bab ii tinjauan pustaka -...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kader 2.1.1. Pengertian dan Tugas Kader Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh di masyarakat yang merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang kesehatan. Kader adalah seorang atau tim sebagai tenaga Posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan pemantauan, pertumbuhan dan perkembangan Balita dan memfasilitasi kegiatan lain (Pemprof NAD, 2006). Keriteria kader Posyandu adalah sebagai berikut: a. Di utamakan berasal dari anggota masyarakat setempat. b. Dapat membaca dan menulis huruf latin. c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharuan dan penggerak masyarakat. d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang. Mengingat tugas kader bukanlah tenaga profesional dan teknis, melainkan hanya membantu di dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu adanya pembagian tugas yang di emban padanya, baik menyangkut jumlah maupu jenis pelayan. Universitas Sumatera Utara

Upload: duongkien

Post on 28-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kader 2.1.1. Pengertian dan Tugas Kader

Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam

bidang tertentu yang tumbuh di masyarakat yang merasa berkewajiban untuk

melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang

kesehatan.

Kader adalah seorang atau tim sebagai tenaga Posyandu yang berasal dari dan

dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta

tanggung jawab untuk melaksanakan pemantauan, pertumbuhan dan perkembangan

Balita dan memfasilitasi kegiatan lain (Pemprof NAD, 2006). Keriteria kader

Posyandu adalah sebagai berikut:

a. Di utamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

b. Dapat membaca dan menulis huruf latin.

c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharuan dan penggerak masyarakat.

d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.

Mengingat tugas kader bukanlah tenaga profesional dan teknis, melainkan

hanya membantu di dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu

adanya pembagian tugas yang di emban padanya, baik menyangkut jumlah maupu

jenis pelayan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

Adapun tugas kader adalah sebagai berikut :

A. Pada hari buka Posyandu (Depkes, 2006):

a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana Posyandu

termasuk menyiapkan dan memberikan makana tambahan.

b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

c. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yag berkunjung ke

Posyandu.

d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku

register Posyandu.

e. Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan kewenangannya.

Misalnya memberikan Vitamin A, pemberian tabelt zat besi, oralit, pil KB,

Kondom. Apabila pada hari buka tenaga kesehatan Puskesmas datang

berkunjung, penyelenggaraan pelayanan dan KB ini dilakukan bersama

petugas kesehatan.

f. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas melengkapi

pencatatan dan membahas hasil kegiatan tindaklanjut.

B. Diluar hari buka Posyandu antara lain :

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu:

1. Bayi

2. Anak Balita

3. Ibu Hamil

4. Ibu Menyusui

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

b. Membuat grafik SKDN, yaitu :

1. S : Seluruh balita yang bertempat tingal diwilayah kerja Posyandu

2. K : Jumlah balita yang mempunya Kartu MenujuSehat atau buku KIA

3. D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang pada hari buka Posyandu

4. N : Jumlah balita yang ditimbang berat badannya dan berat badannya

naik.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap :

1. Sasaran yang tidak datang

2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lebih lanjut

3. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu

pada hari buka

4. Melakuakn kunjungan tatap muka ketokoh masyarakat, dan menghadiri

pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

Melihat tugas-tugas kader di atas maka dapat di ketahui bahwa program UPGK yang

di tetapkan di dalam kategori kegiatan UPGK lengkap di lakukan oleh kader di

Posyandu.

Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kader dewasa ini adalah

tingginya angka drop out kader. Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2%,

sehingga angka drop out kader sekitar 30,8% ( Wiku.A, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keaktifan Kader

Keaktifan kader adalah keterlibatan kader didalam kegiatan kemasyarakatan

yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan

yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan

kader Posyandu tersebut dari ada atau tidaknya dilaksanakannya kegiatan-kegiatan

Posyandu sebagai tugas yang diembankan kepadanya. Kegiatan ini akan berjalan

dengan baik jika didukung dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan

hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan

serta ada tersedianya waktu, tempat yang tepat, sesuai dan layak untuk menunjang

kegiatan Posyandu. (Depkes RI, 2006b).

