bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kader 2.1.1. Pengertian dan Tugas Kader
Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam
bidang tertentu yang tumbuh di masyarakat yang merasa berkewajiban untuk
melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang
kesehatan.
Kader adalah seorang atau tim sebagai tenaga Posyandu yang berasal dari dan
dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta
tanggung jawab untuk melaksanakan pemantauan, pertumbuhan dan perkembangan
Balita dan memfasilitasi kegiatan lain (Pemprof NAD, 2006). Keriteria kader
Posyandu adalah sebagai berikut:
a. Di utamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.
b. Dapat membaca dan menulis huruf latin.
c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharuan dan penggerak masyarakat.
d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.
Mengingat tugas kader bukanlah tenaga profesional dan teknis, melainkan
hanya membantu di dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu
adanya pembagian tugas yang di emban padanya, baik menyangkut jumlah maupu
jenis pelayan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tugas kader adalah sebagai berikut :
A. Pada hari buka Posyandu (Depkes, 2006):
a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana Posyandu
termasuk menyiapkan dan memberikan makana tambahan.
b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.
c. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yag berkunjung ke
Posyandu.
d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku
register Posyandu.
e. Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan kewenangannya.
Misalnya memberikan Vitamin A, pemberian tabelt zat besi, oralit, pil KB,
Kondom. Apabila pada hari buka tenaga kesehatan Puskesmas datang
berkunjung, penyelenggaraan pelayanan dan KB ini dilakukan bersama
petugas kesehatan.
f. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas melengkapi
pencatatan dan membahas hasil kegiatan tindaklanjut.
B. Diluar hari buka Posyandu antara lain :
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu:
1. Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu Hamil
4. Ibu Menyusui
Universitas Sumatera Utara
b. Membuat grafik SKDN, yaitu :
1. S : Seluruh balita yang bertempat tingal diwilayah kerja Posyandu
2. K : Jumlah balita yang mempunya Kartu MenujuSehat atau buku KIA
3. D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang pada hari buka Posyandu
4. N : Jumlah balita yang ditimbang berat badannya dan berat badannya
naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap :
1. Sasaran yang tidak datang
2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lebih lanjut
3. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu
pada hari buka
4. Melakuakn kunjungan tatap muka ketokoh masyarakat, dan menghadiri
pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
Melihat tugas-tugas kader di atas maka dapat di ketahui bahwa program UPGK yang
di tetapkan di dalam kategori kegiatan UPGK lengkap di lakukan oleh kader di
Posyandu.
Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kader dewasa ini adalah
tingginya angka drop out kader. Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2%,
sehingga angka drop out kader sekitar 30,8% ( Wiku.A, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keaktifan Kader
Keaktifan kader adalah keterlibatan kader didalam kegiatan kemasyarakatan
yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan
yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan
kader Posyandu tersebut dari ada atau tidaknya dilaksanakannya kegiatan-kegiatan
Posyandu sebagai tugas yang diembankan kepadanya. Kegiatan ini akan berjalan
dengan baik jika didukung dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan
hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan
serta ada tersedianya waktu, tempat yang tepat, sesuai dan layak untuk menunjang
kegiatan Posyandu. (Depkes RI, 2006b).
Pakar manajemen, George Terry dalam LAN (1999) menyatakan bahwa
pencapaian tujuan (out put) dalam proses suatu kegiatan di pengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu :
a. Perencanaan ( planning )
b. Pengorganisasian ( Organizing )
c. Pelaksanaan ( Actuating )
d. Pengawasan ( Controling )
Menurut Gibson dkk (1996), bahwa kinerja individu dapat diartikan sebagai
perilaku dan prestasi kerja individu yang dipengaruhi oleh variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologis.
