bab ii tinjauan pustaka, hasil penelitian dan ......kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman...

50
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Kompetensi Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu) 1 . Kompetensi atau kewenangan mengadili, dapat juga disebut yurisdiksi (jurisdiction) yaitu pengadilan yang berwenang mengadili sengketa tertentu sesuai dengan ketentuan yang digariskan peraturan perundang-undangan 2 . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan yurisdiksi yaitu 3 : 1. Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum. Menurut Budi Hartono, pengertian yurisdiksi atau kompetensi diantaranya yaitu 4 : 1. Kepunyaan seperti yang ditentukan oleh hukum; 2. Hak menurut hukum; 3. Kekuasaan menurut hukum; 1 https://kbbi.web.id/kompetensi, diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 16.57. 2 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cetakan Ke-2, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal., 179. 3 Skripsi Unpas Repository, dikutip dari Anthony Csbafi, The Concept of State Jurisdiction in International Space Law, (The Hague), hlm., 45. 4 Budi Hartono, Pengertian Yurisdiksi, http//www.wikipedia/yurisdiksi-pengertian/php29.00 diakses pada tanggal 19 April 2016 pukul 09:30

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Kompetensi

Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan

sesuatu)1. Kompetensi atau kewenangan mengadili, dapat juga disebut

yurisdiksi (jurisdiction) yaitu pengadilan yang berwenang mengadili

sengketa tertentu sesuai dengan ketentuan yang digariskan peraturan

perundang-undangan2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan yurisdiksi yaitu3:

1. Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan;

2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum.

Menurut Budi Hartono, pengertian yurisdiksi atau kompetensi diantaranya

yaitu4:

1. Kepunyaan seperti yang ditentukan oleh hukum;

2. Hak menurut hukum;

3. Kekuasaan menurut hukum;

1 https://kbbi.web.id/kompetensi, diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 16.57.

2 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cetakan Ke-2, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal.,

179. 3 Skripsi Unpas Repository, dikutip dari Anthony Csbafi, The Concept of State Jurisdiction in

International Space Law, (The Hague), hlm., 45. 4Budi Hartono, Pengertian Yurisdiksi, http//www.wikipedia/yurisdiksi-pengertian/php29.00

diakses pada tanggal 19 April 2016 pukul 09:30

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

17

4. Kewenangan menurut hukum;

M. Yahya Harahap berpendapat mengenai kekuasaan mengadili dilihat

dari sengketanya yaitu5:

Timbulnya sengketa-sengketa tersebut dihubungkan dengan

keberadaan peradilan perdata, menimbulkan permasalahan

kekuasaan mengadili, yang disebut yurisdiksi (jurisdiction) atau

kompetensi maupun kewenangan mengadili, yaitu pengadilan yang

berwenang mengadili sengketa tertentu sesuai dengan ketentuan

yang digariskan peraturan perundang-undangan.

Tujuan membahas yurisdiksi atau kewenangan mengadili adalah untuk

memberi penjelasan mengenai masalah pengadilan mana yang benar dan

tepat berwenang mengadili suatu sengketa atau kasus yang timbul, agar

pengajuan dan penyampaiannya kepada pengadilan tidak keliru.

Dasar untuk menentukan mengenai pengadilan mana yang benar dan tepat

bewenang mengadili suatu sengketa dapat dilihat oleh dua hal yaitu:

1.1 Kompetensi Absolut (Kewenangan Multak)

Penulis hendak menguraikan beberapa definisi mengenai kompetensi

absolute, di antaranya:

a. Bambang Sutiyoso

Kompetensi absolute (kewenangan mutlak) adalah

kewenangan badan peradilan dalam memeriksa dan mengadili

mengenai perkara tertentu yang secara multak tidak dapat

diperiksa oleh badan peradilan lainnya baik dalam lingkungan

5 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cetakan Ke-2, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal., 179

.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

18

peradilan yang sama maupun berbeda6. Kewenangan multak ini

dapat disebut atribusi kekuasaan kehakiman7

b. Sudikno Mertokusumo

Kompetensi absolute atau wewenang mutlak lembaga peradilan

adalah:

Wewenang lembaga pengadilan dalam memeriksa jenis

perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa

oleh badan pengadilan lain, baik dalam lingkungan

peradilan yang sama (Pengadilan Negeri, Pengadilan

Tinggi, Mahkamah Agung) maupun dalam lingkungan

peradilan lain (Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama)8.

c. Abdulkadir Muhammad

Kompetensi absolute yaitu kewenangan mengadili

perkara suatu pengadilan berdasarkan pembagian

wewenang/pembagian tugas9.

d. Muhammad Nasir

Kompetensi absolute adalah atribusi kekuasaan berbagai

jenis badan peradilan untuk menerima, memeriksa, dan

mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan

kepadanya10

.

Mengenai ketentuan badan-badan kehakiman yang telah

dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 diatur lebih lanjut dalam

6 Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Media Hukum, Yogyakarta, 2006, hal.,

11-12. 7 Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya di Indonesia,

Cetakan Pertama, Gama Media, Yogyakarta, 2007, hal., 72. 8 Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan Dan Di Luar

Pengadilan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal., 83, dikutip dari Sudikno Mertokusumo,

Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1991. 9 Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata, Cirta Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal., 27.

10 Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, Djambatan, Jakarta, 2001, hal., 30.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

19

Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

(Judicial Power). Dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No. 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa: “Kekuasaan

kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik

Indonesia”. Pasal 10 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman Mahkamah Agung membawahi empat

lingkungan peradilan, yaitu:

1. Peradilan Umum

Peradilan umum adalah pengadilan bagi rakyat pencari

keadilan pada umumnya yang menyangkut perkara perdata maupun

perkara pidana. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

rakyat pencari keadilan adalah setiap orang warga Negara Indonesia

(WNI) atau bukan yang mencari keadilan pada Pengadilan di Indonesia

(Pasal 2 Bagian Penjelasan Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang

Peradilan Umum). Pengadilan umum atau pengadilan sipil adalah

pengadilan yang menyelesaikan perkara warga sipil11

.

2. Peradilan Agama

Peradilan agama adalah salah satu badan peradilan pelaku

kekuasaan kehakiman yang berwenang memeriksa,mengadili dan

memutus perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang

11

http://e-journal.uajy.ac.id/8181/2/HK110262.pdf

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

20

perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shodaqoh, dan

ekonomi syariah. Dalam operasionalnya kekuasaan kehakiman di

lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan

Pengadilan Tinggi Agama merupakan pengadilan tingkat banding,

yang berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan Negara

terttinggi. Secara administrative, peradilan agama berada di bawah

Departemen Agama.

3. Peradian Militer

Peradilan militer adalah salah satu badan peradilan pelaku

kekuasaan kehakiman yang berwenang memeriksa, mengadili dan

memutus perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anggota militer

(baik dari angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan

kepolisian). Dalam hal terjadi kasus pidana militer, maka akan berlaku

hukum pidana militer yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Militer (KUHPM) sebagai hukum materiil dan hukum

formil (acaranya) yang berlaku adalah Hukum Acara Pidana Militer

dan berlaku dalam yurisdiksi peradilan militer12

.

Dalam operasionalnya kekuasaan kehakiman di lingkungan

Peradilan Militer dilakukan oleh Mahkamah Militer (MAHMIL),

Mahkamah Militer Tinggi (MAHMILTI), Mahkamah Militer Agung

(MAHMILGUNG). Mahkamah Militer (MAHMIL) bertugas dan

berwenang mengadili dalam tingkat pertama perkara-perkara

12

Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari, Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia, Cetakan Pertama, UII Press,Yogyakarta, 2005, hal., 36-37.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

21

kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota militer yang

berpangkat kapten ke bawah di daerah hukumnya dan termasuk suatu

pasukan yang ada di dalam daerah hukumnya13

.

4. Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu badan peradilan

pelaku kekuasaan kehakiman yang berwenang memeriksa, mengadili

dan memutus perkara tata usaha Negara antara seorang atau badan

hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha Negara akibat

dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha Negara, termasuk sengketa

kepegawaian. Lahirnya Peradilan Tata Usaha Negara sebagai suatu

lingkungan peradilan adalah sebagai konsekuensi dari diundangkannya

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Lahirnya undang-undang ini

guna melindungi warga masyarakat dari tindakan sewenang-wenang

pejabat/aparatur pemerintah dan di segi lain adalah dalam kerangka

pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur pemerintah agar

dalam tugas-tugasnya selalu berdasarkan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku14

.

