bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/adyatama ismail setya budi...

37
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanah Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004) dengan Koordinat geografis 6°LU-11°08'LS dan dari 95°'BT-141°45'BT. Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. total darat: 1.922.570 km² 2. daratan non-air: 1.829.570 km² 3. daratan berair: 93.000 km² 4. lautan: 3.257.483 km² Tanah adalah lapisan bumi paling atas yang terbentuk dari proses pengendapan batuan dan bahan-bahan organik. Di Indonesia, terdapat banyak jenis tanah mulai dari yang berupa tanah gembur sampai jenis tanah yang tandus (http://mbahkarno.blogspot.com). Selengkapnya tentang jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Tanah organik (gambut) disebut juga tanah organosol atau histosol. Banyak terdapat di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Penggunaan tanah ini umumnya digunakan untuk perkebunan; 2. Grumusol, tanah berasal dari batuan induk batu kapur dan tuffa vulkanik, kandungan organiknya rendah. Ada di Jawa bagian Timur, Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Upload: trinhngoc

Post on 19-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanah

Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004)

dengan Koordinat geografis 6°LU-11°08'LS dan dari 95°'BT-141°45'BT.

Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. total darat: 1.922.570 km²

2. daratan non-air: 1.829.570 km²

3. daratan berair: 93.000 km²

4. lautan: 3.257.483 km²

Tanah adalah lapisan bumi paling atas yang terbentuk dari proses

pengendapan batuan dan bahan-bahan organik. Di Indonesia, terdapat

banyak jenis tanah mulai dari yang berupa tanah gembur sampai jenis

tanah yang tandus (http://mbahkarno.blogspot.com).

Selengkapnya tentang jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tanah organik (gambut) disebut juga tanah organosol atau

histosol. Banyak terdapat di Sumatra, Kalimantan dan Papua.

Penggunaan tanah ini umumnya digunakan untuk perkebunan;

2. Grumusol, tanah berasal dari batuan induk batu kapur dan tuffa

vulkanik, kandungan organiknya rendah. Ada di Jawa bagian Timur,

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

10

Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku. Cocok untuk palawija dan

perkebunan;

3. Latosol tersebar luas di Indonesia, batuan pembentuknya berasal dari

batuan beku, sedimen dan metamorf. Penggunaan lahan umumnya

persawahan danlahan kering, tergantung pada ketersediaan airnya.

Cocok untuk padi, palawija, dan perkebunan;

4. Andosol kebanyakan terdapat di Sumatera dan Jawa, yaitu pada

daerah vulkanik aktif, yaitu pada lereng vulkan atas dengan bahan abu

vulkanik dan tuff. Penggunaan lahannya untuk pertanian sayuran dan

perkebunan;

5. Aluvial, berasal dari endapan lumpur halus cocok untuk padi,

palawija, danperkebunan. Tanah alluvial tergantung asal endapannya,

vulkanis atau batugamping;

6. Podsol, tekstur tanah berupa pasir, kandungan bahan organik sedang.

Tanah podsol banyak dijumpai di sepanjang sungai-sungai besar

Sumatera, Kalimantan, dan Irian (http://dwi-jo.blogspot.com).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian

mengenai tanah, yaitu “permukaan bumi” atau “lapisan bumi yang di atas

sekali”. Pengertian tanah diatur dalam Pasal 4 UUPA dinyatakan sebagai

berikut:

Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud

dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas

permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada

dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama

dengan orang lain serta badan-badan hukum.

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

11

Dengan demikian, yang dimaksud istilah tanah dalam Pasal di atas

ialah permukaan bumi. Makna permukaan bumi sebagai bagian dari tanah

yang dapat dihaki oleh setiap orang atau badan hukum. Oleh karena itu,

hak-hak yang timbul di atas hak atas permukaan bumi (hak atas tanah)

termasuk di dalamnya bangunan atau benda-benda yang terdapat di

atasnya merupakan suatu persoalan hukum. Persoalan hukum yang

dimaksud adalah persoalan yang berkaitan dengan hubungan antara tanah

dengan tanaman dan bangunan yang terdapat di atasnya. Menurut Boedi

Harsono, dalam hukum tanah Negara-negara dipergunakan apa yang

disebut asas accessie atau asas “pelekatan”. Makna asas pelekatan, yakni

bahwa bangunan-bangunan dan benda-benda/tanaman yang terdapat di

atasnya merupakan satu kesatuan dengan tanah, serta merupakan bagian

dari tanah yang bersangkutan (Supriadi, 2010: 3).

2. Pendaftaran Tanah

Dalam UUPA mengatur mengenai pendaftaran tanah, namun tidak

memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah.

Begitu pula dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang

Pendaftaran Tanah, juga tidak memberikan pengertian apa yang dimaksud

dengan pendaftaran tanah. Menurut A.P Parlindungan, pendaftaran tanah

berasal dari kata Cadastre (bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis

untuk record (rekaman), menunjukan kepada luas, nilai, dan kepemilikan

(atau lain-lain alas hak) terhadap suatu bidang tanah, sedangkan kadaster

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

12

yang modern bisa terjadi atas peta yang ukurannya besar dan daftar-daftar

yang berkaitan (Urip Santoso, 2012: 286).

Lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 juga

menyebutkan tentang pengertian pendaftaran tanah yaitu pada Pasal 1

angka 1 menyatakan bahwa Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan

dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan

penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta

dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,

termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah

yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-

hak tertentu yang membebaninya (Vitri Rahmawati, 2010: 13).

Dari pengertian pendaftaran tanah tersebut di atas dapat diuraikan

unsur-unsurnya, yaitu:

1. Adanya serangkaian kegiatan

Kata-kata “serangkaian kegiatan” menunjuk kepada adanya berbagai

kegiatan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah , yang berkaitan

satu dengan yang lainnya, berturutan menjadi satu kesatuan rangkaian

yang bermuara pada tersedianya data yang diperlukan dalam rangka

memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan bagi

rakyat.