Teori harapan mengatakan bahwa kekuatan dari kecederungan untuk bertindak
dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada dayatarik hasil tersebut bagi
individu. Dalam hal ini ada tiga variabel yang dikemukakan, yaitu (Robbins, 2002):
a. Daya tarik : Pentingnya individu mengharapkan out come dan penghargaan yang
mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan
kebutuhan–kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.
b. Kaitan kinerja-penghargaan : Keyakinan individu bahwa dengan mewujudkan
kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang di inginkan.
c. Kaitan Upaya-kinerja : Probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa
dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja.
Menurut Maryoto (2000) mengutip pendapat Maslow (1970) menyatakan
bahwa sebahagian besar perilaku manusia berdasarkan adanya motif (kebutuhan
tertentu). Disebut pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang
terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan,
minum, seks dan sebagainya. Diatas kebutuhan dasar adalah kebutuhan aman,
kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan akan kedudukan dan status,
dan yang tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatkan peran serta diri atau
pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya dimiliki oleh orang yang telah mencapai
kebutuhan tinggi.
Menurut para ahli dan beberapa peneliti tentang kader antara lain Hartono
(1978) dan Sumardilah (1985) di Kebayoran Baru Jakarta menemukan ciri-ciri kader
yang aktif adalah berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan
tamat SLTP sederajat, mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugasnya, dapat
Universitas Sumatera Utara
mengikuti kegiatan sosial bermasyarakat, inovatif, tinggal di RT/RW Posyandu
berada, dan mempunyai motivasi yang positif. Selain itu Nilawati (2008) di Aceh
selatan pada penelitian tentang keaktifan kader menemukan bahwa usia 21-30 tahun
merupakan usia kader yang paling aktif
Ries dan Elder (2000) melaporkan adanya kasus drop out dan rendahnya
motivasi kader / tenaga kesehatan didalam memberikan pelayanan kesehatan.
Mereka lebih suka mencari pekerjaan yang lain di industri / pabrik sekaligus
membantu keluarga dari lilitan ekonomi. Scrimshaw (1992) mengatakan selain itu
faktor lain yang berkontribusi dalam perbaikan pervormance kader adalah
pengetahuan dan ketrampilan kader dalam melakukan tugasnya. Hal yang dianggap
paling sulit oleh kader adalah menginterprestasikan grafik KMS dan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat (Sugeng, 2008).
Hasil penelitian Aniez dan Irawati (2000) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan kader Posyandu di Kecamatan Mianggo Kabupaten Jepara
ditemukan beberapa masalah dan hambatan bagi kader di dalam melaksanakan
kegiatan Posyandu. Permasalahan yang dialamai kader posyandu tersebut adalah
kurangnya koordinasi antara tokoh masyarakat, pamong pemerintah, tenaga
kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektoral yang terkait diluar
kesehatan, selain itu ditemukan hal-hal sebagai berikut :
a. Tokoh masyarakat (pemuka agama) belum sepenuhnya berperan aktif
b. Kader yang bersifat tenaga sukarela tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara
rutin
c. Latar belakang pendidikan serta ekonomi kader relatif masih rendah
Universitas Sumatera Utara
d. Kurangnya pembinaan (supervisi) dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan
e. Buku petunjuk pedoman (manual) Posyandu yang belum tersebar secara merata
Hasil penelitian ini hampir sama dengan apa yang dijumpai di Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa, dimana dari survei awal peneliti ditemukan bahwa
dukungan dan peran serta dari tokoh masyarakat akan perkembangan Posyandu
masih sangat kurang, dimana Posyandu sangat menggantungkan perkembangannya
pada Puskesmas.
Melihat beberapa faktor penyebab keaktifan kader diatas, maka faktor-faktor
keaktifan kader dapat dikelompokkan kepada tiga faktor yaitu :
2.1.2.1. Faktor Predisposisi
1. Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan
batas akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang didalam melaksanakan
suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Nilawati (2008) menyatakan bahwa kader
yang muda lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan inovasi
didalam melaksanakan waktu luang dalam melaksanakan tugasnya sebagai kader
membantu masyarakat.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan
dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti kelulusan yang diakui oleh
negara. Selain itu pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
masukan (input), dan keluaran (output) didalam mencapai tujuan dari pendidikan itu
sendiri yaitu merubahan perilaku (Notoatmojo, 2005).
Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar
pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisa serta
pengembangan kepribadian. H.L.Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang
secara operasional tujuannya dibedakan kedalam tiga aspek yaitu: pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang
kader untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarga serta menunjang
kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang didalam
menjaga kesehatan, baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang
berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan
kesehatannya, termasuk kader Posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang
membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Sebaiknya seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan
mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader
dalam satu tahun (Suegianto, 2005).
Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan
keaktifan sebagai kader, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu
akan mempengaruhi keaktifan kader tersebut didalam pelaksanaan Posyandu sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan setiap bulannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Status perkawinan
Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan
perempuan secara syah dipandang dari segi agama dan tata negara yang dibuktikan
dengan surat nikah yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjuk pemerintah. Status
perkawinan sangat mempengaruhi kegiatan seorang kader dalam melaksanakan
kegiatan Posyandu, dimana dukungan dari keluarga pada umumnya menunjang
keaktifan kader didalam menjalankan tugasnya.
2.1.2.2. Faktor Enabling (Pendukung)
1. Pelatihan
Menurut Frank Sherwood dan Wallace dalam Moekijat (1988) pelatihan adalah
“Training is the proces of aiding employees to gain effectivaness in their preset of
future work throught the development of appropriate habits of thought and action,
sill, knowladge and attitudes ( Pelatihan adalah proses membantu pegawai untuk
memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarag atau yang akan datang
melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran, tindakan dan ketrampilan.
Adapun tujuan umum dari pelatihan sebenarnya menurut Moekijat adalah :
a. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
lebih cepat dan lebih efektif.
b. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat deselesaikan
secara rasional.
c. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerjasama
dengan teman-teman pekerja dan dengan pimpinan.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan kader merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka
mempersiapkan kader agar mau dan mampu berperan serta dalam melaksanakan
kegiatan UPGK/Posyandu di desanya. Kader yang mempunyai ketrampilan serta
pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya adalah merupakan kunci
keberhasilan kegiaatan UPGK/Posyandu. Oleh karena itu pengetahuan dan
keterampilan kader yang diperlukan harus disesuaikan dengan tugas mereka dalam
melaksanakan dan menembangkan kegiatan UPGK/Posyandu tersebut (Depkes RI,
1992).
2. Pembinaan
Pembinaan merupakan suatu kegiatan berkala dengan tujuan agar kader dapat
melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan tugasnya dan tercapainya tujuan dari
tugas kader tersebut. Pembinaan yang dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan
dan keterampilan kader serta pembinaan administrasi yang mencakup
penyelenggaraan kegiatan dan keuangan.
Pembinaan ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain rapat
koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas, kepala desa,
TP.PKK, dan BKKBN) yang bertujuan untuk membahas kemajuan dan kendala yang
dihadapi kader, kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat
operasional kegiatan kader, ataupun dengan melakukan studi banding ke Posyandu
lain (Depkes RI, 2006).
Universitas Sumatera Utara
3. Kelengkapan infrastruktur
Kelengkapan infrastuktur merupakan salah satu hal yang terpenting didalam
menunjang keaktifan kader melakukan tugasnya. Kelengkapan infrastuktur ini
meliputi sarana (bangunan) dan prasarana pendukung (timbangan berat badan, alat
ukur tinggi/panjang badan, buku registrasi, buku KIA, KMS, dll) didalam melakukan
kegiatan (Din.Prov. NAD, 2006).
