bab ii tinjauan pustaka -...

16
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep kecemasan mempunyai peranan mendasar, karena terdapat dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri. Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan, dengan ditandai oleh perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Menurut Burns (2008) “kecemasan adalah kekhawatiran seseorang dalam menghadapi suatu permasalahan dengan rasa gugup, panik, tegang yang dapat memunculkan stres dan berpengaruh terhadap kondisi tubuh”. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan merupakan hasil dari proses psikologi dan proses fisiologis dalam tubuh manusia yang menunjukkan aksi secara naluri bahwa individu yang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut. Menurut Burns (2008) “bentuk-bentuk kecemasan dapat dilihat: Chronic Worrying, Fears and Phobias, Performance Anxiety, Public Speaking Anxiety,

Upload: vocong

Post on 04-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

9

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya

anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti

kaku dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep

kecemasan mempunyai peranan mendasar, karena

terdapat dalam teori-teori tentang stres dan

penyesuaian diri.

Kecemasan merupakan kondisi emosional yang

tidak menyenangkan, dengan ditandai oleh perasaan

subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran

dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat.

Menurut Burns (2008) “kecemasan adalah

kekhawatiran seseorang dalam menghadapi suatu

permasalahan dengan rasa gugup, panik, tegang yang

dapat memunculkan stres dan berpengaruh terhadap

kondisi tubuh”. Kecemasan adalah fungsi ego untuk

memperingatkan individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya dapat disiapkan reaksi adaptif

yang sesuai. Kecemasan merupakan hasil dari proses

psikologi dan proses fisiologis dalam tubuh manusia

yang menunjukkan aksi secara naluri bahwa individu

yang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam

situasi tersebut.

Menurut Burns (2008) “bentuk-bentuk

kecemasan dapat dilihat: Chronic Worrying, Fears and

Phobias, Performance Anxiety, Public Speaking Anxiety,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

10

Shyness, Panic Attack, Agoraphobia, Obsessions and

Compulsions, Post-Traumatic Stress Disorder, Concerns

About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder),

Worries About Your Health (Hypocondriasis)“.

Dari bentuk-bentuk kecemasan yang Burns

mempunyai pengertian atau makna yang berbeda-beda,

sehingga dapat diukur tingkat kecemasannya.

Karena SMA Negeri 1 Kaliwungu akan

mengadakan ulangan umum semester 2 yang akan

berlangsung pada bulan Maret 2015. Banyak siswa

belum mempersiapkan secara mental yang matang,

sehingga mereka mempunyai perasaan cemas, takut

dan stres. Menurut Burns (2008) “siswa mengalami

kecemasan lebih besar saat ulangan semester dan ujian

akhir/ulangan umum semester, karena salah satu

penentu dalam kelulusan dan mereka cenderung

mengantisipasi dengan cara belajar agar saat

melaksanakan ujian akhir hasilnya sesuai yang

diharapkan”. Mempersiapkan diri sebelum ujian akhir

akan lebih baik jika didahului dengan belajar untuk

menambah pengetahuan dan mengurangi kecemasan

dari pada siswa yang tidak mempersiapkannya.

Kecemasan yang mereka rasakan sangat menentukan

pada masa depan sesuai dengan usaha yang mereka

kerjakan saat ulangan umum semester. Individu yang

mengalami tingkat kecemasan tinggi saat ulangan

umum semester akan lebih kecil kemungkinannya

untuk mengantisipasi atau melakukan sesuai yang

diharapkan mendapatkan nilai baik terlebih di atas

KKM dan bila siswa sudah melewati masa ulangan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

11

11

umum semester, maka tingkat kecemasannya siswa

akan berkurang/menurun. Dalam kata lain, siswa

mengalami tingkat kecemasan tinggi pada saat

menghadapi ulangan semester dan cenderung percaya

pada saat usaha untuk mengerjakannya akurat yang

mencerminkan tingkat persiapan/pengetahuan.

Sesuai dengan bentuk-bentuk kecemasan Burns,

siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu mempunyai

kecenderungan kecemasan Panic Attack. “Panic Attack

bentuk kecemasan yang munculnya secara tiba-tiba

dan berkesan menakutkan. Akibatnya mendadak

kepala menjadi pusing, merasa hatinya kejang, jantung

berdebar dan perut merasa mulas-mulas” Burn (2008).