Kegitatan pendaftaran tanah terdiri atas kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali, bentuk kegiatannya adalah pengumpulan dan

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

13

pengolahan data fisik, pembuktian hak dan pembukuannya, penerbitan

sertipikat, penyajian data fisik dan data yuridis, dan penyimpanan

daftar umum dan dokumen, dan kegiatan pemeliharaan data pendaftran

tanah, bentuk kegiatan adalah pendaftaran peralihan dan pembebanan

hak, dan pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya

2. Dilakukan oleh Pemerintah

Penyelengaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat modern

merupakan tugas Negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah bagi

kepentingan rakyat dalam rangka memberikan jaminan kepastian

hukum di bidang pertanahan. Instansi pemerintah yang

menyelenggarakan pendaftaran tanah adalah Badan Pertanahan

Nasional (BPN), sedangkan dalam pelaksanaanya dilakukan oleh

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

3. Secara terus-menerus, berkesinambungan

Kata-kata “terus menerus, berkesinambungan” menunjuk kepada

pelaksanaan kegiatan, yang sering sekali dimulai tidak akan ada

akhirnya. Data yang sudah terkumpul dan tersedia harus selalu

dipelihara, dalam arti disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang

terjadi kemudian hingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir.

Kegiatan pendaftaran untuk pertama kali menghasilkan tanda bukti hak

berupa sertipikat. Dalam kegiatan pendaftaran tanah dapat terjadi

peralihan hak, pembebanan hak, perpanjangan jangka waktu hak atas

tanah, pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah,

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

14

pembagian hak bersama, hapusnya hak atas tanah dan hak milik atas

satuan rumah susun, peralihan dan hapusnya hak tanggungan,

perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan atau penetapan

pengadilan, dan perubahan nama pemegang hak harus didaftarkan ke

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat hingga tetap sesuai

dengan keadaan yang terakhir.

4. Secara teratur

Kata “teratur” menunjukan bahwa semua kegiatan harus berlandaskan

peraturan perundang-undangan yang sesuai, karena hasilnya akan

merupakan data bukti menurut hukum, biarpun daya kekuatan

pembuktiannya tidak selalu sama dalam hukum negara-negara yang

menyelenggarakan pendaftaran tanah.

5. Bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun

Kegiatan pendaftaran tanah dilakukan terhadap Hak Milik, Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan Tanah

Wakaf, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, Hak Tanggungan, dan

Tanah Negara.

6. Pemberian surat tanda bukti hak

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya menghasilkan surat

tanda bukti hak berupa sertipikat atas bidang-bidang tanah yang sudah

ada haknya dan sertipikat hak milik atas satuan rumah susun.

Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan,

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

15

tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan

yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang

bersangkutan.

7. Hak-hak tertentu yang membebaninya

Dalam pendaftaran tanah dapat terjadi objek pendaftaran tanah

dibebani dengan hak yang lain, misalnya Hak Milik, Hak Guna Usaha,

Hak Guna Bangunan, Hak pakai, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah

susun dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan, atau

Hak Milik atas tanah dibebani dengan Hak Guna Bangunan atau Hak

Pakai (Urip Santoso, 2010: 14).

Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan

Nasional (BPN) yaitu sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen

yang bidang tugasnya meliputi bidang pertanahan. Kantor Pertanahan

adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah Kabupaten

atau kotamadya, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan

pemeliharaan daftar umum pendaftran tanah. Dalam melaksanakan

tugasnya BPN dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya

disebut PPAT yaitu Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta-akta atas tanah (Florianus SP Sangsun, 2009, 19).

Dalam struktur organisasi, Badan Pertanahan Nasional dibagi

tiga berdasarkan wilayah, yaitu:

1. Di Tingkat Pusat (Ibu Kota Republik Indonesia) dibentuk Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia ( BPNRI)

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

16

2. Di Tingkat Provinsi dibentuk Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi (Kanwil BPN Provinsi)

3. Di Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Kantor Badan Pertanahan

Kabupaten/Kota (Kantah Kabupaten/Kota)

(Urip Santoso, 2012: 297).

Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah No. 24

Tahun 1997. Pejabat-pejabat yang membantu Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendaftaran tanah

antara lain:

a. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Peran PPAT dalam pelaksanaan pendaftaran tanah ialah dalam

hal pembuatan akta pemindahan hak dan akta pemberi Hak

Tanggungan atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah

Susun;

b. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)

Peran PPAIW dalam pelaksanaan pendaftaran tanah adalah

dalam hal pembuatan Akta Ikrar Wakaf tanah Hak Milik;

c. Pejabat dari Kantor Lelang

Peran pejabat dari Kantor Lelang dalam pelaksanaan

pendaftaran tanah adalah dalam hal pembuatan Berita Acara

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

17

Lelang atas hak atas tanah atau hak atas tanah atau hak milik

atas satuan rumah susun;

d. Panitia Ajudikasi

Peran Panitia Ajudikasi dalam pelaksanaan pendaftran tanah

adalah dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik.

Semua kegiatan dalam pendaftaran tanah secara sistematik dari

awal hingga penandatanganan sertipikat hak atas tanah

dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi (Vitri Rahmawati,

2010: 43).

Dalam kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat

dilakukan melalui dua (2) cara yaitu secara sistematik dan secara

sporadik.

a. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak, yang

meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar

dalam wilayah suatu desa atau kelurahan. Pendaftaran tanah secara

sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan

pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta

dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Adrian Sutedi,

2009: 136);

b. Pendaftaran tanah secara sporadik dalam Pasal 1 ayat (11) PP 24

Tahun 1997 yaitu pendaftaran tanah mengenai bidang-bidang tanah

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

18

atas permintaan pemegang atau penerima hak yang bersangkutan

secara individual atau massal (Boedi Harsono, 1999: 72).

