilih jenis alat, kesalahan

dalam menghitung jam kerja alat, dan tingginya biaya transportasi peralatan.

8. Hubungan kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya adalah tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan, terlalu banyak

pengulangan karena mutu jelek, kurangnya koordinasi antara pengawas,

perencana dan kontraktor.

Selain faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi tersebut,

faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi menurut Fahirah (2005)

antara lain sebagai berikut :

1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap.

2. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi.

3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies).

4. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan konstruksi.

5. Ketidak tepatan WBS (Work Breakdown Structure).

6. Ketidak tepatan estimasi biaya.

7. Menggunakan teknik estimasi yang salah.

8. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan.

9. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek.

10. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama.

11. Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja) dan pelaksanaan

proyek.

12. Hubungan kurang baik antara owner-perencana–kontraktor.

13. Kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor.

14. Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek.

15. Manager proyek tidak kompeten/cakap.

16. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek.

17. Spesifikasi yang tidak lengkap.

18. Sering terjadi perubahan desain.

19. Dokumen kontrak yang tidak lengkap.

20. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

26

21. Adanya kenaikan harga material.

22. Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan.

23. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan.

24. Pemakaian bahan/material yang salah.

25. Pemakaian bahan/material yang diimpor.

26. Pencurian bahan/material.

27. Kerusakan material.

28. Produksi material di luar lokasi proyek.

29. Kekurangan tenaga kerja.

30. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja.

31. Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah.

32. Harga/sewa peralatan yang tinggi.

33. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi.

34. Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana.

35. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu.

36. Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman

37. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan.

38. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca.

39. Jadwal waktu kontrak diperpendek.

40. Sering terjadi penundaan pekerjaan.

41. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah.

42. Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putra (2015), diperoleh faktor yang

paling mempengaruhi terjadinya risiko pembengkakan biaya konstruksi pada

proyek pembangunan gedung di Kabupaten Badung yaitu pada faktor internal

variabel kekuatan, tiga indikator yang memiliki bobot tertinggi secara berurutan

yaitu :

1. Kualitas produk

2. Kemampuan produktifitas tenaga kerja

3. Ketersediaan tenaga kerja

Sedangkan variabel kelemahan, tiga indikator yang memiliki bobot terendah

secara berurutan yaitu :

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

27

1. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap

2. Hutang perusahaan

3. Teknik estimasi yang salah

Pada faktor eksternal variabel peluang, tiga indikator yang memiliki bobot

tertinggi secara berurutan yaitu :

1. Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama

2. Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian pinjaman

3. Peningkatan anggaran pemerintah (APBN & APBD)

Sedangkan variabel ancaman, tiga indikator yang memiliki bobot terendah secara

berurutan yaitu :

1. Keterlambatan kedatangan material oleh supplier

2. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang $US

3. Kenaikan harga material

2.7 Pengelompokan Faktor Risiko Pembengkakan Biaya ke dalam SWOT

Pengelompokan faktor risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan

proyek konstruksi ke dalam SWOT, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu faktor internal

dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi 2 (dua) indikator, yaitu :

- Indikator Kekuatan, terdiri dari :

a. Pengalaman tenaga kerja

b. Kemampuan produktifitas tenaga kerja

c. Hubungan personal yang baik antarpekerja di lapangan

d. Komunikasi antaranggota tim proyek di lapangan

e. Koordinasi dan pengawasan di lapangan

- Indikator Kelemahan, terdiri dari :

a. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap

b. Kontraktor tidak dapat merealisasikan pembayaran termin sesuai rencana

c. Pengendalian biaya yang buruk

d. Ketidaktepatan estimasi biaya

e. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

28

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal meliputi 2 (dua) indikator, yaitu :

- Indikator Peluang, terdiri dari :

a. Ketersediaan bahan baku/material

b. Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama

c. Supplier material yang berada dekat dengan kawasan proyek

d. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah

e. Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian

pinjaman

- Indikator Ancaman, terdiri dari :

a. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

b. Kenaikan harga material

c. Pencurian material

d. Keterlambatan kedatangan material oleh supplier

e. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca

2.8 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa

pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan

potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan

pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan atau kriteria penggunaan

teknologi dan atau kriteri besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan).

2.8.1 Penetapan Kualifikasi

1. Badan Usaha yang berbadan hukum yang bersifat umum tanpa

pengalaman atau baru berdiri dan memenuhi persyaratan serta memiliki

modal disetor sama atau lebih dari Rp. 1 miliar tercantum dalam akta

pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi M2 dan

maksimum 4 (empat) sub bidang pekerjaan atau bagian sub bidang

pekerjaan.

2. Badan Usaha kualifikasi M2 sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas

setelah 6 (enam) bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

29

subbidang atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan

perolehan pekerjaan dari subbidang atau bagian subbidang pekerjaan

yang dimilikinya, dengan melampirkan bukti perolehan pekerjaan

tersebut, batas jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan untuk

kualifikasi M2.

3. Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman

atau baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta memiliki modal

disetor sama atau lebih besar dari Rp. 1 miliar yang tercantum dalam

akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi

M2 satu sub bidang pekerjaan.

4. Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan

memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 miliar

dan yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau

perubahannya, dapat diberi kualifikasi K2 dengan maksimum 4 (empat)

sub bidang atau bagian sub bidang pekerjaan

5. Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi

persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang

tercantum didalam akta pendirian atau perubahannya , dapat diberi

kualifikasi K2, dengan maksimum diberi satu sub bidang atau satu

bagian sub bidang pekerjaan.

2.8.2 Penjelasan Kualifikasi

Kualifikasi K1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi K1 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Koperasi atau

Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha PT-PMA. Minimal memiliki

Surat Keterampilan Teknik (SKT) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab

Teknik (PJT).

Kualifikasi K2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1,75 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi K2 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Koperasi atau

Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha PT-PMA. Minimal memiliki

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

30

Surat Keterampilan Teknik (SKT) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab

Teknik (PJT).

Kualifikasi K3 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 2,5 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi K3 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Koperasi atau

Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha Perseroan terbatas Penanam

Modal Asing (PT-PMA). Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik (SKT)

untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT).

Kualifikasi M1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 10 milyar. Badan usaha untuk

kualifikasi M1 dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi atau

Perseroan Komanditer (CV), tidak termasuk badan usaha Penanam Modal Asing

(PT-PMA). Menimal memiliki Surat Keterampilan Teknik (SKT) untuk

ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT).

Kualifikasi M2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan Rp. 50 milyar. Badan

usaha untuk kualifikasi M2 harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT), tidak

termasuk badan usaha Penanam Modal Asing (PT-PMA). Memiliki Sertifikat

Keterangan Ahli (SKA) minimal ahli muda untuk ditetapkan sebagai Penanggung

Jawab Teknik (PJT) dan Penanggung Jawab Bidang (PJB).

Kualifikasi B1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai Rp. 250 milyar. Badan usaha

untuk kualifikasi B1 harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT). Memiliki Sertifikat

Keterangan Ahli (SKA) minimal ahli madya untuk Penanggung Jawab Teknik

(PJT) dan Sertifikat Keterangan Ahli (SKA) minimal ahli muda untuk

Penanggung Jawab Bidang (PJB).

Kualifikasi B2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai

pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan tidak terbatas. Badan

usaha untuk kualifikasi B2 harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT), termasuk

badan usaha Penanam Modal Asing (PT-PMA). Memiliki Sertifikat Keterangan

Ahli (SKA) minimal ahli madya untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab

Teknik (PJT).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

31

Tabel 2.1 Kualifikasi Pekerjaan Kontraktor

Kualifikasi Pekerjaan Kontraktor

Kualifikasi Golongan Batas Nilai Proyek Pekerjaan

B2 Besar > 1 M s/d tak terbatas

B1 Besar > 1 M s/d 250 M

M2 Menengah > 1 M s/d 50 M

M1 Menengah ≤ 10 M

K3 Kecil ≤ 2,5 M

K2 Kecil ≤ 1,75M

K1 Kecil ≤ 1 M Sumber: Pratama (2015)

2.9 Sampel

Berikut akan dijelaskan pengertian sampel.

2.9.1 Pengertian Sampel

Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan dproses serta

tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan

sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai

ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun keuntungan dari

penggunaan sampel adalah sebagai berikut :

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan

dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar

dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian lebih efisien, yaitu dalam arti penghematan uang, waktu dan

tenaga.

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjeknya

banyak dikhawatirkan adanya bias dari orang yang mengumpulkan

data. Misalnya staf pengumpul data mengalami kelelahan sehingga

pencatatan data tidak akurat.

4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak)

yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa

merusak semua bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring

populasi yang jumlahnya banyak.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

32

2.9.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara

mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat

mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Secara umum ada dua macam teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian (Riduwan, 2013), yaitu :

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan

untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel, yang tergolong teknik

probability sampling yaitu :

a. Simple random sampling

Adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara

acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota

populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi

dianggap homogen (sejenis).

b. Proportionate stratified random sampling

Adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak

dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan apabila

anggota populasinya hiterogen (tidak sejenis).

c. Disproporsionate stratified random sampling

Adalah pengambilan sampel secara acak dan berstrata tetapi

sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya dan

dilakukan apabila anggota populasinya hiterogen.

d. Area sampling (sampling daerah/wilayah)

Adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil

wakil dari setiap daerah/wilayah geografis yang ada.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