Siswa dalam kondisi cemas yang lebih, cenderung

mempunyai jiwa yang kritis pada diri sendiri (sensitif)

dan lebih mengantisipasi kemungkinan untuk

pengalaman yang pernah dialami dengan bercampur

khawatir tentang ketidakberhasilan dalam

ketercapaiannya, sehingga siswa tersebut tekun belajar

dalam menghadapi ulangan umum semester bila

dibandingkan dengan individu yang rendah dalam

kecemasan. Siswa yang menghadapi ulangan umum

cenderung mempunyai intensitas belajar tinggi, karena

mereka mempunyai tujuan agar saat ulangan umum

nilai dapat tercapai. Sedangkan siswa yang tidak dalam

menghadapi ulangan umum kecenderungan mereka

akan lebih santai (rileks) dan tidak mempunyai

perasaan cemas.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

12

Siswa yang terindentifikasi mengalami

kecemasan saat menghadapi ulangan umum semester

memperhatikan perilaku yang mencirikan berada

dalam situasi yang cemas, dapat dikaji dari sudut

psikologis dan fisiologis saat siswa dalam situasi

ulangan. Tingkatan kecemasan individu tergantung

pada situasi, beratnya impuls yang datang dan

kemampuan untuk mengendalikan diri dalam

menghadapi persoalan. Proses terbentuknya

kecemasan dalam menghadapi ulangan umum

semester dapat digambarkan dengan urutan: adanya

stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya

potesial yang muncul saat menghadapi ulangan

kemudian memicu kecemasan dan menyebabkan siswa

terseret pikiran yang mencemaskan.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kecemasan

Dalam kecemasan ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Menurut Burns (1988) “faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah

individu yang sedang mempunyai permasalahan

(keadaan), pengaruh karena pikiran yang negatif, dan

pengaruh gejala fisik”. Faktor-faktor tersebut dapat

dijelaskan sesuai dengan teori Burns (1998), sebagai

berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

13

13

2.2.1 Cemas Karena Permasalahan

“Kecemasan ini adalah kecemasan yang

muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan

yang berlebihan seperti: takut, khawatir dan

gelisah” Burns (1998). Kecemasan menghadapi

ulangan umum semester yang diwujudkan dalam

bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut.

Kondisi ini sifatnya hanya sementara saja, karena

munculnya bila ada permasalahan saja. Keadaan

ini di alami oleh siswa kelas XII SMA Negeri 1

Kaliwungu yang menghadapi ulangan semester

muncul karena mereka sedang mengalami

permasalahan sesuai kondisi. Bila mereka telah

melewati atau tidak sedang menghadapi ulangan

semester, maka kecemasan mereka tidaklah

tampak.

2.2.2 Cemas Pikiran

“Cemas pikiran adalah munculnya

kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir yang

tidak terkondisikan seringkali memikirkan tentang

malapetaka atau kejadian buruk yang akan

terjadi” Burns (1998). Kondisi cemas pikiran

menghadapi ulangan umum semester yaitu: sulit

konsentrasi, bingung dan mental blocking.

Sulit konsentrasi dalam menghadapi

ulangan umum semester adalah suatu aktivitas

berpikir siswa yang tidak bisa fokus terhadap

masalah yang akan diselesaikannya dalam

menghadapi ulangan umum semester, sehingga

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

14

siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu sulit konsentrasi

dalam ulangan umum semester karena disebabkan

suatu hal yang kacau dalam pikiran. Kecemasan

ini ditunjukkan dengan kesulitan dalam membaca

dan memahami pertanyaan ulangan umum

semester, kesulitan berpikir secara sistematis,

kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat

menjawab pertanyaan esai atau uraian.

Bingung adalah perasaan yang timbul saat

siswa harus mengambil suatu keputusan yang

sulit dalam menjawab soal ulangan umum

semester oleh karena terdapat beberapa alternatif

jawaban yang menurutnya benar atau salah

karena pikirannya. Dalam kondisi pikiran yang

bingung tersebut sehingga tidak dapat memilih

jawaban yang benar.

Mental blocking adalah hambatan secara

mental/psikologis yang menyelubungi pikiran

siswa saat ulangan umum semester sehingga tidak

bisa berpikir dengan tenang. Manifestasi

(kemunculan) mental blocking ditunjukkan

dengan pertanda bahwa saat membaca pertanyaan

ulangan umum semester, tiba-tiba pikiran seperti

kosong (blank) dan kemungkinan tidak mengerti

alur jawaban yang benar saat ulangan umum

semester atau bahkan lebih cemas lagi karena

kehabisan waktu dalam pengerjaan soal ulangan

umum semester.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

15

15

2.2.3 Cemas Gejala Fisik

Menurut Burn (1998) “pada umumnya

kategori kecemasan menghadapi ulangan umum

semester diklasifikasikan menjadi tiga tingkat,

yaitu sangat cemas yang artinya, cukup cemas

tidak cemas”. Siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu tidak

dapat mengendalikan karena permasalahannya,

pikiran, dan gejala fisik; cukup cemas yang artinya

siswa agak merasa cemas dalam menghadapi

ulangan umum semester; dan tidak cemas artinya

siswa dapat mengendalikan karena permasalahan,

pikiran, dan gejala fisik.