3. Tujuan pendaftaran tanah

Tujuan memberikan kepastian hukum merupakan tujuan utama

dalam pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan oleh Pasal 19

UUPA. Maka memperoleh sertipikat bukan sekedar fasilitas melainkan

merupakan hak pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh Undang-

undang.

Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tujuan diadakannya pendaftaran tanah adalah:

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah; satuan rumah susun dan hak-

hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya

sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Tujuan memberikan

jaminan kepastian hukum merupakan tujuan utama dalam pendaftaran

tanah sebagaimana yang ditetapkan oleh Pasal 19 UUPA. Maka

memperoleh sertipikat, bukan sekedar fasilitas, melainkan merupakan

hak pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh undang-undang.

Jaminan kepastian hukum sebagai tujuan pendaftaran tanahmeliputi:

1) Kepastian status hak yang didaftar

Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui dengan

pasti status hak yang didaftar, misalnya Hak Milik, Hak Guna

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

19

Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pengelolaan, Hak Tanggungan,

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun atau Tanah Wakaf;

2) Kepastian subjek hak

Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui dengan

pasti pemegang haknya, apakah perseorangan (warga Negara

Indonesia atau orang asing yang berkedudukan di Indonesia),

sekelompok orang secara bersama-sama, atau badan hukum;

3) Kepastian objek hak

Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui dengan

pasti letak tanah, batas tanah, dan ukuran (luas) tanah.

Letak tanah berada di jalan, kelurahan/desa, kecamatan,

kabupaten/kota, dan provinsi mana. Batas-batas tanah meliputi

sebelah utara, selatan, timur, dan barat berbatasan dengan tanah

siapa atau tanah apa. Ukuran (luas) tanah dalam bentuk meter

persegi.

Untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan

hukum dalam pendaftaran tanah, kepada pemegang yang

bersangkutan diberikan sertipikat sebagai tanda buktinya;

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan

hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun

yang sudah terdaftar.

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

20

Dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan

untuk terciptanya suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah

sehingga pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah maupun

masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang data

fisik dan data yuridis di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota apabila

mau mengadakan suatu perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar, misalnya

pengadaan tanah untuk kepentingan pemerintah atau perusahaan

swasta, jual beli, lelang, pembebanan Hak Tanggungan.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan

Program Pemerintah di bidang pertanahan dikenal dengan Catur Tertib

Pertanahan, yaitu Tertib Hukum Pertanahan, Tertib Administrasi

Pertanahan, Tertib Penggunaan Tanah, dan Tertib Pemeliharaan Tanah

dan Kelestarian Lingkungan Hidup (Urip Santoso, 2010: 20).

Untuk mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan dilakukan

dengan menyelenggarakan pendaftaran tanah yang bersifat rechts

cadaster. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan

dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan. Oleh

karena itu dalam mewujudkan tertib administrasi pertanahan, setiap

bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan,

pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas

satuan rumah susun wajib didaftar (Elmaliza, 2010: 45).

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

21

4. Produk Pendaftaran Tanah

Kegiatan pendaftaran tanah yang akan menghasilkan tanda bukti

hak atas tanah yang disebut sertipikat, merupakan realisasi salah satu

tujuan UUPA (Undang-undang Pokok Agraria). Kewajiban untuk

melakukan pendaftaran itu pada prinsipnya dibebankan kepada pemerintah

dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, daerah demi daerah

berdasarkan pertimbangan ketersediaan peta dasar pendaftaran. Di

Indonesia, dari sekitar 55 juta bidang tanah yang ada, baru sekitar 30

persen yang bersertipikat (Maria S.W. Sumardjono, 2006: 201).

Pendaftaran tanah merupakan proses administrasi yang merupakan

kewenangan dari Kantor Pertanahan untuk menghasilkan sebuah sertipikat

sebagai suatu tanda bukti hak kepemilikan atas suatu bidang tanah.

Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, suatu pengakuan

dan penegasan dari Negara terhadap penguasaan tanah secara perorangan

atau bersama atau badan hukum yang namanya ditulis di dalamnya dan

sekaligus menjelaskan lokasi, gambar, ukuran dan batas-batas bidang

tanah tersebut. Dalam bahasa inggris sertipikat hak atas tanah biasa disebut

dengan title deed, penguasaan hak atas tanah biasa disebut land ownership,

dan pemilikan atas tanah sering disebut dengan parcel atau plot. Sertipikat

sendiri dalam terminologi atau “bahasa resmi” hukum-hukum keagrariaan

ditulis sertipikat (dengan huruf p, bukan f) (Herman Hermit, 2004: 29).

Menurut PP No 24 Tahun 1997 sertipikat adalah surat tanda bukti

hak sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c yang

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

22

memuat data yuridis maupun data fisik obyek yang didaftarkan untuk hak

atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah

susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam

buku tanah. Data yuridis diambil dalam buku tanah sedangkan data fisik

diambil dari surat ukur. Sehubungan dengan hal tersebut dapat diketahui

bahwa sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat mengenai data

fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya. Sehingga data fisik dan

data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan

buku tanah yang bersangkutan (Eprinka Aprini, 2007: 22).

Buku tanah merupakan dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran yang sudah

ada haknya. Data fisik adalah keterangan mengenai letak batas dan luas

bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan

mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya, sedangkan

data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan

satuan rumah susun yang didaftar pemegang haknya dan pihak lain serta

beban-beban lain yang membebaninya (Maya Baja Sari, 2010: 30).

Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik bidang

dasar teknik dan unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan

batas-batas fisik bidang tanah.Peta pendaftaran adalah peta yang

menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan

pembukuan tanah. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran. Surat ukur

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

23

adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk

peta dan uraian. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan suatu hak atas

tanah, atau hak satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan

hukum tertentu (Florianus SP Sangsun, 2009, 22).