33

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak

memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi

untuk dijadikan anggota sampel. Menurut Sugiyono (2012) yang

tergolong dalam teknik ini antara lain :

a. Sampling sistematis

Adalah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi

yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari

populasi pada jarak interval waktu dan ruang dengan urutan yang

seragam.

b. Sampling kuota

Adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau

pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan tertentu dari peneliti.

c. Sampling aksidental

Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas,

artinya siapa saja secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti

dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat

digunakan sebagai sampel (responden).

d. Purposive sampling (sampling pertimbangan)

Adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti

mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam

pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan

tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang ahli yang patut

memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang

diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus

yang mana aspek dari kasus tunggal yang representative diamati

dan dianalisis. Dalam penelitian untuk tugas akhir ini digunakan

teknik purposive sampling.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

34

e. Sampling jenuh

Adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi

digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus.

Sampling jenuh dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang.

f. Snowball sampling

Adalah teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian

anggota sampel mengajak para sahabatnya untuk dijadikan

sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak

jumlahnya.

2.10 Uji Validitas Kuisioner

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.

Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrument (alat ukur) yang digunakan

dalam melakukan pengukuruan tentang apa yang diukur. Validitas berguna untuk

mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrument dinyatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat menunjukan data variabel yang diteliti

secara tepat. Jika r hitung lebih dari r tabel maka item yang dianalisis dinyatakan

valid dan sebaliknya (IKIP PGRI Bojonegoro, 2013). Pada penelitian ini,

pengujian validitas hasil kuesioner menggunakan bantuan aplikasi Excel 2013.

Data dari hasil penyebaran kuesioner selanjutnya akan di korelasikan dengan

menggunakan menu data analysis yang terdapat pada Excel untuk menguji valid

tidaknya kuesioner tersebut. Dalam perhitungan manualnya uji validitas pada

dasarnya digunakan korelasi Pearson dengan persamaan (Usman dan Akbar,

2012) :

pers. (2.1)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi suatu butir/item

n = Jumlah responden

X = Skor suatu butir/item

Y = Skor total

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

35

2.11 Uji Reliabilitas Kuesioner

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur

dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil

yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Reliabilitas dapat dikatakan bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai pengumpul data. Sebuah instrument dikatakan baik apabila

mampu mengarahkan responden untuk memilih jawaban- jawaban tertentu, dan

instrument yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya apabila data

memang sesuai dengan kenyataan. Jika tingkat reliabilitas instrumen lebih besar

0,7 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel dan sebaliknya (IKIP PGRI

Bojonegoro, 2013). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

bantuan aplikasi Microsoft Excel 2013. Sebelum pengujian reliabilitas dengan

menggunakan menu data analysis yang terdapat pada Excel, data akan dibagi

mejadi dua bagian yaitu ganjil dan genap teknik ini sering disebut dengan teknik

belah dua (split halp). Untuk perhitungan manual uji reliabilitas menggunakan

teknik belah dua (split halp) setelah data dibagi menjadi dua bagian ganjil dan

genap dan dihitung masing-masing total bagian setelah itu hasil total dari bagian

genap dan ganjil ini akan di korelasikan dengan menggunakan rumus korelasi

Pearson (2.1) seperti diatas.

2.12 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan

penelitian. Data populasi atau data sampel yang sudah terkumpul, jika digunakan

untuk keperluan informasi, baik berupa laporan dalam penelitian hendaknya

diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas. Langkah-langkah dalam

pengolahan data dapat dilakukan seperti menyusun data, klasifikasi data, dan

interpretasi hasil pengolahan data (Riduwan, 2013).

2.13 Skala Pengukuran

Pengukuran adalah penetapan atau pemberian angka terhadap obyek

menurut aturan tertentu. Maksud dari pengukuran ini untuk mengklasifikasikan

variabel yang diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

36

data dan langkah penelitian selanjutnya (Riduwan, 2013). Jawaban didalam

kuesioner merupakan kualitatif karena dinyatakan dalam bentuk kata bukan

angka. Kemudian data kualitatif ini harus dikualifikasi atau diubah terlebih dahulu

menjadi data kuantitatif dengan cara memberi skor atau memberi rangking

tertentu agar bisa diproses secara statistik dengan analisis SWOT.

Dalam mengukur tingkat penanganan yang dilakukan berdasarkan

pengalaman mengenai risiko proyek terhadap faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mengakibatkan

terjadinya risiko pembengkakan biaya kontruksi digunakan Skala Likert untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang

kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub

variabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Akhirnya indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat

item instrument yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh

responden.

2.14 Analisis Data

Berikut akan dijelaskan mengenai analisis data.