Sementara berdasarkan tingkatannya pengadilan terdiri atas:

1. Pengadilan Tingkat Pertama (Negeri)

2. Pengadilan Tinggi (Banding)

13

Ibid., hal., 37. 14

Ibid., hal., 39.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

22

3. Mahkamah Agung (Pengadilan Tingkat Kasasi)

1.2 Kompetensi Relatif (Kewenangan Nisbi)

Kompetensi relative adalah kewenangan

memeriksa/mengadili perkara berdasarkan pembagian daerah hukum

(distribusi kekuasaan)15

. Kompetensi relative adalah kewenangan

dari badan peradilan sejenis dalam memeriksa dan mengadili suatu

perkara atas dasar letak atau lokasi wilayah hukumnya16

.

Kompetensi relative atau kewenangan relative mengatur pembagian

kekuasaan mengadili antar pengadilan yang serupa, tergantung dari

tempat tinggal tergugat. Kompetensi relative atau kewenangan

relative dari badan-badan peradilan di Indonesia yaitu:

1. Peradilan Umum

Tempat kedudukan Pengadilan Negeri adalah Kota

Madya atau di Ibukota Kabupaten yang daerah hukumnya

meliputi wilayah Kota Madya atau Ibukota Kabupaten yang

bersangkutan. Kecuali Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dimana

daerah hukumnya selain wilayah Jakarta Pusat juga meliputi

tindak pidana yang dilakukan di luar negeri. Hal ini terdapat pada

Pasal 86 KUHAP yaitu: “Apabila seseorang melakukan tindak

pidana di luar negeri yang dapat diadili menurut hukum

Republik Indonesia, maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang

berwenang mengadilinya”. Sedangkan Pengadilan Tinggi

15

Digilib.unila.ac.id/8633/2/BAB%20II.pdf 16

Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Op. Cit., hal., 11-12.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

23

berkedudukan di Ibukota Provinsi yang daerah hukumnya

meliputi wilayah Ibukota Provinsi yang bersangkutan.

2. Peradilan Agama

Mengenai kedudukannya atau kompetensi relatifnya,

Pengadilan Agama berkedudukan di Kota Madya atau Ibukota

Kabupaten dan mempunyai daerah hukum meliputi wilayah Kota

Madya atau Kabupaten tersebut. Sedangkan Pengadilan Tinggi

Agama berkedudukan di Ibukota provinsi yang daerah hukumnya

meliputi wilayah provinsi yang bersangkutan.

3. Peradilan Militer

Menurut Pasal 10 UU No. 31 Tahun 1997 tentang

Peradilan Militer, kompetensi relative Pengadilan Militer yaitu

mengadili perkara yang terjadi di tempat daerah hukumnya dan

terdakwanya merupakan satu kesatuan yang berada di daerah

hukumnya.

4. Peradilan Tata Usaha Negara

Menurut Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dinyatakan bawa

lingkungan peradilan tata usaha Negara dilaksanakan oleh

Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara yang berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai

Pengadilan Negara Tertinggi. Mengenai tempat kedudukannya

Pengadilan Tata Usaha Negara terdapat di Kota Madya atau

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

24

Ibukota Kabupaten. Sedangkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara berkedudukan di Ibukota Provinsi dan daerah hukumnya

meliputi wilayah provinsi yang bersangkutan.

2. Kerangka Teoritik Kewenangan Mengadili Pengadilan Negeri

Dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009

tentang Peradilan Umum yang dimaksud dengan Pengadilan yaitu:

“Pengadilan negeri dan pengadilan tinggi di lingkungan peradilan

umum”. Pengadilan merupakan sebuah forum public, resmi, dimana

kekuasaan public ditetapkan oleh otoritas hukum untuk menyelesaikan

perselisihan dan pencarian keadilan dalam hal sipil, buruh, administrative,

dan criminal di bawah hukum17

. Sedangkan, Peradilan adalah segala

sesuatu atau sebuah proses yang dijalankan di Pengadilan yang

berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus dan mengadili perkara

dengan menerakan hukum dan/atau menemukan hukum “in concreto”

(hakim menerapkan peraturan hukum kepada hal-hal yang nyata

dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus) untuk mempertahankan

dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara

prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal18

. Jadi peradilan

merupakan prosesnya sedangkan pengadilan merupakan tempatnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan badan peradilan yaitu pelaksanaan

kekuasaan kehakiman yang bertugas menyelenggarakan peradilan guna

17

digilib.unila.ac.id/8633/2/BAB%20II.pdf 18

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt548d38322cdf2/perbedaan-peradilan-dengan-

pengadilan, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012, pukul 13.35.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

25

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, dengan tugas

pokok menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap

perkara yang diajukan kepadanya dan tugas lain yang diberikan kepadanya

berdasarkan peraturan perundang-undangan19

.

Kompetensi peradilan umum ditetapkan dengan menggunakan

teori residu yaitu bidang yang tidak diserahkan kepada peradilan khusus

dengan sendirinya masuk lingkup kompetensi peradilan umum20

. Terdapat

dua macam kompetensi yang ada di pengadilan negeri, yaitu:

2.1 Kompetensi Absolut (Kewenangan Mutlak) Pengadilan Negeri

Kompetensi absolute atau kewenangan mengadili yaitu

memeriksa, mengadili dan memutus perkara pidana (pidana umum dan

khusus) dan perdata (perdata umum dan niaga). Hal ini sudah

ditegaskan dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009

tentang Peradilan Umum bahwa: “Pengadilan Negeri bertugas dan

berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan

perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama”. Pengadilan

negeri adalah peradilan tingkat pertama atau merupakan pengadilan

sehari-hari yang secara langsung mengadili perkara-perkara pidana dan

perdata21

.

19

digilib.unila.ac.id/8633/2/BAB%20II.pdf 20

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Cetakan Pertama, Bina Ilmu,

Surabaya, 1987, hal., 116. 21

K. Wantjik Saleh, Kehakiman Dan Peradilan, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977,

hal., 56.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

26

Selain itu, M. Yahya Harahap berpendapat mengenai sengketa yang

dapat diajukan ke pengadilan negeri yaitu22

:

Sengketa atau perkara yang dapat diajukan ke pengadilan

negeri sesuai keberadaan dan kedudukannya berada di

Lingkungan Peradilan Umum hanya terbatas pada perkara

pidana dan perdata. Di bidang perdata, terbatas perdata umum

dan niaga, sedangkan perkara perdata lain mengenai

perkawinan dan warisan bagi yang beragama Islam, jatuh

menjadi yurisdiksi absolute lingkungan Peradilan Agama.

Begitu juga perkara perdata tata usaha Negara, tidak termasuk

kewenangannya, tetapi menjadi yurisdiksi absolute lingkungan

Peradilan Tata Usaha Negara.

Kewenangan pengadilan negeri dalam perkara pidana mencakup segala

bentuk pidana terkecuali tindak pidana militer yang merupakan

kewenangan pengadilan militer23

. Sedangkan dalam perkara perdata,

pengadilan negeri berwenang mengadili perkara perdata secara umum,

kecuali perkara perdata tertentu yang merupakan kewenangan

Peradilan Agama. Dimaksud dengan perkara pidana yaitu perkara yang

diajukan dimuka pengadilan yang mendakwa seseorang telah

melakukan kejahatan dan menuntutnya agar terdakwa dijatuhi

hukuman pidana atas kejahatan yang dilakukannya, seperti menodong,

membunuh, mencuri, atau yang lainnya dari bentuk-bentuk kejahatan

yang pada umumnya sulit dalam hal pembuktiannya24

. Sedangkan

yang dimaksud perkara perdata yaitu perkara yang diajukan ke muka

22https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1568/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y, 23

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1568/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y, hal., 27-28. 24

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Cetakan Kedua, Pusaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, hal., 85.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

27

pengadilan yang mendakwa Tergugat wanprestasi dari perjanjian yang

disepakati, seperti, jual-beli, usaha patungan dengan perjanjian bagi

hasil, sewa menyewa, gadai dan lain sebagainya25

. Kekuasaan

pengadilan negeri dalam perkara perdata meliputi semua sengketa

tentang hak milik, atau hak-hak yang timbul karenanya atau hak-hak

keperdataan (Pasal 2 Ayat 1 RO), kecuali apabila dalam undang-

undang ditetapkan pengadilan lain untuk memeriksa dan memutusnya,

misalnya perkara perceraian bagi mereka yang beragama Islam

menjadi wewenang Pengadilan Agama (Pasal 12 PP 9/1975 juncto

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)26

.