Dari bahasan di atas dapat disimpulkan

kecemasan adalah hal yang bersifat negatif muncul

pada saat-saat tertentu karena keadaan atau situasi

dan dapat menurun jika tidak sedang menghadapi

masalah karena dipengaruhi oleh keadaan individu

yang mempunyai permasalan, pikiran yang bingung

karena tidak konsentrasi dan bisa disebabkan karena

gejala fisik (permanen). Siswa yang sedang menghadapi

ulangan umum semester dapat mengalami kecemasan

tinggi, sehingga dalam penelitian ini mengambil teori

Burns sekaligus mengujikan intrumen kecemasan

karena instrumen ini mengukur kecemasan yang

berhubungan dengan gejala yang selalu timbul dan

kelihatan selama situasi terjadi atau biasa dinamakan

state, sehingga individu tersebut mengalami kecemasan

secara situasional. Sedangkan dalam trait bahwa

kecemasan yang berhubungan dengan keadaan yang

dapat menyesuaikan diri pada saat terjadi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

16

kesulitan/kesukaran yang sedang dihadapi dan bersifat

sementara. Dapat disimpulkan berdasarkan penjelasan

dan teori bahwa instrumen kecemasan Burns

mengukur kecemasan state and trait.

2.3 Mengukur Kecemasan

Burns (1998) “tes kecemasan dapat dipandang

oleh banyak orang sebagai mengetahui permasalahan

yang ada”. Dalam hal ini instrumen kecemasan dapat

mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan yang

dihadapi individu tersebut. Dengan demikian Burns

membuat instrumen kecemasan yaitu BAI (Burns

Anxiety Instrument) adalah salah satu instrumen yang

dipilih oleh peneliti untuk mengetahui tingkat

kecemasan siswa. Konsep kecemasan pada instrumen

kecemasan BAI dalam penelitian ini dapat

dikategorikan menjadi tiga aspek, yaitu aspek

permasalahan, pikiran, dan gejala fisik. Aspek-aspek

tersebut mengelompokkan kecemasan dengan berbagai

komponen.

Aspek-aspek yang diukur agar terlihat jelas pada

klien yang membeutuhkan bantuan penuntasan

permasalahan saat dan nantinya peneliti memberikan

treatment yang tepat untuk membantu siswa dalam

kecemasannya.

2.4 Teknik Behavior Desensitisasi

Sistematik Dalam Konseling Behavioral

Pendekatan behavioral atau perilaku adalah

penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

17

17

berakar pada bagian teori belajar. Ada beberapa teknik

konseling di dalam pendekatan behavioral seperti:

Desensitisasi Sistematik (Systematic Desensitization),

Assertive Training, Aversion Therapy dan Home Work.

Dalam pembatasan masalah penelitian ini, peneliti

mengambil salah satu teknik konseling dalam

pendekatan behavioral, yaitu teknik konseling

desensitisasi sistematik, karena secara pembatasan

masalah pada mengurangi kecemasan.

“Desensitisasi sistematik adalah respon terhadap

kecemasan yang dapat dipelajari atau dikondisikan,

dan bisa dicegah dengan memberi subtitusi berupa

suatu aktivitas yang sifatnya memusuhinya” Wolpe

(dalam Corey 2007). Stimulus yang menghasilkan

kecemasan berkali-kali dilakukan dengan latihan

bersantai sampai hubungan antara stimulus-stimulus

serta respon terhadap kecemasan itu terhapus

mengembangkan metode desensitisasi sistematis, terapi

ini muncul untuk menangani sejumlah masalah,

karena kecemasan. Baru-baru ini, desensitisasi

sistematis telah digunakan untuk menangani secara

khusus kecemasan State dan Trait. Desensitisasi

sistematis terbukti menjadi teknik yang paling efektif

untuk mengukur beberapa kriteria termasuk laporan

diri, pengamatan perilaku, tes psikologi, dan tindakan

fisiologis. Wolpe (dalam Corey, 2007) “ditemukan

desensitisasi sistematik secara signifikan lebih efektif

dalam mengurangi kecemasan kemudian diberi

tindakan treatment”.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

18

Teknik desensitisasi sistematik menggunakan

dua proses utama untuk mengurangi adety relaxation

dan contra conditioning. Dalam keadaan relaksasi yang

mendalam, maka situasi yang biasanya

membangkitkan kecemasan pada subyek (siswa) secara

bertahap berkurang terhadap situasi. Penelitian ini

telah menunjukkan bahwa aspek-aspek penting dari

teknik desensitisasi sistematik adalah konstruksi

kecemasan dan keadaan relaxation. Tampaknya ada

sejumlah keuntungan dalam menggunakan

desensitisasi sistematis untuk mengurangi kecemasan.

