bab ii tinjauan pustaka - institutional repository | satya...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan
kajian teoritis yang digunakan untuk penelitian ini.
Beberapa hal yang ada di dalamnya berkaitan dengan
kerangka teori beserta definisi berdasarkan perumus-
an masalah dan tujuan penelitian. Kajian teori ini
terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan.
Sub bab tersebut antara lain: tugas pokok kepala
sekolah; kompetensi guru profesional; dan pengelolaan
supervisi akademik, yang meliputi perencanaan, im-
plementasi, dan umpan baliknya.
2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah
Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di
sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan
dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal
ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat
menempatkan posisi pendidikan di level yang utama.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis
saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala
sekolah merupakan orang yang paling bertanggung-
jawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah
yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemim-
pinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan
8
antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak
pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala
sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh
kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil
resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil
dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya
akan diikuti oleh guru atau staf kerja.
Dari kepemimpinan yang profesional tersebut
berarti juga merupakan proses menggerakkan, mem-
pengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan
orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya
akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan
tugas kepala sekolah yaitu mempunyai dasar kompe-
tensi kepribadian, manjerial, supervisi dan kewirausa-
haan. Dari keempat kompetensi tersebut, yang tidak
kalah pentingnya adalah kompetensi supervisi. Pelak-
sanaannya disesuaikan prosedur dan teknik-teknik
yang tepat.
Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala
sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat
yaitu EMASLIM (Educator, Manager, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak
pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala
sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally &
Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifi-
kasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:
9
(1) peranan yang berkaitan dengan hubungan per-sonal, mencakup kepala sekolah sebagai figure-head atau simbol organisasi, leader atau pemim-
pin, dan connection atau penghubung; 2) peranan
yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator,
dan spokesman yang menyebarkan informasi ke
semua lingkungan organisasi, dan; 3) peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan,
yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepre- neur, disturbance handler, penyedia segala sumber,
dan negosiator.
Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu
orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesu-
atu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam
perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua
kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap
saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan
terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergan-
tung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang mema-
dai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat
dibutuhkan peranannya.
Bentuk-bentuk tugas di bidang administrasi
adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan
tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hu-
bungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut,
bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola kom-
ponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan
komponen organisasi sekolah yang berupa benda.
10
Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas
kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan
guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupa-
kan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru
untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan
situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya
meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiat-
an supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
2.2 Kompetensi Guru Profesional
Agar dapat melaksanakan tanggung jawab dan
tugas dengan baik, maka seorang guru dituntut me-
miliki keterampilan dan kemampuan tertentu. Hal ter-
sebut merupakan perwujudan dari kompetensi profe-
sional guru. Pada Kepmendiknas no. 045/U/2002 juga
disebutkan bahwa kompetensi merupakan seperang-
kat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaan ter-
tentu. Merujuk pada UU No.14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, maka guru harus memiliki empat
kompetensi, yaitu kompetensi profesional, pedagogis,
personal, dan sosial.
Dari keempat kompetensi tersebut dapat dimak-
nai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diwujudkan dalam tindakan yang cerdas
dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Ditandaskan lagi dalam Permendiknas
No.16 tahun 2007 tentang standar kompetensi akade-
mik dan kompetensi guru, bahwa standar kompetensi
11
guru terdiri dari kompetensi inti guru dan kompetensi
profesional guru. Dari dasar tersebut maka yang di-
maksud kompetensi profesional guru adalah kemam-
puan dan wewenang guru dalam melaksanakan
profesinya sebagai guru. Secara rinci kompetensi
profesional guru dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Kompetensi Profesional Guru
NO ASPEK SUB ASPEK
1 Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir yang mendukung mata pelajaran yang diampu
1.1 Menguasai materi
1.2 Memahami struktur
1.3 Memahami konsep
1.4 Memahami pola pikir yang mendukung mata pelajaran
2 Menguasai standar kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
2.1 Menguasai standar kompetensi mata pelajaran yang diampu
2.2 Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
2.3 Memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran yanag diampu
3 Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif
3.1 Memilih materi mata pelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
3.2 Mengolah materi mata pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peseta didik
4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
4.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus
4.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan
4.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keprofesionalan
4.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber
5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi
5.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Sumber: data yang diolah (2013)
12
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa kompetensi profesional guru merupakan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam. Hal ini mencakup penguasaan materi
kurikulum atau pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, termasuk pengu-
asaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.