Tugas pokok dari pengadilan adalah menerima, memeriksa, dan

mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan

kepadanya, perkara-perkara tersebut haruslah merupakan

kewenangannya27

. Kompetensi atau kewenangan dari suatu pengadilan

untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara berkaitan

dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pengadilan negeri dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, dipimpin oleh pimpinan pengadilan yang terdiri atas

ketua pengadilan dan dibantu wakil ketua pengadilan, hakim anggota,

25

Ibid. 26

Laila M. Rasyid dan Herinawati, Hukum Acara Perdata, Cetakan Pertama, Unimal Press,

Lhokseumawe, 2015. 27

Ujang Charda S, “Model Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Hukum

Ketenagakerjaan Setelah Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004”, dalam Wawasan

Yuridika, vol.,1, 2017.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

28

panitera, sekretaris dan juru sita. Hukum acara perdata merupakan

pegangan pokok atau aturan permainan sehari-hari bagi hakim dalam

memeriksa dan mengadili perkara perdata di pengadilan28

. Dalam

menjalankan tugasnya seluruh pihak yang menjadi bagian dari

pengadilan negeri harus dapat berkoordinasi satu sama lain saling bahu

membahu membantu rakyat pencari keadilan dengan sebaik mungkin

sehingga dapat tercapainya keadilan yang diinginkan.

Berikut merupakan beberapa perkara perdata umum yang merupakan

kewenangan pengadilan negeri:

1. Wanprestasi

Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, diatur mengenai

perjanjian yang berbunyi “Suatu persetujuan adalah suatu

perbuatan dimana suatu orang atau lebih mengikatkan diri

terhadap satu orang atau lebih.” Dari rumusan tersebut, suatu

perjanjian memuat unsur-unsur:

i. Suatu perbuatan;

ii. Antara sekurang-kurangnya dua orang (jadi dapat lebih dari

dua orang);

iii. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara pihak-

pihak yang berjanji tersebut.

Menurut KRMT Tirtodiningrat, perjanjian adalah suatu perbuatan

hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih

28

Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Konsep Keadilan Dalam Sistem Peradilan Perdata, Mimbar

hukum, Volume 21, Nomor 2, 2009, hal., 363.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

29

untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksakan

oleh undang-undang29

. Dari rumusan-rumsan di atas dapat dilihat

bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana

satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitur) dan pihak

lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi (kreditur).

Berbicara mengenai prestasi, prestasi (performance) dari

suatu perjanjian adalah pelaksanaan terhadap hal-hal yang telah

diperjanjikan atau yang telah ditulis dalam suatu perjanjian oleh

kedua belah pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu30

. Dalam

pasal 1234 KUH Perdata prestasi dari suatu perjanjian terdiri atas:

1. Memberi sesuatu;

2. Berbuat sesuatu;

3. Tidak berbuat sesuatu.

Sedangkan wanprestasi adalah kenyataan sebaliknya dari prestasi.

Jika dalam prestasi melaksanakan isi dari perjanjian yang

disepakati, maka wanprestasi adalah tidak melaksanakan isi dari

perjanjian yang disepakati.

Wanprestasi dalam suatu perjanjian terdiri atas:

1. Tidak memenuhi prestasi;

2. Tidak sempurna memenuhi prestasi;

3. Terlambat memenuhi prestasi.

29

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial),

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal., 16. 30

Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Cetakan Kedua, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015,

hal., 207.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

30

Dalam berbicara mengenai wanprestasi tidak terlepas dari masalah

“pernyataan lalai” (ingebrekke stelling) dan “kelalaian” (verzium).

Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada

waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya31

.

Menururt Agus Yudha Hernoko32

:

Perikatan yang bersifat timbal balik senantiasa

menimbulkan sisi aktif dan sisi pasif. Sisi aktif

menimbulkan hak bagi kreditur untuk menuntut pemenuhan

prestasi, sedangkan sisi pasif menimbulkan beban

kewajiban bagi debitur untuk melaksanakan prestasinya.

Pada situasi normal antara prestasi dan kontra prestasi akan

saling bertukar, namun pada kondisi tertentu pertukaran

prestasi tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga

muncul peristiwa yang disebut wanprestasi.

Para pihak yang telah membuat perjanjian wajib untuk

melaksanakan dan memenuhi apa yang sudah tertulis dan

disepakati bersama di dalam perjanjian. Kewajiban yang harus

dipenuhi disebut prestasi. Apabila tidak terpenuhinya kewajiban

prestasi disebabkan oleh kesalahan debitur, baik karena

kesengajaan maupun karena kelalaian dan kesemuanya itu dapat

dipersalahkan kepadanya, maka dikatakan bahwa debtor

melakukan wanprestasi atau cidera janji33

Debitur dinyatakan lalai apabila:

(i). Tidak memenuhi prestasi;

31

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982, hal., 60. 32

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,

Cetakan Kesatu, LaksBang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal., 233. 33

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1568/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y, hal., 64.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

31

(ii). Terlambat berprestasi;

(iii). Berprestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya.

Wanprestasi baru ada jika ada pernyataan lalai dari kreditur

kepada debitur. Pernyataan lalai ini guna menetapkan tenggang

waktu kepada kreditur untuk memenuhi prestasinya dengan sanksi

tanggunggugat atas kerugian yang dialami kreditur. Tujuan

dibuatnya suatu perjanjian adalah supaya perjanjian tersebut

dijalankan sepenuhnya. Kecuali jika terjadi keadaan memaksa

(force majeur) maka jika ada pihak yang tidak melaksanakan

komitmennya yang sudah dituangkan dalam perjanjian maka

menurut hukum, dia dapat dimintakan tanggungjawabnya, jika

pihak lain dalam perjanjian tersebut menderita kerugian karenanya

(Pasal 1338 Ayat 1 KUHPerdata).

2. Perbuatan Melawan Hukum

Dalam bahasa Belanda perbuatan melawan hukum disebut

“onrechmatige daad”, dalam bahasa Inggris disebut “tort”.

Menurut Pasal 1365 KUHPerdata yang dimaksud dengan

perbuatan melawan hukum yaitu: “Perbuatan yang melawan

hukum perdata yang dilakukan oleh seseorang yang karena

salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain, yang

mengharuskan orang yang karena salahnya telah menimbulkan

kerugian tersebut untuk mengganti kerugian”.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

32

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, suatu

perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

1. Adanya suatu perbuatan

Umumnya diawali oleh perbuatan dari si pelakunya,

perbuatan disini dimaksudkan yaitu baik berbuat sesuatu

(dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti

pasif).

2. Perbuatan tersebut melawan hukum

Unsur-unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang

luas, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku;

b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum;

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si;

pelaku;

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan;

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam

bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang

lain.

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku

Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur

kesalahan sehingga dapat dimintakan oleh hukum mengandung

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

33

unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya

secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Adanya unsur kesengajaan;

b. Adanya unsur kelalaian;

c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf;

4. Adanya kerugian bagi korban

Kerugian karena perbuatan melawan hukum dismping

kerugian materiil, yurisprudensi juga mengakui konsep

kerugian imateriil, yang juga akan dinilai dengan uang.

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian

Untuk hubungan sebab-akibat ini ada dua macam teori,

yaitu teori hubungan factual dan teori penyebab kira-kira.

Hubungan sebab akibat secara faktual hanyalah merupakan

masalah “fakta” atau apa yang secara faktual telah terjadi. Setiap

penyebab yang menyebabkan timbulnya kerugian dapat

merupakan penyebab secara faktual, asalkan kerugian (hasilnya)

tidak akan pernah terdapat tanpa penyebabnya.

Orang yang telah melakukan perbuatan hukum harus

mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah dilakukannya.

Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan bahwa: “Tiap perbuatan

melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian

itu, mengganti kerugian tersebut.” Ketentuan Pasal 1365

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

34

KUHPerdata ini mengatur pertanggungjawaban yang diakibatkan

oleh adanya perbuatan melawan hukum baik karena berbuat

(aktif=culpa in commitendo) atau karena tidak berbuat

(pasif=culpa in ommitendo). KUHPerdata membagi masalah

pertanggung jawaban terhadap perbuatan melawan hukum menjadi

2 (dua) golongan, yaitu:

1. Tanggung jawab langsung

Dalam Pasal 1365 KUHPerdata terhadap pelaku dapat

dimintakan pertanggungjawaban untuk membayar ganti rugi.

2. Tanggung jawab tidak langsung

Menurut Pasal 1367 KUHPerdata, seorang subjek

hukum tidak hanya bertanggungjawab atas perbuatan melawan

hukum yang dilakukannya saja, tetapi juga untuk perbuatan

yang dilakukan orang lain yang menjadi tanggungan dan

barang-barang yang ada di bawah penguasaannya.

Tanggungjawab atas akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan

hukum dalam hukum perdata, pertanggung jawabannya selain

terletak pada pelakunya sendiri juga dapat dialihkan pada pihak

lain atau kepada Negara, tergantung siapa yang melakukannya.