Metode ini relatif mudah digunakan, dan seseorang

tidak harus memiliki terapis secara profesional untuk

menguasai teknik desensitisasi sistematis. Dalam

beberapa kasus individu menggunakan teknik

desensitisasi sistematik berhasil untuk mereduksi/

mengurangi kecemasan dengan bantuan instruksi

secara manual.

Menurut Wolpe (dalam Corey, 2007) “konseling

behavioral merupakan suatu metode untuk

mempelajari tingkah laku yang tidak adaptif melalui

proses belajar yang normal”. Tingkah laku tersusun

dari respon kognitif, motorik, dan emosional yang

dipandang sebagai respon terhadap stimulasi eksternal

dan internal dengan tujuan untuk memodifikasi

koneksi-koneksi dan metode stimulus respon sedapat

mungkin. Respon kognitif adalah respon individu

melibatkan perubahan dalam kemampuan pola pikir,

kemahiran berbahasa, dan pengetahuan dari

lingkungan. Sedangkan respon motorik adalah respon

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

19

19

individu yang melibatkan kemampuan gerak tubuh dan

refleks pada bagian tubuh, misalnya kaki, tangan,

kepala, bahu dan pundak. Sedangkan yang dimaksud

dengan respon emosional adalah respon individu yang

melibatkan kemampuan emosional dalam menerima

dan menghadapi masalah seperti: cemas, takut, gugup,

sedih dan sebagainya. Konseling behavior memiliki

teknik-teknik dalam upaya mengkondisikan perilaku

individu. Adapun teknik tersebut yaitu: Desensitisasi

Sistematis, Teori Implosif dan Pembanjiran, Latihan

Asertif, Terapi Aversi, Pengkondisian Operant. Salah

satu teknik yang digunakan dalam upaya untuk

mereduksi kecemasan menghadapi ujian/ulangan

umum semester dalam penelitian ini adalah teknik

desensitisasi sistematis yang berupaya menciptakan

kondisi rileks dan nyaman pada siswa yang mengalami

kecemasan.

Desensitisasi sistematis adalah teknik yang

cocok digunakan untuk menangani fobia-fobia,

kecemasan dan ketakutan. Teknik ini bisa diterapkan

secara efektif pada berbagai situasi penghasil

kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan

terhadap ujian/ulangan umum semester, kecemasan-

kecemasan neurotik, serta impotensi dan frigiditas

seksual.

Mengenai prosedur pelaksanaan teknik

desensitisasi sistematis yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Desensitisasi sistematis dimulai dengan suatu

analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

20

dapat membangkitkan kecemasan ulangan.

Disediakan waktu untuk menyusun suatu tingkatan

kecemasan konseli dalam area tertentu.

b. Konselor dan konseli mendata hasil-hasil apa

saja yang menyebabkan konseli mempunyai

perasaan cemas dan kemudian menyusunnya secara

terperinci.

c. Konselor melatih konseli untuk mencapai

keadaan rileks atau santai.

d. Konselor melatih konseli untuk membentuk

respon-respon antagonistik yang dapat menghambat

perasaan cemas.

e. Pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis.

Proses desensitisasi melibatkan keadaan dimana

konseli sepenuhnya santai dengan mata tertutup.