2.3 Pengelolaan Supervisi Akademik
Setelah membahas tugas-tugas bidang garapan
kepala sekolah dan kompetensi profesional guru,
selanjutnya pembahasan difokuskan pada pelaksana-
an supervisi di sekolah dasar. Kegiatan supervisi me-
rupakan usaha yang sifatnya membantu guru atau
melayani guru agar ia dapat memperbaiki, mengem-
bangkan, dan bahkan meningkatkan pengajarannya,
serta dapat pula menyediakan kondisi belajar siswa
yang efektif dan efisien. Dari alur perkembangan terse-
but, maka akan mengarah upaya untuk mencapai tu-
juan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Telah ditandaskan lagi oleh Purwanto (2006: 76)
bahwa bantuan atau pelayanan yang diberikan, yang
dimaksud adalah bantuan yang diberikan dengan
jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
guru untuk dapat mengembangkan pengelolaan ke-
giatan belajar mengajar yang terdiri dari penyusunan
rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian prestasi belajar. Dari pandangan tersebut,
supervisi dapat juga diartikan sebagai segala bantuan
13
dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan.
Berarti juga bahwa supervisi ini berupa dorongan,
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
keahlian serta kecakapan guru-guru.
Bentuk-bentuk kegiatannya seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam
pendidikan dan pembelajaran; pemilihan alat-alat
pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik; cara
penilaian yang sistematis terhadap seluruh fase proses
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan supervisi ini sesuai
dengan fungsi dan tujuannya akan memacu pening-
katan kinerja guru. Pemberian bantuan pembinaan
dan pembimbing tersebut dapat bersifat langsung atau
tidak langsung kepada guru yang bersangkutan.
Supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampu-
annya mengelola proses pembelajaran demi penca-
paian tujuan pembelajaran. Hal itu sama sekali bukan
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengem-
bangkan kemampuan profesionalnya. Pengembangan
kemampuan dalam konteks ini perlu ditafsirkan
secara luas. Hal ini bukan semata-mata ditekankan
pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan
komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness)
atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan mening-
14
katkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas
pembelajaran akan meningkat.
Dalam rangkaian upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, diperlukan sumber data super-
visi. Sumber data tersebut adalah sesuatu yang dituju
oleh pelaku supervisi yang sedang mengumpulkan
data. Oleh karenanya sumber data supervisi dikenal
dengan istilah sasaran supervisi. Dalam penyelengga-
raan supervisi akademik dilakukan dengan cara pem-
berian diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Proses
supervisi akademik tersebut dilakukan dengan bebe-
rapa tahapan, antara lain tahapan perencanaan, im-
plementasi, dan umpan balik. Kegiatan ini dilakukan
oleh kepala sekolah melalui konfirmasi kepada guru
atau pihak lain yang berkompeten.
2.3.1 Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan merupakan salah satu syarat
mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi
setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok.
Perencanaan merupakan bekal kegiatan pelaksanaan.
Pelaksanaan supervisi akademik perlu direncanakan
dengan baik, rapi dan terstruktur. Perencanaan dimu-
lai dari pertemuan awal, observasi kelas, wawancara
hingga diskusi dan tindak lanjutnya. Berkaitan dengan
hal ini Hartoyo (2006: 93) menyatakan bahwa peren-
canaan ini meliputi: tujuan, waktu, tempat, instrumen
dan sebagainya yang diperlukan untuk kelancaran
proses supervisi. Pandangan mengenai perencanaan
15
itu sangat berpengaruh terhadap hasil supervisi. Oleh
karena itu perencanaan yang matang merupakan awal
keberhasilan.
Perincian perencanaan disusun bersama antara
pengawas, kepala sekolah dan guru. Maksudnya
untuk menciptakan koordinasi antara keduanya,
sehingga pelaksanaa supervisi tidak tumpang tindih.
Dalam perencanaan supervisi pembelajaran kepala
sekolah bersama guru sekaligus menghadirkan
pengawas berdiskusi menyusun rencana kerja untuk
kurun waktu tertentu, yaitu satu tahun yang dibagi
menjadi rencana caturwulan dan bulan.