Adanya kemungkinan pengalihan tanggung jawab tersebut

disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu:

a. Perihal pengawasan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

35

Adapun orang-orang yang bertanggung jawab untuk

perbuatan yang dilakukan oleh orang lain menurut Pasal

1367 KUHPerdata adalah sebagai berikut:

a) Orang tua wali, bertanggungjawab atas pengawasan

terhadap anak-anaknya yang belum dewasa;

b) Seorang curator, dalam hal curatele, bertanggung jawab

atas pengawasan terhadap curandus;

c) Guru, bertanggungjawab atas pengawasan murid

sekolah yang berada dalam lingkungan pelajarannya;

d) Majikan, bertanggung jawab atas pengawasan terhadap

buruhnya.

e) Penyuruh (lasgever), bertanggung jawab atas

pengawasan terhadap pesuruhnya.

Terkait dengan pengawasan ini, agar orang yang diawasi

tidak sampai melakukan suatu perbuatan melawan hukum.

Pengawas harus turut menjaga agar tidak terjadi kericuhan

dalam masyarakat yang diakibatkan oleh tingkah laku

orang yang diawasinya.

b. Pemberian kuasa dengan resiko ekonomi

Adanya suatu pertimbangan yang dirasakan adil dan patut

untuk mempertanggungjawabkan seseorang atas perbuatan

orang lain yang terletak pada persoalan perekonomian. Jika

orang yang melakukan perbuatan melawan hukum itu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

36

ekonominya lemah maka dipertimbangkan akan percuma

saja jika orang tersebut diberi pertanggungjawaban karena

harta kekayaan yang dimilikinya tidak cukup untuk

membayar ganti kerugian yang disebabkan olehnya dan

yang diderita orang lain. Sehingga dalam hal ini yang

mempertanggung jawabkan perbuatannya adalah orang lain

yang dianggap mampu untuk bertanggungjawab dengan

membayar ganti kerugian.

2.2 Kompetensi Relatif (Kewenangan Nisbi) Pengadilan Negeri

Dalam perkara perdata persoalan kompetensi relative dari

pengadilan negeri diatur dalam Pasal 118 Ayat 1 HIR/142 Ayat 1 Rbg,

bahwa gugatan perdata harus diajukan kepada Ketua Pengadilan

Negeri dalam daerah hukum tempat tinggal Tergugat (actor sequitur

forum rei)34

. Menurut Herinawati kompetensi relative pengadilan

negeri yaitu:

Kompetensi relative berkaitan dengan wilayah hukum suatu

pengadilan diatur dalam Pasal 118 HIR (Pasal 142 Rbg),

sebagai asas ditentukan bahwa pengadilan negeri ditempat

Tergugat tinggal (mempunyai alamat, domisili) yang wenang

memeriksa gugatan atau tuntutan hak actor sequitur forum

rei (Pasal 118 Ayat 1 HIR, 142 Ayat 1 Rbg). Jadi gugatan

harus diajukan kepada pengadilan negeri di tempat Tergugat

tinggal.

Apabila Penggugat bertempat tinggal di Salatiga sedangkan Tergugat

bertempat tinggal di Boyolali, maka gugatan diajukan di Pengadilan

34

Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Konsep Keadilan Dalam Sistem Peradilan Perdata, Mimbar

hukum, Op. Cit.., hal., 203-408.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

37

Negeri Boyolali. Karena pada dasarnya gugatan diajukan untuk

kepentingan Penggugat yang “belum tentu benar” dan Tergugat yang

“belum tentu bersalah”. Maka Tergugat harus dihormati sedemikian

rupa dan tidak boleh dipaksa untuk bersusah payah datang ke

Pengadilan yang berada di wilayah hukum Penggugat yang bisa jadi

jauh dari tempat tinggal Tergugat35

. Namun apabila Tergugat tidak

mempunyai tempat tinggal yang dikenal atau tempat tinggalnya yang

nyata tidak dikenal atau Tergugat tidak terkenal, maka gugatan

diajukan kepada pengadilan negeri di tempat tergugat sebenarnya

tinggal (Pasal 118 Ayat 1 HIR, 142 Ayat 1 Rbg). Atau apabila dipilih

tempat tinggal, penggugat dapat mengajukan gugatannya kepada

Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal

yang dipilih tersebut (Pasal 11 Ayat 4 HIR, 142 Ayat 4 Rbg).

Berkaitan dengan kompetensi relative mengenai tempat kedudukan

pengadilan negeri mana antara kedua belah pihak yang berwenang

harus didasarkan pada akta.36

Tempat kedudukan pengadilan negeri menurut Undang-

Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum yaitu di

Kotamadya atau ibu kota Kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi

wilayah Kotamadya atau Kabupaten. Berbicara mengenai tempat

kedudukan pengadilan negeri maka termasuk kedalam kewenangan

mengadili suatu pengadilan.

35

Randang S. Ivan, Tinjauan Yuridis tentang Peranan Identitas Domisili Dalam Menentukan

Kompetensi Relatif Pengadilan, Lex Privatum, Vol. IV, No. 1 Januari, 2016. 36

Laila M. Rasyid dan Herinawati, Op. Cit., hal.,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

38

3. Kerangka Teoritik Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial

Menurut Jimly Asshidiqie, sejarah peradilan khusus di Indonesia berawal

dari:

Dalam sejarah peradilan di Indonesia, istilah peradilan khusus

dipahami sebagai antonim dari pengertian peradilan pada

umumnya, yang berjenjang mulai dari peradilan tingkat pertama di

pengadilan negeri, peradilan tingkat banding di Pengadilan Tinggi

sampai peradilan tingkat kasasi ke Mahkamah Agung. Sebelum

Indonesia merdeka, ketiga jenjang peradilan tersebut bermula dari

badan-badan peradilan yang sudah eksis dalam system peradilan

Hindia Belanda, yaitu „Landaard‟ yang dijadikan Pengadilan

Negeri, „Raad van Justitie‟ yang menjadi Pengadilan Tinggi, dan

„Hogeraad‟ yang dikembangkan menjadi Mahkamah Agung.

Karena itu, semua pengadilan di luar lingkungan peradilan biasa

pada umumnya tersebut di atas disebut pengadilan khusus, seperti

misalnya Pengadilan Agama yang berasal dari „Priesterraad‟ dan

lain-lain37

.

Namun di samping peradilan yang bersifat umum, yang paling

banyak menangani perkara-perkara yang timbul dalam masyarakat justru

adalah pengadilan-pengadilan yang bersifat khusus (special courts), yang

mempunyai kewenangan di bidang hukum tertentu atau mempunyai

kewenangan tertentu saja38

. Jenis-jenis perkara hukum yang spesifik, yang

penanganannya memerlukan pendekatan berbeda dari perkara hukum pada

umumnya, atau yang hakimnya memerlukan keahlian-keahlian yang

bersifat khusus sehingga tidak perlu semuanya berasal dari sarjana lulusan

fakultas hukum pada umumnya, dipandang lebih efektif dan efisien jikalau

ditangani oleh pengadilan khusus39

.

37

Jimly Asshiddiqie, Putih Hitam Pengadilan Khusus Komisi Yudisial Repbulik Indonesia,

Cetakan Pertama, Skretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia, Jakarta, 2013, hal., 5-6. 38

Ibid., hal., 20. 39

Ibid., hal., 20-21.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

39

Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009

tentang Peradilan Umum bahwa: “dalam lingkungan peradilan umum

dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang”.

Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan

Umum dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengadilan khusus yaitu:

“Pengadilan yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili

dan memutus perkara tertentu yang hanya dibentuk dalam salah satu

lingkungan badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung

yang diatur dalam undang-undang.” Dalam bagian penjelasan atas

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 49 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman Pasal 15 menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan pengadilan khusus yaitu:

“Yang dimaksud dengan pengadilan khusus dalam ketentuan ini,

antara lain, adalah pengadilan anak, pengadilan niaga,

pengadilan hak asasi manusia, pengadilan tindak pidana korupsi,

pengadilan hubungan industrial yang berada di lingkungan

oeradilan umum, dan pengadilan pajak di lingkungan peradilan

tata usaha Negara”.

3.1 Perjanjian Kerja Melahirkan Hubungan Kerja

Untuk memajukan perekonomian dan pembangunan nasional

Indonesia, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak termasuk pula

adanya perusahaan-perusahaan baik perusahaan dalam negeri atau

perusahaan asing. Untuk menggerakkan roda perekonomian, tenaga

kerja dipandang memiliki peran yang sangat penting. Dengan adanya

perusahaan dan tenaga kerja dibentuklah suatu perjanjian yang disebut

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

40

dengan perjanjian kerja yang memuat klausula-klausula mengenai

hak-hak dan kewajiban-kewajiban apa saja di dalamnya. Berdasarkan

Pasal 1 Angka 14 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

yang dimaksud perjanjian kerja yaitu: “Perjanjian antara pekerja

atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.” Pengertian

perjanjian kerja juga terdapat dalam Pasal 1601 BW, persetujuan

perburuhan adalah: “Persetujuan dengan mana pihak yang satu,

buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang

lain, si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan

dengan menerima upah.” Singkatnya, perjanjian kerja yang dibuat

oleh pengusaha atau si pemberi kerja yang memuat klausula-klausula

hak-hak dan kewajiban-kewajiban apa saja yang harus dilakukan oleh

pengusaha dan tentunya bagi pekerja/buruh ketika menyetejui isi

klausula dari perjanjian kerja tersebut. Dengan adanya perjanjian

kerja yang terjalin antara pengusaha dengan tenaga kerja akan

melahirkan suatu hubungan mengikat yang disebut hubungan kerja.