Maksud diterbitkannya sertipikat dalam kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat

membuktikan bahwa dirinya sebagai pemegang haknya. Sertipikat

diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai

dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.

Sifat pembuktian sertipikat sebagai tanda bukti hak disebutkan dalam

Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, yaitu sertipikat sebagai alat pembuktian

yang kuat, yaitu data fisik dan data yuridis yang dimuat dalam sertipikat

dianggap benar sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh alat bukti yang

lain yang dapat berupa sertipikat atau selain sertipikat (Urip Santoso,

2012: 317).

Sifat pembuktian sertipikat sebagai tanda bukti hak dimuat dalam

Pasal 32 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997, yaitu:

1. Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang

termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut

sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang

bersangkutan;

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

24

2. Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah sah atas nama orang atau

badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan iktikad baik dan

secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai

hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut

apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu

tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat

dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak

mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau

penerbitan sertipikat.

Ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 mempunyai kelemahan yaitu Negara tidak menjamin kebenaran

data fisik dan data yuridis yang disajikan dan tidak adanya jaminan bagi

pemilik sertipikat dikarenakan sewaktu-waktu akan mendapatkan

gugatan dari pihak lain yang merasa dirugikan atas diterbitkannya

sertipikat.

Untuk menutupi kelemahan dalam ketentuan Pasal 32 ayat (1)

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dan untuk memberikan

perlindungan hukum kepada pemilik sertipikat dari gugatan dari pihak

lain dan menjadikannya sertipikat sebagai tanda bukti yang bersifat

mutlak, maka dibuatlah ketentuan Pasal 32 ayat (2) Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 1997. Sertipikat sebagai surat tanda bukti hak

yang bersifat mutlak apabila memenuhi unsur-unsur secara kumulatif

yaitu:

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

25

1) Sertipikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum

2) Tanah diperoleh dengan iktikad baik

3) Tanah dikuasai secara nyata

4) Dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak

ada yang mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang

sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat

ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai

penguasaan tanah ataupun penerbitan sertipikat (Urip Santoso,

2012: 319).

5. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah

Dasar hukum pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 Undang-

undang No. 5 tahun 1960 yang menyebutkan bahwa: Untuk menjamin

kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh

wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) meliputi:

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;

b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat;

Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan

negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial, ekonomi serta

kemungkinan penyelenggaraannya menurut pertimbangan Menteri

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

26

Agraria. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang

bersangkutan dengan pendaftaran termasuk dalam ayat (1) di atas, dengan

ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran

biaya-biaya tersebut (http://coffeshopmahasiswa.blogspot.com).

6. Asas-asas Pendaftaran Tanah

Sudikno Mertokusumo (dalam Urip Santoso, 2012: 290)

menyatakan bahwa dalam pendaftaran tanah dikenal dua macam asas,

yaitu:

a. Asas spesialiteit

Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas dasar

peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis menyangkut

masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran peralihannya. Oleh

karena itu dalam pelaksanaan pendaftran tanah dapat memberikan

kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu memberikan data fisik

yang jelas mengenai luas tanah, letak dan batas-batas tanah;

b. Asas openbaarheid (asas publisitas)

Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek

haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana terjadinya peralihan

dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, artinya

setiap orang dapat melihatnya.

Berdasar PP No. 24 tahun 1997 pendaftaran tanah dilaksanakan

berdasarkan atas asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka.

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

27

a. Asas Sederhana

Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-

ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat

dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para

pemegang hak atas tanah;

b. Asas Aman

Asas aman mengisyaratkan agar penelitian data fisik dan yuridis dalam

prosedur perolehan pemilikan hak atas tanah dilaksanakan dengan teliti

dan cermat yang dimungkinkan menggunakan alat komputerisasi

teknologi modern sehingga tercapai tujuan pendaftaran tanah yaitu

kepastian hukum kepemilikan atas tanah;

c. Asas Terjangkau

Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang

memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan

kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam

rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh

para pihak yang memerlukan;

d. Asas Mutakhir

Asas mutakhir dimaksudkan untuk kelengkapan yang memadai dalam

pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data

yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu

perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan

yang terjadi dikemudian hari. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

28

data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan,

sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai

dengan keadaan nyata dilapangan dan masyarakat dapat memperoleh

keterangan mengenai data yang benar setiap saat;

e. Asas Terbuka

Asas ini dimaksudkan agar data pendaftaran tanah yang tersedia dapat

diinformasikan kepada pemegangnya atau kepada pihak lain yang

membutuhkan untuk digunakan sesuai prosedur yang berlaku (Boedi

Harsono, 1999: 72).

7. Sistem Publikasi Dalam Pendaftaran Tanah

a. Sistem publikasi positif

Dalam sistem ini orang atau badan hukum yang terdapat dalam daftar

umum yang mempunyai kekuatan bukti merupakan pemegang hak yang

sah menurut hukum, sehingga apa yang terdaftar dalam daftar umum

dan surat-surat bukti yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang

mutlak. Pada sistem ini jaminan lebih kuat diberikan kepada yang

memperoleh hak, orang lain harus percaya bahwa pemegang hak yang

terdaftar dalam daftar umum adalah pemegang hak yang sebenarnya,

meskipun dikemudian hari ternyata keterangan-keterangan yang

terdaftrar di dalamnya adalah tidak benar.

Sudikno Mertokusumo (dalam Urip Santoso, 2010: 264) menyatakan

bahwa kebaikan dari sistem publikasi positif, adalah:

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

29

1. Adanya kepastian dari buku tanah yang bersifat mutlak

2. Pelaksana pendaftaran tanah bersifat aktif dan teliti

3. Mekanisme kerja dalam penerbitan sertipikat hak atas tanah mudah

dimengerti orang lain

Kelemahan sistem publikasi positif dikemukakan oleh Sudikno

Mertokusumo, yaitu:

1. Akibat dari pelaksana pendaftaran tanah bersifat aktif, waktu yang

digunakan sangat lama

2. Pemilik hak atas tanah yang sebenarnya berhak akan kehilangan

haknya

3. Wewenang pengadilan diletakan dalam wewenang administrasi,

yaitu dengan diterbitkannya sertipikat tidak dapat diganggu gugat

b. Sistem Publikasi Negatif

Menurut sistem publikasi negatif, segala apa yang tercantum di dalam

sertifikat tanah dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu keadaan

yang sebaliknya ( tidak benar ) di muka Pengadilan.