Pakar manajemen, George Terry dalam LAN (1999) menyatakan bahwa

pencapaian tujuan (out put) dalam proses suatu kegiatan di pengaruhi oleh beberapa

hal, yaitu :

a. Perencanaan ( planning )

b. Pengorganisasian ( Organizing )

c. Pelaksanaan ( Actuating )

d. Pengawasan ( Controling )

Menurut Gibson dkk (1996), bahwa kinerja individu dapat diartikan sebagai

perilaku dan prestasi kerja individu yang dipengaruhi oleh variabel individu, variabel

organisasi dan variabel psikologis.

Teori harapan mengatakan bahwa kekuatan dari kecederungan untuk bertindak

dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada dayatarik hasil tersebut bagi

individu. Dalam hal ini ada tiga variabel yang dikemukakan, yaitu (Robbins, 2002):

a. Daya tarik : Pentingnya individu mengharapkan out come dan penghargaan yang

mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan

kebutuhan–kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.

b. Kaitan kinerja-penghargaan : Keyakinan individu bahwa dengan mewujudkan

kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang di inginkan.

c. Kaitan Upaya-kinerja : Probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa

dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja.

Menurut Maryoto (2000) mengutip pendapat Maslow (1970) menyatakan

bahwa sebahagian besar perilaku manusia berdasarkan adanya motif (kebutuhan

tertentu). Disebut pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang

terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan,

minum, seks dan sebagainya. Diatas kebutuhan dasar adalah kebutuhan aman,

kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan akan kedudukan dan status,

dan yang tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatkan peran serta diri atau

pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya dimiliki oleh orang yang telah mencapai

kebutuhan tinggi.

Menurut para ahli dan beberapa peneliti tentang kader antara lain Hartono

(1978) dan Sumardilah (1985) di Kebayoran Baru Jakarta menemukan ciri-ciri kader

yang aktif adalah berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan

tamat SLTP sederajat, mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugasnya, dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

mengikuti kegiatan sosial bermasyarakat, inovatif, tinggal di RT/RW Posyandu

berada, dan mempunyai motivasi yang positif. Selain itu Nilawati (2008) di Aceh

selatan pada penelitian tentang keaktifan kader menemukan bahwa usia 21-30 tahun

merupakan usia kader yang paling aktif

Ries dan Elder (2000) melaporkan adanya kasus drop out dan rendahnya

motivasi kader / tenaga kesehatan didalam memberikan pelayanan kesehatan.

Mereka lebih suka mencari pekerjaan yang lain di industri / pabrik sekaligus

membantu keluarga dari lilitan ekonomi. Scrimshaw (1992) mengatakan selain itu

faktor lain yang berkontribusi dalam perbaikan pervormance kader adalah

pengetahuan dan ketrampilan kader dalam melakukan tugasnya. Hal yang dianggap

paling sulit oleh kader adalah menginterprestasikan grafik KMS dan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat (Sugeng, 2008).

Hasil penelitian Aniez dan Irawati (2000) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi keaktifan kader Posyandu di Kecamatan Mianggo Kabupaten Jepara

ditemukan beberapa masalah dan hambatan bagi kader di dalam melaksanakan

kegiatan Posyandu. Permasalahan yang dialamai kader posyandu tersebut adalah

kurangnya koordinasi antara tokoh masyarakat, pamong pemerintah, tenaga

kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektoral yang terkait diluar

kesehatan, selain itu ditemukan hal-hal sebagai berikut :

a. Tokoh masyarakat (pemuka agama) belum sepenuhnya berperan aktif

b. Kader yang bersifat tenaga sukarela tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara

rutin

c. Latar belakang pendidikan serta ekonomi kader relatif masih rendah

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

d. Kurangnya pembinaan (supervisi) dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan

e. Buku petunjuk pedoman (manual) Posyandu yang belum tersebar secara merata

Hasil penelitian ini hampir sama dengan apa yang dijumpai di Kecamatan

Langsa Baro Kota Langsa, dimana dari survei awal peneliti ditemukan bahwa

dukungan dan peran serta dari tokoh masyarakat akan perkembangan Posyandu

masih sangat kurang, dimana Posyandu sangat menggantungkan perkembangannya

pada Puskesmas.