Menurut Pasal 1 Angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah:

“Hubungan antara pengusaha dengan pekerja /buruh berdasarkan

perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

perintah.”

Menurut Soepomo, hubungan kerja yaitu:

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

41

“Suatu hubungan antara seorang buruh dan seorang majikan,

dimana hubungan kerja itu terjadi setelah adanya perjanjian

kerja antara kedua belah pihak. mereka terikat dalam suatu

perjanjian, di satu pihak pekerja/buruh bersedia bekerja dengan

menerima upah dan pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh

dengan memberi upah.”

Tiga unsur tersebut yang membedakan antara hubungan kerja di satu

sisi dengan hubungan hukum di sisi lainnya40

. Tiga unsur tersebut

harus saling berkaitan, dan tidak adanya salah satu dari ketiga unsur

tersebut menyebabkan tidak adanya suatu hubungan kerja. Dari

beberapa pengertian pasal di atas dapat disimpulkan, sebelum adanya

ikatan yang mengikat antara pengusaha dan tenaga kerja harus

didahului dengan dibuatnya suatu perjanjian kerja yang memuat hak

dan kewajiban kedua belah pihak. Pekerja menyatakan kesanggupan

untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam

perjanjian kerja dan mendapatkan segala hak-hak yang harus

diberikan oleh pengusaha. Dan pengusaha juga menyatakan

kesanggupannya untuk melaksanakan kewajibannya dan mendapatkan

haknya. Setelah terbentuk suatu perjanjian kerja maka muncul

hubungan hukum yang memuat unsur upah yang harus dibayarkan

oleh pengusaha kepada pekerja, unsur pekerjaan yang menjadi

kewajiban dari pekerja, serta unsur perintah dari pengusaha kepada

pekerja untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

40

Abdul R. Budiono, Hukum Perburuhan, Cetakan Kedua, Indeks, Jakarta, 2011, hal., 28.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

42

3.2 Hubungan Industrial

Melihat perkembangan yang terjadi, permasalahan yang ada

tidak hanya mencakup pengusaha dan pekerja/buruh saja tetapi juga

mencakup aspek lain yang lebih luas yaitu perlu adanya campur

tangan pemerintah. Hubungan industrial berdasarkan Pasal 1 Angka

16 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu: ”Suatu

system hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses

produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,

pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.” Ketiga unsur dalam hubungan industrial yakni

pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah harus saling melengkapi

dan berkoordinasi secara baik sehingga terjalin hubungan industrial

yang harmonis.

3.3 Sarana Hubungan Industrial

Berdasarkan Pasal 103 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana:

a. Serikat pekerja/serikat buruh

Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang

dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan

maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,

demokratis, dan bertanggungjawab guna memperjuangkan,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

43

membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

b. Organisasi pengusaha

Organisasi pengusaha yang bergerak di bidang sosial

ekonomi termasuk ketenagakerjaan adalah Asosiasi Pengusaha

Indonesia (APINDO). APINDO merupakan wakil pengusaha

dalam Lembaga Kerja Sama Tripartit, sebuah wadah kerjasama

antara pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh

yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial

ekonomi terutama dibidang ketenagakerjaan dan dibentuk

padatanggal 1 Meil 1968. Kegiatan-kegiatan APINDO antara lain

advokasi kepada anggota, pembinaan dan pengembangan

sumberdaya manusia Indonesia khususnya di bidang

ketenagakerjaan dan hubungan industrial.

c. Lembaga kerja sama bipartite

Lembaga kerja sama bipartite adalah forum komunikasi dan

konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan

industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari

pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat

pada instansi yang bertanggungjawab d bidang ketenagakerjaan

atau dari unsur pekerja/buruh.

d. Lembaga kerja sama tripartite

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

44

Lembaga kerja sama tripartite adalah forum komunikasi,

konsultasi, dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang

anggota-anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat

pekerja/serikat buruh dan pemerintah.

e. Peraturan perusahaan

Peraturan perusahaan (PP) adalah peraturan yang dibuat

secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan

tata tertib perusahaan. Peraturan perusahaan disusun oleh

pengusaha dan menjadi tanggungjawabnya. Walaupun dibuat

secara sepihak oleh pengusaha, tetapi tetap memperhatikan saran

dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh. Peraturan perusahaan

yang dibuat pengusaha memuat unsur-unsur:

1. Hak dan kewajiban pengusaha

2. Hak dan kewajiban pekerja/buruh

3. Syarat kerja

4. Tata tertib perusahaan

5. Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

f. Perjanjian kerja bersama

Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan

hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau

beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi

yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dengan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

45

pengusaha aau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat

kerja, serta hak dan kewajiban kedua belah pihak.

g. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan

Peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan

adalah tempat dimana dapat ditemukan ketentuan-ketentuan dan

peraturan-peraturan yang mengatur ketenagakerjaan. Peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan meliputi semua bentuk

peraturan-peraturan yang mengatur ketenagakerjaan yang dibuat

oleh instansi berwenang dan mempunyai kekuatan mengikatdalam

kehidupan masyarakat. Urutannya dimulai dari Pancasila dan UUD

1945 hingga peraturan yang paling rendah tingkatannya seperti

Keputusan Menteri Tenaga Kerja atau peraturan pelaksana lainnya.

h. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Tedapat dua lembaga yang dapat menyelesaikan

perselisihan hubungan industrial, yaitu:

1. Lembaga penyelesaian di luar pengadilan, seperti:

a. Bipartite

b. Mediasi

c. Konsiliasi

d. Arbitrase

2. Penyelesaian melalui pengadilan perselisihan hubungan

industrial pada Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

46

3.4 Perselisihan dan Pengadilan Hubungan Industrial

Terjalinnya suatu hubungan industrial tidak selalu berjalan

lancar namun tetap dihadapkan oleh berbagai perselisihan.

Terjadinya perselisihan dikarenakan adanya kepentingan-

kepentingan yang berbeda baik dari pihak pekerja/buruh maupun

pihak pengusaha. Berdasarkan Pasal 1 angka 22 UU No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan juncto Pasal 56 UU No. 2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dijelaskan

bahwa:

“Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan

pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha

atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat

pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai

hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan

hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat

buruh hanya dalam satu perusahaan.”

Masyarakat dalam menyelesaikan perselisihannya dapat memilih

sendiri cara seperti apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

sengketa, mulai dari penyelesaian secara bipartite antara kedua belah

pihak yang bersengketa yaitu pekerja/buruh dan pengusaha, atau secara

tripartit dengan bantuan pihak ketiga yang netral melalui mediasi,

konsiliasi atau arbitrasi. Namun jika cara-cara tersebut tidak

menghasilkan titik temu dalam penyelesaian sengketa yang dihadapi

barulah kemudian menempuh jalur pengadilan/penghakiman (litigasi).

Berdasarkan Pasal 1 angka 17 UU No. 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial bahwa yang dimaksud

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

47

dengan Pengadilan Hubungan Industrial adalah: “Pengadilan khusus

yang dibentuk di pengadilan negeri yang berwenang memeriksa,

mengadili dan member putusan terhadap perselisihan hubungan

industrial.” Dari penjelasan ini harus dilihat kompetensi atau

kewenangan pengadilan hubungan industrial.

3.5 Kompetensi Absolut Pengadilan Hubungan Industrial

Dilihat dari bunyi pasal Pasal 1 angka 22 UU No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan juncto Pasal 56 UU No. 2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dapat

dijabarkan bahwa objek perselisihan hubungan industrial, yaitu:

a. Di tingkat petama mengenai perselisihan hak.

Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena

tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau

penafsiran terhadap ketentuan perundang-undangan, perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama41

.