2.1.2.3. Faktor Reinforcing (penguat)
1. Penghargaan
Sebagai salah satu aspek di dalam mendorong seseorang didalam melakukan
suatu pekerjaan ataupun kegiatan adalah adanya pengakuan ataupun penghargaan
yang diberikan baik dari pimpinan maupun kelompok. Penghargaan tersebut dapat
berupa pengakuan ataupun dalam bentuk materi
Salah satu pengaruh yang paling kuat atas prestasi seseorang didalam
melakukan suatu kegiatan adalah adanya imbalan. Selain itu imbalan ataupun
penghargaan dapat pula dijadikan sebagai daya tarik didalam merekrut anggota
sebuah organisasi. Karena dengan adanya perhatian tersebut menangarah kepada rasa
tanggung jawab, memiliki, otonomi dan keberanian didalam mempertahankan
prestasi yang telah dicapai (Gibson, 1996).
2. Dukungan
Dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan dan bantuan
yang diberikan dan dirasakan oleh orang lain atau kelompok. Menurut Yusuf (2007)
mengutip pendapat Daravino (1990), dukungan merupakan suatu upaya yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada kader Posyandu, baik secara moril maupun materil untuk
mendorong kader di dalam melakukan tugasnya. Berkaitan dengan hal tersebut,
mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh kader, maka keberhasilan akan
sangat tergantung dari sejauh mana upaya petugas ataupun pihak-pihak terkait
didalam melakukan pendampingan maupun pembinaan kepada kader tersebut.
Mengingat UPGK dan posyandu merupakan suatu kegiatan lintas sektoral dan
lintas program, maka dukungan yang diberikan hendaknya meliputi setiap
departemen atau badan yang terlibat. Akan tetapi karena sulitnya tercapai
kesepahaman didalam melakukan kegiatan ini maka sangat diperlukan dukungan dari
muspida dan muspika didalam menjembatani departemen dan badan yang telibat
dalam kegiatan UPGK dan posyandu sehingga tercapai masyarakat yang sehat dan
mandiri.
2.1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga 2.2.1. Pengertian Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah gerakan sadar gizi yang
bertujuan mengacu upaya masyarakat terutama di desa agar mencukupi kebutuhan
gizinya melalui pemanfaatan keanekaragaman pangan sesuai kebutuhan gizinya
melalui pemanfaatan penganekaragaman pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi
keluarga dan keadaan lingkungan setempat. Dengan kata lain Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga ialah kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi
dalam setiap keluarga di Indonesia. Jadi secara rinci Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
ialah (Tim Pengelola UPGK, 1999) :
Universitas Sumatera Utara
a. Merupakan usaha keluarga atau masyarakat untuk memperbaiki gizi pada semua
anggota keluarga/masyarakat.
b. Dilaksanakan oleh keluarga atau masyarakat dengan kader sebagai penggerak
masyarakat dan petugas beberapa sektor sebagai pembimbing dan pembina.
c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari hari dan bagian integral dari
pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d. Secara operasional ialah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk
melaksanakan alih teknologi sederhana pada keluarga atau masyarakat.
2.2.2. Sejarah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Program Usaha Perbaikan Gizi dirintis sejak tahun 1950-an. Dimulai dengan
terbentuknya Panitia Negara MMR (Menu Makanan Rakyat) dan LMR (Lembaga
Makanan Rakyat). Usaha Perbaikan Gizi Keluarga telah ada sejak tahun 1963 di Jawa
Tengah yang disebut ANP (Applied Nutrion Program) dan baru diubah menjadi
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sejak tahun 1969. Untuk meningkatkan kegiatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka pemerintah memperluas program ini secara
nasional bersifat 2 (dua) bidang, yaitu: lintas sektoral yang melibatkan peran serta
masyarakat dan lintas program (Depkes.RI, 1994).