2.3.2 Implementasi Supervisi Akademik
Kegiatan pelaksanaan supervisi akademik meru-
pakan implementasi dari perencanaan yang telah di-
susun. Bagaimana dapat melaksanakan dengan baik,
tentu saja memerlukan teknik atau cara yang baik
pula. Pelaksanaan supervisi akademik dapat dilaku-
kan dengan berbagai cara sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat. Tempat yang satu kemungkinan
berbeda dengan palaksanaan di tempat yang lain.
Fenomena yang demikian ini dapat menggunakan
ketentuan rambu-rambu pelaksanaan kegiatan super-
visi akademik. Herabudin (2009: 234) memberikan
pandangan sebagai berikut:
Rambu-rambu dalam pelaksaan supervisi akade-
mik yaitu (1) kunjungan rutin yang terjadwal ke
setiap sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi para supervisor sehingga terbentuk hubungan
16
dialogis yang harmonis dalam mendiskusikan ber-bagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi
sekolah; (2) melakukan berbagai kegiatan sekolah
dengan melibatkan para guru dan siswa untuk
mengenali dan menerapkan metode dan pendekat-an baru dalam pembelajaran; (3) melaksanakan
seminar pendidikan untuk para guru untuk me-
nambah wawasan kependidikannya; (4) pelaksa-naan kurikulum baru yang lebih menekankan
kepada kemandirian siswa; (5) penilaian terhadap
kinerja guru dan reward yang dijanjikan.
Ada yang menerapkan dengan rambu-rambu,
tetapi ada juga yang mengatakan dengan teknik.
Untuk pelaksanaan kegiatan supervisi yang baik
tentunya dengan teknik yang sesuai keadaan setempat
dan saling menerima. Teknik supervisi bisa dikelom-
pokkan menjadi dua, yaitu teknik supervisi individual
dan teknik supervisi kelompok. Klasifikasi ini untuk
mempermudah menjangkau tujuan. Dalam melaksa-
nakan kegiatan supervisi perlu rambu-rambu ataupun
teknik-teknik yang mendukung, implementasinya
perlu menyesuaikan kondisi dan situasi setempat.
Pengaruh ataupun efek yang muncul sesaat di
lapangan perlu dicatat untuk menemukan solusinya,
sekaligus sebagai perbaikan supervisi berikutnya.
2.3.3 Umpan Balik Supervisi Akademik
Setelah memerinci perencanaan, kemudian
melaksanakan kegiatan supervisi akademik maka yang
berikutnya adalah tindak lanjut umpan balik dari
kegiatan itu sendiri. Pertemuan balikan dilakukan
segera setelah melaksanakan observasi pengajaran.
17
Namun terlebih dahulu melakukan analisis terhadap
hasil observasi. Pertemuan balikan ini merupakan
tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku
guru dengan cara memberikan balikan tertentu.
Sergiovanni (2007: 65) menjelaskan bahwa balikan ini
harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi,
aktual, dan akurat, sehingga betul-betul bermanfaat
bagi guru. Pandangan tersebut diperkuat lagi oleh
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (2001: 69),
yang menyatakan bahwa:
Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan
bagi guru, sebagaimana dikemukakan yaitu:
(1) guru bisa diberikan penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-
isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama
supervisor dan guru dengan tepat, (3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya menginter-
vensi secara langsung guru untuk memberikan
bantuan didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa
dilatih dengan teknik ini untuk melakukan super-visi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa
diberi pengetahuan tambahan untuk meningkat-
kan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.
Dari pendapat tersebut dapat ditambah bahwa
sebelum mengadakan pertemuan balikan ini kepala
sekolah terlebih dahulu menganalisis hasil observasi
dan merencanakan bahan yang akan dibicarakan
dengan guru. Begitu pula diharapkan guru menilai
dirinya sendiri. Setelah itu dilakukan pertemuan
balikan ini. Dalam pertemuan balikan ini sangat
diperlukan adanya keterbukaan antara kepala sekolah
dan guru. Sebaiknya kepala sekolah menanamkan
18
kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan
ini bukan untuk menyalahkan guru melainkan untuk
memberikan masukan balikan. Kepala sekolah dalam
setiap pertemuan balikan adalah memberikan pengu-
atan (reinforcement) terhadap guru. Baru dilanjutkan
dengan analisis bersama setiap aspek pengajaran yang
menjadi perhatian supervisi klinis.