Maimun42

menjelaskan lebih lanjut mengenai perselisihan hak,

sebagaimana diungkapkan berikut:

Perselisihan hak timbul karena salah satu pihak baik itu

pekerja/buruh atau pengusaha tidak melaksanakan

kewajiban yang menjadi hak dari pihak lain. Apabila

masing-masing pihak tidak menemukan kata sepakat dalam

perundingan bipartite guna menyelesaikan masalah

perselisihan tersebut maka pihak yang dirugikan dapat

mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial

pada Pengadilan Negeri setempat dimana putusan perihal

41

Pasal 1 angka 2 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 42

Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Pradnya Paramita, Jakarta,

2007, hal., 152.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

48

gugatan tersebut bersifat final dan tidak dapat dimintakan

banding.

Berdasarkan penjelasan di atas, unsur mutlak yang harus ada dalam

perselisihan hak adalah akibat dari tidak terpenuhinya hak. Karena

sumber lahirnya hak adanya peraturan perundang-undangan,

perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja

bersama, maka undang-undang menentukan bahwa tidak

terpenuhinya hak disebabkan dua hal, yaitu perbedaan pelaksanaan

atau perbedaan penafsiran atas sumber-sumber lahirnya hak

tersebut. Menurut Abdul R. Budiono yang dimaksudkan dengan

perbedaan pelaksanaan adalah: “Perbedaan antara hukumnya

dengan pelaksanaannya atau penafsirannya43

.”

b. Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan

kepentingan.

Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul

dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat

mengenai pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang

ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja bersama44

.

c. Di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan

kerja.

43

Abdul R. Budiono, Hukum Perburuhan, Cetakan Kedua, Indeks, Jakarta, 2011, hal., 218. 44

Pasal 1 angka 3 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

49

Perselisihan pemutusan hubungan kerja yaitu perselisihan

yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai

pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu

pihak45

.

d. Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buruhdan satu perusahaan.

Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dan satu

perusahaan yaitu adanya perselisihan antara serikat pekera/serikat

buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya

persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan

kewajiban keserikatanpekerja46

.

3.6 Kompetensi Relatif Pengadilan Hubungan Industrial

Kewenangan relative pengadilan merupakan kewenangan

lingkungan peradilan tertentu berdasarkan yurisdiksi wilayahnya47

.

Artinya bahwa suatu pengadilan hanya berwenang mengadili perkara

yang subjeknya atau objeknya berada pada wilayah pengadilan yang

bersangkutan. Kewenangan mengadili pengadilan terbatas pada

daerah hukumnya saja, di luar itu tidak berwenang. Daerah masing-

masing pengadilan hanya meliputi wilayah Kabupaten atau Kota

Madya tempat dimana pengadilan berada dan berkedudukan.

Pengadilan hubungan industrial dibentuk di setiap pengadilan negeri

yang berada di setiap ibu kota provinsi yang daerah hukumnya

45

Pasal 1 angka 4 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 46

Pasal 1 angka 5 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 47

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, hal., 88.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

50

meliputi wilayah provinsi yang bersangkutan. Dan di kabupaten/kota

terutama yang padat industri, berdasarkan keputusan presiden harus

segera dibentuk pengadilan hubungan industrial pada pengadilan

negeri setempat.

3.7 Subjek Perselisihan Hubungan Industrial

Dalam sebuah perselisihan hubungan industrial pasti ada pihak-

pihak yang terlibat di dalamnya.

Menurut Abdul Khakim dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar

Hukum Ketenagakerjaan Indonesia48

menjabarkan subjek hukum

perselisihan hubungan industrial dan peranannya, yaitu:

1. Pemerintah adalah pihak yang menetapkan kebijakan, memberikan

pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan

terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan.

2. Pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh adalah pihak yang

menjalankan pekerjan sesuai dengan kewajibannya, menjaga

ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi

secara demokratis, mengembangkan keterampilan dan keahliannya,

serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan

kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

3. Pengusaha dan organisasi pengusaha adalah menciptakan

kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja dan

48

Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan Keempat, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal., 81.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

51

memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka,

demokratis dan berkeadilan.

Sementara itu menurut Muhammad Saleh dan Lilik Mulyadi dalam

bukunya yang berjudul Pengadilan Hubungan Industrial Indonesia

(Perspektif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya)49

mengemukakan

bahwa subjek hukum perselisihan hubungan industrial yaitu:

1. Pengusaha atau gabungan pengusaha, yang dimanifestasikan

sebagai:

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan perusahaan milik sendiri.

b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

dan

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana

dimaksud point pertama dan kedua diatas yang berkedudukan

di luar wilayah Indonesia.

2. Pekerja/buruh perseorangan ialah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

3. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,

oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar

perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan

49

Muhammad Saleh dan Lilik Mulyadi, Pengadilan Hubungan Industrial Indonesia (Perspektif,

Teoretis, Praktik, dan Permasalahannya), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal., 13-14.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

52

bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta

melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan

kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

4. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai

pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

B. Hasil Penelitian

1. Para Pihak dalam Kasus

Dalam Putusan No. 27/Pdt.G/2015/PN.Clp terdapat tiga pihak yang

berperkara, yaitu:

1. Pihak Penggugat, suatu badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas

(PT) yaitu PT. East West Seed Indonesia, yang bergerak di bidang

Penelitian dan Produksi Benih Sayuran berkedudukan di Kabupaten

Purwakarta, beralamat di Desa Benteng, Kecamatan Cempaka,

Kabupaten Purwakarta.

2. Pihak Tergugat, yang bernama Marno berjenis kelamin laki-laki dan

beralamat di Jalan Pisang No. 17 RT 08/RW 07, Desa Jenang,

Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Marno merupakan pekerja

di PT. East West Seed Indonesia .

3. Pihak Turut Tergugat, PT. Benih Citra Asia merupakan suatu badan

hukum berbentuk perseroan terbatas yang berkedudukan di Jalan

Akmaludin No. 26 Jember, Jawa Timur. PT. Benih Citra Asia

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

53

merupakan perusahaan dimana Marno bekerja setelah Marno

mengundurkan diri dari PT. East West Seed Indonesia.

2. Kasus Posisi

Marno sebagai Tergugat bekerja di PT East West Seed Indonesia

sebagai Penggugat pada 23 April 2001, dari tahun ke tahun Tergugat

mengalami kenaikan jabatan semula dari Assistent Plant Breeder menjadi

Senior Plant Breeder dengan melakukan pemuliaan tanaman antara lain

pada tanaman Semangka Amara; Semangka Palguna; Semangka Oriana;

dan Paria Dulco. Namun, pada tanggal 7 Mei 2012, Tergugat

mengundurkan diri dari PT. East West Seed Indonesia. Untuk

mendapatkan uang pisah dari Penggugat, sesuai dengan Peraturan

Perusahaan PT. East West Seed Indonesia Pasal 40 angka (1) huruf b

Tahun 2011-2013 dikatakan bahwa:

“Pekerja Mengundurkan Diri”

Pegunduran diri tersebut ditunjukkan kepada pimpinan perusahaan

atau Bagian HRD dan harus diajukan minimal 1 (satu) bulan

sebelumnya. Pekerja yang mengundurkan diri akan mendapatkan

uang pisah apabila:

b.1 Mengundurkan diri sesuai prosedur.

b.2 Menandatangani surat pernyataan bermaterai tidak pindah

bekerja pada Perusahaan sejenis atau kompetitior minimal 1 (satu)

tahun setelah tanggal berakir kerja.

Atas pengunduran dirinya, Tergugat membuat Surat Pernyataan

Tertanggal 28 Mei 2012 sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 angka (1)

huruf b poin b.2 Peraturan Perusahaaan, yaitu:

a. Tidak akan melakukan pemuliaan tanaman yang sama/sejenis

(breeding same crop) yang telah dikerjakan selama di PT. East West

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

54

Seed Indonesia pada perusahaan lain selama jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak tanggal pengunduran diri;

b. Apabila di kemudian hari ingkar terhadap pernyataan yang dibuat

maka bersedia dituntut secara hukum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Atas pengunduran diri Tergugat tersebut, Penggugat memberikan uang

pisah kepada Tergugat sebesar Rp. 53.582.571,- (Lima puluh tiga juta lima

ratus delapan puluh dua ribu lima ratus tujuh puluh satu rupiah).

Dari surat pernyataan yang dibuat dapat disimpulkan bahwa meskipun

Tergugat telah mengundurkan diri, Tergugat tetap memiliki kewajiban

kepada Penggugat untuk:

a. Tidak bekerja pada Perusahaan sejenis atau competitor minimal 1

(satu) tahun setelah tanggal terhitungnya pengunduran diri. Artinya

kewajiban Tergugat ini baru akan gugur setelah 1 Juni 2013.

b. Tidak akan melakukan pemuliaan tanaman yang sama/sejenis

(breeding same crop) yang telah dikerjakannya selama di Penggugat

pada perusahaan lain selama jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal

pegunduran diri. Artinya kewajiban Tergugat ini baru akan gugur

setelah 1 Juni 2014.