Kegiatan UPGK merupakan kerjasama dari beberapa badan dan instansi
pemerintah. Adapu departemen atau badan yang memegang peran utama di dalam
pengembangan program UPGK antara lain adalah :
a. Departemen Kesehatan
b. Departemen Agama
Universitas Sumatera Utara
c. Departemen Pertanian
d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Di dalam pelaksanaannya, UPGK dapat di kategorikan kedalam tiga jenis kegiatan
yang meliputi :
a. UPGK Dasar
Merupakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif, seperti penyuluhan
gizi, penimbangan bulanan balita, pemberian PMT, dsb.
b. UPGK Lengkap
Merupakan kegiatan promotof, preventif dan rehabilitatif, meliputi PMT,
imunisasi, kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan,
dsb.
c. UPGK Intensif
Merupakan kegiatan promotif, kuratif, rehabilitatif, inovatif, income generating,
atau lebih sering di sebut Nutrition Inovation Pilot Project.
2.2.3. Tujuan UPGK
Secara garis besar tujuan Usaha Perbaikan Gizi adalah meningkatkan dan
membina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat melalui partisipasi dan
pemerataan kegiatan, perobahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan
gizi balita. Selain dari tujuan kegiatan UPGK secara umum seperti disebut diatas,
tiap-tiap instansi yang teterlibat mempunyai tujuan khusus sesuai fungsi dan peranan
masing-masing sektor. Sasaran upaya perbaikan gizi adalah seluruh rakyat dengan
prioritas kepada (Suharjo, 1989) :
Universitas Sumatera Utara
a. Golongan anak 0 – 5 tahun, wanita hamil dan wanita menyusui.
b. Golongan pekerja, terutama yang berpenghasila rendah.
c. Golongan penduduk didaerah rawan pangan.
2.2.4. Pelaksanaan UPGK
Upaya Perbaikan Gizi Keluraga merupakan usaha keluarga di dalam
memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga. Didalam pelaksanaan kegiatannya UPGK
di bentuk kader untuk membantu berjalannya program ini. Kader UPGK merupakan
anggota masyarakat yang bersedia:
a. Bekerja secara sukarela
b. Sanggup melaksanakan kegiatan UPGK
c. Sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan UPGK
Pada dasarnya kegiatan kader UPGK sama dengan kader Posyandu, dan
umumnya keder Posyandu di desa adalah kader UPGK pula. Hal ini dikerenakan
kegiatan UPGK merupakan satu kesatuan dengan kegiatan yang dilakukan oleh
Posyandu. Adapun tugas kader UPGK adalah (Depkes,2006) :
a. Melaksanakan kegiatan bulanan Posyandu
1. Memberitahukan satu hari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu
balita, dan anggota keluarga lainnya akan kegiatan Posyandu
2. Mempersiapkan peralatan pelaksanaan Posyandu
3. Melakukan kegiatan Posyandu pada hari yang telah ditentukan sesuai dengan
tugas yang telah disepakati.
Universitas Sumatera Utara
b. Melaksanakan kegiatan di luar Posyandu
1. Melaksanakan kunjungan rumah pada anak-anak, ibu hamil, yang dua bulan
berturut-turut tidak datang ke posyandu, balita BGM, balita yang dua bulan
berturut-turut tidak naik berat badannya, balita kegemukan, ibu hamil dan
menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium, dan rumah tidak layak
huni.
2. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
UPGK
3. Memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga
4. Kader membantu petugas di dalam pendataan, penyuluha dan peragaan
keterampilan (untuk meningkatkan peran serta masyarakat).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Posyandu 2.3.1. Pengertian Posyandu
Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
2.3.2. Sejarah Posyandu
Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat yang merupakan amanat
dari UUD 1945, Departemen Kesehatan (DEPKES) pada tahun 1975 menetapkan
kebijakan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang merupakan setrategi
pembangunan kesehatan dengan cara melibatkan langsung masyarakat dengan prinsip
Gotongroyong dan swadaya masyarakat. Penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi
di masyarakat di harapkan dapat terselesaikan dengan adanya kerjasama lintas
sektoral dan lintas program. Perkenalan PKMD ini di awali dengan kesepakatan
Internaional yang di kenal dengan nama Primary Health Care (PHC) seperti yang
tercantum di dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.