Adapun treatment dari prosedur-prosedur

tersebut dapat digambarkan dalam beberapa tahap,

yaitu: (a) siswa yang mengalami kecemasan disuruh

untuk membayangkan (memikirkan tentang)

bermacam-macam adegan dari kecemasannya. Hal

yang ditakuti dalam kecemasan, kemudian

dipraktekkan secara terpisah mulai dengan situasi

stimulus yang sangat kurang menakutkan; (b) siswa

diminta untuk mengacungkan jari telunjuknya bila ia

cemas pada saat membayangkan suatu situasi

stimulus; dan kemudian klien disuruh untuk

membayangkan situasi stimulus yang kurang

menakutkan pada hal yang ditakuti tersebut. (c) siswa

disuruh berpikir tentang hal itu dan disuruh untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

21

21

relaks, kemudian disuruh untuk berpikir tentang hal

itu lagi dan disuruh relaks, dan seterusnya. Adegan

yang ditakuti diimbangi beberapa kali dengan relaksasi;

(d) Bila siswa tidak memperlihatkan kecemasan, maka

disajikan adegan berikutnya dalam kecemasan tersebut

dan diimbangi dengan relaksasi. Secara bertahap,

siswa dan terapis menelusuri kecemasan tersebut

dengan cara seperti ini. Jika siswa menunjukkan

kecemasan terhadap suatu stimulus, maka terapis

menyuruh siswa untuk relaks. Setelah relaks, suatu

adegan kecemasan yang lebih rendah, kemudian

disajikan dan secara bertahap menelusuri lagi

kecemasan tersebut.

Kondisi di atas bisa dilaksanakan sebagai

treatment untuk siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu,

sehingga saat menghadapi ulangan umum semester

tidak merasa cemas lagi. Mengurangi kecemasan

adalah hal yang utama dalam penelitian ini, sehingga

kecemasan dapat diberi treatment dengan teknik

desensitisasi sistematis.

Dari teori-teori tersebut, maka dapat disimpulkan

gambaran yang jelas yaitu permasalahan kecemasan

dalam menghadapi ulangan umum semester melalui

instrumen Burns Anxiety Instrument (BAI) untuk

mengetahui tinggi rendahnya siswa dalam kecemasan

dan langkah-langkah behavior desensitisasi sistematis

untuk treatment siswa yang diharapkan dapat

mengurangi/mereduksi kecemasan dalam menghadapi

ulangan semester dengan cara relaksasi sesuai

langkah-langkah desensitisasi sistematis.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

22

2.5 Kajian yang Relevan

Kajian dalam penelitian ini sangat diperlukan,

fungsinya untuk mengetahui sebagai bahan

perbandingan penelitian terdahulu. Seperti peneliti

terdahulu yang ditulis oleh Robert M. Laxer dkk pada

Ekperimen Desensitisasi Sistematik Pada Siswa Dalam

Menghadapi Tes (Terjemahan Bahasa Indonesia),

melalui desensitisasi sistematik kecemasan siswa

mengalami penurunan dalam menghadapi tes adalah

0,05 > 0,02. Dengan demikian dari peneliti terdahulu

tingkat kecemasan menurun dengan taraf signifikannya

sangat normal dan wajar.

Kajian yang lain seperti yang dituliskan oleh

Heidi A. Larson, Mera K. El Ramahi, Steven R. Conn,

Lincoln A. Estes, and Amanda B. dari Ghibellini Eastern

Illinois University dengan judul “Reducing Test Anxiety

Among Third Grade Students Through the

Implementation of Relaxation Techniques setelah

diadakan penelitian pre-test dan post-test berarti

ditemukan (t (55) = 2.24, p = 0,029 dan t (67) = 4,07, p

=.000. Dengan demikian dari peneliti terdahulu tingkat

kecemasan pre-test dan post test menurun dengan taraf

signifikannya sangat normal dan wajar.

Dari kajian penulis di atas dapat disimpulkan

penelitian tentang menurunkan/mereduksi kecemasan

dalam menghadapi ujian/ulangan umum semester

melalui pre-test dan post test dapat diturunkan secara

singifikan, sehingga penelitian ini diharapkan dapat

mengikuti penelitian terdahulu.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

23

23

2.6 Hipotesis

Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari

dua penggalan kata, yaitu “hypo” yang artinya “di

bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi

hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan

dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan

berkembang menjadi hipotesis. Menurut Sugiyono

(2013) “Sebuah hipotesis adalah pernyataan tentang

populasi yang kemudian akan dibuktikan oleh data”.

Jadi hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang

parameter populasi yang perlu dibuktikan kebenannya.

Hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan melalui

pengujian, sebelum mengadakan pengujian hipotesis

peneliti mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam

menghadapi ulangan umum semester melalui

instrumen BAI, kemudian memberikan treatment

melalui behavior desensitisasi sistematik dengan

asumsi pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis

untuk perbandingan dua mean. Untuk menguji

perbedaan dua mean dengan menggunakan penelitian

Eksperimen One Group Pre-test and Post-test Design

serta digunakan rumus uji t untuk menjawab hipotesis

penerimaan Ho atau penolakan Ho.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15553/2/T2_942013054_BAB II... · About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder), Worries About

24