Melihat beberapa faktor penyebab keaktifan kader diatas, maka faktor-faktor

keaktifan kader dapat dikelompokkan kepada tiga faktor yaitu :

2.1.2.1. Faktor Predisposisi

1. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan

batas akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang didalam melaksanakan

suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Nilawati (2008) menyatakan bahwa kader

yang muda lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan inovasi

didalam melaksanakan waktu luang dalam melaksanakan tugasnya sebagai kader

membantu masyarakat.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan

dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti kelulusan yang diakui oleh

negara. Selain itu pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

masukan (input), dan keluaran (output) didalam mencapai tujuan dari pendidikan itu

sendiri yaitu merubahan perilaku (Notoatmojo, 2005).

Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar

pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisa serta

pengembangan kepribadian. H.L.Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan

suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang

secara operasional tujuannya dibedakan kedalam tiga aspek yaitu: pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang

kader untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarga serta menunjang

kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang didalam

menjaga kesehatan, baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang

berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan

kesehatannya, termasuk kader Posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang

membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.

Sebaiknya seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan

mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader

dalam satu tahun (Suegianto, 2005).

Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan

keaktifan sebagai kader, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu

akan mempengaruhi keaktifan kader tersebut didalam pelaksanaan Posyandu sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan setiap bulannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

4. Status perkawinan

Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan

perempuan secara syah dipandang dari segi agama dan tata negara yang dibuktikan

dengan surat nikah yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjuk pemerintah. Status

perkawinan sangat mempengaruhi kegiatan seorang kader dalam melaksanakan

kegiatan Posyandu, dimana dukungan dari keluarga pada umumnya menunjang

keaktifan kader didalam menjalankan tugasnya.

2.1.2.2. Faktor Enabling (Pendukung)

1. Pelatihan

Menurut Frank Sherwood dan Wallace dalam Moekijat (1988) pelatihan adalah

“Training is the proces of aiding employees to gain effectivaness in their preset of

future work throught the development of appropriate habits of thought and action,

sill, knowladge and attitudes ( Pelatihan adalah proses membantu pegawai untuk

memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarag atau yang akan datang

melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran, tindakan dan ketrampilan.

Adapun tujuan umum dari pelatihan sebenarnya menurut Moekijat adalah :

a. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan

lebih cepat dan lebih efektif.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat deselesaikan

secara rasional.

c. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerjasama

dengan teman-teman pekerja dan dengan pimpinan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

Pelatihan kader merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka

mempersiapkan kader agar mau dan mampu berperan serta dalam melaksanakan

kegiatan UPGK/Posyandu di desanya. Kader yang mempunyai ketrampilan serta

pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya adalah merupakan kunci

keberhasilan kegiaatan UPGK/Posyandu. Oleh karena itu pengetahuan dan

keterampilan kader yang diperlukan harus disesuaikan dengan tugas mereka dalam

melaksanakan dan menembangkan kegiatan UPGK/Posyandu tersebut (Depkes RI,

1992).

2. Pembinaan

Pembinaan merupakan suatu kegiatan berkala dengan tujuan agar kader dapat

melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan tugasnya dan tercapainya tujuan dari

tugas kader tersebut. Pembinaan yang dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan

dan keterampilan kader serta pembinaan administrasi yang mencakup

penyelenggaraan kegiatan dan keuangan.

Pembinaan ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain rapat

koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas, kepala desa,

TP.PKK, dan BKKBN) yang bertujuan untuk membahas kemajuan dan kendala yang

dihadapi kader, kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat

operasional kegiatan kader, ataupun dengan melakukan studi banding ke Posyandu

lain (Depkes RI, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

3. Kelengkapan infrastruktur

Kelengkapan infrastuktur merupakan salah satu hal yang terpenting didalam

menunjang keaktifan kader melakukan tugasnya. Kelengkapan infrastuktur ini

meliputi sarana (bangunan) dan prasarana pendukung (timbangan berat badan, alat

ukur tinggi/panjang badan, buku registrasi, buku KIA, KMS, dll) didalam melakukan

kegiatan (Din.Prov. NAD, 2006).