2.14.1 Internal Factor Analysis System (IFAS) dan External Factor Analysis

System (EFAS)

Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat

faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu

(Fahmi, 2013) :

a. Faktor Internal

Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses

(S dan W). Dimana faktor ini menyangkut kondisi-kondisi yang terjadi dalam

perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan

keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua

macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya

manusia, dan budaya perusahaan (corporate culture)

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

37

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats

(O dan T). Dimana faktor ini menyangkut kondisi-kondisi yang terjadi di luar

perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor

ini mencakup lingkungan industri (industry environment) dan lingkungan bisnis

makro (macro environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan,

dan sosial budaya.

Faktor internal dan eksternal memiliki variabel yang didalamnya terdapat

indikator-indikator yang dapat di identifikasi dengan syarat (Kusuma,2013) :

Bobot > rata-rata kategori kekuatan dan peluang

Bobot < rata-rata kategori kelemahan dan ancaman

pers. (2.2)

pers. (2.3)

Menurut Rangkuti (2015), setelah faktor-faktor internal dan eksternal

perusahaan diidentifikasi, disusun suatu tabel IFAS (Internal Factor Analysis

System) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis System) untuk merumuskan faktor-

faktor strategi internal dan eksternal tersebut dalam kerangka Strength, Weakness,

Opportunity, dan Threat perusahaan.

2.14.2 Metode SWOT

Setelah mengetahui peristiwa risiko yang dominan atau sering terjadi maka

dilanjutkan dengan pengkajian untuk menganalisis strategi penanganannya, yaitu

mengungkapkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity), dan ancaman (threat). Metode yang biasa digunakan adalah metode

Analisis SWOT, Balanced Score Card (BSC), dan Matrik Grand Strategy.

Analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2015). Analisis SWOT dapat

diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang

mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

38

matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu

mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,

bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan

(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana

kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan

terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu

membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman

baru.

Metode analisis SWOT dianggap sebagai metode analisis yang paling

dasar, bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4

(empat) sisi yang berbeda. Hasil dari analisis biasanya berupa arahan ataupun

rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan

dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari

ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat

sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Analisis ini berperan

sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu

perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan

harus dihadapi (Sora, 2015). Pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan (strengths) adalah sumber daya, keterampilan atau

keunggulan lain terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu

perusahaan.

2. Kelemahan (weaknesses) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam

sumber daya manusia, keterampilan dan kemampuan yang secara

serius menghalangi kinerja efektif perusahaan.

3. Peluang (opportunities) adalah situasi atau kecenderungan utama yang

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

4. Ancaman (threats) adalah situasi atau kecenderungan utama yang

tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama

yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu institusi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

39

membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang

mempengaruhi proses pencapaian tujuan institusi.

Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan

pengembangan visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan (Erlina, 2009). Dengan

demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor

strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada

saat ini. Ada 2 (dua) macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

a. Matrik SWOT

Matrik SWOT menampilkan delapan kotak seperti Tabel 2.2, yaitu dua paling

atas adalah kotak faktor internal (kekuatan dan kelemahan) sedangkan dua kotak

sebelah kiri adalah faktor eksternal (peluang dan tantangan). Empat kotak lainnya

merupakan kotak alternatif strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan

antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Tabel 2.2 Matriks SWOT

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O) Strategi SO

Comparative Advantage

Strategi WO

Divestment

Threats (T) Strategi ST

Mobilization

Strategi WT

Damage Control

Sumber : Rangkuti (2015)

Keterangan :

1. Strategi SO (Comparative Advantages)

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga

memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang

lebih cepat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi WO (Divestment/Investment)

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari

luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang

kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat

IFAS

EFAS

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

40

dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk

menggarapnya.

3. Strategi ST (Mobilization)

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus

dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan

organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan

kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

4. Strategi WT (Damage Control)

Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena

merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari

luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang

besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage

Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah

dari yang diperkirakan.

b. Analisis SWOT

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang

(Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).

Gambar 2.1 Diagram analisis SWOT Sumber : Rangkuti (2015)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

41

1. Kuadran I : Strength-Opportunity (SO-(positif, positif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi

dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk

terus memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2. Kuadran II : Strength-Threat (ST-(positif, negatif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda

organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya

bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi

disarankan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

3. Kuadran III : Weakness-Opportunity (WO-(negatif, positif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun menghadapi

peluang pasar yang sangat besar. Rekomendasi strategi yang diberikan

adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah

strategi sebelumnya dengan meminimalkan masalah-masalah internal

perusahaan, sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadran IV : Weakness-Threat (WT-(negatif, negatif))

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi

Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan

dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan

strategi bertahan dengan mengendalikan kinerja internal agar tidak

semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya

membenahi diri.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · fenomena alam, seperti gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan

5

ANALISIS STRATEGI PENANGANAN RISIKO PEMBENGKAKAN BIAYA PADA PELAKSANAAN

PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus : Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Kabupaten Jembrana)

TUGAS AKHIR

BAB III

METODE PENELITIAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2016