Setelah Tergugat mengundurkan diri dari perusahaan Penggugat, Tergugat

bekerja pada PT. Benih Citra Asia (Turut Tergugat) yang merupakan

perusahaan sejenis yang bergerak di bidang pemuliaan bibit tanaman.

Beberapa bukti bahwa Marno sedang bekerja di PT. Benih Citra Asia yaitu

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

55

dengan adanya Lampiran Keputusan Menteri Pertanian tentang Pemberian

Tanda Daftar Varietas Tanaman Holtikultura atas tanaman „Paria Varietas

MC 698‟ yang diterbitkan pada Februari 2013. Di dalam Keputusan

Menteri tersebut tercantum nama Tergugat sebagai peneliti „Paria Varietas

MC 698‟ yang dimohonkan oleh Turut Tergugat. Dan Lampiran

Keputusan Menteri Pertanian tentang Pemberian Tanda Daftar Varietas

Tanaman Holtikultura atas tanaman „Semangka WM 1410‟ yang

diterbitkan pada bulan Februari 2013. Di dalam Keputusan Menteri

tersebut juga dicantumkan nama Tergugat sebagai peneliti „Semangka

WM 1410‟ yang dimohonkan oleh Turut Tergugat.

Berdasarkan kasus posisi tersebut, Penggugat dalam petitumnya

mengajukan permohonan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sepenuhnya.

2. Menyatakan sah dan berkekuatan hukum surat pernyataan yang

dibuat dan ditandatangani Tergugat tertanggal 28 mei 2012.

3. Menyatakan Tergugat telah wanprestasi terhadap Penggugat.

4. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat

sebesar Rp. 9.608.146.935 (Sembilan miliar enam ratus delapan juta

seratus empat puluh enam ribu Sembilan ratus tiga puluh rupiah).

5. Menyatakan dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag)

terhadap sebuah rumah di Purwakarta, beralamat di Perum Bumi

Indah Blok BB No. 65 Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

56

6. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp. 10.000.000 (Sepuluh juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan

pelaksanaan putusan ini.

7. Menyatakan hukum putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu

meskipun ada upaya hukum perlawanan, banding, kasasi maupun

peninjauan kembali.

8. Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi putusan atas perkara

ini.

9. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul

dalam perkara ini.

Menanggapi gugatan Penggugat, Tergugat dan Turut Tergugat

memberikan jawaban yang isinya membantah dan menolak seluruh isi

pokok perkara, yang pada intinya sebagai berikut:

1. Tenggugat menolak secara tegas terhadap dalil-dalil gugatan

Penggugat, karena keseluruhan gugatan Penggugat sangat tidak

beralasan atau tidak relevan terhadap kenyataan yang terjadi.

2. Tenggugat dalam status pegawai dari PT. East West Seed Indonesia

mengundurkan diri dengan itikad baik dan dengan cara yang sesuai

dengan persetujuan PT. East West Seed Indonesia.

3. Pengunduran diri Tergugat telah disetujui Penggugat dan Tergugat

telah mendapat hak-haknya dimana Penggugat memberi uang pisah

kepada Tergugat atau pesangon tanpa adanya unsur paksaan diantara

Penggugat dan Tergugat.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

57

4. Tergugat tidak pernah mengajukan diri untuk mengikuti pendidikan

atau pelatihan dan lain-lain yang pernah Penggugat adakan selama

Tergugat bekerja di PT. East West Seed Indonesia dan pendidikan

atau pelatihan merupakan kebijakan dari PT. East West Seed

Indonesia.

5. Biaya pendidikan atau pelatihan dan lain-lain sebesar Rp. 54.564.364

(Lima puluh empat juta lima ratus enam puluh empat ribu tiga ratus

enam puluh empat rupiah) tidak seluruhnya diterima oleh Tergugat

namun diperuntukkan secara tim.

6. Tergugat menolak secara tegas dalil-dalil gugatan ganti kerugian

sebesar Rp. 9.000.000.000 (Sembilan miliar rupiah) karena Tergugat

sudah tidak bekerja di PT. East West Seed Indonesia.

7. Gugatan Penggugat mengenai Peraturan Perusahaan PT. East West

Seed Indonesia Tahun 2011-2013 Pasal 40 angka 1 huruf b tentang

“Pekerja Mengundurkan Diri” telah bertentangan dengan Pasal 28C

Ayat 1 dan Pasal 28D Ayat 2 UUD 1945. Pasal 38 UU No. 38

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 2, Pasal 5 dan

Pasal 31 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

8. Gugatan Penggugat tentang surat pengunduran diri yang telah

ditandatangani oleh Tergugat membuat Tergugat menjadi memiliki

keterbatasan atau tidak bebas untuk mengeksprsikan diri dalam

mengembangkan ilmu yang telah dimiliki oleh Tergugat dalam

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

58

bidang pemuliaan tanaman dan Tergugat memiliki keterbatasan

untuk mencari lapangan pekerjaan.

Berdasarkan gugatan tersebut, pengadilan menjatuhkan putusan sebagai

berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.

2. Menyatakan sah dan berkekuatan hukum Surat Pernyataan yang

dibuat dan ditandatangani Tergugat tertanggal 28 Mei 2012.

3. Menyatakan Tergugat telah wanprestasi terhadap Penggugat.

4. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat

sebesar Rp. 53.582.571 (Lima puluh tiga juta lima ratus delapan

puluh dua ribu lima ratus tujuh puluh satu rupiah).

5. Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi putusan atas perkara

ini.

6. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul

dalam perkara ini sejumlah Rp. 621.000 (Enam ratus dua puluh satu

rupiah).

7. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

c. Analisis

Setiap perselisihan yang terjadi di masyarakat dibutuhkan suatu

lembaga khusus sebagai wadah bagi masyarakat untuk menampung dan

menyelesaikan perkara dengan seadil-adilnya. Lembaga tersebut adalah badan

peradilan. Karena perselisihan yang terjadi di masyarakat beracam-macam

bentuknya dan tentunya perselisihan tersebut satu dengan lainnya memiliki

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

59

perbedaan. Oleh karena itu, dibutuhkan badan peradilan yang berbeda-beda

pula kewenangannya dalam menyelesaikan setiap perselisihan yang sesuai

dengan ruang lingkupnya masing-masing. Berkaitan dengan ruang lingkup

kewenangan badan peradilan yang berbeda. Disini penulis akan menganalisis

mengenai dua ruang lingkup kewenangan pengadilan yang berbeda, yaitu

ruang lingkup kewenangan Pengadilan Negeri dan ruang lingkup kewenangan

Pengadilan Hubungan Industrial.

Sebelum penulis menganalisis lebih jauh mengenai ruang lingkup

kewenangan masing-masing pengadilan, ada baiknya jika melihat duduk

permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini yaitu mengenai konflik

kewenangan mengadili antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Hubungan

Industrial. Marno (Tergugat) sebagai pekerja dari PT. East West Seed

Indonesia (Penggugat) melakukan pekerjaan sebagai pemulia tanaman (plant

breeder) dari jenis tanaman, salah satu diantaranya yaitu varietas semangka

dan varietas paria.

Unsur upah dapat dilihat dari semakin meningkatnya jabatan Tergugat

ketika bekerja di perusahaan Penggugat, yang awal mula karirnya dimulai dari

seorang pekerja waktu tertentu dengan jabatan sebagai Asisten Pemulia

Tanaman (Assistant Plant Breeder) dengan pekerjaan atau diberi perintah

untuk membantu seluruh kegiatan dari Atasan Pemulia Tanaman (Senior Plant

Breeder). Kemudian Tergugat mendapatkan promosi dengan kenaikan jabatan

sebagai Pemulia Tanaman (Plant Breeder). Terakhir bekerja di perusahaan

Penggugat dengan jabatan sebagai Senior Plant Breeder.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

60

Namun Tergugat (Marno) yang semula merupakan pekerja di PT. East

West Seed Indonesia, pada tanggal 7 Mei 2012 membuat dan mengajukan

surat tertulis kepada Penggugat yang isinya menyatakan bahwa mengundurkan

diri dari karyawan tetap Penggugat. Pengunduran diri Tergugat terhitung sejak

1 Juni 2012. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Perusahaan PT. East West

Seed Indonesia Tahun 2011-2012 Pasal 40 Angka 1 huruf b dikatakan bahwa:

“Pekerja Mengundurkan Diri”

Pegunduran diri tersebut ditunjukkan kepada pimpinan perusahaan

atau Bagian HRD dan harus diajukan minimal 1 (satu) bulan

sebelumnya. Pekerja yang mengundurkan diri akan mendapatkan

uang pisah apabila:

b.1 Mengundurkan diri sesuai prosedur.

b.2 Menandatangani surat pernyataan bermaterai tidak pindah

bekerja pada Perusahaan sejenis atau kompetitior minimal 1 (satu)

tahun setelah tanggal berakir kerja.