Mengingat kompleksnya masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat,
maka pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan,
Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri,yang mengintegrasikan berbagai kegiatan
yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang di sebut dengan nama Pos
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan Terpadu. Kegiatan yang di lakukan, di arahkan untuk lebih mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi yang sesuai dengan konsep GOBI-3F
(Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female
Education, Familly Planing, and Food Suplementtation), yang mana di terjemahkan
ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu (Depkes RI.2006):
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Imunisasi
4. Gizi dan
5. Penaggulangan Diare.
Perencanaan Posyandu ini pertama kali dilakukan secara masal di kota
Jokjakarta pada tahun 1986 oleh Kepala Negara Repoblik Indonesia bertepatan
dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak itulah Posyandu berkembang
dengan pesat, di mana masa keemasan Posyandu terjadi pada era 1980-an. Saat itu
jumlah Posyandu di Indonesia mencapai sekitar 250.000. Penelitian Megawangi
(1991) menunjukkan bahwa keberadaan Posyandu telah berhasil memperbaiki status
gizi anak balita. Kunci sukses keberhasilan Posyandu tidak terlepas dari peran
penting kader Posyandu itu sendiri. Mereka harus medapatkan training yang cukup
sehingga memiliki keterampilan untuk menjalankan program Posyandu (Sugeng,
2008).
Pada tahun 1990-an terjadi penurunan yang drastis pada jumlah Posyandu
mendekati 178.157 Posyandu, di mana dalam jumlah tersebut sekitar 50% tidak
memberikan pelayanan yang memadai (Depkes,2000). Untuk mengatasi hal tersebut,
Universitas Sumatera Utara
maka di keluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor. 9 Tahun 1990 tentang
peningkatan Pembinaan Posyandu, di mana setiap Kepala Daerah ditugaskan untuk
peningkatan pengelolaan mutu Posyandu dan pada tahun 2001 Menteri Dalam Negeri
kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor.441.3/1116/SJ tahun 2001 tentang
Revitalisasi Posyandu (Depkes RI, 2006).
2.3.3. Kegiatan-Kegiatan Posyandu
Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat
sekaligus mendapatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan
utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah
sebagai berikut :
2.3.3.1. Kegiatan Utama
A. Kesehatan Ibu dan Anak
1. Ibu Hamil
Pelayanan yang di selenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
a) Penimbangan berat badan dan pemberian tabelt besi yang di lakukan oleh
kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
pembuluh darah dan pemberian imunisasi tetanus toksoit. Bila tersedia ruang
pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus / usia kehamilan.
b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain
sesuai kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Penyuluhan tanda bahaya ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan
menyusui, KB dan Gizi.
b. Perawatan Payudara dan pemberian ASI
c. Peragaan pola makan ibu hamil
d. Peragaan perawatan bayi baru lahir
e. Senam ibu hamil.
2. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang di selenggarakan pada ibu nifas dan menyusui meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi, ibu nifas,perawatan kesehatan
jalan lahir (vagina)
b. Pemberian Vitamin A dan tabelt besi
c. Perawatan payudara
d. Senam ibu nifas
e. Jika ada tenaga Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan
umum , pemeriksaan payudara,
f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila di temikan
kelainan, segera di rujuk ke Puskesmas.
3. Bayi dan Anak Balita
Pelayan Posyandu untuk Balita harus di laksanakan dengan mengacu
kepada kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika memiliki ruangan pelayanan
memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan anak Balita hendaknya
tidak digendong melainkan dilepaskan bermain sesama Balita dengan
pengawasan orang tua dengan pengawasan kader.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur
Balita. Adapun jenis pelayanan yang di selenggarakan di Posyandu untuk
Balita meliputi :
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan
c. Penyuluhan
d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
B. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di
lakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan
yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.
C. Imunisasi
Pelayanan imunisasi Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas
Puskesmas. Jenis Imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik
terhadap bayi dan balita, maupun terhadap ibu hamil.
D. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah
bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,
Universitas Sumatera Utara
pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus pada ibu
hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tabelt besi dan kapsul yodium
untuk yang bertempat tinggal di daerah yang endemik
E. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu di lakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) . Penaggulangan diare di Posyandu
dilakukan antara lain dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang
dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan.
2.3.3.2. Kegiatan Pengembangan / Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambahkan kegiatan Posyandu
dalam kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah di
lakukan dengan baik, dalam arti cakupannya di atas 50% serta didukung oleh
sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini harus mendapat
dukungan dari Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain :
a. Bina Keluarga Balita
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Pertemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
Universitas Sumatera Utara
f. Desa Siaga
g. Dll.
2.3.4. Penyelenggaraan Posyandu
Penyelenggaraan Posyandu hakekatnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalan satu
bulan, dimana tempat pelaksanaan Posyandu hendaknya tidaklah terlalu jauh dan
mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah
satu rumah warga, balai desa / kelurahan, balai RT/RW/dusun atau tempat khusus
yang di bangun secara swadaya oleh masyarakat.
Pengelolaan Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang
ketua, sekertaris dan bendahara. Keriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai
berikut:
a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotifasi
masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
Kegiatan rutin Posyandu di selenggarakan dan dimotori oleh kader Posyandu
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader
setiap Posyandu adalah 5 (lima). Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama
yang dilakukan oleh Posyandu, yakni mengacu pada sistim 5 meja. Adapun yang
dimaksut dengan sistim 5 meja tersebut menunjukkan 5 pelayanan yang diberikan
oleh Posyandu. Secara umum pelayanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
Langsa Baro telah memiliki kelengkapan dalam jumlah kader, walaupun dalam
pelayanannya sistim 5 meja tersebut belum dapat dilakukan dengan maksimal
(Depkes RI, 2006)
Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab
pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1. Langkah-langkah dan pelaksana kegiatan Posyandu LANGKAH PELAYANAN PELAKSANA
Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan Kader
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader
Kelima Pelayanan Kesehatan
Petugas Kesehatan,
Sektor Terkait,
Bersama Kader
Sumber : Depkes RI, 2006
2.3.5. Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing Posyandu tidaklah sama, dengan demikian
pembinaan yang dilakukan masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah di kembangkan metode dan alat
telaahan perkembangan Posyandu yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian
Posyandu. Tujuan Telaahan Posyandu adalah untuk mengetahui tingkat
perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4(empat) tingkatan.
Secara sederhana indikator untuk tiap tingkatan Posyandu dapat diuraikan sebagai
berikut (Dinprov-SUMUT, 2007) :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Tingkat Perkembangan Posyandu No INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
1 Frekuensi Penimbangan <8 >8 >8 >8
2 Rerata Kader bertugas <5 >5 >5 >5
3 Rerata cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
4 Cakupa Komulatif KIA <50% <50% ≥50% ≥50%
5 Cakupa Komulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%
6 Cakupa Komulatif Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%
7 Program tambahan - - + +
8 Cakupan dana sehat <50% <50% ≤50% ≥50%
Sumber : Depkes RI, 2006
2.4. Hubungan Antara Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan kegiatan Posyandu
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sebagai upaya memperbaiki keadaan gizi
masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk
menanggulangi masalah gizi pada masyarakat, yang dilakukan dengan pemberdayaan
masyarakat dengan dukungan berbagai sektor, baik dari departamen maupun badan
pemerintahan.
Posyandu adalah suatu wadah komunikas dalam pelayanan kesehatan
masyarakat yang di lakukan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan
serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.