2.1.2.3. Faktor Reinforcing (penguat)

1. Penghargaan

Sebagai salah satu aspek di dalam mendorong seseorang didalam melakukan

suatu pekerjaan ataupun kegiatan adalah adanya pengakuan ataupun penghargaan

yang diberikan baik dari pimpinan maupun kelompok. Penghargaan tersebut dapat

berupa pengakuan ataupun dalam bentuk materi

Salah satu pengaruh yang paling kuat atas prestasi seseorang didalam

melakukan suatu kegiatan adalah adanya imbalan. Selain itu imbalan ataupun

penghargaan dapat pula dijadikan sebagai daya tarik didalam merekrut anggota

sebuah organisasi. Karena dengan adanya perhatian tersebut menangarah kepada rasa

tanggung jawab, memiliki, otonomi dan keberanian didalam mempertahankan

prestasi yang telah dicapai (Gibson, 1996).

2. Dukungan

Dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan dan bantuan

yang diberikan dan dirasakan oleh orang lain atau kelompok. Menurut Yusuf (2007)

mengutip pendapat Daravino (1990), dukungan merupakan suatu upaya yang

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

diberikan kepada kader Posyandu, baik secara moril maupun materil untuk

mendorong kader di dalam melakukan tugasnya. Berkaitan dengan hal tersebut,

mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh kader, maka keberhasilan akan

sangat tergantung dari sejauh mana upaya petugas ataupun pihak-pihak terkait

didalam melakukan pendampingan maupun pembinaan kepada kader tersebut.

Mengingat UPGK dan posyandu merupakan suatu kegiatan lintas sektoral dan

lintas program, maka dukungan yang diberikan hendaknya meliputi setiap

departemen atau badan yang terlibat. Akan tetapi karena sulitnya tercapai

kesepahaman didalam melakukan kegiatan ini maka sangat diperlukan dukungan dari

muspida dan muspika didalam menjembatani departemen dan badan yang telibat

dalam kegiatan UPGK dan posyandu sehingga tercapai masyarakat yang sehat dan

mandiri.

2.1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga 2.2.1. Pengertian Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah gerakan sadar gizi yang

bertujuan mengacu upaya masyarakat terutama di desa agar mencukupi kebutuhan

gizinya melalui pemanfaatan keanekaragaman pangan sesuai kebutuhan gizinya

melalui pemanfaatan penganekaragaman pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi

keluarga dan keadaan lingkungan setempat. Dengan kata lain Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga ialah kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi

dalam setiap keluarga di Indonesia. Jadi secara rinci Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

ialah (Tim Pengelola UPGK, 1999) :

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

a. Merupakan usaha keluarga atau masyarakat untuk memperbaiki gizi pada semua

anggota keluarga/masyarakat.

b. Dilaksanakan oleh keluarga atau masyarakat dengan kader sebagai penggerak

masyarakat dan petugas beberapa sektor sebagai pembimbing dan pembina.

c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari hari dan bagian integral dari

pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

d. Secara operasional ialah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk

melaksanakan alih teknologi sederhana pada keluarga atau masyarakat.

2.2.2. Sejarah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

Program Usaha Perbaikan Gizi dirintis sejak tahun 1950-an. Dimulai dengan

terbentuknya Panitia Negara MMR (Menu Makanan Rakyat) dan LMR (Lembaga

Makanan Rakyat). Usaha Perbaikan Gizi Keluarga telah ada sejak tahun 1963 di Jawa

Tengah yang disebut ANP (Applied Nutrion Program) dan baru diubah menjadi

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sejak tahun 1969. Untuk meningkatkan kegiatan

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka pemerintah memperluas program ini secara

nasional bersifat 2 (dua) bidang, yaitu: lintas sektoral yang melibatkan peran serta

masyarakat dan lintas program (Depkes.RI, 1994).