Atas pengunduran dirinya, Tergugat membuat Surat Pernyataan Tertanggal 28

Mei 2012 sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 angka (1) huruf b poin b.2

Peraturan Perusahaaan, yaitu:

a. Tidak akan melakukan pemuliaan tanaman yang sama/sejenis (breeding

same crop) yang telah dikerjakan selama di PT. East West Seed Indonesia

pada perusahaan lain selama jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal

pengunduran diri;

b. Apabila di kemudian hari ingkar terhadap pernyataan yang dibuat maka

bersedia dituntut secara hukum sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Setelah Tergugat mengundurkan diri dari perusahaan Penggugat, Tergugat

bekerja pada PT. Benih Citra Asia (Turut Tergugat) yang merupakan

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

61

perusahaan sejenis yang bergerak di bidang yang sama yaitu pemuliaan bibit

tanaman. Beberapa bukti bahwa Marno sedang bekerja di PT. Benih Citra

Asia yaitu adanya Lampiran Keputusan Menteri Pertanian tentang Pemberian

Tanda Daftar Varietas Tanaman Holtikultura atas tanaman „Paria Varietas MC

698‟ yang diterbitkan pada Februari 2013. Di dalam Keputusan Menteri

tersebut tercantum nama Tergugat sebagai peneliti „Paria Varietas MC 698‟

yang dimohonkan oleh Turut Tergugat. Dan Lampiran Keputusan Menteri

Pertanian tentang Pemberian Tanda Daftar Varietas Tanaman Holtikultura atas

tanaman „Semangka WM 1410‟ yang diterbitkan pada bulan Februari 2013.

Di dalam Keputusan Menteri tersebut juga dicantumkan nama Tergugat

sebagai peneliti „Semangka WM 1410‟ yang dimohonkan oleh Turut

Tergugat. Sehingga Penggugat menggugat Tergugat yang telah diadili oleh

hakim di Pengadilan Negeri Cilacap.

Selain itu, Tergugat tidak menggunakan kesempatan untuk

mengajukan pembuktian pada saat persidangan, sehingga hakim pada

Pengadilan Negeri Cilacap cenderung condong untuk memutus bahwa

Tergugat telah wanprestasi pada Surat Pernyataan tersebut, dikarenakan hakim

hanya mempunyai alat-alat bukti yang diajukan oleh Penggugat saja. Jika

Tergugat juga mengajukan bukti-bukti di persidangan, maka bukti-bukti

tersebut dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan majelis hakim

Pengadilan Negeri Cilacap dalam mengadili perkara ini, sehingga dapat

menghasilkan putusan pengadilan yang seadil-adilnya dan tidak berat sebelah.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

62

Dari duduk permasalahan di atas, ketika Tergugat hendak

mengundurkan diri dari PT. East West Seed Indonesia, Tergugat membuat

Surat Pernyataan yang pada intinya tidak akan bekerja pada perusahaan yang

bergerak di bidang sejenis yaitu bidang pemuliaan tanaman dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun, dan tidak akan melakukan pemuliaan tanaman dalam

jangka waktu 2 (dua) tahun sejak dibuatnya Surat Pernyataan tersebut.

Sehingga menurut penulis, Surat Pernyataan yang telah dibuat dan ditanda

tangani tersebut bukan merupakan suatu perjanjian, dikarenakan Surat

Pernyataan yang dibuat oleh Tergugat tersebut tidak memenuhi unsur-unsur

yang dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian. Berikut unsur-unsur dari suatu

perjanjian, yaitu:

1. Suatu perbuatan;

2. Antara sekurang-kurangnya dua orang (jadi dapat lebih dari dua

orang);

3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara pihak-pihak yang

berjanji tersebut.

Sementara itu pada Surat Perjanjian tersebut, unsur-unsur yang terdapat di

dalamnya yaitu:

1. Adanya suatu perbuatan;

2. Hanya terdiri dari satu pihak, yaitu pihak pembuat Surat Pernyataan

(Tergugat);

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

63

3. Perbuatan yang terdapat di dalam Surat Pernyataan hanya melahirkan

perikatan atau bersifat mengikat bagi satu pihak pembuat Surat

Pernyataan saja.

Karena Surat Pernyataan tersebut hanya dibuat oleh satu pihak saja yaitu

Tergugat dan hanya ditanda tangani oleh pihak Tergugat saja, maka menurut

penulis Surat Pernyataan Tergugat bukan termasuk ke dalam bentuk

perjanjian.

Surat Pernyataan Tergugat ketika mengundurkan diri dari PT. East

West Seed Indonesia bukan merupakan perjanjian, maka tidak dapat dikatakan

sebagai suatu bentuk wanprestasi. Dapat dikatakan suatu wanprestasi jika

tidak melaksanakan isi dari suatu perjanjian. Sedangkan sejak semula, Surat

Pernyataan ini tidak memenuhi beberapa unsur dari perjanjian maka sejak

semula dapat dikatakan bahwa tidak pernah terjadi wanprestasi. Karena bukan

termasuk perkara wanprestasi, maka menurut penulis Pengadilan Negeri

Cilacap tidak berwenang untuk mengadili perkara ini.

Penulis berpendapat bahwa Pengadilan Hubungan Industrial

khususnya Pengadilan Hubungan Industrial Semarang mempunyai

kewenangan untuk mengadili perkara ini, karena:

a. Ketika Tergugat bekerja pada PT. East West Seed Indonesia, terlebih

dahulu di dasari atas kata sepakat terhadap klausula-klausula yang memuat

hak dan kewajiban para pihak yang tertulis dalam isi perjanjian kerja.

Ketika sudah ada kata sepakat diantara dua pihak mengenai perjanjian

kerja, maka diantara Tergugat dengan Penggugat lahirlah suatu hubungan

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

64

kerja yang memuat unsur pekerjaan, upah dan perintah. Dimana ketiga

unsur tersebut saling berkaitan erat satu dengan lainnya.

b. Dengan adanya hubungan kerja yang terjalin antara Tergugat dan

Penggugat selama ini, Tergugat melaksanakan segala isi perjanjian kerja

dan segala peraturan yang ada di PT. East West Seed Indonesia. Namun

ketika Tergugat hendak mengundurkan diri, sesuai dengan Peraturan

Perusahaan PT. East West Seed Indonesia jika Tergugat hendak

mendapatkan uang pesangon, dalam Pasal 40 Peraturan Perusahaan PT.

East West Seed Indonesia disebutkan bahwa Tergugat harus membuat

Surat Pernyataan yang dibuat oleh Tergugat secara sadar dan telah

ditandatangi oleh Tergugat sendiri. Namun, dalam selang waktu yang

ditulis dalam Surat Perjanjian belum berakhir, Tergugat bekerja pada PT.

Benih Citra Asia yang bergerak dibidang yang sama dengan PT. East West

Seed Indonesia, yaitu bidang pemuliaan tanaman, dan telah melakukan

pemuliaan terhadap beberapa tanaman diantaranya tanaman paria dan

semangka. Dari sini, Penggugat merasa bahwa Tergugat telah mengingkari

Surat Pernyataan yang dibuat. Sehingga terjadilah perselisihan antara

Tergugat dengan Penggugat. Karena didasari atas adanya hubungan kerja

yang terjalin antara pekerja (Tergugat) dengan pengusaha (Penggugat)

maka perselisihan ini merupakan bentuk dari perselisihan hubungan

industrial. Dan perselisihan hubungan industrial ini karena Surat

Pernyataan yang dibuat oleh Tergugat (Marno) terjadi pada saat masih

terjalinnya hubungan kerja antara Tergugat dan Penggugat yang diatur

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ......Kekuasaan mengadili, lingkup kekuasaan kehakiman dan peradilan; 2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah

65

dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, menurut penulis ketika waktu yang

ditentukan belum berakhir maka perselisihan yang terjadi diantara

Tergugat dan Penggugat masih merupakan perselisihan hubungan

industrial.

c. Dalam perselisihan hubungan industrial terdapat 4 (empat) macam jenis

perselisihan yaitu perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan

pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat

buruh dalam satu perusahaan. Karena dalam perkara ini terjadi akibat dari

perbedaan pelaksanaan dari Surat Pernyataan yang didasarkan atas Pasal

40 Peraturan Perusahaan PT. East West Seed Indonesia, bahwa Tergugat

tidak akan bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang yang sama

dalam pemuliaan tanaman. Namun belum selesai jangka waktu yang

ditentukan Tergugat sudah bekerja pada PT. Benih Citra Asia. Maka, jenis

perselisihan hubungan industrial ini merupakan perselisihan hak.