Ciri pokok sistem publikasi negatif, adalah bahwa pendaftaran tanah

/pendaftaran hak atas tanah tidaklah menjamin bahwa nama-nama yang

terdaftar dalam buku tanah tidak dapat untuk dibantah jika nama yang

terdaftar bukanlah pemilik sebenarnya. Hak dari nama yang terdaftar

ditentukan oleh hak dari pemberi hak sebelumnya.

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

30

Ciri lainnya adalah bahwa pejabat balik nama tanah berperan pasif,

artinya pejabat yang bersangkutan tidak berkewajiban untuk

menyelidiki kebenaran dari surat yang diserahkan kepadanya.

Kebaikan dari sistem publikasi negatif :

a. Adanya perlindungan kepada pemegang hak sejati.

b. Adanya penyelidikan riwayat tanah sebelum penerbitan sertipikat

c. Tidak adanya batas waktu bagi pemilik tanah yang sesungguhnya

untuk menuntut haknya yang telah disertipikatkan oleh pihak lain

Kelemahan dari sistem publikasi negatif :

a. Peranan pasif pejabat balik nama tanah yang menyebabkan

tumpang tindihnya sertifikat tanah.

b. Mekanisme kerja dalam proses penerbitan sertifikat tanah

sedemikian rupa sehingga kurang dimengerti oleh awam

(Dian Retno Wulan, 2006: 19)

Sistem publikasi pendaftaran tanah yang dianut oleh Undang-

undang No.5 Tahun 1960 (UUPA) adalah sistem publikasi negatif yang

tidak murni, melainkan sistem publikasi negatif yang bertendens positif.

Secara tersirat pembuktian yang kuat, seperti dinyatakan dalam Pasal 19

Ayat (2) huruf c, Pasal 23 Ayat (2), Pasal 32 Ayat (2), dan Pasal 38

Ayat (2) UUPA. Bukti bahwa sistem publikasi dalam pendaftaran tanah

yang dianut oleh UUPA adalah sistem publikasi negatif yang

mengandung unsur positif, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

31

1. Pendaftaran tanah menghasilkan surat tanda bukti hak yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan sebagai alat pembuktian

yang mutlak. Kata “kuat” si sini merupakan cirri sistem publikasi

negatif;

2. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak

(registration of titles), bukan sistem pendaftaran akta (registration of

deed). Sistem pendaftaran hak (registration of titles) merupakan cirri

sistem publikasi positif;

3. Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang

tercantum dalam sertipikat. Hal ini merupakan cirri sistem publikasi

negatif;

4. Petugas pendaftaran tanah bersifat aktif meneliti kebenaran data fisik

dan data yuridis. Hal ini merupakan ciri sistem publikasi positif;

5. Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan

kepastian hukum. Hal ini merupakan cirri sistem publikasi positif;

6. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertipikat dapat

mengajukan keberatan kepada penyelenggara pendaftaran tanah

untuk membatalkan sertipikat atau mengajukan gugatan ke

pengadilan agar sertipikat dinyatakan tidak sah. Hal ini merupakan

ciri sistem publikasi negatif (Urip Santoso, 2010: 271).

Walaupun UUPA secara tersurat tidak menyebutkan sistem

publikasinya apa, namun dalam substansinya dapat disimpulkan

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

32

bahwa sistem publikasi dalam pendaftaran tanah yang dianutnya

adalah sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif.

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

33

Gambar 1 :

Skema Pemrosesan Pendaftaran Tanah Sporadik

MASUKAN PROSES KELUARAN

Permohonan pendaftaran

tanah/sertifikat oleh

masyarakat baik secara

individu maupun missal

yang ditunjukan kepada

Kepala Kantor Pertanahan

untuk kegiatan-kegiatan :

Pengukuran bidang

tanah untuk keperluan

tertentu.

Mendaftar hak baru

berdasarkan alat bukti

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal

23 PP 24 /1997.

Mendaftar hak lama

sebagaimana

dimaksud Pasal 24 PP

24/1997.

Permohonan tersebut di

atas disertai dengan

dokumen asli yang

membuktikan pemilikan/

penguasaan tanah.

Pemeriksaan surat

permohonan beserta

persyaratan oleh

Kepala Kantor

Surat Keputusan

mengenai usulan

pemohon

Pemeriksaan surat

permohonan beserta

persyaratan oleh

Kepala Kantor

(P2T)

Titik-titik Dasar Teknik

Orde 2,3, dan 4 dalam

system koordinat

nasional (TM 30)

Pengukuran dan

Pemerataan Dasar

Pendaftaran Tanah

dengan cara terrestrial,

fotogrametik atau

metode lain oleh Seksi

P2T.

Peta Dasar Pendaftaran

Tanah:

Skala 1:1000 atau

lebih besar untuk

daerah perkotaan.

Skala 1:2500 atau

lebih besar untuk

daerah

pertanian/perdesa-

an

Skala 1:10000 atau

lebih besar untuk

daerah perkebunan

besar.

Pemohon

menunjukkan batas-

batas bidang tanah

yang bersangkutan

dengan bidang-bidang

tanah yang berbatasan.

Penetapan batas

bidang tanah dan

pemasangan tanda

batas oleh Petugas

Ukur dari Kantor

Pertanahan

A

Kesepakatan atas batas-

batas bidang-bidang

tanah yang berbatasan

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

34

Pengukuran bidang-bidang

tanah yang telah diberi

Nomor Identifikasi Bidang

(NIB) Tanah oleh Seksi P2T.