Kegiatan UPGK merupakan kerjasama dari beberapa badan dan instansi

pemerintah. Adapu departemen atau badan yang memegang peran utama di dalam

pengembangan program UPGK antara lain adalah :

a. Departemen Kesehatan

b. Departemen Agama

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

c. Departemen Pertanian

d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Di dalam pelaksanaannya, UPGK dapat di kategorikan kedalam tiga jenis kegiatan

yang meliputi :

a. UPGK Dasar

Merupakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif, seperti penyuluhan

gizi, penimbangan bulanan balita, pemberian PMT, dsb.

b. UPGK Lengkap

Merupakan kegiatan promotof, preventif dan rehabilitatif, meliputi PMT,

imunisasi, kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan,

dsb.

c. UPGK Intensif

Merupakan kegiatan promotif, kuratif, rehabilitatif, inovatif, income generating,

atau lebih sering di sebut Nutrition Inovation Pilot Project.

2.2.3. Tujuan UPGK

Secara garis besar tujuan Usaha Perbaikan Gizi adalah meningkatkan dan

membina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat melalui partisipasi dan

pemerataan kegiatan, perobahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan

gizi balita. Selain dari tujuan kegiatan UPGK secara umum seperti disebut diatas,

tiap-tiap instansi yang teterlibat mempunyai tujuan khusus sesuai fungsi dan peranan

masing-masing sektor. Sasaran upaya perbaikan gizi adalah seluruh rakyat dengan

prioritas kepada (Suharjo, 1989) :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

a. Golongan anak 0 – 5 tahun, wanita hamil dan wanita menyusui.

b. Golongan pekerja, terutama yang berpenghasila rendah.

c. Golongan penduduk didaerah rawan pangan.

2.2.4. Pelaksanaan UPGK

Upaya Perbaikan Gizi Keluraga merupakan usaha keluarga di dalam

memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga. Didalam pelaksanaan kegiatannya UPGK

di bentuk kader untuk membantu berjalannya program ini. Kader UPGK merupakan

anggota masyarakat yang bersedia:

a. Bekerja secara sukarela

b. Sanggup melaksanakan kegiatan UPGK

c. Sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan UPGK

Pada dasarnya kegiatan kader UPGK sama dengan kader Posyandu, dan

umumnya keder Posyandu di desa adalah kader UPGK pula. Hal ini dikerenakan

kegiatan UPGK merupakan satu kesatuan dengan kegiatan yang dilakukan oleh

Posyandu. Adapun tugas kader UPGK adalah (Depkes,2006) :

a. Melaksanakan kegiatan bulanan Posyandu

1. Memberitahukan satu hari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu

balita, dan anggota keluarga lainnya akan kegiatan Posyandu

2. Mempersiapkan peralatan pelaksanaan Posyandu

3. Melakukan kegiatan Posyandu pada hari yang telah ditentukan sesuai dengan

tugas yang telah disepakati.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

b. Melaksanakan kegiatan di luar Posyandu

1. Melaksanakan kunjungan rumah pada anak-anak, ibu hamil, yang dua bulan

berturut-turut tidak datang ke posyandu, balita BGM, balita yang dua bulan

berturut-turut tidak naik berat badannya, balita kegemukan, ibu hamil dan

menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium, dan rumah tidak layak

huni.

2. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan

UPGK

3. Memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga

4. Kader membantu petugas di dalam pendataan, penyuluha dan peragaan

keterampilan (untuk meningkatkan peran serta masyarakat).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

2.3. Posyandu 2.3.1. Pengertian Posyandu

Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi.

2.3.2. Sejarah Posyandu

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat yang merupakan amanat

dari UUD 1945, Departemen Kesehatan (DEPKES) pada tahun 1975 menetapkan

kebijakan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang merupakan setrategi

pembangunan kesehatan dengan cara melibatkan langsung masyarakat dengan prinsip

Gotongroyong dan swadaya masyarakat. Penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi

di masyarakat di harapkan dapat terselesaikan dengan adanya kerjasama lintas

sektoral dan lintas program. Perkenalan PKMD ini di awali dengan kesepakatan

Internaional yang di kenal dengan nama Primary Health Care (PHC) seperti yang

tercantum di dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.