Untuk itu di dalam mewujudkan tujuan program diperlukan kerjasama antar
sektor yang baik. Untuk menciptakan peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga maka perlu dilaksanakan strategi KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang tepat yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Penyederhanaan pengertian gizi pada masyarakat dengan semboyan “Anak
Sehat adalah Bertambah Umur Bertambah Berat”.
b. Pengalihan teknologi sederhana pada masyarakat untuk memonitoring dinamika
pertumbuhan Berat Badan (BB) anak balita yaitu penimbangan bulanan dengan
dacin dan pencatatan pada KMS.
c. Penimbangan bulanan adalah kegiatan utama dan ciri khas dari Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga, tanpa adanya kegiatan penimbangan bukan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga.
d. Ada tindak lanjut setelah ditimbang, minimal penyuluhan gizi dan pesan yang
spesifik.
e. Intervensi langsung yang sederhana, misalnya Larutan Gula Garam (LGG),
vitamin A dosis tinggi dan tabelt besi.
Agar masyarakat dapat lebih termotivasi dan dapat lebih merasakan manfaat
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka dapat dikembangkan bentuk pelayanan
lainnya, misainya PMT, penyuluhan, rujukan, pelayanan kontrasepsi, imunisasi dan
lain-lain. Kegiatan tersebut sekarang lebih dikenal dengan Posyandu. Oleh karena itu
kegiatan posyandu, kelompok kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga merupakan
pintu masuk atau “entry point”dari pada kegiatan Posyandu.
Dengan demikian kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang disatukan
dalam posyandu adalah kegiatan penimbangan bulanan balita. Sedangkan kegiatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang lainnya dilaksanakan diluar kegiatan Posyandu
sebagai aktivitas rutin misalnya tanaman pekarangan, kebun percontohan, motivasi
melalui jalur agama (kelompok pengajian, ceramah di mesjid), peningkatan konsumsi
Universitas Sumatera Utara
makanan yang dilakukan oleh keluarga di desa, pengaturan pemberian ASI dan
makanan pengganti ASI yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dan lain-lain.
Di dalam menjalankan program ini di lapangan di gunakan tenaga bantu yang
di sebut dengan kader. Perilaku kader di dalam melakukan kegiatan di Posyandu
sangat mempengaruhi masalah kesehatan dan gizi yang terjadi di masyarakat.
Perilaku kader di dukung oleh faktor determinan seperti faktor predisposisi, faktor
enebling dan faktorreinforcing, seperti yang tertera di gambar berikut :
Gambar 2.1. Konsep Teoritis dan Faktor Determinan Perilaku Kader.
Sumber : Modifkasi (Soekidjo,2003; Subur, 2005; Wiku, 2007)
Faktor enablling yang berkaitan dengan pelaksanaan Posyandu : - Dacin - KMS - PMT - Gedung - Panduan - Sarana Kegiatan
Pelayanan Kesehatan
Faktor Predisposisi yang berkaitan dengan karekteristik kader : - Umur - Pedidikan - Pekerjaan - Status perkawinan - Sikap - Motivasi - Pengetahuan/pelatih
an
Faktor Reinforcing : - Dukungan pemda - Dukungan LSM - Dukungan TP-
PKK - Dukungan
masyarakat - Struktur Posyandu
Perilaku Kader
Keaktifan Kader
Status Kesehatan
Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konsep
Dari beberapa kajian yang telah dilakukan diatas, banyak faktor yang
berhubungan dengan keaktifan kader. Pada penelitian ini peneliti membatasi variabel
penelitian yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi Posyandu di Puskesmas
Langsa Barat Kecamatan Langsa Baro yaitu faktor predisposisi, pendukung dan
penguat yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Keaktifan
Kader dalam program UPGK
Faktor Predisposisi : - Usia - Pendidikan - Status perkawinan - Pekerjaan - Pengetahuan
Faktor Pendukung : - Pelatihan dan Pembinaan - Kelengkaan infrastruktur
Faktor Penguat : - Dukungan Instansi Terkait - Penghargaan dan insentif
Universitas Sumatera Utara
2.6. Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh faktor predisposisi (usia, pendidiakan, status perkawinan,
pekerjaan an pengetahuan), faktor pendukung (pelatihan dan pembinaan, kelengkapan
infrastruktur) dan faktor penguat (dukungan, penghargaan dan insentif) terhadap
keaktifan kader dalam program UPGK.
Universitas Sumatera Utara