Risalah Penelitian Data

Yuridis dan Penetapan

Batas.

A

Pengeplotan bidang-bidang

tanah pada Peta Dasar

Pendaftaran Tanah oleh Seksi

P2T.

Pembuatan Gambar ukur

bidang-bidang tanah oleh

Seksi P2T.

Pengumuman mengenai data-

data fisik dan data yuridis

bidang tanah dan peta bidang

tanah selama 60 hari di

Kantor Pertanahan dan Kantor

kepala Desa/ Kelurahan atau

pada sebuah Harian Umum

setempat atau di lokasi tanah

tersebut atas biaya pemohon.

Pengesahan Berita Acara

mengenai data yuridis dan

data fisik oleh Kepala Kantor

Pertanahan

Pemohon

mengisi dan

menandatangani

Berita Acara

mengenai data

fisik

Berita Acara

Pengesahan Data Fisik

dan Data

Pengesahan Peta Pendaftaran

Tanah oleh Kepala Kantor

Pertanahan

PETA

PENDAFTARAN

TANAH

B

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

35

Pembukuan bidang-bidang tanah

oleh Seksi P2T

Penggabungan Kutipan Buku

Tanah dan Surat Ukur

SERTIFIKAT

Hak Atas Tanah

Selesai

B

Pengutipan

Buku Tanah

Pengutipan

Surat Ukur dari

Peta

Pendaftaran

Tanah

BUKU TANAH

Penandatanganan Sertifikat oleh

Kepala Kantor Pertanahan

(Sumber Herman Hermit, 2004, 82)

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

36

Gambar 2 :

Susunan Organisasi Badan Pertanahan

Kepala

Kantor

Pertanahan

Sub

Bagian

Tata Usaha

Urusan Umum Urusan

Keuangan

Seksi

Pengukuran

dan

Pendaftaran

Tanah (P2T)

Seksi Hak-hak

Atas Tanah

(HAT)

Seksi

Penetapan

Tanah

(PGT)

Seksi

Pengaturan

Penguasaan

Tanah

(PPT)

Sub Seksi

Penataan

Penguasaan dan

Pemilikan

Tanah

Sub Seksi

Data

Penatagunaan

Tanah

Sub Seksi

Pengendalian

Penguasaan dan

Pemilikan

Tanah

Sub Seksi

Pengadaan

Tanah

Sub Seksi

Pendaftaran

Hak dan

Informasi

Sub Seksi

Pemberian Hak

Atas Tanah

Sub Seksi

Penyelesaian

Masalah

Pertanahan

Sub Seksi

Peralihan Hak

Pembebanan

Hak, dan

PPAT

Sub Seksi

Pengukuran

Pemetaan dan

Konversi

(Sumber Herman Hermit, 2004, 83)

Sub Seksi

Rencana dan

Bimbingan

Penatagunaan

Tanah

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

37

Gambar 3 :

Skema Pemrosesan Pendaftaran Tanah Sistematik

MASUKAN PROSES KELUARAN

Permohonan /usulan

lokasi untuk pendaftaran

tanah sistematik dari

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota kepada

Kepala BPN melalui

Kakanwil BPN Propinsi,

dengan disertai uraian

pertimbangan seperti:

1. Sebagian lokasi sudah

didaftar dengan cara

Sporadik;

2. Jumlah bidang tanah

yang telah terdaftar

relatif kecil, sekitar

30% dari perkiraan

jumlah bidang tanah

yang ada pada lokasi.

3. Merupakan daerah

pengembangan

perkotaan yang

tingkat

pembangunannya

tinggi atau

4. Merupakan daerah

pertanian yang

produktif, dan

5. Tersedia Titik-titik

Dasar Teknik nasional

Kepala BPN

mempelajari

permohonan/usulan

lokasi dari Kepala

Kantor Pertanahan

Persetujuan

lokasi dari

Kepala BPN

A

Informasi jelas dan

rinci yang diterima

masyarakat mengenai

maksud, tujuan,

manfaat dan tata cara

pendaftaran tanah

sistematik (termasuk

sertifikasi)

Pembentukan Panitia

Ajudikasi dan Satuan

Tugas oleh Kepala

BPN untuk Pendaftaran

Tanah Sistematik yang

dilaksanakan dalam

rangka program

Pemerintah (Proyek

Ajudikasi)

Pembentukan Panitia

Ajudikasi dan Satgas

oleh Kepala Kantor

Pertanahan bila

Pendaftaran Tanah

Sistematik

dilaksanakan dengan

swadaya

Penyuluhan kepada

masyarakat dari Kepala

Kantor Pertanahan

dibantuoleh Panitia

Ajudikasi di lokasi

seraya berkoordinasi

dengan Pemda

Kabupaten/Kota, Kandep

Penerangan, Kantor

Pelayanan PBB,

Kecamatan, dan instansi

lain yang diperlukan

Kesediaan masyarakat

untuk menghindari

penyuluhan

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

38

Kepala Kantor Pertanahan atau Ketua Panitia Ajudikasi

memberikanpengarahan kepada masyarakat mengenai

kewajiban dan tanggung jawab pemegang hak atas tanah

atau kuasanya agar:

1. Memasang tanda batas pada bidang tanahnya

masing-masing sesuai ketentuan;

2. Berada di lokasi pada saat Panitia Ajudikasi

melakukan pengumpulan data fisik dan data yuridis;

3. Menunjukkan batas-batas bidang tanahnya kepada

Panitia Ajudikasi pada waktunya;

4. Menunjukkan dokumen asli bukti

pemilikan/penguasaan tanahnya kepada Panitia

Ajudikasi.

5. Memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi

pemegang hak atas tanah atau kuasanya.