Pada kesempatan ini kepala sekolah bersama
guru mengidentifikasi target keterampilan sebagai
perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum
dicapai. Bisa juga pada saat ini kepala sekolah me-
nunjukkan hasil rekaman kegiatan. Dengan demikian
guru mengetahui apa yang telah dilakukan dan
dicapai. Apabila ada yang belum sesuai dengan target
kegiatan dan perhatian utama guru sebagaimana
disepakati pada tahap pertemuan awal maka guru
dapat memperbaiki diri. Kegiatan ini kepala sekolah
bisa juga merekam proses belajar mengajar dengan
alat elektronik, maka sebaiknya hasil rekaman ini
dipertontonkan kepada guru sehingga ia dengan bebas
melihat dan menafsirkannya sendiri.
Berikut ini beberapa langkah yang perlu dilaku-
kan selama pertemuan balikan (Anonim, 2008: 45).
Langkah-langkah ini antara lain, a)menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya ter-
hadap pengajaran yang dilakukan, kemudian
supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement); (b) menganalisis pencapaian tuju-
an pengajaran yaitu kepala sekolah bersama guru
mengidentifikasi perbedaan antara tujuan penga-
jaran yang direncanakan dan tujuan pengajaran
19
yang dicapai; (c) menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru; (d) kepala sekolah me-
nanyakan perasaannya setelah enganalisis target
keterampilan dan perhatian utamanya; (e) Me-
nyimpulkan hasil dari apa yang telah diperoleh- nya selama proses supervisi klinik. Di sini super-
visi memberikan kesempatan kepada guru untuk
menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses super-
visi klinis; (f) mendorong guru untuk merenca-
nakan latihan-latihan sekaligus menetapkan ren-cana berikutnya.
Adapun pemberian umpan balik (feed back) oleh Dharma (2004: 8) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Pemberian Umpan Balik
Sumber: Manajemen Supervisi (Dharma, 2004: 8)
Proses
Kondisi
Hasil
Umpan Balik
Motivasi
Umpan Balik Formatif
20
Penjelasan dari Gambar 2.1 pemberian umpan
balik tersebut adalah sebagai berikut:
Kondisi: unsur masukan atau input yaitu semua masukan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu lingkung-an kerja, media pembelajaran, hubungan antar pribadi
guru, suasana kerja, kebijakan sekolah.
Proses: semua kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembela-
jaran, penilaian hasil pembelajaran, analisis penilaian
hasil pembelajaran, tindak lanjut hasil penilaian pem-belajaran.
Hasil: salah satu parameter hasil pembelajaran adalah perolehan
rata-rata nilai hasil ujian nasional dan prestasi non
akademik yang lain yang diperoleh siswa.
Balikan formatif: diberikan untuk mengubah kinerja guru dalam
memperbaiki kualitas pembelajaran yang langsung
disam-paikan setelah supervisi pembelajaran.
Balikan motivasi: digunakan untuk mendorong guru agar
bekerja lebih baik dengan memberikan penghargaan
bagi yang berprestasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan gambar dan penjelasan tersebut,
bahwa fungsi balikan dalam pelaksanaan supervisi
adalah mengkomunikasikan hasil supervisi kepada
guru sebagai feedback atau balikan untuk memper-
baiki kesalahan dengan tindak lanjutnya. Dengan
adanya balikan ini dapat mempengaruhi pembelajaran
yang diinginkan (umpan balik motivasi) dan mempe-
ngaruhi bentuk pembelajaran yang diinginkan (umpan
balik formatif). Umpan balik tersebut diharapkan ada
perbaikan proses pembelajaran. Harapan lainnya ada-
lah meningkatnya mutu pembelajaran. Peningkatan
kinerja guru tersebut akan terlihat dengan adanya
peningkatan pelayanan siswa pada proses pembela-
jaran dan meningkatnya perolehan hasil belajar.
21
2.4 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa jurnal sebagai penelitian terdahu-
lu yang sudah membahas tentang kepemimpinan
kepala sekolah, kompetensi guru profesional, dan
sekaligus dengan pelaksanaan supervisi. Penjelasan
dalam jurnal tersebut sudah merupakan persamaan
yang ada pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Bloom (2003: 8) dalam Journal of Case Studies in
Education yang berjudul Leadership effectiveness and
instructional supervision: the case of the failing twin
menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai adminis-
trator mempunyai kewajiban dalam melakukan super-
visi dan monitoring secara teratur. Tujuannya untuk
mengu-rangi benturan sumber daya manusia yang di-
kelola baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam
jurnal tersebut digambarkan beberapa fenomena per-
masalahan pembelajaran, efektivitas kepemimpinan,
pengawasan pelatihan peningkatan kinerja guru.
Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena
dalam sebuah instansi pendidikan.
Dijelaskan bahwa penjiwaan kepemimpinan
yang beroreantasi pada efektivitas dan etos kerja yang
tinggi akan membawa sebuah keberhasilan yang
cemerlang. Penjiwaan ini adalah proses mengangkat
semangat kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan
secara efektif dan profesional. Perlakuan dalam proses
peningkatan tersebut difokuskan pada peningkatan
hasil perolehan keterampilan yang diraih anak.
Kecemerlangan hasil yang digenggam anak merupakan
22
cermin kepemimpinan yang efektif dan etos kerja yang
tinggi.
Jurnal internasional berjudul TAFE head
teachers: Discourse brokers at the managementteaching
interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College of
TAFE Northern Sydney Institute menyatakan bahwa
kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam
memanajemen guru. Kepala sekolah merupakan kunci
dalam pengelolaan tersebut. Banyak kegiatan guru
dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Kegiatan supervisi ini untuk meningkatkan
kinerja guru dalam pendidikan. Supervisi ini mampu
mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan.
Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan guru
dan staf, sarana dan prasarana, hubungan masyara-
kat dengan sekolahan, pengelolaan kesiswaan dan
kurikulum, hal tersebut dalam rangka pendayagunaan
sumberdaya secara optimal. Pada intinya adalah pada
faktor utama dikelola dengan baik maka komponen-
komponen yang lain akan terimbas juga. Dengan
demikian apabila faktor semangat guru sudah termo-
tifasi dengan baik maka semua yang berkaitan dengan
tugas guru akan menghasilkan produk yang optimal.
Canadian Journal of Educational Administration
and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher Educa-
tion Program Admission Criteria and What Beginning
Teachers Need to know to be Successful Teachers oleh
Childs and Casey (2007: 1) dalam abstraknya melapor-
kan mengenai pemilihan program pendidikan guru
23
yang prospektif. Program tersebut berkaitan dengan
skill, wawasan dan perilaku yang merupakan kriteria
persiapan guru dalam pembelajaran. Hasil dari proses
tersebut mampu memproduksi guru profesional.
Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga merupa-
kan keberhasilan seorang guru.
Journal Effectiveness of the blended Supervision
model: a case study of Student teachers learning to
teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,
Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan bahwa
model supervisi merupakan upaya mengkolaborasikan
atau mencampurkan model tutorial guru dan murid
dalam pembelajaran. Metode ini banyak memfokuskan
pada aktivitas diskusi. Perbedaannya terletak pada
subjek yang melakukan supervisi, yaitu apabila dalam
penelitian terdahulu yang melakukan supervisi adalah
guru terhadap siswa, sedangkan pada penelitian ini
adalah kepala sekolah terhadap guru. Persamaannya
adalah penggunaan metode kualitatif dan pembahasan
metode supervisi dengan cara hubungan kerja sama
atau diskusi.
Jurnal internasional berjudul Supervision as
Professional Development: Compatible or Strange
Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student
Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3) bahwa
supervisi merupakan usaha evaluasi guru yang ber-
guna untuk meningkatkan kualifikasi guru sebagai
tenaga pengajar. Prosesnya berlangsung secara ber-
jangka atau bertahap yang dilakukan dalam rangka
24
peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui guru
yang disupevisi. Dijelaskan pula bahwa profesional
dikembangkan melalui pengawasan yang profesional.
Melalui pengawasan maka dedikasi, karakter, sema-
ngat, dan sikap akan terbentuk, dan tugas keprofesio-
nalannya lebih diakui. Profesional menunjukkan
kinerja yang mumpuni, dimana kebijakan profesi itu
dapat meningkatkan prestasi. Dengan kebijakan profe-
sional guru maka akan mampu untuk meningkatkan
prestasi siswa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ter-
dahulu adalah bahwa penelitian ini lebih memfokus-
kan pada pengelolaan supervisi pembelajaran yang
meliputi perencanaan, implementasi dan umpan balik.
Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana
penelitian ini dilakukan pada taraf sekolah dasar,
sedangkan persamaannya adalah sama-sama memba-
has cara peningkatan profesionalisme guru melalui
suatu pembinaan dalam bentuk supervisi.