Mengingat kompleksnya masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat,

maka pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan,

Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri,yang mengintegrasikan berbagai kegiatan

yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang di sebut dengan nama Pos

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

Pelayanan Terpadu. Kegiatan yang di lakukan, di arahkan untuk lebih mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi yang sesuai dengan konsep GOBI-3F

(Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female

Education, Familly Planing, and Food Suplementtation), yang mana di terjemahkan

ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu (Depkes RI.2006):

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Imunisasi

4. Gizi dan

5. Penaggulangan Diare.

Perencanaan Posyandu ini pertama kali dilakukan secara masal di kota

Jokjakarta pada tahun 1986 oleh Kepala Negara Repoblik Indonesia bertepatan

dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak itulah Posyandu berkembang

dengan pesat, di mana masa keemasan Posyandu terjadi pada era 1980-an. Saat itu

jumlah Posyandu di Indonesia mencapai sekitar 250.000. Penelitian Megawangi

(1991) menunjukkan bahwa keberadaan Posyandu telah berhasil memperbaiki status

gizi anak balita. Kunci sukses keberhasilan Posyandu tidak terlepas dari peran

penting kader Posyandu itu sendiri. Mereka harus medapatkan training yang cukup

sehingga memiliki keterampilan untuk menjalankan program Posyandu (Sugeng,

2008).

Pada tahun 1990-an terjadi penurunan yang drastis pada jumlah Posyandu

mendekati 178.157 Posyandu, di mana dalam jumlah tersebut sekitar 50% tidak

memberikan pelayanan yang memadai (Depkes,2000). Untuk mengatasi hal tersebut,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

maka di keluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor. 9 Tahun 1990 tentang

peningkatan Pembinaan Posyandu, di mana setiap Kepala Daerah ditugaskan untuk

peningkatan pengelolaan mutu Posyandu dan pada tahun 2001 Menteri Dalam Negeri

kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor.441.3/1116/SJ tahun 2001 tentang

Revitalisasi Posyandu (Depkes RI, 2006).

2.3.3. Kegiatan-Kegiatan Posyandu

Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat

sekaligus mendapatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan

utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah

sebagai berikut :

2.3.3.1. Kegiatan Utama

A. Kesehatan Ibu dan Anak

1. Ibu Hamil

Pelayanan yang di selenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

a) Penimbangan berat badan dan pemberian tabelt besi yang di lakukan oleh

kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran

pembuluh darah dan pemberian imunisasi tetanus toksoit. Bila tersedia ruang

pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus / usia kehamilan.

b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan

kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain

sesuai kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

a. Penyuluhan tanda bahaya ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan

menyusui, KB dan Gizi.

b. Perawatan Payudara dan pemberian ASI

c. Peragaan pola makan ibu hamil

d. Peragaan perawatan bayi baru lahir

e. Senam ibu hamil.

2. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang di selenggarakan pada ibu nifas dan menyusui meliputi :

a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi, ibu nifas,perawatan kesehatan

jalan lahir (vagina)

b. Pemberian Vitamin A dan tabelt besi

c. Perawatan payudara

d. Senam ibu nifas

e. Jika ada tenaga Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan

umum , pemeriksaan payudara,

f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila di temikan

kelainan, segera di rujuk ke Puskesmas.

3. Bayi dan Anak Balita

Pelayan Posyandu untuk Balita harus di laksanakan dengan mengacu

kepada kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika memiliki ruangan pelayanan

memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan anak Balita hendaknya

tidak digendong melainkan dilepaskan bermain sesama Balita dengan

pengawasan orang tua dengan pengawasan kader.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur

Balita. Adapun jenis pelayanan yang di selenggarakan di Posyandu untuk

Balita meliputi :

a. Penimbangan berat badan

b. Penentuan status pertumbuhan

c. Penyuluhan

d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,

segera dirujuk ke Puskesmas.

B. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah

pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di

lakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan

yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.

C. Imunisasi

Pelayanan imunisasi Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas

Puskesmas. Jenis Imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik

terhadap bayi dan balita, maupun terhadap ibu hamil.

D. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah

bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi

penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus pada ibu

hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tabelt besi dan kapsul yodium

untuk yang bertempat tinggal di daerah yang endemik

E. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu di lakukan antara lain dengan penyuluhan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) . Penaggulangan diare di Posyandu

dilakukan antara lain dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang

dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan.

2.3.3.2. Kegiatan Pengembangan / Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambahkan kegiatan Posyandu

dalam kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah di

lakukan dengan baik, dalam arti cakupannya di atas 50% serta didukung oleh

sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini harus mendapat

dukungan dari Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah

diselenggarakan antara lain :

a. Bina Keluarga Balita

b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

c. Pertemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa.

d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

f. Desa Siaga

g. Dll.

2.3.4. Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu hakekatnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalan satu

bulan, dimana tempat pelaksanaan Posyandu hendaknya tidaklah terlalu jauh dan

mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah

satu rumah warga, balai desa / kelurahan, balai RT/RW/dusun atau tempat khusus

yang di bangun secara swadaya oleh masyarakat.

Pengelolaan Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat

pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang

ketua, sekertaris dan bendahara. Keriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai

berikut:

a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotifasi

masyarakat.

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

Kegiatan rutin Posyandu di selenggarakan dan dimotori oleh kader Posyandu

dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader

setiap Posyandu adalah 5 (lima). Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama

yang dilakukan oleh Posyandu, yakni mengacu pada sistim 5 meja. Adapun yang

dimaksut dengan sistim 5 meja tersebut menunjukkan 5 pelayanan yang diberikan

oleh Posyandu. Secara umum pelayanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

Langsa Baro telah memiliki kelengkapan dalam jumlah kader, walaupun dalam

pelayanannya sistim 5 meja tersebut belum dapat dilakukan dengan maksimal

(Depkes RI, 2006)

Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab

pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Langkah-langkah dan pelaksana kegiatan Posyandu LANGKAH PELAYANAN PELAKSANA

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan Kesehatan

Petugas Kesehatan,

Sektor Terkait,

Bersama Kader

Sumber : Depkes RI, 2006

2.3.5. Tingkat Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing-masing Posyandu tidaklah sama, dengan demikian

pembinaan yang dilakukan masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk

mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah di kembangkan metode dan alat

telaahan perkembangan Posyandu yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian

Posyandu. Tujuan Telaahan Posyandu adalah untuk mengetahui tingkat

perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4(empat) tingkatan.

Secara sederhana indikator untuk tiap tingkatan Posyandu dapat diuraikan sebagai

berikut (Dinprov-SUMUT, 2007) :

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

Tabel 2.2. Tingkat Perkembangan Posyandu No INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1 Frekuensi Penimbangan <8 >8 >8 >8

2 Rerata Kader bertugas <5 >5 >5 >5

3 Rerata cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%

4 Cakupa Komulatif KIA <50% <50% ≥50% ≥50%

5 Cakupa Komulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%

6 Cakupa Komulatif Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%

7 Program tambahan - - + +

8 Cakupan dana sehat <50% <50% ≤50% ≥50%

Sumber : Depkes RI, 2006

2.4. Hubungan Antara Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan kegiatan Posyandu

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sebagai upaya memperbaiki keadaan gizi

masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk

menanggulangi masalah gizi pada masyarakat, yang dilakukan dengan pemberdayaan

masyarakat dengan dukungan berbagai sektor, baik dari departamen maupun badan

pemerintahan.

Posyandu adalah suatu wadah komunikas dalam pelayanan kesehatan

masyarakat yang di lakukan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan

serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.