Dilanjutkan dengan penjelasan/pemberitahuan

mengenai:

1) Jadwal pelaksanaan pendaftaran tanah;

2) Konsekuensi dari diabaikannya kewajibannya; dan

3) Tata cara mengajukan keberatan atas hasil

Ajudikasi yang diumumkan selama jangka waktu

pengumuman.

A

Titik-titik Dasar

Teknik orde 2, 3 dan

4 dalam system

koordinat nasional

Peta Dasar

Pendaftaran Tanah:

1) Skala 1:1000 atau

lebih untuk daerah

permukiman/

perkotaan.

2) Skala 1:2500 atau

lebih untuk daerah

pertanian/perdesaan

3) Skala 1:10000 atau

lebih untuk daerah

perkebunan besar.

Pengukuran dan Pemetaan

Titik-titik Dasar Teknik oleh

Panitia Ajudikasi

Pengukuran dan Pemertaan

Dasar Pendaftaran Tanah

dengan cara terestrial,

fotogrametrik atau metode

lain oleh Satgas Pengukuran

dan Pemetaan.

B

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

39

SERTIFIKAT

Selesai

Berita Acara

Pengesahan data

Fisik dan Data

Yuridis.

Pemilik/pemegang

hak tanah

menandatangani

Berita Acara

mengenai Data Fisik

dan Data Yuridis

Pengeplotan bidang-bidang tanah pada

Peta Dasar Pendaftaran tanah oleh

Satgas Pengukuran dan Pemetaan atas

nama Ketua Panitia Ajudikasi.

B

Pembuatan gambar-gambar ukur

bidang-bidang tanah oleh Satgas

Pengukuran dan Pemetaan atas nama

Ketua Panitia Ajudikasi.

Pengumuman mengenai Daftar Data

Fisik dan Data Yuridis bidang tanah

dan Peta Bidang-bidang Tanah selama

30 hari di secretariat Panitia Ajudikasi

atau Kantor Desa/Kelurahan

Pengesahan Berita Acara mengenai

data yuridis dan data fisik oleh Panitia

Ajudikasi

Pengesahan Peta Pendaftaran Tanah

oleh Ketua Panitia Ajudikasi

Peta

Pendaftaran

Tanah

Pembukuan bidang-bidang tanah oleh

Panitia Ajudikasi

Pengutipan Buku Tanah Pengutipan Surat Ukur

Penandatanganan Sertifikat oleh Ketua

Panitia Ajudikasi atas nama Kepala

Kantor Pertanahan.

Pembuatan Hak

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

mber: Hendri Kusumawijaya, 2000)

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

40

8. Proyek Operasi Nasional Agraria

PRONA merupakan kebijakan Pemerintah Departemen Dalam

Negeri. Direktorat Jenderal Agraria di bidang pertanahan, khususnya untuk

memperlancar kegiatan pendaftaran tanah.PRONA lahir pada tahun 1981,

pada saat Bangsa Indonesia tengah berada pada pertengahan Pembaruan

Lima Tahun tahap ke III. Pada saat itu, dalam bidang pertanahan,

Departemen Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Agraria telah menetapkan

program tahunan sebagai upaya mencari pendekatan dan cara pemecahan

yang konsepsional terhadap masalah-masalah pertanahan di Indonesia.

Program tahuanan dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1978-1979 : inventarisasi permasalahan

2. Tahun 1979-1980 : konsolidasi organisasi dan personal

3. Tahun 1980-1981 : intensifikasi dan refungsionalisasi tugas

4. Tahun 1981-1982 : PRONA atau Pogram Operasional

5. Tahun 1982-1983 : intensifikasi land reform

(Sudjito, 1987: 12).

Dari program-program tersebut di atas terlihat bahwa Program

Operasional baru dilaksanakandalam tahun 1981-1982. Hal demikian itu

didasarkan atas pertimbangan bahwa segala sesuatu usaha yang besar

memerlukan persiapan dan kesiapan mental, organisasi, personal dan tata

kerja. Program Operasional tidak mungkin dilaksanakan dalam tahun

19879-1980 karena belum adanya persiapan dan kesiapan dalam segala

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

41

bidang, sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang ditetapkan di GBHN

tahun 1978, dimulailah pelaksanaan kebijaksanaan yang bersifat

operasional. GBHN tahun 1978, antara lain menyebutkan: “agar

pemanfaatan tanah sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan

kesejahteraan rakyat, serta dalam rangka mewujudkan keadilan sosial,

maka di samping menjaga kelestariannya perlu dilaksanakan penataan

kembali pengguna, pengusaha dan pemilikan tanah” (Sudjito, 1987: 12).

Sebagai relisasi dari kebijaksanaan tersebut oleh Pemerintah

ditetapkanlah 4 (empat) Catur Tertib Pertanahan, diantaranya adalah:

1) Tertib Hukum Pertanahan

Tertib Hukum Pertanahan bertujuan agar setiap tanah mempunyai

sertipikat, sehingga tanah tersebut mempunyai kepastian hukum

maupun hak yang kuat. Hal inimerupakan salah satu bukti bahwa

peraturan hukum pertanahan sudah dilaksanakandengan baik. Dengan

adanya sertipikat tanah, diharapkan sengketa-sengketa tanah dapat

dihindari;

2) Tertib Administrasi Pertanahan

Tertib Administrasi Pertanahan bertujuan untuk peningkatan mutu

pelayanan kantor pertanahan kepada masyarakat dengan cara cepat,

mudah dan biaya yang murah, yang diharapkan membawa manfaat bagi

masyarakat khususnya masyarakat golongan ekonomi lemah;

3) Tertib Penggunaan Tanah

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

42

Tertib Penggunaan Tanah dimaksudkan perlu ditumbuhkan adanya

pemahaman tentang arti pentingnya penggunaan tanah secara terencana

agar diperoleh manfaat yang optimal, seimbang dan lestari, karena

masih banyak tanah-tanah yang belum diusahakan atau dimanfaatkan

sesuai dengan peruntukkannya, dan sebaliknya banyak terjadi

penggunaan tanah tidak sesuai dengan perencanaan tata ruangnya;

4) Tertib Pemeliharaan tanah dan Lingkungan Hidup

Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup dimaksudkan

sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah dan pemeliharaan

kesuburan tanah sertamenjaga kelestarian sumber daya alam yang

terkandung di atasnyadan di dalamnya. Dalam hubungan ini faktor

pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang tidak merata,

seringkali menyebabkan terjadinya pemusatan penduduk atau

berlangsungnya urbanisasi yang melampaui batas kemampuan daya

tampung satu wilayah dan mendorong terjadinya penggunaan tanah

tanpa memperhatikan kondisi tanah dan kelestarian lingkungan hidup

(Fairuz Syifa Arifin, 2008: 41).

Berdasar UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria dan peraturan pelaksanaannya, maka pemerintah telah

membuat suatu kebijaksanaan untuk meningkatkan pelayanan bidang

pertanahan yaitu pemberian sertifikat secara massal melalui PRONA.

PRONA adalah Semua kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah di

bidang pertanahan dengan suatu subsidi di bidang pendaftaran tanah pada

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

43

khususnya, yang berupa pensertipikatan tanah secara masal dalam rangka

membantu masyarakat golongan ekonomi lemah (Sudjito, 1987: 8).

Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan adanya PRONA ini

adalah untuk memberikan rangsangan dan partisipasi kepada pemegang

hak atas tanah agar mau melakukkan sertipikat atas tanahnya dan berusaha

membantu menyelesaikan sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis

dengan jalan memberikan kepada masyarakat tersebut fasilitas dan

kemudahan, serta pemberdayaan organisasi dan SDM

(http://repository.upi.edu).

Bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah

kepada pemegang hak atas tanah itu adalah berupa keringanan dalam hal

pembiayaan dan percepatan proses penyelesaian sertipikat hak tanahnya.

Dalam PRONA ini, proses pensertipikatan tanah diusahakan dalam waktu

yang amat singkat, namun tidak boleh meninggalkan soal kecermatan dan

ketelitian dalam penanganannya. Sebab, apabila ada kesalahan atau

kelalaian akan menyebabkan gagalnya tujuan yang hendak dicapai itu,

yaitu kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah. Pengertian gagal itu,

terutama dilihat dari segi administrasi pendaftaran tanah itu sendiri,

misalnya:

1. Hasil ukurnya tidak baik, batas-batasnya tidak terlihat jelas, sehingga

tidak dapat diketahui secara pasti luasnya;

2. Penelitian mengenai siapa pemiliknya kurang sempurna sehingga

menimbulkan gugatan-gugatan di kemudian hari;

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

44

3. Tata usaha pendaftaran tanah tidak sempurna, seperti warkahnya tidak

lengkap, daftar-daftar isian tidak diisi sebagaimana mestinya (Sudjito,

1987: 8).

Prona yang berlaku mulai tanggal 15 Agustus 1981, dilaksanakan

sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun

1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria, dalam rangka pelaksanaan

catur tertib di bidang pertanahan, sehingga program pensertipikatan tanah

secara massal merupakan jaminan kepastian hukum bagi penguasaan dan

pemilikan tanah sebagai tanda bukti hak yang kuat. Dalam pidato Menteri

Dalam Negeri Amir Machmud pada penyerahan sertipikat melalui Prona,

dikatakan:

Secara teknis administratif hal demikian merupakan upaya yang

nyata untuk menginventarisasikan status tanah di seluruh wilayah

tanah air, sehingga dengan demikian perencanaan pembangunan

juga memperoleh data-data yang lebih pasti. Pendek kata dengan

Proyek Operasi Nasional Agraria ini, hendaknya dengan sertipikat

ini dapat ditumbuhkan kemampuan ekonomi yang lebih

berkembang dan lebih aktif.

(Adrian Sutedi, 2012: 69)

Berdasarkan diterbitkannya Instruksi Menteri Negara Agraria/

Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2-IV-2000 Tahun 2000 mengenai

petunjuk operasional PRONA. Secara umum maksud kebijakan yang baru

ini adalah:

1. Memberikan kepastian hukum bagi para pemegang hak atas tanah

berupa sertipikat hak milik atas tanah;

2. Mengurangi kerawanan/kepekaan sosial di bidang pertanahan;

3. Mengadakan land reform;

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5947/3/Adyatama Ismail Setya Budi Bab II.pdf · Wilayah daratan di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

45

4. Menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan

sebagai upaya partisipasi dalam Catur Tertib Pertanahan (tertib

administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah, tertib pemeliharaan

tanah, dan sumber daya lingkungan).

(Adrian Sutedi, 2012: 78)

Berdasarkan kebijakan di atas maka prioritas lokasi Prona adalah:

1. Ditetapkan secara berkelompok terutama untuk pensertipikatan tanah di

daerah-daerah yang penguasaan/pemilikan tanahnya terkena ketentuan-

ketentuan landreform, baik yang ditujukan pada tanah-tanah yang masih

menjadi hak bekas pemilik lama maupun yang telah diredistribusikan

kepada para penggarap;

2. Ditetapkan secara berkelompok untuk daerah-daerah penerima

transmigran pra Pelita atau daerah-daerah resettlement;

3. Ditetapkan di daerah yang tanahnya mempunyai potensi produksi bahan

pokok yang cukup untuk dikembangkan;

4. Ditetapkan secara berkelompok untuk pensertipikatan tanah-tanah yang

berpenduduk padat dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan;

4. Dipilih lokasi mengenai tanah-tanah sengketa yang sifatnya strategis

dan dapat diselesaikan secara tuntas (Sudjito, 1987: 36).

Pelaksanaan Proyek Operasi..., Adyatama Ismail Setya Budi, Fakultas Hukum UMP, 2013