Untuk itu di dalam mewujudkan tujuan program diperlukan kerjasama antar

sektor yang baik. Untuk menciptakan peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan

kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga maka perlu dilaksanakan strategi KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang tepat yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

a. Penyederhanaan pengertian gizi pada masyarakat dengan semboyan “Anak

Sehat adalah Bertambah Umur Bertambah Berat”.

b. Pengalihan teknologi sederhana pada masyarakat untuk memonitoring dinamika

pertumbuhan Berat Badan (BB) anak balita yaitu penimbangan bulanan dengan

dacin dan pencatatan pada KMS.

c. Penimbangan bulanan adalah kegiatan utama dan ciri khas dari Usaha Perbaikan

Gizi Keluarga, tanpa adanya kegiatan penimbangan bukan Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga.

d. Ada tindak lanjut setelah ditimbang, minimal penyuluhan gizi dan pesan yang

spesifik.

e. Intervensi langsung yang sederhana, misalnya Larutan Gula Garam (LGG),

vitamin A dosis tinggi dan tabelt besi.

Agar masyarakat dapat lebih termotivasi dan dapat lebih merasakan manfaat

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka dapat dikembangkan bentuk pelayanan

lainnya, misainya PMT, penyuluhan, rujukan, pelayanan kontrasepsi, imunisasi dan

lain-lain. Kegiatan tersebut sekarang lebih dikenal dengan Posyandu. Oleh karena itu

kegiatan posyandu, kelompok kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga merupakan

pintu masuk atau “entry point”dari pada kegiatan Posyandu.

Dengan demikian kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang disatukan

dalam posyandu adalah kegiatan penimbangan bulanan balita. Sedangkan kegiatan

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang lainnya dilaksanakan diluar kegiatan Posyandu

sebagai aktivitas rutin misalnya tanaman pekarangan, kebun percontohan, motivasi

melalui jalur agama (kelompok pengajian, ceramah di mesjid), peningkatan konsumsi

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

makanan yang dilakukan oleh keluarga di desa, pengaturan pemberian ASI dan

makanan pengganti ASI yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dan lain-lain.

Di dalam menjalankan program ini di lapangan di gunakan tenaga bantu yang

di sebut dengan kader. Perilaku kader di dalam melakukan kegiatan di Posyandu

sangat mempengaruhi masalah kesehatan dan gizi yang terjadi di masyarakat.

Perilaku kader di dukung oleh faktor determinan seperti faktor predisposisi, faktor

enebling dan faktorreinforcing, seperti yang tertera di gambar berikut :

Gambar 2.1. Konsep Teoritis dan Faktor Determinan Perilaku Kader.

Sumber : Modifkasi (Soekidjo,2003; Subur, 2005; Wiku, 2007)

Faktor enablling yang berkaitan dengan pelaksanaan Posyandu : - Dacin - KMS - PMT - Gedung - Panduan - Sarana Kegiatan

Pelayanan Kesehatan

Faktor Predisposisi yang berkaitan dengan karekteristik kader : - Umur - Pedidikan - Pekerjaan - Status perkawinan - Sikap - Motivasi - Pengetahuan/pelatih

an

Faktor Reinforcing : - Dukungan pemda - Dukungan LSM - Dukungan TP-

PKK - Dukungan

masyarakat - Struktur Posyandu

Perilaku Kader

Keaktifan Kader

Status Kesehatan

Lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

2.5. Kerangka Konsep

Dari beberapa kajian yang telah dilakukan diatas, banyak faktor yang

berhubungan dengan keaktifan kader. Pada penelitian ini peneliti membatasi variabel

penelitian yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi Posyandu di Puskesmas

Langsa Barat Kecamatan Langsa Baro yaitu faktor predisposisi, pendukung dan

penguat yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Keaktifan

Kader dalam program UPGK

Faktor Predisposisi : - Usia - Pendidikan - Status perkawinan - Pekerjaan - Pengetahuan

Faktor Pendukung : - Pelatihan dan Pembinaan - Kelengkaan infrastruktur

Faktor Penguat : - Dukungan Instansi Terkait - Penghargaan dan insentif

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/4/Chapter II.pdf · koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas,

2.6. Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh faktor predisposisi (usia, pendidiakan, status perkawinan,

pekerjaan an pengetahuan), faktor pendukung (pelatihan dan pembinaan, kelengkapan

infrastruktur) dan faktor penguat (dukungan, penghargaan dan insentif) terhadap

keaktifan kader dalam program UPGK.

Universitas Sumatera Utara